TUGAS AKHIR REDESAIN SYSTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH …repository.unugha.ac.id/528/1/REDESAIN...
Transcript of TUGAS AKHIR REDESAIN SYSTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH …repository.unugha.ac.id/528/1/REDESAIN...
i
TUGAS AKHIR
REDESAIN SYSTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA
SEWAGE TREATMENT PLANT (STP) UNTUK
PENINGKATAN KUALITAS AIR LIMBAH
DI CENTRAL PARK MALL JAKARTA
Diajukan guna melengkapi sebagian syarat
dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh :
Nama : Ahmad Muqorrobin
NIM : 41615110052
Program Studi : Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2017
ii
iii
vi
ABSTRAK
Central Park Mall merupakan Mega Integrated Complex bagian dari Mega
Proyek Podomoro City seluas 22 Ha. Missi dari Central Park Mall
memaksimalkan kepuasan stockholder dengan menjadikan Central Park Mall
sebagai tujuan belanja keluarga, pusat trendsetter dan selalu menjadi acuan
pengelolaan shoping center dengan melakukan perubahan perubahan yang
berkesinambungan serta menerapkan gaya hidup ramah lingkungan.
Dalam rangka melaksanakan kewajiban undang-undang yaitu Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik serta implementasi dari visi Central Park maka unit
pengolahan limbah tidak saja harus memenuhi ketentuan baku mutu air limbah
domestik tetapi juga harus dapat dimanfaatkan kembali untuk menjaga kelestarian
sumber daya air.
Kondisi saat ini proses pengolahan limbah yang ada pada sewage
treatment plant (STP) masih belum optimal. Teknologi proses pengolahan limbah
yang digunakan Central Park menggunakan reaktor kontak biologis putar atau
rotating biological reactor yang disingkat RBC. Prinsip kerja pengolahan air
limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik
dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada
permukaan media di dalam suatu reaktor.
Pengamatan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei 2011
menunjukkan volume limbah sudah mencapai 1300 m3 / hari. Hal inilah yang
menyebabkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Park
tidak lagi mampu mengolah limbah sebagaimana mestinya. Hasil Pengolahan data
menunjukan bahwa tingkat efisiensi penghilangan limbah dari beberapa parameter
baku mutu limbah berada pada kisaran 53 % - 76 % (ammoniak 53 %, BOD 64%,
COD 76% dan minyak dan lemak sebesar 66%).
Sedangkan tingkat penyimpangan hasil pengolahan limbah juga
menunjukkan penyimpangan yang sangat signifikan yaitu rata-rata di atas 100 %
dari nilai baku mutu yang dipersyaratkan. Penyimpangan baku mutu tertinggi
yaitu amoniak mencapai 162 %, selanjutnya minyak dan lemak sebanyak 139 %,
COD 113 % dan BOD sebesar 43 %.
Hasil desain ulang menghasilkan parameter desain sebagai berikut
(1)Ratio volume reaktor terhadap permukaan media (G) = 11,8 liter/m2, (2) Beban
BOD, LA = 3 gram BOD/m2/hari, (3) Beban Hidrolik, HL = 10,15 liter/m2/hari,
(4) Jumlah Tahap RBC 3 Tahap, (5) Diameter Disk 3 m, dan (6) Kecepatan
Putaran Disk 2 RPM.
Kata Kunci : Limbah, Rotating Biological Reactor (RBC), Baku Mutu Limbah,
vii
ABSTRACT
Central Park Complex Integrated Mega Mall is part of a Mega City Project
Podomoro area of 22 Ha. The mission of Central Park Mall maximize stockholder
satisfaction by making the Central Park Mall as a family shopping destination, the
center has always been a trendsetter and benchmark the management of shopping
centers to make changes and implement changes that sustainable eco-friendly
lifestyle.
In order to implement the obligations of the laws of the State Minister of
Environment, No. 112 of 2003 on Domestic Waste Water Quality Standards and
the implementation of the vision of Central Park is not only a waste treatment
facility must meet the provisions of domestic wastewater quality standards but
also must be able to be recovered to preserve water resources.
Current condition of existing sewage treatment process at the Sewage
Treatment Plant (STP) is still not optimal. Waste processing technology that is
used Central Park using biological contact reactor swivel or rotating biological
reactor which was shortened RBC. The working principle with RBC wastewater
treatment the waste water containing organic pollutants is contacted with a layer
of micro-organisms (microbial films) are attached to the surface of the media in a
reactor.
Observation for 3 (three) months from March to May 2011, show the
volume of waste has reached 1300 m3 / day. This is what causes the wastewater
treatment plant (WWTP) in Central Park are no longer able to process the waste
properly. The data processing results show that the rate of waste removal
efficiency of some quality parameters of raw sewage in the range 53% - 76%
(ammoniak 53%, 64% BOD, COD 76% and oil and grease by 66%).
While the level of waste diversion results also showed highly significant
deviation being the average over 100% of the value of the required quality
standard. The highest quality standard deviations of ammonia reached 162%, then
oil and fat as much as 139%, 113% COD and BOD by 43%.
Results redesign generate design parameters as follows (1) Ratio of the
volume of the reactor to the media surface (G) = 11.8 liter/m2, (2) BOD Surface
Loading, LA = 3 grams BOD/m2/hari, (3) Hydraulic Load, HL = 10.15
liter/m2/hari, (4) Number of RBC Phase 3 Phase, (5) Diameter Disk 3 m, and (6)
Speed Round RPM Disk 2.
Keywords: Waste, Rotating Biological Reactor (RBC), Waste Quality Standards
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia – Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Redesain System Pengolahan Air Limbah Pada Sewage Treatment
Plant (STP) Untuk Peningkatan Kualitas Air Limbah Di Central Park Mall –
Jakarta” sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjani Strata Satu (S1) Universitas
Mercu Buana
Dalam proses pengerjaan tugas akhir ini, penulis dibantu oleh beberapa
pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Istri dan anak tercinta yang selalu memberikan dukungan
moril dan materil sehingga penulis dapat mengerjakan tugas akhir dengan
semangat.
2. Bapak Very y Setyadi selaku CEO PT Central Prima Kelola
3. Ibu Pauline Vellani Sebagia Center Director PT Central Prima Kelola
4. Bpk Leonad Purba Sebagai GM Engineering PT Central Prima Kelola
5. Komite Biasiswa PT Central Park Mall Jakarta yang telah memberi
kepercayan kepada penulis
6. Rekan Di Central Park Mall Jakarta Yang telah membantu semua
7. Ir. Herry A. Prabowo, M.Sc. selaku pembimbing akademik tugas akhir
yang selalu dengan sabar meberikan kritik dan saran kepada penulis.
8. Ibu Dr. Ir. Zulfa Ikatrinasari, MT & Bapak Ir. Muhammad Kholil MT yang
selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada
saya untuk selalu terus maju ,
10. Keluarga besar Teknik Industri khususnya angkatan-27 Reguler 2 yang
penulis banggakan.
11. Pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang telah membantu
terselesaikannya tugas akhir ini secara langsung atau tak langsung.
ix
Penulis mempertimbangkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
tugas akhir ini. Demikian tugas akhir ini dibuat untuk menambah pengetahuan
bagi semua orang yang membaca.
Jakarta, 15 May 2017
Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup ........................................................................ 5
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................. 6
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah ................................................................... 8
2.1.1 Ciri-Ciri Air Limbah ...................................................... 9
2.1.2 Jenis Air Limbah ............................................................ 9
2.2 Sewage Treatment Plant ( STP ) ............................................. 10
2.3 Pengolahan Limbah Cair ......................................................... 10
2.4 Karakter Limbah ...................................................................... 11
2.4.1 Domestik ........................................................................ 11
2.4.2 Non Domestik ................................................................ 11
2.5 COD dan BOD ( Chemical Oxygen Demand dan Biologycal
Oxygen Demand ) .................................................................... 11
2.6 Teknologi Pengolahan Air Limbah di Central Park Mall ........ 14
2.7 Proses Pengolahan Dengan Sistem RCB ................................. 19
2.7.1 Bak Pemisah Pasir .......................................................... 20
2.7.2 Bak Pengendap Awal ..................................................... 20
xi
2.7.3 Bak Kontrol Aliran ......................................................... 20
2.7.4 Kontaktor (Reaktor) Biologis Putar ............................... 20
2.7.5 Bak Pengendap Akhir .................................................... 21
2.7.6 Bak Khlorinasi ............................................................... 21
2.7.7 Bak Pemekat Lumpur .................................................... 22
2.7.8 Parameter Desain RBC .................................................. 22
2.7.9 Keunggulan dan Kelemahan RBC ................................. 25
2.8 Diagram Pareto ........................................................................ 26
2.8.1 Pengertian Diagram Pareto ............................................ 26
2.8.2 Kegunaan Diagram Pareto ............................................. 26
2.8.3 Langkah-Langkah Membuat Diagram Pareto ................ 27
2.9 Cause-And-Effect Diagram / Diagram Sebab-Akibat ........... 28
2.10 Teori Desain .......................................................................... 30
2.11 Desain Awal RBC ................................................................. 31
2.12 Penelitian Sebelumnya .......................................................... 32
2.13 Kerangka Pemikiran .............................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 44
3.2 Tahapan Penelitian ................................................................ 44
3.2.1 Identifikasi Masalah ..................................................... 44
3.2.2 Studi Pustaka ............................................................... 45
3.2.3 Pengumpulan Data ....................................................... 45
3.2.4 Pengolahan Data .......................................................... 46
3.2.5 Analisa ......................................................................... 46
3.2.6 Kesimpulan dan Saran .................................................. 46
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data ................................................................ 47
4.1.1 Kondisi Umum Instalasi Pengolahan Air Limbah ....... 47
4.1.2 Data Laporan Harian Effluent Limbah ........................ 52
4.1.3 Batas Baku Mutu Limbah Domestik ........................... 52
4.2 Pengolahan Data .................................................................... 53
xii
4.2.1 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan
Baku Mutu Limbah Bulan Maret ................................. 53
4.2.2 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan
Baku Mutu Limbah Bulan April .................................. 55
4.2.3 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan
Baku Mutu Limbah Bulan Mei .................................... 56
4.2.4 Rata-rata Tingkat Efisiensi Pengolahan Limbah dan
Penyimpangan Baku Mutu Limbah Sistem STP .......... 57
4.2.5 Diagram Pareto Tingkat Penyimpangan Baku Mutu
Limbah pada Sistem STP ............................................. 58
4.2.6 Diagram Sebab Akibat ................................................. 59
4.2.7 Hasil Braintstroming Penyimpangan Baku Mutu
Limbah ......................................................................... 60
4.2.8 Desain Ulang RBC ...................................................... 61
4.2.8.1 Luas Permukaan Media RBC ........................ 61
4.2.8.2 Modul RBC ................................................... 62
4.2.8.3 Volume RBC ................................................. 63
4.2.8.4 Kecepatan Putaran Disk ................................ 63
4.2.9 Desain Grease Trap ...................................................... 64
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyebab Penyimpangan Baku Mutu ................................... 66
5.2 Masalah yang sering terjadi didalam proses RBC ............... 68
5.3 Diagram Sebab Akibat Penyimpangan Baku Mutu .............. 70
5.3.1 Tingginya Kandungan Amoniak .................................. 70
5.3.2 Tingginya Kandungan Minyak Dan Lemak ............... 71
5.3.3 Tingginya Kandungan COD dan BOD ........................ 72
5.4 Parameter Desain Ulang RBC ............................................... 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................... 78
6.2 Saran ...................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik Operasional Proses Pengolahan Air Limbah
dengan Proses Biologis ........................................................... 17
Tabel 2.2 Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Air Limbah
dengan Proses Biologis Aerobik ............................................. 18
Tabel 2.3 Hubungan antara konsentrasi BOD inlet dan beban BOD
untuk mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90% ........... 23
Tabel 2.4 Hubungan antara beban BOD dengan efisiensi penghilangan
BOD untuk air limbah domestic .............................................. 24
Tabel 2.5 Tabel Penelitian Sebelumnya .................................................. 33
Tabel 3.1 Variabel, satuan, metode analisa dan peralatan yang
digunakan ................................................................................ 45
Tabel 4.1 Variable yang diukur , analisanya dan alat yang digunakan ... 48
Tabel 4.2 Baku Mutu Limbah Cair Domestik Menurut Peraturan
Gubernur DKI No 122 Tahun 2005 ......................................... 53
Tabel 4.3 Resume Efisiensi Rata-rata Penghilangan Limbah Di Bulan
Maret 2016 ............................................................................... 54
Tabel 4.4 Resume Efisiensi Rata-rata Penyimpangan Nilai Ambang
Batas Limbah Di Bulan Maret 2016 ........................................ 54
Tabel 4.5 Resume Efisiensi Rata-rata Penghilangan Limbah Di Bulan
April 2016 ............................................................................... 55
Tabel 4.6 Resume Efisiensi Rata-rata Penyimpangan Nilai Ambang
Batas Limbah Di Bulan April 2016.......................................... 55
Tabel 4.7 Resume Efisiensi Rata-rata Penghilangan Limbah Di Bulan
Mei 2016 .................................................................................. 56
Tabel 4.8 Resume Efisiensi Rata-rata Penyimpangan Nilai Baku Mutu
Limbah Di Bulan Mei 2016 ..................................................... 57
Tabel 4.9 Tingkat Efisiensi hasil Pengolahan limbah Pada STP ............. 58
Tabel 4.10 Tingkat Penyimpangan Dari Baku Mutu Limbah Pada STP ... 58
xiv
Tabel 4.11 Rangking Penyimpangan Parameter Limbah Dari Nilai
Maksimum Baku Mutu Standart Tiap Parameternya ............... 59
Tabel 4.12 Jumlah Tenan dan banyak Tempat Duduk ............................... 64
Tabel 5.1 Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Sebelum Di
Redisain .................................................................................... 77
Tabel 5.2 Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Sesudah Di
Redisain .................................................................................... 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis
Aerobik ................................................................................ 16
Gambar 2.2 Diagram Alir Sistem Pengolahan Air Limbah Di Central
Park Mall ............................................................................. 16
Gambar 2.3 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem
RBC .................................................................................... 19
Gambar 2.4 Enviro RBC 3850 dan Proses flow diagram........................ 32
Gambar 4.1 Alat pengukur PH Meter .................................................... 48
Gambar 4.2 Alat pengukur COD/BOD .................................................. 49
Gambar 4.3 Process Flow Diagram STP dari Enviro RBC ................... 52
Gambar 4.4 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan Maret 2016 ........ 54
Gambar 4.5 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Keluar
STP di Bulan Maret 2016 ................................................... 54
Gambar 4.6 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan April 2016 ......... 55
Gambar 4.7 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Keluar
STP di Bulan April 2016 .................................................... 56
Gambar 4.8 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan Mei 2016 ........... 56
Gambar 4.9 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu LimbahKeluar
STP di Bulan Mei 2016 ...................................................... 57
Gambar 4.10 Diagram Pareto Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah 59
Gambar 4.11 Diagram Sebab- Akibat Terjadi Disperi Baku Mutu
Limbah ................................................................................ 60
Gambar 4.12 Bentuk Modul Media RBC ................................................. 62
Gambar 5.1 Diagram Sebab- Akibat Tingginya Kandungan Amoniak . 71
Gambar 5.2 Diagram Sebab- Akibat Tingginya Kandungan Minyak
Dan Lemak ......................................................................... 71
Gambar 5.3 Diagram Sebab - Akibat Tingginya Kandungan COD dan
BOD Penyebab ................................................................... 72
Gambar 5.4 Hasil Uji Laboratorium ....................................................... 76
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Laporan Harian Effluent Limbah Bulan Maret 2016 .......... 82
Lampiran 2 Laporan Harian Effluent Limbah Bulan April 2016 ........... 83
Lampiran 3 Laporan Harian Effluent Limbah Bulan Mei 2016 ............. 84
Lampiran 4 Efisiensi Penghilangan Amoniak dan Penyimpangan Baku
Mutu Amoniak Bulan Maret 2016 ..................................... 85
Lampiran 5 EfisiensiPenghilangan BOD danPenyimpangan Baku
MutuBOD BulanMaret 2016 ............................................. 86
Lampiran 6 EfisiensiPenghilangan COD danPenyimpangan Baku
MutuCOD BulanMaret 2016 ............................................. 87
Lampiran 7 Efisiensi Penghilangan Minyak dan Lemak dan
Penyimpangan Baku Mutu Minyak dan Lemak Bulan
Maret 2016 .......................................................................... 88
Lampiran 8 Efisiensi Penghilangan Amoniak dan Penyimpangan Baku
Mutu Amoniak Bulan April 2016 ....................................... 89
Lampiran 9 Efisiensi Penghilangan BOD dan Penyimpangan Baku
Mutu BOD Bulan April 2016 ............................................ 90
Lampiran 10 Efisiensi Penghilangan COD dan Penyimpangan Baku
Mutu COD Bulan April 2016 ............................................ 91
Lampiran 11 Efisiensi Penghilangan Minyak dan Lemak dan
Penyimpangan Baku Mutu Minyak dan Lemak Bulan
April 2016 ........................................................................... 92
Lampiran 12 Efisiensi Penghilangan Amoniak dan Penyimpangan
Baku Mutu Amoniak Bulan Mei 2016 ............................... 93
Lampiran 13 Efisiensi Penghilangan BOD dan Penyimpangan Baku
Mutu BOD Bulan Mei 2016 .............................................. 94
Lampiran 14 Efisiensi Penghilangan COD dan Penyimpangan Baku
Mutu COD Bulan Mei 2016 .............................................. 95
Lampiran 15 Efisiensi Penghilangan Minyak dan Lemak dan
Penyimpangan Baku Mutu Minyak dan LemakBulan Mei
2016 .................................................................................... 96
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pembangunan yang mempunyai wawasan lingkungan hidup
tidak terlepas dari adanya tindak lanjut sarana dan prasarana pengolahan
lingkungan, Dampak negetiv pada umum nya terjadi karena limbah padat dan
cair yang dapat menggangu kegiatan operasional,namun jika pengolahan
kurang baik dan air tercemar oleh limbah akab mencemari lingkungan sekitar
(Sudipa,dkk 2012).
