Riset Soni Finish
-
Upload
soni-sulistomo -
Category
Documents
-
view
158 -
download
0
Transcript of Riset Soni Finish
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 1/30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan pembangunan bangsa Indonesia tentunya pembangunan
kesehatan merupakan salah satu aspek pembangunan yang perlu mendapat
perhatian pemerintah Indonesia. Dewasa ini perkembangan fasilitas kesehatan
begitu pesat, apalagi pemerintah membuka pintu agar pihak swasta turut berperan
dalam pembangunan kesehatan antara lain dengan mengembangkan rumah sakit.
Saat ini jumlah Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta di Indonesia
yang terdata di Departemen Kesehatan sampai akhir tahun 2004 berjumlah 1.246
buah dengan tenaga medis berjumlah 146.674 orang.(1)
Sesuai dengan Undang-Undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, dan Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya Bab
XII, pasal 164 - 166 tentang Kesehatan Kerja, maka upaya kesehatan kerja harusdiselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan ataupun mudah terjangkit penyakit. Upaya K3 adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja.(2)
Rumah sakit yang termasuk sektor industri jasa, juga tentu wajib
menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Upaya
pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat adanya beberapa
perkembangan baik dari segi penyakit maupun dalam hal pelayanan kesehatan
seperti diantaranya makin meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan
risiko bahaya kesehatan tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun
rehabilitasi di sarana kesehatan. Selain itu perkembangan infeksi yang dapat
ditularkan di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya yang dikenal dengan nama
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 2/30
infeksi nosokomial, dapat terjadi antar pasien,(3) dari pasien ke petugas, dari petugas
ke petugas, dari petugas ke pasien bertambah kompleks dimana transmisi
mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airborne
dan dengan kontak langsung. Terpaparnya tenaga kerja (tenaga medis dan
nonmedis) di sarana kesehatan pada umumnya karena tercemar bibit penyakit yang
berasal dari penderita yang berobat atau dirawat, adanya transisi epidemiologi
penyakit seperti berkembangnya jenis-jenis baru kuman patogen, resistensi kuman
penyakit dan lain sebagainya serta gangguan kesehatan menjadi risiko potensial
terkena penyakit akibat kerja ataupun yang berhubungan dengan kerja.(4)
Terdapat banyak resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja Rumah Sakit
(RS), seperti; pihak Rumah Sakit yang tidak memenuhi prosedur sebagaimana
mestinya, peralatan medis atau Alat Pelindung Diri (APD) yang mengalami
kerusakan, dan lain-lain. Namun, resiko terbesar dalam sebuah kecelakaan kerja
adalah perilaku pekerja itu sendiri. Perilaku seorang dokter dalam rumah sakit
dalam menjaga dirinya dari penyakit akibat kerja, akan berhubungan dengan ilmu
dan pengetahuannya mengenai K3RS yang diharapkan sudah diajarkan semasa
kuliah, agar pada saat klinik, maupun bekerja dirumah sakit PAK seperti infeksi
nosokomial, stress, dan pajanan dari zat-zat yang dapat merugikan kesehatan dapat
dihindari.(5)
Untuk mengurangi resiko penularan penyakit akibat kerja di RS, salah satu
penanggulanganya adalah menerapkan pencegahan standar ( standard precaution).
Standard precaution harus diterapkan seluruh pekerja di RS, termasuk mahasiswa/i.
Penelitian yang dilakukan oleh Hudoyo pada petugas kesehatan Puskesmas
Kecamatan Jakarta Timur (2004) mendapatkan, dari pengamatan pada 114responden yang melaksanakan tahapan kewaspadaan universal dengan benar pada
setiap tindakan yang berisiko, hanya 49 tindakan dari total 268 tindakan
dilaksanakan sesuai standar, sehingga nilai kepatuhan (compliance rate) hanya
berkisar 18,3 %. %. Hanya 16,7% responden memiliki tingkat pengetahuan yang
baik tentang kewaspadaan universal, sedangkan riwayat tertusuk jarum bekas
terjadi pada 84,2 % pekerja(5).
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 3/30
Dengan mewabahnya penyakit HIV AIDS dan Hepatitis B & C yang
penularanya melalui darah, besarnya tingkat tertusuk jarum bekas perlu
diperhatikan agar dapat dicegah. Mahasiswa Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah (UIN-SH) yang bertugas dirumah sakit dalam menjalankan
kepanitraan di RS juga mempunyai resiko terjangkit penyakit-penyakit menular di
RS. Sehingga perlu diketahui sikap, pengetahuan dan perilaku mahasiswa terhadap
kewaspadaan standar.
