SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA …repo.apmd.ac.id/502/1/Skripsi Amir Machmud 2.pdfskripsi...
Transcript of SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA …repo.apmd.ac.id/502/1/Skripsi Amir Machmud 2.pdfskripsi...
SKRIPSI
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT
POLRES BANTUL POLDA DIY
Disusun Oleh :
AMIR MACHMUD
17530037
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
SKRIPSI
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH SATUAN PEMBINAAN
MASYARAKAT POLRES BANTUL POLDA DIY
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Disusun Oleh :
AMIR MACHMUD
17530037
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN MOTTO
TIDAK ADA BALASAN KEBAIKAN KECUALI KEBAIKAN ( PULA )
(Surat Ar Rahman : 60)
KERJA KERAS, KERJA CERDAS, KERJA TUNTAS DAN KERJA IKHLAS
(Penyusun)
TERIMA, NIKMATI, SYUKURI
( Penyusun )
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsiku ini untuk :
1. Simbok (Ibu Mariyah dan Bapak (Bapak Rubiyo) orang
tuaku tercinta, terima kasih untuk cinta, kasih sayang
pengertian, pengorbanan, dan perjuangan pantang menyerah
sejak lahir sampai kini
2. Kedua Mertuaku tercinta, terima kasih untuk cinta, kasih
sayang yang selalu memberi semangat, dukungan dan motivasi
dalam menuntut ilmu.
3. Istriku tercinta Julis Sulastri, A.Md, yang telah memberikan
semangat, doa dan dukungan, Thank’s for all
4. Anakku tercinta Mas Fira, Mas Ibnu, Mbak Tyak, Mbak
Naya, Mbak Rere, Mbak Rasya yang senantiasa menjadi
penyemangat dalam hidupku
Rekan-rekan anggota Polsek Pandak Bantul yang selalu
mendukung dan merasakan suka duka dalam menjalankan tugas
sebagai abdi negara.
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT
POLRES BANTUL POLDA DIY
Oleh:
Amir Machmud
17530037
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Polres Bantul Polda DIY, tepatnya pada Satuan
Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas ) Polres Bantul. Adapun permasalahan yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi komunikasi dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan narkotika oleh Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas ) Polres Bantul ?
2. Apakah faktor penghambat dari strategi komunikasi yang telah dilakukan oleh Satuan
Pembinaan Masyarakat ( Sat Binmas ) Polres Bantul dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkotika ? Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Subyektif, untuk
mendapatkan data dalam menyusun sripsi sebagai syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi ( SI Kom.) pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD)
Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi. 2. Tujuan Obyektif dari penelitian ini adalah : a.
Untuk mengetahui strategi komunikasi dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan
narkotikaoleh Satuan Pembinaan Masyarakat ( Sat Binmas ) Polres Bantul. b. Untuk
mengetahui faktor penghambat dari strategi komunikasi yang telah dilakukan oleh Satuan
Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas ) Polres Bantul dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkotika.Sedangkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : 1. Jenis penelitian adalah deskriptif. 2. Sumber data meliputi sumber primer
diperoleh dengan jalan observasi dan interviev sedangkan sumber sekunder diperoleh dari
kepustakaan , media internet, serta data yang tersedia di Satbinmas Polres Bantul maupun
Polsek wilayah sample penelitian.3. Teknik Pengambilan Sampling yang digunakan adalah :
a. Area Sampling , untuk menentukan 3 (tiga) Polsek sebagai wilayah sampelpenelitian
b.Porpusive Sampling , untuk menentukan responden penelitian tingkat Polres dan Polsek. 4.
Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini dilakukan dengan : studi dokumen atau
bahan pustaka, wawancara dan observasi.5. Validitas data dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode triangulasi. Selanjutnya hasil atau temuan dari penelitian ini adalah: 1.
Strategi komunikasi yang dilakukan oleh Sat Binmas Polres Bantul dalam upaya
penanggulangan penyalahgunaan narkotika adalah : penggunaan bahasa yang tepat,
penggunaan media yang efektif, menyesuaikan permintaan komunikan/ penerima /sasaran,
dan meminimalkan gangguan. 2. Faktor penghambat dari strategi komunikasi yang telah
dilakukan oleh Sat Binmas Polres Bantul adalah, ditingkat Polres tidak mengalami kendala
namun di tingkat Polsek kendala yang dihadapi adalah : kondisi geografis di lingkungan
pedesaan, keterbatasan media / alat, belum ada ide permohonan sosialisasi dr masyarakat, dan
media sosialisasi yang dipasang hilang / dirusak oknum yang tidak bertanggungjawab.
Kata kunci : strategi komunikasi,Sat Binmas, narkotika
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT penyusun panjatkan karena penyusunan
Skripsi dengan judul: “Strategi Komunikasi Dalam Upaya Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkotika oleh Satuan Pembinanaan Masyarakat Polres Bantul
Polda DIY” sudah selesai.
Penyusunan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada jurusan Ilmu
Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD)
Yogyakarta.
Dalam pennyusunan Skripsi ini penyusun banyak dibantu oleh berbagai
pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga kebaikan
Bapak/Ibu/Saudara mendapatkan pahala dari Alloh SWT. Ucapan terima kasih
kami haturkan kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa. Habib Muhsin,
S.Sos, M.Si atas kemudahan dan pemberian fasilitas selama penyusun
menjalani proses perkuliahan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi STPMD. Ade Chandra, S.Sos,M.Si atas
pemberian fasilitas selama penyusun menjalani proses perkuliahan.
3. Dosen Pembimbing Wali Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi
Ade Chandra, S.Sos,M.Si atas bimbingan, pengarahan, motivasi selama
penyusun kuliah di STPMD.
vii
4. Bapak/ Ibu Dosen dan Staf STPMD yang selalu memberikan bimbingan
dan pelayanan terbaik bagi penyusun selama kuliah.
5. Kapolres Bantul, AKBP Sahat Marisi Hasibuan, SIK,MH atas ijin belajar
dan ijin penelitian bagi penyusun.
6. Kasat Binmas Polres Bantul AKP Partuti Wijayanti, SH. atas ijin untuk
penelitian dan kesediaan menjadi Nara sumber.
7. Kanit Bintibmas Sat Binmas Polres Bantul IPTU Sudiasih beserta Staf atas
kesediaan untuk menjadi responden sekaligus menyiapkan data pendukung
penelitian.
8. Babinkamtibmas Polsek Dlingo, AIPDA Gangsal Wirajati, SH. atas
kesediaan menjadi responden.
9. Babinkamtibmas Polsek Pandak, Bripka Subawa, SH. atas kesediaan
menjadi responden.
10. Brigadir Nuchi Verachristi, SH. Anggota Polsek Pandak atas kesediaan
menyiapkan data pendukung kegiatan Polsek Pandak.
11. Babinkamtibmas Polsek Sedayu, AIPDA Ekwan Setyawan. atas kesediaan
menjadi responden.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu.
“Tidak Ada Gading Yang Tak Retak” ,dalam penulisan Skripsi ini
masih terdapat kesalahan dan kekurangan ,untuk itu penyusun mohon
kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan yang akan datang.
viii
Akhir kata penyusun mengucapkan selamat membaca, semoga Skripsi ini
bermanfaat.
