TEAR FILM acak

25
BAB I PENDAHULUAN Mata adalah merupakan sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Selain struktur mata sendiri, mata memiliki struktur aksesori mata salah satu dari struktur aksesori tersebut adalah sistem lakrimalis atau aparatus lakrimalis. 1 Sistem lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal dan saluran lakrimal. Kelenjar lakrimal yang berada di atas bola mata ini menghasilkan air mata yang berfungsi untuk membasahi dan mengkilapkan permukaan kornea, menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan memberikan nutrisi pada kornea sedangkan saluran lakrimal berfungsi untuk drainase. 2 Air mata merupakan lapisan tipis sekitar 7-10 μm yang melapisi permukaan kornea dan kongjungtiva. Air mata ini akan mengalir melewati mata dan kemudian ke duktus lakrimal. Lubang kecil dari tiap ujung palpebra medial merupakan pintu gerbang untuk masuknya air mata ke saluran lakrimal, yang kemudian ke sakus lakrimal yang ada pada sisi hidung dan diteruskan ke duktus nasolakrimalis dan kemudian ke dalam hidung. 3 Bila terdapat kelainan pada komposisi normal dari air mata 1

Transcript of TEAR FILM acak

Page 1: TEAR FILM acak

BAB I

PENDAHULUAN

Mata adalah merupakan sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya

pada fotoreseptor, yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Selain

struktur mata sendiri, mata memiliki struktur aksesori mata salah satu dari struktur

aksesori tersebut adalah sistem lakrimalis atau aparatus lakrimalis.1

Sistem lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimal dan saluran lakrimal.

Kelenjar lakrimal yang berada di atas bola mata ini menghasilkan air mata yang

berfungsi untuk membasahi dan mengkilapkan permukaan kornea, menghambat

pertumbuhan mikroorganisme, dan memberikan nutrisi pada kornea sedangkan

saluran lakrimal berfungsi untuk drainase.2

Air mata merupakan lapisan tipis sekitar 7-10 μm yang melapisi

permukaan kornea dan kongjungtiva. Air mata ini akan mengalir melewati mata

dan kemudian ke duktus lakrimal. Lubang kecil dari tiap ujung palpebra medial

merupakan pintu gerbang untuk masuknya air mata ke saluran lakrimal, yang

kemudian ke sakus lakrimal yang ada pada sisi hidung dan diteruskan ke duktus

nasolakrimalis dan kemudian ke dalam hidung.3 Bila terdapat kelainan pada

komposisi normal dari air mata maka akan menyebabkan terganggunya fungsi dan

timbulah keluhan pada penderita.

1

Page 2: TEAR FILM acak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Air Mata

Air mata merupakan komposisi dari kelenjar sekresi lakrimalis mayor dan

minor, sel-sel goblet dan kelenjar meibom. Normal merupakan lapisan tipis

sekitar 7-10 μm yang melapisi permukaan kornea dan kongjungtiva.12,13

Fungsi dari air mata :

1. Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadikan

ketidakteraturan minimal di permukaan epitel.

2. Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungitva

yang lembut.

3. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik

dan efek antimikroba.

4. Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.

Dan film air mata terdiri atas tiga lapisan yaitu :

1. Lapisan superfisial

Film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar meibom. Diduga

lapisan ini menghambat penguapan dan tnembentuk sawar kedap air saat

palpebra ditutup.

2. Lapisan akueosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan

minor, mengandung substansi larut air (garam dan protein).

3. Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel

epitel kornea dan konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein

dan karenanya relatif hidrofobik. Permukaan yang demikian tidak dapat

dibasahi dengan larutan berair saja. Musin diadsorpsi sebagian pada

membran sel epitel kornea dan oleh mikrovili ditambatkan pada sel-sel

epitel permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi

lapisan akuosa untuk menyebar secara merata ke bagian yang dibasahinya

dengan cara menurunkan tegangan permukaan.8

2

Page 3: TEAR FILM acak

Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 μL di setiap mata. Air mata

mengandung : 4

1. Gama globulin IgA, IgG, IgE.

2. Lysosim.

3. Glukosa 2,5 mg / deciliter.

4. Urea 0,04 mg / deciliter.

5. K+, Na+, Cl-.

6. pH : 7,357.Osmolaritas : 295-300 m osmol/l

7. Lapisan-Lapisan Film Air Mata.

3

Page 4: TEAR FILM acak

Albumin mencakup 60%dari protein total air rnata, sisanya globulin dan

lisozim yang berjumlah sama banyak. Terdapat imunoglohulin IgA, IgG, dan IgE.

Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari IgA serum karena bukan

berasal dari transudat serum saja; IgA juga di produksi sel-sel plasma di dalam

kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis vernal,

kosentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata menyusun 21-

25% protein total, bekerja secara sinergis dengan gamma globulin dan faktor anti

bakteri non-lisozim lain, membentuk mekanisme pertahanan penting terhadap

infeksi.8

Enzim air mata lain juga bisa berperan dalam diagnosis berbagai kondisi

klinis tertentu, misalnya hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs.

K+, Na+, dan CI- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata daripada di

plasma. Airmata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea

(0,04mg/dL). Perubahan kadar dalam darah sebanding dengan perubahan kadar

glukosa dan urea dalam air mata. pH rata-rata air mataa dalah 7,357 meskipun ada

variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, airmata bersifat

isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309osm/L.8

4

Page 5: TEAR FILM acak

2.2 Anatomi Sistem Lakrimalis

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi

dan drainase air mata, sistem lakrimalis terdiri dari 2 bagian yaitu :4,5,6

1. Sistem sekresi lakrimal, yang terdiri atas kelenjar lakrimal dan kelenjar

lakrimal aksesori yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air

mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata).

2. Sistem ekskresi lakrimal, yang mengalirkan sekret ke dalam hidung, terdiri

dari pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimalis, sakus lakrimalis, dan

duktus nasolakrimalis.

A. Sistem sekresi terdiri dari :5,6,7

1. Kelenjar lakrimal

5

Page 6: TEAR FILM acak

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak di

fossa glandulae lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Duktus kelenjar ini

mempunyai panjang berkisar 6-12mm, berjalan pendek menyamping di bawah

konjungtiva. Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral

aponeurosis levator menjadi :

a. Lobus orbita

Adapun kelenjar utama ini memproduksi 95% komponen air dari air mata

dengan duktus ekskretorius yang bermuara ke forniks superior. Kelenjar

ini berbentuk seperti buah kenari dan lebih besar, terletak di dalam fossa

glandula lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang

dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator

palpebrae.

b. Lobus palpebra

Bagian palpebra lebih kecil, terletak tepat di atas segmen temporal forniks

konjungtiva superior. Disini bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar

lakrimal dengan forniks konjungtiva superior dihubungkan oleh duktus

sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar 10 lubang kecil.

Pengangkatan bagian kelenjar palpebra akan memutus semua saluran

penghubung dan mencegah seluruh kelenjar bersekresi. Lobus palpebra

kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikan palpebra superior.

Vaskularisasi glandula lakrimal berasal dari arteri lakrimalis. Vena yang

mengalir dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drainase limfe menyatu

dengan pembuluh limfe konjungtiva lalu mengalir ke dalam limfonodus pra-

aurikula. Sedangkan inervasi glandula lakrimalis adalah nervus lakrimalis

(sensoris) cabang dari devisi pertama Trigeminus, nervus petrosus superficialis

magna (sekretoris ) berasal dari nukleus salivarius superior dan saraf simpatis

yang menyertai arteria dan nervus lakrimalis.

2. Kelenjar Lakrimal Aksesorius

6

Page 7: TEAR FILM acak

Kelenjar ini terletak di dalam substansia propia konjungtiva palpebra, tepat

di atas segmen temporal dari fornix konjungtiva superior dan memproduksi 5%

komponen air dari air mata. Meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar

utama, kelenjar lakrimal aksesorius mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar

Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak memiliki

ductulus. Kelenjar - kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama di forniks

superior. Sel - sel goblet uniseluler yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi

glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis

di tepian palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi

kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film air mata.

B. Sistem eksresi terdiri dari : 4,5,6,7

1. Punctum Lakrimalis.

Pungtum lakrimalis terletak di sebelah medial bagian superior dan inferior

dari kelopak mata dengan diameter 0,3 mm. Pungtum relatif avaskular dari

jaringan sekitarnya, selain itu warna pucat dari pungtum ini sangat membantu jika

ditemukan adanya sumbatan. Pungtum lakrimalis biasanya tidak terlihat kecuali

jika kelopak mata dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior punctum 0,5 mm,

7

Page 8: TEAR FILM acak

sedangkan jarak masing-masing ke kantus medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm.

