tgs mtlt

download tgs mtlt

of 11

description

tgs aaaakkkk

Transcript of tgs mtlt

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGFenomena belum terpenuhinya fasilitas untuk pejalan kaki karena terjadinya konflik dengan kepentingan lain masih dirasakan sampai saat ini. Berbagai kegiatan atau kondisi fisik trotoar dirasakan mengabaikan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki. Fenomena tersebut telihat hampir sama di sebagian besar kota-kota di Indonesia. Kegiatan yang mengganggu pejalan kaki di jalur pejalan kaki sebagian besar terkait yang bersifat komersial, yaitu kegiatan berjualan (pedagang kaki lima), tempat memarkir kendaraan pembelinya (mobil, motor, becak). Kondisi fisik trotoar yang kurang menyenangkan untuk pejalan kaki seperti trotoar yang rusak, terputus, got yang terbuka sebagian karena penutup kontrol drainase trotoar banyak yang pecah, sehingga menimbulkan bau.

1.2. TUJUAN1. Mendapatkan faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan pejalan kaki di Kawasan Simpang Empat Pingit Yogyakarta terganggu kenyamanan dan keamanannya.2. Merumuskan solusi agar pejalan kaki di Kawasan Simpang Empat Pingit Yogyakarta dapat berjalan dengan nyaman dan aman.1.3. RUMUSAN MASALAH1. Faktor-faktor apakah di Kawasan Simpang Empat Pingit Yogyakarta yang menyebabkan pejalan kaki merasa terganggu kenyamanan dan keamanannya?2. Bagaimanakah solusi agar pejalan kaki di Kawasan Simpang Empat Pingit Yogyakarta dapat berjalan dengan nyaman dan aman?

BAB IITUNJAUAN PUSTAKA

1.1. RUANG PUBLIK KOTA1.1.1. RUANG PUBLIK KOTA1.1.2. FUNGSI RUANG PUBLIK KOTA1.1.3. MACAM-MACAM RUANG PUBLIK KOTA1.2. TROTOAR1.2.1. PENGERTIAN TROTOAR1.2.2. PENEMPATAN TROTOAR1.2.3. PERAN TROTOAR SEBAGAI RUANG PUBLIK1.3. SOSIOLOGI KOTA1.3.1. PENGERTIAN SOSIOLOGISosiologi berasal dari bahasa Latin : socius (teman, perikatan) dan logos (ilmu). Jadi, dari kata tersebut sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu berteman. Syarat berteman yaitu minimal terdapat dua orang (individu), dan hubungan antara kedua orang itu baik. Apabila hubungan kedua orang itu tidak baik maka akan muncul masalah sosial. Interaksi social bisa terjadi antara 2 individu atau lebih. Yang bisa disebut dengan kelompok orang.Dapat disebutkan pula sosiologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi (hubungan timbal balik) antara seorang individu yang satu dengan yang lain, baik sebagai pribadi (individu) maupun sebagai anggota kelompok orang (masyarakat). Di dalam kelompok masyarakat terdapat berbagai aspek, dapat meliputi : Aspek struktur sosial, Perubahan sosial, Aspek budaya, Status, Peran, Motifasi, Kepentingan, Adaptasi, perubahan perilaku, dan lain-lain.Pengertian masyarakat adalah sekelompok orang yang memilik perasaan tertentu sehingga menimbulkan keeratan hubungan antara anggota-anggotanya. Sedangkan pengertian penduduk biasanya ditujukan kepada suatu kelompok orang yang memiliki kategori tertentu, biasanya untuk keperluan analisis sebuah ahli, seperti ahli social, ahli statistic, dan ahli yang lain yang biasanya membutuhkan data tentang jumlah penduduk menurut usia, atau penggolongan penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan.Menurut Soekanto (1969), relasi antar indidvidu dalam kelompok manusia dibedakan menjadi 3, yaitu :a. Hubungan primer (gemeinscaaft)Merupakan relasi yang erat di antara individu dalam kelompok manusia atau dapat juga dikenal sebagai paguyuban. Didasarkan pada hubungan kekeluargaan yang erat kaitannya. Hubungan ini cenderung bersifat horizontal.Contoh : hubungan keluarga natara ayah, ibu, dan anak.b. Hubungan sekunder (gesselscaaft)Merupakan relasi yang sifatnya longgar, dapat dikenal juga sebagai patembayan. Didasarkan pada hubungan hak dan kewajiban. Hubungan ini cenderung bersifat vertikal.Contoh : hubungan kerjac. Hubungan tersierHubungan yang terjadi pada suatu kumpulan orang yang tidak saling mengenal yang bertemu atau berkumpul dengan titik perhatian tertentu.Contoh : kelompok penonton sepak bola (titik perhatian pada ermainan sepak bola), kerumunan orang yang melihat kecelakaan lalu lintas dalam jarak dekat (titik perhatian pada kecelakaan lalu lintas).Dalam melakukan interaksi sosial, ada berbagai macam motivasi yang menghasilkan sikap-sikap tertentu. Motivasi tersebut dapat bersifat pribadi maupun kelompok. Dapat terjadi motivasi dan sikap dipengaruhi oleh nilai-bilai dan norma-norma yang terbentuk dalam masyarakat, struktur sosial, interpretasi suatu tindakan atau karena ada stimulus tertentu.

