Skenario Cp Unsri 4
Transcript of Skenario Cp Unsri 4
Skenario D
Kamaru, laki-laki, usia 12 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk dan merangkak.
Kamaru anak pertama dari ibu usia 18 tahun. Lahir spontan dengan bidan pada kehamilan 36
minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera
setelah lahir tidak langsung menangis, skor APGAR 1 menit 2, menit kelima 5. Berat badan
waktu lahir 2000 gram. Kamaru bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tetapi belum bisa berbalik
sendiri. Saat ini belum bisa duduk dan merangkak. Sampai saat ini belum bisa makan nasi,
sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Kamaru juga belum bisa makan biscuit sendiri.
Kamaru sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila ingin sesuatu dia
selalu menangis. Tidak ada riwayat kejang.
Pemeriksaan fisik : berat badan 7,2 kg, panjang badan 70 cm, lingkaran kepala 41 cm. Tidak
ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum kepada
pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdapat gerakan yang tidak
terkontrol. Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa detik.
Refleks Moro dan refleks menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan
tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, refleks tendon meningkat. Pada
waktu diangkat ke posisi vertikal kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan
anatomi pada kedua tungkai dan tangan. Hasil tes BERA : respon suara telinga kanan dan kiri
30dB.
I. Klarifikasi Istilah
1. Skor APGAR : penilaian keadaan umum bayi segera
setelah lahir dalam bentuk angka
2. Lahir spontan : pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan
lahir dengan tenaga ibu sendiri
3. Gambaran dismorfik : gambaran defek/malformasi tubuh
4. Kejang : kontraksi involunter hebat atau serentetan
kontraksi otot-otot volunter
5. Refleks Moro : fleksi paha dan lutut bayi, jari-jari tangan
menyebar kemudian mengepal, kedua
lengan mulanya bergerak keluar kemudian
1
bersama-sama seperti hendak memeluk
6. Refleks menggenggam : refleks terdiri dari gerakan menggenggam
pada jari-jari tangan atau kaki sebagai
akibat suatu stimulasi normal pada bayi,
tetapi pada kehidupan lanjut menunjukkan
lesi frontalis
7. Refleks tendon : kontraksi involunter sebuah otot setelah
peregangan singkat yang dihasilkan oleh
pengetukan pada tendonnya, meliputi
refleks biseps, refleks triseps,reflex
kuadriseps
II. Identifikasi Masalah
1. Kamaru, laki-laki, usia 12 bulan belum bisa duduk dan merangkak.
2. Riwayat kehamilan :
- Anak pertama dari ibu yang berusia 18 tahun.
- Lahir spontan preterm.
- Selama kehamilan diperiksa 3 kali.
3. Riwayat kelahiran :
- Segera setelah lahir tidak langsung menangis.
- Skor APGAR menit pertama 2, menit kelima 5
- BBL 2000gr
4. Keadaan saat ini :
- bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tetapi belum bisa berbalik sendiri.
- belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur saring dan susu.
- belum bisa makan biscuit sendiri.
- sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa
- bila ingin sesuatu dia selalu menangis.
5. Pemeriksaan fisik :
- berat badan 7,2 kg, panjang badan 70 cm, lingkaran kepala 41 cm
- Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau
melihat dan tersenyum kepada pemeriksa.
2
- Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras Hasil tes BERA : respon
suara telinga kanan dan kiri 30dB.
- Terdapat gerakan yang tidak terkontrol.
- Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa
detik.
- Refleks Moro dan refleks menggenggam masih ditemukan. Kekuatan
kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk
ditekuk, refleks tendon meningkat. Pada waktu diangkat ke posisi vertikal
kedua tungkai saling menyilang.
III. Analisis Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan normal usia 0-12 bulan ?
2. Mengapa (mekanisme dan penyebab) Kamaru belum bisa duduk dan
merangkak?
3. Bagaimana hubungan riwayat kehamilan dengan keluhan Kamaru ?
4. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan Kamaru ?
5. Apa penyebab Kamaru bisa tengkurap pada usia 10 bulan, tetapi belum bisa
berbalik sendiri ?
6. Apa penyebab Kamaru belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur
saring dan susu ?
7. Apa penyebab Kamaru belum bisa makan biscuit sendiri?
8. Apa penyebab Kamaru sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama
dan papa ?
9. Apa interpretasi pemeriksaan fisik ?
10. Apa diagnosis bandingnya?
11. Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan apa diagnosis kerjanya?
12. Apa etiologi, epidemiologi, dan factor resiko ?
13. Bagaimana pathogenesis nya ?
14. Bagaimana penatalaksanaannya?
15. Apa prognosis, komplikasi dan KDU ?
3
IV. Hipotesis
Kamaru , laki-lai 12 bulan mengalami gangguan motorik kasar, keterlambatan
bicara, dan sosialisai mandiri, serta KEP derajat II dan microcepali karena
menderita Cerebral Palsy tipe spastic quadriplegia dan tuli ringan pada kedua
telinganya.
V. Sintesis
Tumbuh kembang anak usia 0-12 bulan
Seorang bayi baru lahir akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebelum
menjadi seorang dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal berbeda yang
saling berhubungan dan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.
A. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah penambahan jumlah dan ukuran sel dan jaringan interseluler yang
akan menyebabkan bertambahnya ukuran tubuh. Indikator untuk melihat pertumbuhan
bayi adalah berat badan, panjang badan/tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan
atas.
1. Berat badan
Age Body weight (kg)
Newborn
5-6 mo
1 yr
2 yr
3 yr
> 3 yr
2,5 – 4,1 kg
2 x birth weight
3 x birth weight
4 x birth weight
5 x birth weight
2 n + 8
Tabel 1. BB normal bayi berdasarkan usia
4
Berdasarkan tabel 1, berat badan normal pada bayi berusia 12 bulan atau 1 tahun adalah
3 kali dari berat badan lahir. Berat badan lahir yang normal berkisar antara 2,5 hingga
4,1 kg.
o 2,5 x 3 = 7,5 kg
o 4,1 x 3 = 12,3 kg
Pada usia 1 tahun, BB normal bayi berkisar 7,5 - 12,3 kg. Bila dihubungkan dengan
kasus, Kamaru, berusia 12 bulan, memiliki berat badan 7,2 yang menunjukkan bahwa
Kamarui memiliki BB di bawah normal.
2. Panjang badan/tinggi badan
Age Body height / length
Newborn
1 yr
4 yr
5 yr
13 yr
+ 50 cm
1,5 x birth length
2 x birth length
2 x birth length + 5
cm
3 x birth length
Tabel 2. Panjang badan/tinggi badan normal anak-anak
Berdasarkan tabel 2, panjang badan bayi berusia 1 tahun adalah sekitar 75 cm
(1,5 x 50 cm). Sementara berdasarkan growth chart di gambar 1, panjang badan pada
bayi berusia 1 tahun normalnya berkisar antara 70 – 81 cm. Kamaru yang berusia 12
bulan dengan panjang badan 72 cm menunjukkan bahwa panjang badan Kamaru
berada dalam kisaran normal.
3. Lingkar kepala
Kisaran lingkaran kepala bayi normal:
a. Bayi baru lahir : 33 – 35 cm
b. 1 tahun : 45 – 47 cm
c. 2 tahun : 48 – 50 cm
5
d. 5 tahun : 51 – 53 cm
Pada usia 1 tahun, lingkar kepala normal bayi berkisar 45-47 cm. Bila
dihubungkan dengan kasus, Kamaru yang berusia 12 bulan hanya memiliki lingkar
kepala 41 cm. Hal ini mengindikasikan bahwa Kamaru mengalami microcephaly.
