Segera Bertindak Segera Sukses!

6
Ahmad Madu SEBUAH INSPIRASI UNTUK HIDUP LEBIH BAHAGIA. CHAPTER -3: SEGERA BERTINDAK, SEGERA SUKSES

Transcript of Segera Bertindak Segera Sukses!

Page 1: Segera Bertindak Segera Sukses!

Ahmad Madu

SEBUAH INSPIRASI UNTUK HIDUP LEBIH BAHAGIA.

CHAPTER -3:

SEGERA BERTINDAK, SEGERA SUKSES

Page 2: Segera Bertindak Segera Sukses!

Saya mempunyai sebuah teka-teki

yang menarik. Ada dua ekor katak yang

tetap hidup di suatu batu besar di ko-

lam yang mengering. Kedua katak itu

telah diberitahu bahwa untuk selamat

maka mereka perlu meloncat dari atas

batu itu menuju ke kolam lain yang ma-

sih berair. Salah satu katak menyadari

hal itu, sementara rekannya tidak ber-

pikir hal itu perlu. Katak itu memutus-

kan akan meloncat. Dan di akhir cerita

ini, ada katak yang mati. Pertanyaan-

nya, berapakah katak yang akhirnya

mati di atas batu itu? Hm.. jika Anda

pernah membaca cerita serupa, mung-

kin bias menebak. Tetapi, buat Anda

yang penasaran, maka jawaban yang

benar adalah.. Kedua katak tersebut

akhirnya mati.

1

Page 3: Segera Bertindak Segera Sukses!

Cerita diatas menjadi pengantar

tulisan saya di episode kali ini, So.. mari

kita bahas sobat!

Pasti yang jadi pertanyaan, men-

gapa katak pertama juga mati ya? Nah,

kalau Anda membaca baik-baik cerita

diatas, jelas sekali bahwa katak per-

tama ternyata hanya “memutuskan

akan meloncat”, baru

“akan” loh.., tidak tahu

kapan loncatnya he-

hehe.. Padahal mereka

sudah diberitahu jika

ingin selamat harus

meloncat!

Teka-teki ini meng-

gambarkan dengan je-

las tentang problem manusia yang ban-

yak terjadi di sebuah organisasi. Dalam

hal ini, jika saja semua orang mau

bertindak dari apa yang diketahuinya,

secara sadar dengan komitmen yang

tinggi, mungkin saja akan banyak

menuai keberhasilan. Namun saat men-

gambil keputusan, yang ada dalam piki-

ran kita adalah “sebuah resiko”. Dan

saking benar-benar dipikirkannya se-

buah keputusan, sampai akhirnya kita

pun tidak berbuat apa-apa.  Ini sama

halnya dengan Anda yang ingin mela-

mar orang yang Anda suka untuk men-

jadi pasangan hidup. Namun karena ke-

banyakan pertimbangan, hasilnya Anda

menjadi korban “tikung” dari orang lain

yang justru lebih matang untuk men-

gambil keputusan. Sosok yang Anda in-

car selama ini untuk dijadikan

pasangan hidup, ternyata le-

bih memilih orang lain di

banding Anda. Dan Anda

hanya meratapi kesedihan

berkepanjangan. (Bukan pen-

galaman pribadi loh, hanya

sebuah metafora saja.. he-

hehe)

Sebenarnya dalam beberapa pelati-

han saya, seringkali diakhir training

saya menuliskan sebuah kalimat yang

belum selesai. Bunyi kalimat yang saya

tulis adalah… “Berani karena benar,

malu karena…………......................................”

Dan menarik sekali, secara spon-

tan, kebanyakan peserta akan langsung

berteriak “Malu karena salah!”. Me-

mang ada sebuah pepatah kita yang

bunyinya, “Berani karena benar, takut

2

Page 4: Segera Bertindak Segera Sukses!

karena salah”. Tapi… biasanya peserta

saya lantas terdiam sambil mengang-

gukkan kepala ketika bunyi kalimat leng-

kapnya adalah, “Berani karena benar,

malu karena tidak berbuat apapun”.

Inilah kenyataan yang perlu dipa-

hami oleh kita semua. Mari terus bela-

jar untuk mengambil keputusan serta

berani mengam-

b i l r e s i k o .

H h m m … N a-

mun, seringkali

s a y a j u g a

ditanya lebih lan-

jut, “jadi bagai-

mana saya tahu

kalau keputusan

yang saya ambil

itu tidak keliru ya? “. Jujur saja, saya ti-

dak bisa menjawab pertanyaan yang de-

mikian. Sebab, satu-satunya cara untuk

tahu keliru atau tidak adalah dengan

mencoba. Demikian pula ketika Robert

Kiyosaki, penulis buku terkenal “Rich

Dad, Poor Dad” menceritakan tentang

bagaimana pengalaman membuatnya

bijak, yang ia pelajari dari ayahnya yang

kaya. Robert Kiyosaki bicara bahwa diri-

nya pernah gagal tetapi justru semakin

banyak kegagalan yang ia alami, se-

makin ia belajar dan berkembang. Hal

yang sama juga diceritakan oleh inves-

tor terkenal sekaligus sangat ditakuti,

yaitu George Soros. Ia mengatakan jus-

tru pengalaman serta kesalahan mau-

pun kegagalan yang ia alami malahan

membuatnya bijak dan lebih handal da-

lam melakukan investasi.

