tennn
-
Upload
ema-surya-pertiwi -
Category
Documents
-
view
119 -
download
6
Transcript of tennn
BAB I
PENDAHULUAN
Pada akhir abad ke-19, para dokter pertama kali menyadari bahwa mentransfer tendon
dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi dari ekstremitas. Kelumpuhan akibat epidemi
penyakit polio di Eropa memberikan kontribusi terhadap kemajuan operasi transfer tendon.
Selain itu teknik anestesi, aseptik, dan keterampiklan teknis dokter bedah yang telah
berkembang dengan pesat menyebabkan operasi tendon transfer tidak hanya dilakukan untuk
orang-orang dengan polio dan cerebral palsy, tetapi juga untuk mereka yang membutuhkan
bedah rekonstruksi untuk cedera traumatik yang terjadi selama Perang Dunia I. Sekarang
dasar-dasar operasi bedah transfer tendon ditemukan dan bidang bedah rekonstruksi tendon
telah dibentuk. Operasi transfer tendon telah memperlihatkan perkembangan terutama untuk
penyakit paralisis multipel saraf tepi seperti saraf median, saraf ulnar, dan saraf radial.
Operasi transfer tendon adalah salah satu jenis operasi bedah tangan yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan fungsi tangan yang telah hilang. Tendon yang berfungsi
dipindahkan dari perlekatan aslinya dengan tulang ke tendon atau tulang yang lain, untuk
menggantikan fungsi tendon yang inaktif. Operasi transfer tendon dapat memulihkan gerakan
otot dan sendi yang terganggu karena paralisis maupun penyakit tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Operasi transfer tendon adalah salah satu jenis operasi bedah tangan yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan fungsi tangan yang telah hilang. Tendon yang berfungsi
dipindahkan dari perlekatan aslinya dengan tulang ke tendon atau tulang yang lain, untuk
menggantikan fungsi tendon yang inaktif. Operasi transfer tendon dapat memulihkan gerakan
otot dan sendi yang terganggu karena paralisis maupun penyakit tertentu.
2.2 Etiologi
Operasi transfer tendon dilakukan pada disfungsi motorik atau kelumpuhan pada
ekstremitas yang dapat disebabkan oleh mekanisme traumatik atau nontraumatik. Mekanisme
traumatik berupa trauma langsung pada sistem saraf perifer atau otot-otot dan tendon.
Mekanisme non traumatik disebabkan oleh trauma tidak langsung, neurologis, maupun
rheumatologis.
Trauma Langsung
Umumnya trauma menyebabkan cedera langsung pada sistem saraf perifer atau otot-
otot dan tendon. Luka tusuk dapat mengakibatkan putusnya saraf secara melintang, yaitu
pada saraf median, saraf ulnaris, atau saraf radial atau yang lebih terpusat di pleksus brakialis.
Trauma tumpul jarang menyebabkan cidera pada saraf perifer tetapi lebih sering menjadi
penyebab cedera pada radix atau pleksus brakialis. Setiap fungsi motorik di ekstremitas atas
dapat terganggu fungsinya, disebabkan oleh cedera pada radix atau pleksus brakialis. Trauma
langsung merupakan penyebab utama cedera tulang belakang yang mengakibatkan
kelumpuhan ekstremitas atas. Kelumpuhan dari cedera tulang belakang sering menyebabkan
hilangnya fungsi motorik secara bilateral, meskipun hilangnya fungsi motorik mungkin
berbeda antara satu sisi dengan sisi lainnya.
Trauma Tidak Langsung
Trauma tidak langsung merupakan trauma akibat dari trauma primer sebelumnya.
Contohnya pada Ruptur tendon ekstensor polisis longus (EPL) adalah komplikasi sekunder
untuk patah tulang radial distal. Secara anatomis, tendon EPL berjalan melalui kompartemen
ekstensor ketiga dan sekitar tuberkel Lister. Dalam daerah ini, EPL rentan terhadap cedera
sebagai akibat dari malalignment tulang atau cedera iatrogenik setelah osteosynthesis,
umumnya setelah penyisipan sekrup dari sisi palmaris. EPL biasanya terjadi ruptur setelah
beberapa minggu dari cedera awal.
Neurologis
Kelumpuhan yang berasal dari penyebab neurologis juga dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi motorik selain trauma, tetapi hal ini cenderung kurang responsif terhadap
solusi bedah. Penyebab ini termasuk penyakit stroke dan penyakit neurologis seperti multiple
sclerosis atau cerebral palsy.
RheumatologisHilangnya substansi tendon atau substansi otot dapat timbul dari penyebab
rematologi, termasuk gout dan pseudogout. Tendon biasanya dihancurkan oleh pembentukan
pannus, proses inflamasi kronis, asam urat, atau deposisi kalsium pirofosfat. Faktor-faktor ini
menyebabkan kerusakan pada substansi tendon sehingga transfer tendon diperlukan untuk
menggantikan fungsi yang hilang. Rheumatoid arthritis mungkin menyebabkan ruptur tendon
dari setiap tangan dan tendon pergelangan tangan, tapi umumnya mengarah pada ruptur
tendon ekstensor jari-jari atau ibu jari.
2.3 Indikasi
Pada tahun 1974, Burkhalter melaporkan bahwa indikasi transfer tendon adalah (1)
transfer dapat bertindak sebagai pengganti selama pertumbuhan kembali saraf, dengan
demikian akan mengurangi waktu splinting eksternal dan meningkatkan fungsi awal; (2)
transfer dapat bertindak sebagai pembantu dan menambah kekuatan fungsi otot yang telah
terinervasi; dan (3) transfer dapat bertindak sebagai pengganti ketika pemulihan saraf atau
neurorraphy yang buruk.