Central Park Mall merupakan Mega Integrated Complex bagian dari
Mega Proyek Podomoro City seluas 22 Ha, berlokasi di jalur utama Jalan Let.
Jend. S. Parman Jakarta Barat. Termasuk di dalamnya terdapat Apartemen
Mediterania Garden I (2.734 unit) dan II (3.104 unit) dan apartemen Royal
Mediterania Garden (1.376 unit), dengan total seluruh unit mencapai 7.000
unit dan persentase hunian mencapai 90%. Kompleks apartemen ini akan
dilengkapi dengan taman yang berfungsi sebagai activity park bagi para
penghuninya. (Cpk, 2015).
2
2
Misi dari Central Park memaksimalkan kepuasan stockholder dengan
menjadikan Central Park sebagai tujuan belanja keluarga, pusat trendsetter
dan selalu menjadi acuan pengeloloaan shoping center dengan melakukan
perubahan perubahan yang berkesinambungan serta menerapkan gaya hidup
ramah lingkungan. (Cpk, 2015).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor
112 Ttahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik pada pasal 8,
menyatakan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan
dan apartemen wajib melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga
mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku
mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan. ( Peraturan Pemerintah
No.82 Tahun 2001 ).
Dalam rangka melaksanakan kewajiban undang-undang serta
implementasi dari visi Central Park maka unit pengolahan limbah tidak saja
harus memenuhi ketentuan baku mutu air limbah domestik tetapi juga harus
dapat dimanfaatkan kembali untuk menjaga kelestarian sumber daya air.
Kondisi saat ini proses pengolahan limbah yang ada pada sewage treatment
plant (STP) masih belum optimal. Belum optimalnya pengolahan limbah ini
menimbulkan kerugian sekitar 300 juta setiap bulan, serta effluent yang belum
memenuhi baku mutu. Hal tersebut tentunya sangat merugikan perusahaan. .
(Cpk, 2015).
Teknologi proses pengolahan limbah yang digunakan Central Park
menggunakan reaktor kontak biologis putar atau rotating biological reactor
3
yang disingkat RBC. RBC adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah
yang mengandung polutan organik yang tinggi secara biologis dengan sistem
biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan
RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan
lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan
media di dalam suatu reaktor. (Said, 2011)
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada
suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul
tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air
limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut. (Said, 2011)
Dengan cara seperti ini mikro-organisme misalnya bakteri, alga,
protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang
berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme
yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan
atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil
oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya,
sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.
Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya
sederhana, kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara
dalam jumlah yang besar, lumpur yang terjadi relatf kecil dibandingkan
dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak menimbulkan buih. (Said,
2011)
4
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah
dengan sistem RBC antara lain yakni :
1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang
timbul bau yang kurang sedap.
Berdasarkan latar belakang di atas maka diajukan penelitian dengan judul
REDESIAN SYSTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA SAWAGE
TREATMENT PLANT (STP) UNTUK PENINGKATAN AIR LIMBAH DI
CENTRAL PARK MALL JAKARTA untuk mengetahui tingkat inefisiensi
peralatan rbc serta penyebab penyimpangan hasil pengolahan limbah dari
nilai baku mutu yang distandarkan. Permasalahan penyimpangan baku mutu
limbah yang terjadi secara spesifik untuk masing-masing parameternya
menunjukkan penyimpangan yang signifikan. Hal ini karena debit limbah
yang sudah jauh melebih kapasitas awal (dari 850 m3/hari menjadi 1300
m3/hari). Diagram Pareto dalam kajian ini digunakan untuk mengetahui
tingkat inefisiensi peralatan rbc berdasarkan nilai baku mutunya. Sedangkan
Diagram Sebab Akibat digunakan untuk mengetahui faktor – faktor yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan hasil pengolahan limbah dari nilai
baku mutu yang distandarkan. Acuan yang digunakan untuk penyimpangan
baku mutu adalah Peraturan Gubernur DKI No. 122 Tahun 2005 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Domestik .
5
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
penulis dalam penelitian ini akan membahas
1. Bagaimana menganalisa kegagalan proses pengolahan limbah dengan
mengunakan metode diagram pareto dan diagram sebab akibat sehingga
bisa memenuhi standart baku yang ada
2. Bagaimana mengupgread teknologi pengolahan limbah agar pengolahan
limbah sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Menganalisa kegagalan proses pengolahan limbah pada reaktor kontak
biologis putar (RBC) sehingga effluent yang dihasilkan tidak bisa
memenuhi ketentuan baku mutu air limbah.
2. Mendesain ulang teknologi proses pengolahan limbah.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini dibatasi oleh ruang lingkup sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada sewage treatment plant Central Park Mall,
Jakarta Barat.
2. Metode analisa kegagalan proses dilakukan dengan analisa sebab akibat.
3. Desain ulang dilakukan pada sistem sewage treamnent plant.
6
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam menyusun laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan masalah utama dari penelitian ini yang meliputi
latar belakang,tujuan penelitian, ruang lingkup, metodologi
serta sistematika penulisan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis membahas mengenai teori-teori yang dapat
dijadikan landasan penelitian. Pada bab ini berisikan teori –
teori yang berkaitan dengan Diagram Pareto dan Diagram sebab
akibat
BAB III. METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran,
rencana penelitian, jadwal kegiatan dan metode yang diterapkan
dalam penelitian
BAB IV. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Menyajikan rincian data yang dikumpulkan dan kemudian
disajikan menjadi informasi .
BAB V. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berisikan mengenai analisa dan pembahasan berdasarkan data
yang terkumpul serta uraian dari hasil analisis dari
permasalahan.
7
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan rangkuman uraian pembahasan dari pemecahan
masalah dan hasil-hasilnya serta saran-saran untuk perbaikan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya)( Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 ).
Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi
mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan
sumber daya.Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik
sebagai keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses,
diperdagangkan, diangkut dan lain-lain.
Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen,
amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan
masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara
kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik
(Nurdijanto,dkk2011 ).
9
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada
jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang
Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti,
tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan,Oleh sebab itu
pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan akibat-akibat pada
suatu jangka waktu yang cukup jauh.(Agusnar , 2008 )
2.1.1 Ciri-Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung didalam persediaan air
bersih ,air limbah mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk
keperluan rumah tangga,komersial dan industry. Beberapa analisis yang
dipakai untuk penentuan cirri-ciri fisik, kimiawi, dan biologis dari kotoran
yang terdapat dari air limbah.
2.1.2 Jenis Air Limbah
Berdasarkan karakteristiknya limbah dapat digolongkan menjadi 4
macam,yaitu :
• Limbah Cair : Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair
• Limbah Padat :Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik.
• Limbah gas dan partikel : Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh
beberapa partikel zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan
jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida ,ozon (asap kabut
fotokimiawi), karbon monoksida dan timah
10
• Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) : Suatu limbah digolongkan
sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang
sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan
kesehatan manusia
2.2 Sewage Treatment Plant ( STP )
Sewage Treatment Plant merupakan bangunan instalasi system
pengolah limbah rumah tangga atau limbah cair domestik termasuk limbah
dari dapur, air bekas, air kotor, limbah maupun kotoran. Limbah yang
mengandung logam berat akan mendapat perlakuan khusus, bukan termasuk
dalam limbah domestik.
Tujuan dari system pengolahan limbah cair domestik adalah agar
limbah tidak mengandung zat pencemar lingkungan, sehingga layak buang
sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku
2.3 Pengolahan Limbah Cair
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokan menjadi lima
jenis. Masing-masing perlakuan pada kelompok pengolahan biasanya
mencerminkan tujuan dalam penghilangan limbah yang ada.
• Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
• Pengolahan Primer (Primary Treatment)
• Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
• Pengolahan Akhir (Final Treatment)
• Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
11
2.4 Karakter Limbah
Berdasarkan karakter sifat, kandungan serta asal limbah, jenis limbah
dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu :
2.4.1 Domestik
Limbah domestik adalah semua buangan yang berasal dari kamar
mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga,
apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang secara kuantitatif
limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa zat padat ataupun cair, bahan
berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemak dan bakteri terutama golongan
fekal coli, jasad pathogen, dan parasit (Satrawijaya, 2001 )
2.4.2 Non Domestik
Limbah domestik sangat bervariasi, terlebih-lebih untuk limbah
industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman
yang bersifat organik, bahan pemberantas hama dan penyakit (peptisida,
bahan pupuk yang mengandungnitrogen,fosfor,sulfur,mineral dan
sebagainya) (Satrawijaya, 2001)
2.5 COD dan BOD ( Chemical Oxygen Demand dan Biologycal Oxygen
Demand)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang teriri dari unsur karbon,
hydrogen dan oksigen dengan unsur tambahan lain seperti nitrogen, belerang,
dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen.
Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini
diperlukan untuk mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organik yang
12
sukar dihancurkan secara oksidasi. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan
pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai BOD selalu lebih
kecil dari nilai COD diukur pada senyawa organik yang dapat diuraikan
maupun senyawa organik yang tidak dapat diuraikan (Agusnar, 2008).
Laju aliran dan keragaman laju aliran merupakan faktor penting dalam
rancangan proses. Sejumlah unit dalam kebanyakan system penanganan harus
dirancang berdasarkan puncak laju alir dan memberikan pertimbangan untuk
meminimumkan keragaman laju aliran bila mana mungkin (Jenie,1993).
Chemical Oxigen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang terdapat dalam 1 ml
sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen terlarut.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organik
yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air.
Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan
organik dalam sampel. Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi
bahan organik pada suhu tinggi. Berbagai prosedur COD yang menggunakan
waktu reaksi dari menit sampai 2 jam dapat digunakan.
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan mercuri sulfat diperlukan
masing-masing untuk mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin
oksidasi senyawa-senyawa organik kuat menjadi teroksidasi.
13
Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-
nilai yang berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai-
nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD. Perbedaan di antara kedua nilai
disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang tahan terhadap
oksidasi kimia, seperti lignin, bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia
dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji BOD 5 hari seperti
selulosa, lemak berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya bahan
toksik dalam limbah yang akan mengganggu uji BOD tetapi tidak untuk
COD.
Walaupun metoda COD tidak mampu mengukur limbah yang
dioksidasi secara biologis, metode COD mempunyai nilai praktis. Untuk
limbah spesifik dan pada fasilitas penanganan limbah spesifik adalah
mungkin untuk memperoleh korelasi yang baik antara nilai COD dan BOD.
Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama
penanganan. Bahan yang teroksidasi secara biologis akan turun selama
penanganan, sedangkan bahan yang tidak teroksidasi secara biologis tetapi
teroksidasi secara kimia tidak turun. Bahan yang tidak teroksidasi secara
biologis akan terdapat dalam limbah yang belum diberi penanganan dan akan
meningkat karena residu massa sel dari respirasi endogenes. Nisbah COD dan
BOD akan meningkat dengan stabilnya bahan yang teroksidasi secara
biologis.(Jenie,1993).
14
2.6 Teknologi Pengolahan Air Limbah Di Central Park Mall
Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya
menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan
antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis
tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi
anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik.
Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses
biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga yakni :(Said, 2012)
1. Proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture)
2. Proses biologis dengan biakan melekat (attached culture)
3. Proses pengolahan dengan sistem lagon atau kolam.
Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan
dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa
polutan yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan
secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan
dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar/konvesional
(standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended
aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya.
15
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah
dimana mikro-organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media
sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Beberapa
contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain :trickling
filter atau biofilter, rotating biological contactor (RBC), contact
aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnnya.
Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagon atau kolam
adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan
waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme
yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai.
Gambar 2.1 sedangkan karakteristik pengolahan, parameter
perencanaan serta efisiensi pengolahan untuk tiap tiap jenis proses dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Untuk memilih jenis teknologi atau
proses yang akan digunakan untuk pengolahan air limbah, beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain : karakteristik air limbah, jumlah limbah serta
standar kualitas air olahan yang diharapkan.
16
Gambar 2.1 Klasifikasi Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Aerobik
Sumber : Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala
Individual Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3,
Tahun II, 1995
Secara garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah secara
aerobik dapat dilihat seperti pada gambar di atas dimana proses pengolahan
limbah dikelompokan.
Gambar 2.2 Diagram alir Sistem pengolahan Air limbah di Central Park Mall
Secara garis besar sistem pengolahan air limbah di Central Park Mall
Jakarta diawali dari Tenan (Restoran ) kemudian masuk kedalam bak
penampungan Sawage Plant Greasr Trap (SPGT) kemudian di transfer
mengunakan Pompa sumersible ke dalam Sawage Treatment Plant ( STP )
kemudian masuk kedalam Rotaring Biological Control ( RBC ) dan diolah
kemudian keluar ke Efluent dimana didalam effluent air limbah dibuang ke
saloran kota dan di olah kembali untuk dimanfaatkan untuk air flusing, air
siram taman, air coolin tower
Tenan SPGT STP RBC EFLUENT
17
Tabel 2.1 Karakteristik Operasional Proses Pengolahan Air Limbah
dengan Proses Biologis
No. Karakteristik
Proses Jenis Proses
Efisiensi
Penghilangan
BOD (%)
Keterangan
1. Proses Biomasa
Tersuspensi
Lumpur Aktif
Standar 85-95 -
Step Aeration 85-95 Digunakann untuk beban
pengolahan yang besar
Modified Aeration 60-75
Untuk pengolahan
dengan kualitas air
olahan sedang
Contact Stabilization 80-90
Digunakan untuk
pengolahan paket. Untuk
mereduksi ekses lumpur.
High Rate Aeration 75-90
Untuk pengolahan paket,
bak aerasi dan
pengendapan akhir
merupakan satu paket.
Memerlukan area yang
kecil.
Pure Oxygen Process 85-95
Untuk pengolahan yang
sulit diuraikan secara
biologis. Luas area yang
dibutuhkan kecil.
Oxidation Ditch 75-95
Kontruksinya mudah,
tetapi memerlukan area
yang luas.
2. Proses Biomasa
Melekat
Trickling Filter 80-95
Sering timbul lalat dan
bau. Proses operasinya
mudah.
Rotating Biological
Contactor 80-95
Konsumsi energi rendah,
produksi lumpur kecil.
Tidak memerlukan
proses aerasi.
Contact Aeration
Process 80-95
Memungkinkan untuk
menghilangkan nitrogen
dan phospor
Biofilter Unaerobic 65-85
Memerlukan waktu
tinggal yang lama,
lumpur yang terjadi
kecil.
3. Lagon Kolam Stabilisasi 60-80
Memerlukan waktu
tinggal yang cukup lama
dan area yang
dibutuhkan luas
Sumber : Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala
Individual Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3,
Tahun II, 1995.
