Token Ekonomik

7

Click here to load reader

Transcript of Token Ekonomik

Page 1: Token Ekonomik

Laporan Observasi Pembentukan Perilaku Sosial Anak Melalui Token Ekonomik

Pembentukan Perilaku Sosial Anak Melalui Metode Token Ekonomi

Anamaria V. Sengga(1301182044)

Pg Paud Fkip Undana [email protected]

ABSTRAK

Laporan observasi ini berjudul “Penerepan Token Ekonomi Untuk Membentuk Perilaku Sosial Anak” dengan masalah Bagaimana membentuk perilaku sosial anak dengan menggunakan metode Token Ekonomi? Tujuannya untuk mengetahui peranan token ekonomi dalam membentuk perilaku sosial anak. Metode penulisan ini yaitu Observasi dan merekam sari internet.

Berdasarkan masalah diatas dapat dibahas bahwa penggunaan metode token dalam mempengaruhi perilaku sosial anak, diarahkan pada kemampuan menyimpan sepatu pada tempatnya, berbagi mainan pada teman, bermain bersama, dan menyimpan kembali mainan pada tempatnya. Lokasi pengumpulan data observasi di laksanakan di Lab. Paud Kampus Fkip Undana, walikota. Subjek yang diobservasi terdiri dari 1 orang anak laki-laki dan 3 anak perempuan dengan usia 4-6 tahun.

Sesuai bahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Teknik token ekonomi atau disebut juga dengan tabungan keeping yang merupakan salah satu bentuk aplikasi dari pendekatan behavior, yang mana pendekatan behavior sangat erat hubungannya dengan modifikasi perilaku. Ternyata efektif untuk membentuk dan memotivasi perilaku sosial dari anak Marni, Keila, Marlin, dan Verens.

Kata kunci : token ekonomik, perilaku sosial, anak usia dini

AnaSengga – Laporan Hasil Observasi Metode Pengembangan Perilaku AUD

Page 2: Token Ekonomik

Pendahuluan

Perkembangan sosial anak sangat bergantung pada individu anak, peran orang tua, lingkungan masyarakat, dan termasuk sekolah. Perilaku sosial anak adalah kegiatan anak yang berhubungan dengan orang lain seperti teman sebaya, orang dewasa dan masyarakat luas yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial, serta upaya mengembangkan sikap sosial yang layak diterima orang lain.

Menurut Kerch, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim, Perilaku seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial anak juga identik dengan reaksinya terhadap orang lain. Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan atau rasa hormat terhadap orang lain(Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001).

Penerimaan lingkungan serta pengalaman-pengalaman positif dari orang lain selama melakukan aktivitas sosial merupakan modal dasar untuk suatu kehidupan yang sukses dan menyenangkan dimasa yang akan datang. Namun kita semua tahu kemampuan bergaul anak harus dipelajari, karena di masa awal kehidupannya anak belajar dari orang-orang terdekat dalam hal ini keluarga menjadi model pembelajaran pertama bagi sang anak.

Keluarga menjadi pedoman bagi perilaku anak, pembiasaan, bimbingan dan arahan yang baik dari keluarga bisa menjadi penuntun anak dalam pembentukan perilaku sosial sang anak. Jika hal ini tidak didapatkan anak maka kemungkinan anak akan tumbuh dengan perilaku kurang menyenangkan, jika perilaku kurang menyenangkan ini terus dibawa anak dalam pergaulannya anak bisa jadi susah untuk bergaul dengan teman sebayanya.

Peran orang tua dalam mengembangkan keterampilan bergaul anak memang benar selain memberi anak kepercayaan dan kesempatan, orang tua juga diharapkan memberi penguatan lewat pemberian rangsangan ganjaran atau hadiah kalau anak bertingkah laku positif atau hukuman kalau ia melakukan kesalahan. Dengan begitu anak bisa berkembangan menjadi makhluk sosial yang sehat dan bertanggung jawab.

Berdasarkan hasil observasi awal terhadap ke empat anak yang menjadi subjek pengamatan, anak-anak masih terlihat kaku saat bermain bersama, tidak ada komunikasi antar anak, sikap individualis masih sangat terasa. Hal ini menunjukan masih kurangnya kemampuan bersosialisasi dari anak-anak tersebut.

Dengan adanya masalah kurangnya perilaku sosial yang terjadi pada ke empat anak tersebut, maka ada salah satu metode yang sering digunakan di sekolah untuk penguatan perilaku positif pada anak yaitu pemberian reward (penghargaan), yang pertama reward verbal yang berupa pujian dari guru. Dimana pujian diberikan ketika siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Reward (penghargaan) tidak hanya berupa verbal, tetapi ada juga yang berupa non verbal salah satunya yaitu dengan metode token ekonomi. Token ekonomi merupakan suatu wujud modifikasi perilaku yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (tanda-tanda). Individu menerima token dengan cepat setelah mempertunjukkan perilaku yang diinginkan.

