Skripsi - COnnecting REpositoriesobs = 3.4391 > 3.150 = F 0,05;2;60) with significant level 5 %. The...
Transcript of Skripsi - COnnecting REpositoriesobs = 3.4391 > 3.150 = F 0,05;2;60) with significant level 5 %. The...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI
SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh:
Nanang Khosim
K1306026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI
SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
NANANG KHOSIM
K1306026
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc
NIP 19530915 197903 1 003
Pembimbing II
Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd
NIP 19721024 199802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 2 Februari 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd ( )
Sekretaris : Henny Ekana C, S.Si, M.Pd ( )
Anggota I : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ( )
Anggota II : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd ( )
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Nanang Khosim. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI
SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah model kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional pada
materi statistika (2) mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun
rendah dan prestasi belajar siswa dengan minat belajar sedang lebih baik
dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika (3)
mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran
2010/2011 yang terdiri dari sembilan kelas. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen sebanyak 32
siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol sebanyak 34 siswa. Jumlah siswa
pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa sedangkan pada kelas kontrol sebanyak
34 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah (1) metode dokumentasi untuk data
kondisi awal siswa sebelum penelitian dan sebagai salah satu pertimbangan
penelitian (2) metode angket untuk data minat belajar matematika siswa (3)
metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa materi statistika. Uji coba
instrumen dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta. Sebagai persyaratan penelitian
dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan uji persyaratan analisis data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
adalah uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan
metode Bartlett.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran
matematika pada materi statistika dengan model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik, dapat dilihat pada rataan marginal yaitu rataan prestasi belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning yaitu 84,6781 lebih besar dari rataan prestasi siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional yaitu 78,2971. Ada
pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar (Fobs = 4,4787 > 4,000 =
F0,05;1;60) dengan tingkat signifikansi 5% (2) ada pengaruh tingkat minat belajar
terhadap prestasi belajar siswa pada materi statistika (Fobs = 3,4391 > 3,150 =
F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%. Prestasi belajar siswa dengan minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun
rendah, tetapi tidak ada perbedaaan prestasi belajar antara siswa dengan minat
sedang dengan minat belajar rendah (3) tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar pada
materi statistika (Fobs = 0,3615 > 3,150 = F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada model konvensional jika ditinjau dari masing-masing minat
belajar siswa. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun
rendah dan siswa dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar sama
baiknya dengan siswa dengan minat belajar rendah jika ditinjau dari masing-
masing model pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Nanang Khosim. EXPERIMENTATION OF MATHEMATICS LEARNING
USING COOPERATIVE MODEL STAD TYPE WITH QUANTUM
LEARNING APPROACH IN STATISTICAL MATERIAL VIEWED FROM
MATHEMATICS LEARNING INTEREST OF ODD SEMESTER GRADE XI
STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF
2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas
Maret University Surakarta, January 2011.
The purpose of this research are (1) to know whether cooperative model
STAD type with quantum learning approach produces the learning mathematic
achievement better than conventional model in Statistical material (2) to know
whether learning achievement of student with high learning interest better than
student with middle and low learning interest and the learning achievement of
student with middle learning interest better than student with low learning
interest in Statistical material (3) to know whether there is any interaction
between learning model and student's mathematics learning interest on the
mathematic learning achievement in Statistical material.
This research uses quasi experimental method. The population of this
research is all students of grade XI of SMA Negeri 7 Surakarta in the school year
of 2010/2011 which consists of nine classes. The sample of this research are
students of grade XI of XI IPA 3 class as an experiment class with 32 students
and XI IPA 2 class as a control class with 34 students. The sample of this research
was taken by cluster random sampling technique. The technique of collecting data
uses (1) documentation method for the beginning condition data of students
before researching and as research consideration (2) questionnary method for data
of student's mathematics learning interest (3) test method for data of mathematics
learning achievement of students in statistical material. The try out of instrument
is done at SMA Negeri 5 Surakarta. As research requirement is done balance test
with t-test. The technique of data analysis used is variance analysis of two ways
cell is not the same with requirement test of analysis data is normality test with
Liliefors method and homogeneity test with Bartlett method.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
From the result of research can be concluded that: (1) mathematics
learning in Statistical material with cooperative model STAD type with quantum
learning approach can produce better mathematics learning achievement, can be
seen at marginal average, average of learning achievement of students joining
learning process uses cooperative model STAD type with quantum learning
approach is 84,6781 more than average of student's achievement joining learning
process with conventional model is 78,2971. There is an influence of learning
model against learning achievement (Fobs= 4,4787 > 4,000 = F0.05;1;60) with
significant level 5 % (2) there is an influence of learning interest of students
against learning achievement of students in Statistical material (Fobs = 3.4391 >
3.150 = F0,05;2;60) with significant level 5 %. The learning achievement of students
with high learning interest better than students with middle and low learning
interest, but there is not difference of learning achievement of students betwen
students with middle learning interest and low learning interest in Statistical
material (3) there is no interaction between learning model and students’ interest
of mathematics learning on the learning achievement in Statistical material (Fobs =
0,3615 < 3,150 = F0,05;2;60) with significant level 5%. The learning with
cooperative model STAD type with quantum learning approach produced
mathematics learning achievement better than conventional model if viewed from
learning interests of students. The students with high learning interest had learning
achievement better than students with middle and low learning interest, and the
students with middle learning interest had learning achievement as good learning
achievement of student with low learning interest if viewed from learning models.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Bahwa sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan Semesta Alam”.
(Doa Iftitah)
“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al Mujaadilah: 11)
“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan
kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dari wajahmu yang berseri-seri, disertai
akhlak yang baik”.
(Nabi Muhammad SAW)
“Exercise make perfect”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Tulisan ini secara khusus saya persembahkan untuk :
Kedua orang tuaku Bapak Parimin dan Ibu Dalinem orang yang paling
aku hormati yang telah berjuang keras dengan segala upaya, menantang
panas matahari, menerobos hujan. Perhatian yang penuh ketulusan,
semangat yang tak pernah padam demi sebuah cita-cita yang sangat
mulia. Semua diperjuangkan hanya untuk kami anaknya. Dengan segala
kerendahan hati dan mengharap ridhoMu kupersembahkan karya ini
untuk engkau wahai Bapak dan Ibuku.
Kakakku Agus Susanto dan adikku Ida yang selalu bisa membuatku
tertawa dan sebagai penyemangatku. Mari kita bersama-sama untuk
melakukan bakti kita kepada Bapak dan Ibu tercinta untuk membuat
mereka bahagia. Bakti kita tidak akan bisa menandingi jutaan
pengorbanan yang telah mereka lakukan. Tidak ada yang membuat
mereka bahagia kecuali kesuksesan kita sebagai anaknya. Kita pasti bisa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hendaknya selalu kita persembahkan kepada
Yang Maha Pengasih, Sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, Sumber
ilmu pengetahuan, Sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, rahmat-Nya
yang sangat diharapkan oleh manusia, rahmat-Nya yang tak terhingga kepada
mahluk-Nya dan rahmat-Nya yang telah memberikan pertolongan kepada penulis.
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan
Rukun Islam yang telah terbukti kebenarannya serta makin terus terbukti
kebenarannya.
Dibalik terselesaikannya skripsi ini ada banyak pihak yang telah
memudahkannya sehingga kesulitan bisa teratasi. Pihak tersebut adalah :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
untuk menulis skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk menulis skripsi ini.
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, dorongan moral dan pengarahan yang sangat berharga
hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan untuk penulisan skripsi, arahan untuk ketelitian dalam
penulisannya dan segala bimbingannya.
6. Semua Dosen di Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan
pada berbagai hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
7. Dra. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut.
8. Dra. Hermawanti, guru matematika kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta atas
bimbingan dan segala bentuk kemudahan dan perhatian yang beliau berikan
sekaligus sebagai salah satu validator instrumen.
9. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd, Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan try out instrumen di sekolah
tersebut.
10. Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si dan Dwi Maryana, M.Kom sebagai validator
instrumen.
11. Bapak dan Ibu yang telah mendoakanku di setiap sholatnya serta semangat
dan dorongannya.
12. Liendsy, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan demi
terselesaikannya skripsi ini.
13. Teman-temanku angkatan 2006 terima kasih atas kebersamaan dan
semangatnya.
14. Beberapa pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah disebutkan di atas.
Terima kasih atas segala macam bantuan, semoga keselamatan, rahmat dan
barokah Allah senantiasa tercurah kepada beliau semua.
Demikian kata pengantar dari penulis. Mohon maaf atas segala
kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga
tulisan ini membawa manfaat dan semoga Allah SWT selalu membimbing kita
bersama dalam menyelami ilmu-ilmu-Nya. Amiin.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
DAFTAR ABSTRAK .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO .............................................................................. ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 6
C. Pemilihan Masalah................................................................. 7
D. Pembatasan Masalah.............................................................. 7
E. Perumusan Masalah ............................................................... 7
F. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
G. Manfaat Penelitian ................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 11
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 11
1. Pengertian Belajar Mengajar .............................................. 11
2. Prestasi Belajar Matematika ............................................... 13
3. Pendekatan Pembelajaran ................................................... 14
4. Model Pembelajaran .......................................................... 18
5. Minat Belajar Matematika .................................................. 26
6. Tinjauan Materi Pokok Bahasan Statistika ......................... 28
B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 30
C. Perumusan Hipotesis.............................................................. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN................................................. 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 36
1. Tempat Penelitian .............................................................. 36
2. Waktu Penelitian ................................................................ 36
B. Jenis Penelitian ...................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 38
1. Populasi ............................................................................. 38
2. Sampel ............................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38
1. Variabel Penelitian ............................................................. 38
2. Metode Pengumpulan Data ................................................ 40
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 46
1. Uji Keseimbangan ............................................................. 46
2. Uji Prasyarat Analisis Variansi .......................................... 47
3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 49
4. Uji Komparasi Ganda ........................................................ 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 55
A. Deskripsi Data ....................................................................... 55
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen .......................................... 55
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika .............................. 57
3. Data Skor Minat Belajar Matematika Siswa ....................... 58
B. Pengujian Prasyarat Analisis .................................................. 59
1. Uji Keseimbangan.............................................................. 59
2. Uji Normalitas ................................................................... 59
2. Uji Homogenitas ................................................................ 60
C. Hasil Pengujian Hipotesis ..................................................... 61
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ............. 61
2. Uji Komparasi Ganda ........................................................ 62
D. Pembahasan Hasil Analis Data .............................................. 63
1. Hipotesis Pertama .............................................................. 63
2. Hipotesis Kedua ................................................................. 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
3. Hipotesis Ketiga ................................................................ 65
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................. 66
A. Kesimpulan ........................................................................... 66
B. Implikasi ................................................................................ 67
1. Implikasi Teoritis ............................................................... 67
2. Implikasi Praktis ................................................................ 68
C. Saran ..................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 69
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu ................................................. 22
Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok ......................................................... 22
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................... 37
Tabel 3.2 Contoh Distribusi Jawaban Pada Fungsi Pengecoh ................. 45
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan .................................................... 50
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ......... 53
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol............................................... 58
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Minat Belajar Matematika
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...................... 58
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ............................... 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar ............................. 60
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas ........................................................... 60
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 61
Tabel 4.7 Rataan dan Rataan Marginal .................................................. 62
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom .......... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................. 72
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa .......................................................... 113
Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Uji Coba ....................................................... 125
Lampiran 4 Soal Tes Uji Coba ............................................................. 127
Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba ............................................ 135
Lampiran 6 Pembahasan Soal Tes Uji Coba ......................................... 136
Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Uji Coba ................................................. 146
Lampiran 8 Soal Angket Uji Coba ....................................................... 148
Lampiran 9 Sebaran Skor Angket Uji Coba .......................................... 155
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Tes Penelitian .............................................. 156
Lampiran 11 Soal Tes Penelitian ............................................................ 158
Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Penelitian ........................................... 166
Lampiran 13 Pembahasan Soal Tes Penelitian ........................................ 167
Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Penelitian ................................................ 176
Lampiran 15 Angket Penelitian .............................................................. 178
Lampiran 16 Sebaran Skor Angket Penelitian ........................................ 184
Lampiran 17 Penghargaan Kelompok .................................................... 185
Lampiran 18 Lembar Validasi Instrumen Tes ......................................... 192
Lampiran 19 Daya Pembeda .................................................................. 198
Lampiran 20 Tingkat Kesukaran ............................................................ 200
Lampiran 21 Fungsi Pengecoh ............................................................... 202
Lampiran 22 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ........................................... 203
Lampiran 23 Lembar Validasi Angket.................................................... 205
Lampiran 24 Uji Konsistensi Internal Angket......................................... 214
Lampiran 25 Uji Reliabilitas Angket ...................................................... 216
Lampiran 26 Data Induk Penelitian ........................................................ 218
Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Sebelum Penelitian) .... 220
Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol (Sebelum Penelitian) ........... 222
Lampiran 29 Uji Keseimbangan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 224
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 30 Uji Normalitas Kelas Eksperimen...................................... 226
Lampiran 31 Uji Normalitas Kelas Kontrol ............................................ 228
Lampiran 32 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Tinggi .................. 230
Lampiran 33 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Sedang ................. 232
Lampiran 34 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Rendah ................ 235
Lampiran 35 Uji Homogenitas (Model Pembelajaran) ............................ 237
Lampiran 36 Uji Homogenitas (Minat Belajar) ...................................... 240
Lampiran 37 Uji Hipotesis (Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak
Sama) ................................................................................ 244
Lampiran 38 Komparasi Ganda Antar Kolom (Analisis Variansi Dua
Jalan Dengan Sel Tak Sama) ........................................... 251
Lampiran 39 Tabel Distribusi Normal Baku ......................................... 254
Lampiran 40 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ....................................... 255
Lampiran 41 Tabel Nilai 𝜒2α;r ............................................................... 256
Lampiran 42 Tabel Nilai F0.05;v1,v2 ........................................................ 257
Lampiran 43 Surat Perijinan................................................................... 258
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sampai saat ini
terus dilakukan pemerintah dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Salah satunya yaitu dalam
bidang pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
ditunjukkan dengan semakin merendahnya peringkat pendidikan Indonesia di
mata internasional. Laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
bidang pendidikan, Educationals, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) 2007 menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan
turun dari 58 menjadi 62 dari 130 negara di dunia.