Yogyakarta, 2 Agustus 2018
Penyusun,
Amir Machmud
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 3
1. Tujuan .................................................................... ......... 3
2. Manfaat ........................................................................ .... 3
D. Kerangka Konseptual .......................................................... 4
1. Strategi Komunikasi .............................................. ........ 4
a. Pengertian Komunikasi ............................................. 4
b. Fungsi Dan Kegunaan Komunikasi .......................... 7
c. Komponen Komunikasi ............................................ 10
d Faktor Penghambat Komunikasi.............................. 13
e. Strategi Komunikasi ........................................... ..... 15
2. Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas) ................. 17
3. Narkotika ....................................................................... 19
a. Pengertian Narkotika ............................................... 19
b. Jenis-jenis Narkotika ............................................... 20
xii
c. Penyalahgunaan Narkotika ...................................... 26
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 32
F. Metode Penelitian ................................................................ 32
1. Jenis Penelitian ……………………………………….. 33
2. Lokasi Penelitian …………………………………….... 34
3. Sumber Data ................................................................... 34
4. Teknik Pengambilan Sampling ...................................... 36
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................ .37
6. Teknik Analisa Data....................................................... 39
7 Validitas Data ................................................................ 40
BAB II. DESKRIPSI SAT BINMAS POLRES BANTUL.................... 42
A. Alamat Kantor Dan Wilayah Hukum ............................... 42
B. Visi Misi ........................................................................... 43
C. Gambar Logo Fungsi Binmas ........................................... 44
D. Job Diskripsi Satbinmas Polres Bantul ............................. 45
E. Struktur Organisasi Dan Sumberdaya Manusia (SDM) ... 47
BAB III. SAJIAN ANALISIS DATA ..................................................... .51
A. Aksi Dan Program Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat
Binmas) .............................................................................. 51
1. Polisi Sahabat Anak ................................................ 51
2. Police Goes To Campus ............................................ 54
3. Kampanye Anti Narkoba .......................................... 58
4. Kawasan Bebas Narkoba .......................................... 59
5. Sambang Warga ........................................................ 59
6. Saka Bhayangkara ..................................................... 61
7. Satuan Mahasiswa Bhayangkara (Satmabara) .......... 63
8. Pameran..................................................................... 64
9. Pembentukan Mitra Kamtibmas ............................... 65
10. Sosialisasi / Penyuluhan .......................................... 66
xii
B. Strategi Komunikasi Dalam Upaya Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkotika oleh Satbinmas Polres Bantul. 78
1. Penggunaan Bahasa Dan Teknik Komunikasi Yang
Tepat ........................................................................ 80
2. Penggunaan Media yang Efektif ............................... 85
3. Menyesuaikan Permintaan Komunikasi ................... 86
4. Meminimalkan Ganguan ........................................... 86
C. Faktor Penghambat Yang Dihadapi Sat Binmas Polres
Bantul terhadap Strategi Komunikasi Yang Dilakukan
Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika87
BAB IV. PENUTUP ................................................................................... 92
1. Kesimpulan ........................................................................... 92
2. Saran-saran ........................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika tidak mengenal umur, status sosial, latar
belakang pendidikan, pekerjaan. Data BNPN DIY angka
penyalahgunaan Narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba) tingkat
pelajar dan mahasiswa di DIY peringkat tertinggi se Indonesia.
Berdasarkan data angka penyalahgunaan Narkoba di DIY rangking
8 di Indonesia dengan jumlah 60.128 orang. Dari jumlah tersebut
28.000 orang coba pakai, 17.000 teratur pakai, 1.500 orang pecandu
Non suntik, lebih dari 1000 pecandu suntik
(https.//jogja.antaraNews.com)
Dalam jumpa pers di Gedung Pyramid Bantul 29/12/207 Kapolres
Bantul AKBP Imam Kabut Sariadi mengatakan pelaku
penyalahgunaan Narkoba di wilayah hukum Polres Bantul Rangking 3
di DIY. Lulusan SMA mendominasi pelaku penyalahgunaan Narkoba
sebesar 26 orang pada tahun 2016 24 orang pada tahun 2017.
Sedangkan SMP tahun 2016 sebanyak 13 orang, 2017 ada 12 pelaku
untuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 2016 ada 9 pelaku dan
tahun 2017 ada 10 pelaku. Untuk pendidikan Perguruan Tinggi tahun
2016 dan 2017 sama 2 orang pelaku.
Untuk klasifikasi usia, kisaran 25-40 tahun (usia produktif) tahun
2016 ada 32 kasus, 2017 ada 30 kasus pengungkapan kasus tahun 2016
2
sebanyak 44 kasus, tahun 2017 turun menjadi 39 kasus.Sedangkan
klasifikasi tersangka jumlah terbesar sebagai pengguna atau pemakai
tahun 2016 ada 33 pemakai 2017 ada 39 pemakai
(TribunJogja.com.2017/12/2).
Ironisnya pelaku penyalahgunaan Narkoba dikalangan pelajar dan
mahasiswa juga berasal dari keluarga atau orang tua yang
berpendidikan tinggi, karena kesibukannya tidak mengatahui putra
putri pemakai Narkoba. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan
anak merupakan salah satu faktor penyebab penyalahgunaan
Narkotika.
Untuk mengantisipasi penyalahgunaan Narkoba dimasyarakat
Bantul perlu upaya dari berbagai pihak, masyarakat, orang tua,
sekolah, instansi pemerintah, aparat penegak hukum untuk mengawasi
peredaran Narkoba.
Polri sebagai aparat penegak hukum berkewajiban menyampaikan
informasi tentang bahaya dan penyalahgunaan Narkoba kepada seluruh
warga masyarakat perlu srtategi komunikasi agar pesan moral bisa
sampai dan dimengerti oleh seluruh lapisan masyarkat di Bantul.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi komunikasi dalam upaya menanggulangi
penyalahgunaan Narkotika oleh Satuan Pembinaan Masyarakat (
Sat Binmas ) Polres Bantul ?
3
2. Apakah faktor penghambat dari strategi komunikasi yang telah di
lakukan oleh Satuan Pembinaan Masyarakat ( Sat Binmas) Polres
Bantul dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Subyektif
Untuk mendapatkan data dalam menyusun skripsi sebagai salah satu
syarat meendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Komunikasi (SI
Kom) pada Sekolah Tinggi Pembangunan dan Masyarakat Desa (STPMD)
Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi.
2. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui jenis strategi komunikasi yang di lakukan Sat
Binmas Polres Bantul dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan
Narkoba .
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dari implementasi atau
pelaksanaan strategi komunikasi yang telah dilakukan Sat Binmas
Polres Bantul DIY.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik.
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang ilmu komunikasi , khususnya teori
tentang strategi komunikasi. Selain itu penelitian ini diharapkan
4
dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti lain jika mengangkat
ide yang sama.
b. Manfaat Praktis.
Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi:
1. Binmas Polri.
Memberikan informasi tentang strategi komunikasi yang tepat
dalam melakukan sosialisasi tentang bahaya dan sanksi
penyalahgunaan narkotika.
2. Masyarakat.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tugas
Binmas Polri serta bahaya dan sanksi penyalahgunaan
narkotika.
3. Pemerintah.
Memberikan informasi kepada pemerintah khususnya
pemerintah kabupaten Bantul DIY, tentang data kasus
penyalahgunaan narkotika , sehingga bisa dijadikan
pertimbangan dalam menyusun program kebijakan “ Perangi
Narkoba” di wilayah ini.
