SKRIPSI PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP …
Transcript of SKRIPSI PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP …
i
SKRIPSI
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI BALAI REHABILITASI
BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADDOKA
KOTA MAKASSAR
Oleh:
ANITA RAHAYU
Nomor Induk Mahasiswa : 1056 1049 4614
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI BALAI REHABILITASI
BADAN NARKOTIKA NASIONAL BADDOKA
KOTA MAKASSAR
Sebagai Salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Dan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
ANITA RAHAYU
Nomor Stambuk: 105610494614
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
ABSTRAK
ANITA RAHAYU. Lukman Hakim dan Jaelan Usman. Pengaruh Pengawasan
Terhadap Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar.
Pengawasan merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian
tujuan organisasi. Berdasarkan hal tersebut, kajian penelitian ini bertujuan
mendiskripsikan dan menjelaskan pengaruh pengawasan terhadap penanggulangan
penyalahgunaan narkoba Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka
Makassar.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mendiksripsikan dan
menjelaskan pengaruh pengawasan terhadap penanggulangan penyalahgunaan
narkoba. Sampel sebanyak 53 orang dengan menggunakan sampling jenuh
sehingga jumlah seluruh pegawai menjadi sampel. Data penelitian dikumpul
dengan menggunakan instrument berupa kuesioner. Data tersebut dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan regresi linear sederhana. Data dijelaskan dalam
bentuk tabel, gambar frekuensi dan narasi hasil olahan data dengan bantuan SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh pengawasan
terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba Di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar, ada pengaruh antara pengawasaan dengan
penanggulangan narkoba yang signifikan. Oleh karena itu, hipotesis dalam
penelitian diterima karena didukung oleh nilai signifikasi. Lebih lanjut pengawasan
pada pegawai tersebut dipengaruhi pula oleh teknik pengawasan langsung dan tidak
langsung.
Kata Kunci : Pengawasan, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba.
vi
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengawasan Terhadap
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Baddoka Makassar”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Jaelan
Usman, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat
dan bantuan, baik moril dan materil.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 5 Februari 2020
Anita Rahayu
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8
B. Pengertian Pengawasan ........................................................................ 9
C. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba ................................................... 14
D. Kerangka Pikir ..................................................................................... 24
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 26
F. Definisi Operasional............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 30
B. Jenis dan Tipe Penelitian ...................................................................... 30
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31
viii
E. Teknik Pengabsahan Data .................................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................................. 36
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 41
C. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 80
B. Saran ..................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Jawaban Responden................................................. 35
Tabel 4.1 Daftar Pemanfaatan Lahan di Balai BNN Baddoka .............. 37
Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin ................................................... 41
Tabel 4.3 Karakteristik Usia Responden................................................ 42
Tabel 4.4 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden ....................... 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan .............................. 43
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Penanggulangan Narkoba......... 44
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pegawasan ............................ 44
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penanggulangan Narkoba ..... 45
Tabel 4.9 Pemimpin Selalu Melihat Pegawai Bekerja secara Langsung
............................................................................................... 46
Tabel 4.10 Saya Akan Lebih Giat Bekerja Bila Sedang Diawasi Oleh
Pimpinan ................................................................................ 47
Tabel 4.11 Indikator Pengawasan Langsung ........................................... 48
Tabel 4.12 Pengawasan Dilakukan Hanya Dilihat Dari Absensi Pegawai
............................................................................................... 50
Tabel 4.13 Saya Selalu Memberikan Laporan Pelaksanaan Pekerjaan Pada
Pemimpin ............................................................................... 51
Tabel 4.14 Pemimpin Selalu Memeriksa Laporan Pelaksanaan Pekerjaan
Yang Diberikan ..................................................................... 52
Tabel 4.15 Indikator Pengawasan Tidak Langsung ................................. 52
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Tentang Pengawasan ........................ 54
Tabel 4.17 Pembinaan Di Lakukan sebelum mengenal narkoba ............. 57
Tabel 4.18 Pembinaan promotif dapat meningkatkan peranan BNN dalam
menanggulangi narkoba ........................................................ 57
x
Tabel 4.19 Pegawai dan masyarakat di sekitar BNN mengikuti penyuluhan
tentang bahaya narkoba ......................................................... 58
Tabel 4.20 Indikator promotif .................................................................. 59
Tabel 4.21 Kegiatan kampanye anti narkoba sangat membantu pencegahan
penyalahgunaan narkoba ....................................................... 61
Tabel 4.22 Pendidikan dan pelatihan tentang narkoba dapat mencegah
penyalahgunaan narkoba ....................................................... 62
Tabel 4.23 Perhatian dan keterlibatan keluarga mampu mengurangi
terjadinya penyalahgunaan narkoba ...................................... 62
Tabel 4.24 Indikator preventif ................................................................. 63
Tabel 4.25 Pengobatan yang rutin mampu mengurangi ketergantungan
terhadap narkoba ................................................................... 65
Tabel 4.26 Pengguna narkoba harus diberi hukuman .............................. 66
Tabel 4.27 Pengguna narkoba harus di bawa ke balai rehabilitasi narkoba
untuk proses penyembuhan ................................................... 67
Tabel 4.28 Rehabilitasi narkoba mampu memulihkan kesehatan pengguna
narkoba .................................................................................. 68
Tabel 4.29 Tanggapan Responden Tentang Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba ...................................................... 69
Tabel 4.30 Uji Regresi Linear Sederhana ................................................ 73
Tabel 4.31 Koefisien Determinasi ........................................................... 74
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 28
Gambar 3 Struktur Organisasi Balai Rehabilitasi BNN Baddoka ............ 38
Gambar 4.1 Kontinum Interprestasi Skor Pengawasan ................................ 57
Gambar 4.2 Kontinum Interprestasi Skor Penanggulangan Narkoba .......... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Negara Indonesia secara konstitusional adalah terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materil, dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Keberadaan
sumber daya manusia di dalam suatu organisasi maupun perusahaan memegang
suatu peranan yang sangat penting. Oleh karena itu kualitas sumber daya
manusia Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu di
tingkatkan secara terus menerus termasuk derajat kesehatannya. Peningkatan
derajat kesehatan sumber daya manusia di Indonesia dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di segala bidang
ekonomi, kesehatan dan hukum. Pada era globalisasi ini masyarakat lambat
laun berkembang, dalam proses perkembangan itu selalu diikuti oleh proses
penyesuaian diri tersebut terkadang ada yang menyimpang dari perutaran dan
norma yang ada di masyarakat maka hal ini dapat berakibat meningkatnya
tingkat kriminalitas. Salah satu yang marak pada akhir-akhir ini adalah
penyalahgunaan narkotika, psikotropika , dan zat adiktif lain.
Lambat laun penyalahgunaan narkotika menjadi masalah yang serius,
maka dari itu pada zaman orde baru pemerintah mengeluarkan regulasi berupa
Undang- Undang Nomor 22 tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi
Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika berbunyi :
2
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, megurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan”.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 itu pada dasarnya mempunyai 2
(dua) sisi, yaitu sisi humanis kepada para pecandu narkotika, dan sisi yang keras
dan tegas pada Bandar, sindikat, dan pengedar narkotika. Sisi humanis itu dapat
dilihat sebagaimana termaktub pada pasal 54 Undang- Undang Nomor 35
Tahun 2009 yang berbunyi :
“Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”.
Sedangkan sisi keras dan tegas dapat dilihat dari pasal-pasal yang
tercantum di dalam Bab XV Nomor 35 Tahun 2009 (Ketentuan Pidana), yang
mana pada intinya berbunyi :
“Bahwa orang yang tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara,
menguasai, atau menyediakan, hukumannya adalah pidana penjara”.
Pemerintah selanjutnya menetapkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu
Narkotika guna melaksanakan tentang ketentuan pasal 55 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, pasal 1 dan 21 ayat 1 dan 2
pelaporan, monitoring dan evaluasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
3
Nomor 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika
dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud adalah :
“Pasal 1 : Wajib lapor adalah kegiatan melaporkan diri yang dilakukan oleh
pecandu narkotika yang sudah cukup umur atau keluarganya, dan orang tua atau
wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada institusi penerima
wajib lapor untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial”.
“Pasal 21 ayat 2 : pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dilaksanakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang sosial dan Badan Narkotika Nasional”.
Dengan maraknya penyalahgunaan Narkotika sebagaimana yang di
jelaskan di atas yang sangat merugikan bagi penggunanya maka dari itu
pengawasan sangatlah diperlukan karena pada dasarnya manusia akan
melakukan tindakan negatif bila tidak di awasi, penyalahgunaan narkotika di
Indonesia terutama di kota besar sudah menjadi masalah yang sangat serius dan
sulit untuk diatasi terutama dikalangan remaja yang banyak menjadi korban
penyalahgunaan narkotika
Pemakaian narkotika membutuhkan pengawasan dan pengendalian.
Pemakaian diluar pengawasan dan pengendalian dinamakan penyalahgunaan
narkotika yang akibatnya sangat membahayakan kehidupan manusia baik
perorangan maupun masyarakat dan Negara. Apalagi sifat “menimbulkan
ketagihan” itu telah merangsang mereka yang berusaha untuk mengeruk
keuntungan dengan melancarkan peredaran gelap ke berbagai Negara,
4
rangsangan itu tidak saja karena tujuan ekonomi, melainkan juga tujuan
subversi. Untuk pengawasan dan pengendalian penggunaan narkotika dan
pencegahan, pemberantasan dalam rangka penanggulangan diperlukan
kehadiran hukum narkotika yang sarat dengan tuntutan perkembangan zaman
(Soedjono Dirdjosisworo 1990 : 3).
Dengan semakin meluasnya perdagangan dan peredaran illegal
narkotika di Indonesia dan sekarang juga sebagai tempat berproduksi, upaya
pember antasan harus terus dilakukan dan keseriusan penegak hukum tehadap
pelaku harus sungguh-sungguh. Di antara aparat penegak hukum yang
mempunyai peran penting terhadap adanya kasus tindak pidana narkotika ialah
Badan Narkotika Nasional diharapkan mampu membantu, akan tetapi kejahatan
narkotika masih menjadi masalah yang menimpa Indonesia.
Balai rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar
berperan sebagai unit pelaksana teknis Badan Narkotika Nasional berpartisipasi
aktif dalam menangani pelayanan rehabiltasi penyalahguna narkoba, mencegah
dan memberantas obat-obatan terlarang melalui kebijakan nasional dengan
mengutamakan nilai-nilai kesantunan, sebagaimana fungsi yang dilaksanakan
yaitu pelayanan rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna atau pecandu
narkoba. Hal ini mampu menciptakan generasi yang sehat dan akal sehat yang
tinggi.
Pengawasan terhadap penyalahgunaan narkotika sudah pula
dilaksanakan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Kota
Makassar, sejak Maret 2018, Balai Rehabilitas Badan Narkotika Nasional
5
Baddoka di Makassar telah membuka program khusus untuk anak-anak dan
remaja yang berusia sekitar 12-16 tahun dengan kategori tingkat penggunaan
ringan, sedang dan lama rehabilitasi selama 2 bulan. Tersedianya pelayanan
rehabilitasi anak dan remaja ini diharapkan dapat mewujudkan anak Indonesia
yang berkualitas.
Perhatian Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka
terhadap penyalahguna narkotika sudah cukup baik, karena pada tahun 2018
penyalahguna narkotika yang melakukan rehabilitasi mencapai target waktu
yang ditentukan dan penyalaguna narkotika tetap diikuti perkembangannya dari
para konselor. Namun, dalam melakukan proses pembinaan dan pengawasan
Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka rupanya tak jauh beda
dengan penjara, dimana para pecandu ini akan diisolasi.
Pasien yang menjalani rehabilitasi dari ketergantungan obat-obatan
terlarang di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar
mengaku kerap mendapat siksaan dari petugas. Hal ini terungkap ketika
keluarga pasien melaporkan kejadian tersebut ke Lembaga Perlindungan
Korban Narkotika (kompas.com, 2013). Menurut Simplexius Asa dosen dari
UNDANA sekaligus pakar hukum yang telah bergelut dalam penanggulangan
narkotika harus selama belasan tahun lamanya, mengatakan upaya
penyelamatan anak bangsa dari jeratan penyalahgunaan narkotika harus dari
hati.
Menurut pengamatan penulis, pengawasan di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar terhadap penyalahgunaan
6
narkotika masih sangat minim, hal ini dikarenakan banyaknya pasien yang
masih di bawah umur, tidak adanya pemberian obat khusus selama rehabilitasi
tapi pasien hanya akan di isolasi layaknya penjahat, beberapa pasien ada yang
kabur sebelum selesai menjalani rehabilitasi, tidak ada pengejaran bagi pasien
yang kabur, pasien yang selesai rehabilitasi masih menggunakan obat-obatan
terlarang. Dari berbagai fenomena yang terjadi dilapangan dapat dijadikan dasar
awal penelitian secara lebih mendalam akan pangawasan terhadap
penyalahguna narkotika di Balai Rehabilitasi Balai Narkotika Nasional
Baddoka baik dari aspek internal maupun eksternal dalam menanggulangi
penyalahgunaan narkotika di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar, agar di
masa depan dapat lebih meningkatkan pengawasan secara berkelanjutan.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pengawasan Terhadap
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah ada pengaruh pengawasan terhadap penanggulangan
penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Kota Makassar?
