Tugas Ansis Kalamansi Final
-
Upload
ali-hanafiah -
Category
Documents
-
view
393 -
download
4
Transcript of Tugas Ansis Kalamansi Final
TUGAS
ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS
ANALISIS PRODUK OLAHAN JERUK KALAMANSI
DI KOTA BENGKULU
KELOMPOK 3
SUJONO
M. ALI HANAFIAH
DARWAN GINTING
RUSLAN EFENDI
SISWADI
MAGISTER AGRIBISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris sehingga sektor pertanian
merupakan faktor andalan dalam menopang perekonomian negara. Pembangunan
pertanian adalah salah satu titik sentral dalam upaya pengembangan suatu wilayah.
Pembangunan pertanian harus dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu
sehingga, pertanian dipahami bukan sekadar dalam arti sempit, tetapi pertanian
dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian menunjuk pada kegiatan pertanian
rakyat yang biasanya hanya bercocok tanam atau melakukan budidaya tanaman
pangan seperti padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan sebagainya. Sedangkan dalam
arti luas pertanian merupakan kegiatan yang meliputi pertanian rakyat,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan bahkan kehutanan.
Pertanian yang dikelola secara terpadu dari hulu hingga hilir dikenal
dengan istilah agribisnis. Agribisnis berasal dari dua kata yaitu “Agri” dan “Bisnis”
berdasarkan makna kedua kata pembentuknya, dapat dikemukakan bahwa
agribisnis merupakan pertanian yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip
komersial atau ekonomi. Pertanian bukan lagi sebagi way of live, tetapi
merupakan usaha yang harus memberikan keuntungan. Dalam agribisnis, segala
aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan
atau turun temurun.
Agribisnis merupakan kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu
atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran
produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Oleh
2
karena itu maka pemahaman akan agribisnis harus diketahui oleh seluruh petani
dan masyarakat yang ada di Kota Bengkulu.
Pelaku agribisnis harus memiliki kemampuan merancang, merekayasa dan
melakukan kegiatan agribisnis itu sendiri mulai dari identifikasi pasar yang
kemudian diterjemahkan ke dalam proses produksi. Pengembangan perusahaan
agribisnis diterjemahkan sebagai upaya meningkatkan kuntitas, kualitas
manajemen dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri, dan
memanfaatkan peluang pasar. Selain pelaku agribisnis, pemerintah berkewajiban
memberikan fasilitas dan mendorong berkembangnya usaha-usaha agribisnis
dalam suasana yang harmonis dan tidak terlibat langsung dalam bisnis.
Salah satu bagian dari agribisnis adalah agroindustri. Dimana
Agroindustri merupakan proses pengolahan bahan baku yang berasal dari hasil
pertanian (usahatani) baik secara langsung maupun tidak langsun menjadi bahan
jadi atau setengah jadi. Proses pengolahan dalam agroindustri ini dalam rangka
untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil-hasil pertanian yang ada.
Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan
langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang
menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya dengan industri
dapat berkaitan ke belakang maupun ke depan. Sebagai salah satu subsistem
agribisnis, kegiatan agroindustri mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan di Indonesia, jika tindakan kebijakan terhadap komoditas ini
dilakukan secara tepat. Salah satu contoh dari agroindustri yang sekarang
berkembang adalah industri pengolahan jeruk kalamansi. Pada umumnya jeruk
3
kalamansi dapat diolah menjadi berbagai macam produk agribisnis yakni produk
sirup, bubuk kalamansi, masker kalamansi, dan everfesen sari kalamansi.
Kota Bengkulu merupakan kota berkembang yang juga terdapat beberapa
agroindustri, yang berskala rumah tangga. Sehingga sebagian besar agroindustri
yang ada skalanya masih termasuk kecil bahkan mikro. Salah satunya adalah
pabrik pengolahan jeruk kalamansi. Kota Bengkulu sebagai daerah yang memiliki
potensi pengembangan agribisnis produk local tengah berbenah dan
mengembangkan program “One Village One Product (OVOP) dari Kementerian
Koperasi Republik Indonesia. Melalaui Dinas Koperasi dan UKM Pemerintah
Kota Bengkulu mengusulkan pembinaan dan pengembangan jeruk kalamansi
sebagai produk unggulan local.