Page 3: Token Ekonomik

Token itu kemudian dikumpulkan dan dapat dipertukarkan dengan suatu obyek atau kehormatan yang penuh arti. Secara singkatnya token ekonomi merupakan sebuah sistem penguatan untuk perilaku yang dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi atau diberikan penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan. Tujuan utama token ekonomi adalah untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boniecki (2003: 225) mengenai penggunaan token ekonomi sebagai penguatan dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan setelah penggunaan token ekonomi, terlihat bahwa siswa lebih antusias dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Hasil ini menunjukkan bahwa token ekonomi memotivasi siswa dalam menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian di atas mengidentifikasikan bahwa token ekonomi dapat digunakan dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Token ekonomi yang digunakan untuk siswa ini berupa point atau permen. Token ekonomi ini juga dapat digunakan pada anak usia dini, jika pada siswa yang lebih besar token ekonomi yang digunakan berupa poin atau permen, sedangkan untuk anak usia dini dapat berupa sesuatu yang lebih menarik seperti kartu, koin, dan lain-lain.

Tujuan yang utama suatu token ekonomi, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Bagaimanapun, tujuan yang lebih utama dari token ekonomi untuk mengajar perilaku yang sesuai dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dapat digunakan dalam satu lingkungan yang alami. Token ekonomi dapat digunakan secara individu atau di dalam kelompok (Susanto, 2008). Menurut Susanto (2008), unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam pemberian token ekonomi adalah sebagai berikut: a) Token; b) Target perilaku jelas dan nyata; c) Motif-motif penguat; d) Sistem yang digunakan untuk menukarkan token; e) Sistem untuk merekam data; f) Implementasi konsistensi token ekonomi oleh pelaksana program.

Dibidang pendidikan Abikoff dan Hecttman (Davison 2006: 685) menyatakan bahwa yang diperlukan dalam penanganan perilaku anak dapat didasarkan pada prinsip pengkondisian operant. Program-program tersebut minimal menunjukkan keberhasilan jangka pendek dalam memperbaiki perilaku sosial dan akademik. Dalam penanganan tersebut, perilaku anak dipantau di rumah dan di sekolah, mereka diberi penguatan untuk berperilaku sesuai harapan, contohnya tetap duduk di kursi dan mengejarkan tugas-tugas mereka. Sistem poin dan papan bintang merupakan komponen umum dalam program-program tersebut. Anak-anak yang menjelang remaja mendapatkan poin dan anak-anak yang lebih muda mendapatkan bintang karena berperilaku tertentu, anak-anak kemudian dapat menukar poin dan bintang mereka dengan hadiah. Fokus program operant ini adalah meningkatkan karya akademik, menyelesaikan tugas-tugas rumah atau belajar keterampilan sosial spesifik.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, terlihat pentingnya untuk mengetahui apakah metode token economy salah satu metode modifikasi perilaku yang merupakan pengembangan dari metode reinforcement dan dikatakan efektif bagi setiap seluruh usia, efektif pula jika diterapkan bagi keempat anak usia dini ini yang barusia 4-6 tahun.

AnaSengga - Laporan Observasi Metode Pengembangan Perilaku AUD | 3

Page 4: Token Ekonomik

MetodeObservasi dilakukan pada tanggal 18 mei 2015, di Lab. Paud, Kampus B Fkip Undana

Walikota. Observasi dimulai dari jam 08.30-09.30 Wita, diawali dengan penjelasan metode token pada anak. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang anak yang terdiri dari 1 orang anak laki-laki bernama Verens (6 tahun) dan 3 orang anak perempuan Keila (5 tahun), Marlin (5 tahun) dan Marni (4 tahun). Indikator perilaku sosial yang akan diobservasi adalah 1) anak mampu menaati aturan terbagi menjadi 2 yaitu melepas/menyimpan sepatu dan menyimpan kembali mainan pada tempatnya , 2) berbagi mainan dengan teman, 3) bermain bersama/berkelompok.

Metode yang digunakan adalah penelitian Tindakan Kelas, dengan menggunakan Token Ekonomik untuk mencoba menguji pengaruhnya terhadap peningkatan perilaku sosial anak.