2. Apakah pengawasan yang lebih dominan terhadap penanggulangan
penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Kota Makassar?
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengawasan terhadap
penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui apakah pengawasan yang lebih dominan terhadap
penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
Bagi akademis, diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi dan
sebagai referensi untuk penelitian berikutnya disamping untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi
pimpinan Balai rehabilitasi BNN Baddoka Kota Makassar dalam penerapan
pengawasan sehingga meningkatnya disiplin pegawai.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu Agus Sulfianto (2015), Pengaruh
Pengawasan Terhadap Efektivitas kerja pegawai pada kantor Kecamatan
Samarinda. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pengawasan
mempunyai pengaruh yang positif dan sedang terhadap efektifitas kerja
pegawai pada kantor Kecamatan Samarinda Kota di Kota Samarinda
berdasarkan dari hasi r hitungan sebesar 0,549.
Mirnawati (2018) Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja
Pegawai Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Siagian (2003:114), yaitu
pengawasan bersifat fact finding, preventif, pengarahan, Alat administrasi, dan
membimbing. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan hasil Pengawasan
Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Gowa berada pada tingkat tertinggi, sedangkan Disiplin Kerja Pegawai Di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa berada pada tingkat sedang, hal ini
berdasarkan hasil jawaban responden.
Huesna Maris Elkindi (2016), Faktor Penyebab dan Dampak
Penggunaan Napza. Teori yang digunakan penelitian ini adalah teori
Partodihardjo (2007) yaitu Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitasi. Hasil
penelitian ini adalah berada pada tingkat baik hal ini dilihat dari jawaban
informan.
9
B. Pengertian Pengawasan
Menurut Handoko (2013:357) dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Edisi 2 mengemukakan bahwa : “Pengawasan adalah proses
untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen dapat
tercapai”.
Pengertian pengawasan menurut Siagian (2011:176). "Pengawasan
merupakan proses pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
atau perusahaan untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya." Lebih lanjut Victor dan Makmur (2011:176) mengemukakan "
Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui
sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan
sasaran yang hendak dicapai." Terry dan Leslie (2010:232) berpendapat bahwa
: "Pengawasan adalah dalam bentuk pemeriksaan untuk memastikan, bahwa apa
yang sudah dikerjakan adalah juga dimaksudkan untuk membuat sang manajer
waspada terhadap suatu persoalan potensial sebelum persoalan ini menjadi
serius." Sarwoto (2010:94) menyatakan bahwa "Pengawasan adalah kegiatan
manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai
dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.
Pengawasan memiliki peran yang sangat menentukan dalam usaha
pencapaian tujuan. Manusia dalam organisasi perlu diamati, bukan maksud
untuk mencari kesalahannya dan kemudian menghukumnya, akan tetapi untuk
mendidik dan membimbing agar menjadi lebih baik.
10
1. Tipe-Tipe Pengawasan
Adapun tipe-tipe pengawasan yaitu :
a. Pengawasan pendahuluan (feed forward control) atau disebut steering
control: yaitu melakukan antisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-
penyimpangan dari standar yang dibuat, sebelum tahapan kegiatan tertentu
diselesaikan.
b. Pengawasan secara bersama (concurrent control) sering disebut
pengawasan Ya-Tidak: yaitu pengawasan yang dilakukan bersama dengan
pelaksanaan kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik (feed back control) atau past action control: yaitu
pengawasan yang dilakukan mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan.
2. Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi tidak lain
merupakan tujuan dari pada pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya
selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak
diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan.
Menurut Bohari (2002:15) "Tujuan pengawasan adalah mengamati apa
yang sebenarnya terjadi, dengan maksud untuk secepatnya melaporkan
kesalahan atau hambatan kepada pemimpin atau penanggung jawab kegiatan
yang bersangkutan agar dapat diambil tindakan yang korektif yang perlu.
Menurut Situmorang dan Juhir (1994;22) maksud pengawasan adalah
untuk:
11
a. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak.
b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.
c. Mengetahui apakah penggunakan budget yang telah ditetapkan dalam
rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
d. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat
pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
e. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam planning, yaitu standard.
3. Fungsi Pengawasan
Dibawah ini adalah pengertian dan definisi dari fungsi pengawasan yaitu :
Menurut Sule dan Saefullah (2005:317) bahwa "Fungsi pengawasan
adalah indentifikasi berbagai faktor yang menghambat sebuah kegiatan, dan
juga pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan agar tujuan organisasi
dapat tetap tercapai.
Terry dan Leslie (2005:238-239) mengemukakan "fungsi pengawasan
adalah cara menentukan, apakah diperlukan sesuatu penyesuaian atau tidak dan
karena itu ia harus merupakan bagian integral dari sistem manajemen.
Fungsi dari pengawasan menurut Simbolon (2004:62) mengemukakan
bahwa fungsi dari pengawasan yaitu :
12
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas
dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan
kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.
Sementara Sudarsono dan Edilius (2002:105) mengemukakan bahwa
"Pengawasan berfungsi agar dapat diperoleh hasil produksi berupa barang dan
jasa yang berkualitas dalam jangka waktu yang sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi
pengawasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan supaya,
rencana yang telah ditetapkan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
proses yang telah diatur.
4. Sifat- Sifat Pengawasan
Menurut Siagian (2003:114) agar fungsi pengawasan itu mendatangkan
hasil yang diharapkan, pimpinan suatu organisasi harus mengetahui sifat-sifat
dari proses pengawasan dan yang lebih penting lagi, berusaha untuk memenuhi
sebanyak mungkin ciri-ciri itu dalam pelaksanaannya. Sifat-sifat tersebut ialah
sebagai berikut :
13
a. Pengawasan harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi
pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas
dijalankan dalam organisasi.
b. Pengawasan harus bersifat preventif yang artinya bahwa proses pengawasan
dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan
penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.
c. Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang yang berarti pengawasan
hanya dapat ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang
dilaksanakan.
d. Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi.
e. Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka
pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan.
f. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisien.
g. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika
ada ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.
h. Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksanaan
meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan
baginya.
5. Teknik- Teknik Pengawasan
Menurut Siagian (2003:115) Proses pengawasan pada dasarnya
dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan menggunakan dua
macam teknik pengawasan yaitu :
14
1. Pengawasan langsung (Direct Control)
Pengawasan langsung ialah apabila pimpinan organisasi melakukan
sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan oleh para
bawahannya. Pengawasan langsung ini terbagi tiga diantaranya dapat dilihat
sebagai berikut :
a. Inspeksi langsung
b. On-the-spot observation, dan
c. On-the-spot report
2. Pengawasan Tidak Langsung (Indirect Control)
Pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari jarak jauh.
Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para
bawahan. Laporan itu dapat berbentuk :
a. Tertulis, dan
b. Lisan.
Kelemahan dari pengawasan tidak langsung ialah para bawahan
mempunyai kecenderungan hanya melaporkan hal-hal yang akan
menyenangkan pimpinan dengan kata lain, para bawahan hanya
melaporkan hal-hal yang positif saja. Jika hal-hal positif saja yang
dilaporkan, pimpinan tidak akan mengetahui keadaan yang sesungguhnya.
Akibatnya pimpinan akan mengambil kesimpulan yang salah dan lebih
jauh lagi akan mengambil keputusan yang salah.
C. Pengertian Penyalahgunaan Narkotika
Sesuai dengan pengertian pasal 1 butir 1 Undang-Undang Narkotika
yang di maksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
15
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Karena pengaruh narkotika yang menimbulkan rasa nikmat dan nyaman maka
narkotika disalahgunakan. Akan tetapi, pengaruh sementara sebab itulah timbul
rasa tidak enak. Untuk menghilangkan rasa tidak enak, ia menggunakan
narkotika lagi sehingga mendorong seseorang untuk menggunakannya lagi.
Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika yang
dilakukan bukan untuk pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya
dalam jumlah berlebih dan tidak teratur, dan berlangsung cukup lama sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial lainnya.
Banyak alasan narkotika disalahgunakan, diantaranya agar dapat di terima oleh
lingkungan, mengurangi stress, mengurangi kecemasan, agar bebas dari rasa
murung, megurangi keletihan kejenuhan atau kebosanan.
Beberapa peraturan perundang-undangan yang mewajibkan
penyalahguna narkotika untuk menjalani pengobatan atau rehabilitasi yaitu:
a. Penyalahguna wajib menjalani pengobatan atau rehabilitasi pasal 45
b. Penyalahguna yang telah cukup umur, atau orang tua dari dan wali dari
penyalahguna yang belum cukup umur, wajib melaporkan diri atau
dilaporkan oleh keluarganya kepada pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah
untuk mendapatkan pengobatan atau rehabilitasi pasal 46
c. Penyalahguna narkotika yang telah cukup umur dan keluarga penyalahguna,
yang dengan sengaja tidak melaporkan diri untuk mendapatkan pengobatan
16
atau rehabilitasi, dapat dikenai hukuman masing-masing pidana kurungan
paling lama enam bulan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000,00 bagi
pecandu, dan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling
banyak Rp. 1.000.000,00 bagi keluarga pecandu pasal 88 ayat 1 dan 2
d. Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur, yang dengan sengaja
tidak melaporkan dipidana dengan pidana kurungan paling lama enam bulan
atau denda paling banyak Rp. 1.000.000,00 pasal 86 ayat 1
e. Hakim yang memeriksa perkara penyalahguna narkotika dapat memutuskan
untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan atau
rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika diperhitungkan sebagai masa
menjalani hukuman pasal 47 ayat 1 dan 2
Selain peraturan perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 tanggal 12 Oktober 2009 tentang Narkotika, maka dianggap perlu
untuk mengadakan refisi terhadap surat edaran Mahkama Agung Republik
Indonesia Nomor : 07 Tahun 2009 tanggal 17 Maret 2009 tentang menempatkan
pemakai narkotika dalam panti terapi dan rehabilitasi.
Dalam hal hakim menjatuhkan pidana berupa perintah untuk dilakukan
tindak hukum berupa rehabilitasi atas diri terdakwa, Majelis Hakim harus
menunjuk secara tegas dan jelas tempat rehabilitasi yang terdekat dalam amar
putusnya. Untuk menjatuhkan lamanya rehabilitasi, hakim harus dengan
sungguh-sungguh mempertimbangkan kondisi/taraf kecanduan terdakwa,
sehingga diperlukan adanya keterangan ahli dan sebagai standar dalam proses
terapi dan rehabilitasi adalah sebagai berikut :
17
1. Program detoksifikasi dan stabilisasi : lamanya 1 bulan
2. Program primer : lamanya 6 bulan
3. Program re-entry : lamanya 6 bulan.
1. Tujuan dan Komponen Rehabilitasi Terhadap Penyalahgunaan Narkotika
Beberapa tujuan yang hendak di capai dalam rehabilitasi yaitu:
a. Bebas dari ketergantungan fisik dan berhenti memakai (abtinensia) dan
mengatasi gejala putus zat yang timbul.
b. Bebas dari ketergantungan psikologik dengan mengatasi rasa rindu dan
tekanan psikologik sosial serta mencegah relaps (kekambuhan).
Berikut adalah beberapa komponen yang mendukung dalam program
agar rehabilitasi berjalan efektif:
1. Assessment, yaitu menilai masalah dengan mengumpulkan informasi untuk
menetapkan diagnosis dan modalitas rehabilitasi yang paling sesuai
baginya.
2. Rencana terapi, yang di dasarkan pada asesmen dan kebutuhan klien dan
meliputi masalah fisik, psikologis, sosial, spiritual, keluarga dan pekerjaan.
3. Program detoksifikasi, sebagai tahap awal pemulihan, untuk melepaskan
klien dari efek langsung narkoba yang disalahgunakan dan mengelola gejala
putus zat karena dihentikan pemakaian narkoba.
4. Keterampilan menolong pecandu, keterampilan ini tidak harus diharuskan
memiliki gelar akademik/profesi tertentu, tetapi terpenting adalah mengenai
kepekaan memahami kebutuhan pecandu dan mengerti cara menanggapi
kebutuhan itu.
18
5. Konseling, baik individu maupun kelompok, sebagai teknik untuk
membantu klien memahami diri (insight) membujuk (persuasi), serta
memberi saran dan keyakinan sehingga pecandu melihat permasalahannya
secara lebih realistis dan memotivasinya agar terampil dalam mengatasi
masalah.
6. Pencegahan kekambuhan (relaps), sebagai strategi untuk mendorong klien
berhenti memakai narkoba (abstinensia) membantu pecandu mengenal dan
mengelola situasi berisiko tinggi, serta pikiran-pikiran dan kegiatan-
kegiatan yang mendorong pemakain narkoba kembali.
7. Keterlibatan keluarga, sangat penting dalam terapi. Pecandu tidak mungkin
pulih sendiri tanpa dukungan keluarga dan orang-orang lain, karena dari
dukungan keluarga dapat memotivasi pecandu dalam melakukan
rehabilitasi.
8. Rawat lanjut sangat penting dalam pemulihan, ada beberapa hal dalam
rawat lanjut yang meliputi:
a. Konseling, digunakan untuk memotivasi dan meningkatkan
keterampilan klien.
b. Kelompok pendukung, dalam hal ini digunakan sebagai pelengkap dalam
program terapi.
c. Rumah pendampingan, adalah tempat yang digunakan pecandu dalam
masa pemulihan di masyarakat.
d. Latihan vokasional, diharapkan dengan adanya latihan vokasional ini
pecandu dapat bekerja dan berfungsi normal di masyarakat.