Jeruk kalamansi dicanangkan sebagai model perdana dari program One
Village One Product (OVOP) di Kota Bengkulu, karena tanaman ini mudah
dibudidayakan, serta memiliki keunggulan dibandingkan dengan jeruk yang lain
yaitu kandungan vitamin C-nya lebih tinggi serta kalsium yang seimbang. Masa
Panen jeruk kalamansi juga tergolong pendek yaitu enam bulan sejak masa tanam
(Widiastuti, 2012).
Sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Bengkulu telah menganggarkan dana
sebesar Rp 3,25 miliar dan telah menghasilkan volume usaha sebesar Rp 9,8
miliar. Dengan sisa hasil usaha sebesar Rp 404 juta dan angsuran kembali
mencapai Rp 302 juta. Pemerintah Kota Bengkulu pada 2011 menyediakan
sebanyak 5.000 batang dan pada tahun 2012 disediakan 7000 batang bibit jeruk
jenis kalamansi untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
4
Saat ini sudah banyak petani yang menanam jeruk kalamansi dengan luas
lahan yang bervasriasi di kelurahan Bumi Ayu, Surabaya dan Air Sebakul. Jeruk
kalamansi yang ada saat ini baru diolah menjadi sirup kalamansi. Saat ini terdapat
beberapa pengrajin sirup kalamansi di Kota Bengkulu dan sekitarnya, diantaranya
seperti tercantum dalam Tabel 1. berikut ini
Tabel 1. Pengrajin Sirup Kalamansi di Kota Bengkulu dan Sekitarnya
No Pengrajin Merek Alamat
1 Iskandar Ramis Sanggar Bengkulu Jl. Hibrida
2 Haryoto Kesturi Kompleks
Perumdam
3 Marwoto Putri Bengkulu Pondok Kubang
4 Yayasan Baptis Bukit Bengkulu Tanjung Terdana
5 Sorta Kultura Kalamansi Rawa Makmur
Sumber: Widiastuti, 2012
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam
makalah ini meliputi:
a. Produk apakah yang paling potensial dari olahan jeruk kalamansi di Kota
Bengkulu?
b. Indikator apakah yang berpengaruh dalam menghasilkan produk olahan
jeruk kalamansi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
a. Mengetahui Produk yang paling potensial dari olahan jeruk kalamansi
b. Mengetahui indikator yang berpengaruh dalam menghasilkan produk
olahan jeruk kalamansi
5
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Agribisnis
Pendekatan untuk memahami pengertian agribisnis dapat dilakukan
dengan menelusuri asal kata agribisnis itu sendiri. Soekartawi (1993)
mengemukakan bahwa agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal
darai bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial
dalam dunia perdagangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1991).
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) adalah setiap
usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi
pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun
juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis, dengan perkataan lain,
adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek
akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan
mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses
pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Ruang lingkup sistem agribisnis dikemukakan oleh Davis dan Golberg,
Sonka dan Hudson, Farrell dan Funk dalam Saragih (1998), yaitu: “Agribusiness
included all operations involved in the manufacture and distribution of farm
supplies; production operation on the farm; the storage, processing and
distribution of farm commodities made from them, trading (wholesaler, retailers),
consumer to it, all non farm firms and institution serving them”. Pendapat ini
menunjukkan bahwa agribisnis adalah suatu sistem. Berdasarkan pendapat ini,
Saragih (1998) mengemukakan bahwa sistem agribisnis terdiri atas empat
7
subsistem, yaitu: (a) subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness, (b)
subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness, (c) subsistem agribisnis
hilir atau upstream agribusiness, dan (d) subsistem jasa layanan pendukung
agribisnis atau supporting institution.
Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor
subsystem). Dalam pengertian umum subsistem ini dikenal dengan subsistem
pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini berhubungan dengan
pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan
bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya pertanian (on-
farm agribusiness).