6
Gambar 1. Growth Chart panjang badan dan berat badan berdasarkan usia untuk anak
laki-laki berusia di bawah 36 bulan.
Umur Perkiraan
Pertambaha
n BB
Harian (g)
Perkiraan
Pertambahan
BB per Bulan
Pertumbuhan
Panjang
(cm/ bulan)
Pertumbuhan
Lingkar
Kepala
(cm/ bulan)
Pemberian
Kalori
Harian yang
Dianjurkan
7
( kcal/kg/hr)
0-3 bln 30 2 lb 3,5 2,00 115
3-6 bln 20 1 ¼ lb 2,0 1,00 110
6-9 bln 15 1 lb 1,5 0,50 100
9-12 bln 12 13 oz 1,2 0,50 100
1-3 thn 8 8 oz 1,0 0,25 100
4-6 thn 6 6 oz 3 cm/ tahun 1 cm/ tahun 90-100
tabel 3. Pertumbuhan dan Kebutuhan Kalori
B. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan. Ada empat aspek dalam perkembangan anak: Motorik kasar, motorik halus,
komunikasi dan bahasa, dan kognitif.
Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda-beda. Namun ada
patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada usia
tertentu.
Tahap-tahap Perkembangan
1. Prenatal period
– Embryonic period (1 - 8 weeks of gestational)
– Fetal period (9 weeks – birth)
2. Newborn (neonatal period) 0-28 days
3. Infant period (1-2 years)
4. Chilhood period
– Prescool period
– School-age period
8
– Adolescence period
Cara Menilai Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Penilaian Pertumbuhan
• Growth chart (body weight, body length, stature, head circumference)
• Body proportions
• Skeletal maturation
• Dental development
• Sex Maturity
Penilaian Perkembangan
There are 2 steps process :
1. Screening procedure, to pick out children in need of more indepth assessment,
2. Developmental diagnosis, to define the developmental problems
Screening Test
• The most widely use is Denver II
• The test generates pass-fail rating in 4 domains of development : personal social, fine
motor-adaptive, language, and gross motor
• Test for children from birth to 6 yr old
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dari DepKes RI
• Yang dinilai kemandirian, sosialisasi, gerak kasar, gerak halus, komunikasi
• Dilakukan pada anak usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72
bulan (16 kuesioner)
• Kuesioner berisi 9 – 10 pertanyaan untuk orang tua/pengasuh
• Jawaban Ya / Tidak
Berdasarkan Denver II pada usia 12 bulan bayi sudah dapat :
1. Personal sosial :
a. Menatap mata
b. Tersenyum dan membalas senyuman
c. Makan sendiri
9
d. Tepuk tangan
e. Menyatakan keinginan
f. Melambai-lambai dengan tangan
g. Main bola dengan pemeriksa
h. Menirukan kegiatan
i. Minum dari cangkir
2. Adaptif –motorik khusus :
a. Mengikuti sampai 1800
b. Memegang kicik-kicik/kubus dan memindahkannya
c. Memegang dengan ibu jari dan kelingking
3. Bahasa :
a. Tertawa, berteriak
b. Menoleh ke arah sumber suara
c. Meniru bunyi kata-kata
d. Menyebutkan papa-mama
e. Mampu menyebut 2-3 kata
4. Motorik kasar :
a. Mampu mengangkat kepala
b. Duduk, bangkit, dan berdiri sendiri
c. Mampu berdiri 2 detik
d. Mampu membungkuk kemudian berdiri
e. Mampu berjalan
Saat-saat Penting dalam Perkembangan pada Usia 2 Tahun Pertama
Saat-saat Penting
(Milestone)
Rata-rata
Umur
Pencapaian
(bulan)
Makna Perkembangan
Motorik Kasar
Kemantapan kepala pada saat
duduk
2 Memungkinkan interaksi
visual yang lebih baik
Menarik untuk duduk, kepala 3 Tonus otot
10
tidak tertinggal
Menempatkan kedua tangan di
garis tengah
3 Menemukan diri
Refleks tonus leher asimetris
hilang
4 Anak dapat memperhatikan
tangan dari garis tengah
Duduk tanpa bantuan 6 Peningkatan eksplorasi
Tengkurap 6,5 Fleksi trunkus,risiko jatuh
Berjalan sendiri 12 Eksplorasi, pengendalian
dekan pada orang tua
Lari 16 Pengawasan lebih sulit
Motorik Halus
Menggenggam mainan 3,5 Penggunaan benda
Meraih benda 4 Koordinasi visuomotor
Genggaman tanggan hilang 4 Pelepasan sukarela
Memindahkan benda dari satu
tangan ke tangan lain
5,5 Perbandingan benda
Memegang benda dengan ibu
jari dan jari lainnya
8 Mampu eksplorasi benda
yang kecil
Membuka lembaran buku 12 Meningkatkan otonomi saat
‘membaca’ buku
Mencoret-coret 13 Koordinasi visuomotor
Membangun menara dari dua
kubus
15 Memerlukan koordinasi
penglihatan, motorik kasar
dan halus
Komunikasi dan Bahasa
Tersenyum untuk merespon
wajah dan suara
1,5 Anak lebih aktif berpartisipasi
social
Mengoceh satu suku kata 6 Bereksperimen dengan suara,
sensasi taktil
Mengikuti perintah yang
disertai gerakan tubuh
7 Komunikasi nonverbal
Mengikuti perintah yang tidak
disertai gerakan tubuh
10 Kemampuan bahasa reseptif
verbal
11
Bicara kata yang sesungguhnya
pertama kali
12 Mulai menyebut
Bicara 4-6 kata 15 Menguasai nama benda dan
orang
Bicara 10-15 kata 18 Menguasai nama benda dan
orang
Bicara kalimat yang terdiri dari
dua kata
19 Mulai gramatisasi, sesuai
dengan perbendaharaan kata
(sekitar 50 kata atau lebih)
Kognitif
Menatap sebentar pada titik
tembat suatu objek menghilang
2 Tidak mengingat objek
( hilang dari pandangan,
hilang dari pikiran)
Menatap tangannya sendiri 4 Penemuan diri, sebab dan
akibat
Membanting dua kubus 8 Aktif membandingkan objek
Menemukan mainan (setelah
sebelumnya melihat mainan
tersebut disembunyikan)
8 Mengingat objek
Permainan pura-pura egosentris
( misalnya, pura-pura minum
dari cangkir)
12 Mulai berpikir simbolis
Menggunakan tongkat atau
batang untuk meraih mainan
17 Mampu menghubungkan
tindakan untuk menyelesaikan
masalah
Bermain pura-pura dengan
boneka
17 Pemikiran simbolik
Kemunculan Pola-pola Perilaku Selama Umur Tahun Pertama
Masa Neonatus (4 Minggu Pertama)
Tengkurap Tiarap dalam sikap fleksi, memutar kepala dari sisi ke sisi,
kepala melengkung pada suspense ventral.
Telentang Biasanya fleksi dan sedikit kaku.
12
Visual Dapat memfiksasi wajah atau cahaya pada garis
penglihatan, gerakan “ mata boneka” saat tubuh berputar.
Refleks Tespon Moro aktif, reflex melangkah, reflex menggenggam
aktif.
Sosial Lebih cenderung melihat wajah.
Pada 4 Minggu
Tengkurap Kaki lebih ekstensi,mempertahankan dagu ke atas,
memutar kepala, mengangkat kepala sebentar.
Visual Mengamati orang dan benda yang bergerak.
Sosial Gerakan tubuh seirama dengan suara orang lain, mulai
tersenyum.