19
e. Pekerjaan, disesuaikan dengan minat, bakat keterampilan dan
kesempatan pecandu.
2. Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkotika
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan
narkoba:
1. Faktor Individu Tiap individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk
menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengaruhi individu terdiri
dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.
Alasan-alasan yang biasanya berasal dari diri sendiri sebagai penyebab
penyalahgunaan NAPZA antara lain:
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir
panjang mengenai akibatnya
b. Keinginan untuk bersenang-senang
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya
d. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
e. Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
f. yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan
g. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan
atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
h. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA
20
2. Faktor Lingkungan, meliputi:
a. Lingkungan Keluarga --- Hubungan ayah dan ibu yang retak,
komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan anak, dan
kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga merupakan faktor yang
ikut mendorong seseorang pada gangguan penggunaan zat.
b. Lingkungan Sekolah --- Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat
tempat hiburan, kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif, dan adanya murid
pengguna NAPZA merupakan faktor kontributif terjadinya
penyalahgunaan NAPZA.
c. Lingkungan Teman Sebaya --- Adanya kebutuhan akan pergaulan teman
sebaya mendorong remaja untuk dapat diterima sepenuhnya dalam
kelompoknya. Ada kalanya menggunakan NAPZA merupakan suatu hal
yng penting bagi remaja agar diterima dalam kelompok dan dianggap
sebagai orang dewasa.
3. Dampak Penyalahgunaan Narkotika
Dampak dari obat-obatan sangat beragam dan bergantung pada beberapa
faktor, yaitu usia, jenis zat yang digunakan, cara menggunakan, dan lama
penggunaan. Dampak obat-obatan beragam karena zat yang terkandung didalam
setiap obat juga berbeda, dan masing-masing zat tersebut memiliki efek dan
dampaknya masing-masing terhadap bagian atau organ tubuh serta susunan syaraf
kita. Adiksi terhadap narkoba berdampak tidak hanya pada aspek fisik dan mental
seseorang, tetapi juga pada keadaan emosional dan spiritual yang bersangkutan.
21
Menurut Partodihardjo (31-34) dampak yang diperoleh dari
penyalahgunaan obat, sebagai berikut:
a. Dampak terhadap fisik
Pemakaian narkoba dapat mengalami kerusakan organ tubuh dan
menjadi sakit sebagai akibat langsung adanya narkoba dalam darah,
misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, hati, usus, otak, jantung dan
sebagainya. Pemakai narkoba juga dapat terkena penyakit infeksi seperti
sisfilis, hepatitis dan HIV/AIDS.
b. Dampak terhadap moral dan mental
Pemakaian narkoba menyebabkan kerusakan pada syaraf, sel-sel
otak, tulang, darah, pembuluh darah, dan seluruh jaringan tubuh manusia.
Kerusakan jaringan itu kemudian menyebabkan terjadinya gangguan fungsi
organ yang dapat mendatangkan stress sehingga dapat mengalami kematian
akibat gagal ginjal, stroke, serangan jantung dan lain-lain. Pemakai narkoba
berubah menjadi tertutup karena malu akan dirinya , takut mati dan takut
perbuatannya diketahui. Karena menyadari buruknya perbuatan yang
dilakukan, rendah diri, dan sering merasa sebagai pecundang, tidak berguna,
dan menganggap dirinya sebagai sampah masyarakat
c. Dampak terhadap keluarga dan masyarakat
Dari sudut pandang psikologi, yaitu ganngguan keharmonisan
rumah tangga Karena munculnya rasa malu pada diri ayah, ibu dan saudara-
saudaranya dan kepada masyarakat. Masalah ekonomi atau keuangan yaitu
banyak uang terbuang untuk berobat dalam jangka waktu lama.
22
d. Dampak emosional
Emosi pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja.
Satu saat tampak baik-baik saja tetapi dibawah pengaruh narkoba ia bisa
berubah menjadi orang sperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-
barang, dan bahkan memukuli siapapun yang ada didekatnya. Adiksi
terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan kendali terhadap
emosinya, perubahan yang muncul ini bukan perubahan ringan, Karena
pecandu orang-orang yang memiliki perasaan dan emosi yang sangat
mendalam.
e. Dampak spiritual
Secara spiritual, narkoba adalah pusat hidupnya da bisa dikatakan
menggantikan posisi Tuhan. Tidak menganggap Tuhan itu ada, jadi lebih
memilih untuk berbuat yang dilarang oleh Tuhan daripada harus mengikuti
ajaran Tuhan, Karena narkoba dapat memberikan efek yang sangat cepat
dibandingkan dengan beribadah kepada Tuhan. Adiksi narkoba membuat
pengguna narkoba menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya
sendiri.
4. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Adanya penyalahgunaan yang semakin marak disetiap wilayah ini
menjadikan pemerintah lebih memperhatikan keadaan warganya sehingga
dibentuklah upaya penanggulangan narkoba menurut Partodihardjo (2007)
yaitu sebagai berikut :
23
a. Promotif
Promotif merupakan program pembinaan yang ditujukan kepada
masyrakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal
narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan
agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera.
b. Preventif
Preventif disebut juga program pencegahan yang ditujukan kepada
masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk
beluk narkoba sehingga tidak tetarik untuk menyalahgunakannya.
Bentuk kegiatan pencegahan berupa: kampanya anti penyalahgunaan
narkoba, penyuluhan seluk beluk narkoba, pendidikan dan pelatihan
kelompok sebaya, upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan
distribusi narkoba di masyarakat.
c. Kuratif
Kuratif disebut juga program pengobatan yang ditujukan kepada
pemakai narkoba, tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan
menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba,
sekaligus menghentikan pemakaian narkoba.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program
kuratif. Tujuannya agar pemakai tidak menggunakan kembali narkoba
24
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkoba.
D. Kerangka Pikir
Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga independen diharapkan
dapat bekerja lebih baik serta transparan dan akuntabel dalam menumpas
kejahatan narkotika. Tercapainya suatu tujuan organisasi atau lembaga,
dibutuhkan kinerja dari pegawai yang harus jujur dalam bekerja. Untuk dapat
diakui sebagai lembaga yang terpercaya maka pegawai di lembaga tersebut
memerlukan pengawasan yang baik untuk mendorong pegawai kerja lebih
giat sehingga efektivitas kerja pegawai disana dapat berjalan lancar serta
mencapai kerja yang optimal.
Pengawasan merupakan hal yang terpenting dalam pekerjaan baik di
instansi pemerintah maupun swasta. Indikator pengawasan menggunakan
teori yang dikemukakan siagian (2003), meliputi : (1) Pengawasan
Langsung; dan (2) Pengawasan Tidak Langsung. Pengawasan langsung ini
penting karena pimpinan dapat langsung melakukan pemeriksaan pada
tempat pelaksanaan tersebut, sedangkan pengawasan tidak langsung
pimpinan dapat melaksanakan pemeriksaaan melalui laporan-laporan dari
bawahan yang masuk padanya.
Penanggulangan penyalahgunaan narkoba adalah, mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkoba secara meluas sehingga mampu meminimalisir
pemyalahgunaan narkoba. Indicator penanggulangan penyalahgunaan
25
narkoba menggunakan teori yang dikemukakan oleh Partodihardjo (2007),
meliputi : (1) Promotif; (2) Preventif; (3) Kuratif; dan (4) Rehabilitasi.
Promotif ini pembinaan yang penting agar masyarakat yang belum memakai
narkoba dapat mengenal pengaruh buruk narkoba. Preventif untuk
pencegahan agar masyarakat tidak tertarik untuk menggunakan narkoba
melalui perkenalan seluk beluk dari narkoba. Kuratif ini pembinaan yang
penting agar pengguna narkoba mampu mengobati ketergantungan sekaligus
menghentikan pemakaian narkoba. Rehabilitasi pembinaan untuk
memulihkan kesehatan bagi pengguna narkoba yang sudah melakukan
pembinaan kuratif. Penanggulangan Melalui pembinaan ini bagi bukan
maupun pengguna agar mampu bekerjasama dalam menanggulangi
penyalahgunaan narkoba.
Pegawai sebagai orang yang memikirkan, merencanakan dan
melaksanakan penggulangan tentang bahayanya penyalahgunaan narkoba.
Dengan adanya pengawasan yang baik dapat membuat pegawai lebih rajin
dalam melakukakan penanggulangan narkoba dengan lebih baik lagi secara
optimal. Sehingga pengawasan sangat penting dalam meningkatkan
kewaspadaan terahadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba kepada
pegawai. Berdasarkan uraian diata agar di pahami, maka bagan kerangka
pikir sebagai berikut:
26
Gambar 2
Bagan Kerangka Pikir
E. Hipotesis
Bedasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis
dalam penelitian ini, adalah:
1. H𝟏
Ada pengaruh antara variabel pengawasan (X) dengan variabel
penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar.
2. Ho
Tidak Ada pengaruh antara variabel pengawasan dengan variabel
penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar.
PENGAWASAN DI BALAI REHABILITASI
BNN BADDOKA KOTA MAKASSAR
PENANGGULANGAN
NARKOBA
1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitasi
Menurut Partodihardjo
(2007)
TEKNIK PENGAWASAN
1. Pengawasan
langsung
2. Pengawasan
tidak langsung
Menurut siagian
(2003)
PENINGKATAN PENGAWASAN DI
BALAI REHABILITASI BNN BADDOKA
KOTA MAKASSAR
27
F. Definisi Operasional
Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan maka penulis membuat
penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian,
sebagai berikut:
Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Pengawasan adalah proses
pengamatan terhadap pelaksanaan dalam seluruh kegiatan organisasi serta
mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan sehingga pekerjaan yang
dilakukan tetap berjalan sesuai rencana dan menghindari hal buruk yang akan
terjadi dalam kegiatan pada Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Kota Makassar
Adapun indikator-indikator pengawasan, antara lain:
1. Pengawasan Langsung (X1)
Pengawasan langsung ialah apabila Balai Rehabilitasi BNN
Baddoka secara langsung mengawasi penyalahguna narkoba terkait
mengenai kegiatan yang sedang mereka lakukan. Pengawasan langsung ini
berbentuk:
a) Inspeksi langsung
Balai rehabilitas BNN baddoka secara langsung melihat pengguna
narkoba secara dekat guna mempelajari suatu hal secara lebih lanjut
untuk melihat apakah pengguna narkoba melaksanakan rehabilitasi
sesuai aturan atau tidak serta untuk menemukan apakah terjadi suatu
masalah atau tidak.
28
b) on-the-spot observation
Balai Rehabilitasi BNN Baddoka mengamati, meneliti, memeriksa, dan
mengecek sendiri apa yang dilakukan oleh pengguna narkoba.
c) On-the-spot report, Balai BNN Baddoka menerima secara langsung
laporan dari pelaksana mengenai perkembangan pasien yang di
rehabilitasi
2. Pengawasan Tidak Langsung (X2)
Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh
para bawahan. Laporan ini dapat berbentuk tulisan (laporan yang berupa
tertulis dari bawahannya) dan lisan (laporan yang secara langsung
disampaikan oleh bawahannya) mengenai pelaksanaan pekerjaan dan hasil-
hasil yang telah dicapai oleh pasien rehabilitasi.
1. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, ksrena adanya variabel bebas. Adanya penyalahgunaan yang semakin
marak disetiap wilayah ini menjadikan pemerintah lebih memperhatikan
keadaan warganya sehingga dibentuklah upaya penanggulangan narkoba
yaitu:
a. Promotif
Promotif merupakan program pembinaan yang ditujukan kepada
masyrakat yang belum memakai narkoba, atau bahkan belum mengenal
narkoba. Prinsipnya adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan
agar kelompok ini secara nyata lebih sejahtera.
29
b. Preventif
Preventif disebut juga program pencegahan yang ditujukan
kepada masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar
mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tetarik untuk
menyalahgunakannya. Bentuk kegiatan pencegahan berupa: kampanya
anti penyalahgunaan narkoba, penyuluhan seluk beluk narkoba,
pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya, upaya mengawasi dan
megendalikan produksi dan distribusi narkoba di masyarakat.
c. Kuratif
Kuratif disebut juga program pengobatan yang ditujukan kepada
pemakai narkoba, tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan
menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba,
sekaligus menghentikan pemakaian narkoba.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program
kuratif. Tujuannya agar pemakai tidak menggunakan kembali narkoba
dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian
narkoba.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini kurang lebih
2 bulan. Lokasi sebagai sumber data penelitian ini adalah segala aktivitas yang
dilaksanakan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, yang berlokasi di
Jl. Batara Bira, Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan.
Alasan dipilihnya lokasi tersebut dikarenakan lokasi tersebut merupakan
salah satu Balai Rehabilitasi yang banyak memberikan pelayanan dengan
masyarakat khususnya para pengguna narkoba, dan setelah melakukan
observasi terlihat beberapa kekurang-kekurangan dari penanggulangan
penyalahgunaan narkoba.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian lapangan, yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang
diperoleh langsung dari responden dan mengamati secara langsung.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe
penelitian survei. Karena tipe penelitian survei melibatkan secara langsung
peneliti untuk menggali data dan informasi yang dibutuhkan. Untuk
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti memberikan
beberapa pertanyaan kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
31
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional, sebanyak 53 orang.
