tb paru laporan kasus
description
Transcript of tb paru laporan kasus
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit yang menular melalui udara ini menyerang seluruh tubuh
terutama paru-paru. 1 Setelah menemukan kuman penyebab penyakit ini 120 tahun
lalu, Robert Koch merasa yakin penyakit mematikan ini bisa dimusnahkan dari muka
bumi. 2 Namun yang terjadi sekarang justru sebaliknya. Mycobacterium tuberculosis
telah menginfeksi hampir 2 miliar orang atau sepertiga dari total penduduk dunia.
Pada tahun 2004, sekitar 14,6 juta orang mengidap TB paru aktif dengan timbulnya 9
juta kasus baru. Dua juta di antaranya berakhir dengan kematian. Tidak berhenti
sampai di situ, WHO memperkirakan hingga tahun 2020 jumlah orang yang terinfeksi
TB paru akan bertambah 1 miliar orang lagi. Dengan kata lain, terjadi pertambahan
jumlah infeksi lebih dari 56 juta orang setiap tahunnya. Angka ini sangat
memprihatinkan karena berarti ada 2-4 orang yang terinfeksi M.tuberculosis setiap
detik dan hampir 4 orang meninggal setiap menit karena TB paru. 3
Indonesia merupakan negara ketiga dengan masalah TB paru terbesar di dunia
setelah India dan Cina. Berdasarkan data RS Sulianti Saroso di Indonesia terdapat
583 ribu kasus TB paru setiap tahun dan 140 ribu di antaranya meninggal dunia. Jika
dihitung, setiap hari ada 425 orang yang meninggal akibat TB paru. Dibandingkan
dengan penyakit menular lainnya seperti HIV/AIDS dan Demam Berdarah Dengue
(DBD), TB paru merupakan pembunuh dengan tingkat kematian tertinggi. TB paru
juga merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit
pernapasan akut.4 Seluruh fakta ini menunjukkan perlunya dilakukan upaya-upaya
yang optimal dalam memberantas TB paru untuk mencegah timbulnya lebih banyak
lagi korban jiwa.
Sebenarnya TB paru bukannya tidak dapat ditanggulangi. Sejak akhir Perang
Dunia II, telah ditemukan obat anti TB paru. Selain mengobati, upaya preventif juga
dapat dilakukan melalui pemberian vaksin. Hingga sekarang pun penelitian untuk
menemukan obat-obat dan vaksin-vaksin baru yang lebih ampuh terus dilakukan.
1
Salah satu contoh keberhasilannya adalah penemuan obat TB paru baru,
fluoroquinolone, pada pertengahan tahun 2005.5 Selain upaya penelitian juga ada
strategi penyembuhan TB paru yang direkomendasikan oleh WHO. Strateginya yang
telah diterapkan di seluruh dunia adalah DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse). DOTS diperkenalkan pertama kali pada tahun 1991 dan masuk ke
Indonesia pada tahun 1995.1 Dalam mendukung penerapan strategi DOTS ini,
pemerintah menyediakan paket Obat Anti Tuberculosis (OAT) secara gratis. Tidak
hanya itu, pada tanggal 24 Maret 1999 dibentuk Gerakan Terpadu Nasional
(Gerdunas) TB paru. Pembentukan Gerdunas ini merupakan bukti kuatnya komitmen
untuk menanggulangi TB paru dengan melibatkan semua pihak mulai dari
pemerintah, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pihak-
pihak lain yang terkait.6
Namun, angka kematian yang masih tetap tinggi membuktikan bahwa upaya
penanggulangan TB paru belum optimal. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan
masyarakat yang masih kurang. Sebagian besar masyarakat masih menganggap TB
paru sebagai penyakit yang bisa diobati dengan mudah (Ganich, 1999). Selain itu,
masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa TB paru bisa disembuhkan asal
mendapatkan pengobatan yang benar. Ketidaktahuan masyarakat dapat disebabkan
oleh rendahnya tingkat pendididikan serta kurangnya akses informasi yang pada
akhirnya menjadi hambatan bagi pelaksanaan program-program penanggulangan TB
paru sehingga hasilnya belum seperti yang diharapkan.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Nyonya N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun
Alamat : Jl. Segaran no 265 kel. 9 ilir, kec. Ilir Timur II, Palembang
Pekerjaan : Pegawai toko
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
MRS : 21 Maret 2009
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 6 bulan SMRS, os mengeluh batuk-batuk hilang timbul, dahak (+) warna putih
kental <1/2 sendok teh tiap kali batuk. Sesak (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan menurun (-), keringat malam (-). BAK dan BAB biasa. Os minum obat
yang dibeli sendiri di apotek, keluhan berkurang.