18
Pada table diatas menunjukan karakteristik proses operasional air
limbah secara biologis aerobic dimana pembagian tiap proses dijelaskan
secara detail.
Tabel 2.2 Parameter Perencanaan Proses Pengolahan Air Limbah
dengan Proses Biologis Aerobik
Jenis Proses
Beban BOD
MLSS
Mg/Lt QA/Q
T
(Jam)
Efisiensi
Penghilang
an BOD
(%)
BOD kg/kg
SS.D
BOD
Kg/M3.D
Proses
Biomasa
Tersuspensi
Lumpur Aktif
Standar 0,2-0,4 0,3-0,8 1500-2000 3-7 6-8 85-95
Step Aeration 0,2– 0,4 0,4-1,4 1000-1500 3-7 4-6 85-95
Modified
Aeration 1,5 – 3,0 0,6-2,4 400-800 2-2,5 1,5-30 60-75
Contact
Stabilization 0,2 0,8-1,4 2000-8000 >12 >5 80-90
High Rate
Aeration 0,2 – 0,4 0,6– 0,4 3000-6000 5-8 2-3 75-90
Pure Oxygen
Process 0,3 – 0,4 1,0 -2,0 3000-4000 - 1-3 85-95
Oxidation
Ditch
0,03–
0,04 0,1 -0,2 3000-4000 - 24-48 75-95
Extended
Aeration 0,03-0,05 0,15-0,25 3000-6000 >15 16-24 75-95
Proses
Biomasa
Melekat
Trickling
Filter -
0,15 -
0,25 3000-6000 - - 80-95
Rotating
Biological
Contactor
- 0,08 -0,4 - - - 80-95
Contact
Aeration
Process
- 0,01 -0,3 - - - 80-95
Biofilter
Unaerobic - - - - - 65-85
Sumber : Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala
Individual Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3,
Tahun II, 1995.
19
Pada table diatas menunjukan parameter perencanaan proses
pengolahan air limbah dengan proses biologis aerobic secara detail setiap
prosesnya
2.7 Proses Pengolahan Dengan Sistem RCB
Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC
adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan
organik yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached
culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah
yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-
organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam
suatu reaktor. (Said, 2012)
Secara garis besar proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC
terdiri dari bak pemisah pasir, bak pengendap awal, bak kontrol aliran,
reaktor/kontaktor biologis putar (RBC), Bak pengendap akhir, bak khlorinasi,
serta unit pengolahan lumpur. Diagram proses pengolahan air limbah dengan
sistem RBC adalah seperti pada Gambar 2.2
Gambar 2.3 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem RBC.
Sumber : Said, N.I., "Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Reaktor Biologis
Putar dan Parameter Disain", JAI Vol 4 No 2, 2011.
20
2.7.1 Bak Pemisah Pasir
Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir,
sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan.
Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah
kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada
masukkan kolam pemisah pasir tersebut. (Said, 2011)
2.7.2 Bak Pengendap Awal
Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak
pengedap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan
tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengedap
awal adalah 2 - 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan daan
dipompa ke bak pengendapan lumpur.(Said, 2011)
2.7.3 Bak Kontrol Aliran
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan,
kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk
disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun / kecil, maka air limbah
yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-
sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.(Said, 2011)
2.7.4 Kontaktor (Reaktor) Biologis Putar
Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari
bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau
dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup
sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira
21
2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada
permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film)
biologis. Film biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis/spicies mikro-
organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan lainnya. Mikro-organisme
yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senaywa
organik yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis tersebut makin lama
makin tebal dan kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan
lumpur orgnaik tersebut akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya laisan
biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media dengan
sendirinya. (Said, 2011)
2.7.5 Bak Pengendap Akhir
Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya
dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC
lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air
limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah jernih,
selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap
di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur
yang berasal dari bak pengendap awal. (Said, 2011)
2.7.6 Bak Khlorinasi
Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih
mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi
menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air
limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi
22
untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak
khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan
waktu kontak tertentu sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di
matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke
badan air.(Said, 2011)
2.7.7 Bak Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak
pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut
lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan
sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatant
yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan
lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung
pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur
di tempat lain. (Said, 2011)
2.7.8 Parameter Desain RBC
Merancang unit pengolahan air limbah dengan system RBC, beberapa
parameter desain yang harus diperhatikan antara lain parameter yang
berhubungan dengan beban (loading). Beberapa parameter tersebut antara
lain :
1. Ratio volume reaktor terhadap luas permukaan media (G)
Harga G adalah menunjukan kepadatan media yang dihitung sebagai
perbandingan volume reaktor dengan luas permukaan media.
(liter/m2) G = (V/A) x 103
23
Dimana :
V = volume efektif reaktor (m3)
A = luas permukaan media RBC (m2)
Harga G yang digunakan untuk perencanaan biasanya berkisar antara 5 -9
liter per m2.
2. Beban BOD (BOD Surface Loading)
(gr/m2.hari)
Dimana :
Q = debit air limbah yang diolah (m3/hari)
Co = Konsentrasi BOD (mg/L)
A = Luas Permukaan media RBC (m2)
Beban BOD atau surface loading yang biasa digunakan untuk perencanaan
system RBC yakni 5-20 gram –BOD/m2/hari. Hubungan antara beban
konsentrasi BOD inlet dan beban BOD terhadap efisiensi pemisahan BOD
untuk air limbah domestik ditujukan pada Tabel 3.3, sedangkan hubungan
antar beban BOD terhadap efisiensi penghilangan BOD ditunjukan pada
Tabel 3.4 berikut.
Tabel 2.3 Hubungan antara konsentrasi BOD inlet dan beban BOD untuk
mendapatkan efisiensi penghilangan BOD 90%.
Konsentrasi BOD inlet (mg/L) Beban BOD, LA (gr/m2. hari)
300 30
200 20
150 15
100 10
50 5
Sumber :Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu, “ Eisei Kougaku Enshu –Jouswuidou to
gesuidou”, Morikita Shupan, Tokyo, 1992.
BOD Loading= LA = (Q x Co) / A
24
Tabel 2.4 Hubungan antara beban BOD dengan efisiensi penghilangan
BOD untuk air limbah domestik.
Beban BOD, LA
( gr/m2. Hari )
Efisiensi penghilangan BOD
( % )
6 93
10 92
25 90
30 81
60 60
Sumber :Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu, “ Eisei Kougaku Enshu –Jouswuidou to
gesuidou”, Morikita Shupan, Tokyo, 1992.
3. Beban Hidrolik ( Hydraulic Loading, HL).
Beban hidrolik adalah jumlah air limbah yang diolah per satuan luas
permukaan media per hari.
(liter/m2.hari)
Dalam sistem RBC, parameter ini relatif kurang begitu penting dibanding
dengan parameter beban BOD, tetapi jika beban hidrolik terlalu besar
maka akan mempengaruhi pertumbuhan mikro-organisme pada permukaan
media. Selain itu jika beban hidrolik terlalu besar maka mikro-organisme
yang melekat pada permukaan media akan terkelupas.(Said, 2011)
4. Jumlah Tahap (Stage)
Di dalam system RBC , reactor RBC dapat dibuat beberpa tahap (stage)
tergantung dari kualitas air olahan yang diharapkan. Makin banyak jumlah
tahapannya efisiensi pengolahan juga makin besar.(Said, 2011)
HL = (Q/A) x 1000
25
5. Diameter Disk
Diameter RBC umumnya berkisar antara 1m sampai 3,6 meter. Apabila
diperlukan luas permukaan media RBC yang besar, satu unit modul RBC
dengan diameter yang besar akan lebih murah dibandingkan dengan
beberapa modul RBC dengan diameter kecil, tetapi strukturnya harus kuat
untuk menahan beban beratnya. (Said, 2011)
6. Kecepatan Putaran
Kecepatan putaran umumnya ditetapkan berdasarkan kecepatan peripheral.
Biasanya untuk kecepatn peripheral berkisar antara 15-20 meter per menit
atau kecepatan putaran 1- 2 rpm. Apabila kecepatan putaran lebih besar
maka transfer oksigen dari udara di dalam air limbah menjadi lebih besar,
tetapi akan memerlukan energy yang lebih besar. Selain itu apabila
kecepatan putaran terlalu cepat pembentukan lapisan mikro-organisme
pada permukaan media RBC akan menjadi kurang optimal.(Said, 2011)
2.7.9 Keunggulan dan Kelemahan RBC
Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC
antara lain :
1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.
2. Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konsumsi energi lebih rendah.
3. Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap
fluktuasi beban pengoalahan.
26
4. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan
ammonium lebih besar.
5. Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses lumpur
aktif.
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah
dengan sistem RBC antara lain yakni :
1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang
timbul bau yang kurang sedap.
2.8 Diagram Pareto
2.8.1 Pengertian Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
bardasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada
sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta di tempatkan pada
sisi paling kanan (Gasperz,1989).
2.8.2 Kegunaan Diagram Pareto
Beberapa kegunaan diagram pareto menurut Gasperz (1989) adalah
sebagai berikut :
27
1. Menentukan frekuensi relatif dari urutan pentingnya masalah-masalah atau
penyebab-penyebab dari masalah yang ada.
2. Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan
ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu
dalam bentuk yang signifikan.
2.8.3 Langkah-Langkah Membuat Diagram Pareto
Penjelasan proses pembuatan Diagram Pareto akan dikemukakan
melalui beberapa langkah berikut (Gasperz, 1989) :
1. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi kategori-
kategori atau penyebab-penyebab dari masalah yang akan
diperbandingkan. Setelah itu merencanakan dan melaksanakan
pengumpulan data.
2. Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi
kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir
pengumpulan data atau lembar periksa.
3. Membuat daftar masalah secara berturut berdasarkan frekuensi kejadian
dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif,
persentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara
kumulatif.
4. Menggambar dua buah garis vertical dan sebuah garis horizontal.
5. Garis vertikal
6. Garis vertical sebelah kiri : buatkan pada garis ini, skala dari nol sampai
total keseluruhan dari kerusakan atau ketidaksesuaian.
28
7. Garis vertical sebelah kanan : buatkan pada garis ini, skala dari 0 %
sampai 100 %.
8. Garis Horizontal
9. Bagilah garis ini kedalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya
item masalahyang akan diklasifikasikan.
10. Buatkan histogram pada diagram Pareto
11. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif (total
kumulatif atau persen kumulatif) di sebelah kanan atas dari interval setiap
item masalah.
12. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab-
penyebab utama masalah yang sedang terjadi itu. Untuk mengetahui akar
penyebab dari suatu masalah, kita dapat menggunakan diagram sebab
akibat atau bertanya mengapa beberapa kali ( konsep five whys ).
2.9 Cause-And-Effect Diagram / Diagram Sebab-Akibat
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukan
hubungan antara sebab dan akibat. Diagram sebab-akibat dipergunakan
untuk menunjukan faktor-faktor penyebab (sebab) dankarakteristik kualitas
(akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab-
akibat ini sering disebut diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena
bentuknya seperti kerangka tulang ikan, atau diagram Ishikawa ( Ishikawa’s
diagram ) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.Kaoru Ishikawa
dari universitas Tokyo pada tahun 1953.
29
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut (Gasperz,1989) :
1. Menentukan mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
2. Membantu menumbuhkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
3. Membantu penyelidikan suatu pencarian faktor-faktor lanjut.
Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab-akibat dapat
dikemukakan sebagai berikut, Gasperz (1989) :
1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan
mendesak untuk diselesaikan.
2. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan , yang merupakan
akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kepala ikan ,
kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan
pernyataan masalah itu dalam kotak.
3. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama (sebab-akibat) yang
mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga ditempatkan
dalam kotak. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori utama dapat
dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-
faktor : manusia, mesin ,peralatan, material, metoda kerja, lingkungan
kerja,pengukuran dan lain-lain atau serifikasi melalui langkah-langkah
actual dalam proses. Faktor-faktor penyebab atau kategori-kategori dapat
dikembangkan melalui brainstorming.
4. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-
penyebab utama (tulang-tulang besar),serta penyebab-penyebab sekunder
itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang.
30
5. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab
sekunder (tulang-tulang berukuran sedang),serta penyebab-penyebab
tersier itu dinyatakan sebagai tulang ikan berukuran kecil.
6. Tuliskan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-
faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh yang nyata
terhadap karakteristik kualitas.
7. Catatlah informasi yang perlu di dalam diagram sebab-akibat , sepeti
judul, nama produk , proses, kelompok, daftar partisipan, tanggal dan
lain-lain.
2.10 Teori Desain
Penelitian Desain adalah kerangka kerja yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian, Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu
memiliki kekhasan masing-masing ,namun prinsip – prinsip umum nya
memiliki banyak kesamaan. Desain penelitian memberikan gambaran
tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan
untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Oleh karena itu sebuah
desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelitian
yang efektif dan efisien. (Nurdijanto, dkk 2011)
Memecahkan masalah ,desain dimulai dengan mengadakan
penyelidikan dan evaluasi yang sudah dikerjakan dan diketahui. Dari
penyelidikan itu akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji
dengan data yang diperoleh untuk memecahkan suatu masalah. Dari sini
31
pula dapat dicari beberapa petunjuk tentang desain yang akan dibuat untuk
penelitian yang akan di kembangkan.(Nurdijanto, dkk 2011)
2.11 Desain Awal RBC
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Park
menggunakan sistem pengolahan air limbah Enviro RBC. Proses ini
menggunakan proses Fixed Bed Reactor (pertumbuhan melekat) sistem
Rotating Biological Contactor (RBC). RBC didesain untuk mengolah
limbah sebesar 850 m3 / hari yang berasal dari unit retail. Adapun
spesifikasi awal dari RBC adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas Pengolahan : 850 m3/hari
2. Dimensi Tanki RBC : 25,5 x 6 x 5 m (pxlxt)
3. Volume Tangki RBC : 765 m3
4. Kualitas influent
a. BOD in : 300 ppm
b. COD in : 500 ppm
5. Kualitas effluent
a. BOD out : 20 ppm
b. COD out : 50 ppm
c. pH : 6-9
6. Type : ENVIRO RBC 3850
7. Media Pertumbuhan Bakteri
a. Luas : 5220 m2
b. Material : High Density Polyethylen (HDPE)
32
c. Media Diameter : 2,4 meter
8. Kontruksi Tangki
a. Material : Mild Steel SS400
b. Finishing : Sandbalsting + primer coating 150 micron
chemical resistant + epoxy coating 150 micron.
Gambar 2.4 ENVIRO RBC 3850 dan Proses Flow Diagram
2.12 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai pengolahan limbah sudah banyak dilakukan
dengan banyak metode penilitian yang dipakai contoh nya dengan
mengunakan metode diagram pareto dan sebab akibat. Untuk menunjang
penelitian di tugas akhir ini penulis menambahkan beberapa rangkuman dari
penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lain, yang dapat terlihat dari
tabel dibawah ini.
33
Tabel 2.5 Tabel Penelitian Sebelumnya
No Nama Dan
Tahun Judul Publikasi Hasil
1 Sudipa dkk
(2012)
Studi Kualitas
Hasil
Pengolahan
Air Limbah -
Kasus Salah
Satu Hotel
Berbintang Di
Bali
Udayana
University
Metodologi penelitian ini adalah
menganalisis air limbah hotel
berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 52 Tahun
1995. Menganalisis hasil pengolahan
air limbah dan air sungai
berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2001.Dari
pemeriksaan air diperoleh hasil
sebagai berikut: untuk sampel yang
diambil pada minggu I-III sebelum
pengolahan pada IPAL hotel
semuanya termasuk katagori cemar
berat. Sampel air yang diambil
sesudah pengolahan termasuk
katagori cemar berat berdasarkan
kriteria mutu air kelas I, II, III dan
IV. IP terendah 13,39 dan tertinggi
22,15. Sampel air yang diambil pada
bagian hilir termasuk katagori cemar
ringan untuk kriteria mutu air kelas I
dan memenuhi kriteria mutu untuk
kriteria mutu air kelas II, III, dan IV.
