tgs bipolar
-
Upload
wwwhandarfk04 -
Category
Documents
-
view
271 -
download
4
Transcript of tgs bipolar
Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Referat dan Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
BIPOLAR
Disusun Oleh :
Sri Handaryati 04454210021109
Rara Faudhiah 05488660026709
Pembimbing :
dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ, M.Kes
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
LAB/SMF KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSKD ATMA HUSADA MAHAKAM
SAMARINDA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan bipolar (GB) adalah gangguan mood (suasana perasaan) yang
dikarakteristikkan dengan episode depresi dan manik atau hipomanik. Dahulu
gangguan ini dikenal sebagai “manic-depressive illness.” Pada awalnya antara
skizofrenia dengan gangguan bipolar saling bertumpang tindih dalam penegakan
diagnosisnya namun kemudian diberi batasan yang jelas oleh Emil Kraeplin,
seorang psikiater Austria.
Depresi adalah suatu kondisi suasana perasaan yang menetap sedih dalam
jangka waktu panjang. Sedangkan pada kondisi manik atau hipomanik terdapat
suatu kondisi suasana perasaan yang berkebalikan dengan depresi di mana
terdapat suatu suasana perasaan yang gembira secara berlebih-lebihan, meluas,
atau iritable (mudah menjadi marah). Kondisi mood yang meningkat ini akan
menyebabkan perubahan pada diri pasien meliputi peningkatan energi, gangguan
tidur, gangguan makan, rasa percaya diri yang berlebihan, waham kebesaran,
kontrol impuls yang buruk, hingga perilaku agresi dan tanpa perhitungan.
Hipomanik adalah kondisi mood yang menyerupai manik namun dalam derajat
lebih ringan. Episode manik harus berlangsung sekurangnya 1 minggu, sedangkan
episode hipomanik berlangsung sekurangnya 4 hari.
Episode depresif dari gangguan bipolar memiliki kriteria diagnostik yang
sama dengan gangguan depresi mayor episode tunggal. Sedangkan pada gangguan
bipolar episode campuran terdapat gejala-gejala manik atau hipomanik dan
depresi yang berganti-ganti secara cepat pada suatu periode waktu yang
berlangsung sekurangnya satu minggu. Pada tampilan klinis, seorang yang
menderita gangguan bipolar episode campuran biasanya mengalami kondisi mood
yang sangat tidak stabil. Secara umum, terdapat dua jenis gangguan bipolar, pada
gangguan bipolar tipe satu, ditemukan sekurangnya satu episode manik.
Sedangkan pada gangguan bipolar tipe dua ditemukan sekurangnya satu episode
hipomanik.
Salah diagnosis dan terlambatnya penegakan diagnosis GB sering terjadi
sehingga terapi yang akurat terlambat diterima oleh pasien dengan GB. Oleh
karena itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) membuat
suatu tuntunan GB yang dapat digunakan secara nasional. Tuntunan ini bertujuan
agar diagnosis yang akurat dapat ditegakkan sedini mungkin supaya
penatalaksanaan yang komprehensif dapat segera diberikan kepada pasien dengan
GB. Penatalaksanaan yang komprehensif terdiri dari intervensi farmakologik dan
nonfarmakologik. Tuntunan ini terutama memberikan arahan tentang penggunaan
psikofarmakologi pada pasien dengan GB. Pemilihan psikofarmakologi adalah
berdasarkan penilaian kritis terhadap obat-obatan yang digunakan pada GB dan
juga disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
BAB II
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan dilakukan selama 2 minggu dalam masa Kepaniteraan Klinik
bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSKD Atma Husada Mahakam
Samarinda mulai tgl 25 Februari s.d 8 Maret 2011
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. RH
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Pendidikan : sampai dengan Kelas 2 SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku : Batak
Alamat : Perum BTN NO. 20 Balikpapan
Pasien saat ini dirawat di Ruang Adaptasi Elang RSKD Atma Husada
Samarinda.
Sebab Utama Masuk Rumah Sakit
Pasien mengamuk dan membahayakan orang lain
Autoanamnesa:
Heteroanamnesa:
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:
Riwayat Keluarga
Genogram:
Ayah:
Ibu:
Riwayat Kelahiran, Pertumbuhan dan Perkembangan:
Tempat /Tanggal lahir: Balikpapan, 11 Agustus 1990
Keadaan ibu sewaktu hamil: baik, tidak ada masalah
ANC: dilakukan rutin setiap bulan setelah usia kandungan 5 bulan Di
Bidan
Riwayat Persalinan : di oleh
Komplikasi kehamilan dan persalinan :
APGAR score
Berat Badan Lahir
Pemberian ASI/susu botol
Perkembangan Anak
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Psikiatri Sebelumnya :
No Tanggal MRS Tanggal KRS Alasan MRS Diagnosis Terapi
1 8/10/07 30/10/07 Baru keluar
RUTAN
setelah ditahan
8 bulan karena
menikam
kakak
perempuan,
indikasi
suicide,
tingkah laku
aneh, selalu
curiga.
Observasi
psikotik akut.
Rizodal 2 x 1
Algamax 1 x
0,5 mg
Promactil 1 x
100 mg
L:D= 1:1
2 1/11/07 13/12/07 Pasien
bingung,
hipersalivasi,
jalan
menunduk.