(http://groups.yahoo.com/group/puskur/message/1741 diakses tanggal 20 Mei
2010 pukul 13.30 WIB)
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The
World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia. (http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-
masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00
WIB).
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data
Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan
sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary
Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya
delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-
pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).
Sedangkan kualitas pendidikan di dalam negeri sendiri belakangan
inipun juga cukup mengecewakan. Sebagaimana yang disampaikan Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh saat memberikan
keterangan pers di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta,
Jumat (23/4/2010). Nuh menyampaikan bahwa tingkat kelulusan UN SMA/
MA 2010 mencapai 89,88%,turun 4% dibanding tahun sebelumnya,93,74%.
Dari total 1.522.162 peserta UN tingkat SMA/MA, sebanyak 1.362.696 siswa
dinyatakan lulus, sedangkan 154.079 (10,12%) tidak lulus.
(http://ujiannasional.org/hasil-ujian-nasional-2010.htm diakses tanggal 20 Mei
2010 pukul 13.30 WIB)
Banyak faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu kekurangseriusan
pemerintah menangani hal yang berkaitan dengan pendidikan, masih
minimnya tenaga pengajar yang benar-benar mempunyai kualitas dalam
mengajar, masih rendahnya anggaran untuk pendidikan, kurangnya sarana dan
prasarana dalam pendidikan, maupun faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri, semisal kurangnya motivasi, aktivitas, dan minat untuk
belajar.
Setiap negara di seluruh dunia begitu menekankan pentingnya
kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar
dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara
yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran
pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di
Korea Selatan anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Bandingkan
dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar
20%, namun pada prakteknya masih jauh dari kenyataan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/18/peningkatan-kualitas-pendidikan-
di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).
Selain itu proporsi waktu untuk belajar bagi kebanyakan masyarakat
di Indonesia masih sangat kurang. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Gamawan Fauzi yang kala itu menjabat sebagai gubernur Sumatera Barat saat
meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar Gratis 12 Tahun untuk
Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein (Juni 2009)
mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan waktu
mengisi ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri mencapai
18,5 tahun. (http://samanui.wordpress.com/2009/06/19/mutu-pendidikan-di-
indonesia-masih-rendah/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).
Pendidikan matematika memegang peran penting dalam
perkembangan pendidikan. Dengan belajar matematika, siswa akan diajarkan
banyak hal, diantaranya tentang cara berhitung, menggunakan rumus-rumus
hitung, menerapkan suatu teorema untuk membuktikan teorema yang lain, dan
lain-lain. Selain itu siswa juga diajarkan cara berpikir yang logis, sistematis
dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah. Sehingga perkembangan
pendidikan matematika adalah salah satu hal yang memegang peran penting
dalam perkembangan pendidikan.
Kebanyakan siswa dalam belajar matematika hanya mendengarkan
dan mengikuti apa yang disampaikan oleh guru. Padahal kebanyakan guru
hanya memakai model konvensional dalam mengajar yaitu hanya
menyampaikan materi pelajaran dengan ekspositori ataupun berceramah.
Sehingga berkesan monoton dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu,
kebanyakan guru hanya mengajar saja tanpa memperhatikan suasana
pembelajaran, apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah dapat diterima
oleh siswa dengan baik atau belum. Tak dapat dipungkiri, hal ini akan
menyebabkan ketidaknyamanan para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran
siswa menjadi tegang dan tertekan dalam mengikuti pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Sehingga dimungkinkan hal ini merupakan salah satu
yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Statistika merupakan salah satu pokok bahasan dalam pelajaran
matematika. Pokok bahasan statistika sangat berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Statistika mempunyai peranan penting dalam banyak hal.
Misalnya dalam menghitung jumlah penduduk suatu negara, peningkatan
jumlah penduduk tersebut, penelitian-penelitian ilmiah dan sebagainya.
Semuanya tidak terlepas dari peran statistika. Misalnya saja akan dilakukan
penelitian mengenai usia wanita ketika menikah di seluruh propinsi di
Indonesia. Adalah tidak mungkin pemerintah akan melibatkan semua wanita
di Indonesia yang telah menikah. Selain biaya yang terlalu besar, waktu yang
dibutuhkan untuk penelitian pun semakin lama. Untuk menghindari hal
tersebut, digunakan statistika. Namun, kebanyakan siswa masih mengalami
kesulitan dalam mempelajari statistika. Hal ini mungkin disebabkan karena
statistika memakai perhitungan yang banyak dan rumit sehingga siswa merasa
malas. Selain itu statistika sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi.
(Sartono, 2007: 2).
Sedangkan dalam usaha meningkatkan mutu dari pendidikan ataupun
kualitas hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhi. Diantaranya terdapat
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat,
kecerdasan dan lain-lain yang berkenaan dengan kondisi jasmani dan rohani
siswa. Sedang faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,
diantaranya metode pembelajaran, sarana dan prasarana maupun fasilitas
belajar.
Model pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat
berpengaruh dalam suatu pembelajaran. Dengan menerapkan model yang
lebih bervariasi dan tepat, seorang guru akan mampu meningkatkan kualitas
hasil belajar siswa. Dan sebaliknya, apabila model yang digunakan kurang
baik maka kualitas hasil belajar yang diperoleh siswapun kurang maksimal.
Pada saat ini kebanyakan guru menggunakan model konvensional yaitu
menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah. Sehingga apabila
menerapkan model konvensional ini, keaktifan siswa sangat kurang dan
terbatas. Selain itu, penggunaan model konvensional ini terkesan umum dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
biasa sehingga kurang menarik bagi siswa. Padahal pemilihan model
pembelajaran yang menarik dan bervariasi diharapkan dapat menarik minat
belajar siswa sehingga siswa terdorong untuk berperan lebih aktif dalam
proses belajar. Sehingga dibutuhkan suatu model pembelajran baru yang
menuntut siswa agar lebih aktif. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran di
dalam kelompok-kelompok tertentu. Selanjutnya diharapkan siswa lebih giat
lagi belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal untuk memperdalam konsep
yang dimiliki dalam kelompok-kelompok tersebut.
Selain itu, lingkungan belajar terutama suasana pembelajaran di
dalam kelas sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Siswa yang belajar
dalam suasana yang gaduh dan tertekan tentunya akan mempunyai prestasi
belajar yang berbeda dengan siswa yang belajar dalam suasana yang nyaman
dan menyenangkan. Dalam hal ini, suasana yang nyaman dan menyenangkan
akan membuat pikiran siswa cenderung rileks dan tidak jenuh sehingga dapat
dengan mudah menangkap apa yang sedang dipelajarinya. Terlebih lagi,
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan
menakutkan bagi banyak siswa. Sehingga tak jarang pikiran siswapun akan
tertekan dalam pembelajaran matematika ini. Pendekatan quantum learning
merupakan salah satu pendekatan yang dalam proses pembelajarannya
memperhatikan suasana belajar dalam kelas. Pendekatan ini senantiasa
berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dan senyaman mungkin
bagi para siswa. Salah satu langkah dalam pendekatan quantum learning
adalah dengan mengiringi pembelajaran dengan musik yang dapat membuat
pikiran siswa rileks dan nyaman. Dengan menciptakan suasana yang nyaman
dan menyenangkan ini hasil dari pembelajaranpun akan meningkat.
Selain model pembelajaran, minat merupakan salah satu faktor yang
mungkin mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Minat
merupakan rasa ingin dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat untuk
belajar akan timbul pada diri siswa apabila pada dirinya terdapat sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menaruh perhatian lebih terhadap pelajaran tertentu tanpa ada unsur paksaan.
Adanya minat belajar yang optimal kemungkinan dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar yang optimal pula pada diri siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permaslahan
sebagai berikut :
1. Dalam belajar matematika banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
hasil belajar. Diantaranya faktor intern meliputi minat, bakat, kecerdasan,
dan lain-lain serta faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar
siswa diantaranya metode, sarana maupun fasilitas pembelajaran. Karena
kurangnya kualitas dari masing-masing faktor inilah yang mungkin
menyebabkan rendahnya prestasi belajar matenatika siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dengan metode-metode
yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa
lebih mudah menerima materi yang diajarkan. Tetapi masih banyak guru
yang menggunakan model konvensional yang memakai metode
konvensional di semua materi yang diajarkan, padahal tidak semua materi
cocok disampaikan dengan metode konvensional. Banyak siswa yang
kurang memahami materi pada pokok bahasan statistika yang diajarkan
oleh guru dimungkinkan karena pemilihan model yang kurang tepat dalam
pembelajaran tersebut.
