Teori Afaf Ibrahim Meleis

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk- bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan. Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya ditunjukkan dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi kelima tahapan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada praktik keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli keperawatan. Salah satunya adalah model konsep 1

Transcript of Teori Afaf Ibrahim Meleis

Page 1: Teori Afaf Ibrahim Meleis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus

dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh, dengan demikian perawat

harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi

fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan

berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan

menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model

dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan.

Bentuk profesionalisme keperawatan salah satunya ditunjukkan dalam

pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan pendekatan

ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi kelima tahapan yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Penerapan teori keperawatan yang diperkenalkan oleh para ahli dibidang

keperawatan perlu terus dikembangkan penerapannya di lapangan atau pada praktik

keperawatan. Banyak teori yang telah diperkenalkan oleh para ahli keperawatan.

Salah satunya adalah model konsep keperawatan yang dikembangkan oleh Afaf

Ibrahim Meleis. Teori yang diperkenalkannya adalah Teori Transisi. Model konsep

yang diperkenalkan oleh Meleis tersebut menekankan bahwa seseorang akan

mengalami masa transisi dalam hidupnya. Peran perawat dalam hal ini membantu

individu tersebut dalam masa transisi agar mampu memenuhi kebutuhan self-care

pada saat kondisi sakit atau tidak mampu memenuhi kebutuhannya.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui Aplikasi Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis dalam Asuhan

Keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1

Page 2: Teori Afaf Ibrahim Meleis

1. Mengetahui Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang didapat pada

berbagai literature pustaka.

2. Melakukan kajian dari Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis yang

didapat pada berbagai literature pustaka tersebut

3. Menganalisis permasalahan yang ada di klinik atau pendidikan yang

dapat dipecahkan dengan menggunakan Teori Keperawatan Afaf Ibrahim

Meleis

4. Membuat rancangan penerapan Teori Keperawatan Afaf Ibrahim Meleis

dalam Asuhan Keperawatan

2

Page 3: Teori Afaf Ibrahim Meleis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TEORI AFAF IBRAHIM MELEIS

2.1 Sejarah Teori

Afaf Ibrahim Meleis lahir di Alexandria, Mesir. (Meleis, Personal

Communication, 29 Desember 2007)ia mengatakan bahwa keperawatan sudah

menjadi bagian dari hidupnya sejak ia lahir. Ibunya dainggap TheFlorence

Nightingale dari Timur tengah. Ia adalah orang pertama di Mesir yang

mendapatkan gelar BSN dari Syracuse University, dan merupakan perawat pertama

di Mesir yang mendapatkan delar MPH dan PhD dari Egyprin University. Meleis

mengagumi dedikasi dan komitmen sang ibu kepada profesi dan menggap

keperawatan sudah ada dalam darahnya. Di bawah pengaruh ibunya, Meleis

menjadi tertarik terhadap keperawatan dan memilih untuk mendalami disiplin ilmu

keperawatan. Namun ketika ia memilih untuk mengikuti keperawatan, orang tuanya

merasa keberatan dengan keputusannya tersebut karena mereka tahu bagaimana

perjuangan perawat untuk dapat berjuang mendapatkan kualitas dari care. Namun

pada akhirnya mereka menyetujui apa pilihannya dan mereka meyakinkan Afaf

bahwa ia dapat melakukannya.

Meleis menyelesaikan pendidikan keperawatannya di The University of

Alexandria, Egypt. Ia datang ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya

menjadi seorang perawat akademisi (Meleis, Personal Communication, 29

Desember 2007). Dari The University of California, Los Angeles, ia menerima

gelar MS dalam bidang keperawatan pada tahun 1964, gelar MA dalam bidang

sosiologi pada tahun 1966, dan sebuah gelar PhD dalam bidang Medical and Social

Psychology pada tahun 1968.

