Seminar hasil -_copy
-
Upload
reni-ningsih -
Category
Documents
-
view
201 -
download
0
Transcript of Seminar hasil -_copy
Seminar SkripsiJurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas EkonomiUniversitas Andalas
Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Neraca
Perdagangan Indonesia-Cina
(Analisis Kondisi Marshall-Lerner dan Fenomena Kurva-J)
Oleh : Reni Wahyu Ningsih
0910512051
Dosen pembimbing : Yessy Andriani S.E, M.IDEC
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdagangan Internasional
Perdagangan BilateralIndonesia - Cina
Periode Semester I 2011, Cina merupakan negara penguasa pangsa pasar ekspor maupun
Impor Indonesia
Perdagangan Internasional ↑ → Keterkaitan Antar negara ↑
Dapat dilihat melalui (Salvator, 1997): 1. Rasio ekspor terhadap Impor, 2. PDB (Produk Domestik Bruto), dan3. Indikator Ekonomi Lainnya (Kurs/Nilai Tukar)
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan Indonesia-Cina dalam jangka
pendek maupun jangka panjang ?
2. Bagaimanakah pengaruh PDB (Produk Domestik Bruto) Cina maupun PDB (Produk Domestik
Bruto) Indonesia terhadap neraca perdagangan Indonesia-Cina dalam jangka pendek maupun jangka
panjang ?
3. Apakah kondisi Marshall-Lerner dan J-Curve dapat terpenuhi pada kondisi perdagangan Indonesia-
Cina ?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk menganalisa dan mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca
perdagangan Indonesia-Cina dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Untuk menganalisa dan mengetahui seberapa besar pengaruh PDB (Produk Domestik Bruto) Cina
maupun PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia terhadap neraca perdagangan Indonesia-Cina
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Untuk menganalisa dan mengetahui kondisi Marshall-Lerner dan J-Curve pada kondisi perdagangan
Indonesia-Cina.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai masukan dan informasi kepada :
1. Pemerintah serta pihak–pihak terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi
pemerintah serta pihak–pihak terkait untuk menjaga kestabilan neraca perdagangan dan kurs
Rupiah Indonesia.
2. Para peneliti lain, penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu saran dan
rekomendasi, serta sebagai rujukan penelitian selanjutnya.
3. Untuk menambah khasanah ilmu mengenai perdagangan, khususnya hubungan nilai tukar
terhadap perdagangan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya membahas hubungan kurs riil dengan neraca perdagangan Indonesia terhadap
Cina dari tahun 1986 sampai dengan 2011. Beberapa variabel yang digunakan dalam analisis yaitu
kurs riil yang didapatkan dari perkalian kurs nominal rupiah terhadap yuan dengan indeks harga
konsumen, PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dan juga Cina serta rasio ekspor terhadap
impor Indonesia-Cina.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Metodologi Penelitian
BAB IV : Gambaran Umum Obyek Penelitian
BAB V : Hasil dan Pembahasan
BAB V : Penutup
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
perdagangan oleh dua negara akan
memperoleh keuntungan dengan melakukan
spesialisasi produksi dan terdapat nilai tukar
yang terletak diantara nilai tukar masing–
masing negara sebelum terjadinya
pertukaran perdagangan.
(Teori Keunggulan Asolute, Adam Smith)
kurs valuta asing mempunyai
hubungan yang searah dengan
volume ekspor.
(Sukirno, 2000)
Krugman dan Obstfeld
(1992), “Kurs memainkan peran
sentral dalam perdagangan
internasional,”
Jika nilai tukar riil tinggi, maka harga barang-barang luar negeri akan relatif lebih
murah dan harga barang domestik akan lebih mahal. Sebaliknya, jika nilai tukar riil
rendah maka harga relatif barang-barang luar negeri akan lebih mahal dan harga
barang domestik akan lebih murah. Mankiw (2006)
PDB sebagai pengukur pendapatan suatu negara, dimana dalam perekonomianterbuka peningkatan pendapatan suatu negara akan meningkatkan konsumsinegara tersebut baik konsumsi barang domestik maupun barang impor.Salvator (1997),
Teori kondisi Marshall-Lerner
“menyatakan bahwa kondisi suatu pasar bersifat stabil ketika penjumlahan
elastisitas harga dari permintaan impor dan penawaran ekspor memiliki nilai lebih
dari satu. Namun, ketika nilai elastisitas lebih kecil dari pada 1 (satu) maka pasar
valuta asing negara tersebut dinyatakan tidak stabil, sedangkan ketika nilai
elastisitas sama dengan satu, maka perubahan kurs tidak akan mempengaruhi
neraca pembayaran negara tersebut” (Salvator, 1997).
