Thrombosis Vena Dalam

2
 Trombosis dan embolisme merupakan penyebab utama kematian di negara Barat. Trombosis adalah aktivasi hemostatis yang tidak tepat, dengan bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam pembuluh darah. Bila trombus lepas, maka bekuan tersebut dapat terbawa di dalam darah sebagai embolus, dan memblokade pembuluh darah aliran bawah (downstream) sehingga menyebabkan infark. Kejadian paling fatal disebabkan oleh trombosis sebagai akibat ruptur plak aterosklerosis pada sindrom koroner akut, atau tromboembolisme vena (VTE), embolisme pulmonal, yang terjadi setelah trombosis vena dalam (DVT). Trias Virchow yaitu kerusakan endotel, stasis darah, dan hiperkoagulitas merupakan predisposisi terhadap trombosis. Kerusakan endotel (atau endokardium) merupakan penyebab paling umum untuk trombosis arterial. Stasis (aliran buruk), yang memungkinkan trombosis menetap, faktor pembekuan yang berakumulasi, dan pembentukan trombusyang tidak dapat di cegah, merupakan penyebab paling umum DVT dan FTE. (Aaronson, Philip I dan Jeremy P. T. Ward. 2007.  At a Glance Sistem Kardiovaskular . Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal : 99) Konsekuensi yang paling berbahaya pada kelainan thrombosis vena dalam adalah embolisme paru dan sindrom insufisiensi vena kronik. Thrombosis dalam dari vena-vena pada iliaka, femoral, dan poplitea dapat dilihat dengan pada salah satu kaki t erlihat terjadinya pembengkakan, panas, dan erythema. Vena pada kebanyakan penderita DVT ini terlihat jelas menonjol dan di sepanjang vena terasa sedikit sakit. Mungkin juga terdapat turgor pada jaringan, pembesaran pada vena superfisialis, dan vena c ollateral yang terlihat menonjol. Pada beberapa pasien deoksigenasi hemoglobin yang terdapat pada vena menyebabkan warna sianotik pada tungkai, kondisi ini disebut  phlegmasia cerulea dolens. Tanda seperti edema pada tungkai bawah, tekanan pada jaringan intertisial menyebabkan peningkatan tekanan perfusi pada kapiler, sehingga terjadi kepucatan, kondisi ini menunjukkan phlegmasia alba dolens . Diagnosis trombosis vena dalam pada betis sering sekali sulit jika dilakukan di tempat tidur. Hal ini karena hanya satu dari beberapa vena yang munkin terkena, memungkinkan aliran balik dari beberapa vena yang adekuat melalui pembuluh darah sisa yang paten. Keluhan paling sering adalah nyeri betis. Pemeriksaan menunjukkan nyeri tekan betis posterior, hangat, turgor jaringan meningkat atau pembengkakan sedang, dan jarang, teraba vena yang seperti tali pada bagian posterior betis. Resistensi atau nyeri yang bertambah pada waktu drsofleksi kaki, tanda Homan, daalah tanda diagnosis yang tidak dapat dipercaya Trombosis vena dalam jarang terjadi pada ekstremitas atas dibandingkan ekstremitas bawah, tetapi insidensi meningkat karena penggunaan kateter subklavia yang lebih sering. Gambaran klinis dan komplikasi sama dengan yang dijelaskan pada ekstremitas bawah Diagnosis Berbagai tes non infasif digunakan untuk diagnosis trombosis vena dalam, termasuk ultrasonografi vena dupleks ( mode-B, misalnya dua dimensi, pencitraan dan interogasi Doppler gelombang nadi), teknik pletismografik, dan pemindaian fibrinogen-I- 125 . Dengan pencitraan vena dalam, adanya trombus dapat dideteksi dengan visualisasi langsung atau dengan kesimpulan bahwa vena tidak kolaps dengan gerakan kompresif. Ultrasonografi Doppler mengukur kecepatan aliran darah dalam venaa. Kecepatan aliran ini secara normal dipengaruhi oleh respirasi dan kompresi manual kaki atau betis. Abnormalitas aliran terjadi jika ada obstruksi vena dalam. Nilai prediktif 

Transcript of Thrombosis Vena Dalam

Page 1: Thrombosis Vena Dalam

5/16/2018 Thrombosis Vena Dalam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/thrombosis-vena-dalam 1/3

Trombosis dan embolisme merupakan penyebab utama kematian di negara Barat.

Trombosis adalah aktivasi hemostatis yang tidak tepat, dengan bekuan (trombus) yang terbentuk di

dalam pembuluh darah. Bila trombus lepas, maka bekuan tersebut dapat terbawa di dalam darah

sebagai embolus, dan memblokade pembuluh darah aliran bawah (downstream) sehingga

menyebabkan infark. Kejadian paling fatal disebabkan oleh trombosis sebagai akibat ruptur plak

aterosklerosis pada sindrom koroner akut, atau tromboembolisme vena (VTE), embolisme pulmonal,

yang terjadi setelah trombosis vena dalam (DVT). Trias Virchow yaitu kerusakan endotel, stasis

darah, dan hiperkoagulitas merupakan predisposisi terhadap trombosis. Kerusakan endotel (atau

endokardium) merupakan penyebab paling umum untuk trombosis arterial. Stasis (aliran buruk),

yang memungkinkan trombosis menetap, faktor pembekuan yang berakumulasi, dan pembentukan

trombusyang tidak dapat di cegah, merupakan penyebab paling umum DVT dan FTE. (Aaronson,