Sampel air yang diambil pada bagian
hulu termasuk katagori cemar ringan
untuk kriteria mutu air kelas I dan
dan memenuhi kriteria mutu untuk
kriteria mutu air kelas II, III, dan IV,
Indeks Pencemaran pada hasil
pengolahan air limbah di hotel tidak
berdampak terhadap kualitas air
2 Nusa
Idaman
Said
(2011)
Pengolahan
Air Limbah
Dengan Sistem
Reaktor
Biologis Putar
(Rotating
Biological
Badan
Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi
(BPPT)
Pengolahan air limbah system RBC
merupakan system pengolahan air
limbah dengan proses aerobic
dengan system biakan melekat yang
memelilki beberapa keunggulan
antara lain opersaionalnya mudah,
konsumsi energy relative kecil serta
34
Contaktor)
Dan Parameter
Disain
lumpur sedikit, Kualitas air olahan
efluen dengan system RBC umum
nya relative lebih rendah
dibandingkan dengan kualitas efluen
dengan lumpur aktif yang
dioprasionalkan dengan baik, Sistem
RBC umumnya kurang sesuai untuk
pengolahan air limbah denagn
konsentratsi BOD yang tinggi ,
Untuk mengatasi hal tersebut system
RBC dapat digabung denagn proses
lain misalnya dengan proses lumpur
aktif atau kombinasi proses
anaerobic dan proses RBC.
3 Agus
Nurdijanto
Dkk
(2011)
Rancang
Bangun Dan
Rekayasa
Pengolahan
Limbah Cair
Rumah Sakit
(Studi Kasus
Rumah Sakit
Kristen Tayu,
Pati)
PSIL
UNDIP
Limbah cair Rumah sakit Kristen
Tayu Pati terdiri atas limbah cair
infeksius dan non infeksius yang
memberikan Nilai COD (Chemical
Oxygen Demand) cukup tinggi
sebesar,121,60 mg/l yang
menunjukkan kandungan senyawa
organik yang cukup tinggi.Limbah
Cair tersebut terbuang ke sungai di
Desa Sambiroto Kecamatan
Tayu,Pati tanpa diolah dengan
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) .Proses Aerob dan Anaerob
yang menjadi dasar teori
memberikan solusi bahwa Proses
Pengolahan Limbah Cair Rumah
Sakit menggunakan sistim Trickling
Filter dan Baffled Tank Reaktor.
Penelitian ini dilakukan dengan
Sistem Batch dan Sistim Kontinyu,
dengan Analisa SWOT, Kekuatan
dan Kelemahan cenderung
memberikan Nilai Skor total pada
Kelemahan : 1,0 sedangkan Peluang
dan Ancaman memberikan
deregulasi skor total pada Peluang
0,8 untuk membuat IPAL. Dari
hasil peneitian didapatkan bahwa
35
dengan menggunakan lumpur aktif
melalui sistim Batch dan Kontinyu
didapatkan hasil sesuai dengan baku
mutu yang diharapkan perlu
dilakukan pengelolaan dan
pemantaun hubungan serta evaluasi
dan analisis terhadap pola limbah
cair di rumah sakit ,desain rancang
bangun IPAL, dan sisa limbah IPAL
sebaiknya diproses.
Dari Analisa SWOT didapatkan hasil
bahwa manajemen pengelolan
limbah cair harus dilaksanakan di
Rumah Sakit Kristen Tayu Pati
karena belum mempunyai Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Untuk Skala Laboratorium lebih baik
memakai Sistim Batch sedangkan
sistim kontinyu lebih baik untuk
skala pengolahan limbah cair skala
besar.
4 Indriyanti
(2013)
Pengolahan
Limbah Cair
Industry
Minuman
Badan
Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi
(BPPT)
Pada pelaksanaan pengamatan yang
dilakukan selama 3 (tiga) bulan
pada pumpingpit parameter yang
diukur adalah temperature, pH. Pada
tangki aerasi I adalah pH, DO dan
COD, sedangkan pada tangki aerasi
II adalah pH, DO. Pada tangki
pengendapan adalah COD dan
TSS. Pengamatan dilakukan setiap
hari selama3 (tiga) bulan.
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan selama 3 (tigabulan)
didapat hasil seperti terlihat pada
Tabe l1.
Berdasarkan hasil pemantauan di
Pump Pit temperature rata-rata
sebesar 34,4oC, dan pH6, 99 masih
masuk karakteristik desain, pada
tangki aerasi I pH7, 36, DO2,
07mg/L, dan COD148mg/L masih
masuk dalam karakteristik desain,
36
pada tangki aerasi II temperature 31,
23oC. pH7, 47 dan DO5, 26 untuk
temperature danp H masuk dalam
karakteristik desain tapi untuk DO
hasilnya tidak memenuhi
karakteristik desain, sedangkan
pada tangki pengendapan untuk
outlet dihasilkan COD
57,40mg/ldanTSS26, 10mg/l masuk
dalam karakterisitk desain yang
ditetapkan oleh standar baku mutu
untuk DKI Jakarta. Hasil pengamatan
terhadap pH selama 3 bulan terlihat
masih pada batasan normal karena
tidak terlihat penyimpangan yang
cukup besar dan masih didalam
standar desain unit pengolah
limbah, sedangkan untuk
temperature juga masih terlihat
normal sesuai dengan temperature
ambien lokasi setempat dan sesuai
dengan karakteristik desain.
Kenaikan nilai DO dari tangki aerasi I
menuju ke tangki aerasi II
sebesar31.5% dari nilai maksimum
DO 4 mg/l disebabkan karena adanya
biomas saying diresirkulasi ke awal
tangki dan bercampur dengan air
limbah akan menyebabkan
kebutuhan oksigen melebihi
kemampuan dari kapasitas energi,
selain itu dapat pula terjadinya
kegagalan proses akibat shock
loading dari senyawa toksik atau
tinggi yang disebabkan oleh beban
yang tidak merata ke seluruh tangki,
tapi sangat terkonsentrasi ke daerah
tangki areasi II sehingga terjadi
kenaikan DO. Pada tangki
pengendap, efluen dibuang ke badan
sungai dan untuk parameter COD
nya terlihat penurunan nilai yang
37
memenuhi kriteria desain sebesar
57,40 mg/l yang memenuhi nilai
ambang batas yang harus dipenuhi
untuk persyaratan DKI Jakarta,
demikian pula untuk nilai parameter
TSS. Berdasarkan criteria parameter
diatas maka efisiensi yang dicapai
oleh proses ini adalah 61,22 %.
5 Estri
Irawati Dkk
(2013)
Upaya
Peningkatan
Sistem
Pengelolaan
Limbah Cair
Terhadap
Efektivitas
Pengolahan
Limbah Cair
Rumah Sakit
Umum Pusat
Dokter Kariadi
Semarang
Jurnal
Kesehatan
Lingkungan
Indonesia
Hasil pemeriksaan influent dan
effluentair limbah sesudah adanya
upaya peningkatan sistem
pengelolaan limbah untuk parameter
suhu, Ph, TSS, BOD, COD, NH3-N,
phosfat dan kuman golangan E-Coli
dibawah baku mutu Keputusan
Gubenur Jawa Tengah No 10 tahun
2004. Kinerja instalasi pengolahan
limbah cair sudah efektif karena hasil
pemeriksaan air limbah sesudah
adanya upaya peningkatan sistem
pengelolaan limbah cair untuk
parametersuhu, Ph, TSS, BOD5,
COD, NH3-N, Phosfat dan bakteri E-
Coli, dengan hasil dibawah baku
mutu Keputusan Gubenur Jawa
Tengah No10 tahun 2004. Hasil
analisis SWOT setelah adanya upaya
peningkatan system pengelolaan
limbah cair menunjukan posisi
organisasi Instalasi Pemeliharaan
Sarana dan Sanitasi berada di
kuadran II yaitu posisi stabilisasi /
rasionalisasi yang bisa mendukung
strategi turnaround Dalam upaya
meningkatkan sistem manajemen
limbah di RSDK perlu dilakukan
upaya meningkatkan kemanpuan
operator IPAL melalui pendidikan
pengelolaan limbah cair rumah sakit
dan peningkatan kerjasama lintas
bidang untuk membentuk sistem
38
birokrasi yang lebih fleksibel dalam
mendukung pengelolaan limbah cair.
6 Najafpour
Gashem
dkk (2008)
Rotating
Biological
Contactor for
Biological
Treatment of
Poultry
Processing
Plant
Wastewater
Using
Saccharomyce
Cerevisiae
ASEAN
Journal of
Chemical
Engineering
Perlakuan biologis dengan
menggunakan pertumbuhan
terpasang pada kontaktor biologis
rotasi (RBC) diimplementasikan
untuk limbah cair dari industri
perunggasan, yang mengandung
senyawa organik tingkat tinggi
karena pembantaian, rendering
tulang dan lemak, dan proses
pemetikan. Air limbah sebagian
besar terdiri dari protein, darah,
lemak dan bulu. Nutrisi yang tersedia
di air limbah dapat meningkatkan
mikroorganisme, sehingga
memungkinkan pengolahan biologis
untuk digunakan secara efektif. Di
sisi lain, ada masalah yang berkaitan
dengan proses pengolahan biologis
seperti nutrisi yang mendorong
pertumbuhan alga. Variabel kontrol
untuk pertumbuhan TBC terlampir
adalah waktu penahanan air limbah,
berpengaruh pada pertumbuhan
terpasang, tingkat disk terendam di
cekungan air limbah, shaftrotasi
untuk aerasi, pengendalian pH dan
nutrisi tambahan. Pertumbuhan yang
terjadi mengakibatkan COD ref
Poval tinggi. Perlakuan terbaik
diperoleh setelah 24 jam dengan
tingkat pengurasan 29% disk. Luas
permukaan efektif untuk
pertumbuhan sel adalah 10,7 m2
dengan menggunakan 60 cakram
yang terpasang pada poros.
Mikroorganisme yang digunakan
untuk pertumbuhan mikrobial
terlampir adalah Saccharomyces
cerevisiae. Porosnya berputar pada
11 rpm. Perlakuan ditingkatkan
39
dengan penambahan 1 v / v0 larutan
natrium hidroksida 0,1 molar ke air
limbah untuk mengendalikan pH.
Pengambilan COD A91% diperoleh
dengan operasi RBC yang beroperasi
pada kondisi optimum, dengan
konsentrasi DO 3,98 mg / l.
7 BhandariVa
sudha dkk
2013
Field
Monitoring of
Trea
ted Industrial
Waste Water
Internationa
l Journal of
Electrical
and
Computer
Engineering
(IJECE)
Pelepasan wate industri yang tidak
diobati R di darat dan di tempat air
yang ada Telah memburuk kualitas
sumber ini dan telah menjadi
berbahaya dan Bencana bagi
manusia serta kehidupan air ..
Banyak kali bahkan diobati Limbah
industri terbukti ha Rmful Jadi dalam
proyek dibahas Di bawah upaya telah
dilakukan untuk menguji Air
buangan industri pengolahan dan
Kirimkan hasilnya ke con Industri
cerned serta polusi papan kontrol.
Sensor yang digunakan untuk
menguji Airnya adalah elektroda
pH (PE03), Konduktivitas elektroda
(k = 1 ), Sensor kemurnian,
termistor. Hasilnya didapat Dari
sensor diatas kemudian dikirim
ke Ruang kontrol industri serta
Papan kontrol polusi. Menggunakan
GSM.
8 Qun Gu
dkk, 2014
SISO P-ILC
Algorithm for
Output Data
Dropouts and
Its Application
in Wastewater
Biological
Treatment
Plant
Telkomunik
a
Indonesian
Journal of
Electrical
Engineering
Untuk meningkatkan efisiensi
pengolahan limbah, Kami
membangun algoritma P-ILC untuk
data output yang putus sekolah.
Algoritma P-ILC digunakan pada
tangki umpan masukan oksigen
aerasi, dan sesuai dengan situasi
aktual, mengingat penghilangan data
yang dihasilkan, Menyesuaikan
algoritma sepenuhnya dapat
mengendalikan tangki aerasi
oksigen. Setelah 15 iterasi, kita
benar-benar bisa mengendalikan
40
oksigen dalam volume tangki aerasi.
Kita tahu yang lebih penting adalah
algoritma ini dapat sewaktu-waktu
sesuai dengan kebutuhan tangki
aerasi dari suplemen oksigen, bila
kekurangan oksigen, dapat membuka
pompa pengisian oksigen, bila cukup
oksigen, tutup pompa pengisian
oksigen, untuk mencapai tujuan
penghematan energi, Akhirnya
membuat manfaat ekonomi untuk
mencapai yang tertinggi.
9 Mohamme,
Ali A, dkk
(2012)
Evaluation the
Performance
of Al-wahdaa
Project
Drinking
Water
Treatment
plant: A case
Study in Iraq
Institute of
Advanced
Engineering
and Science
Proyek pengolahan air minum al-
wahdaa telah memainkan peran
penting dalam memasok air minum
ke kota Baghdad sejak 1942-an.
Desainnya didesain dengan design
68000 m3 / d sehingga bisa menutupi
kebutuhan masyarakat dengan baik.
Namun, keadaan fatal yang baru-
baru ini terjadi di kota Baghdad yang
diwakili oleh perang dan operasi
teroris telah mengakibatkan
kerusakan yang signifikan dalam
kualitas pabrik pengolahan air
proyek Al-wahdaa pada awal tahun
2005 dan 2006an. Selanjutnya,
kegagalan peralatan dan kekurangan
awak pembangkit secara dramatis
menyebabkan kekurangan efisiensi
pabrik. Oleh karena itu, pekerjaan ini
merupakan usaha paling awal dalam
menangani masalah tanaman ini.
Dalam penelitian ini, penyaringan
efisien penyaringan, sedimentasi
akan ditangani serta kekeruhan
selama tiga tahun penyelidikan.
Ditemukan bahwa nilai rata-rata
penghilangan cekungan sedimentasi
sekitar (46%) dan (R2 0,902) yang
jelas rendah karena tidak adanya
perawatan permanen dan
41
pembersihan terus menerus untuk
cekungan sedimentasi. Efisiensi
penyisihan cekungan filtrasi setinggi
(75%) dan (R2 0,445) secara
komparatif dengan efisiensi
penyisihan cekungan sedimentasi.
Skala kekeruhan sedikit terombang-
ambing sepanjang masa penelitian
karena kekurangan efisiensi
sedimentasi. Baskom, kemudian
memuncak pada musim penghujan
sekitar (18 NTU). Total Dissolved
Solids (sering disingkat TDS) tinggi
tapi mungkin termasuk dalam
Keterbatasan, menarik untuk dicatat
bahwa itu meningkat pada bulan
Januari karena debit kekeruhan
tinggi
10 Watanabe
Takayuki,
2008
Water Plasma
Generation
Under
Atmospheric
Pressure for
Waste
Treatment
ASEAN
Journal of
Chemical
Engineering
Karakteristik plasma DC lOO% -
steam diselidiki untuk penerapan
dekomposisi hidrokarbon
terhalogenasi karena uap plasma
bersifat reaktif secara kimia. Namun,
sistem plasma umumnya
membutuhkan subsistem yang
kompleks seperti generator uap dan
unit pendingin. Sistem plasma uap
yang disajikan adalah sistem
pembangkitan plasma ringan ringan
yang tidak memerlukan unit pasokan
gas. Sistem ini memiliki efisiensi
energi tinggi karena tidak
membutuhkan air pendingin
tambahan. Elektroda daya tahan
tinggi diperlukan untuk plasma
lOO% -steam DC karena elektroda
terkena kondisi reaktif. Dengan
demikian, karakteristik elektroda
juga diselidiki dengan berbagai
konfigurasi dan kondisi yang
berbeda.
42
2.13 Kerangka Pemikiran
Kerangka pada penlitian ini terletak pada perubahan desain yang
dilakukan di dalam greastreap STP dimana volume greastreap di perbesar
sehingga mempengaruhi nilai baku mutu limbah yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah, Dalam penelitian ini untuk melakukan suatu perbaikan perlu
adanya metode perbaikan dan Digram Pareto dan Diagram Sebab akibat
merupakan metode yang sangat tepat untuk mengidentifikasi masalah
kemudian ditelusuri dan menghasilkan perbaikan yaitu dengan menambah
volume greastrap, berdasarkan tinajuan pustaka dan penelitian sebelumnya
maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini
Nilai baku mutu limbah di STP
sesuai dengan peraturan
pemerintah tentang pengolahan
air limbah tahun 2005
Penyimpangan baku mutu limbah
di STP
Pengolahan Data harian
effluent dianalisa mengunakan
diagram pareto dan diagram
sebab akibat
43
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan sesuai dengan flowchart dibawah ini
Studi Lapangan Studi Pustaka
Mulai
Identifikasi masalah
1. Adanya kegagalan dalam pengolahan limbah di system
pengolahan sawege treatment plant
2. Identifikasi masalah
Tujuan penelitian
1. Menganalisa kegagalan proses pengolahan limbah pada reaktor kontak biologis putar (RBC)
sehingga effluent yang dihasilkan tidak bisa memenuhi ketentuan baku mutu air limbah.