1.2 Pemasalahan
Bagaimananakah tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa
kedokteran UIN-SH terhadap kewaspadaan standar? Apakah terdapat perbedaantingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa pendidikan dokter UIN-SH
terhadap karateristik responden?
1.3 Hipotesis
Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa pendidikan dokter UIN-SH
yang sudah menjalani coass akan lebih baik tingkatannya dibandingkan yang belum
menjalani coasa. Hal disebabkan karena kurangnya pengalaman dan pembelajaran
mahasiswa yang belum coass. Mahasiswi juga akan lebih baik tingkat Pengetahuan,
sikap, dan perilakunya terhadap kewaspadaan standar, karena perempuan
mempunyai sifat dasar untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya
dibandingkan mahasiswa lelaki.
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Meningkatkan upaya pencegahan penularan penyakit infeksiakibat kerja pada mahasiswa kedokteran UIN-SH di rumah sakit.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Mengetahui tingkat pengetahuan terhadap pencegahan
standar penyakit infeksi pada mahasiswa kedokteran UIN-
SH.
1.3.2.2 Mengetahui sikap mahasiswa kedokteran UIN-SH terhadap
pencegahan standar penyakit menular.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 4/30
1.3.2.3 Mengetahui perilaku mahasiswa kedokteran UIN-SH
terhadap pencegahan standar penyakit menular.
1.3.2.4 Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan standar
penyaki infeksi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
1.4.1.1 Pembelajaran melakukan penelitian sesuai dengan apa yang
sudah dipelajari selama menjalani kuliah S1 kedokteran di
UIN-SH
1.4.1.2 Mendapat pengalaman melakukan penelitian sehingga
mampu melakukan penelitian-penelitian lain.
1.4.2 Bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN-
SH
1.4.2.1 Meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pencegahan
kecelakaan kerja yang dapat merugikan tenaga kesehatan
maupun pihak manajemen rumah sakit dengan
mengimplementasikan kewaspadaan baku.
1.4.2.2 Agar mahasiswa nantinya dapat mengurangi faktor resiko
terjangkitnya penyakit akibat kerja
1.4.3 Institusi (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah)
1.4.3.1 Merupakan masukan bagi fakultas dalam penerapan pengajaran prinsip-prinsip kerja aman bagi dokter.
1.4.3.2 Memberikan data kepada fakultas mengenai hasil
pembelajaran mahasiswa kedokteran UIN-SH mengenai
prinsip-prinsip kerja aman di RS selama ini.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 5/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit infeksi akibat kerja pada petugas kesehatan
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (seperti
virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka tusuk jarum,
luka bakar) atau kimia (seperti keracunan), sedangkam penyakit akibat kerja (PAK)
adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan
pekerjaan,(5) yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah
diakui. Darikedua pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tema yang saya
angkat “penyakit infeksi akibat kerja pada petugas kesehatan adalah penyakit yang
disebabkan agen biologi, fisik, ataupun kimia yang disesabkan atuapun mempunyai
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan suatu tenaga medis.
Banyak yang sering tertukar antara PAK dan penyakit yang berhubungan
dengan kerja. Dalam hal ini yang menjadi dasar pembeda diantara keduanya adalah
di penyakit yang berhubungan dengan kerja mempunyai berbagai faktor-faktor
penentu terjadinya suatu penyakit dan pekerjaanya hanya sebagai faktor
memperberat bukan sebagai etiologi dari suatu penyakit.