1.3.2. ARSITEKTUR DALAM PARADIGMA SOSIOLOGIArsitektur adalah ilmu yang mempelajari bentukan dalam suatu ruang. Ruang merupakan alih kata space untuk bahasa Indonesia. Dalam Oxford English Dictionary, space berasal dari kata Latin spatium yang berarti terbuka luas, memungkinkan orang melakukan kegiatan dan bergerak leluasa di dalamnya, dan dapat berkembang tak terhingga.Dalam sosiologi, disebutkan oleh Ritzer (1980) ada 4 paradigma utama untuk memahami terbentuknya interaksi sosial, yaitu :a. Paradigma Fakta SosialPencetus paradigam ini adalah Durkheim. Menurutnya fakta sosial adalah sesuatu yang terjadi dalam persoalan sosiologi. Paradigm ini bersifat spekulatif dalam memahami gejala yang terjadi dalam masyarakat.Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas 2 macam, yaitu:1. Dalam bentuk materia yang dapat diobservasi. Misalnya : norma hukum.2. Dalam bentuk non materia, yaitu kenyataan yang bersifat intersubjektif yang hanya dapat muncul dalam kesadaran manusia. Misalnya : egoism dan opini.Menurut Ritzer, garis besar dari fakta sosial adalah struktur sosial dan pranata sosial. Fakta sosial terdiri dari kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, system sosial, posisi, peran, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan, dan sebagainya.Menurut Peter M. blau ada dua tipe dasar fakta sosial, yaitu:1. Nilai-nilai umum yang bersifat universal2. Norma yang berwujud dalam suatu kebudayaanMelalui pendekatan paradigma fakta sosial akan tampak fenomena-fenomena dalam arsitektur. Dalam berkarya, arsitektur akan memerhatikan norma, nilai, atau prinsip yang bersifat makro maupun universal dan stukrut sosial yang terdapat dalam masyarakat.

b. Paradigma Definisi SosialDalam paradigma definisi sosial, struktur sosial dan pranata sosial bukan objek pengamatan sosiologi, melainkan hanya akan membantu untuk dapat membentuk tindakan manusia yang penuh arti dan makna.Perkembangan dari suatu hubungan sosial dapat pula diterangkan melalui tujuan-tujuan dari manusia yang melakukan hubungan sosial itu, saat orang dapat memberikan sebuah makna tertentu terhadap suatu tindakan dan tindakan itu diarahkan pada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Suatu tindakan yang sama dapat diintrepetasikan secara berbeda oleh orang yang berbeda.Beberapa teori yang termasuk paradigma ini misalnya: teori aksi, teori interaksionalisme simbolis, dan teori fenomenologi.Pemahaman paradigma definisi sosial dalam arsitektur akan tampak pada makna atau simbol yang sengaja dirancang pada suatu karya arsitektur. Kota sering ditampilkan dengan simbol-simbol tertentu, misalnya Kota Jakarta dengan Monumen Nasionalnya. Jakarta melalui Monumen Nasionalnya dicoba dirancang sebagai simbol kebesaran bangsa dan negara Indonesia.