So.. memang Hidup ada-

lah serangkaian resiko.

Setiap saat kita selalu di-

tantang untuk mengam-

bil resiko. Tanpa sadar,

kita sendiri adalah se-

buah produk dari proses

pengambi lan res iko

yang luar biasa. Kita

bisa seperti sekarang pun karena

berbagai pengambilan resiko.

Sobat, Apakah Anda pernah mem-

baca buku  “Who Moved My Cheese?”

karya Spencer Johnson yang Spektaku-

ler? Buku ini berkisah tentang dua ekor

tikus yakni Sniff dan Scurry serta dua

kurcaci yakni Hem dan Hew yang setiap

hari pekerjaannya mencari keju di se-

buah labirin. Dikisahkan suatu ketika,

3

Page 5: Segera Bertindak Segera Sukses!

mereka menemukan keju dalam jumlah

yang cukup banyak di suatu tempat

yang disebut stasiun C. Kemudian mem-

peroleh keju di stasiun C akhirnya mem-

buat dua kurcaci makin lama makin ma-

las dan enggan pergi ke tempat lain.

Bencana datang tatkala keju di stasiun

C tiba-tiba menghilang. Para tikus da-

pat beradaptasi dengan cepat atas ben-

cana tersebut. Na-

mun, Hem dan Hew,

para kurcaci yang

mirip manusia ini, jus-

tru paling sulit mener-

ima kenyataan dan

terus bertanya “Who

Moved My Cheese?”

Bahkan berminggu-minggu setelah ken-

yataan bahwa keju di stasiun C tidak

akan pernah kembali lagi, mereka ma-

sih terus berusaha memperolehnya di

stasiun C. Nah, yang paling menarik

adalah kisah bagaimana Hew, kurcaci

yang kurus akhirnya memutuskan per-

gi  untuk mencoba mencari keju-keju di

antara lorong labirin-labirin yang gelap

dan menakutkan hingga pada akhirnya

Hew menemukan keju di stasiun yang

lain. Sedangkan si Hem hanya terus

menunggu di stasiun C dengan hara-

pan besar bahwa keju akan melimpah

kembali.

Cerita ini pada dasarnya sebenarnya

menceritakan tentang kita, yakni sosok

yang telah terbiasa bekerja dengan

pola yang sama dan sulit keluar dari ke-

biasaan kita karena satu hal, yaitu takut

atau khawatir. Disinilah

saya ingin menekankan

suatu aspek yang saya

sedang geluti kurang le-

bih 2 tahun ini, yakni

masalah emosional ma-

nusia. Bahkan saya per-

caya masalah emosional

seringkali memainkan per-

anan yang jauh lebih besar daripada ra-

sional manusia. Seringkali secara ra-

sional, kita tahu bahwa kita harus beru-

bah, harus melakukan sesuatu yang le-

bih baik dan harus bertindak. Namun,

emosi kita seringkali menghalangi kita

ataupun justru mengarahkan diri kita

pada tindakan yang lain.

Mungkin saja di antara kita ada yang

baru bert indak ket ika kepepet .

Makanya ada istilah “The Power of KE-

4

Page 6: Segera Bertindak Segera Sukses!

PEPET”. Baru pada detik-detik kepepet

itu, kita berusaha menunjukkan bahwa

kita mampu memberikan sesuatu.

Seperti anekdot dari karyawan saat

ditanya, “Sejak kapan kamu mulai

bekerja?” Sang karyawan dengan cepat

menanggapi, “Sejak Boss saya mengan-

cam untuk memecat saya!”. Hohoho…

rasanya jika kita hanya mengandalkan

kepepet saja, banyak waktu yang ter-

buang banyak. Padahal bisa saja kita se-

gera merealisasikan apa yang seha-

rusnya kita lakukan. Jika sudah tahu be-

nar, mengapa menunggu?

Pada akhir tulisan ini, alangkah lebih bai-

knya, kita bersama-sama segera mere-

alisasikan apa yang seharusnya kita la-

kukan. Jika kita memang sadar ingin

maju dan bergerak kearah hidup yang

lebih baik. Mungkin ada kalanya kita ban-

yak menunda, tapi waktu tidak akan

menunggu kita. Yang jelas, Anda boleh

mengabaikan tulisan ini, jika Anda tidak

peduli soal kenaikan karir dalam hidup

Anda.

Hidup memang penuh dengan resiko.

Tetapi tetaplah Antusias dalam men-

jalani semua prosesnya. “Tidak ada

hal-hal besar yang bisa dicapai tanpa

antusias” –Ralph Waldo Emerson

Have A Great Day!

Ahmad Madu

5