Sistem Indera

8
A. FISIOLOGI PENGLIHATAN Tujuan Praktikum 1. Melakukan pemeriksaan refraksi pada OP 2. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan opiti snellen 3. Melihat ada atau tidak adanya kelainan refraksi pada OP 4. Memeriksa kemungkinan adanya astigmatisma pada OP menggunakan gambar kipas lancaster-Regan dan keratoskop placido 5. Memeriksa refleks pupil langsung dan tak langsung 6. Memahami peristiwa yang terjadi pada mata waktu melihat dekat Landasan Teori Penglihatan pada manusia melibatkan deteksi gelombang cahaya yang sangat sempit dengan panjang gelombang sekitar 400 sampai 750nm. Panjang gelombang terpendek dipersepsi sebagai warna biru, dan panjang gelombang terpanjang dipersepsi sebagai warna merah. Mata memiliki fotoreseptor yang mampu mendeteksi cahaya, tetapi sebelum cahaya harus difokuskan yang bertanggung jawab untuk deteksi ini, cahaya harus difokuskan ke retina oleh kornea dan lensa. Fotoreseptor bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu sel batang dan sel kerucut. Reseptor batang berespons dalam keadaan terang dan mampu membedakan warna merah, hijau, ataubiru. Reseptor batang dan konus terdapat dibagian terdalam retina, dan cahaya harus berjalan melalui sejumlah lapisan sel untuk mencapai fotoreseptor ini. Setiap fotoreseptor memiliki molekul pigmen visual (batang: rodopsin ; konus : eritrolabe(merah) ,klorolabe (hijau), dan sianolabe (biru); pigmen-pigmen ini menyerap cahaya dan memicu potensial reseptor , tidak seperti sistem reseptor lainnya, menyebabkan hiperpolarisasi sel dan bukan depolarisasi. Lapisan antara permukaan retina dengan sel reseptor berisi sejumlah sel yang dapat dieksitasi, yaitu sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion. Sel ganglion adalah neuron yang bisa menstranmisi impuls ke seluruh sistem saraf pusat (SSP) melalui akson di saraf optikus. Sel ini tereksitasi oleh interneuron yang berfungsi dengan memberikan pengaruhnya secara horizontal, dengan menyebabkan inhibisi

description

Resume

Transcript of Sistem Indera

Page 1: Sistem Indera

A. FISIOLOGI PENGLIHATAN

Tujuan Praktikum

1. Melakukan pemeriksaan refraksi pada OP2. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan opiti snellen3. Melihat ada atau tidak adanya kelainan refraksi pada OP4. Memeriksa kemungkinan adanya astigmatisma pada OP menggunakan gambar kipas lancaster-Regan dan keratoskop placido5. Memeriksa refleks pupil langsung dan tak langsung6. Memahami peristiwa yang terjadi pada mata waktu melihat dekat

Landasan TeoriPenglihatan pada manusia melibatkan deteksi gelombang cahaya yang sangat sempit

dengan panjang gelombang sekitar 400 sampai 750nm. Panjang gelombang terpendek dipersepsi sebagai warna biru, dan panjang gelombang terpanjang dipersepsi sebagai warna merah. Mata memiliki fotoreseptor yang mampu mendeteksi cahaya, tetapi sebelum cahaya harus difokuskan yang bertanggung jawab untuk deteksi ini, cahaya harus difokuskan ke retina oleh kornea dan lensa.

Fotoreseptor bisa dibagi menjadi dua jenis yaitu sel batang dan sel kerucut. Reseptor batang berespons dalam keadaan terang dan mampu membedakan warna merah, hijau, ataubiru. Reseptor batang dan konus terdapat dibagian terdalam retina, dan cahaya harus berjalan melalui sejumlah lapisan sel untuk mencapai fotoreseptor ini. Setiap fotoreseptor memiliki molekul pigmen visual (batang: rodopsin ; konus : eritrolabe(merah) ,klorolabe (hijau), dan sianolabe (biru); pigmen-pigmen ini menyerap cahaya dan memicu potensial reseptor , tidak seperti sistem reseptor lainnya, menyebabkan hiperpolarisasi sel dan bukan depolarisasi. Lapisan antara permukaan retina dengan sel reseptor berisi sejumlah sel yang dapat dieksitasi, yaitu sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel ganglion. Sel ganglion adalah neuron yang bisa menstranmisi impuls ke seluruh sistem saraf pusat (SSP) melalui akson di saraf optikus. Sel ini tereksitasi oleh interneuron yang berfungsi dengan memberikan pengaruhnya secara horizontal, dengan menyebabkan inhibisi lateral pada hubungan-hubungan sinaptik disekitar nya, yaitu sel horizontal pada hubungan antara sel bipolar dengan sel ganglion.