Setelah menerima gelar Doktornya, meleis bekerja sebagai administrator dan

instruktur di The University of California, Los Angeles dari tahun 1966 sampai

1968 dan sebagai asisten profesor dari tahun 1968 sampai 1971. Pada tahun 1971,

ia pindah ke The University of California, San Fransisko (UCSF), dimana ia

3

Page 4: Teori Afaf Ibrahim Meleis

menghabiskan 34 tahun berikutnya dan mengembangkan Transitions Theory. Pada

tahun2002, nama Meleis dinominasikan dan menjadi nama sebuah sekolah

keperawatan yaitu Meleis Bond Simon Dean of The School of Nursing at the

University of Pennsylvania.(Alligood&Tomey 2010).

2.2 KonsepdanDefinisi

Transition theory adalah salah satu nursing theory yang dicetuskan oleh Afaf

Ibrahim Meleis, teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1960. Transisi adalah

konsep yang sering digunakan didalam teori perkembangan dan teori stress-

adaptasi. Transisi mengakomodasi kelangsungan dan ketidakberlangsungan dalam

proses kehidupan manusia. Transisi berasal dari bahasa latin “transpire” yang

berarti “pergi menyebrang”, dalam kamus Webster, transisi berarti pergerakan dari

satu keadaan, kondisi, atau tempat ke kondisi lainnya.

Meleis awalnya mendefinisikan transition sebagai transisi yang sehat atau

transisi yang tidak efektif dalam kaitannya dengan peran yang tidak efektif. Meleis

mendefenisikan peran yang tidak efektif sebagai kesulitan di dalam mengenal atau

kinerja dari peran atau perasaan dan tujuan yang terkait dengan peran perilaku

seperti yang dirasakan oleh diri sendiri atau oleh orang lain (Meleis, 2007 dalam

Alligood, 2014).

Konsep umum dari Transition Theory terdiri dari:

1. Tipe dan Pola dari Transisi,

Tipe transisi terdiri developmental, health and illness, situational, and

organizational. Developmental (perkembangan) terdiri dari kelahiran,

kedewasaan (adolescence), menopause, penuaan (aging), dan kematian. Health

and illness (sehat dan sakit) terdiri dari proses pemulihan, hospital discharge

(keluar dari rumah sakit), dan diagnosis dari penyakit kronis. Organizational

transition adalah perubahan kondisi lingkungan yang berefek pada kehidupan

klien, serta kinerja mereka (Schumacer &Meleis, 1994 dalam Alligood, 2014).

Pola transisi terdiri dari multiple dan kompleks. Kebanyakan orang

memiliki pengalaman yang multiple (banyak) dan simultan (berkelanjutan)

dibandingkan dengan hanya satu pengalaman transisi, dimana tidak mudah

4

Page 5: Teori Afaf Ibrahim Meleis

untuk mengenalinya dari konteks kehidupan sehari-hari. Dalam setiap studinya

meleis mencatat dimana dasar dari teori pengembangan meliputi seseorang yang

memiliki minimum dua tipe transisi, dimana tidak adanya hubungan langsung

antara dua tipe transisi, sehingga mereka mempertimbangkan jika terjadi transisi

yang berurutan dan simultan serta adanya overlaping dari transisi, maka esensi

dari hubungan antara kejadian yang terpisah adalah permulaan dari transisi

seseorang.

2. Properties of Transition Experiences (Sifat dari pengalaman transisi), Properties

Of Transition Experience adalah: kesadaran, keterlibatan, perubahan dan

perbedaan, rentang waktu, peristiwa dan poin utama. Kesadaran didefinisikan

sebagai persepsi, pengetahuan, pengakuan dari perubahan karena pengalaman

sedangkan tingkat kesadaran direfleksikan pada derajat kesesuaian antara apakah

pemahaman tentang proses dan respon dan apakah merupakan harapan dari

respon dan persepsi dari individu tentang perubahan. sifat dari pengalaman

transisi terdiri dari lima subkonsep yaitu:

a. Kesadaran (Awarness) didefinisikan sebagai persepsi, pengetahuan dan

pengenalan terhadap pengalaman transisi. Level dari kesadaraan sering

tercermin dari tingkatan kesesuaian antara apa yang diketahui tentang proses

dan respon serta harapan dasar apa yang ditetapkan tentang respon dan

persepsi individu yang mengalami transisi yang sama. Individu yang tidak

sadar akan perubahan berarti tidak memulai proses transisinya. Keterlibatan

berarti tingkatan dimana seseorang turut campur dalam proses perubahan.