Seperti yang disebutkan diatas penyebab terjadinya penyakit infeksi adalah
agen biologis. Untuk pencegahanya sudah dikembangkan suatu standar yang
disebut dengan “ standard precaution” yang akan dijelaskan di sub-bab
selanjutnya.Sebagai dokter yang menangani pasien sangat rentan untuk terjadinya
infeksi. Terlebih lagi agen biologis merupakan mikrobakterium terkecil yang dapat
menginvasi sel tubuh manusia. Kecilnya mikroorganisme itu juga merupakan
sukarnya mencegah penyakit menular dilingkungan kerja, karena itu diperlukan
upaya-upaya pencegahan yang efektif
Berikut ini adalah tabel yang merumuskan bahaya potensial apa saja yang
dapat menyebakan penyakit infeksi
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 6/30
Tabel 2.1 Bahaya Potensial Yang Menyebabkan Infeksi
BIOLOGIBIOLOGI
• Virus:
- Hepatitis B, C
- HIV/AIDS
• Bakteri:
• TBC
• Jamur & Parasit
Sumber CDC 2007
2.1.1Cara Penularan
ada tiga cara penularan ataupun transmisi bagi agen untuk menginvasi
sel tubuh manusia. Karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mencegah
penularan pada ketiga jalur ini. Disub-bab selanjutnya akan dijelaskan
bagaimana cara menangani ketiga jalur penularan berikut.
Transmisi kontak
Transmisi kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan
kulit dan berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan pasien.
Transmisi kontak langsung juga dapat terjadi antar dua pasien. Transmisi
kontak tidak langsung dapat terjadi bila ada kontak seseorang yang rentan
dengan objek terkontaminasi yang berada di lingkungan pasien. Sebagai
contoh, pasien dengan infeksi kulit atau mata yang mungkin menular
(seperti herpes zoster, impetigo, konjungtivitis, kutu atau infeksi luka
lainnya) memerlukan dilakukannya tindakan pencegahan kontak. (4)
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 7/30
Transmisi melalui percikan (droplet)
Transmisi droplet terjadi melalui kontak konjungtiva atau membran
mukosa hidung atau mulut orang yang rentan dengan droplet partikel besar
yang mengandung mikroorganisme ( > 5 µm [mikron] ).2 Berbicara,
batuk, bersin dan prosedur seperti pengisapan lendir dan bronkoskopi
dapat menyebarkan organism.(4)
Transmisi melalui udara ( Airborne)
transmisi infeksi melalui udara adalah transfer partikel berukuran
≤5 µm ke dalam udara, baik secara langsung atau melalui partikel debu
yang mengandung mikroorganisme yang menular. Partikel ini dapat
tersebar dengan cara batuk, bersin, berbicara dan prosedur seperti
bronkoskopi atau pengisapan lendir; dapat menetap di dalam udara selama
berberapa jam; dan dapat disebarkan secara luas di dalam suatu ruangan
atau pada jarak yang lebih jauh. Pengelolaan udara secara khusus dan
ventilasi dibutuhkan untuk mencegah transmisi melalui udara.(4)
2.1.2 Resiko penularan
Dalam suatu rumah sakit sebenarnya banyak pekerjaan ataupun
seseorang yang merupakan faktor resiko terjadinya suatu penyakit infeksi.
Antara lain adalah: orang yang merawat pasien, orang yang menyiapkan
instrumen, yang melakukan maupun membantu proses pembedahan, laboran,
yang mencuci alat maupun pakaian perawatan, yang menjaga maupun
membersihkan ruang perawatan, orang yang berkunjung, dan bahkan antar sesama pasien pun merupakan faktor resiko terjadinya penyakit infeksi lagi. (5)
Secara garis besar bahwa semua orang yang berurusan dengan pihak
RS hingga sampai memasuki wilahnya mempunyai faktor resiko terjadinya
penyakit infeksi, namun dalam penilitian ini yang akan lebih kami bahas
adalah tenaga medisnya atau spesifiknya adalah kaum dokter maupun KOAS.
Bisa dilihat dari resiko-resiko yang ada diatas yang berhubungan dengan
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 8/30
tenaga medis ataupun dokter bisa dikatan bahwa kita harus memperhatikan
keadaan dokter/mahasiswa saat:
•Merawat atau memeriksa pasien
Saat seorang dokter tengah memeriksa pasien merupakan saat rentan
terjadinya pajanan melalui udara maupun kontak secara langsung.
• Menyiapkan, Menggunakan maupun mencuci alat kesehatan
Salah satu hal yang paling sering dilupakan padahal tidak jarang terjadi
penularan penyakit secara kontak dengan alat-alat kesehatan. Karena itu
baik yang menyiapkan, memasangkan, maupun membersihkan harus
mengetahui cara supaya mengurangi resiko terkena penyakit menular. Yang
paling mengkhawatirkan saat ini adalah penggunaan alat suntik, karena kita
tahu dari darahlah kita bisa menularkan penyakit yang sekarang lagi marak-
maraknya dibicarakan yaitu HIV/AIDS
• Membantu proses pembedahan
Saat melakukan, maupun membantu proses penbedahan sangat besar
kemungkinannya terjadi penyakit menular melalui kontak langsung, bisamelalui darah, kulit, dan jaringan-jaringan lain yang ada ditubuh kita.