c. Paradigma Perilaku SosialPelopor paradigm perilaku sosial adalah Skinner, memandang objek pengamatan kedua paradigm sebelumnya sebagai prespektif yang bersifat mistik, yang tidak dapat diterangkan secara rasional. Menurutnya, objek studi sosiologi yang kongkret dan realistis adalah perilaku manusia yang tampak dan kemungkinan perulangannya.Kebudayaan masyarakat tersusun dari tingkah laku yang terpola. Untuk memahami tingkah laku yang terpola diperlukan pemahaman terhadap kemungkinan penguatan penggunaan paksa. Pokok dari persoalan sosiologi adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan sosial maupun nonsosial yang menghasilkan akibat atau perubahan pada faktor lingkungan dan menimbulkan perubahan pada tingkah laku. Dalam paradigm perilaku sosial, terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi pada faktor lingkungan.Inti dari paradigma ini adalah perilaku tiap individu berdasarkan atas stimulus tertentu. Stimulus dapat terjadi di luar kehendak dan control subjektifnya. Stimulus yang berbeda dapat menghasilkan perilaku/respon yang berbeda. Teori yang termasuk dalam paradigma ini adalah behavioral sociology dan exchange theory.Karya arsitektur sering dintentukan oleh faktor-faktor yang di luar dirinya. Missal : keterbatasan dana, dasar hukum, dan faktor norma. Faktor ini merupakan stimulus yang terjadi di luar kehendak dan control arsitek, sehingga karyanya tidak bebas direncanakan dan dirancang.Perancangan kota dapat dipengaruhi oleh kekuatan faktor-faktor di luar perancangannya, seperti faktor hukum, dana, dan karakter masyarakatnya. Akibatnya perancangan sebuah kota seringkali terbatas pada kemampuan tertentu. Sebagai kasus, di Indonesia status kepemilikan lahan yang besifat privat cukup banyak. Tanpa memiliki kemampuan tertentu seperti dana dan kekuatan hukum, kondisi ini akan menyulitkan pemerintah dan arsitek dalam merancang sebuah kota.

d. Paradigma TerpaduRitzel melihat realitas sosial berdasarkan sifat dan cakupannya. Menurutnya, ada empat tingkat realitas sosial, yaitu :1. MakroobjektifContoh : norma hukum, bahasa, dan birokrasi.2. MakrosubjektifContoh : norma, nilai, dan kultur.3. MikroobjektifContoh : berbagai bentuk interaksi sosial seperti konflik, kerja sama, dan pertukaran.4. MikrosubjektifContoh : proses berpikir dan konstruksi realitas sosial.Ritzer mengajukan paradigm terpadu berdasarkan dari keempat realitas sosial tersebut. Berbagai tingkat realitas sosial tersebut harus diperlakukan secara intregatif. Artinya, setiap persoalan khusus yang dikaji harus diselidiki dari sudut pandang yang terpadu.

4.1.1. SOSIOLOGI KOTAKota dalam bahasa inggris adalah city yang memiliki kecenderungan untuk menyebut kota dalam pengertian fisiknya. Sedangkan pengertian kota sebagai urban mencangkup kehidupan sosial kota, seperti pola pergaulan masyarakat, penggunaan sarana-prasarana kota dan profesioanalitas masyarakatnya, tetapi juga terdapat suasana negatif kota, seperti dibeberapa bagian daerahnya yang kumuh dan masalah kriminalitasnya. Dalam sosiologi kota, yang dimaksud kota adalah urban.Sosiologi kota sebenarnya dapat diberi pengertian sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain, baik dalam lingkup individu maupun kelompok masyarakat dalam kawasan kota yang sarat dengan bentukan terbangun. Kawasan kota mencangkup berbagai macam, seperti ekonomi, hukum, kesehatan, dan lain-lain.Aspek sosial (urban) dan fisik kota (city) merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Gaya yang terpancar dari suatu bangunan menimbulkan kesan-kesan tertentu bagi masyarakat.Budaya masyarakat Indonesia yang mencoba melakukan relasi dengan pusat aktivitas membutuhkan corak bangunan yang memiliki perilaku yang berelasi dengan masyarakat. Perlunya relasi yang jelas dengan masyarakat dari suatu bangunan tampaknya dapat menjadi identitas arsitektur Indonesia yang aktual di masa yang akan datang, karena di era yang kana datang keterbukaan menjadi salah satu ciri kemasyarakatan yang ideal.