Gangguan
jiwa yang tak
terinci
Rizodal 2x1
Algamax 0,5
mg (0-0-1)
Promactil 100
mg (0-0-1)
3 16/12/07 13/3/08 Mengamuk,
tidak bisa tidur
dan keluyuran
3 hari, tidak
mau makan 1
hari,
Skizofren
Paranoid
THD 2x1/2
Halloperidol 5
mg 2x1/2
CPZ 2 mg 2x1
Prilaku Anti Sosial:
Kejahatan : Pasien sering melakukan kekerasan pada orang-orang di
sekitarnya.
Judi : Pasien mulai sering berjudi sejak ayahnya meninggal.
Pelanggaran yang pernah dilakukan : Menikam kakak kandung
perempuannya.
Hukuman : Dipenjarakan selama 8 bulan
Keadaan Hidup Saat Ini:
Saat ini pasien masih dirawat di RSKD Atma Husada Mahakam
Samarinda, namun selalu minta pulang karena merasa sudah sembuh.
Pasien pernah sangat marah kepada ibunya karena tidak menepati janji
untuk datang menjenguknya. Saat itu pasien mengamuk dan memukul
temannya yang dirawat di Ruang adaptasi.
Karena itu pasien sempat diikat selama beberapa hari. Pada saat ibu
pasien datang menjenguk, ibunya mengatakan kepada pasien agar pasien
menganggap bahwa ibunya sudah mati saja, sehingga pasien tidak lagi
kangen kepada ibunya.
Kepribadian Sebelum Sakit
Riwayat Sosial:
Sejak duduk di sekolah dasar pasien merupakan anak yang nakal dan sulit
diatur. Namun apapun keinginan pasien selalu berusaha dipenuhi oleh
ayahnya. Setiap kali membeli makanan, pasien harus mendapatkan jatah
yang pertama kali. Jika jatahnya diambil lebih dulu oleh saudaranya yang
lain, pasien akan sangat marah.
Kegiatan dan Minat:
Afek:
Watak/karakter:
Pendapat Umum:
Terhadap moralitas:
Pandangan masa depan:
Terhadap Kesehatan:
Energi dan Inisiatif:
Pemeriksaan Fisik:
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 88x / menit
Frekuensi napas : 24x / menit
Suhu : afebris
Kepala : deformitas (-), rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
pupil baik
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Mulut : oral higiene cukup, tampak gigi pasien yang caries
Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar lemas, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema -/-, perfusi perifer cukup
Status Neurologikus
Gejala rangsang selaput otak (-)
Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, RCL +/+
Refleks fisiologis normal
Nervus kranialis: kesan paresis (-), nistagmus (-)
Refleks patologis (-)
Gejala ekstrapiramidal : gaya berjalan dan postur tubuh normal, stabilitas
postur tubuh normal, rigiditas ekstremitas tidak ada, gangguan
keseimbangan, tremor (+)
Sensibilitas : parestesia di kaki-tangan kiri dan kanan (-)
Pemeriksaan Psikiatri (keadaan mental)
Perilaku umum : penampilan sesuai, sikap terhadap tenaga kesehatan
mudah diarahkan namun banyak permintaan.
Berbicara : cepat dan keras
Afek : Berubah- ubah, ketakutan suasana ruang adaptasi (+), merasa
dikurung, anxietas (+), ekspresi appropriate.
Pola pikir : koheren, melompat-lompat, flight of idea.
Isi pikir : waham (-)
Persepsi : Halusinasi (-), ilusi (-)
Obsesi kompulsi : (-)
Orientasi : tempat (+), waktu (+), orang (+)
Daya ingat : pasien mampu mengingat pengalamannya di masa lalu,
pasien mampu menuliskan nomor hp ibunya, pasien mampu mengingat
dengan cepat nama orang yang baru dikenalnya.
Perhatian dan konsentrasi : atensi (+), sulit berkonsentrasi, mudah
dialihkan.
Intelegensi : cukup
Insight : pikiran saat ini merasa ingin pulang, ingin cari kerja, atau
digembalakan oleh pendeta.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.
B. Epidemiologi
Banyaknya orang yang mengalami gangguan ini adalah berkisar 1-3% dari
keseluruhan total populasi di Amerika Serikat. Sedangkan jumlah yang menderita
gangguan ini di Indonesia, tidak diketahui dengan pasti. Sekitar 10%, individu
dengan gangguan depresi mayor biasanya akan mengalami episode manik atau
hipomanik pada perkembangan penyakitnya. Onset usia yang muda,
ditemukannya gejala-gejala psikotik (menyerupai skizofrenia), dan ditemukannya
episode depresi berulang merupakan faktor risiko munculnya gangguan bipolar.
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara 0,3%-
4,8%, siklotimia antara 0,5%-6,3%, dan hipomania antara 2,6%-7,8%. Total
prevalensi spektrum bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6%-7,8%
Menurut perkiraan, rata-rata angka morbiditas dari pasien yang tidak
diterapi adalah 14 tahun di mana akan muncul kondisi hilangnya produktifitas dan
gangguan dalam fungsi hidup sehari-hari. Dijumpai perilaku bunuh diri pada 10
hingga 20 % pasien. Gangguan ini umumnya muncul pada awal usia 20 tahunan
walaupun variasinya luas. Pria dan wanita memiliki kemungkinan yang sama
untuk menderita gangguan ini. Tidak ada data mengenai variasi gangguan pada
kelompok ras atau etnik yang berbeda.