2. Sampel
Sampel menggunakan metode sampel jenuh yaitu mengambil kesuluruhan
populasi untuk dijadikan sampel, diperoleh dari Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Kota Makassar yang berjumlah 53 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai
cara. Pengumpulan data berdasarkan tekniknya, yaitu melalui angket dan
observasi.
1. Kuesioner (Angket)
Berikut instrumen skala likert yang digunakan :
Sangat Setuju :5
Setuju :4
Ragu-ragu :3
Tidak Setuju :2
Sangat Tidak Setuju :1
2. Observasi
Menurut Sugiyono (2015:145) observasi sebagai teknik pengumpulan
data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
32
E. Teknik Pengabsahan Data
Adapun teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji validitas dan reliabilitas instrumen untuk mengukur kuisioner
penelitian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Uji validitas dilakukan untuk menguji
keakuratan/kevalidan kuesioner penelitian, sedangkan uji realibilitas dilakukan
untuk menguji kehandalan/konsistensi kuesioner penelitian. Kuesioner yang
sudah valid dan reliabel seluruh butirnya dapat digunakan untuk pengukuran
dalam rangka pengumpulan data. Adapun rumus teknik pengabsaan data, yaitu:
1. Uji Validitas
Pengertian validitas adalah alat mengukur suatu kuesioner yang
merupakan pertanyaan dari indikator variabel. Butir pertanyaan dikatan valid
atau akurat apabila jawaban seseorang konsisten. Peneliti akan melakukan
uji validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 24. Suatu
kontruk atau variabel dikatakan valid apabila Jika nilai rHitung ≥ rTabel
maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan valid, begitupula
sebaliknya (Sunyoto, 2013:81)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabelitas dimaksudkan untuk mengetahi adanya tingkat
kehandalan alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur
memiliki hasil yang kosisten apabila digunakan berkali-kali. Besarnya
koefisien alpha yang diperoleh menunjukkan koefisien realibilitas instrumen.
Realibilitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan bantuan
33
komputer dengan bantuan aplikasi software SPSS version 24 dengan
crombach alpha. Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari 0.6 maka
disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut haldal atau reliabel
Ayuningtyas (2012:58). Maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan
reliabel, begitupula sebaliknya.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015:147) Dalam penelitian kuantitatif, analisis
data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data
lain terkumpul. Data yang diperoleh dari responden dilapangan diolah secara
ilmiah dengan menggunakan metode analisis sebagai berikut :
1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi).
Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam
penelitian ini berupa tabel, perhitungan modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata
dan standar deviasi, serta perhitungan persentase (%). Penentuan persentase
dari perolehan data hasil kuesioner dari masing-masing variabel
menggunakan rumus perhitungan persentase:
% =𝑛
𝑁 x 100%
34
Keterangan rumus:
n = Skor yang diperoleh
N = Skor ideal
% = Persentase
Data yang sudah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat-
kalimat yang bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat
digolongkan sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1: Kriteria Jawaban Responden
Persentase Jawaban Tafsiran Kualitatif
80% - 100% Sangat Setuju
60% - <80% Setuju
40% - <60% Ragu-ragu
20% - < 40% Tidak Setuju
0% - < 20% Sangat Tidak Setuju
(Sumber: Arikunto, 2010: 246)
2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk melihat pengaruh
pengawasan terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Pada tahap
ini analisis data menggunakan tabel analisis regresi linear sederhana
berdasarkan jawaban responden. Adapun rumus persamaan analisis korelasi
sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ý = a + bX
Keterangan rumus:
Y = variabel disiplin kerja
X = variabel pengawasan
a = konstanta
b = koefisien regresi
Analisis regresi dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan
software SPSS version 24. Hasil analisis regresi dapat digunakan pula untuk
35
melakukan uji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Dasar pengambilan
keputusannya, adalah: Jika nilai P value (sig) ≥ 0,05, maka Ho diterima dan H1
ditolak dan Jika nilai P value (sig) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Kota
Makassar didirikan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional Nomor 05 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Rehabilitasi BNN. Balai Rehabilitasi BNN Baddoka diresmikan pada
tanggal 26 juni 2012 yang bertepatan dengan hari Anti Narkotika
Internasional (HANI) oleh Prof. Dr. Boediono selaku Wakil Presiden
Republik Indonesia.
Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar terletak di jalan Batara
Bira Nomor IV Komples PU Baddoka, Kelurahan Bulurokeng Kecamatan
Biringkanaya, Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dan letak geografis
5°05’24.90’LS dan 119°30’27.09’BT. Balai Rehabilitasi BNN Baddoka
berada di bawah naungan Badan Narkotika Nasional yang beralamat di
Jalan. MT. Haryono No. 11 Cawang Jakarta Timur.
Berdiri di atas lahan seluas 7.563 m2 dari luas tanah 2,5 ha yang
merupakan penyerahan hak pinjam pakai atas tanah milik Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan surat keputusan Gubernur Provinsi
Sulawesi Selatan Nomor 1232/IV/Tahun 2011.
Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar memiliki sarana dan
prasarana karena merupakan wujud nyata keseriusan antara Badan
37
Narkotika Nasional dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Berikut ini
daftar pemanfaatan lahan yang ada di Balai rehabilitasi BNN Baddoka
Makassar dapat dilihat dari tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Pemanfaatan Lahan di Balai Rehabilitasi
BNN Baddoka Makassar
No
Jenis Penggunaan
Luas Area
M² %
1 Gedung 7.563 30,25
2 Parkir 3.000 12,00
3 Jalan 6.400 25,60
4 RTH/Taman 7.473 29,75
5 Lapangan 600 2,40
Total Luas 25.000 100
Berdasarkan tabel tersebut total luas area tanah Balai Rehabilitasi BNN
Baddoka Makassar seluas 25.000 M² dengan total luas bangunan 7.563 M²
dengan kapasitas 300 orang per tahun yang siap di rehabilitasi. Lahan parkir
yang tersedia sebesar 3000 M² yang terdiri atas ruang parkir roda empat 2500
M² dan 500 M² untuk roda dua untuk luas ruang terbuka hijau atau taman di
peruntukkkan sebesar 7.437 M² atau sebesar 29,75 %. Serta lapangan olahraga
tersedia pada lahan sebesar 600 M².
2. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi pusat layanan terbaik dalam bidang Rehabilitasi
Penyalahgunaan Narkoba.
38
2. Misi
a. Memberikan layanan rehabilitasi secara terpadu dan profesional;
b. Mendidik dan mengembangkan sumber daya manusia dalam bidang
pelayanan rehabilitasi;
c. Melakukan Operasional Research dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan rehabilitasi.
3. Struktur Organisasi Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Makassar
Struktur Organisasi Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Makassar berdasarkan Peraturan Kepala Badan Narkotika
Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.
Gambar 3
Struktur Organisasi Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Makassar
KEPALA BALAI
KASUBAG TU, REN
DAN
KEPAGAWAIAN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA SEKSI
SOSIAL
KEPALA SEKSI
MEDIS
39
4. Tugas dan Fungsi
Balai rehabilitasi BNN mempunyai tugas melaksanakan
rehabilitasi terhadap penyalahguna narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, fasilitas pengembangan metode rehabilitasi dan
peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang rehabilitasi,
serta pelayanan wajib lapor.
Dalam melaksanakan tugas Balai Rehabilitasi BNN
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan perencanaan, program, dan anggaran Balai Rehablitasi
BNN;
2. Pelaksanaan pelayanan kegawatdaruratan medic terhadap
penyalahguna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya;
3. Pelaksanaan pelayanan poloklinik umum dan spesialistik, apotek,
serta pemeriksaan penunjang medic lainnya;
4. Pelaksanaan detoksifikasi terhadap penyalahguna narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya;
5. Pelaksanaan pelayanan terapi psiko edukasi dan psiko sosial
termasuk metode therapeutic community terhadap penyalahguna
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya;
6. Pelaksanaan pemberian pengetahuan dasar tentang adiksi kepada
penyalahguna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya;
7. Pelaksanaan pemberian dan penyiapan keterampilan terhadap
penyalahguna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya;
40
8. Pelaksanaan penyelenggaraan database yang up to date di lingkungan
Balai Rehabilitasi BNN;
9. Pelaksanaan pemberian bantuan informasi dalam rangka pemutusan
jaringan peredaran gelap narkoba berdasarkan hasil asesmen terhadap
penyalahguna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya;
10. Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga Balai rehabilitasi BNN;
11. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan, perencanaan, program, dan
anggaran Balai Rehabilitasi BNN.
a. Kepala Balai
Kepalai balai mempunyai tugas untuk menyusun, merencanakan
dan mengevaluasi tata kelola balai dan anggaraan di Balai BNN
Baddoka Makassar
b. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan
pelaksanaan melakukan penyiapan pelaksanaan penyelenggaraan
ketatausahaan, perencanaan dan rumah tangga, aset, kepegawaian,
keuangan, dokumentasi, humas, kerjasama, database yang up to date,
evaluasi dan pelaporan perencanaan program dan anggaran Balai
Rehabilitasi BNN.
c. Seksi Rehabilitasi Medis
Seksi Rehabilitasi Medis mempunyai tugas melakukan penyiapan
pelaksanaan penerimaan wajib lapor, pelayanan kegawatdaruratan
medic, pemeriksaan awal (screnning, intake), detoksifikasi asesmen
persiapan program rehabilitasi, poliklinik umum dan spesialistik,
41
apotek, pemeriksaan penunjang medic lainnya terhadap
penyalahguna narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Memfasislitasi penyelenggaraan peningkatan kompetensi dan
praktek untuk petugas, bantuan saksi ahli medis, serta pengkajian dan
penelitian pelayanan rehabilitasi medis.
d. Seksi Rehabilitasi Sosial
Seksi Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan
pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial termasuk di dalamnya
modifikasi penerapan metode therapeutic community, pemberian dan
peningkatan keterampilan, pembekalan untuk persiapan kembali ke
dalam masyarakat, asesmen persiapan program pasca rehabilitasi, pra
perawatan lanjut dan pemantauan pemulihan terhadap penyalahguna
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional bertugas menjalankan,
melaksanakan tugas dan program yang telah di berikan dari pimpinan,
sehingga berjalan secara efektif dan efisien.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.2
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %
Laki-Laki 23 56,6
Perempuan 30 43,4
Total 53 100
Sumber: Hasil data olah SPSS, Januari 2020
42
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, total responden yang merupakan pegawai
Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar adalah 53
orang, jumlah responden laki-laki sebanyak 23 orang (56,6%) dan responden
perempuan sebanyak 30 orang (43,4%).
b. Usia Responden
Tabel 4.3
INTERVAL USIA FREKUENSI PRESENTASE
20 – 30 24 45,3 %
31 – 40 23 43,4 %
41 – 50 4 7,5 %
>50 2 3,8 %
TOTAL 53 100 %
Sumber: hasil data olah SPSS, Januari 2020
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan usia yang tertinggi berada pada interval 20 sampai 30 tahun dengan
presentase 45,3%. Sedangkan yang terrendah berada pada interval usia >50
tahun dengan presentase 3,8%.
c. Tingkat Pendidikan Responden
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan
Terakhir
Frekuensi Persentase %
SMA 13 24,5
Diploma (D3) 26 49,1
Sarjana (S1) 12 22,6
Sarjana (S2) 2 3,7
Total 53 100
Sumber : Olah Data, Januari 2020
43
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan yang tertinggi berada pada interval Diploma
(D3) sebanyak 26 orang dengan presentase 49,1 %. Sedangkan yang
terrendah berada pada interval Strata 2 (S2) berjumlah 2 orang dengan
presentase 3,7%.
C. Pembahasan Penelitian
1. Hasil Uji Validitas Data
Uji validitas data dilakukan untuk mengukur keabsahan dan kehandalan
suatu data. Pengujian untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Pada penelitian ini
menggunakan responden sebanyak 53 orang sehingga r tabel yang didapat
adalah 0,27. Hasil uji validitas variabel pengawasan (X) dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5: Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan (X)
Instrument Rhitung rTabel Keterangan
1 0,375 0,27 Valid
2 0,354 0,27 Valid
3 0,552 0,27 Valid
4 0,529 0,27 Valid
5 0,429 0,27 Valid
6 0,396 0,27 Valid
7 0,429 0,27 Valid
8 0,457 0,27 Valid
9 0,449 0,27 Valid
10 0,399 0,27 Valid
Sumber : Olah Kuesioner, Januari 2020
44
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, pengujian validitas instrumen penelitian
yang valid sebanyak 10 item pertanyaan. Hasil uji validitas untuk instrumen
variabel pengawasan (X):
Tabel 4.6: Hasil Uji Validitas Variabel Penanggulangan Narkoba (Y)
Instrument Rhitung rTabel Keterangan
1 0,361 0,27 Valid
2 0,594 0,27 Valid
3 0,405 0,27 Valid
4 0,572 0,27 Valid
5 0,604 0,27 Valid
6 0,515 0,27 Valid
7 0,483 0,27 Valid
8 0,282 0,27 Valid
9 0,379 0,27 Valid
10 0,350 0,27 Valid
11 0,546 0,27 Valid
12 0,343 0,27 Valid
13 0,483 0,27 Valid
14 0,505 0,27 Valid
15 0,602 0,27 Valid
16 0,469 0,27 Valid
Sumber : Hasil Olah kuesioner, Januari 2020
Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah pertanyaan
yang valid pada instrumen penelitian variabel Y sebanyak 16 item pertanyaan,
dimana r hitung lebih besar dari r tabel.