Tingkatan dari kesadaran dapat berakibat pada keterlibatan seseorang dan

keterlibatan terkadang bisa terjadi tanpa ada kesadaran, sehingga tingkatan

keterlibatan dari seseorang adalah kesadaran secara fisik, emosi, sosial atau

perubahan lingkungan.

b. Ikatan ( Engagement), merupakan sifat lainnya yang dicetuskan oleh Meleis,

engagement adalah tingkatan yang mana melibatkan demonstrasi atau

pertunjukkan seseorang yang tidak dapat dipisahkan dari proses transisi.

5

Page 6: Teori Afaf Ibrahim Meleis

Level pertimbangan awareness mempengaruhi level dari engagement, tidak

akan ada engagement tanpa adanya awarness.

c. Berubah dan Perbedaan (Changes and difference)

Changes adalah pengalaman seseorang tentang identitas, peran, hubungan,

kebiasaan, dan perilakunya yang kemungkinan membawa keinginan untuk

bergerak atau arahan langsung proses internal dan proses eksternal. Meleis,

dkk menyatakan semua transisi berhubungan dengan perubahan, walaupun

perubahan belum tentu merupakan suatu transisi. Mereka juga menyatakan

untuk memahami transisi secara komplit sangat penting untuk menyingkap

dan menjelaskan arti dan pengaruh dan cakupan dari perubahan seperti alam,

kesementaraan, kekejaman, personal, keluarga, norma sosial dan harapan.

Difference, Meleis, dkk mempercayai perbedaan kesempatan atau tantangan

bisa ditunjukkan oleh karena ketidakpuasan atau harapan yang tidak lazim,

perasaan yang tidak sama, atau memandang sesuatu dengan cara yang

berbeda, dan meleis meyampaikan perawat harus mengenali tingkat

kemyamanan dan penguasaan klien dalam mengalami perubahan dan

perbedaan.

Perubahan dan perbedaan adalah properti perubahan. Perubahan pada

identitas, status, kemampuan dan pola dari perilaku dapat mendukung

terjadinya perubahan internal maupun eksternal. Perbedaan dapat

dicontohkan dengan tidak terkabulnya harapan, merasa berbeda, atau melihat

dunia dan yang lainnya dengan jalan yang berbeda dan ini dapat digunakan

perawat kepada kliennya untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan

penguasaan dengan perubahan dan perbedaan.

d. Rentang waktu (Time Span)

Semua transisi bersifat mengalir dan bergerak setiap saat. Karakter transisi

sebagai time span dengan indentifikasi titik akhir. Berawal dari antisipasi,

persepsi atau demonstrasi perubahan, bergerak melalui periode yang tidak

stabil, kebingungan, stress berat sampai menuju fase akhir dengan adanya

permulaan baru atau periode yang stabil. Meleis, dkk mencatat

6

Page 7: Teori Afaf Ibrahim Meleis

bahwaakanbermasalah atautidak layak, dan bahkan mungkinmerugikan,

untuk membatasirentang waktubeberapa pengalamantransisi.