C. Patofisiologi Penyebab Munculnya Gangguan Bipolar
Etiologi dan patofisiologi gangguan bipolar belum dapat ditentukan hingga
saat ini dan belum ditemukan marker biologis yang berhubungan secara mutlak
dengan gangguan bipolar. Obat-obat psikiatri golongan mood stabilizer diketahui
memiliki efektifitas yang cukup tinggi dalam mengendalikan mood yang tidak
stabil tersebut. Pemberian obat
Secara genetik, diketahui bahwa pasien dengan gangguan bipolar tipe I,
80-90% di antaranya memiliki keluarga dengan gangguan depresi atau gangguan
bipolar juga (yang mana 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang
ditemukan pada populasi umum). Anak kembar yang berasal dari satu telur
memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita gangguan yang serupa
dibandingkan anak kembar yang berasal dari dua telur, jika anak kembar tersebut
dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Rata-rata tingkat kemungkinan pasangan
kembar menderita gangguan yang sama berkisar 60-70%.
Untuk gangguan bipolar tipe I, keluarga terdekat dari individu yang
menderita gangguan ini memiliki risiko tujuh hingga sepuluh persen untuk
menderita gangguan yang sama. Faktor psikososial yang diketahui sering memicu
timbulnya gangguan mood ini, di antaranya tekanan lingkungan sosial, gangguan
tidur, atau kejadian traumatis lainnya.
D. Gambaran Klinis
Saat datang pertama kalinya untuk berobat, umumnya pasien datang
dengan gejala-gejala depresi. Gangguan bipolar merupakan kondisi yang kronik
dan individu yang menderita gangguan ini umumnya memiliki tingkat
kekambuhan yang tinggi. Seiring dengan berjalannya waktu, gejala utama yang
terlihat adalah depresi dalam derajat ringan atau subklinis. Perbandingan hari
lamanya gejala klinis depresi dan manik pada gangguan bipolar I adalah sekitar
tiga berbanding satu, sedangkan pada gangguan bipolar II, lamanya hari depresi
dibandingkan hipomanik adalah sekitar lima belas berbanding satu.
Terdapat suatu kondisi yang dikenal sebagai “rapid cycling” yang merujuk
pada kekambuhan gejala yang terjadi sebanyak empat kali atau lebih dengan
kondisi manik atau hipomanik dan depresi yang berganti-ganti secara cepat pada
satu episode dalam sekurangnya 12 bulan terakhir. Gejala klinis yang muncul
pada episode ‘rapid cycling’ tidak berbeda dari gejala klinis yang berlangsung
dalam episode non-rapid cycling hanya saja pada episode ‘rapid cycling’, gejala-
gejala manik atau hipomanik dan depresi berganti-ganti dengan sangat cepat.
Menurut penelitian, kondisi ‘rapid cycling’ jauh lebih sulit untuk diterapi. Pada
kondisi yang berat, dapat muncul gejala-gejala psikotik pada gangguan bipolar.
Severe maniaHypomania (mild to moderen mania)Normal/balanced moodMild to moderate depressionSevere depression
Perbandingan Bipolar I dan Bipolar II
Bipolar I Bipolar II
EpisodeManic, hipomanic. Mixed, major depression Hpomanic, major depression
sex defferences
female = male Female > male
1st episode in male : manic1st episode in female : depressive
Clinical Course
60-70% of manic episode occur just afer/before depressive; interval beween episode decreases with age
60-70% of hypomanic episode occur just after/before depressive episode
Precipitaations of episodes
Change in sleep-wake cycle sleep deprivation post partum periode
E. Evaluasi, Diagnosis, dan Penilaian Awal
Gangguan bipolar adalah suatu jenis gangguan jiwa yang sulit ditegakan
diagnosisnya secara tepat. Pasien biasanya tidak mencari pertolongan ke psikiater
atau dokter ketika mengalami episode manik atau hipomanik. Episode manik dan
hipomanik sering kali disangkal atau dilupakan oleh pasien. Pada kondisi
hipomanik terutama, pasien umumnya mengalami kondisi kepercayaan diri yang
meningkat, lebih mudah bergaul dengan orang lain, produktifitas yang meningkat.
Hal-hal tersebut akan menyebabkan pasien mengesampingkan gejala-gejala yang
lebih berat dan mengganggu dari gangguan ini, seperti emosi yang tidak stabil,
argumentatif, insomnia, penilaian situasi yang buruk, dan melakukan perilaku
berisiko tanpa memikirkannya dengan baik hingga pasien dapat terlibat dalam
perilaku free sex atau munculnya perilaku-perilaku impulsif lainnya.
Pada kondisi depresi sendiri, juga terkadang pasien tidak datang untuk
mencari pertolongan karena gejala-gejala yang muncul umumnya berupa keluhan
fisik yang serupa dengan sakit fisik yang sesungguhnya seperti pusing, sesak
nafas, rasa sakit di badan, dan sebagainya. Gejala-gejala seperti rasa kehilangan
tenaga, hilangnya gairah, rasa kosong dan hampa, dan perasaan tak berdaya pada
umumnya tidak dipertimbangkan oleh pasien untuk mencari pertolongan.