2. Mendesain ulang teknologi proses pengolahan limbah.
1.
Pengumpulan data : Data laporan harian effluent limbah, Data jumlah sample
Pengolahan Data :
1. Perbandingan perhitungan Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu Limbah di tiga
bulan terahir
2. Penentuan penyebab penyimpangan baku mutu limbah
3. Penentuan akar masalah yang menyebabkan peyimpangan baku mutu limbah
Analisa :
1. Mengunakan diagram Pareto
2. Mengunakan Diagram Sebab Akibat
Kesimpulan dan Saran
Selesai
44
44
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dialakukan di PT Central Prima Kelola yang berlokasi Jakarat
Barat, sedangkan objek penelitian ini adalah system sewage treatment
plant. Pengolahan limbah air kotor yang berada di Central Park Mall
Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Perusahaan tersebut dilaksanakan pada bulan
Maret - Mei 2016.
3.2 Tahapan Penelitian
Guna mendapatkan hasil penelitian yang baik dan akurat, maka suatu
penelitian harus direncanakan dengan aik sehingga proses yang dihasilkan
menghasilkan produk yang baik.
3.2.1 Identifikasi Masalah
Setelah melakukan observasi awal, hal selanjutnya yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi masalah. Dalam
identifikasi masalah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
merumuskan masalah yang ada. Rumusan masalah menjadi sangat penting
karena akan membantu dalam mengarahkan langkah-langkah penelitian
selanjutnya.
Setelah merumuskan masalah, hal lain yang perlu ditentukan adalah
tujuan, batasan dan asumsi dalam penelitian dengan tujuan agar dapat
menjalankan model dengan benar.
45
3.2.2 Studi Pustaka
Setelah mendapatkan identifikasi masalah yang jelas dan rinci,
langkah selanjutnya adalah melakukan studi literature. Studi pustaka penting
untuk dilakukan untuk menganalisis data.
3.2.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi langsung di
system sewage treatment plant STP. Pengolahan limbah air kotor yang
berada di Central Park Mall Jakarta Metode penentuan stasiun pengambilan
sampel air dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu penentuan
stasiun pengamatan dilakukan dengan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi dan keadaan tempat penelitian seperti kondisi
dominan pemanfatan Intalasi Pengolahan Air Limbah, aktivitas pada lokasi
penelitian yang diduga berpengaruh terhadap kualitas air hasil pengolahan
air limbah. Teknik pengambilan sampel air untuk pengukuran parameter
fisik, kimia dan mikrobiologi pada masing-masing tempat penelitian dengan
cara mengambil di bagian kanan, tengah dan kiri bak penampungan air hasil
pengolahan air limbah pada kedalaman 30 cm kemudian dicampur sehingga
menjadi komposit sampel. Pengambilan sampel juga dilakukan pada outlet
yang terdekat dengan STP.
Tabel 3.1 Variabel ,satuan ,Metode analisa dan peralatan yang digunakan
No Variabel Satuan Metode Analisis Peralatan
1
2
3
4
5
pH
BOD5
COD
ammoniac NH3-n
Minyak &Lemak
-
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Elektrode glass
Winkler
Winkler
Winkler
Gravimetri
pH meter
Cod meter
Cod meter
Cod Meter
Timbangan Analitik
46
3.2.4 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengambil data di setiap proses,
membandingan perhitungan Efisiensi Pengolahan Limbah dan
Penyimpangan Baku Mutu Limbah di tiga bulan terahir dan menentukan
akar masalah yang menyebabkan peyimpangan baku mutu limbah, Dalam
pengolahan data mengunakan metode statistic dengan mengunakan
Microsoft excel kemudian di analisa dengan mengunakan diagram pareto
dan diagram sebab akibat untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi.
3.2.5 Analisa
Analisa dibuat untuk mengatahui penyimpangan yang terjadi dan
masalah yang sering terjadi, dalam menganalisa mengunakan metode
diagram pareto dengan menidentifikasi prioritas permasalahan yang paling
banyak dan sering terjadi adalah prioritas utama untuk melakukan tindakan
dan mengunakan diagram sebab akibat untuk menunjukan factor factor
penyebab ( sebab ) dan karakteristik kualitas ( akibat )
3.2.6 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dibuat untuk mengetahui apakah analisis dan perbaikan
dapat menjawab rumusan masalah yang ada. Saran ditujukan untuk
penelitian yang lebih lanjut dengan tujuan agar perusahaan bisa
mendapatkan keuntungan lebih lagi.
47
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Kondisi Umum Instalasi Pengolahan Air Limbah
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central Park
menggunakan sistem pengolahan air limbah Enviro RBC. Proses ini
menggunakan proses Fixed Bed Reactor (pertumbuhan melekat) sistem
Rotating Biological Contactor (RBC). RBC didesain untuk mengolah limbah
sebesar 850 m3 / hari yang berasal dari unit retail. Sekarang ini IPAL ini
mengolah limbah sebanyak 1300 m3/hari.
Metode penentuan stasiun pengambilan sampel air dilakukan dengan
cara purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dilakukan
dengan memperhatikan berbagai pertimbangan kondisi dan keadaan tempat
penelitian seperti kondisidominan pemanfatan Intalasi Pengolahan Air
Limbah, aktivitas pada lokasi penelitian yang diduga berpengaruh terhadap
kualitas air hasil pengolahan air limbah.
48
Teknik pengambilan sampel air untuk pengukuran parameter fisik,
kimia dan mikrobiologi pada masing-masing tempat penelitian dengan cara
mengambil di bagian kanan, tengah dan kiri bak penampungan air hasil
pengolahan air limbah pada kedalaman 30 cm kemudian dicampur sehingga
menjadi komposit sampel Pengambilan sampel juga dilakukan pada outlet
yang terdekat dengan STP
Tabel 4.1 Variable yang diukur , analisanya dan alat yang digunakan
No Variabel Satuan Metode Analisis Peralatan
1
2
3
4
5
pH
BOD5
COD
ammoniac NH3-n
Minyak &Lemak
-
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Elektrode glass
Winkler
Winkler
Winkler
Gravimetri
pH meter
Cod meter
Cod meter
Cod Meter
Timbangan Analitik
Gambar 4.1 Alat pengukur PH Meter
49
Gambar 4.2 Alat pengukur COD/BOD
Pengolahan limbah di Central Park melalui beberapa proses dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Pretreatment berlangsung di Grease Trap
Khusus air limbah yang berasal dari kichen atau restoran dilakukan
pretretment untuk memisahkan miyak dan lemak yang ada di air limbah.
Keberadaan minyak serta lemak ini akan mengganggu kontak antara
bakteri dengan oksigen sehingga pengolahan air akan menjadi tidak
efektif. Untuk itu di dalam grease trap, minyak dan lemak harus diambil
secara rutin. Air limbah yang telah bebas minyak dan lemak kemudian
masuk ke dalam sistem primary clarifier.
2. Primary Clarifier
Di dalam primary clarifier terjadi pemisahan padatan, pengendapan awal
dan flotasi. Sebagian besar padatan akan mengendap pada dasar bak
primary clarifier dan sebagian akan mengapung berupa skim.
50
3. Pengolahan secara Biologis pada RBC
Air limbah yang keluar dari primary clarifier selanjutnya akan dilakukan
pengolahan secara biologis pada ENVIRO RBC. Senyawa polutan diurai
oleh mikroorganisme yang tumbuh pada media yang berupa piringan
(disk) atau biasa disebut juga sebagai biomas. Secara bertahap air limbah
masuk ENVIRO RBC yang terbagi dalam 3 zone. Lubang masuk limbah
ke dalam tangki steel poligon yang terletak secara diagonal pada jarak
terjauh dari limbah dari STP. Limbah mengalir dari zone 1 ke zone 2 dan
zone 3 secara zigzag. Pengaliran limbah pada tangki polygon terjadi secara
gravitasikarena pada zone 3 tinggi muka air akan lebih rendah dibanding
zone 2 dan zone pertama.
Pada masing-masing zona, limbah diolah oleh biomass yang tumbuh pada
disk bank yang terdapat pada zona itu dan selanjutnya mengalir pada zona
berikutnya. Secara bergantian biomass yang tumbuh pada ENVIRO RBC
akan mengalami kontak dengan oksigen di udara bebas pada waktu berada
di atas air, dan pada saat berikutnya mengalami kontak dengan air dan
senyawa polutan. Pada saat tersebut oksigen ditransfer ke badan air pada
zone tersebut. Pertumbuhan biomass tertinggi terjadi pada disk bank di
zona 1 dan secara berangsur berkurang pada zona berikutnya. Pada. Secara
fisik biasanya pada zona 1 pertumbuhan biomass tebal dan sering
berbentuk filament. Pada zona berikutnya biomass yang terbentuk lebih
tipis dan kompak. Warna biomass pada zona 1 biasanya berwarna coklat
tua sampai hitam. Pada zona 2-3 biasanya akan berwarna coklat samapai
coklat mudah atau kecoklatan.
51
Air limbah yang keluar dari zona 3 biasanya sudah cukup jernih, tidak
mengandung bahan tersuspensi serta mempunyai BOD rendah. Kadar
BOD biasanya kurang lebih 20 ppm. Pada zone ini sebagian air akan
disirkulasi kembali ke Primary Clarifier. Adapun tujuan dari sirkulasi ini
adalah memberikan kontak langsung dari air yang mengandung BOD
rendah dan kandungan O2 yang cukup tinggi dengan air limbah fresh
(BOD tinggi dan O2 rendah).
4. Final Clarifier
Air hasil olahan yang dilakukan secara biologis pada tahap 3, sudah cukup
jernih, tidak mengandung bahan tersuspensi dan mempunyai BOD yang
rendah. Tahap selanjutnya dilakukan pengendapan akhir untuk
menurunkan padatan tersuspensi yang masih terikut dalam aliran. Air
yang tertampung pada Final Clarifier ini sudah memenuhi baku mutu air
limbah sehingga bisa dibuang ke dalam saluran air kotor atau diolah dan
dimanfaatkan lebih lanjut.
5. Desinfectan
Penambahan desinfectan dilakukan pada air limbah yang akan dibuang ke
badan air adalah untuk membunuh mikroorganisme pathogen yang berada
di dalam effluent STP sehingga tidak menggangu ataupun membahayakan
pemakai air effluent selanjutnya. Air effluent ini dapat digunakan kembali
sebagai air flushing toilet atau air siram tanaman dengan terlebih dahulu
dilewatkan pada sand filter dan carbon filter.
52
Gambar 4.3 Process Flow Diagram STP dari Enviro RBC
4.1.2 Data Laporan Harian Effluent Limbah
Data harian effluent limbah pada unit STP merupakan record jumlah
limbah serta beban limbah yang masuk serta hasil olahan yang keluar RBC.
Hasil kualitas air limbahmerupakan indikator bahwa proses pengolahan
limbah yang diproses pada RBC berjalan sesuai perancangan awalnya. Data
harian ini juga dapat digunakan sebagai acuan terhadap penyimpangan pada
sistem. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data dari bulan Maret
sampai bulan Juni 2016 (sampel 3 bulan operasi). Adapun hasil pengolahan
limbah dinyatakan pada tabel berikut : dilampiran 1 , lampiran 2 , lampiran 3
4.1.3 Batas Baku Mutu Limbah Domestik
Baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam air limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan.
Nilai baku mutu limbah domestik untuk wilayah DKI dinyatakan pada Tabel
4.2 di bawah ini.
53
Tabel 4.2 Baku Mutu Limbah Cair Domestik menurut
Peraturan Gubernur DKI No 122 Tahun 2005
No. Parameter Satuan Kadar Maksimum
1. Ph - 6 - 9
2. Amoniak mg/L 10
3. BOD mg/L 50
4. COD mg/L 80
5. Minyak & Lemak mg/L 10
4.2 Pengolahan Data
Dalam perkembangan peruntukkan tenant yang ada di Central Park
mengalami perubahan yang signifikan disesuaikan dengan hasil pemasaran
yang diminati konsumen. Desain awal STP yaitu diperuntukkan untuk
mengolah limbah dengan debit 850 m3/ hari kini menjadi hampir mencapai
1300 m3/hari. Hal ini berdampak pada beban limbah yang harus diolah pada
unit STP mengalami kelebihan beban yang jauh menyimpang dari desain
awalnya.
Dalam pengolahan data mengunakan metode statistic dengan
mengunakan Microsoft excel kemudian di analisa dengan mengunakan
diagram pareto dan diagram sebab akibat untuk mengetahui penyimpangan
yang terjadi.
4.2.1 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu
Limbah Bulan Maret
Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan Maret,
dinyatakan pada tabel-tabel berikut. Lampiran 4 – 15
54
Tabel 4.3 Resume Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah
di Bulan Maret 2016
No. Parameter Efisiensi Rata-Rata
Penghilangan Limbah (%)
1. Amoniak 56
2. BOD 63
3. COD 76
4. Oil & Grase 66
Gambar 4.4 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan Maret 2016
Tabel 4.4 Resume Rata-Rata Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas
Limbah di Bulan Maret 2016
No. Parameter Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas
(%)
1. Amoniak 140
2. BOD 43
3. COD 112
4. Oil & Grase 138
Gambar 4.5 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah
Keluar STP di Bulan Maret 2016
55
4.2.2 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu
Limbah Bulan April
Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan April
dinyatakan pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.5 Resume Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah
di Bulan April 2016
No. Parameter Efisiensi Rata-Rata
Penghilangan Limbah (%)
1. Amoniak 48
2. BOD 64
3. COD 74
4. Oil & Grase 64
Gambar 4.6 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan April 2016
Tabel 4.6 Resume Rata-Rata Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas
Limbah di Bulan April 2016
No. Parameter Tingkat Penyimpangan Nilai Ambang Batas
(%)
1. Amoniak 196
2. BOD 42
3. COD 127
4. Oil & Grase 144
56
Gambar 4.7 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah
Keluar STP di Bulan April 2016
4.2.3 Efisiensi Pengolahan Limbah dan Penyimpangan Baku Mutu
Limbah Bulan Mei
Hasil pengolahan data dari hasil rekaman laporan harian bulan Mei
dinyatakan pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4.7 Resume Efisiensi Rata-Rata Penghilangan Limbah di Bulan Mei 2016
No. Parameter Efisiensi Rata-Rata
Penghilangan Limbah (%)
1. Amoniak 54
2. BOD 65
3. COD 77
4. Oil & Grase 67
Gambar 4.8 Efisiensi Penghilangan Limbah di Bulan Mei 2016
57
Tabel 4.8 Resume Rata-Rata Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah di
Bulan Mei 2016
No. Parameter Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu (%)
1. Amoniak 149
2. BOD 43
3. COD 101
4. Oil & Grase 135
Gambar 4.9 Tingkat Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah
Keluar STP di Bulan Mei 2016
4.2.4 Rata-rata Tingkat Efisiensi Pengolahan Limbah dan
Penyimpangan Baku Mutu Limbah Sistem STP
Tingkat efisiensi hasil pengolahan limbah dan penyimpangan baku
mutu limbah untuk setiap parameternya dapat dilihat dari rata-ratanya pada
tabel-tabel berikut.
58
Tabel 4.9 Tingkat Efisiensi Hasil Pengolahan Limbah pada STP
No. Parameter Tingkat Penghilangan Limbah (%)
Maret April Mei Rata-rata
1. Amoniak 56 48 54 53
2. BOD 63 64 65 64
3. COD 76 74 77 76
4. Oil & Grase 66 64 67 66
Tabel 4.10 Tingkat Penyimpangan dari Baku Mutu Limbah pada STP
No. Parameter Tingkat Penyimpangan Baku Mutu (%)
Maret April Mei Rata-rata
1. Amoniak 140 196 149 162
2. BOD 43 42 43 43
3. COD 112 127 101 113
4. Oil & Grase 138 144 135 139
4.2.5 Diagram Pareto Tingkat Penyimpangan Baku Mutu Limbah pada
Sistem STP
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Kegunaan diagram pareto menurut
Gasperz (1998) adalah untuk menentukan frekuensi relatif dari urutan
pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada
dan memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan
ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu
dalam bentuk yang signifikan.