Air mata dari kantus medial masuk ke punctum lalu masuk ke kanalis lakrimalis.

2. Kanalikuli Lakrimalis

  Berasal dari pungtum lakrimalis pada puncak papilla lakrimalis, terlihat

pada tepi ekstremitas lateral lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan

lebih pendek, awalnya berjalan naik,dan kemudian berbelok dengan sudut yang

tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju sakus lakrimalis. Duktus

inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hampir horizontal menuju sakus

lakrimalis. Pada sudut kanalis lakrimalis mengalami dilatasi yang disebut

ampulla. Pada setiap papilla lakrimalis serat otot tersusun melingkar dan

membentuk sejenis sfingter.

3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)

Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan

terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan

prosesus frontalis maksila. Bentuk sakus lakrimalis oval dan ukuran panjangnya

sekitar 12-15 mm; bagian ujungnya membulat, bagian bawahnya berlanjut

menjadi duktus nasolakrimal.

Suplai darah sakus lakrimalis antara lain berasal dari cabang palpebra

superior dan inferior dari arteri oftalmika, arteri angularis, arteri infraorbitalis

cabang dari arterisphenopalatina, kemudian mengalir ke vena angularis, vena

infraorbitalis dan vena-vena di hidung. Saluran getah bening masuk ke dalam

glandula submandibular danglandula cervicalis. Persarafan berasal dari cabang

nervus infratrochlearis dari nervus nasociliaris dan antero-superior nervus

alveolaris.

4. Duktus Nasolakrimalis

Duktus Nasolakrimalis memiliki panjang lebih kurang 13 mm dan keluar

dari ujung bawah sakus lakrimalis. Duktus berjalan ke bawah, belakang dan

lateral di dalam kanalis osseosa dan bermuara ke dalam meatus nasi inferior,

muara ini dilindungi oleh plika lakrimalis (Hasner). Duktus nasolakrimal terdapat

8

Page 9: TEAR FILM acak

pada kanal osseus, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal

inferior.

2.2 Fisiologi Sistem Lakrimalis

Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama yaitu sistem sekresi

lakrimal yaitu kelenjar lakrimalis dan sistem eksresi lakrimal (drainase). Kelenjar

lakrimalis sebagai komponen sekresi menghasilkan berbagai unsur  pembentuk

cairan air mata dan normalnya menghasilkan sekitar 1,2 µl air mata per menit.

Sebagian hilang melalui evaporasi, sisanya dialirkan melalui sistem nasolakrimal. 6,10,11

Refleks sekresi air mata dapat berupa refleks sekresi dasar ataupun sekresi

terkait stimulasi. Pada saat mengedipkan mata (blinking), air mata akan

diproduksi dan terbentuk lapisan air mata (musin-air mata-lipid) kemudian

diratakan oleh palpebra. Sekresi dasar ini dimediasi oleh nucleus lacrimalis.

Sekresi lain disebabkan oleh stimulasi kornea dan konjungtiva berupa pecahnya

lapisan air mata (tear break up) dan pembentukan titik kering (dry spot). Ini

berada di bawah kendali sistem parasimpatis. Stimulasi ini terjadi ketika terdapat

benda asing/ corpus allienum pada mata. Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh

emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati

tepian palpebra (epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal sebagai

“pensekresi dasar". Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara

kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun

banyak airmata dari kelenjar lakrimal.12,13

Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan sesuai

dengan jumlah yang diuapkan dan itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke

sistem ekskresi. Sistem eksresi lakrimal yang terdiri dari pungtum lakrimalis,

kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, melanjutkan proses

sekresi air mata yang telah mengalir membasahi kornea dan konjungtiva. Setiap

mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga

memendekkan kanalikuli horizontal. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata

akan masuk ke pungtum sebagian karena hisapan kapiler. Dengan menutup mata,

9

Page 10: TEAR FILM acak

bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang mengelilingi ampula mengencang untuk

mencegah air mata keluar. Secara bersamaan  palpebra ditarik ke arah krista

lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi sakus lakrimalis berakibat

memendeknya kanalikuli dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus. Kerja

pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus, yang kemudian masuk

melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya berat dan elastisitas

jaringan – ke dalam meatus inferior hidung.8,9,12

Melalui pungtum lakrimalis yang terletak medial bagian atas dan bawah

kelopak mata, bagian bawah pungtum terletak lebih lateral dibanding pungtum

atas. Secara normal pungtum agak inversi, setiap pungtum dikelilingi oleh

ampulla, dengan setiap pungtum mengarah ke kanalikuli.10,11,14

10

Page 11: TEAR FILM acak

Setelah dari pungtum lakrimalis air mata mengarah ke kanalikuli,

kanalikuli merupakan struktur nonkeratinasi, epitel squamous non musin yang

bejalan 2mm vertikal dan berputar 90° dan berjalan 8-10 mm medial dan

berhubungan dengan sakus lakrimalis. Kanalikuli lakrimalis berjalan ke medial

dan bermuara ke dalam sakus lakrimalis, yang terletak di dalam fossa lakrimalis di

belakang ligamentum palpebra medial dan merupakan ujung atas yang buntu dari

duktus nasolakrimalis. Dari kanalikuli lakrimalis ini air mata diteruskan ke sakus

lakrimalis oleh traksi fascia yang mengelilingi sakus lakrimalis, berakibat

memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negative di dalam sakus,

kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus.10,11,14

Sakus lakrimalis terletak anterior medial orbital, berada dalam cekungan

tulang yang dibatasi oleh lakrimal anterior dan posterior, dimana tendo kantus

medial melekat. Pada tendo kantus medial merupakan struktur kompleks

berkomposisi krura anterior dan posterior. Dari medial ke lamina papyracea

merupakan bagian tengah dari meatus hidung, kadang juga terdapat sel ethmiod.

Bagian kubah dari sakus memanjang beberapa mm di atas tendo kantus medial.

Pada bagian superior, sakus ini dilapisi dengan jaringan fibrosa. Ini menjelaskan

mengapa pada kebanyakan kasus, distensi sakus lakrimalis memanjang dari

inferior ke tendo kantus medial. Pada bagian lateral, sakus lakrimal ini

bersambung pula dengan duktus nasolakrimalis. Dari sini air mata kemudian

berjalan melalui duktus nasolakrimalis.6

11

Page 12: TEAR FILM acak

Duktus nasolakrimalis berukuran 12 mm atau lebih panjang. Berjalan

melalui tulang dalam kanalis nasolakrimalis yang melengkung inferior dan sedikit

latero posterior. Di ujung distal duktus nasolakrimalis terdapat lipatan – lipatan

yang menyerupai katup milik epitel pelapis sakus yang berfungsi untuk

menghambat aliran balik udara dan air mata. Struktur ini penting karena bila

tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan

dakriosistitis menahun. Dan karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan

air mata jatuh ke dalam meatus inferior hidung.6

Kegagalan pembentukan ostium yang mengarah ke dalam hidung ini pada

kebanyakan kasus adalah disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis

kongenital.3 Obstruksi sistem drainase saluran lakrimal kongenital biasanya

disebabkan oleh blok membran dari katup Hasner yang menutupi bagian akhir

dari saluran nasolakrimal dapat terjadi pada 50% bayi baru lahir. Sebagian besar

obstruksi terbuka spontan dalam 4-6 minggu setelah kelahiran. Suatu obstruksi

menjadi terbukti secara klinis hanya pada 2 % - 6% bayi cukup bulan pada usia 3-

4 minggu. Pada kasus tersebut, sepertiganya melibatkan kelainan bilateral. Rata-

rata 90% dari obstruksi duktus nasolakrimal simptomatik berakhir pada tahun

pertama kehidupan.15

3. 3 Pemeriksaan Sistem Lakrimalis

Pada pemeriksaan sistem lakrimalis ini ada dua hal yang perlu kita lihat,

yaitu :

1. Fungsi sekresi :

a. Uji Schrimer I

Penderita diperiksa dikamar dengan penerangan redup dan tidak

mengalami manipulasi mata berlebihan sebelumnya. Uji ini dilakukan

dengan cara menyelipkan kertas filter whatman no.41 dengan ukuran

5x30mm pada forniks konjutiva bulbi bawah dan ujung lainnya dibiarkan

menggantung. Dikatakan ada gangguan sekresi bila setelah 5menit bagian

yang basah <10mm, bila >10mm berarti hipersekresi atau pseudoeforia.

b. Uji Schrimer II

12

Page 13: TEAR FILM acak

Uji ini dilakukan bila pada uji schrimer I kertas basah <10mm setelah

5menit . Uji sama dengan uji schrimer I tetapi dengan meneteskan anastesi

lokal pada mata yang diperiksa dan merangsang hidung selama 2menit.

jika tidak basah selama 5menit maka reflek sekresi dikatakan gagal.