Pada 8 Minggu
Tengkurap Mengangkat kepala sedikit lebih tinggi, menahan kepala
pada bidang tubuh pada suspense ventral.
Telentang Postur leher tonik menonjol, kepala jatuh ke belakang pada
penarikan untuk posisi duduk.
Visual Mengikuti gerakan objek 180 derajat.
Sosial Tersenyum, mendengarkan suara dan coos.
Pada 12 Minggu
Tengkurap Mengangkat kepala dan dada, lengan ekstensi, kepala di
atas bidang tubuh pada suspense ventral.
Telentang Postur leher tonik menonjol, menjulurkan tangan kea rah
objek atau menghindari objek, melambaikan mainan.
Duduk Kepala bisa di tahan dan tidak jatuh ke belakang saat
ditarik ke posisi duduk, punggung melengkung.
Refleks Respon Moro sudah tidak ada, membuat gerakan
pertahanan atau reaksi penarikan.
Sosial Mempertahankan kontak social, mendengarkan music,
berkata “aah, ngaah”.
Pada 16 Minggu
Tengkurap Mengangkat kepala dan dada, kepala pada sekitar sumbu
vertical, kaki ekstensi.
Telentang Postur simetri menonjol, tangan di garis tengah , meraih
13
dan menggenggam objek, dan memasukannya ke mulut.
Duduk Kepala tidak jatuh ke belakang pada posisi duduk, kepala
mantap, condong ke depan, senang duduk dengan ditopang
oleh tubuhnya sendiri.
Berdiri Bisa tegak dengan bantuan, mendorong dengan kaki,
Adaptif Melihat bola kecil tapi tidak bergerak ke arahnya.
Sosial` Tertawa keras, dapat menampakkan rasa tidak senang jika
kontak sosial diputus, gembira saat melihat makanan.
Pada 28 Minggu
Tengkurap Berguling-guling, merangkak, atau merayap-merangkak.
Telentang Mengangkat kepala, berguling-guling, gerakan melliuk-
liuk.
Duduk Duduk sebentar ditopang dengan pelvis, membungkuk ke
depan pada tangan, punggung melengkung.
Berdiri Dapat menopang sebagian besar berat tubuh, melompat-
lompat aktif.
Adaptif Meraih dan memegang objek besar, memindahkan objek
dari tangan satu ke tangan lainnya, memegang objek
dengan menggunakan telapak tangan sisi radial, lebih suka
objek kecil.
Bahasa Suara vokal polisilabus terbentuk.
Sosial Lebih suka pada ibu, mengoceh, senang bercermin,
berespon terhadap perubahan pada kepuasan emosi kontak
social.
Pada 40 Minggu
Duduk Duduk dan bangun sendiri tanpa bantuan, punggung lurus.
Berdiri Menarik ke posisi berdiri, berjalan-jalan dengan
berpegangan pada peralatan rumah tangga.
Motorik Merayap atau merangkak.
Adaptif Memegang objek dengan ibu jari dan telunjuk, mendorong
barang-barang dengan jari telunjuk, mengambil bola-bola
kecil dengan gerakan menjepit, menemukan mainan yang
disembunyikan, berupaya mendapatkan kembali objek
14
yang jatuh, melepaskan objek yang dipegang orang lain.
Bahasa Suara konsonan berulang.
Sosial Berespon terhadap bunyi nama, bermain cilukba,
melambaikan tangan/ dadah.
Pada 52 Minggu (1 Tahun)
Motorik Berjalan dengan berpegangan pada satu tangan (48
minggu), bangkit/ berdiri sendiri, melangkah beberapa
langkah.
Adaptif Mengambil bola kecil tanpa gerakan menjepit dengan
telunjuk dan ibu jari, memberikan objek untuk orang lain
atas permintaan atau isyarat.
Bahasa Beberapa kata selain “mama”, dan “papa”.
Sosial Memainkan permainan bola sederhana, menyesuaikan
postur saat berpakaian.
Pada kasus, diketahui Kamaru yang berusia 12 bulan belum dapat duduk dan
merangkak padahal normalnya dapat dilakukan bayi berusia 6-9 bulan. Ia dapat
tengkurap pada usia 10 bulan, tapi belum bisa berbalik sendiri. Kamaru sudah
mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, dan bila menginginkan sesuatu
dia selalu menangis. Hal ini menunjukkan bahwa Kamaru mengalami keterlambatan
perkembangan motorik dan bicara. Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
keterlambatan perkembangan Kamaru :
1. Kurangnya stimulasi
2. Gangguan struktural
3. Kelainan pada sistem saraf pusat
a. Cerebral palsy
b. Perdarahan otak
4. Distrofi otot
5. Kelainan pada spinal dan saraf perifer
6. Kelainan genetic
7. Gizi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
15
1. Genetik
a. Intelegensi anak
2. Lingkungan
Lingkungan meliputi aspek fisik, biologis, dan social, yang pada lazimnya disebut
lingkungan fisikobiopsikososial.
b. Orang tua
Orang tua yang terlalu protektif dapat menghambat anak dalam melatih
keterampilan motorik kasarnya.
c. Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan ibu dan anak
dengan jaringan fasilitas yang memadai dalam tenaga, peralatan, anggaran serta
mencakup seluruh populasi.
d. Keadaan yang baik dalam segi:
1) Kesehatan
2) Geografis (sumber alam dan komunikasi)
3) Demografis (komposisi penduduk, kebijakan)
4) Sosial ekonomi (lapangan kerja, perumahan)
5) Psikokultural (pendidikan, kebiasaan, kepercayaan)
e. Pendidikan di rumah, sekolah, dan luar sekolah serta luar rumah untuk
pembinaan perkembangan emosi, sosial, moral, etika, dan lain-lain.
Penyebab dan mekanisme kamaru belum bisa duduk dan merangkak pada usia 12
bulan :
Keterlambatan perkembangan motorik kasar seperti pada kasus yaitu belum bisa duduk dan
merangkak dapat diakibatkan berbagai macam penyebab antara lain :
a. Kerusakan pada SSP , antara lain :
- Celebral Palsy (gangguan sistem motorik yg disebabkan oleh kerusakan
bagian otak yg mengatur otot-otot tubuh)
- Perdarahan otak
- Benturan (trauma) kepala yg berat
- Adanya kelainan sumsum tulang belakang
- Penyakit saraf tepi
- Poliomielitis
- Distrofia Muskulorum
16
- Penyakit otot
b. Faktor-faktor yg dapat mengahambat motorik kasar anak, yaitu :
- Trauma di kepala, misalnya akibat kelahiran yg sulit
- Anak yg memiliki intelegensia rendah
- Kelahiran prematur
- Anak kekurangan gizi sehingga otot-otot tubuhnya tidak berkembang dengan
baik dan ia tidak memiliki tenaga yg cukup untuk melakukan aktivitas
- Anak yg sangat behati-hati ketika belajar berjalan
- Anak takut jatuh atau cedera, padahal ia sudah dapat berjalan sambil dipegang
tangannya tetapi kalau pegangannya lepas si kecil akan mogok berjalan dan
langsung duduk.
- Orangtua yg terlalu protekftif (melindungi) sehingga menghambat anak untuk
melatih ketrampilan motorik kasarnya
Terjadi karena penyakit CP mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, akibat
kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya bersifat kronik
dan tidak progresif.hal ini menyebabkan perkembangan otak normal menjadi terhambat,
sehingga mengganggu kemampuan perkembangan motorik Kamaru. Makna klinisnya ialah
bahwa Kamaru mengalami gangguan perkembangan motorik kasar yang menyebabkan dia
tidak bisa duduk dan merangkak. Yang mana normalnya anak sudah bisa duduk pada usia 6
bulan dan bisa merangkak pada usia 10 bulan.