e. Titik kritis dan peristiwa (Critical Point and Event), didefinisikan sebagai

“penanda yang terdiri dari kelahiran, Kematian, menopause, atau diagnosis

penyakit. Meleis juga mengakui bahwa penanda peristiwa spesifik tidak

semuanya jelas bagi beberapa transisi, walaupun transisi biasanya memiliki

critical point dan events.Critical point and event biasanya berhubungan

dengan kesadaran tinggi pada perubahan atau ketidaksamaan atau lebih

exertive engagement pada proses transisi

Poin utama dan peristiwa adaah properti perubahan yang terakhir, yang

dijelaskan sebagai penanda kelahiran, kematian, menarche, atau diagnosis dari

penyakit. Poin utama dan peristiwa juga berhubungan dengan peningkatan

kesadaran dari perubahan atau perbedaan atau aktifitas yang lebih terlibat dalam

perubahan perubahan berdasarkan pengalaman.

3. Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), adalah keadaan yang

mempengaruhi cara orang bergerak melalui transisi dan menfasilitasi atau

menghambat kemajuan untuk mencapai transisi yang sehat. Kondisi transisi

terdiri dari personal, komunitas, atau faktor social yang bisa mempercepat atau

menghalangi proses dan outcome dari transisi yang sehat.

a. Kondisi personal, terdiri meaning (arti), didefinisikan sebagai beberapa

keadaan atau pencetus yang mempercepat atau memperlambat suatu transisi.

Dari beberapa penelitian, setiap orang memiliki arti tersendiri terhadap setiap

peristiwa yang dialaminya bisa arti positif, negative, ataupun tidak memiliki

arti sama sekali.Kepercayaan Kultural (cultural believe), merupakan suatu

stigma yang berhubungan dengan pengalaman transisi. Stigma akan

mempengaruhi pengalaman transisi.

b. Persiapan dan pengetahuan, antisipasi dari persiapan dalam menfasilitasi

pengalaman transisi, dimana apabila terjadi gangguan pada persiapan maka

akan menghambat transisi. Pengetahuan berhubungan dengan proses

persiapan, dimana seseorang harus memiliki pengetahuan tentang harapan

7

Page 8: Teori Afaf Ibrahim Meleis

selama transisi dan bagaimana strategi untuk mewujudkan dan me-

managenya.

c. Status Sosial dan Ekonomi

d. Kondisi Komunitas atau kondisi sosial

4. Pola Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome)) adalah

karakter dari respon kesehatan, karena transisi terus berubah sepanjang waktu.

Proses indikator menururt maleis diantaranya adalah hubungan perasaan,

interaksi, situasi dan kondisi, peningkatan kepribadian serta analisis. Klien akan

membutuhkan perasaannya dan interaksi dalam lingkungannya untuk

beradaptasi dengan situasi dan kondisinya sehingga terjadi perubahan

pengalaman dan kemampuan analisisnya. Indikator pengeluaran menurut maleis

adalah penguasaan dan keterpaduan identitas personal/ klien. Mengidentifikasi

indicator proses klien yang bergerak baik ke arah kesehatan atau terhadap

kerentanan dan resiko, memungkinkan perawat untuk melakukan pengkajian

awal dan intervensi untuk menfasilitasi outcome yang sehat. Indicator proses ini

terdiri dari:

a. Feeling Connected

Didefinisikan sebagai kebutuhan untuk terhubung satu sama lain, hubungan

dan kontak personal, adalah sumber informasi utama tentang pelayanan

kesehatan dan sumber dayanya. Merasa terhubung dengan tenaga kesehatan

yang professional yang mampu menjawab pertanyaan dan klien merasa

nyaman untuk berhubungan merupakan indicator lain dari pengalaman

positif transisi

b. Interacting

Melalui proses interaksi, transisi dan perkembangan perilaku dapat

diketahui,dipahami, dan diklarifikasi.

c. Location and being situated

Waktu, ruang, dan hubungan biasanya menjadi hal penting dalam transisi.