3. Dalam pembelajaran matematika, guru umumnya kurang memperhatikan
suasana pembelajaran, apakah para siswa dapat merasa nyaman mengikuti
pembelajaran tersebut atau tidak. Karena pembelajaran yang tanpa
diperhatikan suasana pembelajarannya dimungkinkan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran
siswa menjadi tegang dan tertekan. Dimungkinkan hal ini yang
menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa tersebut.
4. Minat belajar sangat diperlukan oleh siswa dalam suatu pembelajaran
matematika. Tetapi kebanyakan siswa beranggapan bahwa matematika itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pelajaran yang sulit dan menakutkan. Minat yang kurang terhadap
matematika inilah yang mungkin mempengaruhi rendahnya prestasi
belajar matematika siswa.
C. Pemilihan Masalah
Adalah tidak mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak
pertanyaan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini hanya akan dicoba menyelesaikan masalah penelitian yang kedua, ketiga
dan keempat dari keempat masalah yang telah diidentifikasi di atas.
D. Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka
penelitian ini hanya akan dibatasi dalam :
1. Model yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol.
2. Minat belajar siswa merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
siswa untuk belajar. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada
minat belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi, sedang, dan
siswa dengan minat belajar rendah untuk kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi belajar matematika pada
materi statistika, yaitu pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan
menentukan ukuran pemusatan data berupa menentukan rataan, median,
dan modus. Prestasi belajar ini adalah dari tes prestasi belajar yang
dilakukan pada akhir penelitian terhadap siswa kelas XI semester ganjil
tahun pelajaran 2010/2011 SMA Negeri 7 Surakarta.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut
maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1. Apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang diberi pembelajaran dengan model konvensional?
2. Apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai minat belajar sedang
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai minat belajar rendah, dan apakah siswa yang mempunyai
minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah?
3. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning,
apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar
sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat
belajar rendah?
4. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional, apakah
prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar
sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat
belajar rendah?
5. Pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, apakah prestasi siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional?
6. Pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang, apakah prestasi siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model konvensional lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning?
7. Pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah, apakah prestasi siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum
learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.
2. Mengetahui apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai
minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah, dan
apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
minat belajar rendah.
3. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning, prestasi siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
minat belajar sedang maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai
minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai minat belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional, prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar
rendah.
5. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi,
prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
model konvensional.
6. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang,
prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning.
7. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah,
prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
model konvensional.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberi masukan kepada tenaga pengajar atau guru tentang penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
2. Memberi masukan kepada tenaga pengajar agar mampu menyampaikan
pembelajaran dengan menarik sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar.
3. Sebagai bahan pertimbangan, referensi dan bahan masukan pada materi
pelajaran yang lain atau pada studi kasus yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1999:14), “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.
Sehingga belajar tidak bisa lepas dari usaha atau proses pembelajaran itu
sendiri. Proses ini merupakan suatu proses dari yang tidak tahu sampai
seseorang memperoleh pengetahuan tertentu.
Selain itu belajar bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat.
Menurut Nana Sudjana (2000:28), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Sedangkan menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto (1995:84),
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Menurut Chaplin dalam Muhibbin Syah (2004:90), belajar dibatasi
dalam dua rumusan yaitu, “Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman”. Sedangkan
rumusan yang kedua yakni, “Belajar ialah proses memperoleh respons-respons
sebagai akibat adanya latihan khusus”.
Sedang menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2004:91), ia membatasi
definisi belajar dalam dua macam yakni, “Belajar adalah proses memperoleh
pengetahuan”, dan “Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang
relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sehingga dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditandai
dengan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dari hal yang tidak tahu
menjadi tahu yang mana perubahan tersebut bersifat menetap yang diperoleh
dari akibat latihan dan pengalaman.
b. Pengertian Mengajar
Persoalan yang sering muncul adalah bagaimana cara guru
mengembangkan dan menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan
siswa melakukan proses belajar sehingga bisa berubah tingkah lakunya dalam
proses belajar. Persoalan ini menyangkut masalah mengajar, yakni kegiatan
dan pekerjaan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran.
Sehingga mengajar bukan hanya menyampaikan sesuatu hal,
melainkan melibatkan kognitif siswa atau peserta didik. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan H. Johar Permana (2001:54),
mereka menerangkan bahwa, “Mengajar adalah penciptaan lingkungan
dimana struktur kognitif siswa dapat terbentuk dan berubah”. Tujuan mengajar
adalah menyediakan pernyataan belajar yang memungkinkan siswa untuk
mempraktekkan operasi tertentu. Dalam pengalaman belajar ini siswa harus
berperan aktif menemukan sendiri secara induktif. Kepada anak harus
diberikan kesempatan yang ekspensif untuk memanipulasikan lingkungan.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:28), “Mengajar pada
hakikatnya adalah suatu proses, yakni suatu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong siswa melakukan proses belajar”.
Selanjutnya Oemar Hamalik (1992:58) juga menyatakan bahwa,
“Mengajar adalah menyampaikan proses menyampaikan pengetahuan dan
kecakapan kepada siswa”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar
merupakan suatu proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada
siswa dengan cara mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitarn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses
belajar.
2. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) kata prestasi
mempunyai pengertian, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang
telah dilakukan/dikerjakan dan sebagainya)”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai dari apa yang telah dilakukan sebaik-baiknya dalam suatu hal tertentu.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) dikatakan bahwa,
“Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Berdasarkan dari uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai
hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar, yaitu
adanya suatu perubahan pada diri siswa berupa perkembangan pengetahuan
baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai.
c. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan.
Matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan
penalaran seseorang. Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1999:637) menyatakan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaiaan masalah mengenai bilangan”.
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika
bersifat konsisten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses
induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Dari penegertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dan memakai penalaran
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah
diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah
hasil yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang
mengakibatkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan dan
kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai dari suatu tes.
3. Pendekatan Pembelajaran
a. Pendekatan Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar
yang mengkombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, ketrampilan belajar,
dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan
(DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, 1999: 15).
Quantum learning menemukan bentuknya di SuperCamp yang
dikembangkan DePorter bersama kawan-kawannya sejak awal tahun 1980-an.
Dalam SuperCamp tersebut, kurikulum dikembangkan secara harmonis dan
berisi kombinasi dari tiga unsur yaitu keterampilan akademis, prestasi atau
tantangan fisik, dan keterampilan dalam hidup. Pembelajaran berdasarkan
pada landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan.
Pencetus quantum learning adalah seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria Georgi Lozanov, yang melakukan uji coba tentang sugesti dan
pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut
suggestology. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan
setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (Udin
Saefudin, 2008: 125).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Lozanov dalam DePorter (1999:14) menyatakan bahwa
beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam
belajar diantaranya yaitu mendudukan siswa secara nyaman, memasang musik
latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-
poster umtuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi,
menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukaran dengan suggestology
adalah pemercepatan belajar (accelerated learning). Pemercepatan belajar
didefinisikan sebagai memugkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan
yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan.
Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif,
kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja
sama untuk mengasilkan pengalaman belajar yang efektif.
1) Lingkungan Belajar yang Tepat
Belajar di lingkungan yang ditata dengan baik akan lebih mudah
untuk mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Sedang sikap
juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil dalam hal ini adalah
prestasi belajar.
Selain itu dengan penataan lingkungan yang baik maka akan
menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan
sikap positif yang merupakan aset berharga dalam belajar.
Salah satu alasan keberhasilan program yang dilakukan DePorter
adalah penciptaan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun
mental.
Dalam usaha menciptakan lingkungan yang optimal, DePorter
melakukan hal-hal yang membuat suasana menyenangkan dan nyaman.
Sebelum suatu program dimulai, staf masuk ke dalam masing-
masing kelas dan mengubahnya menjadi suatu tempat dimana
siswa-siswi akan merasa nyaman, terdorong, dan mendapat
dukungan. Kami memasukkan tanaman dan music, dan jika
diperlukan, kami menyesuaikan temperature dan memperbaiki
pencahayaan. Kursi-kursi bantalan (jok) supaya lebih nyaman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
jendela-jendela dilap dan dinding-dinding dihiasi dengan poster-
poster indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif (DePorter,
1999: 66).
Dengan berada pada lingkungan yang nyaman, maka akan
membuat para siswa membuka diri untuk memperluas wilayah
kenyamanan mereka dan mencoba hal-hal baru. Dan itulah keadaan
pikiran yang ideal untuk belajar secara optimal.
2) Iringan Musik
Iringan musik merupakan kunci menuju quantum learning.
DePorter (1999: 72) mengatakan bahwa alasan mengapa musik sangat
penting untuk lingkungan quantum learning adalah musik sebenarnya
berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama
melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung
akan cenderung meningkat. Gelombang-gelombang otak meningkat, dan
otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung
dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur.
Georgi Lonazov, yang teknik-teknik pemercepatan belajarnya
menjadi fondasi bagi SuperCamp, mencari cara untuk mengombinasikan
pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi relaks agar melahhirkan
pelajar-pelajar yang istimewa. Setelsh percobaan intensif dengan para
siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya. Relaksasi yang
diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu
berkonsentrasi (DePorter, 1999: 72).
Menurut Lonazov dalam DePorter (1999: 72) menyatakan bahwa
musik yang paling membantu adalah musik barok seperti Bach, Handel,
Pachelbel, dan Vivaldi. Para komposer ini menggunakan ketukan yang
sangat khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan
pikiran seseorang.
Pengaruh musik barok tidak terbatas pada manusia. Dalam
eksperimen, tanaman mempunyai daun-daun yang subur dan akar yang
besar jika musik barok ini dimainkan untuk tanaman-tanaman tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan tanaman ini bahkan cenderung mengarah ke musik, seolah-olah
mengarah ke matahari. Akan tetapi, ketika diperdengarkana musik rock
yang kacau, tanaman yang sama ini akan layu dan mati.
Selanjutnya, DePorter (1999: 74) juga menyebutkan bahwa dalam
situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik
akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga
masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Otak kanan
cenderung terganggu selama rapat, kuliah dan semacamnya, yang
merupakan penyebab seseorang melamun saat berniat berkonsentrasi.
Dengan memasang musik maka akan menyibukkan otak kanan ketika
sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.
3) Ikuti Tanda-Tanda Positif
DePorter (1999: 76) menyatakan bahwa, “Bila saya mengatakan
tanda-tanda positif, saya sedang berbicara mengenai rangsangan visual
yang mengingatkan Anda bahwa Anda mampu untuk menjadi orang yang
istimewa”. Selanjutnya ia menyarankan beberapa hal yang dapat
dimanfaatkan dalam tempat kerja, antara lain pemacu semangat, seperti
slogan atau kata-kata mutiara, sertifikat dan penghargaan-penghargaan
yang telah diterima, bentuk-bentuk dukungan berupa foto-foto saat
seseorang berada di puncak prestasi, serta catatan, hadiah, atau kartu
penghargaan dari teman-teman dan kolega.
Hal-hal di atas dapat memacu kerja dan memberi semangat kepada
seseorang bahwa dia dapat melakukan hal-hal yang membanggakan dalam
hidup.
4) Konsilidasi
Konsilidasi merupakan waktu untuk berhenti. DePorter (1999: 84)
mengatakan, “Di SuperCamp, jeda merupakan persyaratan untuk setiap
jenis sesi belajar”. Jadi di dalam suau pembelajaran ini akan selalu
terdapat jeda ataupun waktu berhenti untuk beristirahat sejenak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Selanjutnya DePorter (1999: 84) menjelaskan bahwa jeda
merupakan sesuatu yang sangat penting hingga kadang-kadang
membiarkan para siswa menentukan sendiri kapan waktu jeda tersebut.