Indikasi utama operasi transfer tendon adalah untuk mengganti atau merekonstruksi
fungsi yang hilang. Untuk rekonstruksi fungsi motorik persyaratan harus dipenuhi yaitu sendi
yang diperlukan untuk bergerak pada tendon yang akan di tranfer harus supple. Sebuah
tendon dicoba ditransfer pada sendi kaku kemungkinan besar akan gagal. Jika sendi tidak
cukup lentur maka harus dilonggarkan dengan terapi tangan. Jika terapi tangan gagal, operasi
pembebasan sendi mungkin diperlukan sebelum mentransfer tendon. Gunakan latihan gerak
pasif untuk mempertahankan fleksibilitas sendi setelah operasi pembebasan. Memberikan
waktu yang cukup untuk pemulihan trauma jaringan akibat pembedahan, sekitar 3 bulan,
biasanya sampai 6 bulan, sebelum dilanjutkan dengan operasi transfer tendon.
Untuk mengembalikan gerak fungsional ke tangan, donor yang cocok harus tersedia.
Umumnya donor yang cocok adalah otot yang diinervasi secara normal. Pada tangan yang
kehilangan sensasi atau fungsi sensorik, dipertimbangkan untuk pemulihan sensasi terlebih
dahulu. Pada tangan dengan sensasi terganggu (anestesi) dikakukan operasi tranfer tendon
mungkin tidak akan berfungsi dengan baik walaupun fungsi motoriknya sudah pulih.
2.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut untuk mentransfer tendon adalah kurangnya donor yang
sesuai. Ketersediaan unit otot atau tendon dengan tingkat kekuatan kurang dari 5 adalah
kontraindikasi relatif. Demikian pula pada otot yang mengalami denervasi kemudian terjadi
reinervasi pada otot tersebut, ini juga merupakan kontraindikasi relatif dilakukannya transfer
tendon. Transfer yang direncanakan pada penyakit neuromuskuler progresif harus
dipertimbangkan dengan baik sebelum melaksanakan operasi karena proses penyakit yang
mendasari dapat mempengaruhi otot yang ditransfer. Kontraindikasi relatif yang terakhir
adalah transfer yang dilakukan pada sendi yang tidak supple, hasil memuaskan sulit dicapai
dalam transfer yang dilakukan pada sendi yang gerakannya terbatas daripada sendi yang
lentur.
2.5 Mekanika Transfer Donor Tendon
Otot memiliki beberapa variabel mekanik, termasuk kekuatan, kapasitas kerja, dan
ekskursi. Kekuatan otot adalah potensi untuk menciptakan ketegangan, yang merupakan
ukuran tekanan yang diberikan oleh kontraksi otot. Kekuatan sebanding dengan luas
penampang melintang dari otot, tetapi tidak tergantung dari panjang. Kekuatan dari jaringan
donor yang dipilih tergantung pada kekuatan otot antagonis. Dalam sebuah artikel 1974,
Omer melaporkan bahwa ketika tendon ditransfer, otot kehilangan sekitar satu kelas kekuatan
berdasarkan sistem Highet skala penilaian dari 1-5.
Kapasitas kerja didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerahkan kekuatan di
atas jarak tertentu. Hal ini berbanding lurus dengan massa otot dan tergantung pada luas
penampang dan panjang serat.
Amplitudo atau ekskursi potensial, sebanding dengan panjang serat. Terlihat dalam
gambar 2.1, X sama dengan panjang perjalanan dengan traksi dikurangi panjang istirahat, Y
sama dengan panjang istirahat dikurangi panjang pada kontraksi penuh, dan amplitudo sama
dengan X ditambah Y. Biasanya kedua pengukuran saat kontraksi dan traksi adalah sama.
Gambar 2.1
Amplitudo dapat ditambah dengan berbagai cara, seperti membebaskan otot dari lampiran
fasia atau mentransfer otot monoarticular ke otot multiarticular, contohnya mentransfer
fleksor carpi radialis (FCR) ke ekstensor digitorum communis (EDC), fleksi volar
pergelangan tangan meningkatkan amplitudo sebesar 2,5 cm melalui efek tenodesis, terlihat
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2
2.6 Prinsip-prinsip Transfer Tendon
Prinsip transfer tendon merupakan elemen kunci yang memainkan peran penting
dalam operasi transfer tendon. Prinsip transfer tendon adalah:
Sebuah otot akan dikorbankan kemudian digunakan sebagai suatu donor. Tujuannya
adalah untuk menimbulkan cidera yang minimal ketika mengambil otot donor.
Otot donor harus memiliki kekuatan yang cukup, terlihat pada tabel 2.1. Kekuatan
otot donor biasanya agak berkurang setelah ditransfer. Oleh karena itu penting untuk
mengambil otot yang kuat dalam mengantisipasi timbulnya kelemahan akibat transfer,
biasanya MRC 5 otot melemah ke MRC 4. Jika donor otot yang lemah yang dipilih,
tidak akan memiliki fungsi yang berguna setelah ditransfer.
Tabel 2.1
Selain kekuatan otot amplitudo dari otot donor juga penting, terlihat pada tabel 2.2.
Hal ini akan menjadi penentu utama dari jangkauan berbagai gerakan.