± 1 bulan SMRS, os mengeluh sesak napas, sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas,
cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur posisi miring ke kiri. Napas bunyi
mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali
batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan tiap kali batuk.
Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (-),
muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). BAK dan BAB biasa. Os
minum obat yang dibeli sendiri, keluhan demam berkurang.
3
± 2 minggu SMRS, os mengeluh sesak napas bertambah, sesak tidak dipengaruhi
posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke
kiri. Napas bunyi mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1
sendok teh tiap kali batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan
tiap kali batuk. Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati
(+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os berobat
ke poliklinik RSMH dan seminggu kemudian os diberikan obat yang membuat BAK
warna merah. BAB biasa.
± 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas yang menghebat, sesak tidak dipengaruhi
posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Napas bunyi mengi (-),batuk (+) dengan
dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali batuk. Demam (+) naik turun,
menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) 1 kali, isi
apa yang dimakan, darah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os
masih meminum obat yang menyebabkan BAK berwarna merah, keluhan tidak
berkurang. BAB biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit tb paru disangkal
Riwayat sakit maag (+) >2 tahun yang lalu, os tidak teratur berobat
Riwayat sakit hipertensi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat sakit batuk berdarah oleh tetangga.
4
Status gizi
Diet sebelum sakit : 3x sehari, teratur
Variasi diet
Karbohidrat : nasi, ½ piring sekali makan
Protein : tahu, tempe sering hampir tiap hari, ikan sebulan 2x
Lemak : daging, sepotong, jarang, sebulan 1x
Sayur : tiap hari
Buah : seminggu 2x
Susu : tiap hari 1 gelas
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit
Keadaan sakit : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : (BB 44 kg,TB:160 cm) IMT= 17,19
Kesan : Kurus tingkat ringan
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x/ menit, teratur, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 26 x/ menit
Temperatur : 37º celcius
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis
(-), spider nevi (-), telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
Kelenjar getah bening di submandibula, supraclavicula, leher, axila, inguinal tidak
teraba
5
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi tampak sakit, warna rambut hitam, rambut mudah
rontok (-), deformitas (-)
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat
(-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan mata ke segala
arah baik
Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-)
Telinga
Kedua meatus acusticus eksternus normal, pendengaran baik
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-),
atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2)
cmH2O, hipertrofi musculus sternocleidomastoideus (-), kaku kuduk (-)
Dada
Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
6
Paru:
Anterior
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri
dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru, batas paru-hepar ICS VI,
peranjakan hepar 2 sela iga
Auskultasi : vesikuler (+) N, ronki basah sedang pada lapangan bawah paru
kanan, wheezing (-).
Posterior
Inspeksi : Statis: kanan sama dengan kiri
Dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremitus kanan > kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) N, ronki basah sedang pada seluruh lapangan paru
kanan, wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung atas ICS II, kanan LS dextra, kiri LMC sinistra
Auskultasi : HR 86 x/ menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium,
hipogastrium, dan hipokondrium kanan.
Perkusi : thympani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
7
Genital : tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali
lambat (-)
Ekstremitas bawah : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak kaki pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali
lambat (-)
RESUME
Seorang perempuan dengan inisial nyonya N, 28 tahun datang dengan keluhan utama
sesak napas yang menghebat sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
± 6 bulan SMRS, os mengeluh batuk-batuk hilang timbul, dahak (+) warna putih
kental <1/2 sendok teh tiap kali batuk. Sesak (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
nafsu makan menurun (-), keringat malam (-). BAK dan BAB biasa. Os minum obat
yang dibeli sendiri di apotek, keluhan berkurang.
± 1 bulan SMRS, os mengeluh sesak napas, sesak tidak dipengaruhi posisi, aktivitas,
cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke kiri. Napas bunyi
mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali
batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan tiap kali batuk.
Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (-),
muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). BAK dan BAB biasa. Os
minum obat yang dibeli sendiri, keluhan demam berkurang.
