Tingkat Kehilangan Air Minum Yang Relatif Tinggi Pada Sistem Perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum

3
Tingkat kehilangan air minum yang relatif tinggi pada sistem perpipaan perusahaan daerah air minum (PDAM) serta rendahnya rendahnya pertumbuhan cakupan pelayanan air minum merupakan refleksi dari pengelolaan PDAM yang kurang efisien, kata Direktur Pengembangan Air Minum (PAM), Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU, Ir. Danny Sutjiono. Menurut Danny ketika memberikan pengarahan pada pembukaan Workshop Advisory Penyusunan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)- Penyelenggara SPAM di Jakarta, Rabu (18/12/2013), tingkat kehilangan air dan rendahnya cakupan pelayanan air minum merupakan permasalahan berat yang dihadapi saat ini dalam penyediaan air minum untuk masyarakat. Ia mengatakan, pertumbuhan perluasan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan sangat rendah sehingga tidak dapat mengimbangi pesatnya tingkat pertumbuhan penduduk, sedangkan tingkat kehilangan dan kebocoran air minum (non revenue water) secara nasional rata-rata mencapai 37 persen. Kebocoran air yang tinggi terjadi akibat faktor teknis dan non teknis, di antaranya terjadinya kebocoran pipa, tingkat akurasi dan rusaknya water meter, pencurian air, serta adanya kelemahan dalam pencatatan oleh petugas di lapangan. Kementerian PU sendiri mengharapkan tingkat kebocoran air bisa ditekan hingga 20 persen. “Permasalahan lain dalam penyediaan air minum yang harus segera diatasi adalah terjadinya kontaminasi pada jaringan distribusi yang menyebabkan kualitas air tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung. Untuk meningkatkan pengelolaan air minum, maka diperlukan suatu alat yang dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan SPAM,” katanya. Danny Sutjiono menjelaskan, dalam upaya menjamin penyediaan air minum yang aman bagi masyarkat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengembangkan pendekatan pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu hingga hilir dengan pendekatan manajemen berbasis resiko. Pendekatan ini dikenal dengan Water Safety Plan (WSP) atau Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM).

description

spam

Transcript of Tingkat Kehilangan Air Minum Yang Relatif Tinggi Pada Sistem Perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum

Page 1: Tingkat Kehilangan Air Minum Yang Relatif Tinggi Pada Sistem Perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum

 Tingkat kehilangan air minum yang relatif tinggi pada sistem perpipaan perusahaan daerah air minum (PDAM) serta rendahnya rendahnya pertumbuhan cakupan pelayanan air minum merupakan refleksi dari pengelolaan PDAM yang kurang efisien, kata Direktur Pengembangan Air Minum (PAM), Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU, Ir. Danny Sutjiono.

Menurut Danny ketika memberikan pengarahan pada pembukaan Workshop Advisory Penyusunan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)-Penyelenggara SPAM di Jakarta, Rabu (18/12/2013), tingkat kehilangan air dan rendahnya cakupan pelayanan air minum merupakan permasalahan berat yang dihadapi saat ini dalam penyediaan air minum untuk masyarakat.

Ia mengatakan, pertumbuhan perluasan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan sangat rendah sehingga tidak dapat mengimbangi pesatnya tingkat pertumbuhan penduduk, sedangkan tingkat kehilangan dan kebocoran air minum (non revenue water) secara nasional rata-rata mencapai 37 persen.

Kebocoran air yang tinggi terjadi akibat faktor teknis dan non teknis, di antaranya terjadinya kebocoran pipa, tingkat akurasi dan rusaknya water meter, pencurian air, serta adanya kelemahan dalam pencatatan oleh petugas di lapangan. Kementerian PU sendiri mengharapkan tingkat kebocoran air bisa ditekan hingga 20 persen.

“Permasalahan lain dalam penyediaan air minum yang harus segera diatasi adalah terjadinya kontaminasi pada jaringan distribusi yang menyebabkan kualitas air tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung. Untuk meningkatkan pengelolaan air minum, maka diperlukan suatu alat yang dapat dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan SPAM,” katanya.

Danny Sutjiono menjelaskan, dalam upaya menjamin penyediaan air minum yang aman bagi masyarkat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengembangkan pendekatan pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu hingga hilir dengan pendekatan manajemen berbasis resiko. Pendekatan ini dikenal dengan Water Safety Plan (WSP) atau Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM).

Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Kementerian PU melalui Direktorat PAM, Ditjen Cipta Karya, melalukan pembuatan Manual Penyusunan RPAM bagi penyelenggara SPAM/PDAM. Manual tersebut, katanya, diharapkan dapat membantu PDAM dalam menyusun RPAM-nya, yang kemudian dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan SPAM.

Untuk tingkat operator atau PDAM, kata Direktur PAM itu, konsep RPAM menggambarkan secara detil bahaya dan besaran resiko dalam setiap tahapan proses penyediaan, pengolahan dan pengiriman air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan.

"Melalui konsep RPAM, direksi PDAM dan jajarannya diyakini akan mampu melakukan analisa manajemen resiko yang mungkin timbul dalam proses penyediaan air minum untuk masyarakat, " kata Danny Sutjiono.

Page 2: Tingkat Kehilangan Air Minum Yang Relatif Tinggi Pada Sistem Perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum

Direktur PAM mengharapkan Workshop RPAM memiliki “output oriented” dan dapat lebih meningkatkan kemampuan PDAM dalam pengelolaan air minum menjadi lebih efektif dan efisien. Diharapkan juga para peserta yang hadir pada acara itu dapat berdiskusi secara terbuka untuk menyempurnakan manual RPAM-Operator, sehingga dapat dihasilkan manual yang dapat diterapkan secara nasional.

Acara itu juga bertujuan untuk melakukan sosialisasi hasil uji coba pelaksanaan Manual RPAM-Operator yang telah berhasil dilakukan di PDAM Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. PDAM Bandarmasih telah menjalankan RPAM sejak tahun 2012 dan menjadi salah satu PDAM yang memiliki cakupan layanan air minum terbaik di Indonesia, yaitu melayani sebanyak 146.576 SR dengan kapasitas 1.775 liter/detik.

Workshop Advisory Penyusunan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM)-Penyelenggara SPAM dihadiri antara lain pejabat terkait dari Kementerian PU, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian LH, Ketua BPPSPAM, Ketua Perpamsi, Ketua Forum Pelanggan Air Minum Nasional, dan beberapa pimpinan PDAM dari seluruh Indonesi

Website : Diektorat Pengembangan Air Minum, ditpam-pu.og, 19 Desember 2013