17
Hubungan riwayat kehamilan dengan keluhan utama yang dialami Kamaru
Usia ibu 18 tahun dapat menyingkirkan kemungkinan sindroma down sebagai
penyebab keterlambatan tumbuh kembang pada kamaru dan pada kelahiran pertama
mempunyai resiko tinggi birth injury karena jalan lahir yang masih sempit.
Prematuritas merupakan faktor risiko terjadinya cerebral palsy. pada bayi pretterm
mempunyai pernafasan yang abnormal yang bias mengarah ke apneu. Apneu ini bias
menyebabkan asfiksia yang bias berujung ke palsi serebralis.
ANC yang baik mengindikasikan bahwa tidak ada penyulit kehamilan yang terjadi
pada ibu selama mengandung, atau kalaupun ada, penyulit tersebut dapat dikontrol
dengan baik sehingga tidak menimbulkan gangguan pada janin yang dikandung.
18
Hubungan riwayat kelahiran dengan kondisi Kamaru
Riwayat Kelahiran
Setelah lahir tidak langsung menangis
Skor APGAR menit pertama adalah 2
Skor APGAR menit kelima adalah 5
Berat Badan Lahir 2000 gram
Cara penilaian APGAR score
Score
Sign 0 1 2
Heart rate Absent <100/ menit ≥100/ menit
Respiration - Lambat, tidak teratur Baik, menangis
Muscle tone Lemah Beberapa gerakan
fleksi
Bergerak aktif
Reflex irritability Tidak ada respon Meringis Batuk, bersin,
menangis
Colour Cyanosis atau
pucat
Merah muda,
ekstremitas biru
Seluruhnya merah
muda
Interpretasi
1. Vigorous baby: skor apgar 7-10 bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan
tindakan istimewa..
2. asphyxia mild-moderate (sedang). Skor apgar 4-6, pada pemeriksaan fisik akan
terlihat tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflex iritabilitas tak ada.
19
3. a) Asphyxia berat. Skor apgar 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
kadang pucat, reflex iritabilitas tak ada.
b) Asphyxia berat dengan henti jantung. Keadaan bunyi jantung fetus menghilang
tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung menghilang
postpartum. Pemeriksaan fisik lainnya sesuai dengan penderita asphyxia berat.
• Asphyxia yang ditemukan pada bayi dapat menyebabkan rendahnya suplai
oksigen pada otak bayi pada periode lama, sehingga anak tersebut akan
mengalami kerusakan otak. Angka mortalitas meningkatkan kondisi asphyxia
berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup dapat menjadi cerebral palsy.
• Skor APGAR menit pertama menunjukkan asphyxia berat.
• Skor APGAR menit kelima menunjukkan bahwa Kamaru masih menderita
asfiksia sedang.
• Berat badan bayi 2000g yaitu menunjukkan BBLR, sepatutnya diatas 2500g.
berat badan bayi laki-laki yang kurang menunjukkan asupan sewaktu ibunya
mengandung tidak cukup dari segi gizi, dimana perkembangan dari segi motorik bayi
ini terganggu (otot pernapasan terganggu – yang menyebabkan asfiksia). Otot-otot
yang membantu dalam pencernaan juga terganggu karena si bayi ini belum bisa
makan nasi, Cuma makan bubur dan susu dan ini juga turut akan menganggu
perkembangan bayi selanjutnya.
Sepertiga bayi dengan gejala CP dengan berat lahir kurang dari 2500gr. Bayi
lahir prematur merupakan faktor tersering dan secara konsisten berhubungan dengan
CP.
Asfiksia, salah satu predisposisi terjadinya cerebral palsy. Selama asfiksia
perinatal terjadi 3 efek vaskuler pada fase awal dan 2 efek vaskuler pada kondisi
lanjut. Efek awal berupa terjadi peningkatan kardiak output, peningkatan aliran
darah regional atau total dan hilangnya autoregulasi vaskuler. Pada tahap lanjut
penurunan kardiak output mengakibatkan hipotensi sistemik dan diikuti penurunan
aliran darah otak. Mekanisme peningkatan aliran darah serebral pada tahap awal
akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah disebabkan oleh hipoksemia atau
hiperkapnia atau akibat peningkatan ion hidrogen perivaskuler. Akibat peningkatan
aliran darah otak dapat terjadi perdarahan pada pembuluh darah yang peka.
20
Terganggunya autoregulasi sensitif terjadi akibat perubahan kadar gas darah.
Penurunan PO2 yang menyebabkan saturasi O2 sampai dibawah 50%,
dipertimbangkan sebagai ambang hipoksia dalam mengakibatkan gangguan
auotoregulasi.
Penyebab & mekanisme bisa tengkurap pada usia 10 bulan , tapi belum bisa berbalik
sendiri
Kamaru bisa tengkurap pada usia 10 bulan tapi belum bisa berbalik sendiri
tidak normal, karena normalnya atau seharusnya pada usia 10 bulan bayi sudah bisa
merangkak, sedangkan menggulingkan punggung ke perut (tengkurap) sudah bisa
pada usia 6,5 bulan & bisa berbalik sendiri pada rentang usia 6-9 bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa
Terjadi gangguan perkembangan motorik (motor delay) yang mempengaruhi
kemampuan seorang anak menggunakan ototnya. Gangguan motorik kasar (Gross
motor delays) menyerang otot-otot besar seperti lengan dan kaki. Sedangkan
gangguan motorik halus (fine motor delays) mengganggu otot-otot yang lebih kecil.
Hubungan Asupan Nutrisi Kamaru Pada Usia 12 Bulan Dengan Tumbuh Kembang
Amri
Terlebih dahulu perlu di ketahui bubur dan susu jenis apa serta jumlah yang yang diberikan
si ibu kepada bayinya. Kemudian perlu pula diketahui alasan pemberian bubur dan susu
tersebut. Apabila kemungkinan suplaynya kurang/tidak cukup ataupun kurangnya
kemampuan bayi untuk memproses makanan terrsebut baik secara mekanik maupun
kimiawi,maka kemungkinan bayi akan mengalami malnutrisi/Kurang Energi Protein
Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor,
diantaranya adalah:
- Hilang nafsu makan
- Gangguan proses makan di mulut
- Pengaruh psikologis.
Pada kasus terjadi gangguan pada proses makan :
- Gangguan pada proses mekanik makan (memasukkan makanan ke mulut, mengunyah
dan menelan) koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan
oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah (mengunyah) serta palsi area
21
supranuklear bulbar (menelan), pada kasus Kamaru terjadi gangguan motorik yang
membatasi gerakan pada otot oral-facial (oromotor dysfunction).
- Penyebabnya adalah :
o Gerakan motorik kasar di sekitar mulut susunan saraf pusat
o Kelainan congenital
o Gangguan fungsi otak
Dampak hanya makan bubur dan susu pada usia 15 bulan
- Undernutrisi
o Gangguan pertumbuhan : BB,PB, dan lingkar kepala bisa terjadi gagal
tumbuh
o Rentan infeks anoreksi memperburuk undernutrisi
o Suhu tubuh menurun
Gambar 2. Bagan penyebab Kamaru belum bisa mmakan nasi
Kamaru tidak bisa makan biscuit sendiri
22
Kerusakan otak di area korteks motorik (precentralis)
Terjadi kerusakan pada area yang mengatur motorik lidah,
wajah
Disfungsi oromotor
Kesulitan makan (gangguan menelan)
Belum bisa makan nasi
Kamaru tidak dapat makan biscuit sendiri ini menunjukkan bahwa
Kamaru ada gangguan perkembangan pada sosialisasi dan kemandirian.