2. Hasil Uji Reliabilitas Data
Menurut Sunyoto (2013:81) reliabilitas ialah alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Butir pertanyaan
45
dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terdapat
pertanyaan adalah konsisten. Teknik dalam menguji realibilitas kuesioner
penelitian ini adalah menggunakan rumus koefisien cronbach alpha > 0,6.
Hasil uji reliabilitas pada variabal Pengawasan (X) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.7: Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pegawasan (X)
Variabel Cronbach Alpha Standar
Reliabilitas Keterangan
Pengawasan (X) 0.709 0.600 Reliabel
Sumber : Hasil Olah Kuesioner Januari 2020
Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa variabel
pengawasan memiliki cronbach alpha 0.709. Suatu variabel dikatan reliabel
jika nilai cronbach alpha lebih dari 0.60. Maka dari tabel diatas nilai
cronbach alpha lebih besar dari standar Realibilitas yaitu 0.709> 0,60
sehingga instrumen tersebut reliabel. Sedangkan untuk hasil uji reliabel
variabel Disiplin Kerja (Y) dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.8: Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penanggulangan Narkoba (Y)
Variabel Cronbach Alpha Standar
Reliabilitas Keterangan
Disiplin
Kerja (Y)
0.946 0.600 Reliabel
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada variabel
Penanggulangan Narkoba (Y) memiliki cronbach alpha 0.946. Suatu
variabel dikatan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih dari 0.60. Maka dari
tabel diatas nilai cronbach alpha lebih besar dari standar Realibilitas yaitu
0.946 > 0,60 sehingga instrumen tersebut reliabel.
46
Berdasarkan dari kedua hasil uji reliabelitas diatas maka dapat
disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
telah reliabel. Karena memiliki nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0.60.
Sehingga layak untuk digunakan sebagai alat ukur instrumen pada
penelitian ini.
D. Deskripsi Variabel
Deskripsi variabel ini mendeskripsikan hasil jawaban penyebaran
kuesioner kepada para pegawai yang menjadi responden dalam penelitian ini.
Untuk mengetahui sejauh mana tanggapan responden mengenai pengawasan
(X) dengan Penanggulangan Narkoba (Y) di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar. Untuk lebih rincinya kedua variabel
tersebut akan di deskripsikan sebagai berikut:
1. Pengawasan (X)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk memastikan dan melihat bahwa
segala aktivitas terlaksana sesuai dengan rencana. Setelah keseluruhan data
yang diperoleh dalam penelitian diuraikan, maka tahap selanjutnya dilakukan
analisis data tentang variabel pengawasan.
Adapun indikator pada variabel tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengawasan langsung
Pengawasan langsung ialah dimana pimpinan melihat secara langsung
pegawai bekerja dan apabila pemimpin melihat langsung pegawai melakukan
kesalahan atau penyimpangan pemimpin bisa secara langsung memberikan
sanksi kepada pegawai yang bersangkutan. Pengawasan langsung dalam
47
penelitian ini adalah bagian dari indikator dalam variabel pengawasan di Balai
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar sub indikator dalam
sepuluh pernyataan. Untuk mendeskripsikan pernyataan dari ke 53 responden
terhadap sub indikator yang mewakili, dapat dilihat dalam pengolahan data pada
tabel 4.9 dan 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.9 Pemimpin Melihat Pegawai Bekerja secara Langsung :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 14 26,4
Setuju (S) 31 58,6
Ragu-Ragu (RR) 4 7,5
Tidak Setuju (TS) 4 7,5
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “pemimpin melihat pegawai bekerja secara langsung”
didominasi dengan jawaban setuju dengan memperoleh tanggapan sebanyak
31 responden atau 58,6% dan jawaban terendah adalah jawaban sangat ragu-
ragu dan tidak setuju yaitu 4 responden 7,5%
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, sebagian besar menyatakan
bahwa pemimpin selalu melihat pegawai bekerja secara langsung.
Berdasarkan observasi pengamatan peneliti dilapangan peneliti melihat
pemimpin sering mengelilingi setiap ruang kerja pegawai guna melihat
pegawai bekerja secara langsung.
48
Tabel 4.10 Saya Akan Lebih Giat Bekerja Bila Sedang Diawasi Oleh
Pimpinan:
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 23 43,4
Setuju (S) 14 26,4
Ragu-Ragu (RR) 13 24,5
Tidak Setuju (TS) 3 5,7
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan ”saya akan lebih giat bekerja bila sedang diawasi oleh
pimpinan” didominasi dengan jawaban sangat setuju dengan memperoleh
tanggapan sebanyak 23 responden atau 43,4% dan jawaban terendah adalah
jawaban tidak setuju yaitu 3 responden atau 5,7%.
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, sebagian besar menyatakan
bahwa mereka akan lebih giat bekerja apabila sedang diawasi oleh pimpinan.
Berdasarkan observasi pengamatan peneliti dilapangan pegawai giat dan
serius apabila pemimpin sedang berada dikantor dan mengelilingi setiap
ruang kerja pegawai guna melihat pegawai bekerja secara langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator pengawasan langsung
berada pada tingkat penilaian sangat baik. Hal ini di dukung pada observasi
peneliti dimana para pengawai bekerja dengan baik saat pemimpin
melakukan pengawasan langsung dengan melihat secara langsung aktivitas
para pegawai di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar.
49
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, seluruh pegawai maupun
pimpinan membenarkan dan menyetujui adanya pengawasan langsung
maupun tidak langsung di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Makassar Berdasarkan observasi pengamatan peneliti dilapangan
peneliti melihat apabila pengawasan dilaksanakan maka akan meningkatkan
kinerja para pegawai.
Berdasarkan hasil analisis data pada pernyataan diatas dalam
indikator pengawasan langsung pada variabel pengawasan dapat
disimpulkan pada tabel 4.11 sebagai berikut:
Pernyataan SS
%
S
%
RR
%
TS
%
STS
%
Jumlah
%
P1 26,4 43,4 24,5 5,7 - 100
P2 3,8 28,3 34,0 32,1 1,9 100
P3 9,4 58,5 32,1 - - 100
P4 18,9 37,7 32,1 9,4 1,9 100
P5 37,7 37,7 15,1 7,5 1,9 100
Rata-rata 19,24 41,12 27,56 13,67 1,9 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan data tabel diatas maka indikator pengawasan langsung
dengan lima item pernyataan penilaian rata-rata dari 53 responden yaitu
19,24% responden yang memberikan penilaian sangat setuju (SS), 41.12%
responden yang memberikan penilaian setuju (S), 27.56% responden yang
memberikan penilaian ragu-ragu (RR), 13,67% responden yang memberikan
penilaian tidak setuju (TS) dan 1,9% responden yang memberikan penilaian
sangat tidak setuju (STS) terhadap pengawasan secara langsung di Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar.
50
Hasil analisis deskriptif tentang indikator pengawasan langsung
dapat dilihat bahwa penilaian rata-rata dari responden paling tinggi yakni
41,12% responden memberikan penilaian setuju, sedangkan penilaian rata-
rata responden paling terendah yakni 1,9% responden memberikan penilaian
sangat tidak setuju. Menunjukkan bahwa penilaian sangat setuju sebesar
87,92% responden diperoleh dari hasil analisis indikator pengawasan
langsung sebesar 19,24% responden menjawab sangat setuju dan 27,56%
responden menjawab ragu-ragu. Namun masih ada responden yang
memberikan penilaian tidak setuju sebesar 13,67% dan 1,9% responden
sangat tidak setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator pengawasan langsung
berada pada tingkat penilaian sangat baik. Hal ini di dukung pada observasi
peneliti dimana para pengawai bekerja dengan baik saat pemimpin
melakukan pengawasan langsung dengan melihat secara langsung aktivitas
para pegawai di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar.
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung ialah pengawasan yang dilakukan tanpa
pemimpin terjun langsung ke lapangan, tetapi pemimpin menerima laporan
tertulis dari para pegawai. Pengawasan tidak langsung dalam penelitian ini
adalah bagian dari indikator dalam variabel pengawasan di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar. Maka untuk mengetahui
indikator pengawasan tidak langsung diukur melalui sub indikator dalam tiga
pernyataan. Untuk mendeskripsikan pernyataan dari ke 53 responden
terhadap sub indikator yang mewakili, dapat dilihat dalam pengolahan data
pada tabel 4.12 sampai 4.14 sebagai berikut.
51
Tabel 4.12 Pengawasan Hanya Dilihat Dari Absensi Pegawai:
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 14 26,4
Setuju (S) 10 18,9
Ragu-Ragu (RR) 13 24,5
Tidak Setuju (TS) 13 24,5
Sangat Tidak Setuju (STS) 3 5,7
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner Januari 2020
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai
pernyataan “pengawasan hanya dilihat dari absensi pegawai“ didominasi
dengan jawaban sangat setuju dengan memperoleh tanggapan yang sebanyak
14 responden atau 26,4% dan jawaban terendah adalah jawaban sangat tidak
setuju yaitu 3 responden atau 5,7%.
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, sebagian besar pegawai
menyetujui pernyataan diatas meskipun sebagian pegawai tidak menyetujui jika
pengawasan dilihat dari absensi pegawai. Berdasarkan observasi pengamatan
peneliti dilapangan peneliti melihat bahwa absensi cukup berperan dalam
menilai tingkat pengawasan dan kehadiran pegawai di Balai Rehabilitasi BNN
Baddoka Makassar.
Tabel 4.13 Saya Memberikan Laporan Pelaksanaan Pekerjaan Pada
Pemimpin :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 7 13,2
Setuju (S) 30 56,6
Ragu-Ragu (RR) 16 30,2
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
52
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai
pernyataan “saya selalu memberikan laporan pelaksanaan pekerjaan pada
pemimpin“ didominasi dengan jawaban setuju dengan memperoleh tanggapan
yang sebanyak 30 responden atau 56,6% dan jawaban terendah adalah jawaban
sangat setuju yaitu 7 responden 13,2%.
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, seluruh pegawai selalu
memberikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada pemimpin. Berdasarkan
observasi pengamatan peneliti dilapangan peneliti melihat dan bertanya secara
langsung kepada pemimpin bahwa para pegawai selalu memberikan laporan
pelaksanaan pekerjaan kepada pemimpin baik setiap bulan atau kapan saja
pemimpin ingin melihat laporan pelaksanaan pekerjaan.
Tabel 4.14 Pemimpin teliti Memeriksa Laporan Pelaksanaan Pekerjaan
Yang Diberikan :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 4 7,5
Setuju (S) 16 30,2
Ragu-Ragu (RR) 31 58,5
Tidak Setuju (TS) 2 3,8
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai
pernyataan “pemimpin selalu memeriksa laporan pelaksanaan pekerjaan yang
diberikan“ didominasi dengan jawaban ragu-ragu dengan memperoleh
tanggapan yang sebanyak 31 responden atau 58,5% dan jawaban terendah
adalah jawaban tidak setuju yaitu 2 responden atau 3,8%.
53
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, sebagian besar pegawai
membenarkan bahwa pemimpin selalu memeriksa laporan pekerjaan.
Berdasarkan observasi pengamatan peneliti dilapangan peneliti melihat dan
bertanya secara langsung pada pegawai, pemimpin sering meminta laporan
pelaksanaan pekerjaan dan memeriksanya.
Berdasarkan hasil analisis data pada pernyataan diatas dalam indikator
pengawasan tidak langsung pada variabel pengawasan dapat disimpulkan pada
tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15 : Indikator Pengawaasan Tidak Langsung
Pernyataan SS
%
S
%
RR
%
TS
%
STS
%
Jumlah
%
P6 18,9 26,4 24,5 24,5 5,7 100
P7 13,2 56,6 30,2 - - 100
P8 7,5 30,2 58,5 3,8 - 100
P9 26,4 43,4 22,6 7,5 - 100
Rata-rata % 16,5 39,15 33,95 8,95 1,45 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner Januari 2020
Berdasarkan data tabel diatas maka indikator pengawasan tidak
langsung dengan empat item pernyataan penilaian rata-rata dari 53 responden
yaitu 16,5% responden yang memberikan penilaian sangat setuju (SS), 39.15%
responden yang memberikan penilaian benar (B), 33.95% responden yang
memberikan penilaian ragu-ragu (RR), 8,95% responden yang memberikan
penilaian tidak setuju (TS) dan 1,45% responden yang memberikan penilaian
sangat tidak setuju (STS) terhadap pengawasan tidak langsung di Balai
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar.
Hasil analisis deskriptif tentang indikator pengawasan tidak langsung
dapat dilihat bahwa penilaian rata-rata dari responden paling tinggi yakni
54
39,15% responden memberikan penilaian setuju, sedangkan penilaian rata-rata
responden paling terendah yakni 1.45% responden memberikan penilaian
sangat tidak setuju. Menunjukkan bahwa penilaian sangat setuju sebesar 89,6%
responden, diperoleh dari hasil analisis indikator pengawasan tidak langsung
sebesar 16,5% responden menjawab sangat setuju, 39,15 responden menjawab
benar,dan 33,95% responden menjawab ragu-ragu. Namun masih ada
responden yang memberikan penilaian tidak setuju sebesar 10,4% yang
diperoleh dari penilaian sebesar 8,95% responden menjawab tidak setuju, dan
1,45% responden menjawab sangat tidak setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator pengawasan tidak
langsung berada pada tingkat penilaian sangat baik. Hal ini di dukung pada
observasi peneliti dimana para pegawai tetap rajin bekerja serta ramah melayani
para orang tua dari pasien yang ada di Balai rehabilitasi saat pemimpin sedang
tidak berada dikantor.