• Saat melakukan uji lab
Uij lab sangat sering sekali dilakukan di RS guna untuk membantu
penegakkan dignostik, namun harus hati-hati saat melakukannya karena
biasanya yang pemeriksaan dibawah mikroskop, didalam tabung lab, dan
lain-lain merupakan sumber penyakit pasien sehingga mudah menularkan
hanya dari preparat yang disajikan / yang akan diperiksa itu.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 9/30
2.2 Standard precaution
2.2.1 Definisi
Kewaspadaan Standar adalah penerapan, yang dirancang untuk
mengurangi resiko penularan mikroorganisme di fasilitas pelayanan
kesehatan, baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak
diketahui (CDC 2007) (3)
2.2.2 Riwayat perkembangan
Infeksi nosokomial merupakan salah satu ancaman bagi tenaga
kesehatan dan pasien akibat dari tindakan medis yang dilakukan di rumah
sakit. Pada tahun 1947 mulai diketahui bahwa tindakan medis dapat
menularkan infeksi kepada pasien.
Pada tahun 1985 Kewaspadaan universal oleh Cente fors Diseases
Control and Prevention (CDC) di Atlanta, Amerika Serikat dikeluarkan
sebagai petunjuk rinci upaya pencegahan penularan penyakit infeksi di rumah
sakit untuk melindungi pasien dan tenaga kesehatan dari penularan penyakit
infeksi melalui pelayanan kesehatan., yang merupakan pedoman perlindungan
bagi tenaga kesehatan dari ancaman tertular infeksi seperti infeksi HIV yang
tidak menampakkan gejala klinis pada awalnya dan infeksi lainnya melalui
darah (seperti HBV,HCV) sehingga Kewaspadaan Universal harus berlaku
untuk semua orang (pasien) juga petugas kesehatan tanpa memperhatikan
sudah terinfeksi ataupun belum terinfeksi. (3)
Kewaspadaan universal yang dimaksud adalah upaya pencegahan
terhadap penularan infeksi HBV, HCV dan HIV secara parenteral melalui
membrana mukosa dan permukaan kulit yang tidak intak dengan
memperlakukan semua darah, sekret vagina, air mani, cairan amnion dan
cairan tubuh yang lain terkecuali feces, urin, keringat, dahak, ingus, air mata,
muntahan tanpa campuran darah dari semua pasien sebagai sumber yang
potensial untuk menularkan infeksi tanpa memperhatikan diagnosis maupun
risiko pada pasien tersebut. (5)
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 10/30
Tingkat penularan penyakit infeksi yaitu hepatitis B melewati cairan
tubuh dapat dibagi sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tingkat Media Penularan Hepatitis B
Tinggi Sedang Kecil / Tidak
Terdeteksi
Darah Semen Urin
Serum Cairan vagina Feces
Eksudat dari luka Air liur Keringat
Air mata
Air susu ibu
Sumber CDC 2007
Tahun 1996 CDC mengeluarkan suatu pedoman baru dengan 2
pendekatan yaitu : Kewaspadaan Baku (Standard Precaution) dimana
berlaku pada semua orang dan pasien pada fasilitas kesehatan dan
pencegahan atas dasar transmisi penyakit, dimana berlaku pada pasien yang
dirawat di rumah sakit. (Garner and HICPAC 1996). Kewaspadaan bakudirancang untuk semua orang termasuk pasien, pengunjung dan petugas
kesehatan tanpa peduli mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan baku
berlaku untuk darah dan semua cairan tubuh baik sekresi ataupun ekskresi
kecuali keringat, kulit non intak dan membran mukosa dengan maksud
mengurangi resiko transmisi mikroorganisime yang telah diketahui maupun
yang tidak diketahui sebagai sumber infeksi seperti pasien, benda
terkontaminasi, jarum yang sudah terpakai dan spuit di dalam saranakesehatan sebagai limbah pelayanan kesehatan. Yang dimaksud dengan
limbah pelayanan kesehatan adalah setiap bahan buangan dari lingkungan
pelayanan kesehatan dan kedokteran yang mungkin mengandung limbah
klinis. Yang dimaksud dengan limbah klinis adalah limbah yang berasal dari
praktek kedokteran, perawatan, kedokteran gigi, kedokteran hewan, farmasi
atau praktek yang serupa, atau investigasi, pengobatan, perawatan, pengajaran
atau penelitian, yang secara alamiah bersifat toksik, infeksius atau berbahaya,