Kondisi Marshall-Lerner kemungkinan hanya akan mempengaruhi pada jangka
panjang dan jangka menengah karena elastisitas akan cenderung lebih rendah
pada jangka pendek, fenomena ini dinamakan Kurva-J.
PENELITIAN TERDAHULU• Terdapat hubungan positif antara nilai tukar riil dengan neraca
perdagangan (Astiah dan Santoso, 2005). husman (2005), Oskooee dan Kantipong (2001) Onafowora (2003) Ling, et al (2008) Napoline (2009), Lal dan Lowiger (2002)
• Zuhroh dan Kaluge (2007) menyatakan bahwa nilai tukar riil memiliki pengaruh yang sangat rendah terhadap neraca perdagangan.
• Penelitian Wilson (2001) menjelaskan bahwa nilai tukar tidak mempengaruhi neraca perdagangan.Kemudian, Nawatmi (2012), Lal dan Lowiger (2002) ,Yazici dan Islam (2011) dan Husman (2005).
• Kenaikan PDB negara mitra dagang akan meningkatkan neraca perdagangan negara domestik. Hal ini sejalan dengan penelitian Husman (2005), Onafowara (2003), Napoline (2009), Murianda (2008), Astiah dan Santoso (2005), Lal dan Lowiger (2002) dan Huda (2006).
• Ling, et al (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan PDB domestik akan meningkatkan neraca perdagangan dan sebaliknya. Hasil yang sama ditemukan oleh Lal dan Lowiger (2002) dan Nawatmi (2012)
• Perdagangan antar negara dengan pasar valuta asing yang memenuhi kondisi Marshall-Lerner yaitu pada perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, taiwan dan Jerman (Husman, 2005). Selanjutnya, pada penelitian Astiah dan Santoso (2005). Namun, dalam pasar valuta asing terdapat kondis
• Marshall-Lerner yang tidak terpenuhi seperti pada perdagangan Indonesia-Jepang dalam penelitian Napoline (2009), kemudian Indonesia dengan Singapura dan Ingris dalam penelitian Husman (2005).
• Kurva-J dapat ditemukan pada pada perdagangan Indonesia-Jepang dalam penelitian Napoline (2009) dan Zuhroh dan Kaluge (2007). perdagangan antara Singapura dengan Amerika Serikat dan korea serta Korea dengan Jepang ditemukan adanya fenomena kurva-J, Wilson (2001). Selanjutnya dalam Ling, et al (2008), (Onafowora, 2008), Murianda (2008, Yazici dan Islam (2011).
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu penulis berhipotesa bahwa :
• Diduga Nilai tukar riil berpengaruh signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan Cina dengan pengaruh yang negatif.
• Diduga PDB Cina memiliki pengaruh yang signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan Cina, dimana peningkatan PDB Cina akan meningkatkan neraca perdagangan
• Diduga PDB Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan Cina, dimana peningkatan PDB Indonesia akan menurunkan neraca perdagangan.
• Diduga Terdapat Kondisi Marshall-Lerner dan Fenomena Kurva-J pada perdagangan bilateral Indonesia - Cina
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian eksplonatory
3.2 Jenis dan Sumber Data
data sekunder yang bersifat kuantitatif runtun waktu (time series).
1. PDB Indonesia dan PDB Cina website WDI (World Development Indincator).
2. nilai tukar riil.
• IHK (Indeks Harga Konsumen) Indonesia maupun Cina dari webside WDI (World Development
Indicator).