Selanjutnya DePorter menjelaskan alasan mengapa jeda ini sangat
penting.
Ada beberapa alasan untuk ini; saya akan menyebutkan beberapa.
Pertama, dalam setiap masa belajar, yang paling Anda ingat dengan
baik adalah informasi yang Anda pelajari pada saat pertama dan
terakhir. Karena itu, jika Anda sering meminta jeda, Anda akan
mengingat lebih banyak dari seluruh informasi. Banyaknya jeda
pendek ini berarti akan memperbanyak pertama dan terakhir.
Kedua, ketika pikiran Anda menjadi letih, perubahan keadaan
mental yang terjadi selama jeda akan menyegarkan kembali sel-sel
otak Anda untuk langkah berikutnya (DePorter, 1999: 86).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa quantum leaning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dalam pembelajarannya berupaya
menciptakan suasana yang nyaman, santai, dan menyenangkan dengan cara
menjadikan lingkungan belajar menjadi lingkungan belajar yang optimal,
melaksanakan pembelajaran dengan iringan musik, memperhatikan tanda-
tanda positif serta mempergunakan jeda dalam pembelajarannya.
4. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model
pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus yaitu: rasional teoritik, tujuan pembelajaran, tingkah laku
pembelajaran, dan lingkungan yang diperlukan. Model pembelajaran adalah
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas (http://smacepiring.wordpress.com).
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Tim penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:
523), “Konvensional adalah tradisional”, sedangkan “ Tradisional diartikan
sebagai sikap dan cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh
pada norma dan adat kebiasaa yang ada secara turun menurun”.
Dalam pembelajarannya, model konvensional menggunakan metode
konvensional. Sedangkan metode konvensional yang biasa dipakai oleh guru
dalam mengajar adalah metode ceramah ataupun metode ekspositori.
Langkah-langkah dalam model konvensional:
1) Pembukaan
Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran dengan model
konvensional adalah guru memberi salam dan menerangkan tentang materi
yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dalam model konvensional adalah
berupa penjelasan materi yang terkait dari guru. Penyampaian materi ini
dilakukan guru dengan berceramah atupun ekspositori. Umumnya pertama
guru menuliskan materi di papan tulis dan selanjutnya menjelaskan materi
tersebut dengan cara berceramah. Dapat pula selanjutnya guru memberi
latihan soal-soal sekadarnya.
3) Penutup
Guru menutup pembelajaran di dalam kelas tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dipakai
guru pada umumnya yaitu melalui metode ceramah atupun ekspositori.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembalajaran yang menekankan
kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi
interaksi dalam kelompoknya dalam menyelesaikan masalah belajar.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Robert E. Slavin
(2008:4), bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran”.
Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya, pembelajaran
kooperatif dibedakan dalam beberapa tipe diantaranya yaitu tipe Pembelajaran
Tim Siswa (PTS), tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD), tipe
Teams Games-Tournament (TGT), tipe Jigsaw II, dan tipe Team Accelerated
Instruction (TAI).
Selanjutnya Slavin (2008:26) menjelaskan bahwa terdapat enam
karakteristik prinsipil dalam pembelajaran kooperatif, antara lain :
1) Tujuan Kelompok.
Kebanyakan pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa
bentuk tujuan kelompok. Dalam tipe PTS, ini bisa berupa sertifikat atau
rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya.
2) Tanggung jawab individual
Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan
menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau
penilaian lainnya, seperti dalam model Pembelajaran Siswa. Yang kedua
adalah spesialisasi tugas, di mana tiap siswa diberikan tanggung jawab
khusus untuk sebagian tugas kelompok.
3) Kesempatan Sukses yang Sama
Karakteristik unik dari tipe PTS adalah penggunaan metode skor
yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
berkontribusi dalam timnya. Metode tersebut terdiri atas poin kemajuan
(STAD), kompetisi dengan yang setara (TGT), atau adaptasi tugas
terhadap tingkat kinerja individual (TAI dan CIRC ).
4) Kompetisi Tim
Studi tahap awal dari STAD dan TGT adalah menggunakan
kompetensi antar tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk
bekerja sama dengan anggota lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
5) Spesialisasi Tugas
Unsur utama dari Jigsaw, GI, dan spesialis tugas yang lainnya
adalah tugas untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing
anggota kelompok.
6) Adaptasi terhadap Kebutuhan Pokok
Kebanyakan tipe pembelajaran kooperatif menggunakan
pengajaran yang mempercepat langkah kelompok, tetapi ada dua –TAI dan
CIRC- mengadaptasi pengajaran terhadap kebutuhan individual.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Divisions)
Tipe pembelajaran STAD merupakan salah satu jenis dari berbagai tipe
dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau
lima siswa per kelompok. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai
fasilisator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang kondusif,
sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan
masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
1) Komponen-Komponen Model Pembelajaran tipe STAD
Robert Slavin (2008:4) menjelaskan bahwa STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individual, rekognisi tim.
a) Presentasi Kelas
Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Presentasi kelas ini seperti dalam presentasi-presentasi
biasa tetapi yang membedakan, presentasi kelas ini haruslah benar-
benar fokus pada unit STAD.
b) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan
etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
c) Kuis
Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa
akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak dibolehkan saling
membantu dalam mengerjakan kuis sehingga siswa bertanggung jawab
secara individual memahami materinya.
d) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang
lebih baik daripada sebelumnya.
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu
Skor Kuis Skor Perkembangan
Individu
Turun lebih dari 10 0
Turun sampai dengan 10 10
Naik sampai dengan 10 20
Naik lebih dari 10 30
Tetap berada di puncak 30
e) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor
tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen
dari peringkat mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok
Kriteria Rata-rata Kelompok Penghargaan
X ≤ 20
20 < X ≤ 25
X > 25
TIM BAIK
TIM HEBAT
TIM SUPER
2) Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe STAD
a) Tahap Pengajaran
Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran di
dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan,
pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari keseluruhan
pelajaran.
Menurut Slavin (2008:153) yang diadaptasi dari Good, Grouws,
dan Ebmeir (1983), menyatakan bahwa penekanan yang dilakukan dalam
pembelajaran diantaranya :
i. Pembukaan
Dalam pembukaan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari
siswa dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi
siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.
ii. Pengembangan
Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam tahap pengembangan yaitu :
(a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
(b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah
memahami makna dan bukan hafalan.
(c) Mengontrol pemahaman peserta didik seseringmungkin.
(d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar
atau salah.
(e) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah menguasai pokok
masalahnya.
iii. Pedoman Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sedangkan yang dilakukan guru dalam pedoman pelaksanaan yaitu :
(a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan yang
diberikan.
(b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan.
b) Tahap Belajar Tim
Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah
menguasai materi yang guru sampaikan di dalam kelas dan membantu
teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Guru memberikan
tugas atau lembar kegiatan beserta kunci jawabannya untuk
didiskusikan oleh siswa. Apabila ada siswa mempunyai suatu
permaslahan atau pertanyaan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu
pada anggota kelompoknya untuk didiskusikan bersama. Dalam
berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut jika siswa masih
mengalami kesulitan dapat ditanyakan kepada guru.
d. Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Quantum Learning
Model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
merupakan suatu model pembelajaran baru yang memakai model
kooperatif tipe STAD dan pendekatan quantum learning sekaligus dalam
pembelajarannya. Dalam model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning ini, pembelajaran diatur sedemikian rupa sehingga siswa
dapat melakukan diskusi dalam kelompok-kelompok yang heterogen
tentang materi tertentu dalam suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan.
1) Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD
dengan Pendekatan Quantum Learning
Proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning antara lain meliputi tahap:
a) Persiapan Pembelajaran
i. Mempersiapkan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang akan dipakai dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
ii. Mempersiapkan ruang atau tempat yang akan dipakai dalam
pembelajaran. Ruangan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga
siswa merasa nyaman di dalamnya dan tidak merasa jenuh
dengan kondisi ruangan yang akan dipakai dalam
pembelajaran.
iii. Mempersiapkan perangkat audio yang akan digunakan untuk
mengiringi selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pembukaan
Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran
dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning dimulai dengan pengakraban antara guru
dengan siswa dalam suasana yang santai dan rileks, pemberian
motivasi dan semangat belajar pada siswa. Selanjutnya guru
juga menjelaskan tentang jalannya pembelajaran yang akan
dilakukan pada pembelajaran tersebut.
2) Kegiatan Inti
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan ini antara lain:
i. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang
secara heterogen.
ii. Guru menyajikan pelajaran atau presentasi kelas.
iii. Guru memberikan tugas berupa LKS kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota kelompoknya.
iv. Semua anggota dalam kelompok berdiskusi untuk
mengerjakan tugas dari guru. Selama berdiskusi ini,
pembelajaran diiringi musik instrumen agar suasana
terkesan lebih nyaman, santai dan menyenangkan yang
dapat mendorong siswa untuk berkonsentrasi dan
mengurangi ketegangan sehingga kinerja otak dapat
optimal. Anggota dalam kelompok yang sudah mengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
v. Melakukan jeda bila diperlukan. Dalam jeda ini, guru dapat
memberi penyegaran baru berupa siswa disuruh berdiri dan
melakukan relaksasi sertamemberi motivasi baru ataupun
beberapa pengarahan tentang jalannya pembelajaran.
vi. Menyerahkan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok.
vii. Guru memberikan kuis individual. Pada saat menjawab
tidak boleh saling membantu. Dan selama menjawab soal-
soal masih diiringi musik instrumen.
viii. Memberikan penghargaan kelompok
3) Penutup
Guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan
materi dengan menekankan pada hal-hal yang penting.
5. Minat Belajar Siswa
Minat merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi
keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin
belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Sebaliknya belajar
akan menjadi siksaan dan tidak memberi manfaat jika tidak disertai sifat
terbuka bagi bahan-bahan pelajaran.
Minat dapat dimiliki dan dikembangkan dalam diri seseorang. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kurt Singer (1987:78) bahwa “Minat
bukanlah sesuatu yang begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari”.
Ada atau tidaknya minat dalam diri seseorang dapat berasal dari
pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Pengalaman-
pengalaman ini sangat menentukan bagi proses belajarnya kelak. Sebagai
contoh, psikoanalisis menunjukkan bahwa penolakan minat seksual dapat
menghambat kegiatan berpikir dan melakukan penelitian, seorang anak yang
tidak diperbolehkan bertanya dan melihat secara bebas dan wajar akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
mengalami kesukaran dalam mengembangkan minat belajarnya karena rasa
ingin tahu yang tak dapat tumbuh itu pasti akan menghambat proses belajar.
Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar individu. Tanpa adanya minat terhadap materi
belajar maka individu tidak akan dapat belajar dengan sungguh-sungguh,
akibatnya hasil belajar tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Winkel (1987: 105), “Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek
yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan
tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu”. Apabila seseorang anak
masih juga ingin melanjutkan suatu aktivitas setelah ia menghabiskan banyak
waktu untuk aktivitas itu, hal ini menandakan adanya minat. Dalam hal ini,
siswa yang mempunyai minat yang tinggi terhadap matematika akan merasa
senang mempelajari matematika dan akan menghabiskan banyak waktu dalam
belajar matematika dibandingkan dengan siswa yang tidak begitu mempunyai
minat terhadap matematika. Dengan adanya rasa senang terhadap matematika,
siswa juga tidak mudah merasa bosan dalam belajar dan tertarik
menyelesaikan permasalahan-permasalahan maupun soal-soal yang
berhubungan dengan matematika.