8

Page 9: Teori Afaf Ibrahim Meleis

d. Developing confidence and coping

Outcome Indikator, digunakan untuk mengecek apakah proses transisi sehat

atau tidak. Ada dua indicator penting yang digunakan yaitu penguasaan

terhadap skill baru (Mastery of new skills) dan pencairan identitas (fluid

integrative identities), penguasaan terhadap kemampuan dan pencairan

identitas baru dibutuhkan dalam transisi untuk mengatur situasi baru atau

lingkungan baru. Penguasaan dan memiliki rasa baru dalam identitas

merefleksikan outcome yang sehat dari sebuah proses transisi

5. Nursing Therapeutics

Schumacher dan Meleis (1994), nursing therapeutics sebagai tiga alat ukur yang

dapat diaplikasikan secara luas untuk intervensi terapeutik selama masa transisi.

Pertama, mereka mengusulkan kesiapan pengkajian sebagai nursing therapeutic.

Pengkajian memerlukan usaha secara interdisiplin dan berdasarkan pengertian

penuh tentang klien. Kedua, adalah persiapan untuk proses transisi, pendidikan

merupakan modal utama dalam persiapan proses transisi.Ketiga, peran

pelengkap (supplementation role), namun dalam middle-range theory of

transition, peran pelengkap tidak dikembangkan dalam nursing

therapeutic.Konsep askep ada 3 ukuran yang dapat diaplikasikan dalam

perubahan intervensi teraupeutik. Pertama dapat mengusulkan diagnosa untuk

asuhan keperawatannya. Diagnosa dapat berasal dari berbagai pemahaman yang

kompereherensif dari klien. Kedua, persiapan klien dalam menghadapi

perubahan dapat menjadi asuhan keperawatan. Ketiga, pemberian saran atau

kritik terhadap klien dapat diajukan dalam asuhan keperawatan.

2.3 ScopeatauCakupanTeori

Transition Theory merupakan salah satu nursing theory yang merupakan

bagian dari middle-range theory, dikarenakan Transition theory adalah middle

range theory maka, teori ini dikembangkan berdasarkan riset yang menggunakan

Transition Framework. Transition theory dapat diaplikasikan dalam praktek dengan

berbagai tipe grup, yang terdiri dari populasi geriatric, popoulasi psikiatri, populasi

maternal, wanita yang menopause, pasien Alzheimer, family caregiver, wanita

9

Page 10: Teori Afaf Ibrahim Meleis

imigran, dan orang yang memiliki penyakit kronis. Transition theory menyediakan

arahan untuk praktik keperawatan dengan berbagai tipe transisi oleh penyediaan

perspektif yang komprehensif pada konsep nature dan tipe transisi, kondisi transisi,

dan indikator proses serta outcome.

2.4 HubunganAntar-Konsep

Hubungan antar kosep dalam Transition dapat digambarkan sebagai berikut

2.5 AsumsiTeori

Asumsi dari teori ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nursing

a. Perawat adalah pemberi pelayanan pelayanan utama pada klien dan

keluarganya yang berada dalam proses transisi

b. Transisi mengakibatkan perubahan serta merupakan hasil dari perubahan

2. Person

a. Transisi melibatkan pergerakan dari proses dan berubah dalam pola

fundamental kehidupan, dimana merupakan manifestasi dari semua individu

10

Page 11: Teori Afaf Ibrahim Meleis

b. Transisi menyebabkan perubahan dalam identitas, peran, hubungan,

kebiasaan, dan pola perilaku.

c. Kehidupan sehari-hari dari klien, linkungan dan interaksi terbentuk oleh

alam, kondisi, arti, dan proses pengalaman transisi klien

3. Health

a. Proses transisi adalah bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi

memiliki pola yang multiple dan kompleks.

b. Semua transisi berkarakteristik mengalir dan berubah sepanjang waktu

c. Perubahan dan perbedaan tidak dapat ditukar walaupun merka bersinonim

dengan transisi

4. Environment

- Kerentanan berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi

lingkungan yang mengekspose individual terhadap potensi kerusakan,

problematic atau perpanjangan pemulihan kesehatan atau kegagalan koping

yang sehat.