± 2 minggu SMRS, os mengeluh sesak napas bertambah, sesak tidak dipengaruhi
posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Os lebih nyaman tidur pada posisi miring ke
kiri. Napas bunyi mengi (-), batuk (+) dengan dahak warna putih kekuningan <1
8
sendok teh tiap kali batuk. Batuk berdahak lebih hebat di pagi hari >2 sendok makan
tiap kali batuk. Demam (+) naik turun, menggigil (-). Os juga megeluh nyeri ulu hati
(+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os berobat
ke poliklinik RSMH dan seminggu kemudian os diberikan obat yang membuat BAK
warna merah. BAB biasa.
± 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas yang menghebat, sesak tidak dipengaruhi
posisi, aktivitas, cuaca, maupun emosi. Napas bunyi mengi (-),batuk (+) dengan
dahak warna putih kekuningan <1 sendok teh tiap kali batuk. Demam (+) naik turun,
menggigil (-). Os juga mengeluh nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) 1 kali, isi
apa yang dimakan, darah (-). Nafsu makan menurun (+), keringat malam (+). Os
masih meminum obat yang menyebabkan BAK berwarna merah, keluhan tidak
berkurang. BAB biasa.
Pada lingkungan os terdapat tetangga yang menderita batuk berdarah.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum os adalah tampak sakit sedang dan
kesadarannya compos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 kali/menit,
teratur, isi dan tegangan cukup, pernapasan 26 kali/menit, temperatur 370C, IMT
(berat badan= 44 kg dan tinggi badan=160 cm) = 17,19, kesan kurus tingkat ringan,
JVP (5-2) cmH2O. Pada pemeriksaan paru didapatkan ronki basah sedang di
lapangan bawah paru kanan. Pada pemeriksaan abdomen; nyeri tekan (+)
epigastrium, hipogastrium dan hipokondrium kanan.
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thorax PA no.R317 (12 Maret 2009)
Kondisi foto baik
Simetris kanan=kiri
Trakea di tengah
Tulang-tulang baik
Sudut costophrenicus kiri tajam, kanan tumpul
Diafragma tenting (-)
CTR< 50%
Sela iga tidak melebar
Parenkim: infiltrat pada seluruh lapangan paru
Kesan: TB Paru
Pemeriksaan Sputum BTA (12 Maret 2009)
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. BTA I 2+ Negatif
2. BTA II 2+ Negatif
3. BTA III 1+ Negatif
10
DIAGNOSA KERJA
Kasus baru TB paru on therapy BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi
DIAGNOSA BANDING
Pneumonia + malnutrisi
PENATALAKSANAAN :
Non farmakologis:
- Istirahat
- O2 3L/menit
- Diet TKTP
Farmakologi:
- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi kombinasi DOEN gtt XXX/menit
- OBH 3x1 C
- Antasid syrup 3x1 C
- Rifampisin 10mg/kgBBx44kg=440mg=1x450mg
- INH 5mg/kgBBx44kg=220mg=1x200mg
- Pirazinamid 25mg/kgBBx44kg=1100mg=1x1000mg
- Etambutol 15mg/kgBBx44kg=660mg=1x750mg
- Vit B1B6B12 3x1
- Domperidon tab 3x1 prn
- Ceftriaxone 1x1g
RENCANA PEMERIKSAAN :
Kultur dan resistensi sputum m.o
Darah rutin
Kimia klinik
11
Follow Up
Tanggal 22 Maret 2009S Sesak napasO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
Compos mentis110/80 mmHg90x/menit30x/menit37ºC
Conjungtiva palpebra pucat (-) Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)
PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 90x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datarP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium dan hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak teraba
13
GenitaliaEkstremitas
P : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak diperiksaEdema (-)
A Tb paru kasus baru on therapy (+) + infeksi sekunder + malnutrisi
P Planning- Kultur dan resisten sputum m.o- Darah rutin- Kimia klinik
Non Farmakologis- Istirahat- O2 3L/menit- Diet TKTP
Farmakologis- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi
kombinasi DOEN gtt XXX/menit - OBH 3x1 C- Antasid syrup 3x1 C- Rifampisin 1x450mg - INH 1x200mg- Pirazinamid 1x1000mg- Etambutol 1x750mg- Vit B1B6B12 3x1- Ceftriaxone 1x1g
Tanggal 23 Maret 2009S BatukO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Compos mentis100/80 mmHg92x/menit24x/menit36,6ºC