D. Kerangka Konseptual
1. Strategi Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi.
Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu dalam pengertian secara umum dan pengertian
5
paradigmatik. Pengertian secara umum dapat dilihat dari dua
segi , yaitu:
1). Pengertian komunikasi secara etimologis.
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin communication, yang
bersumber dari kata communis, yang artinya sama dalam arti
kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal.
Jadi kumunikasi berlangsung apabila antara orang orang yang
terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang
sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka
komunikasi berlangsung. Dengan kata lain hubungan antara
mereka bersifat komunikatif.
2) Pengertian komunikasi secara terminologis.
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari
pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang, di mana seseorang menyatakansesuatu kepada orang
lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi adalah
manusia.Dengan istilah lain komunikasi manusia atau dalam
bahasa asing human communiation.
3). Pengertian komunikasi secara paradikmatis adalah:
6
Proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang
lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap , pendapat,
atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
melalui media.
Dari definisi tersebut tersimpul tujuan , yakni memberitahu
atau mengubah sikap(attitude), pendapat (opinion), atau
perilaku (behavior)( Onong Uchjana Effendy, 1993: 3- 5)
Stephen Littlejohn mengatakan; Communicationis difficult to
define. The word is abstract and, like most terms, posses
numerous meanings (komunikasi sulit untuk didefinisikan .
Kata “ komunikasi” bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah,
memiliki banyak arti.( Morissan, 2013 : 8 )
Frank Dance mengambil sebuah langkah besar dalam
mengklarifikasi konsep kasar ini dengan menggaris bawahi
sejumlah elemen yang digunakan untuk membedakan
komunikasi. Ia mendapatkan 3 (tiga) point dari “ perbedaan
konseptual yang penting yang membentuk dimensi dimensi
dasar komunikasi :
Dimensi yang pertama adalah tingkat pengamatan atau
keringkasan; Dimensi yang kedua adalah tujuan ; Dimensi
ketiga adalah penilaian normative. ( Stephen W. Littlejohn dan
Karen A. Foss, 2011 : 4-5 ).
7
Untuk memahami pengertian komunikasi berikut diambil
pendapat Harold Lasswell dalam karyanya , The Structure and
Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut:
Who Says, What In, Which Channel To, Whom Whith, What
Effet?
Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator,kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu(
Onong Uchjana Effendy,2016 : 10).
b. Fungsi dan Kegunaan Komunikasi.
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu pengetahuan memiliki
fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Secara klasik fungsi komunikasi ditujukan
untuk: 1) memberi informasi; 2) menghibur; 3) mendidik; 4)
membentuk opini public ( Hafied Cangara, 2017: 42)
Fungsi komunikasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
fungsi, yakni:
1) Menyampaikan informasi (to inform)
2) Mendidik (to educate)
3) Menghibur (to entertain)
8
4) Mempengaruhi (to influence) (Onong Uchjana Effendy,
2016:31).
David K. Berlo ( Hafied Cangara, 2017) menyebutkan , bahwa
komunikasi sebagai instrument interaksi sosial berguna untuk
mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk
mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan
keseimbangan dengan masyarakat.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa komunikasi tidak
dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat.
Selanjutnya dikemukakan oleh Goran Hadebro dalam bukunya
Communication and Social Change in Developing Nations
(1982)berhasil mengembangkan kegunaan media komunikasi
menjadi 12 (dua belas) fungsi, yakni:
1). Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan
nilai nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah
modernisasi.
2). Mengajarkan ketrampilan ketrampilan baru kepada
masyarakat.
3). Berperan sebagai pelipat ganda (multiplier effet) ilmu
pengetahuan dengan penyebarluasan melalui media
komunikasi.
9
4). Menciptakan effisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas
seseorang melalui informasi yang mereka terima dari
media , tanpa perlu mengunjungi tempat tempat yang
diinformasikan.
5). Meningkatkan aspirasi seseorang dengan informasi yang
dibaca , didengan, dan dilihat.
6). Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan
terhadap hal hal menyangkut kepentingan orang banyak.
7). Membantu masyarakat dalam menemukan nilai nilai baru
dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.
8). Mempertinggi rasa kebangsaan melalui penyajian informasi
yang menggugah rasa peduli pada nasib bangsa dan
Negara.
9). Meningkatkan aktivitas politik seseorang untuk ikut
mengambil bagian dalam penentuan kebijakan public.
10). Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat
melalui penyatuan sikap untuk menumbangkan tirani.
11). Menjadi sarana pembelajaran melalui pertukaran ide dan
pengalaman para anggota masyarakat tanpa mengenal
tempat dan jarak.
12). Mendukung pelaksanaan program program pembangunan
di bidang ekonomi, sosial serta keamanan dalam rangka
10
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.(Hafied Cangara,
2017: 42 – 43)
c.Komponen Komunikasi.
Terjadinya suatu proses komunikasi karena didukung oleh beberapa
elemen atau unsur, yakni:
1) Sumber
2) Pesan
3). Saluran
4). Penerima
5). Efek
6). Umpan Balik
7). Lingkungan atau situasi (Hafied Cangara, 2017 : 36 -37).
Dikemukakan oleh Lasswell, bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan : Who Says, What In, Which Channel
To, Whom With, dan What Effect meliputi :
1). Komunikator ( communicator, source, sender)
2). Pesan ( message)
3). Media ( channel, media)
4). Komunikan (communicant, communicateee, reeiver, recipient).
5). Efek(effect, impact, influence).( Onong Uchjana Effendy, 2016: 10)
Dinyatakan oleh Joseph R. Dominick, dalam Morissan (2015) “ Pada
dasarnya gagasan mengenai elemen komunikasi adalh juga teori yang
11
melihat komunikasi berdasarkan unsure unsure atau elemen yang
membentuknya, yang terdiri dari :
1). Sumber (komunikator).
Komunikator adalah sumber atau pengirim pesan dimana gagasan ,
idea tau pikiran berasal, yang kemudian akan disampaikan kepada
pihak lainnya yaitu penerima pesan.
2). Enkoding.
Enkoding adalah kegiatan yang dilakukan sumber atau pengirim
untuk menerjemahkan pikirandan ide idenya ke dalam suatu berita
yang dapat diterima oleh indra pihak penerima.
3). Pesan
Dinyatakan oleh Dominick dalam Morissan (2015), Pesan sebagai :
the actual physical product that the source encodes ( produk fisik
actual yang telah dienkoding sumber). Disini harus dibedakan
antara encoding dengan pesan. Enkoding adalah proses yang
terjadi di otak untuk menghasilkan pesan, sedangkan pesan adalah
hasil dari proses encoding yang dapat dirasakan dan dapat diterima
oleh indra.
4). Saluran.
Saluran atau chanel adalah jalan yang dilalui pesan untuk sampai
kepada penerima. Contoh gelombang radio dan televise, untuk
pesan melalui radio televisi, sentuhan huruf Braille bagi orang
12
buta, komunikasi tatap muka atau face to face communication atau
komunikasi interpersonal.
5). Dekoding.
Dekoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau
mengintepretasikan pesan pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang
memiliki arti bagi penerima.
6). Penerima (komunikan)
Penerima atau receiver atau disebut juga audiensi adalah sasaran
atau target pesan. Penerima sering pula disebut komunikan.
Penerima dapat berupa datu individu, satu kelompok, lembaga atau
bahkan suatu kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.
7). Umpan Balik.
Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respon dari
penerima pesan yang membentuk dan mengubah pesan berikut
yang akan disampaikan sumber. Umpan balik menjadi tempat
perputaran arah dari arus komunikasi. Artinya sumber pertama
kemudian menjadi penerima, sementara penerima pertama menjadi
sumber baru.Umpan balik berguna bagi sumber karena umpan
balik memungkinkan sumber untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan yang muncul. Umpan balik juga penting bagi penerima
karena memungkinkan penerima berusaha untuk mengubah elemen
elemen dalam komunikasi.
13
8). Ganggguan.
Gangguan adalah segala sesuatu yang mengintervensi proses
pengiriman pesan. ( Morissan, 2015: 17- 24)
d.Faktor faktor Penghambat Komunikasi.
Faktor penghambat komunikasi disebabkan karena gangguan atau
rintangan komunikasi. Menurut Shannon dan Weaver dalam bukunya
Hafied Cangara(2017), “ Gangguan komunikasi terjadi jika terdapat
intervensi terhadap salah satu komponen komunikasi sehingga proses
komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif.Seedangkan
rintangan komunikasi dimaksudkan yakni adanya hambatan yang
membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan
komunikator dan penerima.
Gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan atas 8 (delapan )
macam, yakni:
1). Gangguan teknis.
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan , sehingga informasi yang
ditransmisikan melalui saluran mengalami kerusakan ( channel
noise).
2). Gangguan semantik.
Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena adanya kesalahan pada bahasa yang digunakan.
3). Gangguan psikologi.
14
Adalah gangguan yang terjadi karena adanya persoalan yang timbul
dalam diri individu.
4). Rintangan Fisik dan Organik.
Adalah rintangan yang disebabkan oleh kondisi geografis. Dalam
komunikasi antarmanusia rintangan fisik bisa juga diartikan adanya
gangguan organic pada fisik manusia.
5). Rintangan Status.
Adalah rintangan yang disebabkan oleh jarak sosial diantara peserta
komunikasi.
6). Rintangan Kerangka Berpikir.
Adalah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi
antara komunikator dan khalayak.
7). Rintangan Budaya.
Adalah rintangan yang terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan
norma, niali, dan kebiasaan yang dianut oleh pihak pihak yang
berkomunikasi.
8). Rintangan Birokrasi.
Adalah terhambatnya suatu proses komunikasi yang disebabkan
oleh struktur organisasi.(Hafied Cangara, 2017: 40-41).
Dinyatakan oleh Morissan, setidaknya terdapat tiga jenis
gangguan dalam kumunikasi, yakni: gangguan semantik, gangguan
mekanik dan gangguan lingkungan. Gangguan semantik terjadi
bilamana orang memiliki arti yang berbeda atas kata kata atau
15
ungkapan yang sama. Contoh kata “tulang” bisa berarti tulang manusia
tatapi bisa berarti paman dalam bahasa Batak.
Gangguan mekanik terjadi jika munul masalah dengan alat yang
digunakan untuk membantu terjadinya komunikasi. Sedangkan
gangguan lingkungan terjadi jika sumber gangguan berasal dari luar
elemen elemen komunikasi yang sdh disebutkan bahasan sebelumnya.(
Morissan, 2015: 26).
e. Strategi Komunikasi.
1). Pengertian Strategi Komunikasi.
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu stratus yang
artinya tentara dan kata agein yang berarti memimpin. Dengan
demikian strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul
kata strategi yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi
strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang
para jenderal (The Art Of General), atau suatu ranangan yang terbaik
untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip ada prinsip
yang harus dicamkan, yakni “ tidak ada sesuatu yang berarti dari
segalanya keuali mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh,
sebelum mereka mengerjakanya.”
Karl von Clausewitz ( 1780 – 1831), seorang pensiunan jenderal
Prusia dalam bukunya On War merumuskan strategi ialah suatu seni
menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang.
Marthin – Anderson (1968) merumuskan ,strategi adalah seni dimana
16
melibatkan kemampuan intelegensi/pikiran untuk membawa semua
sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan denagn memperoleh
keuntungan yang maksimal dan efisien.
Pakar komunikasi juga dihadapkan pada persoalan , terutama
dalam kaitannya dengan strategi penggunaan sumberdaya komunikasi
yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Roger (1982)
memberi batasan pengertian strategi komunikasi sebagai suatu
rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam
skala yang lebih besar melalui transfer ide ide baru. Selanjutnya
Middleton (1980) membuat definisi dengan menyatakan “ Strategi
komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen
komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima
sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan
komunikasi yang optimal ” ( Hafied Cangara, 2017 : 64 ).
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen ( management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi , untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikian pula strategi komunikasi yang merupakan paduan
perenanaan komunikasi ( communication planning) dengan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan
17
bagaimana operasional nya secara praktis harus dilakukan , dalam arti
kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu waktu
tergantung pada situasi dan kondisi.(Onong Uchjana Effendy,2016 :
32).
2).Tujuan Strategi Komunikasi.
R. Wayne Pace , Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam
bukunya , Techniques for Effective Communiation, menyatakan bahwa
tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
a). to secure understanding,
b). to establish acceptance,
c).to motivate action.
Tujuan pertama adalah to secure understanding , memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Apabila komunikan
sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus
dibina ( to establish acceptance), pada akhirnya kegiatan dimotivasikan
(to motivate action)( Onong Uchjana Effendy, 2016: 32).
2. Satuan Pembinaan Masyarakat (Sat Binmas)
Satbinmas merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di
bawah Kapolres.Satbinmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat
yang meliputi kegiatan penyuluhan masyarakat, pemberdayaan Perpolisian
Masyarakat (Polmas), melaksanakan koordinasi, pengawasan dan
pembinaan terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa (pam
swakarsa), Kepolisian Khusus (Polsus), serta kegiatan kerja sama dengan
18
organisasi, lembaga, instansi, dan/atau tokoh masyarakat guna peningkatan
kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta terpeliharanya keamanan dan
ketertiban masyarakat.
Satbinmas menyelenggarakan fungsi:
Pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
dalam rangka
1. Peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan; pengembangan peran serta
masyarakat dalam pembinaan keamanan, ketertiban, dan
2. perwujudan kerja sama Polres dengan masyarakat;
3. pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain. remaja, pemuda, wanita, dan anak;
4. pembinaan teknis, pengkoordinasian, dan pengawasan Polsus serta
Satuan Pengamanan. (Satpam); dan
5. pemberdayaan kegiatan Polmas yang meliputi pengembangan kemitraan
dan kerja sama antara Polres dengan masyarakat, organisasi, lembaga,
instansi, dan/atau tokoh masyarakat.
3. Narkotika
a. Pengertian Narkotika
19
Narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-
pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan
cara memasukkan ke dalam tubuh. Menurut Undang-Undang No 35 tahun
2009 Pasal 1, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongangolongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini. Istilah Narkotika di kalangan
masyarakat dikenal dari singkatan “narkotik dan obat-obatan terlarang”
atau “narkotika dan obat-obatan berbahaya”. Selain istilah tersebut, banyak
lagi istilah yang digunakan dan dikenal masyarakat. Istilah narkotika di
kalangan bandar, pengedar, dan pemakai. Narkotika atau sering
disalahartikan sebagai drug atau sejenis zat yang memiliki ciri-ciri tertentu.