Interpretasi sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa
Kamaru sudah mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa tidak normal,
karena pada usia ini, anak sudah dapat mengatakan kata yang jelas, seperti memanggil
mama atau papa. Hal ini menunjukkan bahwa Kamaru mengalami keterlambatan bicara.
Bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis tidak normal, karena pada usia ini,
anak sudah dapat menunjuk apa yang dia inginkan bukan hanya dengan menangis
Perkembangan Bahasa (Sinopsis Psikiatri Kaplan Sadock)
Usia dan stadium
perkembanganPenguasaan pemahaman Penguasaan ekspresi
12-18 bulan
Stadium satu kata
Menunjukkan perbedaan kasar
antara suara yang tidak sama
(suara lonceng lawan anjing
lawan terompet lawan suara ayah
atau ibu).
Mengerti bagian tubuh dasar,
nama benda-benda yang sering.
Mendapatkan pengertian
beberapa kata baru tiap
minggunya.
Dapat mengidentifikasi benda
sederhana (bayi, bola, dll).
Mengerti sampai 150 kata pada
usia 18 bulan
Menggunakan kata
tunggal (rata-rata usia
timbulnya kata pertama
adalah 11 bulan; pada
usia 18 bulan, anak
menggunakan sampai 20
kata).
”Berbicara” dengan
mainan, diri sendiri, atau
orang lain, dengan
mengguanakan pola
logat sendiri yang
panjang dan kadang-
kadang dengan kata-kata.
Kira-kira 25% ungkapan
adalah dapat dimengerti.
Semua huruf hidup
23
diucapkan secara tepat.
Konsonan awal dan akhir
sering kali dilewatkan.
12-24 bulan
Stadium pesan kata
dua kata
Berespon terhadap petunjuk
sederhana (”Berikan bola itu”).
Berespon terhadap perinyah
bertindak (”Ke sini,” Duduk”)
Mulai mengerti kalimat
kompleks (”Kalau kita pergi ke
toko, saya akan berikan kamu
permen”)
Menggunakan ungkapan
dua kata (”Mama
gendong,” semua pergi,”
bola ke sini”)
Meniru suara lingkungan
dalam bermain (”moo,”
rrmm, rrmm,” dll.)
Menyebut dirinya sendiri
dengan nama, mulai
menggunakan kata ganti.
Meniru dua atau lebih
kata terakhir dari suatu
kalimat.
Mulai menggunakan
ungkapan telegrafik tiga
kata (”semua bola
pergi,” saya pergi
sekarang”)
Ungkapan 26% dan 50%
dapat dimengerti.
Menggunakan bahasa
untuk meminta.
Perkembangan berdasarkan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) pada usia 12 bulan :
24
Gerak halus - Anak sudah dapat mempertahankan barang yang dipegangnya
apabila barang itu direbut.
- Anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis
dengan meremas benda itu menggunakan ibu jari dan telunjuk
atau jari-jari lainnya.
- Anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang sedang ia
mainkan/pegang
Gerak kasar - Anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan
berpegangan pada kursi/meja/benda penyangga lainnya.
- Anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa
bantuan seorang pun.
- Anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan.
Sosialisasi
dan
kemandirian
- Anak bereaksi baik terhadap permainan hide and seek (petak
umpet), anak berusaha mencari siapa yang bersembunyi
- Anak dapat membedakan orang terdekatnya dengan orang
yang belum pernah ia kenal. Reaksinya malu-malu atau ragu-
ragu pada permulaan bertemu dengan orang yang tidak
dikenalnya.
Bicara dan
bahasa
- Ketika memanggil atau melihat orang tuanya dapat
menyebutkan mama atau papa.
- Anak mulai mencoba meniru 2-3 kata yang seseorang ucapkan
Interpretasi Pemeriksaan Fisik
a. Berat badan 7,2 kg, Panjang badan 72 cm
25
Tingkat
Malnutrisi
Berat Badan
Menurut Usia
Tinggi Badan
Menurut Usia
Berat Badan Terhadap
Tinggi Badan
0, Normal > 90 >95 >90
1, Ringan 75-90 90-95 81-90
2, Sedang 60-74 85-89 70-80
3, Berat <60 <85 <70
Tabel 4. Status gizi berdasarkan BB menurut usia, TB menurut usia, dan BB terhadap TB.
1) BB menurut umur
= 7,2 / 10,3 x 100%
= 69,9 % malnutrisi / KEP sedang
2) PB menurut umur
= 72 / 75 x 100 %
= 96 % normal
3) BB terhadap PB
= 7,2 / 9,2 x 100%
= 78,26 % malnutrisi/ KEP sedang
Berdasarkan ketiga indikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kamaru mengalami
KEP sedang.
b. Lingkar Kepala 41 cm
26
Berdasarkan kurva lingkar kepala, lingkar kepala Kamaru berada di bawah -
2SD, LK yang kecil : variasi normal, bayi kecil, keturunan, retardasi mental,
kraniostenosis.
Pada kasus dapat disimpulkan bahwa Kamaru mengalami mikrosefali. Ukuran
Lingkar kepala 41 cm normal untuk anak usia 3 bulan, sementara anak berusia 12
bulan memiliki ukuran lingkar kepala normal sekitar 46,7 – 47 cm (mean 50%).
c. Gambaran dismorfik
Negatif normal
d. Keadaan Bayi
Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum pada pemeriksa, menoleh
ketika dipanggil, Terdapat gerakan tak terkontrol (bukan CP diskinetik) normal
(interaksi sosial baik, bukan autisme)
e. Pada kasus, Kamaru pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala
beberapa detik (normalnya : Sudah dapat menstabilkan kepala, berjalan)
Keterlambatan perkembangan motorik
f. Refleks moro (+)
Refleks moro adalah Refleks primitive yang ditemukan pada bayi untuk merespon
suara atau gerakan yang hilang pada usia 4 bulan. Fleksi paha dan lutut bayi,jari-jari
tangan menyebar kemudian mengepal kedua lengan mulanya bergerak keluar
kemudian bersama-sama seperti hendak memeluk; ditimbulkan oleh rangsangan yang
tiba-tiba seperti memukul meja disisi anak itu,atau oleh ekstensi leher secara tiba-tiba
ketika kepalanya dibiarkan jatuh kebelakang atau anak itu diangkat pada kedua
lengannya dari posisi berbaring kemudian dilepas.Tampak normal pada bayi sampai
3-4 bulan.
Harusnya Menghilang pada usia 4 bln
Interpretasi : Gangguan neurologi spt Cerebral palsy
Mekanisme : Otak tidak berkembang, reflex primitive masih dipertahankan
g. Refleks menggenggam (+)
Refleks menggenggam adalah salah satu refleks primitive pada bayi yang mulai sejak
lahir dan menghilang pada 4 – 6 bulan. Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan
akan menetap hingga usia 5 sampai 6 bulan. Saat sebuah benda diletakkan di tangan
27
bayi dan menyentuh telapak tangannya, maka jari-jari tangan akan menutup dan
menggenggam benda tersebut. Genggaman yang ditimbulkan sangat kuat namun tidak
dapat diperkirakan, walaupun juga dimungkinkan akan mendorong berat badan bayi,
bayi mungkin juga akan menggenggam tiba-tiba dan tanpa rangsangan. Genggaman
bayi dapat dikurangi kekuatannya dengan menggosok punggung atau bagian samping
tangan bayi.