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 11/30
yang dapat menimbulkan potensi bahaya atau memberikan ancaman, kecuali
sebelumnya dikatakan aman dan tidak berbahaya. (3)
Penerapan kewaspadaan baku merupakan strategi utama untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit akibat tindakan
medis dari pasien ke pasien lain atau petugas kesehatan
2.2.3Komponen Kewaspadaa Baku
Oleh karena sebagian besar orang yang terinfeksi virus menular melalui
darah seperti HIV dan Hepatitis B, tidak menunjukkan gejala sebagai orang yang
telah tertular, maka Kewaspadaan Standar dirancang untuk perawatan bagi semua
orang (pasien, klien dan petugas) tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi
ataupun tidak, termasuk bagi orang-orang yang baru terinfeksi dengan penyakit
menular melalui cara lain dan belum menunjukkan gejala. Kewaspadaan Standar
diterapkan untuk sekreta pernafasan, darah dan semua cairan tubuh lain, serta
semua ekskreta lain (kecuali keringat), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa.
Penerapannya ditujukan untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme dari
sumber infeksi, baik yang telah diketahui ataupun tidak diketahui (misalnya,
pasien, benda yang terkontaminasi, jarum dan spuit yang telah digunakan, dll) didalam sistem pelayanan kesehatan.(5)
Komponen utama kewaspadaan standar dan penerapannya
Komponen-komponen utama Kewaspadaan Standar dan penerapannya
diuraikan pada Tabel 2. Penggunaan pelindung (barrier) fisik, mekanik atau
kimia antara mikroorganisme dengan individu – baik untuk pasien rawat
jalan, pasien rawat inap di rumah sakit atau petugas kesehatan – adalah carayang sangat efektif untuk mencegah penyebaran infeksi (pelindung berperan
untuk memutuskan siklus penularan penyakit). Sebagai contoh, tindakan-
tindakan berikut ini bersifat melindungi terhadap penularan infeksi pada
klien, pasien dan petugas kesehatan serta merupakan cara penerapan
Kewaspadaan Standar:
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 12/30
Tabel 2.3 Penerapan Kewaspadaan Standar: Komponen Utama
MENCUCI TANGAN (atau menggunakan antiseptik / handsrub)
• Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang terkontaminasi
• Segera setelah membuka sarung tangan
• Di antara kontak pasien
• Sebelum dan sesudah melakukan tindakan invasif
• Setelah menggunakan toilet
SARUNG TANGAN
• Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekreta, ekskreta dan barang-barang yang terkontaminasi
• Untuk kontak dengan membran mukosa/ selaput lendir dan kulit yang tidak utuh
• Sebelum melakukan tindakan invasif
MASKER, KACA MATA, PELINDUNG WAJAH• Melindungi membran mukosa mata, hidung dan mulut terhadap kemungkinan percikan, ketika akan
kontak dengan darah dan cairan tubuh.
GAUN
• Melindungi kulit dari kontak darah atau cairan tubuh yang mungkin akan terkena percikan.
• Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan prosedur tindakan yang melibatkan kontak
dengan darah atau cairan tubuh
LINEN
• Menangani linen kotor dengan menjaga jangan terkena kulit atau membran mukosa
• Jangan merendam terlebih dahulu linen kotor di wilayah perawatan pasien
• Jangan meletakkan linen kotor di lantai dan mengibaskan linen kotor.
• Segera ganti linen yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
PERALATAN PERAWATAN PASIEN
• Menangani peralatan yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah kontak langsung dengan
kulit atau membran mukosa /selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan
• Cuci dan disinfeksi peralatan bekas pakai sebelum di gunakan kembali
KEBERSIHAN LINGKUNGAN• Perawatan pembersihan dan disinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
secara rutin setiap hari dan bila perlu
BENDA TAJAM
• Hindari menutup kembali jarum yang sudah digunakan, bila terpaksa, maka dilakukan dengan
tehnik satu tangan.