Kondisi medik atau obat yang dapat memicu mania
Kondisi medik Obat dan terapi
Gangguan endokrin atau metabolik:
-Addison’s disease
-Cushing syndrome
-Defisiensi Vit B12
Alkohol
Antikonvulsan
Antidepressan
Bronkodilator
Cimetidine
Dekongestan
Disulfiram
Halusinogen
Steroid
Isoniazid
Prokainamid
ECT
Hemodialisis
Infeksi:
-AIDS
-Encephalitis
-Neuroshypilis
Gangguan neurologis:
-Epilepsi (temporal lobe)
-Multiple sclerosis
-Surgical trauma
-Post cerebrovascular accident
Episode manik :
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami
mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga
atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
grandiositas atau percaya diri berlebihan
berkurangnya kebutuhan tidur
cepat dan banyaknya pembicaraan
lompatan gagasan atau pikiran berlomba
perhatian mudah teralih
peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang).
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderitan, gambaran
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya
gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.
Episode depresi mayor :
Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat
simtom/tanda yaitu:
mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
sulit atau banyak tidur
agitasi atau retardasi psikomotor
fatig atau berkurangnya tenaga
menurunnya harga diri
ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
pesimis
pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa renacana)
atau tindakan bunuh diri.
Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan atau mengganggu fungsi
personal, sosial, atau pekerjaan.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis,
ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar
dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga
memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan.
Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan
mood, ekspansif atau iritabel yang ringan, paling sedikit tiga gejala (empat gejala
bila mood iritabel) yaitu:
grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
berkurangnya kebutuhan tidur
meningkatnya pembicaraan
lompat gagasan atau pikiran berlomba
perhatin mudah teralih
meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor
pikiran menjadi lebih tajam
daya nilai berkurang
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau perilaku atau
pembicaran aneh), tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi
personal, sosial, dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien tetapi dapat
dikenali oleh keluarga.
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode – depresi,
hipomania atau mania – dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang
mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan
interpersonal atau pekerjaan.
Siklus Ultra Cepat
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat
dalam beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan
siklotimia dan sangat sulit diatasi.
Simptom Psikotik
Pada kasus berat, pasien bisa mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik
yang paling sering yaitu:
halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistik terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak
serasi dengan mood. Pasien dengan GB sering didiagnosis sebagai skizofrenia.
F. Diagnosis
Ketrampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Informasi dari keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
kriteria yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi simtom GB adalah The Structured
Clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE)
dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi simtom sesuai dengan ICD-10.
Gangguan Mood Bipolar I
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal
A. Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode
depresi mayor sebelumnya.
B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini
A. Saat ini dalam episode manik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan
gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini
A. Saat ini dalam episode campuran
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif
dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini
A. Saat ini dalam episode hipomanik
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Depresi Saat Ini
A. Saat ini dalam episode depresi mayor
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan
D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat Ini
A. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran, atau episode depresi.
B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.
D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi
penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar II
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit
satu episode hipomanik
Gangguan Siklotimia
A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala –
gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang
tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan
remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-
gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
dua tahun gangguan tersebut Catatan: Setelah dua tahun awal, siklotimia
dapat bertumpang tindih dengan manik atau episode campuran (diagnosis GB
I dan gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor
( diagnosis GB II dan gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih
dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. (1)
Diagnosis GB menurut kriteria diagnostik ICD-10
F.30.0.
Hipomania
Paling sedikit, selama empat hari, secara persisten terjadi peningkatan
mood atau mood iritabel yang derajatnya ringan dan disertai dengan tiga gejala
berikut yaitu meningkatnya energi dan aktivitas, meningktanya sosiabilitas,
banyaknya bicara, lebih ramah, perilaku ceroboh dan meningkatnya energi
seksual, berkurangnya kebutuhan tidur, dan sulitnya berkonsentrasi dan
distraktibilitas. Gejala-gejla di atas tidak menyebabkan gangguan berat fungsi
pekerjaan dan penolakan sosial. Gangguan mood dan perilaku tidak disertai oleh
adanya halusinasi atau waham.
F.30.1.
Mania Tanpa Simptom Psikotik
Paling sedikit, selama satu minggu (bisa kurang bila pasien mendapat
perawatan), secara persisten , terjadi peningkatan mood (elasi, ekspansif) atau
iritabel yang tidak bergantung kepada suasana lingkungan pasien. Paling sedikit
ditemui tiga gejala berikut yaitu meningkatnya aktivitas atau kegelisahan fisik,
desakan berbicara, lompatan gagasan atau berlombanya isi pikiran, hilangnya
inhibisi sosial, berkurangnya kebutuhan tidur, distraktibilitas, berubah-ubahnya
perencanaan, melambungnya harga diri, banyaknya ide-ide kebesaran, perilaku
ceroboh, dan meningkatnya gairah seksual.
F.30.2
Mania dengan Simtom Psikotik
Sama dengan simtom-simtom di atas dan ditambah dengan adanya waham
(biasanya waham kebesaran) atau halusinasi (biasanya suara-suara yang berbicara
langsung kepada pasien), atau adanya gaduh gelisah, aktivitas motorik yang
berlebihan, dan lompatan gagasan yang sangat berlebihan sehingga pasien tidak
mungkin melakukan komunikasi seperti biasanya.
F.31
Gangguan Afektif Bipolar
Episod mania atau hipomania multipel atau depresi dengan
mania/hipomania, episod saat ini seperti yang didefinisikan di atas atau di bawah
ini.
