Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa
-
Upload
rahmat-yunanda -
Category
Documents
-
view
50 -
download
2
Transcript of Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT ( ISPA )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di
negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di
Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
2. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung
sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas
termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu sinus, rongga
telinga dan pleura. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem
pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada
bulan-bulan musim dingin.
II. KLASIFIKASI
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis
ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.
III. ETIOLOGI
Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus
Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma
pneumonia.
IV. FAKTOR RESIKO
Faktor diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan congenital,imunologis,BBLR dan premature.
Faktor lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap infeksi,social
ekonomi,cuaca dan polusi udara.
V. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi
bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
VI.JENIS – JENIS ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per
menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50
kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
dan tidak ada napas cepat.
VII. TANDA – TANDA BAHAYA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-
gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila
semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila
sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun
demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat
dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis ;
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,
napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran
menurun, stridor, Wheezing
VIII. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan
turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit
ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk
pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA
meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Pencegahan dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
IX.Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam
untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
X.PENGKAJIAN :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Tanggal MRS :
Pengkajian :
Penanggung jawab :
Regester :
Diagnosa masuk :
Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan
Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot
dan
Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut
Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :
Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien
Ispeksi
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,
tachypnea, dan hiperventilasi
Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi
Suara paru normal (resonance)
Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
IV. PEMERIKSAASN PENUNJAN
• Tanggal :
• HB :
• LED :
• Hematokrit :
• Trombosit :
• MCV ` :
• MCH :
• MCHC :
• Diff Count :
• Urien PH :
• Ureum :
• Kreatinin :
• SGOT :
• SGPT :
• Na :
• Kalium :
• Cl :
• AGD :
• PCO2 :
• Radiologi :
• ECG :
V.DIAGNOSA KEPERAWATAN :
I. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C
INTERVENSI
1. Observasi tanda – tanda vital
2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial
3. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat
seperti terbuat dari katun.
4. Atur sirkulasi udara.
5. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.
6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.
7. Kolaborasi dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretika
RASIONAl
1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
2. Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan
bahan perantara .
3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
keringat.
4. Penyedian udara bersih.
5. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
6. Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.
7. Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas
II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
Tujuan :
klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
INTERVENSI
1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat
3. Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan
lingkungan beersih dan menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring.
5. Kolaborasi
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
RASIONAL
1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
2. .Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.
4. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
5. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
III. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
INTERVENSI
1. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau
meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.
2. Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok. Dan
mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
3. Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat
4. Kolaborasi
5. Berikan obat sesuai indikasi
• Steroid oral, iv, & inhalasi
• analgesic
RASIONAL
1. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi
yang diberikan.
2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
3. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran
histamine dalam inflamadi pernapasan.
5. Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri
iV. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
Tujuan :
*tidak terjadi penularan
* tidak terjadi komplikasi
INTERVENSI
1. Batasi pengunjung sesuai indikasi
2. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat
sampah
4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh
menurun / asupan makanan berkurang
5. Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur
RASIONAL
1. Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.
2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
4. .Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
5. Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas /
atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA.
A.Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan
radang parenkim paru.
ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.
B. Tanda dan Gejala
Pilek biasa
Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
Kadang bersin-bersin
Sakit tenggorokan
Batuk
Sakit kepala
Sekret menjadi kental
Demam
Nausea
Muntah
Anoreksia
C.Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus
streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan
risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
D. Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu:
Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk
Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin
Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad
renik.
E. Tingkat Penyakit ISPA
Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair,
tenggorokan merah, telinga berair.
Sedang
Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang
dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan
(adentis servikal).
Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi
berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.
Sangat Berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.
F. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:
Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih
besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih
rendah.
Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan
dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok
dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak
G. Pencegahan
Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan
makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit
baik.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup
hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang
menderita penyakit ISPA.
H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian:
Riwayat kesehatan:
Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
Riwayat penyakit sekarang
(kondisi klien saat diperiksa)
Riwayat penyakit dahulu
(apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang)
Riwayat penyakit keluarga
(adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)
Riwayat social
(lingkungan tempat tinggal klien)
difokuskan pada pengkajian sistem pernafasanPemeriksaan fisik
Inspeksi
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi
Suara paru normal (resonance)
Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
I.Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C
Intervensi:
Observasi tanda-tanda vital
Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti
pakaian dari bahan katun.
Atur sirkulasi udara
Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari
Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
Kolaborasi dengan dokter:
Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
Antipiretika
Rasional:
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan
bahan perantara.
Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
keringat.
Penyediaan udara bersih
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas
Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan:
*Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
*Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
*Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi:
Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
Tingkatkan tirah baring
Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
Rasional:
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total
Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
Untuk mengurangi kebutuhan metabolik
Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
memberikan nutrisi maksimal.
Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
Tujuan: nyeri berkurang/terkontroL
Intervensi:
Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau
meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan
mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat
Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
Rasional:
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
Mengurangi bertambahberatnya penyakit
Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin
dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
Intervensi:
Batasi pengunjung sesuai indikasi
Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas
Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin
Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita
penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh
menurun/asupan makanan berkurang.
Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasional:
Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius
Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaiki pertahanan klien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi.Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas atau diberikan secara profilaktik k
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam,
maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum
ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan
secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang
tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA
dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian
dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.
Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
• DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
• Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
• Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
• Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.199