Berdasarkan pengaruhnya Soedjono Dirdjosisworo memberi pengertian
“narkotika sebagai sejenis zat yang memiliki ciri- ciri tertentu yang bisa
menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan
memasukkannya kedalam tubuh. Pengaruh tersebut berupa pembiusan,
hilang rasa sakitnya, rangsangan semangat, dan halusinasi atau timbulnya
khayalan- khayalan. (Soedjono Dirdjosisworo, 1990:33) Narkotika oleh
pemerintah pada dasarnya diperbolehkan atau diijinkan untuk diproduksi,
tetapi dengan pengawasan dari pemerintah, dalam hal ini diawasi oleh
Menteri Kesehatan. Narkotika hanya boleh digunakan untuk kepentingan
20
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, dalam kenyataan
sekarang ini banyak terjadi penyimpangan dalam penggunaan narkotika.
b. Jenis- Jenis Narkotika
Narkotika merupakan zat yang sebenarnya ditujukan untuk
pengobatan, namun dalam prakteknya banyak terjadi penyalahgunaan
narkotika untuk tujuan mencari kesenangan yang pada akhirnya
membahayakan jiwa pemakai. Penggunaan narkotika dalam dunia
kedokteran dalam pembiusan pasien yang akan menjalani operasi.
Narkotika tersebut diberikan sesuai dengan dosis yang tidak
membahayakan nyawa si pasien. Narkotika terdiri dari 3 golongan. Hal ini
dapat dilihat dalam penjelasan pasal 6 ayat (1) Undang- undang No.35
Tahun 2009 tentang narkotika yang membagi narkotika kedalam 3
golongan, antara lain:
1). Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang
berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan;
21
2). Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan
ketergantungan;
3). Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan
ketergantungan.
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 terntang Narkotika dalam
lampirannya juga menguraikan ada 65 macam narkotika yang
termasuk golongan I, untuk golongan II ada 86 macam, dan untuk
golongan III ada 14 macam narkotika. Dapat diketahui bahwa untuk
narkotika golongan I mempunyai potensi ketergantungan yang
sangat tinggi dibandingkan dengan jenis narkotika yang lain dan
hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan. Berbeda dengan narkotika golongan II dan golongan
III. Selain digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dapat
juga digunakan untuk kepentingan pengobatan. Narkotika untuk
kepentingan ikmu pengetahuan diatur dalam pasal 10 Undang-
Undang Narkotika, antara lain disebutkan bahwa lembaga ilmu
pengetahuan yang salah satu fungsinya melakukan kegiatan
percobaan, penelitian, dan pengembangan, dengan izin Menteri
Kesehatan dapat memperoleh, menanam, menyimpan, dan
22
menggunakan narkotika. Ketentuan ini dimaksudkan dalam rangka
pengawasan terhadap kegiatan menyangkut narkotika yang
dilakukan oleh pemerintah dan untuk mencegah jangan sampai
terjadi adanya penyalahgunaan maupun peredaran gelap narkotika.
Hal tersebut diatas sejalan dengan pasal 3 Undang-Undang
Narkotika, dengan adanya izin Menteri Kesehatan tersebut secara
formal pemerintah akan mengetahui lembaga-lembaga ilmu
pengetahuan mana yang secara resmi melakukan kegiatan
penggunaan narkotika untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Adapun
untuk jenis-jenis narkotika yang tidak mengakibatkan
ketergantungan (diluar golongan I, II dan III) dimasukkan ke dalam
golongan obat keras.
Jenis-jenis narkotika yang perlu diketahui dalam kehidupan sehari-
hari menurut M. Taufiq Makarao dkk, antara lain :
1) Candu
Candu atau yang disebut dengan Opium Berasal dari jenis tumbuh-
tumbuhan yang dinamakan papaver someniferum. Nama lain dari candu
selain opium adalah madat. Di Jepang disebut “ikkanshu” dan di China
dinamakan “japien”. Tanaman jenis ini banyak ditemukan di negara-
negara seperti Turki, Irak, Iran dan India. Bagian yang dapat
dipergunakan dari tanaman candu adalah getah yang diambil dari
23
buahnya. Dalam dunia kedokteran, candu dipakai sebagai pembunuh rasa
sakit yang kuat.
Ciri-ciri tumbuhan papver someniferum adalah:
a) Termasuk golongan tumbuhan semak (perdu);
b) Warna daun hijau tua (keperak-perakan);
c) Lebar daun 5-10 cm dan panjang 10-25 cm;
d) Permukaan daun tidak rata melainkan berlekuk-lekuk;
e) Buahnya berbentuk seperti tabung gong;
f) Pada tiap tangkai hanya terdapat 1 (satu) buah saja yang berbentuk
buah polong bulat sebesar buah jeruk, pada ujungnya mendatar dan
terdapat gerigi-gerigi. (M. Taufi Makarao,2003;22) Candu terbagi
dalam 2 (dua) jenis, yaitu candu mentah dan candu matang. Candu
mentah dapat ditemukan dalam kulit buah, dan bagianbagian yang
lainnya terbawa sewaktu pengumpulan getah yang mengering pada
kulit buah. Bentuk candu mentah berupa adonan seperti aspal lunak
berwarna coklat kehitam-hitaman. Adapun candu masak merupakan
hasil olahan dari candu mentah melalui rentetan pengolahan,
khususnya dengan pemanasan dan peragian dengan atau tanpa
penambahan bahan-bahan lainnya dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. Candu atau
24
opium ini turunannya menjadi morphine dan Heroine (putaw) dalam
bentuk sintesis (buatan yang diolah secara kimiawi difarmakologi).
Morphine dan Heroine hasilnya berupa pethidine dan methadone
yang digunakan sebagai obat. Ciri-ciri berbentuk bubuk, warna
coklat atau hitam dan mempunyai bau yang khas.
2) Morphine
Morphine adalah zat yang berkhasiat narkotika yang terdapat
pada candu mentah, diperoleh dengan mengolah secara kimia.
Morphine termasuk jenis narkotika yang membahayakan dan
memiliki daya eskalasi yang relatif cepat, dimana seorang pecandu
uantuk memperoleh rangsangan yang diinginkan selalu memerlukan
penambahan dosis yang lambat laun membahayakan jiwa. Apabila
pemakaian morphine disalahgunakan maka selalu menimbulkan
ketagihan psikis bagi pemakai. Dari penemuan ahli farmasi, hasil
bersama dari morphine dan opium atau candu menghasilkan codein,
efek codein lebih lemah dibandingkan Heroine.
3) Heroine
Berasal dari tumbuhan papaver someniferum, tanaman ini
menghasilkan codein, morphine, dan opium. Heroine disebut juga
putaw. Heroine mempunyai efek ketergantungan 4 kali lebih besar
daripada morphine. Oleh karena itu, Heroine tidak pernah dipakai
dalam dunia pengobatan dan hanya diperuntukan bagi para pemakai,
25
semata-mata untuk bersenang-senang bagi kehidupannya tidak dapat
melepaskan diri dari Heroine. Heroine biasanya dipakai dengan
disuntukan, dimakan atau dihisap dengan rokok.