Tabel 2.2
Garis tarik harus lurus untuk mengoptimalkan kerja transfer tendon. Hal ini tidak
selalu dapat dilakukan, pada beberapa operasi transfer tendon harus melalui membran
interoseus di lengan bawah. Perubahan arah yang signifikan perubahan arah melalui
memebran interoseus, oleh karena itu donor otot yang lebih kuat dibutuhkan.
Tegangan yang benar pada transfer harus dilakukan untuk memdapatkan fungsi yang
baik. Tegangan yang benar penting dalam langkah operasi, meskipun pasien dapat
menyesuaikan
ketegangan beberapa transfer tendon dengan mengubah posisi sendi yang dilintasi,
melalui efek tenodesis.
Transfer tendon harus dilakukan pada sendi yang supple. Jika terjadi kontraktur sendi
dilakukan operasi pembebasan sendi terlebih dahulu dan sendi harus memiliki
jangkauan gerakan pasif yang baik.
Transfer tendon tidak boleh berada dalam jaringan parut, sebaiknyamelalui jaringan
subkutan lemak, untuk mencegah terjadinya adhesi dan untuk menyediakan media
agar tranfer tendon dapat bergerak dengan mulus.
Satu transfer untuk satu fungsi. Satu transfer tendon tidak mungkin melaksanakan dua
fungsi yang berbeda secara bersamaan.
Sebisa mungkin gunakan otot yang bekerja secara sinergis sebagai donor transfer.
Otot bekerja dalam kelompok dan pola yang dikendalikan pada tingkat bawah sadar.
Misalnya otot fleksor jari cenderung bekerja pada waktu yang sama dengan otot
ekstensor pergelangan tangan sedangkan otot jari ekstensor cenderung bekerja
bersamaan dengan otot fleksor pergelangan tangan. Transfer tendon pada tangan lebih
mudah diintegrasikan menjadi normal jika otot yang sinergis digunakan. Jika otot
yang sinergis tidak dapat digunakan dapat menggunakan pilihan otot yang lainnya,
tetapi gerakan baru mungkin akan lebih sulit untuk dilakukan dan memerlukan waktu
yang lebih lama untuk rehabilitasi.
Otot donor harus berada di bawah kendali sadar. Hal ini terutama berhubungan
dengan kondisi penyakit saraf tertentu seperti cerebral palsy.
Seorang pasien termotivasi dan kooperatif, untuk mencapai hasil operasi transfer
tendon yang baik.
\
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tranfer tendon dapat dibagi menjadi penatalaksanaan pre-operatif,
operatif dan post-operatif. Sebelum melakukan tindakan operasi, penatalaksanaan preoperatif
sangat berguna untuk kelancaran jalannya operasi. Kemudian penatalaksaan postoperatif
penting dilakukan untuk hasil operasi tranfer tendon yang baik.
Penatalaksanaan Preoperatif
Penilaian preoperatif yang baik pada ektremitas atas pasien sangat diperlukan
termasuk penilaian fisioterapis yang teliti akan sangat membantu. Penilaian sendi sangat
penting, jika sendi tidak cukup lentur maka harus dilonggarkan dengan terapi tangan. Jika
terapi tangan gagal, operasi pembebasan sendi mungkin diperlukan sebelum mentransfer
tendon. Gunakan latihan gerak pasif untuk mempertahankan fleksibilitas senndondi setelah
operasi pembebasan. Memberikan waktu yang cukup untuk pemulihan trauma jaringan akibat
pembedahan, sekitar 3 bulan, biasanya sampai 6 bulan, sebelum dilanjutkan dengan operasi
transfer tendon. Sebelum melakukan operasi transfer tendon sebaiknya menunggu reinervasi
dari otot karena jika reinervasi otot sudah adekuat maka tidak perlu dilakukan operasi transfer
tendon lagi. Namun dalam kasus tertentu operasi transfer tendon dilakukan tanpa harus
menunggu reinervasi otot misalnya dalam kasus isolated radial palsy, pronator teres di
transfer untuk ekstensor carpi radialis brevis (ECRB) dilakukan sejak dini untuk mencegah
penurunan pergelangan tangan.
Untuk merencanakan operasi tendon transfer, menulis lemabar keseimbangan dengan
tiga kolom akan sangat membantu. Kolom pertama harus menunjukkan fungsi apa yang perlu
diganti. Kolom kedua mengindikasikan donor otot yang tersedia. Kolom ketiga menunjukkan
bagaimana transfer dilakukan dan prosedur lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Sebuah donor otot atau tendon yang dipisahkan dari tempat asalnya harus
memiliki kekuatan dan ekskursi yang hampir setara dengan tendon yang akan digantikan
fungsinya. Akan sangat membantu jika tendon yang ditransfer juga memiliki fungsi yang
sinergis dengan tendon yang akan digantikan fungsinya.
Penatalaksanaan Operasi Tranfer Tendon
Operasi transfer tendon dapat dilakukan pada kasus yang tidak berhubungan dengan
kerusakan saraf dan pada kasus yang berhubungan dengan kerusakan saraf. Pada kasus yang
tidak berhubungan dengan kerusakan saraf cenderung lebih sederhana dan mudah dikerjakan,
misalnya pada kasus rheumatologis (gout, pseudogout) dan kasus trauma pada otot dan
tendon (ruptur tendon). Pada kasus yang berhubungan dengan kerusakan saraf ( kelumpuhan
saraf radial, ulnaris atau median) lebih komplkeks dan sulit untuk dikerjakan.
a. Kelumpuhan saraf radial
Kombinasi untuk transfer tendon pada kelumpuhan saraf radial jumlahnya dapat
tak terbatas. Saat ini 3 jenis transfer dianggap paling masuk akal.