Muhibbin Syah (2004: 67) berpendapat bahwa minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang besar terhadap sesuatu. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek
tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subjek tersebut. Sedangkan menurut Slameto (1995: 180) bahwa minat adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat
Sedangkan Sadirman (1990:93) menjelaskan bahwa minat dapat
dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar individu. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar,
individu tidak akan dapat belajar sungguh-sungguh, dan dampaknya hasil
belajar tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Jika seseorang anak
mempunyai minat belajar tinggi maka aktivitas belajar yang dilakukan dalam
hal ini aktivitas belajar matematika akan tinggi pula dan lebih bermutu, baik
kuantitas maupun kualitasnya sehingga akan mempengaruhi prestasi
belajarnya. Sebaliknya, belajar yang tidak dilandasi oleh adanya minat maka
anak akan merasa terpaksa dan belajar dengan keterpaksaan tidak akan
memperoleh hasil yang baik
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat
belajar matematika siswa adalah suatu rasa senang dan ketertarikan untuk
mempelajari matematika tanpa paksaan yang mana siswa akan berkonsentrasi
dan memberikan perhatian yang lebih terhadap matematika.
6. Tinjauan Materi Pokok Bahasan Statistika
a) Tabel Distribusi Frekuensi
b) Ukuran Pemusatan Data
Rataan, median, dan modus memberikan gambaran pemusatan
nilai-nilai dari suatu kumpulan data yang telah diamati. Oleh karena itu,
rataan, median, dan modus disebut sebagai ukuran pemusatan data atau
ukuran tendensi sentral.
1) Menentukan Rataan
Data Tunggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Rataan (mean) dari suatu data adalah perbandingan jumlah
semua nilai datum dengan banyak datum.
diamati yang datumbanyak
diamati yang datum nilai semuajumlah R
n
i
ixn
x1
1
dengan x : rataan dari suatu data
n : banyak datum yang diamati, disebut ukuran data
xi : nilai datum ke-i
Data Berkelompok
Rataan data berkelompok dapat ditentukan dengan rumus:
r
i
i
r
i
ii
f
xf
x
1
1
.
dengan fi menyatakan frekuensi untuk nilai datum xi
r
i
if1
= n menyatakan ukuran data
2) Menentukan Median
Median adalah sebuah nilai datum yang berbeda di tengah-
tengah, dengan catatan data telah diurutkan dari nilai yang terkecil
sampai dengan yang terbesar.
Jika ukuan data n ganjil, maka mediannya adalah nilai datum
yang di tengah atau nilai datum yang ke- (n + 1)/2
Median = x(n+1)/2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Jika ukuan data n genap, maka mediannya adalah rataan dari
dua nilai datum yang di tengah atau rataan dari nilai datum
yang ke- n/2 dan nilai datum ke- (n/2 + 1)
Median = ½ (xn/2 + xn/2 + 1)
3) Menentukan Modus
a) Data Tunggal
Modus dari suatu data yang disajikan dalam bentuk statistik
jajaran : x1, x2, x3, . . . , xn-1, xn, ditentukan sebagai nilai datum
yang paling sering muncul.
b) Data Berkelompok
Modus = cL
21
1
dengan
L = tepi bawah frekuensi kelas modus
1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya
c = panjang kelas modus.
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan dalam pencapaian prestasi belajar banyak dipengaruhi
beberapa hal, diantaranya adalah model mengajar dan minat belajar siswa.
Untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu diperlukan model tertentu pula.
Dengan demikian, guru dituntut untuk menguasai berbagai model
pembelajaran serta menggunakan metode mengajar yang terdapat dalam
model tersebut yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Model pembelajaran yang baik adalah model yang mampu
menciptakan suatu lingkungan yang kondusif untuk belajar siswa serta mampu
menumbuhkan minat siswa untuk belajar serta tidak monoton. Minat belajar
akan timbul pada diri siswa apabila pada dirinya terdapat suatu rasa menaruh
perhatian lebih terhadap pelajaran tertentu tanpa ada unsur paksaan. Dengan
minat belajar yang optimal kemungkinan akan mempengaruhi pencapaian
prestasi belajar yang optimal pula.
Statistika merupakan salah satu materi pada pelajaran matematika yang
dianggap sulit bagi para siswa. Banyak siswa yang sering keliru atau salah
dalam mengerjakan soal-soal mengenai statistika. Karena selain membutuhkan
perhitungan yang banyak dan rumit, statistika juga menuntut tingkat ketelitian
yang cukup tinggi. Karena harus melakukan perhitungan yang rumit dan perlu
ketelitian inilah, kinerja otak akan menurun karena tertekan dan dalam
keadaan tegang. Jika tetap dipaksakan untuk berpikir dalam keadaan tegang,
maka hasilnya juga tidak akan baik. Sehingga perlu diciptakan suasana yang
nyaman dan menyenangkan agar pikiran kembali segar dan berkurang
ketegangannya. Sehingga hasil yang diperolehpun akan lebih baik.
Tak dipungkiri saat ini masih banyak guru yang menggunakan model
konvensional dalam mengajar, termasuk dalam mengajarkan matematika.
Dalam pembelajaran, model konvensional menggunakan metode ceramah
dalam menyampaikan pelajaran, sehingga pelajaran banyak terpusat pada
guru. Akibatnya siswa cenderung bersifat pasif dalam kegiatan belajar. Selain
itu, dalam mengajar umumnya guru hanya menyampaikan pelajaran tanpa
memperhatikan suasana maupun keadaan siswa yang menerima pelajaran.
Kebanyakan siswa akan merasa tertekan pikirannya ketika menghadapi
kesulitan-kesulitan saat pembelajaran yang dilakukan guru dengan model
konvensional tersebut.
Berangkat dari kurangnya pemahaman dan ketelitian siswa yang
belajar dalam pembelajaran yang suasana belajarnya kurang kondusif dan
nyaman, serta rendahnya prestasi belajar siswa pada materi statistika tersebut,
maka perlu dikembangkan model pembelajaran baru yang selain menuntut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
siswa untuk lebih aktif dalam belajar juga mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswapun akan lebih
mudah menerima pembelajaran tersebut.
Sehubungan dengan hal di atas, dalam penelitian ini dicoba diterapkan
model baru yaitu berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan quantum learning dalam pengajaran matematika
pada materi statistika pada siswa SMA Negeri 7 Surakarta. Dalam model ini,
siswa diberi kesempatan ataupun dituntut untuk bekerja dalam kelompok-
kelompok tertentu yang akan lebih menuntut mereka untuk lebih aktif dan
bekerja sama dengan kelompoknya serta saling membantu dalam
menyelesaikan masalah yang ada yang disampaikan oleh guru. Selain itu akan
diupayakan penciptaan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi
siswa yang diharapkan akan meningkatkan hasil belajar. Diduga dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning, pengajaran matematika pada materi statistika dapat lebih
bermakna dan optimal, sehingga pretasi belajar matematika siswa pada materi
statistika dapat ditingkatkan.
Selain dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan,
keberhasilan belajar siswa juga kemungkinan dipengaruhi oleh minat belajar
siswa. Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu. Perbedaan minat belajar siswa kemungkinan
dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka. Siswa yang memiliki minat
belajar tinggi akan lebih giat untuk belajar mandiri, memiliki banyak ide untuk
memecahkan suatu masalah berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki,
serta berani menyampaikannya dengan lancar tanpa harus menunggu adanya
perintah dari guru, sehingga pada akhirnya mereka dapat memperoleh prestasi
yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang minat belajarnya sedang
atau rendah. Begitu pula dengan siswa yang mempunyai minat sedang, sangat
dimungkinkan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Selain itu, terkait dengan proses menyelesaikan soal-soal dalam
materi statistika, siswa dituntut untuk memiliki minat agar ia dapat
menyelesaikan permasalahan yang terkait. Karena tak dipungkiri, statistika
sangat erat hubungannya dengan angka-angka yang mungkin siswa menjadi
malas mengerjakannya. Dalam proses ini, minat belajar siswa mungkin
menjadi faktor yang sangat berpengaruh selain pemahaman siswa terhadap
materi tersebut.
Penggunaan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum
learning dalam pembelajaran matematika menitikberatkan pada minat belajar
siswa. Jadi, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dan tepat serta
didukung oleh adanya minat belajar yang optimal pada diri siswa
kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada
materi statistika.
Sedangkan bagi siswa yang minat belajarnya sedang, model ini
kurang begitu tepat untuk mereka. Karena dengan minat yang sedang atau
biasa-biasa saja, ia lebih mampu menerima pelajaran langsung dari guru
seperti biasanya dibandingkan dengan dari hasil diskusi bersama teman-
temannya dalam suatu kelompok tertentu yang terkesan rumit dan
membingungkan bagi mereka. Atau mungkin, dengan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok yang suasananya santai, ia justru tidak bisa fokus
terhadap pelajaran yang sedang berlangsung dengan bekal minat terhadap
pelajaran yang sedang-sedang saja. Namun bagi siswa yang memiliki minat
belajar rendah, model ini akan membantu mereka untuk dapat berdiskusi
dengan kelompoknya untuk pemecahan permasalahan dalam soal karena
mereka dapat berdiskusi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Ditambah
dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan maka iapun akan merasa
lebih betah dalam pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tingkat
pemahaman merekapun dapat meningkat. Namun hal ini mungkin membuat
siswa dengan minat belajar sedang ataupun rendah menjadi tergantung dengan
siswa lain sehingga pada saat evaluasi, prestasi yang diperoleh menjadi kurang
optimal. Atau dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa terdapat interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
antara penggunaan model pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika, khususnya dalam kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan materi statistika.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran
Keterangan :
1. Model pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar matematika
2. Minat belajar siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika.
3. Pengaruh bersama (interaksi) antara model pembelajaran dan minat belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.
2. Siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat
belajar sedang, siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai
Model Pembelajaran
Prestasi Belajar
Matematika
Minat Belajar Siswa 2
3
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai minat belajar rendah, dan siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
3. Pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan quantum learning, siswa yang mempunyai
minat belajar tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan siswa
yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah .
4. Pada pembelajaran dengan model konvensional, siswa yang mempunyai
minat belajar tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan siswa
yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
5. Pada minat belajar tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning mempunyai prestasi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional.
6. Pada minat belajar sedang, siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional mempunyai prestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning.
7. Pada minat belajar rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning mempunyai prestasi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 7 Surakarta kelas XI semester
ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan di
SMA Negeri 5 Surakarta kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan 3 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai Oktober
2010. Sedangkan uji coba instrumen dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2010.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Dikatakan
penelitian eksperimental semu karena peneliti tidak memungkinkan untuk
memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan. Sebagaimana
yang dikemukakan Budiyono (2003:82), “Tujuan penelitian eksperimental semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang
tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variable
yang relevan”. Langkah dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
pengaturan variabel-variabel ataupun selanjutnya variabel-variabel tersebut
dikontrol untuk diperhatikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika
sebagai varibel terikat. Dalam hal ini variabel bebas yang dimaksud adalah model
pembelajaran dan minat belajar para siswa. Sebelum dilakukan perlakuan
terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu
dilaksanakan uji keseimbangan dengan menggunakan uji t. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam keadaan
seimbang atau tidak. Data yang digunakan dalam uji keseimbangan ini adalah
nilai ujian semester dua kelas X.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Selanjutnya pada akhir eksperimen, dilakukan pengukuran terhadap kedua
kelas mengenai prestasi atau hasil dari belajar siswa dengan alat ukur yang sama
berupa soal-soal tes prestasi belajar matematika materi yang berkaitan.