Conjungtiva palpebra pucat (-) Sclera ikterik (-)
14
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)
PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 92x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datarP :lemas, nyeri tekan (+) hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak diperiksaEdema (-)
15
Pemeriksaan Penunjang Hematologi No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. Hemoglobin 9,4 g/dl L: 14-18
g/dl; P: 12-
16 g/dl
2. Hematokrit 29 vol % L:40-48 vol
%, P:37-43
vol%
3. Leukosit 10.300/µl 5.000-
10.000/µl
4. Laju endap
darah
35 mm/jam L: < 10
mm/jam; P:
< 15 mm/jam
5. Hitung jenis 0/3/1/66/26/4 0-1/1-3/2-
6/50-70/20-
40/2-8
6. Trombosit 532.000/mm3 200.000-
500.000/mm3
Kimia KlinikNo. Pemeriksaan Hasil Nilai
Normal
1. BSS 102 g/dl
2. Ureum 19 mg/dl 15-39 mg/dl
3. Creatinin 0,6 mg/dl L:0,9-
1,3mg/dl;
P:0,6-
1,0mg/dl
4. Protein total 7,3 g/dl 6,0-7,8
5. Albumin 2,9 g/dl 3,5-5,0
16
6. Globulin 4,4 g/dl
7. SGOT 33 U/l <40 U/l
8. SGPT 72 U/l <41 U/l
9. Na 140
mmol/l
135-155
mmol/l
10. K 3,5
mmol/l
3,5-5,5
mmol/l
A Tb paru kasus baru on therapy BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi
P Planning- Kultur dan resistensi sputum m.o- Koreksi albumin
Non Farmakologis- Istirahat- Diet TKTP
Farmakologis- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi
kombinasi DOEN gtt XXX/menit - OBH 3x1 C- Antasid syrup 3x1 C- Rifampisin 1x450mg - INH 1x200mg- Pirazinamid 1x1000mg- Etambutol 1x750mg- Vit B1B6B12 3x1- Ceftriaxone 1x1g
Tanggal 24 Maret 2009S Sesak napasO: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperatur
Compos mentis100/70 mmHg102x/menit21x/menit36,6ºC
17
Keadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
GenitaliaEkstremitas
Conjungtiva palpebra pucat (-) Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
AnteriorI : statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan = kiriP : sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA : vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan, wheezing (-)
PosteriorI: statis: kanan sama dengan kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP: stemfremitus kanan > kiriP: sonor di seluruh lapangan paru kanan dan kiriA: vesikuler (+) normal, ronki basah sedang di seluruh lapangan paru kanan, wheezing (-)
I : ictus cordis tidak terlihatP : ictus cordis tidak terabaP : batas atas ICS II, batas kanan LS dextra, batas kiri LMC sinistraA : HR 102x/ menit murmur (-), gallop (-)
I : datarP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium dan hipokondrium kanan, hepar dan lien tidak terabaP : thympaniA : bising usus (+) normal
Tak diperiksaEdema (-)
18
A Tb paru kasus baru on therapy (+) + infeksi sekunder + malnutrisi
P Non Farmakologis- Istirahat- Diet TKTP
Farmakologis- IVFD D5:NaCl 0,9%:larutan nutrisi
kombinasi DOEN gtt XXX/menit - OBH 3x1 C- Antasid syrup 3x1 C- Rifampisin 1x450mg - INH 1x200mg- Pirazinamid 1x1000mg- Etambutol 1x750mg- Vit B1B6B12 3x1- Ceftriaxone 1x1g
19
ANALISA KASUS
TB paru adalah infeksi kronik pada paru yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan adanya
reaksi hipersensitifitas tipe lambat.7 Sumber penularan umumnya adalah penderita Tb
yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam(BTA).8,9,10
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks, pemeriksaan sputum BTA dan laboratorium
penunjang. Gejala klinis pada penderita Tb paru dibagi menjadi gejala sistemik dan
gejala respiratorik. Gejala sistemik berupa demam dan berkeringat pada malam hari,
badan terasa lemah, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan. Gejala
respiratorik berupa batuk, sesak napas dan rasa nyeri dada. Batuk biasanya lebih dari
3 minggu, kering sampai produktif dengan sputum mukoid atau purulen. Batuk darah
dapat terjadi bila ada pembuluh darah yang robek, sesak napas biasanya terjadi pada
penyakit yang sudah lanjut.11,12,13
Pada pasien ini, ditemukan gejala klinis berupa batuk≥ 3 minggu, sesak nafas,
keringat dan demam pada malam hari, serta nafsu makan dan berat badan menurun.