2.6 Ciri Khas Teori (Theoretical Assertions)

Ciri khas dari teori ini adalah pada kelengkapan peran, framework transisi, dan

middle-range transition yang disusun oleh Meleis dan teman-temannya. Beberapa

diantaranya adalah :

1. Pertumbuhan, sehat dan sakit, dan transisi yang terorganisasi yang merupakan

pusat dari praktik keperawatan.

2. Bentuk dari transisi meliputi :

a. Dimana klien mengalami satu transisi atau multiple transisi.

b. Dimana transisi multipel terjadi terus menerus.

c. Perluasan dari kejadian tumpang tindih dalam transisi.

d. Keaslian dari hubungan antara kejadian yang berbeda yang memiliki petunjuk

transisi untuk klien.

e. Kekayaan dari pengalaman transisi adalah bagian yang saling berhubungan

dalam proses yang kompleks.

11

Page 12: Teori Afaf Ibrahim Meleis

f. Derajat dari kesadaran mempengaruhi derajat hubungan yang lebih dalam,

yang mana hubungan ini tidak akan terjadi tanpa adanya kesadaran.

g. Persepsi manusia dan pemahaman arti akan situasi sehat dan sakit dipengaruhi

oleh dan perubahan dari pengaruh pada kondisi dibawah pengaruh transisi.

h. Transisi kesehatan adalah dikarakteristikkan oleh proses dan indikator

pencapaian.

i. Transisi negosiasi yang sukses tergantung pada perkembangan dari hubungan

yang efektif diantara perawat dan klien (keperawatan yang terapeutik).

Hubungan ini adalah proses yang saling timbal balik yang akan mempengaruhi

keduanya (perawat-klien).

2.7 Bentuk Logika

Teori ini dibentuk dari induksi dengan menggunakan penelitian penelusuran

literatur untuk menemukan informasi. Hal ini pada awalnya dibentuk sebagai

konsep inti dari keperawatan dan kemudian sebagai middle-range teori. Teori ini

dibentuk dengan pencapaian dari integrasi dari apa yang dikenal dengan pengalaman

transisi yang melintasi berbagai bentuk dari transisi dengan keperawatan yang

terapeutik untuk orang-orang dalam masa transisi. Teori ini menyediakan

framework (bagan) untuk memahami hasil dari penelitian transisi lanjutan lebih baik

dan untuk menyediakan konsep untuk studi lanjutan.

2.8 Penerimaan dari Komunitas Keilmuan

Sejauh ini, teori transisi sudah di gunakan dan diterjemahkan kedalam berbagai

bahasa dan digunakan di negara-negaa seperti di Swedia, Taiwan, Korea Selatan,

Portugal, Spanyol dan Singapura.

1. Praktik

Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman

transisi dimana pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah

pengalaman dari sebuah transisi. Karena komprehensifnya, dapat

diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan, teori transisi dapat

diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait

dengan keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian,

12

Page 13: Teori Afaf Ibrahim Meleis

dan kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi.Teori transisi sangat berguna untuk

menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses penyembuhan, persiapan pulang

dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi yang

mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan

dengan penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia,

populasi dengan gangguan mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari

perawatan, wanita dengan menopause, pasien alzheimer, wanita imigran, dan

orang-orang dengan penyakit kronik dan banyak lainnya. Teori transisi dapat

menyediakan petunjuk untuk praktik keperawatan dengan orang-orang dari

berbagai tipe transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan

dasar dan tipe transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari

bentuk respon transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari

terapeutik keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari

pasien dan keluarganya dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon

sehat pada keadaan transisi.

2. Pendidikan

Teori transisi digunakan secara luas pada pendidikan sarjana dan masteral di

seluruh dunia. Teori ini bertumbuh secara internasional dan terintegrasi dalam

kurikulum keperawatan. Teori transisi digunakan sebagai framework kurikulum

pada beberapa tempat, termasuk universitas connecticut dan universitas clayton

di morrow, georgia dimana teori transisi adalah program pendidikan mereka

yang sudah berlangsung selama 15 tahun ini dan banyak lagi dukungan dalam

pemakaian teori ini.