Subsistem usahatani atau budidaya pertanian disebut juga subsistem
produksi pertanian (production subsystem). Kegiatan subsistem ini adalah
melakukan usahatani atau budidaya pertanian dalam arti luas. Istilah pertanian
selama ini lebih banyak mengacu pada subsistem produksi. Kegiatan subsistem ini
menghasilkan berbagai macam komoditas primer atau bahan mentah sebagaimana
telah dikemukan dalam pengertian agribisnis.
Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu
pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau produk
olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah memproduksi produk
olahan baik produk setengah jadi maupun barang jadi yang siap dikonsumsi
konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas primer. Kegiatan ini
sering juga disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan komoditas primer
yang menghasilkan produk antara adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka,
8
dan sebagainya. Contoh kegiatan komoditas primer yang menghasilkan barang
jadi adalah pabrik pengolahan jeruk kalamansi menajdi sari buah atau sirup
kalamansi. Kegiatan pemasaran berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas
primer sampai pengeceran kepada konsumen.
Subsistem jasa layanan pendukung atau kelembagaan penunjang agribisnis
adalah semua jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta
mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis yang lain. Lembaga-
lembaga yang terlibat dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, konsultan, keuangan,
dan penelitian. Lembaga penyuluhan dan konsultan memberikan layanan
informasi dan pembinaan teknik produksi, budidaya, dan manajemen. Lembaga
keuangan seperti perbankan, modal ventura, dan asuransi memberikan layanan
keuangan berupa pinjaman dan penanggungan risiko usaha (khusus asuransi).
Lembaga penelitian baik yang dilakukan oleh balai-balai penelitian atau
perguruan tinggi memberikan layanan informasi teknologi produksi, budidaya,
atau teknik manajemen mutakhir hasil penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan pandangan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem dapat
terlihat dengan jelas bahwa subsistem-subsistem tersebut tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Subsistem agribisnis hulu
membutuhkan umpan balik dari subsistem usahatani agar dapat memproduksi
sarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan budidaya pertanian. Sebaliknya,
keberhasilan pelaksanaan operasi subsistem usahatani bergantung pada sarana
produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hilir. Selanjutnya, proses
9
produksi agribisnis hilir bergantung pada pasokan komoditas primer yang
dihasilkan oleh subsistem usahatani.
Subsistem jasa layanan pendukung, seperti telah dikemukakan,
keberadaannya tergantung pada keberhasilan ketiga subsistem lainnya. Jika
subsistem usahatani atau agribisnis hilir mengalami kegagalan, sementara
sebagian modalnya merupakan pinjaman maka lembaga keuangan dan asuransi
juga akan mengalami kerugian.
2.2. Agroindustri
Agroindustri merupakan bagian dari system agribisnis. Salah satu contoh
agroindustri adalah industry pengolahan jeruk kalamansi yang ada di Kota
Bengkulu. Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil
komoditi pertanian sebagai bahan baku yang dapat diolah menjadi produk yang
mempunyai nilai tambah serta mempunyai manfaat lebih dari hasil komoditi
pertanian sebelumnya (Kartasasmita, 2011).
Soekartawi (2001) mendefenisikan agroindustri sebagai berikut :
1. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian.
Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food processing
management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku
utamanya adalah produk pertanian.
2. Agroindustri di artikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian , tetapi sebelum tahapan pembangunan
tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
10
Berdasarkan latar belakang sosial ekonomi dan geografis Indonesia,
agroindustri dapat diharapkan menjadi sub-sektor industri yang strategis.
Pengembangan agroindustri diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah hasil
pertanian yang secara komparatif Indonesia merupakan penghasil utama
komoditas pertanian penting (Mangunwidjaja dkk, 2001)
Selanjutnya menurut Mangunwidjaja dkk (2001) nilai strategis
agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan
antara sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada sektor hilir.
Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik diharapkan dapat
ditingkatkan (a) jumlah tenaga kerja, (b) pendapatan petani, (c) volume ekspor
dan devisa yang diperoleh , (d) pangsa pasar baik domestic maupun internasional.