4.1.2. HUBUNGAN TIMBAL BALIKPengertian sosiologi menurut Piritim Sorokin (Soekanto, 1970) adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial, misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya. Sosiologi kota dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala sosial dan gejala-gejala kota. Kota memiliki aspek masyarakat dan aspek fisiknya, maka sosiologi kota untuk arsitek akan lebih menekankan hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial dengan gejala-gejala kota dalam aspek fisiknya.Contoh tentang pengaruh aspek fisik terhadap aspek sosial adalah sebagai berikut: suatu fungsi bangunan apabila ditinggalkan begitu saja tanpa segera difungsikan kembali akan menjadi ajang aktivitas yang bersifat negatif. Misalnya, d Yogyakarta, karena perkembangan kotanya, terminal angkutan umum yang dianggap telah masuk ke tengah kota dipindahkan ke pinggir kota. Bekas terminal lama menjadi kumuh, tempat sarang pelacuran, tempat tidur para gelandangan, dan menjadi tempat persembunyian pelaku tindak criminal. Setelah bekas terminal difungsikan menjadi tempat rekreasi dan kesenian, situasi menjadi berubah. Kesan kumuh menjadi hilang.

4.2. KOTA DAN URBANISASI4.2.1. PENGERTIAN KOTAArsitek memahami kota sebagai suatu kawasan yang sarat dengan bentukan terbangun. Sedangkan ilmu disiplin lain, misalnya hukum, akan memaknai kota sebagai kumpulan manusia yang adat istiadat tradisionalnya telah pudar. Dengan memudarnya adat istiadat yang bersifat tradisional, norma yang dianut masyarakat kota digantikan dengan norma hukum. Kota yang lebih kompleks memiliki masyarakat dengan kesadaran hukum yang lebih tinggi. Terdapat istilah yang disebut kota kecil (town), kota (city), kota besar (metropolis), kota raksasa (megapolis).Dapat dikatakan kota adalah suatu kawasan yang biasanya memiliki ciri-ciri: Jumlah penduduk yang relatif padat disbanding dengan kawasan sekitarnya, Hubungan kekerabatan kemasyarakatannya longgar, Penduduknya memiliki berbagai ragam prfesi yang bersifat nonagraris, Terdapat berbagai macam fasilitas umum yang relatif lebih beragam dan modern dibanding dengan daerah sekitarnya.Kota yang cukup besar memiliki beberapa pusat keramaian atau aktivitas (biasanya juga sebagai pusat pemerintahan, politik, perbelajaan, hiburan, kesenian, dan kebudayaan). Kota menyerupai suatu sistem, saling berkaitan dan berpengaruh.

BAB IIIMETODA PENELITIAN

1. Seting penelitian ini yaitu trotoar sisi timur dan barat serta jalan sebagai lintasan lalu lintas kendaraan sepanjang Jalan Simanjuntak kelurahan Terban Gondokusuman Yogyakarta. Dibagi menjadi 5 ruas, yaitu 1 ruas di bagian utara perempatan dan 4 ruas di bagian selatan perempatan Jalan Simanjuntak.2. Fokus penelitian ini adalah aspek kenyamanan dan keamanan pada pejalan kaki ketika berjalan di Jalan Simanjuntak Yogyakarta.3. Instrumen untuk mengumpulkan data pada penelitian kualitatif ini adalah: a) gambar denah trotoar Jalan Simanjuntak untuk membuat person-centered-mapping; b) kamera untuk merekam suasana.4. Data yang dicari dikelompokkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan mengamati kondisi area pejalan kaki dan lingkungannya yaitu Jalan Simanjuntak, bangunan sekitar. Pejalan kaki yang diamati dikelompokkan sesuai umur, asal dan tujuan, dan kondisinya. Mengamati kegiatan dan perilaku subjek. Data yang bersifat behavioral (perilaku), bertujuan mengamati sifat kegiatan seseorang dan perilakunya ketika berjalan di jalan Simanjuntak dengan cara person centered mapping (Sommer, 1980).5. Variabel-variabelVariabel PenelitianParameter

Faktor-faktor yang mengganggu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki

Lebar dan bentuk trotoar (datar, miring/ramp)

Material dan kondisi trotoar

Letak fasilitas (tempat surat, bak sampah, telpon umum, median, zebra cross dan rambu, pembatas trotoar, pelindung atau peneduh, tiang listrik) pada trotoar

Letak kegiatan-kegiatan di trotoar ( parkir, PKL)