Setiap mata mengandung sekitar 126juta fotoresptor (120juta reseptor batang dan 6juta konus) dan hanya 1,5juta sel ganglion. Ini berarti bahwa terdapat sejumlah besar konvergensi dari reseptor dan sel nipolar menjadi sel ganglion. Setiap sel ganglion berespons terhadap perubahan intensitas cahaya dalam daerah retina yang terbatas, dan bukan terhadap stimulus cahaya yang statis. Sel ganglion biasanya aktif secara spontan. Sekitar setangah dari sel ganglion retina akan berespons terhadap penurunan peletupan impulsnya jika bagian perifer lapang pandang reseptifnya distimulasi oleh cahaya, dan meningkatkan laju peletupannya jika pusat lapang reseptif terkena akan meningkat laju peletupannya jika bagian perifer terkena cahaya dan mengurangi laju letupannya.

ALAT DAN BAHAN :

1. Opiti snellen2. Mistar3. Seperangkat lensa4. Gambar kipas Lancaster-Regan

Page 2: Sistem Indera

5. Keratoskop Placido6. Senter

TATA KERJA

A. KETAJAMAN PENGLIHATAN (VISUS)1. suruh OP duduk menghadap opiti snellen pada jarak 6 meter2. tutup mata kirinya dengan tangan3. suruh OP membaca huruf yang pembimbing praktikum tunjuk4. Catat apa yang terjadi, ulangi dengan mata kiri5. Ulangi dengan tanpa menggunakan penutup mata

B. PERCOBAAN REFLEKS PUPIL1. Sorot mata kanan OP dengan lampu senter dan perhatikan perubahan diameter pupil mata2. Ulangi percobaan yang sama pada mata kiri, perhatikan perubahan diameter pupil pada mata kanan3. Catat apa yang terjadi

C. PERCOBAAN REAKSI MELIHAT DEKAT1. Suruh OP melihat jari pemeriksa yang ditempatkan pada jarak ± ½m di depannya2. Sambil memperhatikan pupil OP, dekatkan jari itu sehinggan kedua mata OP terlihat berkonvergensi3. Catat apa yang terjadi

B. FISIOLOGI PENDENGARAN

Tujuan :1. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan fungsi pendengaran dengan menggunakan garpu tala (penala)2. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara Rinne, Weber, dan Schwabach

Alat dan bahan:1. penala berfrekuensi 512 Hz2. kapasTATA KERJA :

a. Metode Rinne1. Getarkian penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jari penala ke telapak tangan2. Tekankan ujung tangkai panala pada tulang prosessus mastoideus salah satu telinga OP. Tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari-jari penala3. Tanyakan apa OP mendengar bunyi dengungan di telinganya4. Angkat penala dari prosessus dan dekatkan ujung jari penala, sedekat0dekatnya ke depan liang telinga5. Catat apa yang terjadi6. Rinne +jika OP masih mendengar dengungan melalui hantaran aerotimpanal

b. Metode Weber

Page 3: Sistem Indera

1. getarkan penala2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP digaris median3. Tanyakanlah apakah OP mendengar dengungan sama kuat dikedua telinganya atau terjadi lateralisasi4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi, tutukan telinganya menggunakan kapas5. Catat apa yang terjadi

c. Metode Schwabach1. Getarkan penala2. Ujikan seperti pada metode Rinne dan Weber3. Pada saat itu, pindahkan penala dari OP ke prosesus pemeriksa. Bila dengungan masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka pemeriksaan ini adalah SCHWABACH MEMENDEK.4. Biladengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHWABACH NORMAL ATAU MEMANJANG5. Catat apa yang terjadi

KESEIMBANGAN

Landasan TeoriSistem yang terkait dengan keseimbangan disebut sistem vestibular dan tidak hanya

meliputi keseimbangan saja, tetapi juga refleks postural dan gerakan mata. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, reseptor yang terlibat di sistem vestibular adalah sel rambut. Sel rambut terdapat ditelinga dalam sekat dengan koklea, dalam dua organ otolit yang disebut utrikulus dan sakulus, dan dalam struktur yang disebut ampula yang terdapat ditiga kanalis semisirkularis. Organ otolit terutama berfungsi untuk deteksi gerakan linear dan posisi kepala statis, sedangkan kanalis semisirkularis berfungsi untuk deteksi gerakan rotasi kepala.

Keempat organ otolit masing-masing memiliki suatu struktur yang disebut makula yang terdiri dari sejumlah sel rambut. Jika kepala tegak, makula pada setiap utrikulus terorientasi secara horizontal dan makula pada setiap sakulus terorientasi secara vertikal. Dasar setiap makula memiliki sel rambut dengan stereosilia yang menonjol ke massa gelatinosa yang disebut membran otolit, sehingga membengkokan stereosilia. Serabut saraf yang mempersyarafi sel rambut akan aktif dengan spontan: pergeseran ke satu arah akna meningkatkan peletupan dan pergeseran ke arah yang berlawanan akan mengurangi letupan sel saraf. Utrikulus mengirim signal yang menggambarkan pergerakan kepala ke arah depan dan belakang dan sakulus mengirimkan informasi tentang pergerakak vertikal.