(e) nilai tukar produk hasil pertanian, dan (f) penyediaan bahan baku industri.
2.3 Jeruk Kalamansi
Jeruk Kalamansi termasuk jenis tanaman semak. Kayunya memiliki
banyak cabang kecil-kecildan berdaun rimbun. Tumbuh setinggi 3- 6 m dari
permukaan tanah. Rasa buahnya asam. Bentuknya kecil sebesar jeruk limo dengan
warna hijau saat muda dan kuning setelah masak. Aromanya sedikit menyengat
tapi sangat enak. Jeruk ini juga dikenal sebagai Calamondin dengan nama latin
Citrofortunella microcarpa. (http://www.eviindrawanto.com/2012/08/mengenal-
jeruk-kalamansi)
Selain untuk masakan, kalamansi kaya Vitamin C dibuat sirup dan aneka
juice penghilang dahaga. Kadang jusnya dibekukan dan dibuat ice cube untuk teh
atau minuman jahe. Kandungan mineral dan vitammin C itu sangat baik untuk
11
mencegah penyakit pernafasan.penguat tulang dan pemacu pertumbuhan. Setiap
rumah tangga sebaiknya menggunaka jeruk ini untuk obat, bumbu dapur, bumbu
kue, ramuan kecantikan dan minuman segar.
Pohon kalamansi ini memiliki2 masa panen yaitu :
a. Panen raya, dimana semua pohon menghasilkan buah, yang rata-rata setiap
pohon menghasilkan ± 40 kg jeruk kalamansi.
b. Panen sela, dimana semua pohon juga akan menghasilkan, tetapi tidak
sebanyak waktu panen raya.
Tanaman jeruk ini dapat tumbuh dimana pun, asal tidak terlindungi dari
matahari. Tapi akan \menjadi lebih baik kalau pohon ini ditanam di tempat yang
suhu udaranya lembab / dingin sehingga dapat menghasilkan buah yang
mempunyai kualitas yang lebih baik.
Batang jeruk kalamansi ini tidak akan berbatang besar, tidak memiliki
banyak duri dan memiliki banyak buah jika ditanam atau dikembang kan dengan
cara cangkok, sambuung stek / pucuk serta okulasi.
2.3 Budidaya Jeruk Kalamansi
Pembudidayaan jeruk kalamansi menggunakan bibit dari bahan cangkokan,
bibit okulasi atau sambung stek. Penanaman dilakukan dilahan yang sudah dibuat
proteksi tanahnya dengan menggunakan tanaman pelindung tersebut, pada bagian
gang dari setiap tanaman pelindung (alley). Dengan jarak tanaman 3x3 Meter.
Dua minggu sebelum tanam, lubang tanam dibuat dengan ukuran 40x40x40 CM.
Seminggu setelah lubang tanah dibuat lubah tanam ditimbun lagi dengan
12
mencampur top soil dengan pupuk kandang( kompos) dikasih ajir pada bagian
tengah lubang tanam. Seminggu kemudian bibit yang sudah disiapkan ditanam.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan.
Pemiliharaan tanaman dilahan ini (alley cropping) perlu dilakukan
pemangkasan pohon lindung yang dimulsakan disekitar tanaman jeruknya. Hal ini
dilakukan setiap bulan sekali apabila tanaman pelindung tanahnya sudah
memungkinkan untuk dilakukan pemangkasan. Dengan perlakuan ini selain mulsa
tersebut dapat menahan kelembapan pada tanah tersebut (disekitar pohon jeruk),
hal ini dapat menekan pertumbuhan gulma. Penambahan mulsa pada lahan
tanaman jeruk yang diaplikasikan secara terus menerus akan semakin
meningkatkan tingkat kesuburan tanah, yang semakin semakin tambah subur.
13
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pekan keempat bulan Februari dan pekan
pertama bulan Maret 2013 di Kota Bengkulu. Penentuan lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota
Bengkulu merupakan daerah yang mengembangkan program OVOP (One Village
One Produkct) jeruk kalamansi.