Berdasakan hasil analisis data pada kedua indikator variabel
Pengawasan (X) dapat disimpulkan pada tabel berikut:
Tabel 4.16: Tanggapan Responden Tentang Pengawasan (X).
Pertan
yaan
Jawaban Responden
Skor SS S RR TS STS
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
P1 14 26,4 23 43,4 13 24,5 3 5,7 - - 207
P2 2 3,8 15 28,3 18 34,0 17 32,1 1 1,9 159
P3 5 9,4 31 58,5 17 32,1 - - - - 200
P4 10 18,9 20 37,7 17 32,1 5 9,4 1 1,9 192
P5 20 37,7 20 37,7 8 15,1 4 7,5 1 1,9 213
P6 4 7,5 31 58,5 17 32,1 1 1,9 - - 197
P7 16 30,2 16 30,2 19 35,8 2 3,8 - - 205
P8 10 18,9 14 26,4 13 24,5 13 24,5 3 5,7 174
P9 7 13,2 30 56,6 16 30,2 - - - - 203
P10 4 7,5 16 30,2 31 58,5 2 3,8 - - 181
Total Skor 1.931
Rata-rata 193,1
55
Pada tabel diatas, tanggapan responden tentang pengawasan dengan
total skor 1.931 atau dengan rata-rata skor 193,1 dari 10 item pernyataan yang
didapatkan pada kedua indikator. Adapun skor tertinggi dari setiap item
pernyataan diberi skor 5 dan skor terendah setiap item pernyataan diberi skor 1.
Bila setiap pertanyaan mendapat skor tertinggi yaitu, skor tertinggi item
pernyataan x N x Item pernyataan atau 5 x 53 x 10 = 2.650
Berdasarkan dari hasil penelitian pengawasan di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar, diperoleh jumlah skor,
perolehan dalam pengumpulan data kuesioner dengan sebanyak 1.931 dari 53
tanggapan responden terhadap pengawasan di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar, yaitu:
Skor Perolehan
Skor Maximum x 100% =
1.931
2.650 x 100% = 73, 86%
Dari hasil penilaian pengawasan diperoleh 73,86% yang ditetapkan, hal
ini secara kontinum dapat dibuat kategori (Sugiyono, 2010:110) sebagai
berikut:
Gambar 4.1 Kontinum Interprestasi Skor
0 20 40 60 80 100
73,86
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Keterangan Interprestasi Skor
Angka 0%-19% = tidak baik
Angka 20%-39% = kurang baik
Angka 40%-59% = cukup baik
56
Angka 60%-79% = baik
Angka 80%-100% = sangat baik
0 530 1.060 1.590 2.120 2.650
TB KB CB B SB
Keterangan:
Tidak Baik (TB) = 1 = 1 × 53 × 10 = 530
Kurang Baik (KB) = 2 = 2 × 53 × 10 = 1.060
Cukup Baik (CB) = 3 = 3 × 53 × 10 = 1.590
Baik (B) = 4 = 4 × 53 × 10 = 2.120
Sangat Baik (SB) = 5 = 5 × 53 × 10 = 2.650
Berdasarkan hasil penelitian di Balai rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Baddoka Makassar, sebersar 73,86% yang menujukkan bahwa
pengawasan berada pada penilaian baik. Hal tersebut menunjukan bahwa pada
Balai BNN Baddoka Makassar memiliki pengawasan yang baik, hal tersebut di
telihat dalam kategori kontinum skor yang berada pada kategori baik yakni
60%-79% sedangkan perolehan nilai persen dari responden sebesar 73,86%,
Untuk perolehan skor nilai baik berada pada jumlah 1.590-2.120, dan perolehan
nilai dari responden 1.931, sehingga secara kesimpulan bahwa variabel
pengawasan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar
baik.
2. Penanggulangan Narkoba (Y)
Penanggulangan Narkoba adalah pencegahan pemakaian zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
57
semisintetis yang dapat menyebabkan penurunun atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Adapun indicator pada variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Promotif (Pembinaan Sebelum Mengenal Narkoba)
Pembinaan yang ditujukan kepada masyrakat yang belum memakai
narkoba, atau bahkan belum mengenal narkoba. Promotif adalah salah satu
indicator dari variabel penanggulangan narkoba, dalam penelitian ini di
Balai Rehabiltasi BNN Baddoka Makassar, Maka untuk mengetahui
indikator Promotif diukur melalui sub indikator dalam 3 item pernyataan.
Untuk mendeskripsikan pernyataan dari ke 53 responden terhadap sub
indikator ini dapat dilihat dalam pengolahan data pada tabel 4.17 sampai
4.19 sebagai berikut:
Tabel 4.17: Pembinaan Di Lakukan sebelum mengenal narkoba :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 4 7,5
Setuju (S) 32 60,4
Ragu-Ragu (RR) 16 30,2
Tidak Setuju (TS) 1 1,9
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan
responden mengenai pernyataan “Pembinaan dilakukan sebelum mengenal
58
narkoba”, didominasi dengan jawaban setuju dengan memperoleh
tanggapan sebanyak 32 responden atau sebesar 60,4% dan jawaban yang
terendah adalah jawaban tidak setuju yaitu 1 responden atau sebesar 1.9%.
Berdasarkan 53 responden, sebagian besar pegawai menginginkan
untuk masyarakat mengikuti pembinaan sebelum mengenal narkoba.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan bertanya secara langsung pada
pimpinan Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar, memang seharusnya
pembinaan dilakukan sebelum mengenal narkoba, agar masyarakat lebih
waspada lagi terhadap narkoba.
Tabel 4.18 Pembinaan promotif dapat meningkatkan peranan BNN
dalam menanggulangi narkoba :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 22 41,5
Setuju (S) 30 56,6
Ragu-Ragu (RR) 1 1,9
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Pembinaan promotif dapat meningkatkan peranan
BNN dalam menanggulangi narkoba”, didominasi dengan jawaban setuju
dengan memperoleh tanggapan sebanyak 30 responden atau sebesar 56,6%
dan jawaban yang terendah adalah jawaban ragu-ragu yaitu 1 responden
atau sebesar 1.9%.
Berdasarkan 53 responden, seluruh pegawai membenarkan bahwa
pembinaan promotif dapat meningkatkan peranan BNN dalam
59
menanggulangi narkoba. Berdasarkan pengamatan peneliti dan bertanya
secara langsung pada Kepala Balai BNN Baddoka Makassar, pembinaan ini
dapat meningkatkan peranan BNN Baddoka dalam menanggulangi narkoba.
Tabel 4.19 Pegawai dan masyarakat di sekitar BNN mengikuti penyuluhan
tentang bahaya narkoba :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 4 7,5
Setuju (S) 32 60,4
Ragu-Ragu (RR) 16 30,2
Tidak Setuju (TS) 1 1,9
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Pegawai dan masyarakat di sekitar BNN mengikuti
penyuluhan tentang bahaya narkoba”, didominasi dengan jawaban setuju
dengan memperoleh tanggapan sebanyak 32 responden atau sebesar 60,4%
dan jawaban yang terendah adalah jawaban tidak setuju yaitu 1 responden
atau sebesar 1.9%.
Berdasarkan 53 responden, sebagian besar pegawai mengiginkan
adanya penyuluhan bagi masyarakat sekitar BNN Baddoka, agar pegawai
dan masyarakat lebih mengenal tentang bahaya narkoba. Berdasarkan
pengamatan peneliti dilapangan, pegawai sangat menginginkan adanya
60
penyuluhan tentang bahaya narkoba ke pegawai dan masyarkat agar mereka
lebih mengenal bahaya dan dampak dari penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan hasil analisis data pada pernyataan diatas dalam
indikator promotif pada variabel penanggulangan narkoba dapat
disimpulkan pada tabel 4.20 sebagai berikut:
Pernyataan SS
%
S
%
RR
%
TS
%
STS
%
Jumlah
%
P1 7,5 60,4 30,2 1,9 - 100
P2 41,5 56,6 1,9 - - 100
P3 7,5 60,4 30,2 1,9 - 100
P4 7,5 58,5 32,1 1,9 - 100
Rata-rata % 16,00 58,97 23,6 1,9 0 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan data tabel diatas maka indikator promotif dengan
empat item pernyataan penilaian rata-rata dari 53 responden yaitu
16,00% responden yang memberikan penilaian sangat setuju (SS),
58,97% responden yang memberikan penilaian setuju (S), 23,6%
responden yang memberikan penilaian ragu-ragu (RR), 1,9% responden
yang memberikan penilaian tidak setuju (TS) dan 0% responden yang
memberikan penilaian sangat tidak setuju (STS) terhadap pembinaan
promotif di Balai Rehablitasi BNN Baddoka Makassar.
Hasil analisis deskriptif tentang indikator pembinaan promotif
dapat dilihat bahwa penilaian rata-rata dari responden paling tinggi yakni
58,97% responden memberikan penilaian setuju, sedangkan penilaian
61
rata-rata responden paling terendah yakni 1,9% responden memberikan
penilaian tidak setuju. Menunjukkan bahwa penilaian sangat setuju
sebesar 96,67% responden, diperoleh dari hasil analisis indikator
pembinaan promotif sebesar 16,00% responden menjawab sangat setuju,
58,97% responden menjawab setuju, dan 23,6% responden menjawab
ragu-ragu. Namun masih ada responden yang memberikan penilaian
tidak setuju sebesar 1,9% yang diperoleh dari penilaian sebesar 1,9%
responden menjawab tidak setuju, dan 0% responden sangat tidak setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator pembinaan
promotif berada pada tingkat penilaian sangat baik. Hal ini di dukung
pada observasi peneliti dimana para pegawai memiliki keinginan yang
tinggi untuk mengurangi penyalahgunaan narkoba.
d. Preventif
Preventif disebut juga program pencegahan yang ditujukan kepada
masyarakat sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk
beluk narkoba sehingga tidak tetarik untuk menyalahgunakannya.
Preventif adalah bagian dari indikator dalam variabel penanggulangan
narkoba, dalam penelitian di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar.
Maka untuk mengetahui indikator preventif diukur melalui sub indikator
dalam empat item pernyataan. Untuk mendeskripsikan pernyataan dari
ke 53 responden terhadap sub indikator ini dapat dilihat dalam
62
pengolahan data yang mewakili pada tabel 4.21 sampai 4.23 sebagai
berikut :
Tabel 4.21 Kegiatan kampanye anti narkoba sangat membantu
pencegahan penyalahgunaan narkoba:
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 8 15,1
Setuju (S) 30 56,6
Ragu-Ragu (RR) 14 26,4
Tidak Setuju (TS) 1 1,9
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Kegiatan kampanye anti narkoba sangat membantu
pencegahan penyalahgunaan narkoba” didominasi dengan jawaban setuju
dengan memperoleh tanggapan sebanyak 30 responden atau sebesar 56,6%
dan jawaban yang terendah adalah jawaban tidak setuju yaitu 1 responden
atau sebesar 1.9%
Berdasarkan 53 responden, sebagian besar pegawai menyatakan
bahwa adanya kegiatan kampanye anti narkoba sangat membantu
pencegahan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan pengamatan peneliti
dan bertanya secara langsung pada pegawai bahwa kegiatan kampanye ini
sangat membantu dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.
63
Tabel 4.22 Pendidikan dan pelatihan tentang narkoba dapat
mencegah penyalahgunaan narkoba:
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 4 7,5
Setuju (S) 33 62,3
Ragu-Ragu (RR) 15 2,3
Tidak Setuju (TS) 1 1,9
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Pendidikan dan pelatihan tentang narkoba dapat
mencegah penyalahgunaan narkoba” didominasi dengan jawaban setuju
dengan memperoleh tanggapan sebanyak 33 responden atau sebesar 62,3%
dan jawaban yang terendah adalah jawaban tidak setuju yaitu 1 responden
atau sebesar 1.9%
Berdasarkan 53 responden, sebagian besar pegawai menyatakan
bahwa adanya pendidikan dan pelatihan tentang narkoba dapat mencegah
penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan,
para pegawai siap dengan adanya pendidikan dan pelatihan tentang narkoba
untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Meskipun masih ada pegawai
yang tidak setuju dengan adanya pendidikan dan pelatihan tentang narkoba.
Tabel 4.23 Perhatian dan keterlibatan keluarga mampu mengurang
terjadinya penyalahgunaan narkoba:
64
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 20 37,7
Setuju (S) 32 60,4
Ragu-Ragu (RR) 1 1,9
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Perhatian dan keterlibatan keluarga mampu
mengurang terjadinya penyalahgunaan narkoba”, didominasi dengan
jawaban setuju dengan memperoleh tanggapan sebanyak 32 responden atau
sebesar 60,4% dan jawaban yang terendah adalah jawaban ragu-ragu yakni
1 responden atau sebesar 1,9%.