Normalnya kertas filter akan basah 15mm setelah 5menit.

13

Page 14: TEAR FILM acak

2. Fungsi ekskresi :

a. Uji Anel

Uji ini dilakukan untuk memeriksa fungs eksresi lakrimal, dengan cara

memberikan anastesi topikal setelah itu dilakukan dilatasi pungtum

lakrimal. Jarum anel dimasukan pada pungtum dan kanalikuli lakrimalis.

Lalu dilakukan penyemprotan denga garam fisiologik. ditanyakan kepada

pasien merasa cairan masuk kedalam tenggorokannya. Bila hal ini ada,

bererti fungsi ekresi lakrimal baik, bila tidak berarti terdapaat penyubatan

pada duktus nasolakrimalis.

b. Uji Rasa

Satu tetes larutan sakarin diteteskan pada konjungtiva, bila pasien merasa

manis setelah 5menit berarti sistem eksresi airmata baik.

14

Page 15: TEAR FILM acak

15

Page 16: TEAR FILM acak

BAB III

PENUTUP

Kamar operasi atau instalasi bedah sentral adalah suatu unit di rumah sakit

yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara

elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus

lainnya.

Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari area bebas terbatas

(unrestricted area) dimana pada area ini petugas dan pasien tidak perlu

menggunakan pakaian khusus kamar operasi, kemudian area semi ketat (semi

restricted area) dimana pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus

kamar operasi, dan juga area ketat/ terbatas (restricted area) dimana pada area ini

petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan

melaksanakan prosedur aseptik.

Kamar operasi yang baik harus memenuhi kriteria kamar operasi dan

melakukan pembersihan kamar operasi teratur sesuai jadwal, tujuannya untuk

mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta mempertahankan sterilitas.

Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi juga perlu

diperhatikan, tergantung jenis limbah dengan prinsip yaitu limbah padat ditangani

terpisah dengan limbah cair.

16

Page 17: TEAR FILM acak

DAFTAR PUSTAKA

1. Sloane E, Anatomi dan Fisologi Untuk Pemula, Alih bahasa : Veldman J.

Jakarta : EGC; 2003. Hal 184-6.

2. Witcher, John P. 2000. Air mata. Oftalmologi Umum Vaughan.Edisi

14.Jakarta : Widya Medika. Hal 94.Sims, Judith. 2002. 

3. Lacrimal Duct Obstruction. Gale Encyclopedia of Medicine. Diakses dari

www.lifestyle.com pada tanggal 28 Oktober 2009.

4. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Fakultas

kedokteranUniversitasIndonesia. Jakarta : EGC. 2005

5. J. Jack, Kanski Clinical Opthalmology, sixth edition, hal.151, 1633.

6. Eva. Roirdan Paul & Whitcher J.P. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury,

Edisi 17. Jakarta : EGC. 2007

7. www.emedicine.com

8. Asbury T, Eva PR, Vaughan DG. Oftalmologi umum. Alih bahasa:

Tambajong J, Pendit BU. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2000. Hal.21, 91-

8.

9. Snell RS. Anatomi klinik. Alih bahasa : Sugiharto L. Edisi 6. Jakarta : EGC;

2006. Hal.768.

10. Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. Thieme.

NewYork. 2000.

11. Miller, Stehen J.H. Parsons’ Disease Of the Eye. 8th Ed. Churchilllivingstone.

New york. 1990.

12. Kanski JJ. Clinical Opthalmology. 3rd edition. London: Butler and Tamer;

1994. Hal. 68-9.

13. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi pertama. Yogyakarta: Bagian

Ilmu Penyakit Mata FKUGM. 2007.

14. Newell, Frank W. Ophthalmology. Principles and Concepts. 6th Ed.TheCV.

Mosby Company. Taiwan 1986.

15. Skuta, Gregory L. Cantor, Louis B. Weiss, Jayne S. Basic and Clinical

Science Course : Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Section 7. United

17

Page 18: TEAR FILM acak

Stated of America : American Academy of Ophtalmology: 2009-2010. Hal.

266-67.

16. Sastrosatomo H, Irwan D, Simangunsong L. Penanganan Gangguan Sistem

Ekskresi Lakrimal. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hal. 87

18