F31.6
Gangguan Afektif Bipolar, Saat Ini Episode Campuran
Sebelumnya, pasien mengalami, paling sedikit, satu episode campuran,
depresi, mania, atau hipomania dan saat ini, memperlihatkan suatu campuran atau
pergantian yang cepat antara simtom mania dengan depresi.
F 32
Episode Depresi
Paling sedikit, selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood,
pengurangan energi dan aktivitas. Berkurangnya kemampuan merasakan rasa
senang, penurunan konsentrasi dan minat. Pasien merasa lelah, berkurangnya
nafsu makan, dan gangguan tidur. Berkurangnya rasa percaya diri, adanya rasa
tidak berguna atau ide-ide bersalah. Mood tidak berespons terhadap lingkungan,
dan disertai dengan simtom somatik misalnya, hilangnya minat dan rasa senang,
terbangun dini hari, depresi memburuk di pagi hari, retardasi atau agitasi
psikomotor, berkurangnya nafsu makan dan libido. Episod depresi dispesifikasi
sebagai derajat ringan (paling sedikit empat gejala), sedang (paling sedikit enam
gejala dan kesulitan secara terus-menerus dalam berktivitas rutin) atau berat
(paling sedikit delapan gejala dan gejalagejala tersebut sangat nyata dan
menimbulkan penderitaan).
Skala Diagnostik
Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan;
- Mini International Neuropsychiatric Inventory (MINI)
- Mood Disorder Questionnaire (MDQ)
- Brief Psychiatrc Rating Scale (BPRS)
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa skala diagnostik lebih superior
bila dibandingkan dengan wawancara klinis.
Pemeriksaan Penunjang
Dari penelitian pada penderita gangguan bipolar berusia dewasa, diketahui
bahwa pada pemeriksaan MRI didapatkan pembesaran ventrikel ke-3.
Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomographic) menunjukan penurunan
aktivitas metabolisme pada bagian otak depan (lobus frontalis). Hingga saat ini
dikatakan bahwa abnormalitas yang terjadi pada bagian-bagian otak tersebut akan
menyebabkan gangguan dalam pengaturan mood dan fungsi kognitif.
Tatalaksana
Hingga saat ini, tatalaksana untuk gangguan bipolar masih difokuskan
dalam pemberian terapi farmakologi. Obat-obat golongan mood stabilizer
diberikan baik untuk kondisi akut maupun untuk terapi maintenance yang
bertujuan mencegah kekambuhan. Obat-obat anti depresan sangat dihindarkan
karena dapat memicu munculnya gejala manik pada pasien. Terapi farmakologis
biasanya dikombinasi dengan terapi non farmakologis berupa psikoterapi.
Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut pada GB Penatalksanaan
Kedaruratan Agitasi Akut pada GB
Penggunaan stabilizer mood pada populasi khususKondisi Lini pertama Lini kedua
Pasien dengan agitasi atau kekerasan
VPA atau Li, lalu Li/VPA + ApAt
VPA ± Li ± ApAt ± BZD
Gagal jantung/gangguan jantung
VPA Ca bloker
Penyalahgunaan obat kokain atau alkohol
VPA atau Li CBZ, VPA + Li, CBZ+Li, CBZ+VPA
Pasien geriatri VPA atau Li CBZ, VPA + Li, CBZ+Li, CBZ+VPAGangguan Liver Li CBZ, VPA, Ca bloker, antipsikotik --> 25-
50% dose reductionGangguan Ginjal VPA atau CBZ OkskabarzepinGangguan neurologis
VPA CBZ atauOxcabarzepin
Kehamilan Antipsikotik, BZD, Ca bloker, Li mungkin bisa diberikan pada trimester I
Li atau VPA setelah trimester I, klonazepam atau CBZ digunakan sebagai lini ketiga setelah trimester I, Gabapentin, lamotrigin, topiramat
Lini I
Injkesi IM Aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien
dengan episode mania atau campuran akut. Dosis adalah 9,75mg/injeksi. Dosis
maksimum adalah 29,25mg/hari (tiga kali injeksi per hari dengan interval dua
jam). Berespons dalam 45-60 menit.
Injeksi IM Olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan episode
mania atau campuran akut. Dosis 10mg/ injeksi. Dosis maksimum adalah
30mg/hari. Berespons dalam 15-30 menit. Interval pengulangan injeksi adalah dua
jam. Sebanyak 90% pasien menerima hanya satu kali injeksi dalam 24 jam
pertama. Injeksi lorazepam 2 mg/injeksi. Dosis maksimum lorazepam 4mg/hari.
Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi IM Aripiprazol atau Olanzapin. Jangan
dicampur dalam satu jarum suntik karena mengganggu stabilitas antipsikotika.
Lini II
Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah 30
menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi.Dapat diberikan bersamaan
dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.