Berdasarkan 53 responden, seluruh pegawai bahwa perhatian orang
tua berperan penting dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan pegawai berharap agar orang
tua lebih memberi perhatian kepada anak-anaknya sehingga mengurangi
adanya penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan hasil analisis data pada pernyataan diatas dalam
indikator preventif pada variabel penanggulangan narkoba dapat
disimpulkan pada tabel 4.24 sebagai berikut:
65
Pernyataan SS
%
S
%
RR
%
TS
%
STS
%
Jumlah
%
P5 15,1 56,6 26,4 1,9 - 100
P6 7,5 62,3 28,3 1,9 - 100
P7 37,7 60,4 1,9 - - 100
P8 11,3 60,4 26,4 1,9 - 100
Rata-rata % 17,90 59,90 20,75 1,45 0 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan data tabel diatas maka indikator preventif dengan
empat item pernyataan penilaian rata-rata dari 53 responden yaitu 17,90%
responden yang memberikan penilaian sangat setuju (SS), 59,90%
responden yang memberikan penilaian setuju (S), 20,75% responden yang
memberikan penilaian ragu-ragu (RR), 1,45% responden yang memberikan
penilaian tidak setuju (TS) dan 0% responden yang memberikan penilaian
sangat tidak setuju (STS) terhadap indicator preventif di Balai Rehalitasi
BNN Baddoka Makassar.
Hasil analisis deskriptif tentang indikator preventif dapat dilihat
bahwa penilaian rata-rata dari responden paling tinggi yakni 59,90%
responden memberikan penilaian setuju, sedangkan penilaian rata-rata
responden paling terendah yakni 1,45% responden memberikan penilaian
tidak setuju. Menunjukkan bahwa penilaian sangat baik sebesar 98,55%
responden, diperoleh dari hasil analisis indikator disiplin korektif sebesar
17,90% responden menjawab sangat setuju, 59,90% responden menjawab
setuju, dan 20,75% responden menjawab ragu-ragu. Namun masih ada
responden yang memberikan penilaian tidak setuju sebesar 1,45% yang
66
diperoleh dari penilaian sebesar 1,45% responden menjawab tidak setuju,
dan 0% responden sangat tidak setuju.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator preventif berada
pada tingkat penilaian sangat baik. Hal ini di dukung pada observasi peneliti
dimana para pengawai sangat berharap dengan adanya pembinaan preventif
dapat mencegah penyalahgunaan narkoba.
e. Kuratif
Kuratif disebut juga program pengobatan yang ditujukan kepada
pemakai narkoba, tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan
menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus
menghentikan pemakaian narkoba. Kuratif adalah bagian dari indikator
dalam variabel penanggulangan narkoba, dalam penelitian di Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar. Maka untuk mengetahui indikator
kuratif diukur melalui sub indikator dalam empat item pernyataan. Untuk
mendeskripsikan pernyataan dari ke 53 responden terhadap sub indikator ini
dapat dilihat dalam pengolahan data yang mewakili pada tabel 4.25 sampai
4.26 sebagai berikut :
Tabel 4.25 Pengobatan yang rutin mampu mengurangi
ketergantungan terhadap narkoba :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 5 9,4
Setuju (S) 31 58,5
Ragu-Ragu (RR) 17 32,1
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
67
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Pengobatan yang rutin mampu mengurangi
ketergantungan terhadap narkoba” didominasi dengan jawaban setuju
dengan memperoleh tanggapan sebanyak 31 responden atau 58,5% dan
jawaban terendah adalah jawaban sangat setuju yaitu 5 responden 9,4%.
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, seluruh pegawai maupun
pimpinan membenarkan dan menyetujui bahwa pengobatan yang rutin
mampu mengurangi ketergantungan terhadap narkoba. Berdasarkan
observasi pengamatan peneliti dilapangan peneliti melihat apabila
pengobatan rutin dilaksanakan maka akan mengurangi ketergantungan
terhadap narkoba.
Tabel 4.26 Pengguna narkoba harus diberi hukuman:
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 4 7,5
Setuju (S) 27 50,9
Ragu-Ragu (RR) 22 41,5
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Setujukah anda, pengguna narkoba harus diberi
hukuman” didominasi dengan jawaban setuju dengan memperoleh
tanggapan sebanyak 27 responden atau 50,9% dan jawaban terendah adalah
jawaban sangat setuju yaitu 4 responden atau 7,5%.
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, seluruh pegawai maupun
pimpinan membenarkan dan menyetujui bahwa adanya pemberian
68
hukuman kepada pengguna narkoba dapat membuat efek jera kepada
pengguna narkoba. Berdasarkan observasi pengamatan peneliti dilapangan
peneliti melihat pemberian hukuman ini mampu memberi efek jera bagi
pengguna narkoba.
d. Rehabiltasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif.
Tujuannya agar pemakai tidak menggunakan kembali narkoba dan bebas
dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.
Rehabilitasi adalah bagian dari indikator dalam variabel
penanggulangan narkoba, dalam penelitian di Balai Rehabilitasi BNN
Baddoka Makassar. Maka untuk mengetahui indikator rehabilitasi diukur
melalui sub indikator dalam empat item pernyataan. Untuk
mendeskripsikan pernyataan dari ke 53 responden terhadap sub indikator ini
dapat dilihat dalam pengolahan data yang mewakili pada tabel 4.27 sampai
4.28 sebagai berikut :
Tabel 4.27 Pengguna narkoba harus di bawa ke balai rehabilitasi
narkoba untuk proses penyembuhan :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 25 47,2
Setuju (S) 18 34,0
Ragu-Ragu (RR) 10 18,9
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
69
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden
mengenai pernyataan “Pengguna narkoba harus di bawa ke balai rehabilitasi
narkoba untuk proses penyembuhan” didominasi dengan jawaban sangat
setuju dengan memperoleh tanggapan sebanyak 25 responden atau 47,2%
dan jawaban terendah adalah jawaban sangat ragu-ragu yaitu 10 responden
atau 18,9%.
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, seluruh pegawai maupun
pimpinan membenarkan bahwa pengguna narkoba harus dibawah ke balai
rehabilitasi untuk proses penyembuhan. Berdasarkan observasi pengamatan
peneliti dilapangan peneliti melihat sudah banyak keluarga yang mengirim
anggota keluarganya ke balai rehabiltasi secara suka rela guna proses
penyembuhan.
Tabel 4.28 Rehabilitasi narkoba mampu memulihkan kesehatan
pengguna narkoba :
Item Pernyataan Jumlah Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 20 37,7
Setuju (S) 32 60,4
Ragu-Ragu (RR) 1 1,9
Tidak Setuju (TS) - -
Sangat Tidak Setuju (STS) - -
Jumlah Total 53 100
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan responden mengenai
pernyataan “Pengguna narkoba harus di bawa ke balai rehabilitasi narkoba untuk
proses penyembuhan” didominasi dengan jawaban setuju dengan memperoleh
tanggapan sebanyak 32 responden atau 60,4% dan jawaban terendah adalah
jawaban sangat ragu-ragu yaitu 1 responden atau 1,9%.
70
Sesuai dengan tanggapan 53 responden, seluruh pegawai maupun
pimpinan membenarkan bahwa rehabilitasi narkoba mampu memulihkan
kesehatan pengguna narkoba. Berdasarkan observasi pengamatan peneliti
dilapangan peneliti melihat sudah banyak keluarga yang mengirim anggota
keluarganya ke balai rehabiltasi secara suka rela guna proses penyembuhan.
Berdasakan hasil analisis data pada kedua indikator variabel tentang
Disiplin Kerja (Y) dapat disimpulkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.29 Tanggapan Responden Tentang Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba:
Pertany
aan
Jawaban Responden
Skor SS S RR TS STS
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
P1 4 7,5 32 60,4 16 30,2 1 1,9 - - 198
P2 22 41,5 30 56,6 1 1,9 - - - - 233
P3 4 7,5 32 60,4 16 30,2 1 1,9 - - 198
P4 4 7,5 31 58,5 17 32,1 1 1,9 - - 197
P5 3 5,7 34 64,2 15 28,3 1 1,9 - - 198
P6 5 9,4 33 62,3 14 26,4 1 1,9 - - 201
P7 22 41,5 30 56,6 1 1,9 - - - - 233
P8 12 22,6 25 47,2 13 24,5 3 5,7 - - 205
P9 14 26,4 23 43,4 13 24,5 3 5,7 - - 207
P10 7 13,2 30 56,6 16 30,2 - - - - 203
P11 7 13,2 30 56,6 16 30,2 - - - - 203
P12 6 11,3 32 60,4 15 28,3 - - - - 203
P13 22 41,5 30 56,6 1 1,9 - - - - 233
P14 8 15,1 30 56,6 14 26,4 1 1,9 - - 204
P15 4 7,5 33 62,3 15 28,3 1 1,9 199
P16 20 37,7 32 60,4 1 1,9 - - - - 231
Total skor 3.346
Rata-rata 209,12
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020.
Pada tabel diatas, tanggapan responden tentang Penanggulangan
narkoba dengan total skor 3.346 atau dengan rata-rata skor 209,12 dari 16
item pernyataan yang didapatkan pada keempat indikator. Adapun skor
tertinggi dari setiap item pernyataan diberi skor 5 dan skor terendah setiap
71
item pernyataan diberi skor 1. Bila setiap pertanyaan mendapat skor
tertinggi yaitu, Skor tertinggi item pernyataan x N x Item pernyataan atau 5
x 53 x 16 = 4.240
Berdasarkan dari hasil penelitian penanggulangan narkoba di Balai
Rehablitasi BNN Baddoka Makassar, diperoleh jumlah skor, perolehan
dalam pengumpulan data kuesioner dengan sebanyak 3.346 dari 53
tanggapan responden terhadap penanggulangan narkoba di Balai
Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar yaitu :
Skor Perolehan
Skor Maximum x 100% =
3.346
4.240 x 100% = 78,91%
Dari hasil penilaian disiplin kerja diperoleh 78,91% yang ditetapkan,
hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori (Sugiyono, 2010:110) sebagai
berikut:
Gambar 4.2 Kontinum Interprestasi Skor
0 20 40 60 80 100
78,91
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
Keterangan Interprestasi Skor
Angka 0%-19% = tidak baik
Angka 20%-39% = kurang baik
Angka 40%-59% = cukup baik
Angka 60%-79% = baik
Angka 80%-100% = sangat baik
0 848 1.696 2.544 4.240
TB KB CB B SB
72
Keterangan:
Tidak Baik (TB) = 1 = 1 × 53 × 17 = 848
Kurang Baik (KB) = 2 = 2 × 53 × 17 = 1.696
Cukup Baik (CB) = 3 = 3 × 53 × 17 = 2.544
Baik (B) = 4 = 4 × 53 × 17 = 3.392
Sangat Baik (SB) = 5 = 5 × 53 × 17 = 4.240
Berdasarkan hasil penelitian di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Baddoka Makassar sebesar 78.91% yang menujukkan bahwa
penanggulangan narkoba berada pada penilaian baik. Hal tersebut
menunjukan bahwa pada Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar
memiliki penganggulangan yang baik, hal tersebut di telihat dalam kategori
kontinum skor yang berada pada kategori baik yakni 60%-79% sedangkan
perolehan nilai dari responden sebesar 78.91% termasuk kategori baik,
sedangkan perolehan nilai persen dari responden sebesar 78.91%, Untuk
perolehan skor nilai baik berada pada jumlah 2.544-3.392, dan perolehan
nilai dari responden 3.392, sehingga secara kesimpulan bahwa variabel
penanggulangan narkoba di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar
baik.
E. Analisis data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
terkumpul. Mentabulasikan data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.
73
1. Hubungan Pengawasan dan Penanggulangan Narkoba di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar
Berdasarkan dari tanggapan responden mengenai pengawasan di Balai
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar ditemukan bahwa
pada kantor tersebut mempunyai pengawasan yang baik yang diterapkan di
Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar. Hal ini sesuai
dengan hasil observasi yang ditemukan peneliti dilapangan bahwa pengawasan
para pegawai pada lokasi penelitian ini masih dominan menganggap positif, hal
ini dilihat dari cara para pegawai bekerja, saling membantu dalam mengerjakan
tugas dan bersikap ketika pemimpin sedang berada dikantor atau pemimpin
tidak berada dikantor, serta jawaban responden dari kuesioner yang peneliti
bagikan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar.
Tanggapan dari responden mengenai Penanggulangan Narkoba di Balai
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar ditemukan bahwa,
para pegawai yang berada pada kantor tersebut memiliki tahap penanggulangan
yang baik. Berdasarkan hasil olah data dari kuesioner yang telah dibagikan dan
diisi oleh para responden yang mendapat skor baik. Hal ini juga sesuai dengan
observasi yang peneliti yang ditemukan dilapangan rata-rata pegawai memiliki
rasa simpati terhadap penanggulangan narkoba yang baik, dilihat dari proses para
pegawai dalam melakukan penyuluhan dan tahap rehabilitasi. Sehingga, untuk
melihat tentang bagaimana hubungan pengawasan dengan penanggulangan
narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar
dilakukan penelitian dengan seluruh pegawai sebagai responden yang sebanyak
53 orang, dari masing-masing variabel di beri pertanyaan sebanyak sepuluh item
74
pernyaatan variabel X dan enam belas pertanyaan variabel Y sehingga total dari
item pertanyaan tersebut adalah dengan 26 item pertanyaan dilakukan dengan
menggunakan beberapa analisis.