59
Pada data Tabel 4.24 yaitu tingkat penyimpangan parameter limbah dari
nilai baku mutu standarnya selanjutnya kita urutkan nilainya dari yang tertinggi
ke yang paling rendah. Data untuk pembuatan diagram pareto selanjutnya
dibuatkan pada Tabel 4.25 berikut.
Tabel 4.11 Rangking Penyimpangan Parameter Limbah dari Nilai Maksimum
Baku Mutu Standar Tiap Parameternya
No. Parameter Tingkat Penyimpangan dari Baku Mutu Prosentase
1. Amoniak 162 35%
2. Oil & Grase 139 30%
3. COD 113 25%
4. BOD 43 10%
Gambar 4.10 Diagram Pareto Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah
4.2.6 Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukan
hubungan antara sebab dan akibat. Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk
menunjukan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat)
yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
60
RBC ASUPAN LIMBAH
MANUSIA LINGKUNGAN
Baku mutu
limbah tidak
sesuai
METODE
Sikap jelek
Kurang
teliti
Skill tidak
memadai Suhu udara
panas
Asupan
oksigen yang
terbatas
Tiingginya
kandungan bahan
organik
Tingginya
kandungan minyak
dan lemak
Kesalahan
program pada
peralatan
Kurangnya
waktu tinggal
limbah
Kurangnya
kandungan
oksigen
Beban
melebihi
kapasitas
desain
Gambar 4.11 Diagram Sebab- Akibat Terjadi Disperi Baku Mutu Limbah
4.2.7 Hasil Braintstroming Penyimpangan Baku Mutu Limbah
Permasalahan penyimpangan baku mutu limbah yang terjadi secara
spesifik untuk masing-masing parameternya menunjukkan penyimpangan
yang signifikan. Hal ini karena debit limbah yang sudah jauh melebih
kapasitas awal (dari 850 m3/hari menjadi 1300 m3/hari). Oleh kareana itu
pihak manajemen membentuk tim untuk menangani permasalahan tersebut.
Hasil pertemuan Tim dan pihak Badan Pengolah Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) memberikan rumusan solusi sebagai berikut :
1. Harus dilakukan perbaikan sistem pengolahan limbah RBC secara
menyeluruh.
2. Perlu penambahan volume grease trap.
3. Perlu penambahan disc pada RBC.
4. Memperbaiki neraca air.
5. Melakukan sampling ulang untuk inlet serta outlet setelah memperbaiki
IPAL.
61
6. Ijin pembuangan air limbah akan disetujui jika semua parameter telah
memenuhi baku mutu.
Hasil braintstroming di atas dapat disimpulkan bahwa sistem IPAL
pada STP Cetral Park harus dilakukan perbaikan desain.
4.2.8 Desain Ulang RBC
Debit limbah yang ada sekarang sekitar 1300 m3/hari. Untuk
melakukan perbaikan desain harus dilakukan antisipasi penambahan jumlah
limbah yang diolah, maka desain baru didesain untuk mengolah limbah sampai
1600 m3/hari (sekitar excess 20 % dari debit limbah). Assumsi debit limbah
1600 m3/hari juga disesuaikan dengan spesifikasi ENVIRO RBC yang ada
yaitu type RBC 3800. Assumsi yang digunakan untuk desain ulang adalah
sebagai berikut :
“ Debit limbah yang akan diolah adalah 1600 m3/hari dengan
kandungan ammonia rata-rata 60 mg/L, RBC akan menghilangkan ammonia
nitrogen (Total Ammonia Nitrogen/TAN) sebanyak 0,75 g TAN/m2. hari
(Miller dan Libey, 1985) “
4.2.8.1 Luas Permukaan Media RBC
Ammonia yang dihasilkan dari limbah per hari adalah :
Produksi ammonia = Volume limbah x Kandungan ammonia
= 1600 m3/hari x 60 mg/L
= 96 kg/hari
62
Luas permukaan media RBC yang dibutuhkan dihitung dengan formulasi
sebagai berikut :
Luas Permukaan Media =
=
= 128.000 m2
4.2.8.2 Modul RBC
Media RBC umumnya dibuat dari bahan plastik atau bahan polimer
yang ringan seperti poly vinyl clorida (PVC), polypropylene (PP),
polyethyle (PE). poly styrene dan lainnya. Media RBC dirakit dalam
sebuah bentuk modul dalam berbagai type. Bentuk yang sering digunakan
adalah type bergelombang, plat cekung-cembung ataupun plat datar.
Gambar 4.12 Bentuk Modul Media RBC
Assumsi diameter plat (disk) yang diproduksi secara komersial
dipilih ukuran Φ 3 m, maka jumlah plat (disk) yang diperlukan adalah :
63
Luas area plat = π (jari-jari)2 ( 2 sisi plat)
= π (1,5)2 (2)
= 14,2 m2
Maka jumlah plat yang dibutuhkan adalah :
Jumlah plat = Luas Media RBC / Luas Plat
= 128.000 m2 / 14.2 m2
= 9014 plat
4.2.8.3 Volume RBC
Assumsi jarak antar plat/disk adalah 1 cm dan ketebalam plat 1 mm,
maka panjang RBC dapat dihitung sebagai berikut :
Panjang RBC = (Jumlah plat) (Tebal+Jarak Plat)
= (9014) (1,1) cm
= 9916 cm
= 99,16 m
Volume RBC = π (jari-jari)2 ( Panjang RBC)
= π (1,5)2 (99,16)
= 704 m3
Menurut Easter (1992) volume tangki RBC direkomendasikan
sebesar 2,14 kali volume RBC, maka volume tangki RBC 1507 m3. Volume
tangki RBC memiliki volume hampir 2 kali volume awal (756 m3).
4.2.8.4 Kecepatan Putaran Disk
Kecepatan putaran disk didasarkan pada kecepatan peripheral disk
yaitu 0,3 m/detik. Maka kecepatan putaran disk adalah:
64
RPM RBC =
= 1,91 RPM
4.2.9 Desain Grease Trap
Desain grease trap menurut EPA (Environmental Protection Agency)
Design Manual, didasarkan pada jumlah tempat duduk yang ada di tenantt
resto. Data jumlah tenantt serta banyaknya tempat duduk disarikan pada Tabel
4.25 berikut.
Tabel 4.12 Jumlah Tenant dan Banyak Tempat Duduk
No Posisi Lantai Jumlah Tenant Jumlah Tempat Duduk
1 Lt. LG 31 1622
2 Lt. LGF 8 433
3 Lt. UG 2 133
4 Lt. 1 6 597
5 Lt. 2 3 548
6 Lt. 3 4 196
7 Lt. 8 1 56
Jumlah Total 55 3.585
Volume Grease Trap = (D) x (GL) x (ST) x (HR/12) x (LF)
Dimana :
D = Jumlah tempat duduk.
GL = Jumlah limbah per tempat duduk, normal 5 gallon.
ST = Storage capacity factor. nilainya 1,7.
HR = Jumlah jam buka.
LF = Loading factor. nilainya 1,25.
65
Maka volume grase trap adalah ;
Volume Grease Trap = (D) x (GL) x (ST) x (HR/2) x (LF)
= 3.585 x 5 x 1,7 x 10/12 x 1,25
= 31.742 gallon.
= 120.144 liter. (1 gallon US = 3,785 liter)
= 120,144 m3.
66
66
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyebab Penyimpangan Baku Mutu
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central
Parkmenggunakan sistem pengolahan air limbah Enviro RBC.RBC didesain
untuk mengolah limbah sebesar 850 m3/ hari.Dalam perkembangannya
pemanfaatan tenantt mengalami perubahan sesuai dengan permintaan
konsumen. hasil perubahan tenant ini juga meningkatkan jumlah limbah yang
harus diolah.
Pengamatan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei
menunjukan volume limbah sudah mencapai 1300 m3 / hari.Hal inilah yang
menyebabkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang ada di Central
Park tidak lagi mampu mengolah limbah sebagaimana mestinya. Data pada
Tabel 4.23 menunjukan bahwa tingkat efisiensi penghilangan limbah dari
beberapa parameter baku mutu limbah berada pada kisaran 53 % - 76 %
(ammoniak 53 %, BOD 64%, COD 76% dan minyak dan lemak sebesar
66%).
67
67
Sedangkan tingkat penyimpangan hasil pengolahan limbah juga
menunjukkan penyimpangan yang sangat signifikan yaitu rata-rata di atas
100 % dari nilai baku mutu yang dipersyaratkan. Data yang ditunjukan pada
Tabel 4.24 dan Gambar 4.8 Diagram Pareto menunjukkan bahwa
penyimpangan baku mutu tertinggi yaitu amoniak mencapai 162%,
selanjutnya minyak dan lemak sebanyak 139 %, COD 113 % dan BOD
sebesar 43 %.
Faktor penyebab terjadinya dispersi nilai baku mutu secara umum
disebabkan oleh asupan limbah, peralatan, metode kerja, operator dan kondisi
lingkungan. Empat parameter kontrol nilai baku mutu yaitu kandungan
amoniak, minyak dan lemak, BOD serta COD yang masih tinggi pada effluent
limbah secara teoritis dimungkinkan oleh sebab-sebab sebagai berikut :
1. Kandungan asupan limbah yang melebihi standar desain alat.
2. Beban Hidrolik asupan limbah melebihi dtandar desain yaitu 1,5 sampai 1,8
gdp/ft2.
3. Waktu tinggal limbah pada RBC tidak mencukupi sehingga peralatan tidak
mampu mengolah limbah secara sempurna.
4. Tingginya bahan organic yang ditunjukkan dengan tingginya amoniak, COD
mapun BOD dimungkinkan karena rendahnya kandungan oksigen pada
asupan limbah.
5. Efisiensi RBC ditentukan dari hasil metabolisme bakteri serta mikro-
organisme yang ada pada lapisan media. Tinnginya kandungan bahan
organic serta minyak dan lemak menyebabkan menurunnya kandungan
68
oksigen pada asupan limbah. Hal ini menyebabkan tingginya produksi
amoniak.
5.2 Masalah yang sering terjadi didalam proses RBC
Menurut Nusa Idaman Said di jurnal yang berjudul “ Pengolahan Air
Limbah Dengan Sistem Reaktor Biologis Putar dan Parameter Disain”
ada beberapa masalah atau gangguan dalam proses RBC antara lain
1. Terjadi suasana anaerob dan gas H2S di dalam Reaktror RBC
Indikasi yang dapat dilihat dari luar adalah ketebalan lapisan mikro-
organisme dibagian inlet dan outlet sama sama tebaldan lapisan mikro-
organisme yang melekat pada permukaan media yang berwarna hitam,
Ganguan tersebut terjadi karean beban hydrolik atau beban organic
melibihi kapasitas disain, Penangulangan masalah tersebut antara lain
dengan cara menurunkan debit air limbah yang masuk kedalam reactor
RBC atau melakukan aerasi didalam bak ekualisasi sehingga jumlah
oksigen terlarut bertambah sehingga diharapkan beban organic atau
beban BOD diturunkan
2. Kualitas air hasi olahan kurang baik dan lapisan mikro-organisme cepat
terkelupas
Indikasi yang dapat dilihat yakni biofilm terkelupas dari permukaan
media dalam jumlah yang besar dan pertumbuhan biofilm yang melekat
pada permukaan media tidak normal, Gangguan tersebut disebabkan oleh
terjadi fluktuasi beban BOD yang sangat besar, perubahan pH air limbah
yang tajam, serta perubahan sifat atau karakteristik limbah,
Penanggulangan masalah dapat dilakukan dengan cara pengontrolan
69
terhadap beban BOD, control pH dan pengukuran konsentrasi BOD,COD
serta senyawa – senyawa yang menghambat proses
3. Terjadi kelainan pada pertumbuhan biofilm dan timbul gas H2S dalam
jumlah besar
Indikasi yang terlihat adalah timbulnya lapisan bioflm pada permukaan
media yang berbentuk gelatin bewarna putih agak bening transparan,
Jumlah oksigen terlarut lebih kecil 0,1 mg/l . Sebab sebab ganguan antara
lain terjadi perubahan beban hydrolik atau beban BOD yang besar,
mikro-organismesulit mengkonsumsi oksigen, air limbah mengandung
senyawa reduktor dalam jumlah besar , keseimbangan nutrient kurang
baik. Penangulangan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan
aerasi didalam bak ekualisasi, menaikan pH air limbah dan memperbaiki
keseimbangan nutrient
4. Terdapat banyak gumpalan warna merah melayang-layang didalam
reactor RBC
Indikasi yang Nampak adalah terjadi cacing air , cacing bebang secara
tidak normal dan lapisan biofilm yang tumbuh pada permukaan media
sangat tipis, Gangguan tersebut disebabkan karena beban hidrolik atau
beban organic sangat kecil dibandingkan dengan kapasitas disainnya,
Cara mengatasi gangguan tersebut dengan cara memperbesar debit air
limbah yang masuk dalam reactor
70
5.3 Diagram Sebab Akibat Penyimpangan Baku Mutu
Secara kimiawi tingginya penyimpangan baku mutu effluent limbah
disebabkan tingginya beban kandungan organik yang masuk. Secara fisika hal
tersebut dikarenakan beban hidrolik peralatan melebihi beban
desainnya.Debit limbah yang tinggi menyebabkan semakin singkatnya waktu
tinggal limbah pada RBC. Tingginya debit limbah serta tingginya kandungan
organik menyebabkan bakteri dan mikroba yang ada pada disk tidak optimal
melakukan metabolisme mengubah zat organik menjadi energi.
Empat parameter kontrol nilai baku mutu yaitu kandungan amoniak,
minyak dan lemak, BOD serta COD yang masih tinggi pada effluent limbah
secara teoritis dimungkinkan oleh sebab-sebab sebagai berikut :
5.3.1 Tingginya Kandungan Amoniak
Tingginya kandungan amoniak pada effluent hasil olahan RBC
disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Tingginya kandungan bahan organik pada asupan limbah.
2. Kurangnya waktu tinggal limbah pada RBC sehingga peralatan tidak
mampu mengolah limbah secara sempurna.
3. Rendahnya kandungan oksigen pada asupan limbah.
4. Rendahnya metabolisme bakteri dan mikro-organisme.
71
RBC ASUPAN LIMBAH
MANUSIA LINGKUNGAN
Tingginya
Kandungan
Amoniak
METODE
Kurang
teliti
Skill tidak
memadai Suhu udara
panas
Asupan
oksigen yang
terbatas
Tiingginya
kandungan bahan
organik
Kurangnya
kandungan Oksigen
Kesalahan
program pada
peralatanKurangnya
waktu tinggal
limbah
Beban
melebihi
kapasitas
desain
Gambar 5.1 Diagram Sebab- Akibat Tingginya Kandungan Amoniak
5.3.2 Tingginya Kandungan Minyak Dan Lemak
Tingginya kandungan minyak dan lemak pada effluent hasil olahan
RBC disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Tingginya kandungan minyak dan lemak pada asupan limbah.
2. Kandungan minyak dan lemak melebihi standar desain Grease Trap.
3. Rendahnya kandungan oksigen pada asupan limbah.
4. Rendahnya metabolisme bakteri dan mikro-organisme.
RBC ASUPAN LIMBAH
MANUSIA LINGKUNGAN
Tingginya Minyak
dan Lemak
METODE
Kurang
teliti
Skill tidak
memadai Suhu udara
panas
Asupan
oksigen yang
terbatas
Tingginya kandungan
minyak dan Lemak
Kurangnya
kandungan Oksigen
Kesalahan
program pada
peralatanKurangnya
waktu tinggal
limbah
Beban
melebihi
kapasitas
desain
Gambar 5.2 Diagram Sebab- Akibat Tingginya Kandungan Minyak Dan Lemak
72
5.3.3 Tingginya Kandungan COD dan BOD
Menurut Agus Nurdijanto dkk dalam jurnal yang berjudul “Rancang
Bangun dan Rekayasa Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit” tingginya
kandungan COD dan BOD pada effluent hasil olahan RBC disebabkan oleh
hal-hal berikut :
1. Tingginya kandungan bahan organik pada asupan limbah.
2. Kurangnya waktu tinggal limbah pada RBC sehingga peralatan tidak
mampu mengolah limbah secara sempurna.