Operasi transfer tendon flexor carpi ulnaris (FCU)
Standar operasi pada tendon flexor carpi ulnaris (FCU) terlihat pada gambar 2.3
dibawah, insisi pertama (insisi 1) diarahkan longitudinal di atas FCU pada bagian
distal lengan bawah. Ujung distal adalah berbentuk huruf J dengan ekstensi melintang
yang panjangnya cukup untuk mencapai tendon palmaris longus (PL). Tendon FCU
ini di transeksi dari os pisiformis dan dipisahkan seproksimal mungkin sesuai dengan
lebar insisi. Insisi kedua (insisi 2) dimulai 2 inchi di bawah epikondilus medialis dan
sudut di dorsum lengan bawah proksimal, garis insisi langsung menuju tuberkulum
Lister. Sisa perlekatan fascia otot juga dilakukan insisi. Insisi ketiga (insisi 3) dimulai
pada sisi volar-radial pertengahan lengan bawah, ke arah dorsal sampai sekitar
perbatasan radial lengan bawah di regio insersi otot pronator teres (PT), dibuat sudut
kemudian insisi dilanjutkan pada dorsum distal lengan menuju tuberkulum lister.
Gambar 2.3
Otot dan tendon PT melewati perbatasan radial lengan bawah secara subkutan, akan
diinsersikan ke dalam otot extensor carpi radialis brevis hanya pada regio distal
perbatasan musculotendinou nya. Otot FCU ditarik ke dorsal. Garis tarik harus lurus
mulai dari epikondilus medial menuju tendon ekstensor digitorum communis pada
regio proksimal retinakulum dorsal (terlihat pada gambar 2.4). Tendon pronator teres
(PT) ditransfer menuju extensor carpi radialis brevis (ECRB). Juga terlihat pada
gambar dibawah posisi extensor carpi radialis longus (ECRL) dan branchioradialis
(BR) setelah PT ditransfer.
Gambar 2.4
Tendon otot extensor policis longus (EPL) dibagi menjadi dua bagian dan ditranfder
ke arah regio volar. Tendon PL ditranseksi pada pergelangan tangan dan dipisahkan
pada bagian proksimal untuk memungkinkan tarikan garis lurus antara otot PL dan
tendon EPL (terlihat pada gambar 2.5). Tendon PT kemudian dijahit pada tendon
extensor carpi radialis brevis. The FCU transfer is then sutured. Transfer FCU
kemudian dijahit. Otot PL dialihkan ke tendon EPL.
Gambar 2.5
Operasi transfer tendon flexor digitorum superficialis (FDS)
Pada transfer tendon dari fleksor digitorum superfisialis (FDS), insisi panjang dibuat
disisi volar regio radial pertengahan lengan bawah mengenai tendon PT, extensor
carpi radialis longus, dan extensor carpi radialis brevis . Tendon PT dijahit pada
tendon extensor carpi radialis brevis. Tendon FDS (juga disebut sublimis) dari tendon
panjang (FDS 3) dan cincin (FDS 4) pada jari yang terkena, dibagi, dan arahkan ke
insisi pada lengan. Kemudian dibuat bukaan 1 - 2 cm dalam membran interoseus dan
tendon fleksor dilewatkan ke dorsum melalui bukaan dalam membran interoseus.
Tendon FDS 3 dialihkan ke sisi radial dari massa profunda dan 4 FDS dialihkan ke
sisi ulnaris massa profunda. Kinking dari saraf median harus dihindari sebagai akibat
otot yang dilewatkan ke dalam pembukaan.Tendon FDS 4 dijalin ke tendon ekstensor
indicis proprius dan EPL dan FDS 3 dijalin ke otot tendon ekstensor digitorum
communis. Kemudian, tendon fleksor karpi radialis didasar ibu jari dibagi dan
dipisah. The flexor carpi radialis is passed through thesubstance of the abductor
pollicis longus and extensor pollicis brevis tendons and suturedin place. Fleksor karpi
radialis dilewatkan melalui substansi polisis longus penculik danekstensor polisis
brevis, tendon dan dijahit di tempat. Tendon flxsor carpi radialis dilewatkan melalui
substansi dari tendon polisis longus dan abductor polisis brevis ekstensor kemudian
dijahit pada tempat tersebut.
Operasi transfer tendon flexor carpi radialis (FCR)
Pertama kali dilakukan transfer PT ke extensor carpi radialis brevis. Tendor flexor
carpi radialis diekspose melalui insisi memanjang pada regio radial volar lengan
bawah. Tendon tersebut is divided at the wrist and redirected around the radial border
of theforearm to the wrist dorsally via a subcutaneous tunnel. Tendon FCR dibagi
pada pergelangantangan dan diarahkan di sekitar perbatasan radial lengan bawah ke
pergelangan tangan dorsal melalui terowongan subkutan
Tendon ekstensor jari dilakukan uji untuk ekstensi metakarpophalangealis (MP) dan
kemudian dibagi. Kemudian ditarik dan dijahit pada fleksor karpi radialis. Setelah
itu, PL dialihkan ke EPL (terlihat pada gambar 2.6).
Gambar 2.6
b. Kelumpuhan saraf ulnaris
Kelumpuhan saraf ulnaris akan menyebabkan keanehan bentuk tangan dengan
kehilangan sensori dan kelemahan yang signifikan. Tanda dan gejala kelumpuhan
saraf ulnaris termasuk kehilangan fungsi motorik dan sensorik.