Harusnya Menghilang pada usia 2-3 bulan
Penyebab : Otak tidak berkembang dengan baik shg reflex primitive masih
dipertahankan
h. Kekuatan Otot
Skor Interpretasi
0 Tidak ada kontraksi sedikit pun, lumpuh total.
1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendian yang harus digerakkan pada objek tersebut.
2 Didapatkan gerakan, tetapi tidak mampu melawan gaya gravitasi.
3 Dapat melawan gaya gravitasi.
4 Dapat melawan gravitasi dan mampu mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.
5 Tidak ada kelumpuhan (normal)
Skor kekuatan otot dan interpretasinya.
Didapatkan nilai kekuatan otot Kamaru 3, yang artinya hanya dapat melawan gaya
gravitasi.
i. Ashworth Scale
Score Ashworth Scale (1964)Modified Ashworth Scale Bohannon & Smith
(1987)
0 (0) No increase in tone No increase in muscle tone
1 (1)
Slight increase in tone giving
a catch when the limb was
moved in flexion or
extension
Slight increase in muscle tone, manifested by a
catch and release or by minimal resistance at the end
of the range of motion when the affected part(s) is
moved in flexion or extension.
1+(2) Slight increase in muscle tone, manifested by a
catch, followed by minimal resistance throughout
28
the reminder (less than half) of the ROM (range of
movement).
2 (3)More marked increase in
tone but limb easily flexed.
More marked increase in muscle tone through most
of the ROM, but affected part(s) easily moved.
3 (4)Considerable increase in tone
- passive movement difficult.
Considerable increase in muscle tone passive,
movement difficult.
4 (5)Limb rigid in flexion or
extension.Affected part(s) rigid in flexion or extension.
SKALA ASWORTH YANG DIMODIFIKASI
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Ada peningkatan tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan minimal (catch
and
release) pada akhir ROM pada waktu sendi digerakan fleksi atau ekstensi
2 Ada peningkatan sedikit tonus, ditandai dengan adanya pemberhentian gerakan
(catch)
pada pertengahan ROM dan diikuti dengan adanya tahanan minimal sepanjang
sisa
ROM
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM, tapi sendi
masih
mudah digerakan
4 Peningkatan tonus otot sangat nyata sepanjang ROM, gerakan pasif sulit
dilakukan
5 Sendi atau ekstermitas kaku/rigid pada gerakan fleksi atau ekstensi
- Pada kasus (3)
Lengan dan tungkai kaku dan susah ditekuk
Harusnya tidak kaku dan bisa ditekuk
Penyebab : Tetra plegi rigid, spastic, salah satu indikasi dari ashworth scale 3
- Reflex tendon meningkat
Refleks tendon adalah Kontraksi involuntar sebuah otot setelah peregangan
singkat yang dihasilkan oleh pengetukan pada tendonnya
29
Interpretasi : Salah satu criteria ashworth scale 3
j. Pada waktu diangkat ke posisi vertical, kedua tungkai saling menyilang
Harusnya lurus ke atas.
Interpretasi : Kelemahan otot/ ggn neurologis
penyebab : Kelemahan otot-otot penyangga tungkai kedua tungkai tidak bisa
dipertahankan posturnya saling menyilang
k. Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
l. Tes Bera (Brainstem Evoked Response Auditor)
BERA merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem
auditorik, bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat memerikas bayi, anak, dewasa, penderita
koma. BERA merupakan pemeriksaan menggunakan aktifitas listrik yang dihasilkan
n.VIII sebagai respon terhadap stimulus auditorik. Yang dianalisis (1) morfologi
gelombang (2) masa laten (3) amplitudo gelombang
Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaran
Kehilangan
dalam Desibel
Klasifikasi
0-15 Pendengaran normal
>15-25 Kehilangan pendengaran kecil
>25-40 Kehilangan pendengaran ringan
>40-55 Kehilangan pendengaran sedang
>55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat
>70-90 Kehilangan pendengaran berat
>90 Kehilangan pendengaran berat sekali
Pada hasil pemeriksaan Tes BERA Kamaru yaitu 30dB yang menunjukkan Kamaru
mengalami tuli ringan di kedua telinganya.
30
Diagnosis Banding
CP tipe
spastic
CP tipe
diskinetic
CP tipe
ataxic
Sindrom
down
DMD(duscen
t muscle
distropy
kasus
Jenis kelamin Laki-laki
58,3%>
perempu
an
Laki-laki
58,3%>pe
rempuan
Laki-laki
53,8%>pe
rempuan
Laki-
laki/
wanita
Laki-
laki
Motorik
kasar(duduk
dan
merangkak)
Terlemb
at dan
statis
Terlambat
dan statis
Terlambat
dan statis
Terlambat
/normal
Normal/
sedikitTerlam
bat padaawal
umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
Usia 15
bulan
belum
bisa
Anak pertama >>>62,5
%
>>>62,5% >>>62,5% _ _ +
Usia ibu <30thn <30thn <30thn >35thn _ 22 thn
Persalinan
spontan
87,5% 87,5% 87,5% _ _ +
Usia
kehamilan
75%
aterm/pr
eterm
75%
aterm/pret
erm
75%
aterm/pret
erm
aterm aterm Preter
m 36
minggu
Antenatal care
canggih(radias
i)
FR FR FR _ _ +
Tidak
langsung
menangis
>> + >> + >> + -/+ >>Langsung
menangis
+
APGAR Asfiksia
berat
Asfiksia
berat
Asfiksia
berat
-/+ -/+ Asfiksi
a berat
BBL BBLR BBLR BBLR BBLR >>normal 2000
31
gram
BBLR
Motorik
halus(belum
bisa makan
nasi)
terlamba
t
terlambat terlambat Normal/+
klo ada
kelainan
kongengit
al lain
Normal/
sedikitTerlam
bat padaawal
umur,
selanjutnya
mengalami
kemunduran
progresif
+
Bicara bahasa Resiko
bertamba
h pada
quadripl
egi
Biasa
terjadi
karna otot
orofarig
kena
normal terganggu terganggu Bisa
mama
danpap
a
Riwayat
kejang
>>spasti
c
quadripl
egi
jarang - -/+ Jarang sekali _
BB >>malnu
trisi
>>malnutr
isi
>>malnutr
isi
Klo +
gangguan
kongenita
l
pencernaa
n
-/+ 6,6 kg
2:mo
derate
Pertumbuhan Tergang
gu karna
ganggua
n otot
pencerna
an(otot
orofaring
),susah
Terganggu
karna
gangguan
otot
pencernaa
n(otot
orofaring)
normal -/+ -/+ tergang
gu
32
menelan
Mikrosefali + pada
quadripl
egi
Jarang,
karna
kognisiny
a jarang
kena
-, karna
yang kena
otak yang
mengatur
keseimban
gan dan
depth
preseption
-/+ -/+
Gambaran
dismorfik
- - - + _ _
Gerakan yang
tidak
terkontrol(cho
reoathetosis
_ + _ -/+ _ _
Refleks
primitif(moro,
menggenggam,
tendon
meningkat)
+ + + -/+ -/+ +
Kekuatan
kedua lengan
dan tungkai
menurun menurun menurun Normal/
menurun
menurun 3,
normal
nya 5
Lengan dan
tungkai kaku
dan susah
untuk ditekuk
+
rigiditas
+
rigiditas
_
_
_
_
-/+
-/+
-/+
-/+
+
+
Kedua tungkai
saling
menyilang
pada posisi
vertikal
rigiditas _ _ _ _ +
33
Penegakkan Diagnosis
1. ANAMNESIS
Riwayat Kehamilan
- Status obstetric
- Kehamilan letak sungsangn atau kehamilan kembar ?