Terapi Farmakologi Episode Mania Rekomendasi Terapi Farmakologi pada
Mania Akut
Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR,
aripiprazol, litium atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin,
litium atau divalproat + olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol
Lini II Karbamazepin, TKL*, litium + divalproat, paliperidon
Lini III Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol,
litium + karbamazepin, klozapin
Tidak direkomendasikan
Gabapentin, topiramat, lamotrigin, risperidon + karbamazepin, olanzapin +
karbamazepin *TKL = terapi kejang listrik
Algoritma Terapi Mania Akut GB
Langkah I
Evaluasi Status Medik
Langkah II
Memulai/mengoptimalkan, evaluasi kepatuhan Tidak berespons
Langkah III
Tambahkan atau ganti obat Tidak berespons
Langkah IV
Tambahkan atau ganti obat Tidak berespons
Langkah V
Tambahkan atau obat-obat eksprimental Evaluasi keamanan /fungsi;
tentukan tempat perawatan; hentikan antidepresan; cari penyebab penyakit;
hentikan kafein, alkohol, dan zat lainnya; psikoedukasi, terapi suportif dan
perilaku Tidak ada obat/tidak dengan obat lini I Mulai dengan Li,DVP, AA, atau
Kombinasi 2 obat Dengan Obat Lini I
Li atau DVP AA Kombinasi 2 obat (Li atau DVP + AA Tambahkan atau
ganti dengan AA Tambahkan atau ganti Li atau DVP Ganti salah satu atau kedua
obat dengan obat Lini I lainnya Ganti salah satu atau kedua obat dengan obat Lini
I lainnya Pertimbangkan menambah atau mengganti dengan obat Lini II atau III
lainnya Pertimbangkan menambah feniitoin, asam lemak omega-3, kalsitoinin,
alopurinol, amisulprid Li = litium; DVP = divalproat, AA = antipsikotika atipik
Terapi Farmakologi Episode Depresi Akut GB I
Penatalaksanaan pada Episode Depresi Akut, GB I
Lini I Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium atau divalproat +
SSRI, olanzapin + SSRI, litium + divalproat
Lini II Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau divalproat + lamotrigin
Lini III Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin, litium atau
divalproat + venlafaksin, litium + MAOI, TKL, litium atau divalproat atau AA +
TCA, litium atau divalproat atau karbamazepin + SSRI + lamotrigin, penambahan
topiramat.
Tidak direkomendasikan
Gabapentin monoterapi, aripiprazol monoterapi
Rekomendasi Terapi Rumatan Pada GB I
Lini I Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin,
litium atau divalproat + quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP),
penambahan RIJP, aripirazol.
Lini II Karbamazepin, litium + divalproat, litium + karbamazepin, litium
atau divalproat + olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin +
fluoksetin
Lini III Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan ECT,
penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan
okskarbazepin
Tidak direkomendasikan
Gabapentin, topiramat atau antidepresan monoterapi
Terapi Farmakologi untuk Depresi Akut GB II
Rekomendasi Terapi Akut Depresi, GB II
Lini I Quetiapin
Lini II Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau divalproat +
antidepresan, litium + divalproat, antipsikotika atipik + antidepresan
Lini III Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien yang jarang
mengalami hipomania)
Terapi Rumatan GB II
Rekomendasi Terapi Rumatan GB II
Lini I Litium, lamotrigin
Lini II Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik +
antidepresan, kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau antipsikotika
atipik
Lini III Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT
Tidak Gabapentin direkomendasikan
Di bawah ini adalah obat-obat yang dapat digunakan pada GB Stabilisator
Mood
Litium
Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang
lalu. Ia lebih superior bila dibandingkan dengan plasebo.
Farmakologi
Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam
bentuk utuh hanya melalui ginjal.
Indikasi
Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat
sebagai terapi rumatan GB.
Dosis
Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan
menitrasi dosis hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4
mEq/L. Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis
untuk mengatasi keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi
rumatan. Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil
dari 0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas
litium dapat terjadi bila dosis 1,5 mEq/L.
Efek samping
Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen,
penambahan berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan
ensefalopati dapat pula terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat
ireversibel. Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi
misalnya, ataksia, defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi
intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat merusak
tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah intoksikasi litium,
polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang mengonsumsi litium
dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk banyak
meminum air.
Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan
fungsi tiroid, harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas
40 tahun, pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap
2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi
ginjal dan tiroid diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.
Wanita Hamil
Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi
janin. Kejadiannya meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini.
Wanita dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat
melanjutkan litium selama kehamilan bila ada indikasi secara klinis. Kadar litium
darahnya harus dipantau dengan seksama. Pemeriksaan USG untuk memantau
janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita tersebut harus disupervisi
oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi, risiko litium
terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan.
Valproat
Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai
antimania.
Farmakologi
Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral.
Konsentrasi puncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua
jam sedangkan sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi divalproat
lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi
lambat bila obat diminum bersamaan dengan makanan. Ikatan valproat dengan
protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet
mengandung tinggi lemak.
Dosis
Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam
serum berkisar antara 45 -125 g/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan
divalproat dengan konsentrasi plasma 50 g/mL. Dosis awal untuk mania
dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3
hari hingga mencapai konsentrasi serum 45- 125 g/mL. Efek samping, misalnya
sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat
terjadi bila konsentrasi serum 100 g/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi
valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 g/mL.
Indikasi
Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut,
terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium,
siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek Samping
Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi,
misalnya anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan)
enzim transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal
pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya
waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam
valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium
divalproat.
Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia
menghambat kanal Na+ Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.
Farmakokinetik
Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar
otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin
dieksresikan dalam bentuk utuh.
Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut
maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai
bentuk kemerahan di kulit.
Antipsikotika Atipik
Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif
sebagai terapi lini pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut
adalah olanzapin, risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.
Risperidon
Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik
pertama yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.
Absorbsi
Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia
dimetabolisme oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6.
Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu
tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya
dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien
membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula
digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa
atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25
mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi
rumatan
Efek Samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon
bila dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara
bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan
retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara.
Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian
risperidon.
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas
terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik,
histamin 1(H1), dan 1- adrenergik.
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut
mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah
beberapa lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat
rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya
diabetes tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya.
Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah
gaya hidup, diet dan latihan fisik.
Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5- HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik α1 dan α2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih
tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari.
Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg,
200 mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia
quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran,
siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek
samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya
waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila
dibandingkan dengan antipsikotika tipik.
Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A
serta antagonis 5- HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor
D3, afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, 1- adrenergik, histaminergik
(H1), dan serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor
muskarinik kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran
dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang
direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila
ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis.
Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan
tolerabilitas.
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia
juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh
kelompok yang mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak
berbeda secara bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadang-
kadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan
penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan
berat badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu,
peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan
perubahan interval QTc.
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi.
Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang
berpotensi meginduksi hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya
hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator
mood atau dengan antipsikotika atipik.
Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive
behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok,
psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya.
Intervensi psiksosial sangat perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosa
Fakta Teori
Seorang pasien laki-laki, usia 20
tahun, tidak lulus SMA.
Riwayat pola asuh yang
bermasalah.
Memiliki kepribadian egosentris,
tempramen, dan setiap keinginanya
harus selalu dipenuhi.
Riwayat frustasi karena ayahnya
meninggal.
Riwayat antisosial, kriminal,
kekerasan, NAPZA, Rokok, judi.
Pernah masuk penjara karena
menikam kakak kandung
perempuannya dalam keadaan
sadar.
Merasa sebagai orang yang
tempramen.
Beberapa kali mencoba bunuh diri
namun gagal.
Ibu kandung juga ada riwayat
percobaan bunuh diri.
5 kali keluar masuk RSJ, riwayat
penyakit dahulu (-)
Pada pemeriksaan fisik dari status
dan neurologikus tidak didapatkan
kelainan.
Pasien memiliki gangguan tidur di
Menurut PPDGJ III diagnosis Bipolar dapat
ditegakkan apabila terdapat: tanda episode
berulang sekurangnya dua episode, episode
yang satu menunjukkan peningkatan mood,
energi dan aktivitas yang jelas terganggu
(mania dan hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan mood, energi dan
aktivitas depresi dengan masa remisi
sempurna diantaranya. Episode manik
dimulai dengan tiba-tiba, berlangsung
antara dua minggu sampai 4-5 bulan (rata-
rata 4 bulan. Episode depresi berlangsung
lebih lama, rata-rata 6 bulan. Kedua episode
lebih dulu didahului stresor, tetapi hal ini
tidak esensial, episode pertama bisa timbul
diusia anak-anak sampai usia tua.
Kriteria DSM IV untuk episode depresif:
Terdapat 5 atau lebih gejala dibawah ini
dalam periode 2 minggu dan terdapat
perubahan fungsi dengan gejala depresi
mood, taua kehilangan minat dan
kesenangan
- Mood depresi
- Kehilangan minat dan kesenangan
terhadap hampir keseluruhan aktivitas
- Kehilangan berat-badan yang
malam hari.
Pada pemeriksaan psikiatri
didapatkan penampilan sesuai,
kooperatif, kontak (+) verbal dan
visual, emosi labil, orientasi
normal, proses fikir cepat, flight of
idea, melompat-lompat, koheren,
gangguan konsentrasi, waham (-),
persepsi halusinasi dan ilusi (-),
ADL (+) mandiri, psikomotor
kadang meningkat, gelisah, insight
tidak terganggu, intelegensia cukup.
signifikan
- Insomnia atau hipersomnia
- Agitasi psikomotor atau retardasi
- Fatigue dan kehilangan energi
- Perasaan bersalah yang berat
- Kehilangan kemampuan untuk
berkonsentrasi
- Pemikiran untuk mati terjadi berulang.
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik
dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Onset usia yang muda,
ditemukannya gejala-gejala psikotik (menyerupai skizofrenia), dan ditemukannya
episode depresi berulang merupakan faktor risiko munculnya gangguan bipolar.
Pada pasien ini terdapat kesalahan pola asuh dalam hal setiap permintaan
pasien harus dituruti dan itu terjadi di lingkungan rumah. Sehingga pasien
terbentuk menjadi orang yang egois dan keinginannya harus selalu dipenuhi.
Kemungkinan adanya faktor genetic dapat terlihat, dimana pada pasien ini ibu
pasien sempat beberapa kali mencoba bunuh diri, dimana GB pada wanita akan
menonjolkan episode depresinya. Namun faktor genetic tersebut juga dapat
berasal dari ayahnya, walaupun tidak terlihat secara jelas gambaran bipolar pada
ayah pasien. Secara genetik, diketahui bahwa pasien dengan gangguan bipolar tipe
I, 80-90% di antaranya memiliki keluarga dengan gangguan depresi atau
gangguan bipolar juga (yang mana 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
yang ditemukan pada populasi umum).