Kelumpuhan saraf ulnaris rendah
Transfer tendon terisolasi tidak akan dapat mengembalikan semua kekuatan yang
hilang dalam kelumpuhan saraf ulnaris rendah. Sebuah transfer tendon FDS tunggal
dapat meningkatkan integrasi dari fleksi sendi MP dan sendi interphalangeal, gerakan
mencubit dari ibu jari dan gerakan meratakan lengkungan metakarpal.
Dalam prosedur ini, tendon superfisialis dari jari manis akan terkena. Slip radial dari
insersi dilepaskan proksimal dari sendi interphalangeal untuk mencegah hiperekstensi
dari sendi setelah transfer selesai. Slip ulnaris dilepaskan pada penyisipan terminal
dan dibagi menjadi 2 slip. Kedua slip ini diarahkan secara volar pada ligamentum
transversal metakarpal dalam dan kemudian ke arah dorsal, dijahit pada penyisipan
slip pusat aparatur dorsal dari falang tengah jari manis dan kelingking. Traksi pada
slip yang ditransfer harus melenturkan sendi MP dan memperpanjang sendi
interphalangeal proksimal.
Bila diharapkan peningkatan daya pegangan, penyisipan berbeda dilakukan. Dalam
keadaan ini, slip superfisialis diteruskan ke distal melalui selubung fleksor dan di
sekitar tepi distal katrol annulus kedua dan dijahit pada tempat tersebut. Dengan
penyisipan ini, tendon tidak akan memperpanjang sendi proksimal interphalangeal dan
hasilnya mirip dengan transfer dinamis untuk fleksi falang proksimal.
Melewati setengah radial dari tendon volar ke otot adduktor polisis dan ke dorsal
tendon fleksor digitorum profunda menuju insersi abductor polisis brevis (APB).
Traksi pada tendon ditransfer harus dalam posisi aduksi dan pronasi metakarpal
pertama. TheMP joints of the claw fingers are placed in 45° flexion, and the
proximalinterphalangeal joints are placed in 0° extension. Sendi MP dari jari-jari
posisi cakar ditempatkan 45° fleksi, dan sendi proksimal interphalangeal ditempatkan
di 0° ekstensi . The first metacarpal is adducted so that it is parallel to the plane of
thesecond metacarpal. Metakarpal pertama diadduksi sehingga sejajar dengan
metakarpal kedua. Posisi inidipertahankan dalam imobilisasi plaster selama 4 minggu.
Stabilitas distal untuk gerakan mencubit antara ibu jari dan jari telunjuk diperbaiki
dengan arthrodesis sendi MP dan prosedur ini ditunjukkan ketika pasien
mengembangkan tanda Jeanne transfer FDS terlihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7
Metode untuk mengelola kehilangan motor lain yang terkait dengan cerebralulnaris saraf
meliputi:
1. Capsulodesis sendi MP untuk memulihkan deformitas cakar. Dalam capsulodesis dari
sendi MP, sayatan melintang dibuat di lipatan palmar distal dan dipotong segitiga
menjadi ligamentum transversal metakarpal yang mendalam pada setiap sisi flap
volar (terlihat pada gambar 2.8). Tutup plat volar kemudian dimajukan, dimasukkan
ke dalam leher metakarpal, dan diimobilisasi selama 6 minggu.
Gambar 2.8
2. Tenodesis dorsal untuk memulihkan deformitas cakar. Untuk melakukan tenodesis
dorsal, otot ekstensor karpi radialis longus dan ekstensor karpi ulnaris akan
terekspose. Setiap tendon dipotong pada perbatasan tengah dan sepertiga distal otot.
Tendon setengahnya terbebas dipotong distal tetapi dibiarkan melekat pada
penyisipan pada metakarpal. Setiap setengah tendon kemudian dibagi secara
longitudinal untuk mendapatkan 4 slip. Setiap slip disalurkan melalui ruang interoseus
dan diteruskan ke sisi radial jari masing-masing. Slip melewati volar pada ligamentum
metakarpal melintang dalam dan insersi dimasukkan ke dalam band lateral aparatus
dorsal (terlihat pada gambar 2.9).
Gambar 2.9
3. Transfer FDS untuk memulihkan deformitas cakar. Dalam transfer FDS untuk
deformitas cakar, tendonFDS dibagi menjadi 4 slip dan melewati kanal lumbrical dan
volar padal igamentum transversal metakarpal dalam. Setiap slip dapat dimasukkan ke
dalam band lateral aparatus dorsal atau ke katrol annular kedua selubung fleksor
(terlihat pada gambar 2.10).
Gambar 2.10
4. Metode untuk meningkatkan daya cengkeraman. Metode terbaik yang tersedia untuk
meningkatkan kekuatan untuk pegangan memerlukan penambahkan unit tendon otot
ekstra untuk fleksi falang proksimal. Daya cangkraman ditingkatkan dengan
mentransfer ekstensor pergelangan tangan atau brakioradialis untuk melenturkan
sendi MP.
5. Transfer untuk mengkombinasikan kekuatan falang proksimal dan mengintegrasikan
fleksi jari. Setelah ekstensor karpi radialislongus dilewatkan di sisi radial lengan
bawah, diperpanjang oleh graft di slip 2-4. Hal ini kemudian melewati terowongan
karpal, volar ke ligamentum metakarpal dalam dan ke lateral band dari aparatus
dorsal (terlihat pada gambar 2.11). Transfer ini akan meningkatkan kekuatan untuk
fleksi jari.