- Penyakit yang diderita saat hamil (plasenta previa, solution plasenta, preeklampsia,
infeksi, toksemia gravidarum, infeksi TORCH, paparan radiasi)
- Asupan gizi saat hamil
- Pengobatan yang pernah diterima saat hamil
- Gaya hidup (rokok, kunsumsi obat-obatan)
- Radiasi
Riwayat Perinatal
- Spontan atau sectio caesarea
- APGAR score
- Riwayat asfiksia / anoksia/hipoksia
- Berat badan lahir
- Usia kehamilan
- Riwayat trauma, ikterus, kejang
- Trauma lahir
Riwayat Posnatal
- Trauma
- Infeksi : Meningitis/ensefalitis
- Perdarahan intrakranial
- Riwayat koagulopati
Riwayat Tumbuh Kembang
- Growth Chart
- KPSP ( e.g : kapan mulai mengangkat kepala, membalik badan, duduk, merangkak,
berdiri dan berjalan )
- Asupan gizi
Riwayat keluarga
34
- Terjadi pada anak sebelumnya
- Terjadi pada keluarga yang lain
Bagaimana perkembangan anak sebelum mengalami keluhan ?
Sampai usia berapa ia terlihat normal ?
Cerebral Palsy sangat sulit didiagnosis semasa balita, dan gejala-gejala spesifik belum
bisa dipastikan sebelum usia 2 tahun. Anak-anak dengan risiko tinggi (pernah asfiksia,
stroke, ikterus, meningitis, kejang) harus di follow up dengan ketat.
Faktor Resiko
10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur
o Otak bayi prematur belum cukup kuat sehingga beresiko untuk terjadi perdarahan
karena pembuluh darahnya masih rapuh (membran basalisnya tipis).
o Paru-paru juga masih imatur sehingga oksigen yang dialirkan ke otak tidak adekuat.
o Faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
Very low birth weight atau BBLR < 2500 kg
Kehamilan letak sungsang
Kehamilan kembar
Kepala kecil (mikrosefali)
Hipertensi dalam kehamilan
Kejang segera setelah lahir
Defisiensi Iodium pada ibu karena dapat beresiko terjadinya kerusakan otak pada janin
pada saat kehamilan.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Growth Chart
Meliputi pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala.
Pemeriksaan taraf perkembangan sesuai umur kronologis (pra skrining dan skrining),
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
35
untuk menilai kemandirian, sosialisasi, gerak kasar, gerak halus, komunikasi
sesuai usianya atau tidak. Pada cerebral palsy, biasanya tertunda.
Pemeriksaan Neurologis :
Pemeriksaan refleks tendon. Pd CP : ↑
Pemeriksaan refleks primitif menetap
- Meliputi pemeriksaan refleks moro, refleks genggam, refleks babinski, asimetric
tonic neck reflex.
- Refleks infantil (misalnya menghisap dan terkejut) tetap ada meskipun
seharusnya sudah menghilang.
Kontraktur pada persendian
- Lengan dalam aduksi, fleksi sendi siku, pergelangan tangan dalam pronasi, jari-
jari dalam fleksi, posisi jari melintang di telapak tangan.
- Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi sendi paha dan lutut, kaki dalam fleksi
plantar, telapak kaki berputar ke dalam.
- Tremor otot atau kekakuan tampak dengan jelas, dan anak cenderung melipat
lengannya ke arah samping, tungkainya bergerak seperti gunting atau gerakan
abnormal lainnya
Gangguan postural
Pemeriksaan mata dan telinga
Pada anak penderita cerebral palsy juga sering terdapat gangguan penglihatan berupa
strabismus konvergen, kelainan refraksi, dan katarak serta gangguan pendengaran.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis CP ditegakkan.
- Px. pendengaran untuk menentukan status fungsi pendengaran
- Px. penglihatan untuk menentukan status fungsi penglihatan
Tes darah untuk melihat ada infeksi atau tidak. Pemeriksaan antibodi serum terhadap
rubella, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan herpes simpleks.
Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan suatu proses degeneratif &
meningitis (pada CP : CSS normal).
Pemeriksaan Elektro Ensefalografi (EEG) dilakukan pada penderita kejang atau pada
golongan hemiparesis baik yang berkejang maupun yang tidak & berguna untuk
36
mengevaluasi severe hypoxic-ischemic injury. Jika CP tidak disertai kejang (epilepsy atau
epileptic syndrome), EEG tidak diindikasikan (AAN, 2004)
Foto kepala (X-ray) dan CTScan Menunjukkan adanya kelainan struktural maupun
kelainan kongenital
MRIuntuk melihat infark yang terjadi di otak & adanya kelainan struktural maupun
kelainan kongenital
Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pendidikan yang
diperlukan.
Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi mental.
Tes genetik untuk mengetahui adakah kecenderungan CP diturunkan
Biopsi otot
Selain pemeriksaan di atas, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan arteriografi dan
pneumoensefalografi
Penegakan diagnosis cerebral palsy tipe spastik
↑ reflex tendon
Otot-otot hipertonik
Koordinasi yang buruk dan lemah pada gerakan-gerakan volunter
Kontraktur (fibrosis, deformitas) persendian.
Scissors gait
Gangguan pada corticobulbar oral, lingual, dan palatal
Diagnosis Kerja
Kamaru , laki-lai 12 bulan mengalami gangguan motorik kasar, keterlambatan
bicara, dan sosialisai mandiri, serta KEP derajat II dan microcepali karena
menderita Cerebral Palsy tipe spastic quadriplegia dan tuli ringan pada kedua
telinganya.
Cerebral palsy
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat,
bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada ja- ringan otak yang belum
37
selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi
perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.
Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut:
1) Tipe spastis atau piramidal.
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).
b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.
c) Kecenderungan timbul kontraktur.
d) Refleks patologis.
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:
a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.
b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih berat.
c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih berat.
d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.
e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak bawah,
biasanya merupakan varian dan kuadriplegi.
2) Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia.
Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping itu juga
dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini
kontraktunjarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetnis
dan disantuni.
3) Tipe campuran
Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi
dan hipertoni disertai gerakan khorea.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional:
1) Ringan:
Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari-hari sehingga sama sekali tidak
atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
38
2) Sedang:
Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau
pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara.
Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri,
berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan
baik.
3) Berat:
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup
tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat
Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus.
Rumah perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang
akan menimbulkan gangguan social emosional baik bagi keluarganya maupun
lingkungannya.
a. Etiologi
a) Prenatal (yang paling sering menyebabkan CP)
malformasi kongenital (kelainan struktur tubuh karena proses dalam
kandungan,kelainan genetik)
infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya:
TORCH, atau infeksi virus lainnya)
radiasi
asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksia
maternal, atau tali pusat yang abnormal) .
b) Natal
anoksia atau hipoksia (tidak ada atau kekurangan oksigen),
perdarahan intra kranial (di dalam tengkorak),
trauma lahir (penyebab 8-12% kasus)
prematuritas (lahir sebelum 36 minggu).
c) Post natal (10% dari CP)
Trauma kepala
Infeksi (misalnya meningitis bacterial, abses serebri,dll)
Kernicterus (kekuninganan) akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal)
Shaken baby syndrome
39
d) Idiopatik
b. Epidemiologi
Cerebral palsy terjadi pada 1-2 dari 1000 bayi
Prevalensi menurut berat badan antara 1,1 neonatus dengan berat lahir >2500gr
sampai 78,1 pada bayi dengan berat lahir <1000gr.
