Traumadd

15
Trauma kimia Definisi Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. ETIOLOGI Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.6 Trauma Asam Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan

description

dd

Transcript of Traumadd

Page 1: Traumadd

Trauma kimia

Definisi

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat

bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma

yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat

asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.

ETIOLOGI

Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh 2

macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang

bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan

bersifat basa bila mempunyai pH > 7.6

Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea

Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion

merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein

umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan

menyebabkan tampilan ground g lass dari stroma korneal yang mengikuti trauma

akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam

cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat

melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan

memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium

dan magnesium membentuk insoluble complexes . Nyeri local yang ekstrim bisa

terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi

saraf dengan pemindahan ion potassium, Asam Hidroflorida dapat ditemukan

Page 2: Traumadd

dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan

pembersih yang kuat.

Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga

terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas.Bahan asam tidak

menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam

keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa. Bila bahan asam mengenai mata

maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan

kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan

bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian

superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam

dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam

Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan

basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat

untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.

Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari

luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini

mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli

anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada

trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa

bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada

pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi

asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah

penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan

menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea

akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat

Page 3: Traumadd

serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung

disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi.

Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel

diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan

stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan

plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea.

Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan

ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9

jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus

pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus

berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup

dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan

maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.

Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan

askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam

pembentukan jaringan kornea Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak,

Freon/bahan pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem,

cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.

PATOFISIOLOGI

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase,

Yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase

penyembuhan.

a. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-

hal sebagai berikut:

Page 4: Traumadd

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan

oklusi pembuluh darah pada limbus. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak

pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan

kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea. Penetrasi zat kimia sampai ke

kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensa. Kerusakan

epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk

memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat

mungkin terjadi.

b. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel

epitelial yang berasal dari stem cell limbus Kerusakan kolagen stroma akan

difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen yang baru.

KLASIFIKASI

Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat keparahan

yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini juga bertujuan

untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi

penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea

dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai

patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda).

Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)

Derajat 2 : kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan

terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)

Page 5: Traumadd

Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris

tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)

Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus

(prognosis sangat buruk).

Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas hilangnya epitel pada

kornea dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa, dan tekanan intra okular.

DIAGNOSIS

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,

anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah

mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat

darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.

Gejala Klinis

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,

blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya

dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.

Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa

hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa

lebih berat dibanding trauma asam.

DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,

terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis,

konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain.

Page 6: Traumadd

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma

ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam

mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah

terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah

sekuele jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma

yang tidak membutuhkan

anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia

mencakup:

1. Penatalaksanaan Emergency

a. Irigasi

merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan

bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang

harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus

digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi

normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling

sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat

diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi

dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa

(lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran

yang konstan.

b. Double eversi pada kelopak mata

dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain

itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva

palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

c. Debridemen

Page 7: Traumadd

pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi

re-epitelisasi pada kornea.

2. Penatalaksanaan Medikamentosa

Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan

seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.

Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk

mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus

kornea.

a. Steroid

bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun

pemberiansteroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunka

sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan

secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED

dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat

diberikan Prednisolon IV 50-200 mg .

b. Sikloplegik

untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin

1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari. Selanjutnya diberikan

bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).

c. Asam askorbat

mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan

luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea.

Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik

dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

d. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor

Page 8: Traumadd

untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya

glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox ) 500 mg.

e. Antibiotik

profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif

untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi

pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan

sistemik (doksisiklin 100 mg).

f. Asam hyaluronik

untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barier

fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon

inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.

Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah

trauma.

3. Pembedahan

Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi

limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks.

KOMPLIKASI

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis

trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa

pada mata antara lain :

a. Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia,

lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.

b. Kornea keruh, edema, neovaskuler

Page 9: Traumadd

c. Sindroma mata kering

d. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering

menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan

peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini

dapat terjad akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian

dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik.

e. Glaukoma sudut tertutup

f. Entropion dan phthisis bulbi.

PROGNOSIS

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan

penyebab trauma tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan

konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis

penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan

konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma

kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah

yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan. Trauma kimia sedang samapai berat

pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan simblefaron (adhesi

anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli

anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya

medika. Jakarta. 2000.

2 . Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh

pada tanggal 2 Agustus 2011.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/

4. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

Page 10: Traumadd

5. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of

Ophthalmology Third Edition. Washington. 2005.

6. 5. Randleman, J.B. Bansal, A . S. Burns Chemical. eMedicine Journal.

2009.