Gambar 2.11
6. Transfer ke meningkatkan gerakan mencubit dan meluruskan lengkungan metakarpal.
Transfer brakioradialis diperpanjang dengan tendon graft, melalui sela antara
metakarpal ketiga dan keempat, untuk diinsersikan pada tuberkulum abduktor ibu jari
(terlihat pada gambar 2.12). Transfer ini menambah kekuatan untuk gerakan
mencubit.
Gambar 2.12
7. Perbaikan lengkungan metacarpal. Tendon ekstensor digiti minimi dipotong pada
tempat insersinya, meninggalkan sebuah bidang untuk dijahit dengan unit ekstensor
digitorum communis. Unit otot dan tendon ditarik ke pergelangan tangan dan
melewati otot abduktor polisis longus dan fleksor karpi radialis. Tendon ekstensor
digiti minimi kemudian dilewatkan secara subkutan dalam arah diagonal sehingga
dapat dijahit ke periosteum dari leher metakarpal kelima.
8. Metode untuk meningkatkan gerakan mencubit pada ujung . Sebuah slip dari abduktor
polisis longus yang memanjang dengan tendon graft dari PL atau plantaris
dimasukkan ke dalam tendon dari interoseus dorsal pertama (terlihat pada gambar
2.13).
Gambar 2.13
9. Tendon transfer untuk abduksi jari kelingking. Setengah bagian dari ekstensor digiti
minimi diarahkan volar pada ligamentum melintang metakarpal dalam dan dijahit
dengan perlekatan phalangeal dari ligamentumagunan radial berasal dari sendi MP
jari kelingking. Jika jari kelingking dalam posisi mencakar dan abduksi,
tendondimasukkan melalui katrol annularkedua dari selubung fleksor (terlihat pada
gambar 2.14).
Gambar 2.14
10. Tenodesis dari sisi ke sisi untuk fleksi jari dan pergelangan tangan. Tenodesis dari sisi
ke sisi pada tendon profundus dari jari manis dan kelingking menuju tendon
profundus jari tengah di lengan akan meningkatkan kekuatan untuk pegangan (terlihat
pada gambar 2.15).
Gambar 2.15
c. Kelumpuhan saraf median
Kelumpuhan saraf median disebabkan oleh luka penetrasi atau perforasi lengan bawah
atau daerah pergelangan tangan. Defisit motorik terutama melibatkan hilangnya
oposisi ibu jari pada cedera di regio pergelangan tangan atau lengan bawah distal,
pada luka yang lebih proksimal muncul hilangnya oposisi ibu jari dan kelemahan
parah dari fleksor ekstrinsik tangan.
Dalam kasus kelumpuhan saraf median tinggi atau rendah, kelumpuhan saraf median
terkait dengan cedera tendon pada regio pergelangan tangan, transfer tendon proprius
biasanya merupakan pilihan pertama. Namun, dalam kasus cedera rendah pada regio
pergelangan tangan dengan saraf median yang mengalami perbaikan sering transfer
oponens tidak diindikasikan. Pasien ini biasanya kembali fungsi dari APB dalam 6
bulan dan dalam kasus luka yang parah, memiliki pengembalian fungsi dalam satu
tahun..
Royle-Thompson opponensplasty
Tendon yang paling sering digunakan untuk opponensplasty ibu jari adalah FDS dari
jari manis atau jari tengah. Dalam teknik Royle, motor dilewatkan keatas selubung
dari fleksor polisis longus dan bagian tendon superfisialis melekat pada kepala
dangkal dari fleksor polisis brevis dan polisis oponens. Modifikasi Thompson dari
prosedur ini menggunakan katrol dan regio yang lebih dangkal untuk transfer ini.
Ujung distal ligamentum karpal transversus dan perbatasan ulnaris dari fascia
palmaris digunakan sebagai katrol, dan perjalanandari digitorum superfisialis yang
ditransfer adalah subkutan. Dua perlekatan dibuat, slip pertama superfisialis terpasang
melalui lubang yang dibor di leher metakarpal pertama, sementara yang lain ditarik
diatas sendi MP dan dijahit ke dalam mekanisme kap dari falang proksimal.
Typical Bunnell opponensplasty
Dalam typical opponensplasty bunnell, tendon superfisialis dari jari manis
dihilangkan. Insisi lain dibuat proksimal pergelangan tangan di atas arteri ulnaris dan
regio saraf. Tendon FCU diidentifikasi, kemudian tendon FCU diekpose pada
proksimal os pisiformis dan dibagi dua, dengan kedua bagian distal tersisa melekat
pada os pisiformis. Sebuah terowongan subkutan dibuat pada telapak tangan dari
jempol ke regio os pisiformis. FDS dari jari manis ini kemudian dilakukan insisi
pergelangan tangan melintas secara subkutan dari os pisiformis ke insisi ibu jari.
Ujung distal dari FCU kemudian dijahit pada os pisiformis untuk membuat loop tetap
dapat dengan mudah melalui FDS.
Metode lampiran distal
Baik opponensplasty Bunnell dan Royle-Thompson opponensplasty memerlukan
perkatan tulang (terlihat pada gambar 2.16). Hal ini dapat mempersulit prosedur
transfer oposisi. Jika transfer oposisi dapat menduplikasi fungsi dari APB, akan
didapatkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, tendon yang ditransfer hanya
terjalin ke dalam tendon dari APB. Perlekatan Riordan menggunakan jalinan transfer
menuju tendon APB, tapi jika diteruskan ke distal ke dalam kap ibu jari MP bersama
dan untuk tendon EPL atas falang proksimal. Tempat perlekatan yang lebih besar ini
nyata meningkatkan kekuatan perpanjangan sendi interphalangeal ibu jari. Namun,
tanpa fleksor polisis longus, dapat muncul deformitas hiperekstensi .