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik sangat tergantung pada luas dan
kelainan struktural paru. Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal, kelainan
umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah apikal lobus
bawah. Kelainan yang dapat ditemukan antara lain berupa bentuk dada yang tidak
simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem fremitus, redup pada
perkusi, suara napas bronkial/amforik/ vesikuler melemah,/ronkhi basah ataupun
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.11,13
Kelainan pulmo yang dapat ditemukan pada Ny.N adalah pada perkusi di
thorax posterior ditemukan stemfremitus kanan > kiri sedangkan pada auskultasi di
thorax anterior ditemukan ronki basah sedang di lapangan bawah paru kanan. Dan
pada auskultasi thorax posterior, ronki basah sedang terdengar di seluruh lapangan
paru kanan.
20
Dari pemeriksaan foto thorax standar pada TB paru yaitu foto thorax PA dan
lateral ditemukan gambaran lesi yang menyokong ke arah TB paru aktif biasanya
berupa infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas (terutama lebih
dari satu), bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral. Gambaran lesi tidak
aktif biasanya berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi, penebalan pleura, penarikan
hilus dan deviasi trakea.13 Berdasarkan luas lesi pada paru, ATS (American Thoracic
Society) membaginya atas lesi minimal, lesi sedang dan lesi luas.11,13 Pada foto toraks pasien ini tampak gambaran lesi berupa infiltrat di seluruh
lapangan paru kanan dan kiri. Berdasarkan gambaran lesi tersebut, luas lesi paru pada
pasien ini termasuk dalam lesi luas.
Selain itu, kita dapat menegakkan diagnosis paru berdasarkan hasil
laboratorium. Pemeriksaan BTA (Basil Tahan Asam) sangat penting dalam
menegakkan diagnosis TB Paru. Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum
makan, kental, purulen, dengan jumlah minimal 3-5 ml. Dahak diperiksa 3 hari
berturut-turut dengan pewarnaan Ziel Neelsen atau Kinyoun Gabbet. Untuk lebih
efisien, Depkes RI menganjurkan pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu)
yang dikumpulkan dalam 2 hari. BTA dikatakan positif bila BTA dijumpai
setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan BTA. Kultur lebih sensitif dibanding
BTA, namun membutuhkan waktu lebih lama (6-8 minggu). Metode yang dipakai
antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa dan Kudoh. Hasil pemeriksaan BTA sputum
Ny.N adalah +2,+2,+1 pada BTA I, II, III.
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang spesifik untuk TB paru. Kelainan yang
sering dijumpai adalah anemia, peningkatan laju endap darah, lekositosis dan
limfositosis.11 Pada pasien ini ditemukan anemia, leukositosis, dan peningkatan laju
endap darah.
Terminologi tipe penderita Tb dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kasus
baru, kasus kambuh, kasus gagal, kasus pindahan, kasus berobat setelah lalai, dan
kasus kronik. Kasus baru adalah penderita Tb paru yang belum pernah mendapat
OAT atau yang pernah mendapat OAT tetapi kurang dari satu bulan. Kasus kambuh
21
adalah penderita Tb paru dengan BTA positif yang sebelumnya sudah dinyatakan
sembuh, tetapi kini datang lagi dan pada pemeriksaan BTA memberikan hasil positif.
Kasus gagal adalah penderita Tb paru dengan BTA positif yang sudah mendapat
OAT, tetapi sputum BTA positif pada 1 bulan sebelum akhir pengobatan atau pada
akhir pengobatan. Batasan ini juga berlaku untuk penderita Tb paru dengan BTA
negatif yang sudah mendapat OAT, tetapi sputum BTA justru menjadi positif pada
akhir pengobatan fase awal. Kasus pindahan adalah penderita Tb paru dari
kabupaten/kota lain yang sekarang menetap di kabupaten/kota ini. Kasus berobat
setelah lalai adalah penderita Tb paru yang menghentikan pengobatan (2 bulan atau
lebih) dalam keadaan belum dinyatakan sembuh dan kini datang lagi untuk berobat
dengan BTA positif. Kasus kronik adalah penderita Tb paru dengan BTA yang tetap
positif, walaupun sudah mendapatkan pengobatan ulang yang adekuat dengan
pengawasan yang baik.13 Pasien ini sudah mendapat OAT selama 1 minggu, maka
kami mendiagnosis pasien ini dengan kasus baru Tb paru BTA (+) on therapy.
Terminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Tb paru BTA positif,
Tb paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang termasuk Tb paru BTA positif apabila
sputum BTA positif ≥ 2 kali, sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan kultur positif atau
sputum BTA positif ≥ 1 kali dengan klinis/radiologist sesuai dengan Tb paru. Tb paru
BTA negatif apabila klinis dan radiologist sesuai dengan Tb paru, sputum BTA
negatif dan kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru apabila sputum dan kultur
negatif, gejala klinis tidak menunjang dan gambaran radiologis menunjukkan
gambaran tak aktif.13
Medikamentosa obat anti Tuberkulosis dibagi 4 kategori. 14
Katego
ri
Kriteria penderita
Regimen pengobatan
Fase
Awal
Fase
lanjutan
I • Kasus baru BTA
(+)
• Kasus baru BTA
(-)
• Ro” (+) sakit
2 RHZE (RHZS)
2 RHZE (RHZS)
2 RHZE (RHZS)*
6 EH
4 RH
4 R3H3*
22
berat
• Kasus TBEP
berat
II Kasus BTA positif
• Kambuh
• Gagal
• Putus berobat
2 RHZES atau
1 RHZE
2 RHZES atau
1 RHZE*
5 RHE
5 R3H3E3*
III • Kasus baru BTA
(-)
• TBEP ringan
2 RHZ
2 RHZ
2 RHZ*
6 EH
4 RH
4 R3H3*
IV • Kasus kronik Obat-obat sekunder
Oleh karena pasien ini termasuk dalam kategori kasus baru, jadi perlu diobati
dengan OAT kategori I, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid, dan
Etambutol selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4 bulan Rifampisin dan
INH.
Pasien ini juga didiagnosis menderita infeksi sekunder dan malnutrisi.
Penatalaksanaan infeksi sekunder pasien ini dengan memberikan Ceftriaxone injeksi
1x1 gr. Sedangkan malnutrisinya diatasi dengan memberikan diet tinggi kalori tinggi
protein.
Dari hasil pemeriksaan kimia klinik Ny.N didapatkan kadar albumin yang
rendah, yaitu 2,9 gr/dl. Untuk mengatasinya, direncanakan untuk diberikan human
albumin.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien ini
kami diagnosa sebagai kasus baru TB paru BTA (+) + infeksi sekunder + malnutrisi.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Situs Rumah Sakit Penyakit Infeksi. [email protected]
2. Setelah 120 tahun, TBC masih menjadi momok. www.tempointeraltif.com
3. www.wikepedia.free.encyclopedia
4. Tuberkulosis di Indonesia. http://www.litbang.depkes.go.id/pdf.
5. Resistensi bakteri TBC. www.litbang.depkes.go.id
6. Gerdunas. http://Update.TBCIndonesia.or.id
7. Hiswani. Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih
Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. Available from URL:
l ibrary.usu.ac.id./download/fkm-hiswani12.pdf .
8. Anonym. Tuberkulosis. Available from URL: www.wikipedia.com.
9. Anonym. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta: 2006.
10. Anonym. Pulmonary Tuberculosis. Available From URL :
www.thenewstoday.info/2006/12/08/pulmonary.tuberculosis.html .
11. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat
Penerbitan FKUI; 2006
12. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik, Jakarta: Pusat Penerbitan
FKUI; 2006.
13. Ahmad, Zen. Diagnosis Tuberkulosis Paru, Diktat Kuliah, Palembang:
Subbagian Pulmonologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam.
14. Sawaluddin. Analisis Pelaksanaan Pengobatan Tb Paru Dengan
Strategi DOTS di Puskesmas Wilayah Kota Medan. Available from URL:
library.usu.ac.id./download/ /tesis-sawaluddin.pdf.
24