3. Rendahnya kandungan oksigen pada asupan limbah.
4. Rendahnya metabolisme bakteri dan mikro-organisme.
RBC ASUPAN LIMBAH
MANUSIA LINGKUNGAN
Tingginya
Kandungan COD
dan BOD
METODE
Sikap jelek
Kurang
teliti
Skill tidak
memadai Suhu udara
panas
Asupan
oksigen yang
terbatas
Tiingginya
kandungan bahan
organik
Kurangnya
kandungan Oksigen
Kesalahan
program pada
peralatanKurangnya
waktu tinggal
limbah
Beban
melebihi
kapasitas
desain
Gambar 5.3 Diagram Sebab- Akibat Tingginya Kandungan COD dan
BODPenyebab
Menurut Nusa Idaman Said di jurnal yang berjudul “ Pengolahan Air
Limbah Dengan Sistem Reaktor Biologis Putar dan Parameter Disain”
Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC adalah
salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik
73
yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture).
Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang
mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme
(microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor.
Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada
suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul
tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air
limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.
Dengan cara seperti ini mikro-organisme miaslanya bakteri, alga,
protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang
berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikro-organisme
yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan
atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil
oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya,
sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.
Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis
tersebut tercelup kedalam air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa
organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm,
dan pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikro-organisme
menyerap okigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk
menguraikan senyawa organik. Energi hasil penguraian senyawa organik
tersebut digunakan oleh mikro-organisme untuk proses perkembangbiakan
atau metabolisme.
74
Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan
keluar dari biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan
tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya,
sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada
permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang
larut dalam air.
Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama
semakin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan
mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya,
mikro-organisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan
sedirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa
organik yang ada dalam air limbah.
Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun
konstruksinya sederhana, kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak
memerlukan udara dalam jumlah yang besar, lumpur yang terjadi relatf kecil
dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak menimbulkan
buih. Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah
dengan sistem RBC antara lain yakni :
1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.
2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang
timbul bau yang kurang sedap.
75
5.4 Parameter Desain UlangRBC
Hasil brainstorming antara tim manajemen Cetral Park dan pihak Badan
Pengolah Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) memberikan rumusan solusi
untuk melakukan perbaikan sistem pengolahan limbah RBC secara
menyeluruh. Perbaikan peralatan meliputi penambahan disk RBC dan
penambahan volume grease trapadalah rekomendasi yang harus dilakukan
pihak manajemen.
Untuk mengolah limbah dengan debit 1600 m3/hari, hasil perhitungan
desain ulang sebagaimana dijelaskan pada Bab IV diperoleh luas media disk
adalah 128.000 m2.Kebutuhan plat untuk luas media sebesar 128.000 m2
adalah 9014 plat, berbentuk lingkaran dengan berdiameter 3 m. Volume RBC
yang direkomendasikan adalah 1507 m3atau hampir dua kali lipat desain awal
yang hanya 756 m3. Kecepatan disk direkomensaikan adalah 2 RPM.Dari
hasil perhitungan tersebut diperoleh parameter desain sebagai berikut :
1. Ratio volume reaktor terhadap permukaan media (G) = 11,8 liter/m2.
2. Beban BOD, LA = 3,75 gram BOD/m2/hari.
3. Beban hidrolik, HL = 12,5 liter/m2/hari.
4. Jumlah tahap RBC 3 tahap.
5. Diameter disk 3 m.
6. Kecepatan putaran disk 2 RPM.
Rekomendasi untuk hasil perhitungan di atas, jika menggunakan RBC
dari PT. Prakarsa Enviro Indonesia disarankan menggunakan Type RBC 3800
sebanyak 2 buah. Type RBC 3800 memiliki kapasitas olah limbah sebesar
76
800 m3/hari. Namun jika hanya menambah disk maka ditambahkan RBC
Type 3750 yang memiliki kapasitas olah sebesar 750 m3/hari.
Hasil perhitungan desain grease trap yaitu tempat pemisahan lemak
ataupun minyak dari limbah restoran maka untuk 55 jumlah tenant dengan
jumlah tempat duduk sebanyak 3.585 buah, volume grese trap minimal
adalah 120 m3.
Setelah dilakukan redisain di dalam sistem pembuangan air limbah di
lakukan uji lab di laboratorium lingkungan hidup daerah provinsi Jakarta dan
di dapat kan hasil
Gambar 5.4 Hasil Uji Laboratorium
77
Data penyimpangan air limbah Sebelum dilakukan Redisain Sistem Pengolahan
Air Limbah di Central Park Mall
No. Parameter Tingkat Penyimpangan dari Baku Mutu Prosentase
1. Amoniak 162 35%
2. Oil & Grase 139 30%
3. COD 113 25%
4. BOD 43 10%
Tabel 5.1 Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Sebelum Di Redisain
Data penyimpangan air limbah Sesudah dilakukan Redisain Sistem Pengolahan
Air Limbah di Central Park Mall
No Parameter Tingkat Penyimpangan baku Mutu Prosentase
1 Amoniak 0 0 %
2 Oil dan Grase 0 0 %
3 Cod 0 0 %
4 Bod 0 0 %
Tabel 5.2 Penyimpangan Nilai Baku Mutu Limbah Sesudah Di Redisain
Dari hasil Laboratorium yang dilakukan pada Tanggal 27 desember
2016 – 3 januari 2017 dinyatakan bahwa system pembuangan air limbah di
Central Park Mall Jakarta Layak dan dibawah baku mutu standart yang di
tetapkan oleh Badan Pengolahan Lingkungan Hidup Jakarta sesuai dengan
peraturan pemerintah tahun 2005 tentang system pengolahan air limbah
78
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data serta analisa dan pembahasan yang telah
diuraikan dari bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Penyebab utama kegagalan peralatan RBC pada STP di Central Park Mall
adalah kuantitas debit limbah sudah melebihi kapasitas desain awal yaitu
dari 850 m3/hari berubah menjadi 1300 m3/hari. Penambahan debit ini
karena penambahan jumlah tenant dengan peruntukkan kegiatan resto.
Hasil analisa menunjukkan tingkat efisiensi penghilangan limbah dari
beberapa parameter baku mutu limbah ammoniak 53 %, BOD 64%, COD
76% dan minyak dan lemak sebesar 66%. Sedangkan penyimpangan baku
mutu tertinggi yaitu amoniak mencapai 162 %, selanjutnya minyak dan
lemak sebanyak 139 %, COD 113 % dan BOD sebesar 43 %.
2. Hasil brainstorming tim manajemen Cetral Park dan pihak Badan
Pengolah Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) merekomendasikan untuk
dilakukan perbaikan sistem pengolahan limbah RBC secara menyeluruh.
79
Perbaikan desain untuk RBC diperlukan tambahan media disk 128.000 m2,
atau dibutuhkan 9014 plat yang berbentuk lingkaran dengan berdiameter
3 m. Sedangkan desain grease trap dengan jumlah restoran sebanyak 55
buah dengan jumlah tempat duduk sebanyak 3.585 buah, diperlukan
volume grese trap minimal adalah 120 m3 .
6.2 Saran
Adapun sumbang saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengatasi fluktutif jumlah limbah yang diolah pada RBC
diperlukan kolam equalizer. Kolam equalizer ini fungsinya untuk
mengkondisikan limbah sebelum diolah pada RBC.
2. Pada kolam equalizer juga dilengkapi dengan alat pengatur debit yang
masuk RBC. Tujuan pemasangan alat pengatur debit ini adalah supaya
beban RBC tidak melewati beban hidrolik desainnya.
3. Untuk mengatasi kurangnya kandungan oksigen pada limbah yang masuk
RBC maka perlu dipasang aerator.
80
DAFTAR PUSTAKA
Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemarandan Pengendalian Lingkungan. USU
Press. Medan.
Bhandari, Vasudha, dkk. 2013. Field Monitoring of Treated Industrial Waste
Water. International Journal of Electrical and Computer Engineering
(IJECE)
Central Prima Kelola Jakarta, 2015
Ebie Kunio dan Ashidate Noriatsu, “ Eisei Kougaku Enshu –Jouswuidou to
gesuidou”, Morikita Shupan, Tokyo, 1992.
Gasperz, V. 1989.Manajemen Bisnis Total .Terjemahan oleh Yayasan Indonesia
Emas dari Statisical Process Control. Edisi Ketiga. Jilid II. Erlangga.
Jakarta.
Indriyanti, 2013. Pengolahan Limbah Cair Industri Minuman, Jakarta JURNAL
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 15, No 1 (2013): JURNAL
TEKNOLOGI LINGKUNGAN
Irawati Estri, dkk, 2013, Upaya Peningkatan Sistem Pengolahan Limbah Cair
Terhadap Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Pusat Dokter
Kariadi, Semarang JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
INDONESIA Vol 12, No 1 (2013): Vol 12, No 1 (2013) page. 17 - 23
Jenie, L.S. 1993. PenanganLimbahIndustriPangan. Kanisius. Yogyakarta.
Kristanto, P. 2002.Ekologi Industri,.Andi.Yogyakarta.
Linsley, K. R. 1995. Teknik Sumber Daya Air.Edisi Ketiga. Jilid 2.Erlangga,
Jakarta.
Mohammed, Ali A, dkk. 2012. Evaluation the Performance of Al-wahdaa Project
Drinking Water Treatment plant: A case Study in Iraq. Institute of
Advanced Engineering and Science.
Najafpour, Gashem, dkk. 2008. Rotating Biological Contactor for Biological
Treatment of Poultry Processing Plant Wastewater Using Saccharomyces
Cerevisiae. ASEAN Journal of Chemical Engineering
Nurdijanto Agus ,dkk, 2011. Rancang Bangun dan Rekayasa Pengolahan
Limbah Cair Rumah Sakit, Semarang JURNAL ILMU LINGKUNGAN
Vol 9, No 1 (2011): April 2011 page. 25-30
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
81
Qun, Gu, dkk, 2014. SISO P-ILC Algorithm for Output Data Dropouts and Its
Application in Wastewater Biological Treatment Plant. TELKOMNIKA
Indonesian Journal of Electrical Engineering.
Said N.I, 2011. Pengolahan Air Limbah Dengam Sistem Reaktor Biologis Putar
dan Parameter Disain, Jakarta Vol 4, No 2 (2011): JURNAL AIR
INDONESIA
Said, N.I., "Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Skala Individual
Tangki Septik Filter Up Flow", Majalah Analisis Sistem Nomor 3, Tahun
II, 1995.
Sastrawijaya, T. A. 2001. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudipa, dkk. 2012. Studi Kualitas Hasil Pengolahan Air Limbah Kasus salah salah
Satu Hotel Berbintang Di bali. Bali Ecotrophic, Journal of Environmental
Science Vol 1, No 2
Watanabe Takayuki, 2008. Water Plasma Generation Under Atmospheric
Pressure for Waste Treatment. ASEAN Journal of Chemical Engineering.
82
Lampiran 1 Laporan Harian Effluent Limbah Bulan Maret 2016
Tgl Flow Rate
(Liter/min)
pH
Ammoniac
as NH3-N
(mg/L)
BOD
(mg/L)
COD
(mg/L)
Oil and
Grease
(mg/L)
Inf.* Eff.** Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff.
1. 240 7,1 7,3 50 25 240 95 850 315 95 20
2. 230 6,9 7,1 70 20 230 75 750 120 120 30
3. 230 7,2 7,5 60 25 250 85 875 250 85 15
4. 230 6,7 7,3 70 30 210 70 725 125 65 15
5. 250 6,9 7,3 50 20 200 65 750 210 75 30
6. 250 7,2 7,4 65 35 200 75 670 150 50 20
7. 230 6,7 7,2 45 20 150 60 560 125 65 20
8. 240 6,9 7,3 45 25 120 55 560 145 75 30
9. 230 7,2 7,6 55 30 210 85 755 120 60 15
10. 230 6,6 7,5 35 20 170 56 560 127 45 13
11. 240 7,1 7,3 55 20 250 90 850 325 75 35
12. 250 6,9 7,1 75 25 255 80 750 100 70 25
13. 250 7,2 7,5 65 25 250 75 875 200 65 20
14. 230 6,7 7,3 80 40 200 80 700 100 65 15
15. 230 6,9 7,3 70 25 220 75 670 210 75 25
16. 240 7,2 7,4 65 35 170 55 570 130 50 15
17. 230 6,7 7,2 45 20 150 57 560 125 65 25
18. 240 6,9 7,3 45 25 120 65 570 125 75 24
19. 250 7,2 7,6 55 20 210 85 755 120 60 15
20. 250 6,6 7,5 35 20 160 55 560 127 45 12
21. 250 7,1 7,3 55 25 240 95 850 315 95 25
22. 250 6,9 7,1 70 25 230 75 750 120 100 40
23. 240 7,2 7,5 60 30 250 85 875 250 90 30
24. 250 6,7 7,3 70 30 200 80 725 125 75 25
25. 230 6,9 7,3 50 15 175 55 750 210 90 35
26. 240 7,2 7,4 65 25 245 55 670 150 60 25
27. 250 6,7 7,2 45 15 150 54 560 125 65 20
28. 240 6,9 7,3 45 20 120 52 560 145 80 40
29. 230 7,2 7,6 55 20 210 85 755 120 50 20
30. 230 6,6 7,5 35 15 180 59 560 127 60 35
31. 230 7,1 7,3 50 20 200 85 850 315 75 25
Keterangan :
- Inf * adalah influent yaitualiranmasuklimbahkesistem STP
- Eff** adalah effluent yaitualirankeluarlimbahdarisistem STP
83
Lampiran 2 Laporan Harian Effluent Limbah Bulan April 2016
Tgl
Flow
Rate pH
Ammoniac
as NH3-N
(mg/L)
BOD
(mg/L)
COD
(mg/L)
Oil and
Grease
(Mg/L)
Liter/min Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff.
1. 240 7,1 7,3 60 45 220 95 950 350 75 22
2. 250 6,9 7,1 50 30 190 75 780 220 87 32
3. 250 7,2 7,5 70 35 250 105 850 225 75 15
4. 250 6,7 7,3 65 40 220 70 655 225 95 35
5. 230 6,9 7,3 40 20 210 85 650 210 65 20
6. 240 7,2 7,4 55 25 180 65 680 200 54 22
7. 230 6,7 7,2 45 20 155 55 570 130 75 20
8. 240 6,9 7,3 55 34 145 52 577 145 55 17
9. 250 7,2 7,6 55 35 200 65 655 150 64 19
10. 250 6,6 7,5 45 25 170 62 560 127 45 15
11. 250 7,1 7,3 45 27 240 90 850 315 75 25
12. 240 6,9 7,1 80 30 230 88 780 220 90 42
13. 240 7,2 7,5 70 45 270 85 875 240 89 40
14. 240 6,7 7,3 85 45 200 70 755 225 55 15
15. 230 6,9 7,3 86 43 205 55 740 215 85 30
16. 240 7,2 7,4 65 35 200 75 670 150 50 21
17. 250 6,7 7,2 45 20 150 55 570 125 65 22
18. 250 6,9 7,3 56 25 120 53 560 145 75 30
19. 250 7,2 7,6 55 30 210 85 655 120 60 19
20. 250 6,6 7,5 35 20 170 58 560 127 45 16
21. 250 7,1 7,3 50 25 250 95 670 290 85 25
22. 250 6,9 7,1 77 27 270 75 750 100 80 30
23. 250 7,2 7,5 60 25 230 85 785 240 75 29
24. 250 6,7 7,3 75 30 225 60 755 120 65 26
25. 230 6,9 7,3 69 27 210 65 630 205 75 25
26. 240 7,2 7,4 65 30 300 75 580 140 40 16
27. 230 6,7 7,2 45 20 150 58 500 110 55 27
28. 240 6,9 7,3 45 25 110 51 550 120 75 35
29. 250 7,2 7,6 55 30 200 65 600 140 55 26
30. 250 6,6 7,5 35 20 180 55 550 130 50 15
84
Lampiran 3 Laporan Harian Effluent Limbah Bulan Mei 2016
Tgl
Flow
Rate pH
Ammoniac
as NH3-N
(mg/L)
BOD
(mg/L)
COD
(mg/L)
Oil and
Grease
(Mg/L)
Liter/min Inf.* Eff.** Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff. Inf. Eff.