Philip I dan Jeremy P. T. Ward. 2007.  At a Glance Sistem Kardiovaskular . Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hal : 99)

Konsekuensi yang paling berbahaya pada kelainan thrombosis vena dalam adalah embolisme

paru dan sindrom insufisiensi vena kronik. Thrombosis dalam dari vena-vena pada iliaka, femoral,

dan poplitea dapat dilihat dengan pada salah satu kaki terlihat terjadinya pembengkakan, panas, dan

erythema. Vena pada kebanyakan penderita DVT ini terlihat jelas menonjol dan di sepanjang vena

terasa sedikit sakit. Mungkin juga terdapat turgor pada jaringan, pembesaran pada vena

superfisialis, dan vena collateral yang terlihat menonjol. Pada beberapa pasien deoksigenasi

hemoglobin yang terdapat pada vena menyebabkan warna sianotik pada tungkai, kondisi ini disebut

 phlegmasia cerulea dolens. Tanda seperti edema pada tungkai bawah, tekanan pada jaringan

intertisial menyebabkan peningkatan tekanan perfusi pada kapiler, sehingga terjadi kepucatan,

kondisi ini menunjukkan phlegmasia alba dolens.

Diagnosis trombosis vena dalam pada betis sering sekali sulit jika dilakukan di tempat tidur.

Hal ini karena hanya satu dari beberapa vena yang munkin terkena, memungkinkan aliran balik dari

beberapa vena yang adekuat melalui pembuluh darah sisa yang paten. Keluhan paling sering adalah

nyeri betis. Pemeriksaan menunjukkan nyeri tekan betis posterior, hangat, turgor jaringan

meningkat atau pembengkakan sedang, dan jarang, teraba vena yang seperti tali pada bagian

posterior betis. Resistensi atau nyeri yang bertambah pada waktu drsofleksi kaki, tanda Homan,

daalah tanda diagnosis yang tidak dapat dipercaya

Trombosis vena dalam jarang terjadi pada ekstremitas atas dibandingkan ekstremitas

bawah, tetapi insidensi meningkat karena penggunaan kateter subklavia yang lebih sering.Gambaran klinis dan komplikasi sama dengan yang dijelaskan pada ekstremitas bawah

Diagnosis

Berbagai tes non infasif digunakan untuk diagnosis trombosis vena dalam, termasuk

ultrasonografi vena dupleks ( mode-B, misalnya dua dimensi, pencitraan dan interogasi Doppler

gelombang nadi), teknik pletismografik, dan pemindaian fibrinogen-I-125

. Dengan pencitraan vena

dalam, adanya trombus dapat dideteksi dengan visualisasi langsung atau dengan kesimpulan bahwa

vena tidak kolaps dengan gerakan kompresif. Ultrasonografi Doppler mengukur kecepatan aliran

darah dalam venaa. Kecepatan aliran ini secara normal dipengaruhi oleh respirasi dan kompresi

manual kaki atau betis. Abnormalitas aliran terjadi jika ada obstruksi vena dalam. Nilai prediktif 

Page 2: Thrombosis Vena Dalam

5/16/2018 Thrombosis Vena Dalam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/thrombosis-vena-dalam 2/3

positif dari ultrasonografi vena dupleks mendekati 95 persen untuk trombosis vena dalam proksimal,

sensitivitas teknik ini untuk trombosis vena betis adalah 95 persen.

Teknik pletismografik digunakan untuk mengukur perubahan kapasitas vena selama gerakan

fisiologik meliputi impedance plethysmography  (IPG) dan pleborheografi (PRG). IPG menggunakan

elektroda kulit, dan PRG menggunakan serangkaian manset berisi udara untuk mendeteksi

perubahan volume tungkai bawah. Obstruksi vena mengurangi perubahan normal kapasitas vena

yang terjadi selama respirasi atau setelah inflasi dan deflasi manset paha. Nilai prediktif tes-tes ini

untuk mendeteksi trombus oklusif dalam vena proksimal kurang dari 90%. Akan tetapi, tes-tes ini

kurang sensitif dalam deteksi trombosis vena dalam pada betis.

Pemindaian fibrinogen-I-125

kadang-kadang digunakan untuk diagnosis trombosis vena

dalam. Karena isotop ini secara katif diambil oleh trombus vena yang menyebar, meningkat dalam

radioaktivitas yang terdeteksi dengan alat yang mnekankan adanya trombus. Pemindaian fibrinogen

mendeteksi lebih dari 90 persen trombus vena pada bagian betis tetapi kurang spesifik untuk

trombus vena proksimal. Batasan bahaya dari teknik ini adalah membutuhkan waktu 48 sampai 72

 jam setelah pemberian isotop untuk pemindaian fibrinogen untuk menjadi positif.

Trombosis vena dalam juga dapat di diagnosis oleh venografi. Medium kontras disuntikkan

ke dalam vena superfisialis kaki dan dialirkan ke sistem profunda dengan menggunakan torniket.

Adanya gangguan pengisian atau tidak adaya pengisian vena profunda diperlukan untuk membuat

diagnosis.

Page 3: Thrombosis Vena Dalam

5/16/2018 Thrombosis Vena Dalam - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/thrombosis-vena-dalam 3/3