2. Uji Regresi Linear Sederhana
Analisis data regresi linear sederhana dalam penelitian ini untuk
menguji variabel independen yaitu pengawasan (X) terhadap variabel dependen
yaitu penanggulangan narkoba (Y). Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.30 Uji Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 57,139 4,347 13,144 ,000
Pengawasan ,208 ,063 ,421 3,312 ,002
a. Dependent Variable: penanggulangan narkoba
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan tabel Coefficients diatas, adapun rumus model persamaan
regresi linear sederhana yang digunakan dalam menentukan besar pengaruh
variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini., kolom B pada constant (a)
adalah 57,139 sedangkan nilai Pengawasan 0,208 (b), sehingga persamaan
regresinya sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 57,139 + 0,208 (0)
Y = 57,139
Berdasarkan persamaan regresi diatas maka dapat diinterpretasikan bahwa
nilai koefisien regresi (b) nilainya sebesar 57,139 yang menyatakan bahwa
75
variabel independen atau pengawasan (X) berpengaruh positif terhadap variabel
dependen atau penanggulangan narkoba (Y). Berdasarkan hasil t hitung > t tabel
(57,139 > 2.008) atau signifikan (Sig) sebesar 0,002 lebih kecil dari < 0,05,
sehingga pengawasan berpengaruh signifikan terhadap penanggulangan
narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar.
Pada model regresi linear sederhana akan dilihat besarnya kontribusi untuk
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan melihat besarnya koefisien
determinasi totalnya. Angka ini diubah kedalam bentuk persen yang artinya
persentase pengaruh terhadap variabel independen dan variabel dependen.
Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.31 Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,421a ,177 ,161 5,69687
a. Predictors: (Constant), Pengawasan
Sumber : Hasil Olah Kuesioner 2020
Berdasarkan hasil analisis data statistik tabel model sumarry diatas,
menjelaskan besarnya nilai korelasi atau hubungan (R) sebesar 0,421. Dari
besar pengaruh variabel independen atau pengawasan terhadap variabel
dependen atau penanggulangan narkoba ditunjukkan oleh nilai Adjusted R
Square sebesar 0,161 artinya 1,61% besar pengaruh variabel independen atau
pengawasan (X) terhadap variabel dependen atau penanggulangan narkoba (Y)
di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar.
76
3. Data residen di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka
Tabel 4.32 data residen yang di rehabilitasi
No
Kelompok usia
Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 < 15 Tahun - - -
2 15 – 20 Tahun 73 3 76
3 21 – 25 Tahun 63 10 73
25-30 Tahun 53 8 61
4 31 – 35 Tahun 54 6 60
5 36 – 40 Tahun 26 3 29
6 > 40 Tahun 16 - -
Jumlah 285 30 315
Sumber: Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar
Tabel 4.33 Jenis Zat yang digunakan
No
Jenis Zat
Tahun
2018 2019
1 Shabu 64 121
2 Ganja 7 -
3 Putauw 1 -
Inex 1 -
4 Destro 42 141
5 Tramadol 83 112
6 > 1 Zat 21 26
Jumlah 219 400
77
4. Interpretasi data
Hasil Uji Hipotesis pertama bahwa pengawasan mempunyai pengaruh
terhadap penanggulangan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Baddoka Makassar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
sebagian besar pegawai di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Makassar mempersepsikan pengawasan baik, dilihat pada hasil
analisis data yang menunjukkan pengawasan berada pada kategori baik,
begitupun dengan penanggulangan narkoba. Memperhatikan hasil analisis data
bahwa tahap penanggulangan narkoba pegawai di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar 42.1 % tingkat pengaruh antara variabel
X atau pengawasan dengan variabel Y atau penanggulangan narkoba.
Pengaruh ini dapat dijelaskan bahwa proses penanggulangan narkoba
pegawai yang menunjukkan sikap pencegahan ditentukan apabila pegawai
mempersepsi pengawasan yang baik pada organisasi. Semakin baik
pengawasan, maka semakin baik pula proses penanggulangan narkoba.
Sebaliknya, jika pengawasan tidak baik maka semakin rendah pula
penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Sehingga perlu untuk
mempertahankan dan lebih meningkatkan pengawasan di Balai Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar melalui kesesuaian nilai-nilai
pedoman organisasi serta perilaku pemimpin dengan kebutuhan dan tuntutan
pegawai, seperti lebih memperhatikan kondisi sekitar dan fasilitas para pegawai
agar pegawai merasa nyaman dan betah dengan tempat mereka bekerja,
membina pegawai agar lebih memperhatikan proses penanggulangan
78
penyalahgunaan narkoba, selalu melihat pegawai bekerja secara langsung, serta
memberi dukungan pegawai untuk semangat bekerja maka akan menciptakan
pengawasan yang baik dan meningkatkan tahap penanggulangan narkoba yang
lebih baik.
Hasil uji hipotesis kedua Berdasarkan hasil penelitian, pengawasan
tidak langsung masih sangat dominan karena pimpinan masih kurang dalam
mengkoordinasi para pegawai dalam tahap penanggulangan narkoba. Perlu ada
pengawasan langsung untuk mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pengawasan akan berdampak positif jika pengawasan memenuhi perasaan dan
kebutuhan oleh para pegawai. Pengawasan ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi.
Hasil analisis deskriptif tentang indikator pengawasan tidak langsung
dapat dilihat bahwa penilaian rata-rata dari responden paling tinggi yakni
39,15% responden memberikan penilaian setuju, sedangkan penilaian rata-rata
responden paling terendah yakni 1.45% responden memberikan penilaian
sangat tidak setuju. Menunjukkan bahwa penilaian sangat setuju sebesar 89,6%
responden, diperoleh dari hasil analisis indikator pengawasan tidak langsung
sebesar 16,5% responden menjawab sangat setuju, 39,15 responden menjawab
benar,dan 33,95% responden menjawab ragu-ragu. Namun masih ada
responden yang memberikan penilaian tidak setuju sebesar 10,4% yang
diperoleh dari penilaian sebesar 8,95% responden menjawab tidak setuju, dan
1,45% responden menjawab sangat tidak setuju.
79
Melihat dari hasil penelitian maka pimpinan di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar hendaknya dapat meningkatkan
pengawasan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka
Makassar, baik pengawasan secara langsung maupun tidak langsung agar
pegawai dapat lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya.
Dengan pengawasan langsung dan tidak langsung yang baik maka secara
otomatis penanggulangan penyalahgunaan narkoba bisa di tingkatkan.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh
pengawasan terhadap penanggulangan narkoba di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengawasan di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka
Makassar baik. Hal ini sesuai dengan data pada tabel 4.14 yang menunjukan
bahwa para pegawai di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Baddoka Makassar memiliki pengawasan yang baik (73,86). Hal ini
didukung dari pernyataan pegawai bahwa memiliki kemampuan dalam
bekerja sangat penting, dan pegawai juga menganggap pengawasan
merupakan alat yang ampuh untuk meningkatkan proses penanggulangan
narkoba.
2. Penanggulangan narkoba pegawai Pengawasan di Balai Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Baddoka Makassar juga baik, hal ini terlihat dari data
pada tabel 4.26 yang menunjukan bahwa penanggulangan narkoba pegawai
di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka Makassar juga
berada dalam kategori baik (78.91%). Hal ini didukung dari pernyataan
pegawai tentang penanggulangan narkoba, pegawai mendukung adanya
penyuluhan tentang narkoba, kampanye tentang narkoba, proses rehabilitasi
81
untuk penyembuhan kesehatan dan keterlibatan keluarga dalam tahap-tahap
penanggulangan narkoba.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, yaitu dengan membandingankan
nilai rHitung dengan rTabel. rHitung ternyata menunjukkan angka sebesar
0.421 lebih besar dari pada rTabel (dk = n-2 = 53-2 = 51), sehingga
menunjukkan angka sebesar 0.275. Jadi rHitung lebih besar dari rTabel
(0.421 > 0.275) dan nilai signifinkasi 0.002 lebih kecil dari 0.05 maka Ho
ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh antara pengawasan (X)
dengan penanggulangan narkoba (Y) di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Baddoka Makassar. Kemudian dari hasil perhitungan tersebut
dapat diketahui 42,1% pengaruh antara pengawasan dengan
penanggulangan narkoba.
4. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
positif antara pengawasan terhadap penanggulangan narkoba dengan nilai
R = 0,421, koefisien dengan p = 0.002 (p < 0.05). Hal tersebut menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang positif antara variabel pengawasan terhadap
variabel penanggulangan narkoba.
5. Pengawasan sangat penting karena dengan adanya pengawasan di balai
rehabilitasi BNN Baddoka, akan membuat pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan tanpa hambatan. Disamping itu akan mendorong karyawan untuk
lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang dilaksanakan.
82
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan pada halaman-halaman
sebelumnya maka peneliti dapat memberikan saran, yaitu:
1. Pemimpin kurang mengawasi secara langsung pegawai bekerja, dan
pemimpin jarang menegur secara langsung atau lisan terhadap pegawai
yang melakukan kesalahan. Sehingga perlu pimpinan Balai rehabilitasi
BNN Baddoka lebih memperhatikan kondisi pegawai dan meningkatkan
pengawasan, selalu melihat pegawai bekerja secara langsung, karena
semakin baik pengawasan maka semakin baik pula penanggulangan
penyalahgunaan narkoba.
2. Meskipun sebagian besar pegawai sudah memahami tentang
penanggulangan penyalahgunaan narkoba, namun masih ada beberapa
pegawai yang belum sepenuhya mengetahui tentang penanggulangan
narkoba. Sehingga perlu pimpinan Balai rehabiltasi BNN Baddoka untuk
Melakukan kegiatan penyuluhan tentang penanggulangan narkoba,
memberikan motivasi serta dukungan untuk para pegawai agar pegawai
dapat bekerja dengan maksimal, membina pegawai agar lebih mendalami
tentang bahaya narkoba, sehingga dapat meningkatkan pencegahan
terhadap narkoba ke pasien.
3. Perlu adanya pengarahan dari pimpinan ke pegawai secara langsung dalam
melaksanakan tahap-tahap penanggulangan narkoba, agar penanggulangan
narkoba di Balai Rehabilitasi BNN Baddoka bisa lebih baik lagi.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Asmirasih, Tety. 2006. Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai
Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes. Jurnal Pendidikan
Ekonomi Adm. Perkantoran Universitas Negeri Semarang. Diakses tanggal
01 Desember 2018. Pukul 20.50
Ayuningtyas, Harvita Yulian. dan Pamudji, Sugeng. 2012. Pengaruh Pengalaman
Kerja, Independensi, Obyektivitas, Integritas, dan Kompetensi terhadap
Kualitas Audit. Semarang: Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1.
Nomor 2.
Bohari. 2002. Pengawasan Keuangan Negara, Rajawali pers, Jakarta
Handoko, Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2013.
Makmur, H. 2011. Efektifitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan : Refika
Bandung.
Martono, Lydia Harlina dan Satya Joewana, 2006. “Pencegahan dan
Penanggulangan Penyalahguna Narkoba berbasis Sekolah”, Jakarta: PT.
Balai Pustaka
Martono, Lydia Herlina Satya Joewana.2006. Menangkal Narkoba dan Kekerasan,
Jakarta: Balai Pustaka.
Martono, Lydia Herlina, 2005. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan
Keluarganya, Jakarta: Balai Pustaka.
Murhaini, Suriansyah. 2014. Manajemen Pengawasan Pemerintah Daerah:
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
P. Ali, M. Amir dan Imran Duse, Narkoba Ancaman Generasi Muda, Samarinda:
GERPANA Kaltim, 2007.
Partodihardjo, Subagyo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunannya, Jakarta:
Esensi Erlangga Group,tt.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2011 Tentang
Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika
Priyanto, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Edisi Ke
Satu. Yogyakarta.
84
Priyanto, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Edisi Ke
Satu. Yogyakarta.
Sarwoto. 2010. Dasar-Dasar Organisasi Dan Manajemen. Cetakan Keenambelas.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Siagian, Sondang P. 2003. Filsafat Administrasi, Edisi Revisi : PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2005. Fungsi-Fungsi Manajerial, Edisi Revisi : PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia : PT. Bumi Aksara,
Jakarta.
Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen :
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sudarsono dan Edilius. 2002. Koperasi dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung ;
Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung ;
Alfabeta,Cv
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Dan & D. Bandung: CV
Alfabeta
Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen,
Jakarta. Edisi Pertama, Prenada Media.
Sunyoto. 2013. Metode Penelitian Akuntansi. Bandung ; PT Refika Aditama
Anggota Ikapi
Supramo, Gatot. 2007. Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta : Djambatan, 2007.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Terry, George dan Leslie W. Rue. 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Cetakan
Kesebelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Victor, M. Situmorang, dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat,
Yogyakarta, Rineka Cipta
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ANITA RAHAYU, Lahir pada tanggal 21 Juni 1995
dilingkungan Dg. Matoa Kelurahan PAI Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. Anak kedua dari empat
bersaudara dan merupakan buah kasih dari pasangan M.
Haris dan Kartini. Penulis menempuh pendidikan dasar
di SD Inpres Baddoka Makassar Kota Makassar dan
tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
MTS Negeri 2 Birungkanaya dan tamat pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan di SMK Darussalam Makassar dan
tamat pada tahun 2013. Berkat usaha dan kerja keras yang disertai doa pada tahun
2014 penulis berhasil lulus di jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata Satu
(S1). Penulis sangat bersyukur diberi kesempatan oleh Allah SWT bisa menimba
ilmu yang merupakan bekal dimasa depan. Saat ini penulis berharap dapat
mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dengan baik dan membahagiakan orang
tua serta berusaha menjadi manusia yang berguna bagi Agama, Keluarga,
Masyarakat, Bangsa dan Negara.