4) Cocaine
Cocaine berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut
aritharoksilon coca. Untuk memperoleh Cocaine yaitu dengan
memetik daun coca, lalu dikeringkan di pabrik dan diolah dengan
bahan-bahan kimia. Serbuk Cocaine berwarna putih, rasa pahit, dan
lama-lama serbuk tadi menjadi basah. Dalam bidang ilmu
kedokteran, Cocaine dipakai sebagai obat pemati rasa jika
disuntukkan ketubuh pasien yang akan dioperasi, sehingga hilang
rasa sakit dn nyeri. Jika Cocaine dipakai sebagai obat luar, tentu
akan berbahaya bagi susunan syaraf.
5) Ganja
Ganja berasal dari bunga dan daun-daun sejenis tumbuhan
rumput bernama cannabis sativa. Sebutan lain dari ganja adalah
mariyuana, sejenis dengan mariyuana adalah hasis yang dibuat dari
dammar tumbuhan cannabis sativa. Efek dari hasis lebih kuat
daripada ganja. Ganja di Indonesia pada umumnya terdapat di daerah
Aceh. Ganja terbagi atas dua jenis yaitu ganja jenis jantan, dimana
jenis ini kurang bermanfaat, yaitu diambil seratnya saja untuk
pembuatan tali dan ganja jenis betina, jenis ini dapat berbunga dan
26
berbuah biasanya digunakan untuk rokok ganja. Selain dikenal
beberapa jenis ganja, terdapat pula beberapa fariasi tentang ganja
yaitu minyak ganja, dammar atau getah ganja yang disebut hasis
yang diperoleh dari hasil penyulingan, budha stik atau thai stik.
Penggunaan ganja pada umumnya dihisap seperti rokok yang
berbentuk lintingan. Dalam dunia kedokteran penggunaan ganja
tidak ada. Namun ganja dikenal sebagai penghilang rasa nyeri pada
pembedahan.
c. Penyalahgunaan Narkotika
1). Pengertian Penyalahgunaan Narkotika
Penyalahgunaan narkotika dapat diartikan dengan suatu perbuatan
yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum narkotika, dalam hal ini
adalah Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan
ketentuanketentuan lain yang termasuk dan tidak bertentangan dengan
Undang-Undang tersebut.
2). Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Narkotika
Narkotika apabila dipergunakan secara proporsional, artinya sesuai
menurut asas pemanfaatan, baik untuk kesehatan maupun untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, maka hal tersebut tidak dapat dikwalifikasi
sebagai tindak pidana narkotika. Akan tetapi apabila dipergunakan untuk
maksud-maksud yang lain dari itu, maka perbuatan tersebut dapat
dikategorikan sebagai perbuatan yang jelas sebagai perbuatan pidana dan
27
atau penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang No 35 tahun
2009. Bentuk penyalahgunnaan narkotika yang umum dikenal antara lain:
a) Penyalahgunaan/melebihi dosis
b) Pengedaran narkotika; karena keterikatan dengan sesuatu mata rantai
peredaran narkotika, baik nasional maupun internasional.
c) Jual beli narkotika; ini pada umumnya dilatarbelakangi oleh motivasi
untuk mencari keuntungan materil, namun ada juga karena motivasi untuk
kepuasan.
3) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika
Pada umunya secara keseluruhan faktor-faktor penyebab terjadinya
penyalahgunaan narkotika dapat dikelompokkan menjadi:
a) Faktor Internal Pelaku
Ada berbagai macam penyebab kejiwaan yang dapat mendorong seseorang
terjerumus ke dalam tindak pidana narkotika, penyebab internal itu antara
lain sebagai berikut:
(1) Perasaan Egois
Merupakan sifat yang dimiliki oleh setiap orang. Sifat ini seringkali
mendominir perilaku seseorang secara tanpa sadar, demikian juga bagi
orang yang berhubungan dengan narkotika/para pengguna dan pengedar
narkotika. Pada suatu ketika rasa egoisnya dapat mendorong untuk
28
memiliki dan atau menikmati secara penuh apa yang mungkin dapat
dihasilkan dari narkotika.
(2) Kehendak Ingin Bebas
Sifat ini adalah merupakan suatu sifat dasar yang dimiliki manusia.
Sementara dalam tata pergaulan masyarakat banyak, norma-norma yang
membatasi kehendak bebas tersebut. Kehendak ingin bebas ini muncul dan
terwujud ke dalam perilaku setiap kali seseorang dihimpit beban pemikiran
maupun perasaan. Dalam hal ini, seseorang yang sedang dalam himpitan
tersebut melakukan interaksi dengan orang lain sehubungan dengan
narkotika, maka dengan sangat mudah orang tersebut akan terjerumus pada
tindak pidana narkotika.
(3) Kegoncangan Jiwa
Hal ini pada umumnya terjadi karena salah satu sebab yang secara
kejiwaan hal tersebut tidak mampu dihadapi/diatasinya. Dalam keadaan
jiwa yang labil, apabila ada pihak-pihak yang berkomunikasi dengannya
mengenai narkotika maka ia akan dengan mudah terlibat tindak pidana
narkotika.
(4) Rasa keingintahuan
Perasaan ini pada umumnya lebih dominan pada manusia yang usianya
masih muda, perasaan ingin ini tidak terbatas pada hal-hal yang positif,
tetapi juga kepada halhal yang sifatnya negatif. Rasa ingin tahu tentang
29
narkotika, ini juga dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan yang
tergolong dalam tindak pidana narkotika.
b) Faktor Eksternal Pelaku
Faktor-faktor yang datang dari luar ini banyak sekali, di antaranya yang
paling penting adalah sebagai berikut ;
(1) Keadaan ekonomi.
Keadaan ekonomi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
keadaan ekonomi yang baik dan keadaan ekonomi yang kurang atau miskin.
Pada keadaan ekonomi yang baik maka orang-orang dapat mencapai atau
memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Demikian juga sebaliknya, apabila
keadaan ekonomi kurang baik maka pemenuhan kebutuhan sangat sulit
adanya, karena itu orang-orang akan berusaha untuk dapat keluar dari
himpitan ekonomi tersebut. Dalam hubungannya dengan narkotika, bagi
orangorang yang tergolong dalam kelompok ekonomi yang baik dapat
mempercepat keinginankeinginan untuk mengetahui, menikmati, dan
sebagainya tentang narkotika. Sedangkan bagi yang keadaan ekonominya
sulit dapat juga melakukan hal tersebut, tetapi kemungkinannya lebih kecil
dari pada mereka yang ekonominya cukup.
(2) Pergaulan/Lingkungan
Pergaulan ini pada pokoknya terdiri dari pergaulan/lingkungan tempat
tinggal, lingkungan sekolah atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan
30
lainnya. Ketiga lingkungan tersebut dapat memberikan pengaruh yang negatif
terhadap seseorang, artinya akibat yang ditimbulkan oleh interaksi dengan
lingkungan tersebut seseorang dapat melakukan perbuatan yang baik dan
dapat pula sebaliknya. Apabila lingkungan tersebut narkotika dapat diperoleh
dengan mudah, maka dengan sendirinya kecenderungan melakukan tindak
pidana narkotika semakin besar adanya.
(3) Kemudahan
Kemudahan disini dimaksudkan dengan semakin banyaknya beredar jenis-
jenis narkotika di pasar gelap maka akan semakin besarlah peluang terjadinya
tindak pidana narkotika.