3. Penelitian

Secara Internasional, beberapa peneliti ada banyak yang menggunakan teori

transisi dalam studi mereka sebagai dasar teori untuk penelitian. Program

penelitian meleis adalah secara alamani berdasarkan pada teori transisi dan

banyak peneliti yang menguji secara empiris teori transisi melalui studi mereka.

13

Page 14: Teori Afaf Ibrahim Meleis

2.9 Pengembangan Lanjutan

Teori transisi adalah bagan kerja (framework) yang dapat menjadi

perkembangan lebih lanjut, di uji dan disaring, berdasarkan pada filosofis Meleis

pada perkembangan teori yang terbentuk secara siklis, dinamis dan terus

berkembang. Teori transisi berlanjut terus dan di uji, disaring untuk menjelaskan

konsep utama dan hubungan diantara bermacam-mcam kelompok dari populasi pada

berbagai tipe transisi. Karena dukungan empirikal yang cukup oleh banyaknya studi

yang dilakukan maka teori ini ada, studi lanjutan akan bertujuan untuk melakukan

studi intervensi untuk mencoba teori ini melalui intervensi yang berdasarkan pada

teori, selanjutnya teori ini akan memberikan kekuatan untuk menunjang praktik

keperawatan.

2.10 AnalisaTeoriAfaf Ibrahim Meleis

a. Clarity (Kejelasan):

Menurut Chinn & Kramer (2004, 2008) dalam Tommey & Alligood (2010,

hal. 748), clarity merujuk kepada bagaimana teori dapat dimengerti dengan

baik, dan bagaimana konsep disajikan dengan jelas dan konsisten. Definisi

konseptual dari Teori Transisi cukup jelas dan mencakup pemahaman yang

comprehensive tentang kompleksitas dari transisi. Dalam hubungan antar

konsep sudah jelas di jabarkan mengenai gambaran relasi antar konsep

dimana secara umum TeoriTransisi ini terdapat input (nature transition)

yang akan mempengaruhi transisi dari klien, nature transisi akan dihambat

atau difasilitasi tergantung dari kondisi dan situasi yang ada di dalam

dirinya, komunitas, dan sosial dari klien, dalam proses yang transisi di

harapkan nantinya akan mencapai outcome yang positif (transisi yang sehat)

sehingga klien akan berada kembali dalam situasi stabil setelah transisi.

Adanya proses transisi dari input-proses-outcome, sama-sama dipengaruhi

oleh nursing therapeutic.

b. Simplicity (Kesederhanaan):

Sebuah teori yang sederhana adalah sebuah teori yang memiliki jumlah

konsep yang minimal (Tommey & Alligood, 2010). Teori Transisi, dalam

14

Page 15: Teori Afaf Ibrahim Meleis

hal ini, sangat sederhana dengan lima konsep utama yaitu (1) tipe dan pola

transisi; (2) kekayaan pengalaman transisi; (3) kondisi transisi; (4) pola

respon; (5) terapeutik keperawatan. Konsep-konsep utama secara logika

terhubung dan hubungan nya nyata dalam pernyataan teoritis. Berdasar pada

tingkat simplicity ditemukan hubungan antara konsep yang cukup sederhana,

dapat memberikan panduan yang cukup jelas bagi perawat untuk

pengaplikasiannya dilapangan dikarenakan konsep yang ada sudah cukup

detail, namun disi lain konsep dalam theory ini cukup banyak.

c. General (Umum)

