Traumadd
description
Transcript of Traumadd
![Page 1: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/1.jpg)
Trauma kimia
Definisi
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan
oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat
bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma
yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat
asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.
ETIOLOGI
Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2
macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang
bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan
bersifat basa bila mempunyai pH > 7.6
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea
Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion
merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein
umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan
menyebabkan tampilan ground g lass dari stroma korneal yang mengikuti trauma
akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam
cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium
dan magnesium membentuk insoluble complexes . Nyeri local yang ekstrim bisa
terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi
saraf dengan pemindahan ion potassium, Asam Hidroflorida dapat ditemukan
![Page 2: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/2.jpg)
dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan
pembersih yang kuat.
Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga
terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas.Bahan asam tidak
menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam
keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa. Bila bahan asam mengenai mata
maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan
kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan
bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam
dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam
Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan
basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat
untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.
Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli
anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada
trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa
bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada
pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi
asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah
penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan
menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea
akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat
![Page 3: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/3.jpg)
serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung
disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi.
Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel
diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan
stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan
plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea.
Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan
ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9
jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus
pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus
berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup
dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan
maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.
Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan
askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam
pembentukan jaringan kornea Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak,
Freon/bahan pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem,
cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.
PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase,
Yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase
penyembuhan.
a. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-
hal sebagai berikut:
![Page 4: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/4.jpg)
Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak
pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan
kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan
presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea. Penetrasi zat kimia sampai ke
kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensa. Kerusakan
epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat
mungkin terjadi.
b. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:
Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel
epitelial yang berasal dari stem cell limbus Kerusakan kolagen stroma akan
difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen yang baru.
KLASIFIKASI
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan
yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini juga bertujuan
untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi
penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea
dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai
patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda).
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2 : kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
![Page 5: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/5.jpg)
Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus
(prognosis sangat buruk).
Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas hilangnya epitel pada
kornea dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa, dan tekanan intra okular.
DIAGNOSIS
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah
mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat
darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.
Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa
hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa
lebih berat dibanding trauma asam.
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis,
konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.
![Page 6: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/6.jpg)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah
sekuele jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma
yang tidak membutuhkan
anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup:
1. Penatalaksanaan Emergency
a. Irigasi
merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat
diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa
(lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran
yang konstan.
b. Double eversi pada kelopak mata
dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain
itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva
palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
c. Debridemen
![Page 7: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/7.jpg)
pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi
re-epitelisasi pada kornea.
2. Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan
seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus
kornea.
a. Steroid
bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun
pemberiansteroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunka
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan
secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED
dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat
diberikan Prednisolon IV 50-200 mg .
b. Sikloplegik
untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin
1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari. Selanjutnya diberikan
bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).
c. Asam askorbat
mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan
luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.
Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
d. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor
![Page 8: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/8.jpg)
untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya
glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox ) 500 mg.
e. Antibiotik
profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif
untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi
pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).
f. Asam hyaluronik
untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barier
fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon
inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.
3. Pembedahan
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis
trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa
pada mata antara lain :
a. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,
lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.
b. Kornea keruh, edema, neovaskuler
![Page 9: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/9.jpg)
c. Sindroma mata kering
d. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering
menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan
peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini
dapat terjad akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian
dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.
e. Glaukoma sudut tertutup
f. Entropion dan phthisis bulbi.
PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan
penyebab trauma tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma
kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah
yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan. Trauma kimia sedang samapai berat
pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan simblefaron (adhesi
anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli
anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya
medika. Jakarta. 2000.
2 . Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh
pada tanggal 2 Agustus 2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/
4. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
![Page 10: Traumadd](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022080317/577c83341a28abe054b40b3b/html5/thumbnails/10.jpg)
5. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of
Ophthalmology Third Edition. Washington. 2005.
6. 5. Randleman, J.B. Bansal, A . S. Burns Chemical. eMedicine Journal.
2009.