(4) Kurangnya Pengawasan
Pengawasan di sini dimaksudkan adalah pengendalian terhadap persedian
narkotika, penggunaan, dan peredarannya. Jadi tidak hanya mencakup
pengawasan yang dilakukan pemerintah, tetapi juga pengawasan oleh
masyarakat. Pemerintah memegang peranan penting membatasi mata rantai
peredaran, produksi, dan pemakaian narkotika. Dalam hal kurangnya
pengawasan ini, maka pasar gelap, produksi gelap, dan populasi pecandu
narkotika akan semakin meningkat. Pada gilirannya, keadaan semacam itu
sulit untuk dikendalikan. Di sisi lain, keluarga merupakan inti dari intensif
terhadap anggota keluarganya untuk tidak terlibat keperbuatan yang tergolong
pada tindak pidana narkotika. Dalam hal kurangnya pengawasan seperti
31
dimaksudkan di atas, maka tindak pidana narkotika bukan merupakan
perbuatan yang sulit untuk dilakukan.
(5) Ketidaksenangan dengan Keadaan Sosial
Bagi seseorang yang terhimpit oleh keadaan sosial maka narkotika dapat
menjadikan sarana untuk melepaskan diri dari himpitan tersebut, meskipun
sifatnya hanya sementara. Tapi bagi orang-orang tertentu yang memiliki
wawasan, uang, dan sebagainya, tidak saja dapat menggunakan narkotika
sebagai alat melepaskan diri dari himpitan keadaan sosial, tetapi lebih jauh
dapat dijadikan alat bagi pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Kedua faktor
tersebut diatas tidak selalu berjalan sendirisendiri dalamsuatu peristiwa
pidana narkotika, tetapi dapat juga merupakan kejadian yang disebabkan
karena kedua faktor tersebut saling mempengaruhi secara bersama.
4. Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba (narkotika, psikotropika dan
obat-obat adiktif terlarang) dapat dilakukan melalui empat macam tahapan,
antara lain :
a) Upaya preemtif yaitu upaya meniadakan suatu perbuatan menyangkut
kepentingan orang banyak sebelum perbuatan itu terjadi. Upaya tersebut
dengan cara mengeliminir faktor yang mendasar (korelatif krominogen),
dengan kata lain menghilangkan faktor yang mendasari penyebab terjadinya
penyalahgunaan, antara lain melalui peningkatan kampanye membangun
kesadaran masyarakat.
32
b) Upaya preventif yaitu tindakan pencegahan tindak pidana narkoba tidak
hanya melaksanakan penjagaan dan patrol saja, tetapi juga melakukan
tindakan pencegahan lain berupa peningkatan sistem pengawasan terhadap
narkoba dari luar negeri dan mengadakan pengawasan penggunaan narkoba
untuk obat-obatan secara wajar.
c) Upaya represif yaitu upaya penindakan terhadap pelaku yang melakukan
tindak pidana pengadaan dan penggunaan narkoba guna diproses sesuai
dengan hukum yang berlaku.
d) Upaya rehabilitasi yaitu merupakan upaya untuk menolong, merawat dan
merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dalam lembaga tertentu,
sehingga diharapkan para korban dapat kembali ke masyarakat.
E. Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian ini berfokus pada deskripsi daerah penelitian , strategi
yang dilakukan Binmas Polres Bantul dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkotika, faktor penghambat dari strategi komunikasi
yang telah dilakukan selama ini, sehingga bisa dijadikan evaluasi
untuk menentukan strategi komunikasi dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan narkotika di masa yang akan datang.
F. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Menurut Lexy J.
Moleong ( 2017 : 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
33
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain lain secara holistic, dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata kata dan bahasa , pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Kemudian kalau dilihat dari sifatnya penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif. Suatu penelitian deskriptif , dimaksudkan
untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan atau gejala gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama
untuk mempertegas hipotesa hipotesa, agar dapat membantu
didalam memperkuat teori teori lama, atau didalam kerangka
menyusun teori teori baru.( Soerjono Soekanto, 2012: 10)
Penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi ,
berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada
dimasyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya
menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat,
model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun
fenomena tertentu (Burhan Bungin, 2017: 68).
Pemilihan metode ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
secara objektif dan mendalam sesuai kenyatan di lokasi penelitian
dan berusaha unutuk mendiskripsikan atau menggambarkan
34
tentang strategi komunikasi yang dilakukan oleh Binmas Polres
Bantul dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkotika.
2) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Polres Bantul tepatnya pada Satuan
Pembinaan dan Pengawasan Masyarakat (Satbinmas). Alasan
penulis memilih lokasi penelitian ini karena Satbinmas sebagai
bagian dari Polri yang bertugas melakukan edukasi dan sosialisasi
berbagai permasalahan dalam masyarakat.
3) Sumber Data
Sumber data jenis informasi dokumenter pada umumnya dibagi
dua, yaitu yang primer dan yang sekunder. Sumber informasi
documenter yang primer memberikan informasi dan data secara
langsung , sebagai hasil pengumpulan sendiri, untuk kemudian
disiarkan secara langsung. Data yang dikumpulkan dan disiarkan
benar benar orisinil sifatnya. Sedangkan sumber informasi
sekunder itu memberikan informasi dan data yang telah disalin,
diterjemahkan atau dikumpulkan dari sumber sumber aslinya, dan
dibuat foto kopi - foto kopinya(Kartini Kartono, 1983: 65-66)
Dalam penelitian ini sumber sumber primer diperoleh peneliti
dengan jalan observasi dan interview, sedangkan sumber sekunder
diambil dari kepustakaan, yang berbentuk literature cetak (buku
buku) maupun letaratur elektronik (media internet).
35
a. Informan penelitian.
Informan penelitian didalam penelitian kualitatif berkaitan
dengan bagaimana langkah yang ditempuh peneliti agar data
atau informasi dapat diperolehnya. ( Burhan Bungin, 2017 :
107) . Dalam penelitian ini informan penelitian dilakukan
dengan prosedur purposive adalah salah satu strategi
menentukan informan yang paling umum dalam penelitian
kualitatif yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi
informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan
masalah tertentu. Dalam penelitian ini informan yang dipilih
adalah Kasat Binmas dan Babinkamtibmas di wilayah hukum
Polres Bantul. Pihak ini dipilih karena dirasakan tepat dan
mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan Polres Bantul
dalam menanggulangi penyalah gunaan narkotika.
b. Tempat atau peristiwa /Fokus Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi obyek adalah strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Binmas Polres Bantul dalam
upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Penulis
diharapkan bisa mengetahui bagaimanakah strategi komunikasi
yang dilakukan oleh petugas Binmas Polres Bantul terutama
dalam mensosialisasikan bahaya dan sanksi penyalahgunaan
narkotika.
36
c. Dokumen Arsip.
Dokumen atau arsip yang dimaksud dalam penelitian ini
berupa foto kegiatan, materi kegiatan, data peserta kegiatan,dan
data jadwal atau waktu kegiatan.
4) Teknik Pengambilan Sampling
Teknik pengambilan sample untuk menentukan lokasi penelitian
dilakukan dengan pengambilan sample area ( area sampling). Cara
penentuan sample ini adalah menentukan wilayah yang akan
diteliti.Dalam penelitian ini wilayah penelitian adalah wilayah
hukum Satbinmas Polres Bantul. Seluruh wilayah penelitian
kemudian dibagi dalam segmen-segmen wilayah yang
mengandung jumlah unit penelitian. Dalam penelitian ini segmen
wilayah meliputi Polsek yang ada di Wilayah Hukum Polres
Bantul yang berjumlah 17 Polsek. Setiap segmen wilayah atau
Polsek diberi nomor, kemudian dari sejumlah populasi yang ada
(17 nomor) diambil sejumlah sample secara acak. Dalam penelitian
ini diambil 3(tiga) nomor, yang keluar adalah : nomor 1: Polsek
Dlingo, nomor 5 :Polsek Pandak dan nomor 17: Polsek Sedayu.