Depresi adalah suatu kondisi suasana perasaan yang menetap sedih dalam
jangka waktu panjang. Sedangkan pada kondisi manik atau hipomanik terdapat
suatu kondisi suasana perasaan yang berkebalikan dengan depresi di mana
terdapat suatu suasana perasaan yang gembira secara berlebih-lebihan, meluas,
atau iritable (mudah menjadi marah). Kondisi mood yang meningkat ini akan
menyebabkan perubahan pada diri pasien meliputi peningkatan energi, gangguan
tidur, gangguan makan, rasa percaya diri yang berlebihan, waham kebesaran,
kontrol impuls yang buruk, hingga perilaku agresi dan tanpa perhitungan.
Hipomanik adalah kondisi mood yang menyerupai manik namun dalam derajat
lebih ringan. Episode manik harus berlangsung sekurangnya 1 minggu, sedangkan
episode hipomanik berlangsung sekurangnya 4 hari.
Pada pasien ini sangat jelas terlihat adanya sifat mudah marah, sulit tidur,
kontrol impuls yang buruk, hingga perilaku agresi jika keinginannya tidak dapat
dipenuhi. Pasien ini juga memperlihatkan episode depresi saat kehilangan
ayahnya dengan pelampiasan kepada pergaulan yang salah, narkoba, alkohol,
serta percobaan bunuh diri.
Gangguan bipolar adalah suatu jenis gangguan jiwa yang sulit ditegakan
diagnosisnya secara tepat. Ketika pasien datang untuk pertama kalinya, umumnya
pasien didiagnosa dengan gangguan lain yang gejalanya bertumpang tindih
dengan gangguan bipolar. Sekitar 19% pasien, mendapatkan diagnosis lain ketika
datang untuk pertama kalinya. Pada pasien ini juga terlihat hal yang sama, dimana
pada awal datang ke rumah sakit pasien ini didiagnosis sebagai skizofren paranoid
yang setelah 3 tahun terjadi kekambuhan didiagnosis menjadi skizofren residual.
Pasien biasanya tidak mencari pertolongan ke psikiater atau dokter ketika
mengalami episode manik atau hipomanik. Episode manik dan hipomanik sering
kali disangkal atau dilupakan oleh pasien. Pada kondisi hipomanik terutama,
pasien umumnya mengalami kondisi kepercayaan diri yang meningkat, lebih
mudah bergaul dengan orang lain, produktifitas yang meningkat. Hal-hal tersebut
akan menyebabkan pasien mengesampingkan gejala-gejala yang lebih berat dan
mengganggu dari gangguan ini, seperti emosi yang tidak stabil, argumentatif,
insomnia, penilaian situasi yang buruk, dan melakukan perilaku berisiko tanpa
memikirkannya dengan baik hingga pasien dapat terlibat dalam perilaku free sex
atau munculnya perilaku-perilaku impulsif lainnya.
Pada kondisi depresi sendiri, juga terkadang pasien tidak datang untuk
mencari pertolongan karena gejala-gejala yang muncul umumnya berupa keluhan
fisik yang serupa dengan sakit fisik yang sesungguhnya seperti pusing, sesak
nafas, rasa sakit di badan, dan sebagainya. Gejala-gejala seperti rasa kehilangan
tenaga, hilangnya gairah, rasa kosong dan hampa, dan perasaan tak berdaya pada
umumnya tidak dipertimbangkan oleh pasien untuk mencari pertolongan.
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis,
ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar
dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga
memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, sosial, dan pekerjaan.
Terapi
Penanganan pada pasien ini oleh Farmakoterapi:
dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dan
dokter umum di RSKD Atma Husada.
Penanganan pada pasien ini diberikan
melalui psikofarmaka dan psikoterapi.
Penanganan psikofarmaka:
R/ CBZ 100 mg
S 2 dd tab I
Penanganan psikoterapi :
Pasien dirawat di dalam ruang
edukasi
Tidak adanya dukungan dari
keluarga berupa kasih sayang,
maupun perhatian kepada
pasien
Tidak ada dukungan semangat
dari orang tua, dan sang ibu
berkata padaa anaknya jika
sebaiknya sang anak
menganggap ibunya sudah
mati sehingga si anak tidak
mencari-cari sang ibu lagi.
Pada pasien dengan gangguan
bipolar, dapat diberikan terapi
berupa:
- Lithium
- Asam Valproat
- Karbamazepin
Obat-batan golongan benzodiazepine
mempunyai kecenderungan
mengakibatkan ketergantungan obat
terlebih pada orang dengan
kepribadian dependent dan tidak
mantap
Batas penggunaan golongan
bezodiazepin hanya dianjurkan
selama 2-4 minggu saja. Dan setelah
itu pasien akan lebih mudah
menerima bentuk terapi lain misalnya
terapi prilaku dan terapi social.
Gejala putus zat sering terjadi,
diantaranya anxietas yang meningkat,
insomnia, disforia, dan anorexia
Psikoterapi:
Psikoterapi suportif:
- Ventilasi
- Persuasi atau bujukan
- Sugesti
- Penjaminan Kembali
- Bimbingan dan Penyuluhan
- Terapi Kerja
- Hypnoterapi
- Psikoterapi kelompok
- Terapi Perilaku
Psikoterapi reedukatif dilakukan
untuk mencapai pengertika
\
DAFTAR PUSTAKA
- Kaplan, H, et al. 1997. Sinopsis Psikiatri, ed 7, vol 1. Binarupa Aksara: Jakarta.
- Maslim, R. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa. PPDGJ III : Jakarta
- Maslim, R., 2007. Penggunaan Obat Psikotropik. Jakarta.
- Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University
Press: Surabaya.