• nilai tukar nominal yang bersumber dari website UNCTAD (United Nations Conference on Trade
and Development)
3. neraca perdagangan Indonesia-Cina Statistik Ekspor Indonesia dan Statistik Impor Indonesia
(BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia)
3.3 Model Analisis Data
(Husman, 2005)
TB = α + β* LNPDB_CH – β LNPDB_IND + η RERt
Dimana,
TB = Neraca Perdagangan Indonesia-Cina, Rasio ekspor terhadap impor Indonesia dari/ke Cina
PDB_CH = PDB (Produk Domestik Bruto) Cina
PDB_IND = PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia
RER = Real Exchange Rate Rupiah/Yuan Cina
α = Konstanta
β* = Elastisitas PDB Cina
β = Elastisitas PDB Indonesia
η = Elastisitas nilai tukar riil (Real Exchange Rate)
3.4 Metode AnalisisTeknik estimasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
model Vector Error Correction (VECM).
1. Diawali dengan beberapa tahapan :
Tahap 1 – Pengujian Unit Root
Tahap 2 – Penentuan Lag Optimal
Tahap 3 – Pengujian Kointegrasi
2. Data terkointegrasi Uji VECM
- Impulse Response
- Variance Decomposition
3. Uji Kausalitas
4. Uji asumsi klasik
-Uji Multikolinearitas
-Uji Autokorelasi
-Uji Heterokedastisitas
BAB V
Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Unit Root
Sumber : Hasil Diolah dengan Eviews 6.0
Variabel Augmented Dickey-Fuller Test Statistic
Kesimpulan Level 1st Difference 2nd Difference
TB -2.28
Prob(0.1860) -3.32***
Prob(0.0271)
-4.62***
Prob(0.0019)
Stationer (α=0,01)
pada 1st difference
LNPDB_CH -4.41***
Prob(0.0097)
-2.56
Prob(0.2992) -3.55*
Prob(0.0569)
Stationer (α=0,01)
pada level
LNPDB_IND -2,39
Prob(0.3749) -3.33*
Prob(0.0920)
-5,95***
Prob(0.0004)
Stationer (α=0,01)
pada 2nd difference
Rer -2.58
Prob(0.2895) -6.04***
Prob(0.0003)
-6,92***
Prob(0.0001)
Stationer (α=0,01)
pada 1st difference
Lag Order Selection Criteria
Sumber : Hasil diolah dengan eviews 6.0
Hasil Pengujian Kointegrasi
Sumber : Hasil diolah dengan eviews 6.0
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 16.72816 NA 3.50e-06 -1.212206 -1.013249 -1.169027
1 137.8031 184.4951* 1.64e-10 -11.21934 -10.22456* -11.00345
2 158.5000 23.65361 1.28e-10* -11.66667 -9.876058 -11.27806
3 179.7649 16.20179 1.41e-10 -12.16808* -9.581645 -11.60676*
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None * 0.894728 95.78441 63.87610 0.0000
At most 1 * 0.627567 46.25787 42.91525 0.0223
At most 2 0.467919 24.52849 25.87211 0.0728
At most 3 0.383669 10.64738 12.51798 0.1007
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Hasil Estimasi Vector Error Correction Model (VECM)
Variabel Koefisien t-Statistik
Jangka Panjang
TB(-1) 1.000000
LNPDB_CH(-1) 0.767 5.83
LNPDB_IND(-1) -0.861 -3.07
LNRER(-1) -0.866 -7.42
C 5.38
Jangka Pendek
CointEq1 -0.845 -2.26
D(TB(-1)) 0.127 0.506
D(LNPDB_Ch(-1)) 2.84 0.826
D(LNPDB_IND(-1)) 1.32 0.928
D(LNRER(-1)) -0.336 -1.28
C -0.345 -1.17
Sumber : Hasil diolah dengan eviews 6.0
Berdasarkan hasil estimasi VECM pada tingkat signifikan α = 5 persen,
• tidak terdapat hubungan jangka pendek secara signifikan tetapi dalam jangka
panjang PDB Cina berhubungan positif dan signifikan terhadap neraca
perdagangan.