Setelah itu, hasil dari pengukuran dianalisis dan dibandingkan dengan
tabel uji statistik yang digunakan dalam penelitian tersebut.
1. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 2×3. Rancangan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
B
A
b1
b2 b3
a1
a2
a1b1
a2b1
a1b2
a2b2
a1b3
a2b3
keterangan :
A = model pembelajaran
B = minat siswa
a1 = pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan quantum learning
a2 = pengajaran dengan menggunakan model konvensional
b1 = minat siswa kategori tinggi
b2 = minat siswa kategori sedang
b3 = minat siswa kategori rendah
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Urutan-urutan kegiatan yang telah dilakukan adalah :
a. Melakukan Observasi
b. Memilih kelas mana yang digunakan untuk penelitian dan kelas untuk uji coba
instrumen.
c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d. Memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning dan
model konvensional pada masing-masing kelas yang telah dipilih.
e. Memberikan tes prestasi belajar untuk mengukur hasil belajar siswa.
f. Mengumpulkan, mengolah selanjutnya menganalisis data penelitian.
g. Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), “Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI
SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 312 siswa dan
terbagi menjadi 9 kelas.
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Dalam penelitian tidak selalu
perlu untuk meneliti semua populasi, karena selain memerlukan biaya yang besar
juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu diharapkan dengan hanya
mengambil sebagian dari populasi tetapi dapat mewakili dari keseluruhan
populasi.
Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dilakukan dengan cara
sampling random kluster (cluster random sampling) yang dikenakan berturut-turut
terhadap unit-unit atau sub-sub populasi. Dari 9 kelas yang ada, dipilih 2 kelas
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel-variabel tersebut adalah :
a. Variabel Bebas
1) Model Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a) Definisi Operasional : model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran pada penelitian ini
meliputi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning pada kelas eksperimen dan model
konvensional pada kelas kontrol.
b) Indikator : model pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum
learning pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas
kontrol.
c) Skala pengukuran : nominal dengan dua kategori model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning dan model
konvensional.
2) Minat Siswa
a) Definisi Operasional
Minat belajar adalah suatu keinginan yang timbul karena adanya
kebutuhan untuk belajar dan pengalaman belajar yang telah lampau
yang ditunjukkan dengan rasa ketertarikan dan perhatian lebih
terhadap kegiatan belajar, yang ditunjukkan dengan angket minat
belajar matematika.
b) Indikator : nilai angket minat belajar matematika siswa.
c) Skala pengukuran : skala interval yang diubah dalam skala ordinal
dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Skala interval
yang diubah ke skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori yaitu
kelompok tinggi dengan skor > sX , kelompok sedang dengan
sX ≤ skor ≤ sX , sedangkan kelompok rendah dengan skor
< sX
b. Variabel Terikat
1) Prestasi Belajar Siswa
a) Definisi Operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat dari
aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika.
b) Indikator : nilai tes prestasi belajar matematika.
c) Skala Pengukuran : interval.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan atau
pengumpulan data adalah sebagai berikut :
a. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003:54), “Metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihatnyadalam dokumen-dokumen yang telah
ada. Dokumen-dokumen tersebut biasanya merupakan dokumen-dokumen
resmi yang telah terjamin keakuratannya”.
Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester kelas X semester genap tahun
pelajaran 2009/2010 mata pelajaran matematika yang digunakan untuk uji
keseimbangan.
b. Metode Angket
Metode angket merupakan cara pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek
penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara
tertulis.
Metode angket digunakan untuk memperoleh data ilmiah yaitu berupa
skor hasil pengisian angket dari respon yang bersangkutan. Namun sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut terlebih
dahulu harus diuji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item
angket. Sedangkan untuk menguji butir instrument digunakan uji konsistensi
internal.
1) Analisis Instrumen
1. Reliabilitas
Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa “Kata reliabel sering
disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya, terandalkan, ajeg,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
stabil, konsisten, dan lain sebagainya”. Menurutnya, suatu instrumen
dikatakan reliabel jika hasil pengukuran dari suatu instrumen tersebut
adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang
yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang yang berlainan
(tetapi dalam kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada
waktu yang berlainan.
Untuk menguji reliabilitas angket minat belajar matematika,
digunakan teknik Alpha sebagai berikut:
2
2
11 11
t
i
s
s
n
nr
Dengan:
= indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
si2 = variansi belahan ke-i, i = 1, 2, …, k (k n)
atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4, ...,n
st2 = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
Dalam penelitian ini, suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11
≥ 0,70.
(Budiyono, 2003: 70)
2. Uji Validitas Isi
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu
untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara
individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,
maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji
validitas isi, pada tingkat minimum, langkah-langkah dalam
melakukan validasi isi seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina
dalam Budiyono (2003:60) adalah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur (pada tes prestasi
dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok
bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi),
b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-
domain tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-
butir soal dengan domain performans yang terkait, dan
d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang
diperoleh dari proses pencocokan pada langkah (c).
Dalam penelitian ini data dikatakan valid jika pada kerangka
terstruktur (lembar validasi) tanda (√) lebih dari 3.
2) Analisis Butir soal
1. Konsistensi Internal
Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus
korelasi momen produk Karl Pearson
))()()((
))((
2222
YYnXXn
YXXYnrxy
dengan :
xyr = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = total skor (dari subjek uji coba)
(Budiyono, 2003:65)
Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3
maka butir tersebut harus dibuang.
c. Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek
penelitian.
Tes yang digunakan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda.
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrument tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui
kualitas item angket. Sedangkan untuk mengujji butir instrument digunakan
uji daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a) Analisis Instrumen
1. Uji Validitas Isi
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu
untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara
individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi,
maka uji validitas yang dilakukan pada metode tes ini adalah uji
validitas isi, pada tingkat minimum, langkah-langkah dalam
melakukan validasi isi seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina
dalam Budiyono (2003:60) adalah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur (pada tes prestasi
dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok
bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi),
b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-
domain tersebut,
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-
butir soal dengan domain performans yang terkait, dan
d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang
diperoleh dari proses pencocokan pada langkah (c).
Dalam penelitian ini data dikatakan valid jika pada kerangka
terstruktur (lembar validasi) tanda (√) lebih dari 3.
(Budiyono, 2003:69)
2. Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Kuder dan Richardsonyang diberi nama KR-20
sebagai berikut :
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
dengan :
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : cacah butir instrumen
ip : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
iq : 1- ip
2
is : variansi total
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0,70 ( 11r > 0,70)
(Budiyono, 2003:69)
b) Analisis Butir Soal
1. Daya Pembeda
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda yang baik
jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih dari kelompok
siswa yang kurang pandai.
Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal digunakan rumus
korelasi momen produk Karl Pearson sebagai berikut :
))()()((
))((
2222
YYnXXn
YXXYnrxy
dengan :
xyr = indeks daya beda untuk butir ke-i
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-I (dari subjek uji coba)
Y = total skor (dari subjek uji coba)
Jika indeks daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka
butir tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003:65)
2. Tingkat Kesukaran
Yang dimaksud tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi
peserta tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat
kesukaran soal biasanya dilambangkan dengan p. Tingkat kesukaran
berkisar antara 0.0 sampai dengan 1.0. Soal yang baik adalah soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya soal tersebut
tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat
kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus :
keterangan ;
P = indeks kesukaran
B = banyak peserta tes yang menjawab soal dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
(Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, 1995:157-158).
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ P ≤ 0,70.
3. Fungsi Pengecoh
Untuk menentukan berfungsi atau tidaknya pengecoh, diadakan
analisis butir soal. Untuk keperluan analisis ini lembar jawaban peserta
ujian yang termasuk kelompok atas dan kelompok kelompok bawah
yang dijadikan sumber informasi. Distribusi jawaban kedua kelompok
ini untuk setiap butir dimasukkan dalam suatu tabel seperti contoh
butir soal di bawah ini.
Tabel 3.2 Contoh Distribusi Jawaban Pada Fungsi Pengecoh
Pilihan A B* C D
Atas 0 5 0 0
Bawah 1 2 1 1
Jumlah 1 7 1 1
Jawaban yang benar adalah B (diberi tanda bintang),
kebanyakan peserta (pada kedua kelompok ini) memilih B. pengecoh
A,C, dan D ada yang memilih terutama mereka yang masuk kelompok
bawah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengecoh
berfungsi sebagai jawaban yang salah. Jadi butir soal di atas semua
pilihan sudah berfungsi.
sJ
BP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pengecoh dikatakan berfungsi jika dipilih oleh 5% dari jumlah
peserta dan siswa kelompok atas lebih sedikit yang memilih daripada
siswa kelompok bawah.
(Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, 1995:165).
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya diuji statistik dengan
menggunakan uji t, tetapi sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat
analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan kepada dua kelompok pada saat sebelum
dikenai perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
tersebut seimbang ataupun kedua kelompok tersebut memiliki perbedaan mean
yang berarti atau tidak.
Langkah-langkahnya :
a. Hipotesis
21: oH (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
21: oH (kedua kelompok memiliki kemampuan awal tidak yang sama)
b. Taraf signifikan (α)
c. Statistik uji yang digunakan
21
21
11
nns
XXt
p
~ )2( 21 nnt
keterangan :
t = t hitung
1X = mean dari sampel kelompok eksperimen
2X = mean dari sampel kelompok kontrol
1n = ukuran sampel kelompok eksperimen
2n = ukuran sampel kelompok kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
s 2
= variansi (2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
snsns p
)
d. Daerah kritik
DK = {t| t < - 2t ; n1+n2-2 atau t > 2t ; n1+n2-2}
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika t DK
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima
2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004:151)
2. Uji Prasyarat Anava
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel dari
penelitian termasuk sampel dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menguji normalitas populasi ini
adalah metode Lilliefors.
Langkah-langkah uji normalitas dengan metode Lilliefors yaitu :
1) H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat signifikan (α)
3) Statistik uji yang digunakan
L = Maks |F(zi) - S(zi)|
dengan F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi
zi = skor standar ; zi =
s
XX i )( ; Xi : skor item
s = variansi
4) Daerah kritik
DK = {L | L > Lα;n}
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika Lobs terletak di daerah kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal jika H0 diterima
b) Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004:170-171)
b) Uji homogenitas Variansi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Salah satu uji homogenitas variansi adalah
uji Bartlett dengan prosedur sebagai berikut :
1. H0 : σ12 = σ2
2 = σ3
2 = … = σk
2 (variansi populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2. Tingkat signifikan (α)
3. Statistik uji
)loglog(303,2 22 jj sfRKGfc
dengan :
)1(~ 22 k
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel ;
k = 2 (model pembelajaran); k = 3 (minat belajar)
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
fj = nj - 1 = derajat kebebasan untuk sj2, j = 1, 2, …, k;
f = N – k =
k
j
jf1
= derajat kebebasan untuk RKG
c = 1 + ;11
)1(3
1
ffk j
RKG = rataan kuadrat galat = ;
j
j
f
SS
SSj = 2
2
2)1(
)(jj
j
j
j snn
XX
4. Komputasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
5. Daerah kritik
DK : { 2 | 2 > 2 α;k-1}
6. Keputusan Uji
H0 ditolak jika 2 obs terletak di daerah kritik
7. Kesimpulan
a. Variansi dari populasi-populasi homogen jika H0 diterima
b. Variansi dari populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 175-178)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk melakukan hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama, dengan model sebagai berikut :
ijkijjiijkX )(
dengan :
Xijk = data ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
α1 = efek baris ke-i pada variabel terikat
βj = efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk = deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi
normal dengan rataan nol
i = 1, 2 ; 1 = model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning; 2 = model pengajaran konvensional
j = 1, 2, 3 ; 1 = minat tinggi, 2 = minat sedang, dan 3 = minat rendah.
k = 1, 2, 3, ...,nij ; nij = banyaknya data amatan pada setiap sel.