Gambar 2.16
Brand's method of distal attachment interweaves one slip of the superficialis through
thetendon of the APB and continues it on to the EPL. Metode Brand’s lampiran distal
menjalin satu slip dari superfisialis melalui tendon APB kemudian melanjutkannya
pada tendon EPL. Namun, slip lainnyadatang di mekanisme ekstensor subkutan dan
melekat ke daerah polisis adduktor (terlihat pada gambar 2.16). Metode
inimenciptakan stabilitas yang cukup besar dalam sendi MP Proprius extensor tendon
opponensplasty
Tendon ekstensor proprius opponensplasty
Saat ini transfer tendonproprius telah menjadi populer. Baik ekstensor indicis
propriusdan ekstensor digiti minimi telah terbukti baik untuk pemulihan oposisi.
Insisi pendek dibuat di atas sendi MP jari telunjuk atau kelingking. Insisi lain dibuat
di atas dasar metakarpal kelima. The extensor digiti minimiis brought into the more
proximal incision, and a subcutaneous tunnel is created aroundthe ulnar border of
forearm across the palm to the area of the thumb MP joint. Tendon ekstensor digiti
minimi dibawa ke dalam insisi yang lebih proksimal dan terowongan subkutan dibuat
sekitar perbatasan ulnaris lengan di telapak tangan ke daerah sendi MP ibu jari. Katrol
untuk transfer ini adalah regio ulnaris lengan bawah.
Ketika ekstensor indicis proprius digunakan, tendon dihilangkan bersama dengan
sebagian kecil dari pembungkus tendon. Defek pada pembungkus tendon diperbaiki.
Insisi yang lebih besar pada dorsal ulnaris dibuat di lengan bawah distal. Insisi ini
memungkinkan dokter bedah untuk menggantikan tendon ke lengan pada
aspek ulnaris nya. Sebuah insisi tambahan dibuat di regio os piriformis dan sendi
jempol MP. Tendon kemudian dilewatkan melalui aspek ulnaris pergelangan tangan
menyeberang sendi MP. Lampiran ini dibuat menggunakan metode Riordan dan
katrol yang digunakan adalah regio ulnaris lengan bawah (terlihat pada gambar 2.17).
Gambar 2.17
Pengganti ekstrinsik pada kelumpuhan saraf median
Pada kelumpuhan saraf median tinggi, kurangnya fungsi terjadi pada lengan bawah
dan fleksor-pronator pergelangab tangan, dengan pengecualian dari FCU. Absent
muscles include all of theFDS, the 2 radial profundi, and the flexor pollicis longus.
Pada kelumpuhan ini mencakup gangguan fungsi pada otot-otot FDS, 2 radial
profundi, dan fleksor polisis longus.
Ketika mempertimbangkan penggantian ekstrinsik, fungsi-fungsi yang perlu diganti
harus ditentukan. The flexor power in the long and index fingers, range of motionin
the index finger, and range of motion and power in the interphalangeal joint of
thethumb are desired. Harus dipertimbangkan kekuatan fleksor pada jari tengah dan
telunjuk, rentang gerak jari telunjuk, dan rentang gerak maupun kekuatan dalam sendi
interphalangeal ibu jari. Hanya 2 atau 3 unit otot atau tendon yang dapat digunakan
untuk transfer. In high median nervepalsy, the brachioradialis and the extensor carpi
radialis longus are available. Pada kelumpuhan saraf median tinggi transfer yang
dapat digunakan adalah brakioradialis dan ekstensor karpi radialis longus.
Sebuah alternatif untuk mentransfer langsung untuk pemulihan fungsi ekstrinsik
adalah penjahitan sisi ke sisi fleksor digitorum profundi jari manis dan jari kelingking,
yang dimana mengalami inervasi pada regio ulnaris, sampai regio denervasi pada sisi
radial. Penggunaan jahitan pada ekstensor karpi radialis longus ke FDP jari telunjuk
dan jari tengah dilakukan untuk pasien yang membutuhkan kekuatan sisi radial dan
pada pasien ini tidak mungkin untuk mendapatkan reinnervasi yang signifikan setelah
neurorrhaphy (terlihat pada gambar di bawah). Dalam rangka untuk melakukan
transfer tendon untuk jari telunjuk atau jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari,
pergelangan tangan harus memiliki rentang gerak maksimal. Demikian pula pada
penggunaan brakioradialis ke fleksor polisis longus membutuhkan rentang gerak
pergelangan tangan yang maksimal.
Terlihat pada gambar 2.18, pengganti ekstrinsik menggunakan brakioradialis ke
fleksorpolisis longus (A) dan ekstensor karpi radialis longus ke profundi jari telunjuk
dan jari tengah (B). Dalam kedua situasi tersebut, transfer yang ditunjukkan adalah
end-to-end. If the patient has any chance of extrinsic return following grafting, the
transfer should be end-to-side. Jika pasien memiliki kesempatan untuk
mengembalikan fungsi ekstrinsik melalui graft, transfer harus end-to-side. Teknik
end-to-end yang ditampilkan di sini digunakan pada pasien yang tidak mungkin untuk
menembalikan fungsi ekstrinsik.