Penerapan token ekonomik diberikan hanya satu kali perlakuan, yang terdiri dari empat kali penukaran hadiah pada setiap kali perilaku target terbentuk. Poin atau stiker bergambar yang diperoleh subjek dapat ditukar sekali setiap subjek telah mencapai keberhasilan perilaku yang dijadikan target. Hadiah yang akan didapatkan dapat dilihat pada tabel harga stiker yang ada pada peraturan program.

Hasil dan Pembahasana. Hasil

Dari hasil observasi yang dilakukan, data yang didapat adalah sebagai berikut :

Nama AnakPerilaku Sosial

Melepas Sepatu

Berbagi Mainan

Bermain Bersama

Menyimpan Mainan

1. Marni

2. Keila

3. Marlin

4. Verens

Keterangan := 1 Permen = 1 Oreo

= 1 Fullo = 1 Emping & Teh Kita

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 1) anak Marni sudah mampu melepas dan menyimpan alas kaki (sepatu) pada tempatnya, berbagi mainan dengan teman, bermain bersama dan anak Mirna juga sudah mampu menyimpan kembali mainan pada tempatnya. 2) anak Keila termasuk salah satu anak yang cepat menyesuaikan diri, mampu melepas dan menyimpan alas kaki (sepatu) pada tempatnya, berbagi mainan dengan teman, bermain bersama dan juga sudah mampu menyimpan kembali mainan pada tempatnya, 3) Marlin, mampu

Page 5: Token Ekonomik

melepas alas kaki/spatu dan menyimpannya, saat bermain Marlin mau berbagi dengan temannya, bermain bersama dan menyimpan kembali mainan pada tempatnya. 4) anak Verens, sama seperti keempat anak lainnya Verens juga mampu melepas dan menyimpan alas kaki pada tempatnya, berbagi permainan dengan temannya, bermain bersama dan menyimpan kembali mainan pada tempatnya.

b. PembahasanBerdasarkan hasil observasi yang telah dibahas diatas dapat di simpulkan bahwa

perilaku sosial anak dapat dibentuk melalui token ekonomik. Walau pada awalnya anak-anak kurang bisa membuka diri satu sama lain namun dengan pemberian reward memancing keinginan anak untuk melakukan setiap perilaku dalam papan token tersebut. Anak-anak yang mula-mulanya bermain sendiri saat melihat salah satu teman mereka melakukan salah satu perilaku dalam token dan kemudian mendapat stiker/token pada papan tokennya mereka pun tertarik untuk melakukan hal yang sama dengan cara bermain bersama dan saat melihat mereka pun mendapat stiker anak-anak ini mulai melakukan semua perilaku dalam papan token tersebut. Seperti yang terjadi pada Marni yang berusia 4 tahun saat berbaris didepan kelas bersama teman-temannya dan disuruh melepaskan alas kaki sebelum masuk ke dalam kelas, Marni yang sebelumnya belum bisa melepas sendiri alas kaki akhirnya berusaha membuka sendiri sepatu dan kaos kakinya serta menyimpan di rak sepatu, karena melihat teman-temannya yang dapat melakukannya mendapatkan stiker/token pada papan token mereka.

Lalu anak-anak yang awalnya masih malu-malu dan tidak mau bergaul satu dengan lain, namun saat melihat bahwa salah satu peraturan pada papan token mengharuskan bermain bersama, anak-anak ini mulai merubah tingkah laku mereka yang tadinya tidak mau bermain bersama menjadi bermain bersama dan saling berbagi. Hal ini menunjukan bahwa Subjek mempersepsikan adanya perilaku sosial diikuti dengan token (makanan), sebaliknya tidak ada perilaku sosial maka tidak ada token (makanan). Hal ini yang membuat keempat anak ini tertarik untuk melakukan semua perilaku sosial dalam papan token tersebut.

Token economy merupakan dasar dari operant conditioning oleh Skinner. Teori Skinner berdasarkan operant conditioning adalah respon-respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Operant response merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan dimodifikasi tidak terbatas. Tingkah laku hanya disebabkan oleh kemungkinan-kemungkinan yang melibatkan berbagai macam penguat atau reinforcers positif dan negatif. Target perilaku yang ditetapkan di dalam kelas mengalami peningkatan karena adanya reinforcement salah satunya adalah metode modifikasi perilaku token economy.

Perlakuan ini terbukti efektif dalam meningkatkan perilaku sosial anak, hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Hurlock (1978: 91) sepanjang masa kanak-kanak, penghargaan mempunyai nilai edukatif yang penting. Imbalan mengatakan pada mereka bahwa perilaku mereka sesuai dengan harapan sosial, dan memotivasi mereka untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Jadi penghargaan merupakan pendorong untuk perilaku yang baik.