1. 250 7,1 7,3 53 15 233 73 650 115 75 30
2. 250 6,9 7,1 72 32 254 87 650 120 80 50
3. 250 7,2 7,5 56 23 237 75 675 150 65 25
4. 250 6,7 7,3 78 35 210 71 625 125 55 25
5. 230 6,9 7,3 51 17 189 67 650 110 79 34
6. 250 7,2 7,4 67 29 220 75 670 150 56 22
7. 250 6,7 7,2 45 20 167 55 560 125 64 28
8. 250 6,9 7,3 45 25 115 51 560 145 75 30
9. 250 7,2 7,6 55 30 256 85 755 120 60 15
10. 250 6,6 7,5 35 20 170 57 560 127 56 26
11. 240 7,1 7,3 50 25 260 85 850 315 95 20
12. 240 6,9 7,1 70 20 270 89 750 120 120 30
13. 240 7,2 7,5 60 25 270 88 875 250 85 19
14. 250 6,7 7,3 70 30 210 70 725 125 65 13
23. 250 7,2 7,5 60 25 250 85 875 250 85 17
24. 250 6,7 7,3 70 30 210 70 725 125 65 15
25. 230 6,9 7,3 50 20 200 65 750 210 75 34
26. 240 7,2 7,4 65 35 200 75 670 150 50 16
27. 230 6,7 7,2 45 20 150 52 560 125 65 20
28. 240 6,9 7,3 45 25 120 55 560 145 75 30
29. 250 7,2 7,6 55 30 210 85 755 120 60 15
30. 230 6,6 7,5 35 20 170 56 560 127 45 16
31. 230 7,1 7,3 50 25 240 95 850 315 95 22
85
Lampiran 4 Efisiensi Penghilangan Amoniak dan Penyimpangan Baku Mutu
Amoniak Bulan Maret 2016
Tgl
Ammoniac as NH3-N
(mg/L) Removal
Kadar Maksimum
Ammoniac Penyimpangan Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 50 25 50 10 150
2. 70 20 71 10 100
3. 60 25 58 10 150
4. 70 30 57 10 200
5. 50 20 60 10 100
6. 65 35 46 10 250
7. 45 20 56 10 100
8. 45 25 44 10 150
9. 55 30 45 10 200
10. 35 20 43 10 100
11. 55 20 64 10 100
12. 75 25 67 10 150
13. 65 25 62 10 150
14. 80 40 50 10 300
15. 70 25 64 10 150
16. 65 35 46 10 250
17. 45 20 56 10 100
18. 45 25 44 10 150
19. 55 20 64 10 100
20. 35 20 43 10 100
21. 55 25 55 10 150
22. 70 25 64 10 150
23. 60 30 50 10 200
24. 70 30 57 10 200
25. 50 15 70 10 50
26. 65 25 62 10 150
27. 45 15 67 10 50
28. 45 20 56 10 100
29. 55 20 64 10 100
30. 35 15 57 10 50
31. 50 20 60 10 100
Rata-rata 56 10 140
86
Lampiran 5 Efisiensi Penghilangan BOD dan Penyimpangan Baku Mutu BOD
Bulan Maret 2016
Tgl BOD (mg/L) Removal
Kadar
Maksimum
BOD
Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 240 95 60 50 90
2. 230 75 67 50 50
3. 250 85 66 50 70
4. 210 70 67 50 40
5. 200 65 68 50 30
6. 200 75 63 50 50
7. 150 60 60 50 20
8. 120 55 54 50 10
9. 210 85 60 50 70
10. 170 56 67 50 12
11. 250 90 64 50 80
12. 255 80 69 50 60
13. 250 75 70 50 50
14. 200 80 60 50 60
15. 220 75 66 50 50
16. 170 55 68 50 10
17. 150 57 62 50 14
18. 120 65 46 50 30
19. 210 85 60 50 70
20. 160 55 66 50 10
21. 240 95 60 50 90
22. 230 75 67 50 50
23. 250 85 66 50 70
24. 200 80 60 50 60
25. 175 55 69 50 10
26. 245 55 78 50 10
27. 150 54 64 50 8
28. 120 52 57 50 4
29. 210 85 60 50 70
30. 180 59 67 50 18
31. 200 85 58 50 70
Rata-rata 63 50 43
87
Lampiran 6 Efisiensi Penghilangan COD dan Penyimpangan Baku Mutu COD
Bulan Maret 2016
Tgl
COD
(mg/L) Removal
Kadar
Maksimum
COD
Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 850 315 63 80 294
2. 750 120 84 80 50
3. 875 250 71 80 213
4. 725 125 83 80 56
5. 750 210 72 80 163
6. 670 150 78 80 88
7. 560 125 78 80 56
8. 560 145 74 80 81
9. 755 120 84 80 50
10. 560 127 77 80 59
11. 850 325 62 80 306
12. 750 100 87 80 25
13. 875 200 77 80 150
14. 700 100 86 80 25
15. 670 210 69 80 163
16. 570 130 77 80 63
17. 560 125 78 80 56
18. 570 125 78 80 56
19. 755 120 84 80 50
20. 560 127 77 80 59
21. 850 315 63 80 294
22. 750 120 84 80 50
23. 875 250 71 80 213
24. 725 125 83 80 56
25. 750 210 72 80 163
26. 670 150 78 80 88
27. 560 125 78 80 56
28. 560 145 74 80 81
29. 755 120 84 80 50
30. 560 127 77 80 59
31. 850 315 63 80 294
Rata-rata 76 80 112
88
Lampiran 7 Efisiensi Penghilangan Minyak dan Lemak dan Penyimpangan Baku
Mutu Minyak dan Lemak Bulan Maret 2016
Tgl
Oil and Grease
(mg/L) Removal Kadar Maksimum
Oil and Grease Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 95 20 79 10 100
2. 120 30 75 10 200
3. 85 15 82 10 50
4. 65 15 77 10 50
5. 75 30 60 10 200
6. 50 20 60 10 100
7. 65 20 69 10 100
8. 75 30 60 10 200
9. 60 15 75 10 50
10. 45 13 71 10 30
11. 75 35 53 10 250
12. 70 25 64 10 150
13. 65 20 69 10 100
14. 65 15 77 10 50
15. 75 25 67 10 150
16. 50 15 70 10 50
17. 65 25 62 10 150
18. 75 24 68 10 140
19. 60 15 75 10 50
20. 45 12 73 10 20
21. 95 25 74 10 150
22. 100 40 60 10 300
23. 90 30 67 10 200
24. 75 25 67 10 150
25. 90 35 61 10 250
26. 60 25 58 10 150
27. 65 20 69 10 100
28. 80 40 50 10 300
29. 50 20 60 10 100
30. 60 35 42 10 250
31. 75 25 67 10 150
Rata-Rata 66 10 138
89
Lampiran 8 Efisiensi Penghilangan Amoniak dan Penyimpangan Baku Mutu
Amoniak Bulan April 2016
Tgl
Ammoniac as NH3-N
(mg/L) Removal
Kadar Maksimum
Ammoniac Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 60 45 25 10 350
2. 50 30 40 10 200
3. 70 35 50 10 250
4. 65 40 38 10 300
5. 40 20 50 10 100
6. 55 25 55 10 150
7. 45 20 56 10 100
8. 55 34 38 10 240
9. 55 35 36 10 250
10. 45 25 44 10 150
11. 45 27 40 10 170
12. 80 30 63 10 200
13. 70 45 36 10 350
14. 85 45 47 10 350
15. 86 43 50 10 330
16. 65 35 46 10 250
17. 45 20 56 10 100
18. 56 25 55 10 150
19. 55 30 45 10 200
20. 35 20 43 10 100
21. 50 25 50 10 150
22. 77 27 65 10 170
23. 60 25 58 10 150
24. 75 30 60 10 200
25. 69 27 61 10 170
26. 65 30 54 10 200
27. 45 20 56 10 100
28. 45 25 44 10 150
29. 55 30 45 10 200
30. 35 20 43 10 100
Rata-rata 49 10 196
90
Lampiran 9 Efisiensi Penghilangan BOD dan Penyimpangan Baku Mutu BOD
Bulan April 2016
Tgl BOD (mg/L) Removal
Kadar Maksimum
BOD Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 220 95 57 50 90
2. 190 75 61 50 50
3. 250 105 58 50 110
4. 220 70 68 50 40
5. 210 85 60 50 70
6. 180 65 64 50 30
7. 155 55 65 50 10
8. 145 52 64 50 4
9. 200 65 68 50 30
10. 170 62 64 50 24
11. 240 90 63 50 80
12. 230 88 62 50 76
13. 270 85 69 50 70
14. 200 70 65 50 40
15. 205 55 73 50 10
16. 200 75 63 50 50
17. 150 55 63 50 10
18. 120 53 56 50 6
19. 210 85 60 50 70
20. 170 58 66 50 16
21. 250 95 62 50 90
22. 270 75 72 50 50
23. 230 85 63 50 70
24. 225 60 73 50 20
25. 210 65 69 50 30
26. 300 75 75 50 50
27. 150 58 61 50 16
28. 110 51 54 50 2
29. 200 65 68 50 30
30. 180 55 69 50 10
Rata-rata 64 50 42
91
Lampiran 10 Efisiensi Penghilangan COD dan Penyimpangan Baku Mutu COD
Bulan April 2016
Tgl
COD
(mg/L) Removal
Kadar Maksimum
COD Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 950 350 63 80 338
2. 780 220 72 80 175
3. 850 225 74 80 181
4. 655 225 66 80 181
5. 650 210 68 80 163
6. 680 200 71 80 150
7. 570 130 77 80 63
8. 577 145 75 80 81
9. 655 150 77 80 88
10. 560 127 77 80 59
11. 850 315 63 80 294
12. 780 220 72 80 175
13. 875 240 73 80 200
14. 755 225 70 80 181
15. 740 215 71 80 169
16. 670 150 78 80 88
17. 570 125 78 80 56
18. 560 145 74 80 81
19. 655 120 82 80 50
20. 560 127 77 80 59
21. 670 290 57 80 263
22. 750 100 87 80 25
23. 785 240 69 80 200
24. 755 120 84 80 50
25. 630 205 67 80 156
26. 580 140 76 80 75
27. 500 110 78 80 38
28. 550 120 78 80 50
29. 600 140 77 80 75
30. 550 130 76 80 63
Rata-Rata 74 80 127
92
Lampiran 11 Efisiensi Penghilangan Minyak dan Lemak dan Penyimpangan Baku
Mutu Minyak dan Lemak Bulan April 2016
Tgl
Oil and Grease
(mg/L) Removal
Kadar Maksimum
Oil and Grease Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 75 22 71 10 120
2. 87 32 63 10 220
3. 75 15 80 10 50
4. 95 35 63 10 250
5. 65 20 69 10 100
6. 54 22 59 10 120
7. 75 20 73 10 100
8. 55 17 69 10 70
9. 64 19 70 10 90
10. 45 15 67 10 50
11. 75 25 67 10 150
12. 90 42 53 10 320
13. 89 40 55 10 300
14. 55 15 73 10 50
15. 85 30 65 10 200
16. 50 21 58 10 110
17. 65 22 66 10 120
18. 75 30 60 10 200
19. 60 19 68 10 90
20. 45 16 64 10 60
21. 85 25 71 10 150
22. 80 30 63 10 200
23. 75 29 61 10 190
24. 65 26 60 10 160
25. 75 25 67 10 150
26. 40 16 60 10 60
27. 55 27 51 10 170
28. 75 35 53 10 250
29. 55 26 53 10 160
30. 50 15 70 10 50
Rata-Rata 64 10 144
93
Lampiran 12 Efisiensi Penghilangan Amoniak dan Penyimpangan Baku Mutu
Amoniak Bulan Mei 2016
Tgl
Ammoniac as NH3-N
(mg/L) Removal
Kadar Maksimum
Ammoniac Penyimpangan Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 53 15 72 10 50
2. 72 32 56 10 220
3. 56 23 59 10 130
4. 78 35 55 10 250
5. 51 17 67 10 70
6. 67 29 57 10 190
7. 45 20 56 10 100
8. 45 25 44 10 150
9. 55 30 45 10 200
10. 35 20 43 10 100
11. 50 25 50 10 150
12. 70 20 71 10 100
13. 60 25 58 10 150
14. 70 30 57 10 200
15. 50 20 60 10 100
16. 65 35 46 10 250
17. 45 20 56 10 100
18. 45 25 44 10 150
19. 55 30 45 10 200
20. 35 20 43 10 100
21. 50 25 50 10 150
22. 70 20 71 10 100
23. 60 25 58 10 150
24. 70 30 57 10 200
25. 50 20 60 10 100
26. 65 35 46 10 250
27. 45 20 56 10 100
28. 45 25 44 10 150
29. 55 30 45 10 200
30. 35 20 43 10 100
31. 50 25 50 10 150
Rata - rata 54 10 149
94
Lampiran 13 Efisiensi Penghilangan BOD dan Penyimpangan Baku Mutu BOD
Bulan Mei 2016
Tgl BOD (mg/L) Removal
Kadar
Maksimum
BOD
Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 233 73 69 50 46
2. 254 87 66 50 74
3. 237 75 68 50 50
4. 210 71 66 50 42
5. 189 67 65 50 34
6. 220 75 66 50 50
7. 167 55 67 50 10
8. 115 51 56 50 2
9. 256 85 67 50 70
10. 170 57 66 50 14
11. 260 85 67 50 70
12. 270 89 67 50 78
13. 270 88 67 50 76
14. 210 70 67 50 40
15. 200 65 68 50 30
16. 200 75 63 50 50
17. 150 51 66 50 2
18. 120 51 58 50 2
19. 210 85 60 50 70
20. 170 55 68 50 10
21. 240 95 60 50 90
22. 230 75 67 50 50
23. 250 85 66 50 70
24. 210 70 67 50 40
25. 200 65 68 50 30
26. 200 75 63 50 50
27. 150 52 65 50 4
28. 120 55 54 50 10
29. 210 85 60 50 70
30. 170 56 67 50 12
31. 240 95 60 50 90
Rata - rata 65 50 43
95
Lampiran 14 Efisiensi Penghilangan COD dan Penyimpangan Baku Mutu COD
Bulan Mei 2016
Tgl
COD
(mg/L) Removal
Kadar
Maksimum
COD
Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 650 115 82 80 44
2. 650 120 82 80 50
3. 675 150 78 80 88
4. 625 125 80 80 56
5. 650 110 83 80 38
6. 670 150 78 80 88
7. 560 125 78 80 56
8. 560 145 74 80 81
9. 755 120 84 80 50
10. 560 127 77 80 59
11. 850 315 63 80 294
12. 750 120 84 80 50
13. 875 250 71 80 213
14. 725 125 83 80 56
15. 750 210 72 80 163
16. 670 150 78 80 88
17. 560 125 78 80 56
18. 560 145 74 80 81
19. 755 120 84 80 50
20. 560 127 77 80 59
21. 850 315 63 80 294
22. 750 120 84 80 50
23. 875 250 71 80 213
24. 725 125 83 80 56
25. 750 210 72 80 163
26. 670 150 78 80 88
27. 560 125 78 80 56
28. 560 145 74 80 81
29. 755 120 84 80 50
30. 560 127 77 80 59
31. 850 315 63 80 294
Rata - rata 77 80 101
96
Lampiran 15 Efisiensi Penghilangan Minyak dan Lemak dan Penyimpangan Baku
Mutu Minyak dan Lemak Bulan Mei 2016
Tgl
Oil and Grease
(mg/L) Removal
Kadar Maksimum
Oil and Grease Penyimpangan
Inf. Eff. (%) (mg/L) (%)
1. 75 30 60 10 200
2. 80 50 38 10 400
3. 65 25 62 10 150
4. 55 25 55 10 150
5. 79 34 57 10 240
6. 56 22 61 10 120
7. 64 28 56 10 180
8. 75 30 60 10 200
9. 60 15 75 10 50
10. 56 26 54 10 160
11. 95 20 79 10 100
12. 120 30 75 10 200
13. 85 19 78 10 90
14. 65 13 80 10 30
15. 75 30 60 10 200
16. 50 17 66 10 70
17. 65 20 69 10 100
18. 75 30 60 10 200
19. 60 15 75 10 50
20. 45 15 67 10 50
21. 95 20 79 10 100
22. 120 30 75 10 200
23. 85 17 80 10 70
24. 65 15 77 10 50
25. 75 34 55 10 240
26. 50 16 68 10 60
27. 65 20 69 10 100
28. 75 30 60 10 200
29. 60 15 75 10 50
30. 45 16 64 10 60
31. 95 22 77 10 120
Rata-Rata 67 10 135