(Budiyono, 2004:227)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Prosedur pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama antara lain :
a. Hipotesis
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antara baris
terhadap variabel terikat)
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara
baris terhadap variabel terikat)
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antara baris
terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antara
kolom terhadap variabel terikat)
H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan
kolom terhadap variabel terikat)
(Budiyono, 2004:228)
b. Komputasi
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
B
A
b1 b2 b3 Total
a1 11AB 12AB
13AB A1
a2 21AB 22AB
23AB A2
Total B1 B2 B3 G
1. Pada analisis variansi dua jalan sel tak sama ini didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut :
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
ji ijn
pq
,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
N = ji
ijn,
= banyaknya seluruh data amatan
SSij = ijk
k
ijk
k
ijkn
X
X
2
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij
Ai = j
ijAB = jumlah rataan pada baris ke-i
Bi = i
ijAB = jumlah rataan pada baris ke-j
G = ji
ijAB,
= jumlah rataan semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran
(1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut :
(1) = pq
G 2
(2) = ji
ijSS,
(3) = i
i
q
A2
(4) = = j
j
p
B 2
(5) = ji
AB,
2
2. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah
kuadrat, yaitu :
JKA = hn {(3) – (1)}
JKB = hn {(4) – (1)}
JKAB = hn {(1) + (5) – (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
3. Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah :
dkA = p – 1 dkB = q - 1
dkAB = (p - 1)(q - 1) dkG = N – pq
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dkT = N - 1
4. Rataan kuadrat
dkA
JKARKA
dkB
JKBRKB
dkAB
JKABRKAB
dkG
JKGRKG
5. Statistik Uji
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah :
a. Untuk H0A adalah Fa = RKG
RKA yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p–1 dan N-pq
b. Untuk H0B adalah Fb = RKG
RKB yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q–1 dan N-pq
c. Untuk H0AB adalah Fab = RKG
RKAB yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p–1)(q-1) dan
N-pq.
6. Tingkat signifikan (α = 0,05)
7. Daerah kritik
a. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F | F > Fα;p-1;N-pq}
b. Daerah kritik untuk Fb adalah DK = {F | F > Fα;q-1;N-pq}
c. Daerah kritik untuk Fa adalah DK = {F | F > Fα;(p-1)(q-1);N-pq}
8. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Fobs terletak di daerah kritik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
9. Rangkuman Anava
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel
Baris (A) JKA p - 1 RKA Fa Ftabel
Kolom (B) JKB q - 1 RKB Fb Ftabel
Interaksi (AB) JKAB (p1)(q-1) RKAB Fab Ftabel
Galat (G) JKG N – pq RKG - -
Total JKT N - 1 - - -
(Budiyono, 2004 : 228-233)
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tidak lanjut dari analisis variansi apabila
hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak.
Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi, digunakan metode Scheffe karena
metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikansi
yang kecil.
(Budiyono, 2004: 201)
Langkah-langkah menggunakan metode Scheffe antara lain :
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi ganda.
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
3) Menentukan tingkat signifikan (α) = 0,05
4) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :
a) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah sebagai berikut :
kjij
kjij
kjij
nnRKG
XXF
11
)( 2
dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kjijF = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
kjX = rataan pada sel kj
RKG =rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ijn = ukuran sel ij
kjn = ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji ini adalah DK = {F | F > (pq-1)Fα;pq-1;N-pq}
b) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah sebagai berikut :
ikij
ikij
ikij
nnRKG
XXF
11
)( 2
Daerah kritik untuk uji ini adalah DK = {F | F > (pq-1)Fα;pq-1;N-pq}
5) Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda
6) Menentukan kesimpulan dari keputusan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2004: 213-214)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data hasil uji coba instrumen, data
prestasi belajar matematika pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi
frekuensi dan ukuran pemusatan data, dan data minat belajar matematika. Berikut
ini diberikan uraian tentang data-data tersebut:
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
a. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
1) Validitas Isi Uji Coba Tes Prestasi Belajar.
Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh validator
diperoleh hasil bahwa ke 25 soal valid sehingga dapat digunakan semua.
2) Daya Pembeda Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar yang diuji cobakan sebanyak 25 soal. Dengan
rumus korelasi momen produk pada taraf signifikan 5% diperoleh 22 soal
yang mempunyai daya pembeda yang baik yaitu yang memenuhi rxy >
0.3. Sedangkan 3 soal yaitu nomor 1, 2, dan 19 tidak dapat membedakan
antara kelompok siswa atas dan kelompok bawah. Soal nomor 1
mempunyai rxy = -0,0006, soal nomor 2 mempunyai rxy = -0,04, dan soal
nomor 19 mempunyai rxy = -0,183. Diperoleh 23 soal yang dapat
digunakan dalam penelitian dan 3 soal yang tidak digunakan yaitu 1, 2
dan 19. (Perhitungan daya pembeda uji coba tes prestasi belajar siswa
selengkapnya disajikan pada Lampiran 19).
3) Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Dari jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 25 soal terdapat 2
buah soal yang tingkat kesukarannya tidak baik, yaitu soal nomor 1 dan
2. Soal nomor 1 mempunyai nilai P = 0,8857 > 0,70, sedang nomor 2
mempunyai P = 0,8571 > 0,70. (Perhitungan tingkat kesukaran uji coba
tes prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 20).
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4) Berfungsinya Pengecoh Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Dari jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 25 soal terdapat 4
buah soal yang pengecohnya tidak berfungsi dengan baik, yaitu soal
nomor 1, 2, 4 dan 19. Pada soal nomor 1 jawaban yang benar adalah E,
pilihan jawaban A dan C tidak dipilih seorangpun siswa baik dari
kelompok atas maupun bawah sehingga berarti pengecohnya tidak berjalan
dengan baik. Begitupun juga pada soal nomor 2 jawaban yang benar
adalah C, pilihan jawaban B dan E tidak dipilih seorangpun siswa baik
dari kelompok atas maupun bawah sedangkan pilihan jawaban A dipilih 1
siswa dari kelompok bawah dan 2 siswa dari kelompok atas yang justru
kelompok atas memilih jawaban yang salah sehingga berarti pengecohnya
tidak berjalan dengan baik. Sedangkan soal nomor 4 jawaban yang benar
adalah D, pilihan jawaban A dan E masing-masing dipilih oleh seorang
siswa < 5% (minimal 2 siswa) sehingga berarti pengecohnya tidak berjalan
dengan baik. Soal nomor 19 jawaban yang benar adalah C, pilihan
jawaban A tidak dipilih seorangpun siswa baik dari kelompok atas maupun
bawah sehingga berarti pengecohnya tidak berjalan dengan baik
(Perhitungan berfungsinya pengecoh uji coba tes prestasi belajar siswa
selengkapnya disajikan pada Lampiran 21).
Jadi dapat disimpulkan dari uji daya pembeda, tingkat kesukaran
dan berfungsinya pengecoh dari 25 soal yang diuji cobakan hanya terdapat
21 yang dapat digunakan. Sedangkan 4 soal yaitu soal nomor 1, 2, 4, dan
19 dibuang.
5) Reliabilitas Uji Coba Tes Prestasi Belajar.
Dengan menggunakan rumus KR-20 diperoleh hasil perhitungan
reliabilitas tes prestasi belajar sebesar r11 = 0.8159 > 0.70 sehingga
reliabilitas tes termasuk baik. (Perhitungan reliabilitas uji coba tes
prestasi belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 22).
b. Hasil Uji Coba Angket
1) Validitas Isi Uji Coba Angket Minat Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan uji validitas isi yang telah dilakukan oleh validator
diperoleh hasil bahwa ke 34 butir angket valid sehingga dapat digunakan
semua.
2) Konsistensi Internal Uji Coba Angket Minat Belajar.
Angket minat belajar matematika siswa yang berjumlah 34 item
pernyataan. Dari butir-butir angket yang diuji cobakan, dengan rumus
korelasi momen produk dari Karl Pearson pada taraf signifikan 5%
diperoleh 27 butir angket yang konsisten, sebab rxy > 0.3. Sedangkan 7
butir angket yaitu 1, 3, 7, 8, 9, 25 dan 34 tidak konsisten, sebab rhit butir 1
adalah 0.2333 < 0.3, rxy butir 3 adalah 0.0842 < 0.3, rxy butir 7 adalah -
0.066 < 0.3, rxy butir 8 adalah 0.146 < 0.3, rxy butir 9 adalah 0.0943 <
0.3, rxy butir 25 adalah 0.2058 < 0.3, dan rxy butir 34 adalah 0.2757 < 0.3.
Sehingga diperoleh 27 butir angket yang dapat digunakan dalam
penelitian dan 7 butir yang tidak digunakan yaitu 1, 3, 7, 8, 9, 25 dan 34.
(Perhitungan konsistensi internal uji coba angket minat belajar siswa
selengkapnya disajikan pada Lampiran 24).
3) Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar.
Dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh hasil perhitungan
reliabilitas butir angket sebesar 0.9258 > 0.7 sehingga reliabilitas butir
angket termasuk baik. (Perhitungan reliabilitas uji coba soal angket minat
belajar siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 25).
2. Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi Statistika Pokok Bahasan
Tabel Distribusi Frekuensi dan Ukuran Pemusatan Data
Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang minat
belajar siswa dan data tes prestasi belajar siswa pada materi statistika pokok
bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data, selanjutnya akan
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Berikut ini akan diberikan uraian
tentang data-data yang diperoleh.
Dari data prestasi belajar siswa pada pada pokok bahasan tabel distribusi
frekuensi dan ukuran pemusatan data, dicari ukuran tendensi sentralnya yang
meliputi rata-rata (𝑋 ), median (Me), modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
yang meliputi jangkauan (R), dan standart deviasi (s) yang dapat dirangkum
dalam tabel sebagai berikut. (Perhitungan skor prestasi belajar siswa selengkapnya
disajikan pada Lampiran 26).
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol.
Kelas Ukuran
Tendensi sentral
Ukuran Dispersi
𝑋 Mo Me Skor
min
Skor
maks
R S
Kontrol 78,2970 81 78,6 57,1 100 42,9 11,8519
Eksperimen 84,6781 81; 95,2 85,7 61,9 100 38,1 11,0580
3. Data Skor Angket Minat Belajar Matematika Siswa
Data tentang minat belajar matematika siswa diperoleh dari skor angket.
Penggolongan minat belajar matematika siswa didasarkan pada rerata dan
simpangan rataan. Dari hasil perhitungan diperoleh rerata dari kedua kelompok
adalah 77,8637 dan simpangannya adalah 8,3388
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Kategori Minat
Belajar Siswa
Aturan Penggolongan
Minat Belajar
Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Minat tinggi
Minat sedang
Minat rendah
X > 86,2024
69,5249 ≤ X ≤ 86,2024
X < 69,5249
9
20
3
6
24
4
Berdasarkan data pada tabel di atas, dalam kelompok eksperimen
terdapat 9 siswa dengan minat tinggi, 20 siswa dengan minat sedang dan 3 siswa
dengan minat rendah. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 6 siswa dengan
minat tinggi, 24 siswa dengan minat sedang dan 4 siswa dengan minat rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
mempunyai kemampuan awal sama. Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing
sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji
normalitas kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal
Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kemampuan Awal
Kelas Eksperimen
0.1443 L0,05;32 = 0.1566 H0 tidak
ditolak
Normal
Kemampuan Awal
Kelas Kontrol
0.1476 L0,05;34 = 0.1520 H0 tidak
ditolak
Normal
Berdasarkan tabel di atas, untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <
Ltabel, sehingga H0 tidak ditolak. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari
distribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27 dan
Lampiran 28).