c. Faktor resiko
1. 10 kali ditemukan pada bayi premature
2. Otak bayi premature belum cukup kuat sehingga berisko untuk terjadi perdarahan
karena pembuluh darahnya masih rapuh(membrane basalisnya tipis). Paru-paru juga
masih immature sehingga oksigen yang dialirkan ke otak tidak cukup adequate. Factor
pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
3. BBLSR <1500 gram
4. Kepala kecil (mikrocephali)
5. Kehamilan letak sungsang
6. Kejang segera setelah lahir
7. Kehamilan kembar
8. Hipertensi dalam kehamilan
9. Defisiensi Iodium, karena dapat berisiko kerusakan otak saat kehamilan
Patogenesis
40
41
Faktor-faktor resiko CP
Prematuritas, BBLR Hipoksia intrauterine
Perdarahan otak
Enzim, faktor pembekuan belum sempurna
Perdarahan otak
Di ruang subdural
Menekan motor korteks serebri
CP spastik
Hipoksia pada otak
Lesi pada otak
Lobus frontal tidak bisa menekan refleks primitif
Refleks moro dan menggengam masih ada
Gangguan pada UMN
Lengan dan tungkai kaku, susah untuk digerakkan, kedua tungkai saling menyilang
Kelemahan otot-otot untuk mengunyah
Tidak bisa makan nasi, hanya makan bubur dan susu
Intake kalori kurang
KEP
Ditmbah krn BBLR menyebabkan gagal mengejar pertumbuhannya
BB rendah
TB rendah
LK kecilmikrosefali
Manifestasi klinik
Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak
yang mengalami kerusakan.
i. Paralisis. Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,
triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
ii. Gerakan involunter. Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus
yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
iii. Ataksia. Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita
biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan
perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua
pergerakan serba canggung.
iv. Kejang. Dapat bersifat umum atau fokal.
v. Gangguan perkembangan mental. Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3
dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik
dan ataksia.
Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya
disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri
yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak
mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat
digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh
anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
vi. Mungkin didapat juga gangguan penglihatan. (misalnya: hemianopsia, strabismus,
atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sensibilitas.
vii. Problem emosional. terutama pada saat remaja.
Penatalaksanaan
Cerebral Palsy
Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya, tetapi
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seooptimal mungkin,
42
sehingga diharapkan anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan atau dengan
sedikit bantuan.
Dalam menangani penderita CP, harus memperhatikan berbagai aspek dan diperlukan
kerjasama multidisiplin seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah saraf,
psikologi, rehabilitasi medis, ahli wicara, pekerja social, guru sekolah luar biasa. Disamping
itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
Prinsip manajemen :
a. Komunikasi-Informasi-Edukasi
b. Terapi nutrisi
c. Stimulasi
d. Fisioterapi
e. Farmakologi
f. Operatif
I. Aspek medis
a. Aspek medis umum:
- Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi penderita ini. Karena
sering terdapat kelainan pada gigi, kesulitan menelan, sukar untuk menyatakan
keinginan untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak perlu dilaksanakan.
Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu diproses mekanik. Untuk
rentang usia 1-3 tahun, Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2
gr/hari.
- Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti imunisasi, perawatan
kesehatan, dan lain-lain.
Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi pada anak-anak yang tidak
sering berpindah-pindah posisi.
b. Terapi dengan obat-obatan
Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan untuk relaksasi otot
(untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam; bila gejala berupa rigiditas
bisa diberikan levodopa; Botolinum toxin (Botox) intramuskuler bisa mengurangi
spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan meningkatkan luas gerak sendi (ROM),
menurunkan deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan okupasional
43
terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk spastisitas.), anti kejang, athetosis,
ataksia, psikotropik, dan lain-lain.
c. Terapi melalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi, misalnya tendon yang
memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu mengganggu dan
lain-lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil. Tujuan dari tindakan bedah adalah
untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin
memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk
mengendalikan refluks gastroesofageal.
d. Terapi rehabilitasi meliputi:
- Fisioterapi
i. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi, “stretching”, latihan penguatan
dan peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah,
latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari Deaver.
ii. “Motor function training” dengan menggunakan system khusus, yang
umumnya dikelompokkan sebagai “neuromuscular facilitation exercise”.
Dimana digunakan pengetahuan neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks
didalam latihan, untuk mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki.
Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa
bentuk stimulasi akan ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang
kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang akan berintegrasi ke dalam pola
gerak motorik yang bersangkutan.
Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstrom,
Kabat-Knott-Vos.
- Okupasional terapi
terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari, evaluasi penggunaan alat-alat
bantu, latihan keterampilan tangan dan aktivitas “bimanual”. Latihan “bimanual” ini
dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
- Ortotik
44
Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi beban aksial, stabilisasi
serta untuk pencegahan dan koreksi deformitas.
- Terapi wicara
Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia, dan bentuk
campuran. Bertujuan untuk mengembangkan anak dapat berbahasa secara pasif dan
aktif.
- Nightsplinting
mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang terjadi selama tidur untuk
menambah regangan otot antagonis yang lemah.
- Pemakaian alat bantu
berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda manual/listrik.
II. Aspek non medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan mental, maka pada
umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan khusus (SLB).
b. Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar penderita dapat bekerja
secara produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai hidupnya.
Mengingat kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi meskipun
dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian kesempatan kerja tetap
diperlukan, agar dapat menimbulkan harga diri bagi penderita yang bersangkutan.
c. Problem social
Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk membantu
menyelesaikannya.
d. Lain-lain
Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-aktifitas kemasyarakatan
perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.
45
Pencegahannya
Beberapa penyebab CP dapat di cegah antara lain :
1. Pencegahan terhadap ceder a kepala dengan menggunakan alat pengaman saat
berkendaraan.
2. Hindari pernikahan pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun yang merupaka faktor resiko
bayi prematur dan hipoksia.
3. Pemberian imunisasi yang tepat untuk menghindari angkah kejadian infeksi
4. Penenganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir dengan
fisioterapi.
B. KEP
Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
- Penanganan hipoglikemi, hipotermi dan dehidrasi
- Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Fasilitasi tumbuh kejar
- Koreksi defisiensi nutrisi mikro
- Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
- Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
- Pengobatan penyakit penyerta
- Defisiensi vitamin A
- Dermatosis
- Parasit/cacing
- Diare melanjut
- Tuberkulosis
- Tindakan kegawatan
- Syok (renjatan)
- Anemia berat
Pencegahannya : dengan memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutahan anak.
C. Mikrosefali
46
- Pengobatan simptomatik, bila terdapat kejang diberi antikonvulsan.
- Selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy dan sebagainya.
- Mikrosefali tidak dapat diobati, sehingga pencegahan sangat penting.
Pencegahannya :
Pencegahan meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, pencegahan bahaya infeksi
terutama selama kehamilan, obat-obatan
Prognosis
Fungsional: Malam
Vitam: Dubia ad bonam bila stimulasi dilanjutkan
Komplikasi
1. Retardasi mental
2. Masalah pendengaran
3. Malnutrisi
4. Gagal tumbuh
5. Isolasi social
6. Osteoporosis
7. Dysphagia
Kompetensi Dokter Umum: 2
Pasien harus dirujuk ke spesialis anak
47
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29
Nelson, Waldo, dkk. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed.15, vol.1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: percetakan Infomedika
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, edisi pertama, cetakan keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Neonatologi, cetakan pertama. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI
Martondang, Corry. 2003. Diagnosis Fisik pada Anak, ed.2. Jakarta: CV Sagung Seto
48