Setiap kanalis semisirkularis memiliki suatu organ yang disebut ampula. Ampula memberikan repons terhadap pergerakan rotasi kepala, dan bidang pada setiap kanal saling tegak lurus dengan kedua bidang lainnya, sedemikian rupa sehingga di antara keenam kanal, kanal-kanal ini akan memberikan informasi mengenai akselerasi rotasi kepala selama pergerakan disekitar aksis. Setiap kanal berisi endolimfe dan ampula memilki sel rambut dengan stereosilia yang menonjol ke suatu massa gelatinosa yang disebut kupula, dengan sifat gravitasi yang sama seperti pada endolimfe. Selama akselerasi dibidang suatu kanal tertentu, endolimfe cenderung tetap tidak bergerak karena adanya inersia. Pergerakan akan menggeser stereosilia dan akan terjadi stimulasi serabut saraf yang terkena.

Page 4: Sistem Indera

Tujuan instruksional umumMemahami peran alat vestibuler dalam pengaturan keseimbangan tubuh.

Tujuan perilaku khusus1. Menerangkan pengaruh percepatan sudut alat vestibuler pada keseimbangan tubuh, dengan OP yang diputar diatas kursi Barany, terhadap:

i. Terjadinya nistagmus ii. Tes penyimpangan penunjukan iii. Tes jatuh2. Menerangkan pengaruh aliran andolimfe pada kista ampularis dengan menggunakan

model kanalis semisirkularis

Alat dan bahan:1. Model-model kanalis semisirkularis2. Kursi Barany

TATA KERJA :Percobaan dengan kursi baranya. Nistagmus

1. perintahkan OP duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang arat lengan kursi2. perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya 30 derajat kedepan. OP diminta menundukan kepala 30derajat supaya kanalis semisirkularis horizontalis benar-benar terletak pada bidang horizontal, dengan demikian diperoleh efek pemutaran kursi Barany terbesar pada kanalis semisirkularis tersebut3. Putar kursi ke kanan 10kali dalam 20 detik secara tetatur tanpa sentakan4. Hentikan pemutaran kursi denga tiba-tiba5. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh kedepan6. Perintahkan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan komponen cepat nistagmus tersebut

Nistagmus pemutaran adalah nistagmus yang terjadi selama pemutaran. Nistagmus pasca pemutaran ialah nistagmus yang terjadi segera pemutaran dihentikan.

b. Tes penyimpangan penunjukan (past pointing test of Barany)1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dan memejamkan kedua matanya2. Pemeriksa berdiri tepat di muka Barany sambil mengulurkan tangan kirinya ke arah OP3. Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya4.Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat menurunkannya kembali sehingga jari pemeriksa5. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. OP menundukan kepala 30derajat ke depan6. Putar kursi ke kanan 10kali dalam 20detik secara teratur tanpa sentakan7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba dan suruh OP menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangannya.8. Perintahkan apakah terjadi penyimpangan penunjukkan oleh OP. Bila terjadi penyimpangan , tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut sampai OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa

Page 5: Sistem Indera

c. tes jatuh1. Perintahkan OP duduk dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala dan bungkukan badannya kedepan hinggan posisi kepala membentuk sudut 120derajat dengan sumbu tegak. OP diminta untuk menundukkan kepala 120derajat dari posisi tegak agar kanalis semisirkularis posterior terletak pada bidang horizontal dan memperoleh efek pemutaran maksimal2. Putar kursi ke kanan 10kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruh OP menegakkan kembali kepala dan badannya4. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan ditanykan kepada OP kemana rasanya ia akan jatuh5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan:

a. memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 90derajat terhadap posisi normal

b. menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60derajat terhadap posisi normal6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang

d. kesan (sensasi)1. Gunakan OP yang lain. Perintahkan OP duduk di kursi Barany dan tutuplah

kedua matanya dengan sapu tangan2. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur

bertambah dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti

3. Tanyakan pada OP arah perasaan berputar:a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambahb. Sewaktu kecepatan putar menetapc. Sewaktu kecepatan putar dikurangid. Segera setelah kursi dihentikan

4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya perasaan berputar yang dirasakan oleh OP

HASIL PENGAMATAN

Page 6: Sistem Indera

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Ward, Jeremy dan Clarke, roben.2002.at glance fisiologi.Jakarta: Erlangga medicial.