Kegiatan perlakuan ini tidak luput dari kelemahan dan kekurangan, dimana kadang-kadang instruksi yang diberikan peneliti tidak dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa, instruksi tersebut harus diberikan berkali-kali. Pengawasan pun harus selalu dilakukan agar siswa tidak salah dalam mengikuti aturan main dalam pemberian reward melalui token

AnaSengga - Laporan Observasi Metode Pengembangan Perilaku AUD | 5

Page 6: Token Ekonomik

ekonomi ini. Selain itu waktu observasi yang berlangsung kurang lebih satu jam saja menjadi salah satu kendala dalam penentuan perilaku sosial anak, apakah sudah benar-benar terbentuk atau belum.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan token ekonomik benar-benar dapat membentuk perilaku sosial anak. Selain itu penggunaan token ekonomik dapat menarik minat anak-anak untuk ikut berpartisipasi didalamnya, dan hasilnya menunjukan pula bahwa token ekonomik memotivasi anak-anak untuk melakukan suatu pembelajaran baru.

Simpulan

Berdasarkan hasil observasi di atas dapat diidentifikasikan bahwa token ekonomi dapat digunakan dalam meningkatkan perilaku sosial anak dalam proses bersosialisasi dengan teman-temannya. Token ekonomi yang digunakan untuk anak-anak ini berupa point atau permen. Token ekonomi ini juga dapat digunakan semua usia, jika pada siswa (anak yang lebih besar) token ekonomi yang digunakan berupa poin atau permen, sedangkan untuk anak usia dini dapat berupa sesuatu yang lebih menarik seperti kartu, koin, dll.

Hasil observasi ini dapat mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa token ekonomi dapat menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jadi dapat di simpulkan bahwa pemberian reward melalui metode token ekonomi efektif untuk meningkatkan perilaku sosial anak usia dini

Rekomendasi 1. Bagi Guru

Guru diharapkan menerapkan metode modifikasi perilaku token economy dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan beberapa hal mengenai unsur-unsur metode modifikasi perilaku.. Metode modifikasi perilaku token economy juga diberikan bersama penjelasan atas manfaat dari perilaku yang terbentuk sehingga diharapkan siswa/anak menyadari yang terpenting adalah perilakunya bukan tokennya. Penerapan metode modifikasi perilaku ini, memerlukan koordinasi yang baik antara pengajar dan siswa/anak. Pengajar juga diharapkan lebih sabar, karena yang diajar adalah anak usia dini.

2. Bagi orang tuaMetode token ekonomik ini dapat pula dilakukan dirumah untuk mengubah tingkah

laku atau sikap anak yang tidak menyenangkan.

DAFTAR RUJUKANAhmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta

Hurlock, E, B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Zainah . 2004. Reward and punishment. (http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07110178-sy-zainah.ps) diakses Tanggal 29 Mei 2015. Pukul 14.51 Wita

Page 7: Token Ekonomik

Maufidah, Umri. 2013. Efektifitas Pemberian Reward melalui Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini. SKRIPSI. Prodi PG PAUD Universitas Negeri Semarang. http://www....... Diakses Tanggal 26 Mei 2015. Pukul 11.28 Wita

Sulhadi, I., Sumekar, G., Tarmasyah. (2013). Efektifitas Teknik Token Ekonomi Dalam Upaya Mengurangi Prilaku Menyandarkan Badan Kepada Teman Pada Anak Tunanetra. E-JUPEKhu (Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus). JURNAL. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu . Diakses pada Pada Tanggal 26 Mei 2015. Pukul 11.34 Wita

Shayani, Rezky. (2013). Efektivitas Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Perilaku Makan Pada Anak Yang Mengalami Sulit Makan. PAPER. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. http://www....... Diakses Tanggal 26 Mei 2015. Pukul 11.30 Wita

Mayar, F. (2013). Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan Bangsa. jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 459-464

Rachmana, Y.S., & Budiani, Y.S. (2013). Perilaku Sosial Anak Usia Dini Yang Mendapat Pembelajaran Bilingual. PAPER. Psikologi Fip UNESA. http://www....... Diakses pada Tanggal 28 Mei 2015. Pukul 19.22 Wita

Nizar, Muhammad. (2013). Perilaku Sosial dan Emosional Anak Usia Dini. PAPER. http://www.PerilakuSosialdanEmosionalAnakUsiaDini _ MUHAMMADNIZAR.htm

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121 - DIDIN_BUDIMAN/psikologi_anak_dlm_penjas/PERILAKU_SOSIAL.pdf

DOKUMENTASI

AnaSengga - Laporan Observasi Metode Pengembangan Perilaku AUD | 7