Dengan teknik pengambilan sampel secara acak maka
didapatkan 3(tiga) sample lokasi penelitian yaitu Polsek
Dlingo,Polsek Pandak dan Polsek Sedayu. Kemudian untuk
menentukan Narasumber dari masing masing Polsek, digunakan
teknik pusposive sampling yaitu metode pengambilan sampling
37
dengan pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat
mewakili objek yang akan diteliti (Sofian Effendi dan Tukiran
2012 : 172).
Sample yang dipilih ditingkat Polsek adalah 1(satu) petugas
Babinkamtibmas, yang bertugas memberikan penyuluhan dan
informasi yang berkaitan dengan Kamtibmas secara langsung
kemasyarakat. Dalam penelitian ini petugas Babinkamtibmas
sebagai sample/narasumber adalah ;
1. AIPDA Gangsal Wirajati, SH dari Polsek Dlingo
2. BRIPKA Subawa , SH dari Polsek Pandak
3. AIPDA Ekwan Setyawan dari Polsek Sedayu
Kemudian untuk menentukan Narasumber dari Satbinmas
Polres Bantul digunakan teknik pengambilan sample Puposive
Sampling yaitu menunjuk seseorang narasumber yang dianggap
menguasai materi / objek penelitian. Narasumber yang dijadikan
sample adalah AKP Partuti Wijayanti, SH selaku Kasat Binmas
Polres Bantul.
5) Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian pada umumnya dikenal tiga jenis alat
pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
pengamatan atau observasi, wawancara atau interview (Soerjono
Soekanto, 2012:21).
38
Dalam penelitian ini alat atau teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah :
a. Studi Dokumen atau Bahan Pustaka.
Studi dokumen meerupakan alat pengumpulan data yang
dilakukan melalui data tertulis. Dalam penelitian ini studi
dokumen atau bahan pustaka yang dilakukan adalah
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian,
dengan mencari sumber sumber literature tentang komunikasi,
kepolisian, narkoba , metode penelitian serta peraturan
perundangan yang mengatur tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia maupun narkotika. Selain literature tertulis,
penulis juga mengambil dari media internet. Dokumen lain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yang
disimpan di Satbinmas Polres Bantul, dan polsek berupa data
kegiatan sosialisasi dalam rangka penanggulangan
penyalahgunaan narkotika.
b. Pengamatan (observasi).
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
teerhadap fenomena – fenomena yang diselidiki. Adapun
teknik observasi yang digunakan penelitian ini adalah teknik
observasi terlibat (participant observation).
Dalam penelitian ini penulis menjadi bagian dari gejala yang
diamati yaitu sebagai anggota Polri yang terlibat dalam upaya
39
penanggulangan narkoba maupun bersama sama dengan
Binmas Polres Bantul melakukan sosialisasi bahaya dan sanksi
penyalahgunaan narkotika.
c. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
keadaan responden (Sofian Effendi dan Tukiran, 2012: 207).
Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi secara
langsung terhadap responden atau informan. Dalam penelitian
ini penulis melakukan wawancara kepada :
1. Kasat Binmas Polres Bantul.
2. Kanit Bintibmas Satbinmas Polres Bantul
3. Babinkamtibmas Polsek Dlingo
4. Babinkamtibmas Polsek Pandak
5. Babinkamtibmas Polsek Sedayu.
yang mempunyai tugas mensosialisasikan bahaya dan sanksi
penyalahgunaan narkotika terhadap warga masyarakat.
6) Teknik Analisis Data .
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data ( Lexy J. Moleong, 2017: 280). Dalam
penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasi
40
atau mengelompokkan data . Data yang terkumpul yang terdiri dari
catatan lapangan hasil wawancara maupun hasil observasi, gambar,
foto, dokumen berupa laporan kegiatan sosialisasi, artikel maupun
bahan dari literature cetak maupun elektronik. Kegiatan analisis
data selanjutnya adalah mengatur, mengurutkan ,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasi.
Pengelolaan data dan pengorganisasian tersebut bertujuan
menemukan tema yang akhirnya diangkat untuk merumuskan
kesimpulan.
7) Validitas Data.
Dalam penelitian ini validasi atau keabsahan data diperiksa
dengan metode Triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
itu untuk keperluan pengeekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Lexy J. Moleong, 2017: 330).
Metode Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan dan keabsahan
data memanfaatkan penggunaan : sumber, metode, penyidik dan
teori.
Dalam penelitian ini metode Triangulasi yang digunakan adalah
Triangulasi dengan sumber . Menurut pendapat Patton, (Lexy J.
Moleong: 2017) Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
41
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif. Hal ini bisa dicapai dengan jalan:
1). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara.
2). Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakan pribadi.
3). Membandingkan apa yang dikatakan orang orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan. (Lexy J. Moleong, 2017:331)
Dalam penelitian ini metode Triangulasi model sumber dilakukan
dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan
wawancara yang dilakukan kepada Kasat Binmas Polres Bantul
serta mengcrosschek dengan petugas atau masyarakat yang
berbeda, sehingga validasi data akan ditemukan.
42
BAB II
DESKRIPSI SAT BINMAS POLRES BANTUL
A. Alamat Kantor Dan Wilayah Hukum.
Satbinmas Polres Bantul beralamatkan di Jalan Jendral Sudirman
No. 202 Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Nomor telfon (0274)367111.
Wilayah hukum satbinmas Polres Bantul meliputi:
1. Polsek Piyungan,
2. Polsek Dlingo,
3. Polsek Bambanglipuro,
4. Polsek Kretek,
5. Polsek Banguntapan
6. Polsek Sanden
7. Polsek Srandakan
8. Polsek Pandak
9. Polsek Pajangan
10. Polsek Sedayu
11. Polsek Jetis
12. Polsek Imogiri
13. Polsek Kasihan
14. Polsek Batul Kota
15. Polsek Sewon
16. Polsek Pleret
43
17. Polsek Pundong
B. VISI MISI
1. Visi Satbinmas Polres Bantul
Menjadi sahabat dan mitra masyarakat dalam memecahkan
masalah-masalah sosial yang dapat mengganggu ketertiban dan
keamanan lingkungan.
2. Misi Satbinmas Polres Bantul
a. Hadir di tengah-tengah masyarakat untuk melindungi, mengayomi
dan melayani masyarakat.
b. Membangun kominikasi yang efekif dan intensif dengan
masyarakat baik individu maupun kelompok atau komunitas.
c. Mengidenstifikasi masalah-masalah sosial dan keamanan yang
timbul dalam masyarakat serta menemukan jalan pemecahanya.
d. Bersama masyarakat mencegah dan menangkal timbulnya penyakit
masyarakat.
e. Bersama masyarakatmenjaga ketertiban dan keamanan lingkungan.
f. Membangun dan mengembangan kemitraaan dengan segenap
komunitas dalam memelihara situasi kantibnas yang kondusif.
g. Mendorong partisipasi masyarakat dalam menumbuh kembangkan
daya cegah dan daya tangkal terhadap segala bentuk ganguan
kantipnas.