General mengartikan berdasarkan studi dengan partisipan dari budaya dan

gender yang berbeda, dalam setting yang bermacam-macam. Teori Transisi

telah menunjukkan jika teori ini relevant untuk semua populasi dalam

transisi, tergantung dari tipe transisi yang dialami oleh populasi. Cakupan

dari theory ini dapat diaplikasikan pada kelompok geriatric, ibu hamil,

wanita menopause, pasien Alzheimer, pasien dengan penyakit kronik,

kelompok pskiatri, Family caregiver, wanita imigran, namun teori ini

menurut saya kurang cocok diterapkan pada pasien dengan penyakit akut,

anak-anak dikarenakan anak-anak akan sulit bagi perawat untuk mengkaji

tahap kondisi transisi. Teori ini bersifat lebih konkrit dari model conceptual

dan sudah memiliki kerangka yang jelas dalam penerapannya.

d. Accessibility

Teori Transisi telah diuji dan didukung oleh Meleis dan yang lainnya sebagai

suatu kerangka kerja untuk menjelaskan pengalaman transisi dari berbagai

macam grup populasi dalam tipe-tipe transisi yang berbeda. Hal ini

dikarenakan teori ini bersumber dari konseptual model dn riset-riset yang

ada maka, teori ini telah memberikan panduan yang cukup dapat

diaplikasikan pada praktek keperawatan, walaupun cakupannya masih cukup

luas.

15

Page 16: Teori Afaf Ibrahim Meleis

e. Derivable Consequences : how important?

Teori Transisi dengan focus kepada masyarakat dengan tipe transisi yang

berbeda membuktikan sebuah komprehensif dan petunjuk pengembangan

bagi semua yang berhubungan dengan disiplin kesehatan. Perhatian yang

tidak terpisahkan dari kenakeragaman layanan kesehatan klien dan penelitian

diantara grup-grup yang berbeda berkontribusi terhadap kepentingan teori

ini. Teori transisi ini juga penting dikarenakan teori ini telah memiliki

cakupan dan panduan yang cukup jelas dalam aplikasinya dilapangan, teori

ini focus pada keberagaman dari individu atau kelompok dalam menjalani

proses transisi. Dimana proses transisi yang efektif akan membuat individu

berada pada fase yang baru dan mampu memulai kehidupan yang baru dari

awal. Dan dalam pelayanan, keberagaman tidak dapat dipisahkan dari

pelayanan kesehatan.

16

Page 17: Teori Afaf Ibrahim Meleis

BAB III

PENUTUP

3.1 TeoriTransisiAfaf Ibrahim Meleis

MeleismenyusunTeoriTransisiberdasarkanstudipanjangtentangberbagaimaca

mkondisitransisi.Diamengemukakan lima konseputamatentangTeoriTransisi

diantaranya Tipe dan Pola dari Transisi, Properties of Transition Experiences (Sifat

dari pengalaman transisi), Transition Condition ( Facilitators and inhibitor ), Pola

Respon (Pattern of Response ( process indicator and outcome), Nursing

Therapeutics. TeoriTransisiinidapatdiaplikasikan di berbagaitipetransisi,

danpraktekpada sistem pelayanankesehatan.

17

Page 18: Teori Afaf Ibrahim Meleis

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, M. R. (2010). Nursing Theory: Utilization & Application (4th Ed).Missouri:

Elsevier.

Aligood, M. R. (2014). Nursing Theorists: and Their Work (8th Ed).Missouri: Elsevier.

Fawcett, Jacqueline.(2005). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and

Evaluation of Nursing Models and Theories (2th Ed). Philadephia: Davis

Company

Galih, (2013). http://galih-priambodo.blogspot.co.id/2013/02/teori-keperawatan-afaf-

ibrahim-meleis.html. Diakses 25/03/2016

Helena, (2014). https://helenapangaribuan.wordpress.com/2014/12/10/afaf-ibrahim-

meleis-teori-transisi-teori-peralihan/. Diakses 25/03/2015

Meleis, Afaf I. (2010). Transition Theory: Middle Range and Situation-Spesific

Theories in Nursing Research And Practice. New York: Springer Publishing

Company

18