3.2. Metode Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha (pengrajin) dan
pejabat Dinas Koperasi dan UKM dan juga pejabat dinas pertanian dan peternakan
Kota Bengkulu yang dianggap paling mengetahui tentang pengolahan jeruk
kalamansi. Responden diambil secara sengaja (purposive).
3.3. Metode Pengambilan Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara
dengan pelaku usaha industry pengolahan jeruk kalamansi dan para pejabat di
Dinas Koperasi dan UKM dan juga pejabat di Dinas Pertanian dan Peternakan
Kota Bengkulu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang ada
hubungan langsung serta literatur-literatur atau pustaka yang ada hubungan
dengan penelitian ini.
14
3.4. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan untuk pemilihan produk olahan jeruk kalamansi
yang paling potensial di Kota Bengkulu adalah Metode Analisys Hierarchy
Process (AHP) dengan Criterium Decision Plus.
15
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tahapan Pengambilan Keputusan Pemilihan Produk Olahan Jeruk
Kalamansi
Metode Analisys Hierarchy Process (AHP) merupakan proses dalam
pengambilan keputusan dengan menggunakan perbandingan berpasangan
(Pairwise Comparisons) untuk menjelaskan faktor evaluasi dan faktor bobot
dalam kondisi multi faktor. Dengan demikian AHP digunakan manakala
keputusan yang akan diambil melibatkan banyak faktor, dimana pengambil
keputusan mengalami kesulitan dalam membuat bobot setiap faktor tersebut.
Pada kasus Analisis Agribisnis Produk Olahan Jeruk Kalamansi di Kota
Bengkulu ini Metode AHP menguji konsistensi anggapan terhadap suatu
alternative dalam pengambilan keputusan, sehingga ketika ditemukan
ketidakkonsistenan dalam memberikan anggapan atau bobot maka perlu dilakukan
reevaluasi, terhadap bobot-bobot yang diberikan kepada setiap faktor. Alternatif
produk olahan jeruk kalamansi terdiri dari 4 produk yakni Sirup Kalamansi,
Bubuk Kalamansi, Everfesen Kalamansi dan Masker kalamansi. Untuk itu pada
kondisi dimana terdapat kesulitan, maka diperlukan asistensi dari para pakar
dalam hal ini pejabat di Dinas Koperasi dan UKM dan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kota Bengkulu dalam menentukan bobot suatu faktor.
Tahap pertama metode AHP ini adalah pengambil keputusan membuat
urutan-urutan dalam pengambilan keputusan. Urutan-urutan ini menunjukan
faktor yang dipertimbangkan sebagai alternative-alternatif dalam pengambilan
keputusan. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam industri produk jeruk
16
kalamansi adalah Bahan baku, tenaga kerja dan pasar. Tahap berikutnya
digunakan perbandingan berpasangan, yang akan menghasilkan faktor bobot
(weigth Factor) dan Faktor evaluasi (Evaluation Factor). Alternatif yang
memiliki total weight score tertinggi adalah alternatif yang dipilih
4.2. Struktur Hierarki Pemilihan Alternatif Produk Komoditi Berbasis
Jeruk Kalamansi
Dari seluruh data primer yang diperoleh dan setelah diolah dengan bantuan
Criterium Decision Plus diperoleh struktur hierarki pemilihan alternatif yang
paling potensial produk olahan jeruk kalamansi seperti yang terlihat pada Gambar
1 berikut :
Gambar 1. Struktur Hierarki Pemilihan Produk Olahan Jeruk Kalamansi
Berdasarkan analisis data dengan bantuan Criterium Decision Plus yang
dilihat pada decision score maka produk olahan jeruk kalamansi yang potensial
17
untuk dikembangkan di Kota Bengkulu adalah Sirup Kalamansi. Hal ini dapat
dilihat dari gambar dibawah ini :
Gambar 2. Hasil Akhir Pemilihan Alternatif Produk Olahan Jeruk Kalamansi
Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa Produk berupa sirup kalamansi
mendapatkan nilai tertinggi yaitu 0,747 , produk yang lain mendapat nilai yang
lebih rendah, yakni Eferfesen kalamansi sebesar 0,722 , serbuk kalamansi 0,583
dan masker kalamansi 0,472. Berdasarkan hasil decision score tersebut maka
diambil keputusan bahwa Produk sirup kalamansi merupakan produk olahan jeruk
kalamansi yang paling potensial untuk dikembangkan di Kota Bengkulu.