Gambar 2.18
Penatalaksanaan Postoperatif
Pada tranfer tendon secara umum sendi yang dilewati tendon diimobilisasi dalam
posisi fungsi yang sedang direkonstruksi. Detail imobilisasi seperti derajat dan lamanya
waktu imobilisasi bervariasi. Studi semakin banyak dilakukan untuk membandingkan
regimen awal gerak aktif dengan regimen gerak pasif atau imobilisasi gips. Studi-studi
tersebut menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Pada transfer tendon fleksor, tangan pasien ditempatkan dalam sebuah splint
immobilisasi yang tepat untuk melindungi sambungan tendon. Menempatkan pergelangan
tangan pada 20-30 ° fleksi dan sendi MP pada 60-90 ° fleksi. Sendi IP dibiarkan dalam posisi
ekstensi. Pasien dibiarkan menggunakan splint sampai kunjungan pertama, 1 minggu pasca
operasi. Pada transfer fleksor umumnya diimobilisasi selama 4 minggu atau dengan protokol
gerakan awal, biasanya terdiri dari gerakan pasif, gerakan aktif ditunda sampai sekitar 4
minggu pasca operasi. Setelah pasca operasi minggu keempat protokol reedukasi motorik
dimulai. Protokol ini termasuk latihan kognitif, biofeedback, dan aktivitas berorientasi tugas .
Reedukasi motorik terus dilakukan selama 1-3 bulan.
Pada transfer tendon ekstensor, pasien displint dengan pergelangan tangan pada posisi
30 ° ekstensi dan sendi MP ekstensi. Sendi IP dibiarkan dalam posisi fleksi. Seperti transfer
fleksor, pasien dibiarkan menggunakan splint sampai kunjungan pertama, 1 minggu pasca
operasi. Transfer ekstensor umumnya diimobilisasi selama kurang lebih 4 minggu. Setelah 4
minggu, protokol reedukasi motorik dilakukan seperti pada transfer tendon fleksor.
2.8 Komplikasi
Komplikasi operasi tendon transfer pada ektremitas atas, merupakan komplikasi yang
umum pada setiap operasi di ekstremitas atas. Komplikasi ini termasuk kemungkinan yang
relatif kecil terjadinya infeksi luka, kehilangan darah atau hematoma, cedera pada saraf, atau
cedera pada tendon. Pada sambungan tendon dibuat dapat terjadi ruptur pada sambungan
tendon tersebut. Sebagian besar sambungan yang dilakukan dengan Pulvertaft weave. Karena
jalinan dengan Pulvertaft weave cukup kuat dan ruptur pada sambungan jarang terjadi. Akan
tetapi sambungan Pulvertaft weave dapat terpisah sebagai akibat dari tarikan akibat splinting
yang tidak benar atau berlebih. Perlu diperhatikan kemungkinan bahwa transfer tidak
berfungsi seperti yang diinginkan karena tegangan terlalu longgar atau terlalu ketat.
Penggunaan stimulasi intraoperatif untuk mengevaluasi transfer dan tegangan akan
membantu untuk meminimalkan hasil pascaoperasi yang mengecewakan.
Tendon yang ditransfer dapat berkurang fungsinya karena perlekatan tendon yang
kuat sehingga dapat mengurangi ekskursi. Terapi agresif yang tepat akan mengurangi
terjadinya adhesi, tetapi pada beberapa kasus mungkin tidak mampu mengatasi pembentukan
adhesi yang kuat. Penggunaan obat anti-inflamasi pada periode pasca operasi juga dapat
mengurangi pembentukan adhesi. Tenolysis setelah 3-6 bulan mungkin diperlukan untuk
memaksimalkan fungsi. Setelah tenolysis, penggunaan agresif protokol gerak aktif dan pasif
diperlukan.
Komplikasi yang tidak diinginkan dapat muncul dari otot donor, kekuatan otot donor
biasanya agak berkurang setelah ditransfer. Salah satu contoh adalah hilangnya ekstensi
pergelangan tangan setelah ECRL ditransfer. Perencanaan yang teliti dan evaluasi pra operasi
dan intraoperatif yang tepat akan mengurangi komplikasi dai otot donor yang tidak terduga.
Meskipun sudah secara tepat melakukan perencanaan atau pre-operatif, pelaksanaan
operasi dan post-operatif, beberapa pasien yang tidak termotivasi dan inkooperatif, tidak
mampu mengembangkan reedukasi motorik baik. Pasien-pasien ini mungkin merasakan
manfaat dari efek tenodesis dari transfer, tetapi mereka tidak mencapai manfaat yang
maksimum.
2.9 Prognosis
Prognosis pada pasien transfer tendon tergantung pada spesifikasi setiap transfer
seperti kuantitas dan kualitas fungsi yang masih utuh, pilihan donor yang tersedia, kelenturan
sendi, dan adanya sensasi yang masih utuh sehingga prognosis bisa sangat bervariasi. Ketika
fungsi hilang karena ruptur tendon atau kelumpuhan neuromuskuler, transfer tendon
umumnya memberikan prognosis yang baik, berupa peningkatan yang cukup baik dalam
fungsi motorik, terlihat pada gambar 2.19, opponensplasty menggunakan ekstensor indicis
proprius untuk pengobatan kelumpuhan saraf median ringan.
Gambar 2.19
Penguatan transfer berkelanjutan dan reedukasi motorik yang ditingkatkan dapat
menghasilkan keuntungan fungsional dan perbaikan yang berkelanjutan, mulai terlihat 1
tahun setelah operasi. Namun, pada kebanyakan pasien, perubahan kecil fungsi yang
membaik sudah mulai terlihat 6 bulan setelah operasi. Hasil operasi transfer tendon secara
substansial dipengaruhi oleh terapi pasca operasi dengan kekooperatifan dan motivasi pasien.
Tanpa terapi yang baik dan motivasi pasien, hasil yang baik sulit untuk diperoleh.