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t diperoleh thit = -
0,1405 dengan t0,025;64 = 1,960, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan mean yang berarti atau
kedua kelas tersebut kemampuan awalnya dalam keadaan seimbang dengan taraf
signifikansi 5%. (Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya disajikan pada
Lampiran 29).
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Lilliefors dengan taraf signifikansi 5%. Dalam penelitian ini
uji normalitas yang dilakukan yaitu uji normalitas prestasi belajar siswa kelas
kontrol, uji normalitas prestasi belajar siswa kelas eksperimen, uji normalitas
prestasi belajar siswa kelompok minat belajar tinggi, uji normalitas prestasi
belajar siswa kelompok minat belajar sedang, dan uji normalitas prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
siswa kelompok minat belajar rendah. Hasil uji normalitas skor prestasi belajar
matematika siswa dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar
Uji Normalitas Lobs L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kelompok Eksperimen 0,0829 L0,05;32 = 0,1566 H0 diterima Normal
Kelompok Kontrol 0,1020 L0,05;34 = 0,1520 H0 diterima Normal
Minat Belajar Tinggi 0,1476 L0,05:15 = 0,2200 H0 diterima Normal
Minat Belajar Sedang 0,1065 L0,05;44 = 0,1336 H0 diterima Normal
Minat Belajar Rendah 0,1378 L0,05:7 = 0,3000 H0 diterima Normal
Berdasarkan tabel di atas untuk masing-masing sampel ternyata Lobs <
Ltab, sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. (Perhitungan uji normalitas selengkapnya disajikan
pada Lampiran 30-34)
3. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat. Dalam penelitian ini ada
dua kali uji homogenitas yaitu antar baris (uji homogenitas prestasi belajar siswa
ditinjau dari model mengajar), antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar siswa
ditinjau dari minat belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas
Sample K 2χ obs 2χ 0.05;n Keputusan Kesimpulan
Model Mengajar 2 15,10 3,8410 H0 diterima Homogen
Minat Belajar 3 9,450 5,9910 H0 diterima Homogen
Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga 2χ obs dari kelas yang diberi
perlakuan model mengajar dan minat belajar siswa kurang dari 2χ 0.05;n, sehingga
H0 diterima. Ini berarti variansi-variansi populasi yang dikenai perlakuan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
mengajar dan variansi-variansi minat belajar siswa berasal dari populasi homogen.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35 dan Lampiran 36).
C. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama di
sajikan dalam tabel sebagai berikut: (Perhitungan uji hipotesis selengkapnya
disajikan pada Lampiran 37).
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Analisis Variansi Dua Jalan
JK dK RK Fobs Ftabel Keputusan
Model Mengajar (A) 548,2668 1 548,2668 4,4787 4 H0A ditolak
Minat Belajar (B) 842,0030 2 421,0015 3,4391 3,150
H0B ditolak
Interaksi (AB) 88,5120 2 44,2560 0,3615 3,150
H0AB tidak ditolak
Galat 7344,9431 60 122,4157
Total 8823,7249 65
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 37).
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat, atau dengan kata
lain kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi statistika pokok
bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.
b. Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat, atau dengan kata
lain ketiga kategori minat belajar matematika siswa memberikan pengaruh
yang tidak sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika
pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.
c. Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu antara
penggunaan model pembelajaran dan minat belajar matematika siswa
terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika pokok bahasan
tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda dilakukan dengan menggunakan metode Scheffe.
Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama telah diperoleh
keputusan uji bahwa H0A dan H0B ditolak sedangkan H0AB tidak ditolak, maka
perlu dilakukan uji komparasi rataan antar kolom (minat belajar siswa).
Uji komparasi ganda antar baris tidak perlu dilakukan karena variabel
model pembelajaran hanya ada dua nilai (model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan Quantum Learning dan model konvensional). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum Learning memiliki
prestasi yang berbeda daripada siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan
model konvensional. Hal ini dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Rataan dan Rataan Marginal
Minat Belajar
Model Mengajar
Tinggi Sedang Rendah Rataan Marginal
Kooperatif Tipe
STAD 92,5889 81,6750 80,9667 84,6781
Model Konvensional 82,5500 78,3750 71,4500 78,2971
Rataan Marginal 88,5733 79,8750 75,5286
Hasil perhitungan uji komparasi rataan antar kolom disajikan dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi 𝑥 .𝑖 − 𝑥 .𝑗 2 RKG F Kritik Keputusan
µ.1 vs µ.2 75,6610 0,0894 122,4157 6,9140 6,3 Ho ditolak
µ.1 vs µ.3 170,1658 0,2095 122,4157 6,6344 6,3 Ho ditolak
µ.2 vs µ.3 18,8914 0,1656 122,4157 0,9320 6,3 Ho Tidak ditolak
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38).
Keterangan:
µ.1 = rataan siswa yang mempunyai minat belajar tinggi
ji nn
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
µ.2 = rataan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
µ.3 = rataan siswa yang mempunyai minat belajar rendah
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi dan prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar sedang.
b. Ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada
kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi dan prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar rendah.
c. Tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika sedang
dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar
rendah.
D. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan diperoleh
Fobs= 4,4787 > 4.00 = Ftab, sehingga Fobs merupakan anggota Daerah Kritik.
Karena Fobs merupakan anggota Daerah Kritik maka H0A ditolak, ini berarti bahwa
terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi perlakuan
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum
Learning dan model konvensional. Berdasarkan rataan marginal (model
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum Learning adalah 84,6781
sedangkan pada siswa-siswa yang diberi model konvensional adalah 78,2971)
sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum
Learning memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa-siswa yang diberi
model konvensional. Hal ini disebabkan karena model kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan Quantum Learning memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah yang
akan meningkatkan keterampilan siswa dan juga baik siswa yang pandai maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui pembelajaran
tersebut. Selain itu, model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum
Learning dalam pembelajarannya menggunakan suasana kelas yang nyaman dan
menyenangkan, diantaranya dengan mengiringi musik dalam proses pembelajaran
sehingga pikiran siswa akan rileks atau tidak tertekan sehingga hasil dari
belajarpun akan maksimal.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum Learning
menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model konvensional
pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran
pemusatan data.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fobs = 3,4391 >
3,150 = Ftab, sehingga Fobs anggota Daerah Kritik. Karena Fobs merupakan anggota
Daerah Kritik maka H0B ditolak, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh minat
belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6.3} dan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. F.1- .2 = 6,9140 DK
Hal ini berarti, ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi
(rataan marginal = 88,5733) dan prestasi belajar matematika pada kelompok
siswa dengan minat belajar sedang (rataan marginal = 79,8750). Dengan
melihat rataan marginalnya maka disimpulkan bahwa siswa dengan minat
belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik
dibanding siswa dengan minat belajar sedang pada materi statistika pokok
bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.
b. F.1- .3 = 6,6344 DK
Hal ini berarti, ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi
(rataan marginal = 88,5733) dan prestasi belajar matematika pada kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
siswa dengan minat belajar rendah (rataan marginal = 75,5286). Dengan
melihat rataan marginalnya maka disimpulkan bahwa siswa dengan minat
belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik
dibanding siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika pokok
bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.
c. F.2- .3 = 0.9320 DK
Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi
belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika
sedang dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat
belajar rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa siswa dengan minat
belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika sama
baiknya dibanding siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika
pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan
diperoleh Fobs = 0,3615 < 3,150 = Ftab, sehingga Fobs bukan merupakan anggota
Daerah Kritik. Karena Fobs bukan merupakan anggota Daerah Kritik maka H0AB
tidak ditolak, ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan minat
belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi statistika
pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data. Hal ini
berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
Quantum Learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada model konvensional pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan
ukuran pemusatan data baik secara umum maupun jika ditinjau dari masing-
masing minat belajar siswa. Sedangkan prestasi belajar matematika siswa dengan
minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan minat belajar sedang maupun rendah,
minat belajar sedang sama baiknya jika dibandingkan dengan minat belajar rendah
baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing model
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti
pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan
model konvensional. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional pada materi
statistika siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan minat belajar
matematika tinggi, sedang, dan rendah pada materi statistika siswa kelas XI
SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki minat
belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah. Siswa
yang memiliki minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama
baiknya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.
3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar
matematika siswa pada materi statistika siswa kelas XI SMA Negeri 7
Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model
konvensional pada materi statistika baik untuk siswa yang mempunyai minat
belajar matematika tinggi, sedang, maupun rendah. Siswa dengan minat
belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik
dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah dan siswa
dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar sama baiknya
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan siswa dengan minat belajar rendah jika ditinjau dari masing-masing
model pembelajaran.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata pembelajaran matematika dengan
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik
daripada pembelajaran matematika dengan model konvensional pada materi
statistika. Hal tersebut berkenaan dengan beberapa hal yaitu:
a. Model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning memiliki
kelebihan yaitu adanya interaksi antara siswa melalui diskusi kelompok untuk
menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan keterampilan siswa
sehingga siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama
memperoleh manfaat malalui aktivitas belajar tersebut. Disamping itu,
dengan pendekatan quantum learning siswa akan mengalami pembelajaran
dalam suasana yang nyaman sehingga hasil yang diperolehpun lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional.
b. Berdasarkan hasil penelitian juga, diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki
minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah. Hal ini
disebabkan karena siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki
ketertarikan dan kemauan yang tinggi untuk mempelajari matematika.
Sedangkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah kurang tertarik
untuk belajar matematika sehingga berkesan kurang semangat belajar
matematika.
c. Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa
model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model
konvensional pada materi statistika baik untuk siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi, sedang, maupun rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik
dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar
yang dicapai siswa pada materi statistika. Pembelajran dengan model kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan quantum learning dapat dijadikan suatu
pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa khususnya pada materi statistika. Selain itu, guru juga harus
memperhatikan minat belajar matematika siswa dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar matematika karena minat belajar matematika merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap prstasi belajar matematika siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang
peneliti dapat sampaikan yaitu:
1. Kepada guru matematika penulis menyarankan agar pada materi statistika,
pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Seorang guru hendaknya memperhatikan dan dapat membangkitkan minat
belajar matematika pada siswa sehingga prestasi belajarpun dapat
ditingkatkan. Hal ini karena dengan minat belajar yang tinggi maka siswa
akan lebih merasa tertarik dan senang dalam belajar serta memberikan
perhatian yang lebih terhadap pelajaran tersebut sehingga dengan begitu
prestasi belajar siswapun dapat meningkat.
3. Dalam penelitian ini model pembelajaran ditinjau dari minat belajar
matematika siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat
melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi, gaya belajar, karakteristik
cara berpikir, kreativitas, aktivitas, dan lain-lain.
4. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi statistika di SMA, sehingga
mungkin bisa dicoba diterapkan pada materi yang lain dengan
mempertimbangkan kesesuaiannya.