Nilai decision score diatas diperoleh dari nilai kontribusi dari berbagai
aspek yang menjadi penilaian. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram kontribusi
level 2 dan 3 seperti terlihat pada gambar 3 dan 4 berikut :
18
Gambar 3 Kontribusi Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi Level 2
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai kontribusi terbesar untuk produk
sirup kalamansi disumbangkan oleh indikator Potensi Pasar sebesar 0,3 di ikuti
oleh eferfesen kalamansi sebesar 0,25 selanjutnya disusul oleh masker kalamansi
dan serbuk kalamansi. Hal ini disebabkan produk sirup kalamansi telah dikenal
masyarakat luas dan memiliki segmentasi pasar yang cukup luas. Namun
eferfesen kalamansi memiliki kontribusi terbesar dari indikator nilai tambah
selanjutnya disusul oleh serbuk kalamansi, sirup kalamansi dan masker kalamansi.
Hal ini karena eferfesen kalamansi memiliki nilai prestise yang tinggi dan nilai
jual yang lebih mahal. Dari indikator fasilitas produk sirup kalamansi memiliki
nilai kontribusi terbesar karena bisa dilaksanakan dengan teknologi yang
sederhana.
Selanjutnya untuk melihat bagaimana nilai kontribusi pada level 3 untuk
decision score sebagaimana dijelaskan diatas dapat dilihat pada gambar 4 berikut
ini :
19
Gambar 4 Kontribusi Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi Level 3
Gambar 4 Kontribusi Indikator Penilaian Terhadap Produk Kalamansi Level 3
Rangkuman nilai bobot atau skore dalam pemilihan produk berbasis jeruk
kalamansi dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini, sehingga di putuskan
memilih sirup kalamansi sebagai produk pilihan yang dikembangkan di Kota
Bengkulu saat ini.
Gambar 5 Hirarki keputusan berdasarkan prioritas dan nilai bobot Indikator
Penilaian Terhadap Produk Kalamansi
20
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang Analisis Agribisnis Produk Olahan Jeruk
Kalamansi di Kota Bengkulu, dapat disimpulkan bahwa:
1. Produk olahan yang paling potensial adalah produk Sirup kalamansi
dengan skor tertinggi yakni 0,747
2. Indikator yang mempengaruhi industri produk olahan jeruk kalamansi
adalah Potensi Pasar, Nilai Tambah, Fasilitas dan Bahan Baku
4.2. Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dalam makalah ini diantaranya:
1. Hendaknya pelaku agribisnis produk olahan jeruk kalamansi untuk dapat
meningkatkan penggunaan teknologi yang lebih baik, sehingga kuantitas
dan kualitas yang dihasilkan akan lebih baik
2. Pelaku agribisnis jeruk kalamansi perlu diikut sertakan dalam program
pelatihan atau magang ke daerah yang lebih maju sehingga penguasaan
teknologi dan pasar lebih berkembang.
3. Disarankan kepada Pemerintah Kota Bengkulu untuk memfasilitasi
sarana atau peralatan pengolahan jeruk kalamansi
21
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Beierlein, James G., Kenneth C. Schneeberger, and Donald D. Osburn. 1986.
Principles of Agribusiness Management. Prentice-Hall, New Jersey.
Branson, Robert E. and Douglas G. Norvell. 1983. Introduction to Agricultural
Marketing. Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Departemen Pendidikan dam Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kedua. Balai Pustaka, Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi Ketiga. PT Pustaka LP3ES,
Jakarta
.
Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian, Kumpulan Pemikiran. Editor Tungkot Sipayung, dkk.
Yayasan Mulia Persada, PT Surveyor Indonesia, dan Pusat Studi
Pembangunan LP – IPB, Jakarta.
Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya, Cetakan Kedua. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.