Dalam Jangka Panjang
• PDB Cina berpengaruh positif secara signifikan terhadap neraca perdagangan,
• PDB Indonesia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap neraca perdagangan,
• rer (real exchange rate) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap neraca
perdagangan,
Kondisi Marshall-Lerner dan Fenomena kurva-J
GIR dari RER terhadap neraca perdagangan Indonesia-Cina
.04
.06
.08
.10
.12
.14
.16
.18
.20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Response of DTB to Generalized OneS.D. DLNRER Innovation
Sumber : Hasil diolah dengan Eviews 6.0
Hasil pengujian Kausalitas Granger
Sumber : Hasil diolah dengan eviews 6.0
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
LNPDB_CH does not Granger Cause DTB 24 1.70315 0.2060
DTB does not Granger Cause LNPDB_CH 0.68759 0.4163
DLNPDB_IND does not Granger Cause DTB 23 1.93008 0.1800
DTB does not Granger Cause DLNPDB_IND 7.69096 0.0117
DLNRER does not Granger Cause DTB 24 0.16993 0.6844
DTB does not Granger Cause DLNRER 0.32006 0.5776
DLNPDB_IND does not Granger Cause LNPDB_CH 23 0.12894 0.7233
LNPDB_CH does not Granger Cause DLNPDB_IND 2.56908 0.1246
DLNRER does not Granger Cause LNPDB_CH 24 0.48825 0.4924
LNPDB_CH does not Granger Cause DLNRER 0.44729 0.5109
DLNRER does not Granger Cause DLNPDB_IND 23 24.0142 9.E-05
DLNPDB_IND does not Granger Cause DLNRER 0.95482 0.3402
Uji Asumsi Klasik1. Uji Multikolinearitas
2. Uji Heterokedastisitas
3. Uji Autokorelasi
Residual Correlation Matrix
DTB LNPDB_CH DLNPDB_IND DLNRER
DTB 1.000000 -0.140075 0.145377 0.805534
LNPDB_CH -0.140075 1.000000 0.227820 -0.298583
DLNPDB_IND 0.145377 0.227820 1.000000 0.103267
DLNRER 0.805534 -0.298583 0.103267 1.000000
Sumber : Hasil diolah dengan Eviews 6.0
Heteroskedasticity Test: White
Joint test:
Chi-sq Df Prob.
119.8713 100 0.0857
Sumber : Hasil diolah dengan Eviews 6.0
Hasil Uji Autokorelasi
Lags LM-Stat Prob
1 16.89087 0.3927
Probs from chi-square with 16 df.
Sumber : Hasil diolah dengan Eviews 6.0
probabilitas Chi-Square > α = 1 persen
( 0,0857 > 0,01).
nilai probabilitas lebih besar dari nilai
kritis α = 5 persen.
BAB 6
Kesimpulan dan Saran
• Peningkatan PDB Cina mengindikasikan meningkatnya konsumsi masyarakat Cina yang berdampak pada peningkatan permintaan barang domestik yang akan meningkatkan ekspor Indonesia-Cina yang selanjutnya akan meningkatkan neraca perdagangan Indonesia.
• Peningkatan PDB Indonesia yang menggambarkan peningkatan output Indonesia tidak dapat meningkat karena produksi Indonesia sangat dipengaruhi produk impor,
• Terjadinya peningkatan nilai tukar riil akan mengakibatkan turunnya neraca perdagangan Indonesia-Cina dikarenakan oleh tingginya impor.
• Kondisi Marshall-Lerner dalam periode penelitian ini tidak terpenuhi, tetapi berdasarkan generalized impulse responseditemukan adanya fenomena kurva-J.
Saran
• Pemerintah
Hendaknya pemerintah mendukung pembangunan infrastruktur danperusahan-perusahaan dalam menmproduksi barang-barang substitusidari barang yang di impor dari Cina serta industri yang memproduksibarang Input. Pemerintah hendaknya melakukan evaluasi terhadapBUMN (Badan usaha Milik Negara), terutama BUMN yang memegangperanaan dalam bidang energi. Sehingga, produksi Indonesia bisa lebihefisien.
• Peneliti Selanjutnya
Penelitian Selanjutnya hendaknya menggunakan data yang rentanwaktunya lebih kecil seperti data bulanan, kuartalan atau semesteransehingga pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap nilai tukar akan lebihterlihat. Penelitian Selanjutnya hendaknya melakukan penambahanvariabel sehingga dapat dilihat pengaruh dari variabel lain yang belumdimasukkan ke dalam penelitian ini.
TERIMAKASIH