• Hindari melepas jarum yang telah digunakan dari spuit sekali pakai.
• Hindari membengkokkan, menghancurkan atau memanipulasi jarum dengan tangan
• Masukkan instrument tajam kedalam wadah yang tahan tusukan dan tahan air.
RESUSITASI PASIEN
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 13/30
• Gunakan penghubung mulut (mouthpiece/Goedel ), Ambubag atau alat ventilasi lain untuk
menghindari resusitasi mulut ke mulut secara langsung.
PENEMPATAN PASIEN
• Isolasi pasien yang dapat mencemari lingkungan atau tidak dapat menjaga kebersihan diri danlingkungan di dalam ruangan khusus (ruang isolasi)
Sumber CDC 2007
Pertimbangan praktis
Memperlakukan setiap orang (pasien atau petugas) sebagai individu yang
potensial menularkan dan rentan terhadap infeksi.
Cuci tangan – prosedur paling penting untuk pencegahan pencemaran silang
(dari orang ke orang atau dari objek yang tercemar ke orang)
Menggunakan sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh – kulit yang
luka, membran mukosa, darah, cairan tubuh sekreta dan ekskreta atau peralatan
kotor dan bahan sampah yang tercemar – atau sebelum melakukan prosedur
invasif.
Menggunakan Alat Pelindung Diri/APD (sarung tangan, masker muka,
kacamata dan celemek pelindung) jika ada kemungkinan tertumpah atau
terpecik cairan tubuh (sekreta dan ekskreta), seperti membersihkan peralatan
dan barang-barang tercemar.
Menggunakan antiseptik berbasis alkohol untuk membersihkan kulit atau
membran mukosa sebelum pembedahan, membersihkan luka, serta melakukan
penggosokkan tangan surgical handsrub;
Mempraktekkan cara kerja aman, seperti tidak memasang kembali penutup
jarum, atau membengkokkan jarum dan menjahit dengan jarum tumpul.
Pembuangan sampah infeksius ke tempat yang aman untuk melindungi dan
mencegah penularan atau infeksi kepada masyarakat. (3)
Memproses peralatan, sarung tangan dan barang-barang lain dengan
terlebih dahulu melakukan dekontaminasi, pemcucian peralatan dan
kemudian melakukan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, sesuai prosedur
yang direkomendasikan.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 14/30
2.3 Kerangka Konsep
Pembelajarankewaspadaan
standar
Lingkungan:•KetersediaanAPD di
Institusi
•Pembelajarandiinstitusi
mahasiswa:
•Angkatan• Jeniskelamin
Pengetahuan, sikap, danperilakumahasiswaterhadap
kewaspadaanstandar
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 15/30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis komperatif.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di lingkungan fasilitas pendidikan
kedokteran UIN-SH. Baik di dalam kampus, maupun di RS pendidikan. Penelitian
dimulai pada bulan Juli tahun 2010 hingga bulan November 2010
3.3 Populasi dan sampel
Target adalah mahasiswa yang sedang atau akan menjalani kepanitraan di
klinik, populasi yang terjangkau adalah mahasiswa kedokteran UIN-SH (angkatan
2007 sampai 2005). Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
Inklusi
• Bersedia menjadi responden dengan mengisi dan menandatangani
inform konsen.
• Merupakan mahasiswa/mahasiswi kedokteran UIN-SH.
Eksklusi
• Mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 16/30
3.3.1 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus :
Zα² x P(1-p)
n1 = ----------------------
L²
n2 = n1 + (10% x n1)
n1 = besar sampel
n2 = besar sampel ditambah subtitusi 10%
Subtitusi adalah pengganti responden yang mungkin “dropped out”
α = batas kemaknaan, biasanya diambil 5 %
Zα = nilai dari standar distribusi normal sesuai nilai α (untuk α = 5%), pada
tabel 2 arah (two tailed) di dapatkan nilai 1,96
p = Mahasiswa yang mengetahui mengenai kewaspadaan standar dengan baik sejumlah 50 %
Prevalensi ini diambil 50 % karena berdasarkan beberapa tinjauan
pustaka sebelumnya prevalensi umumnya terjadi pada mahasiswa kedokteran dan
belum pernah dilakukan serta dipublikasikan di Indonesia.
L = presisi penelitian (10%)
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 17/30
3.3.2 Cara Pemilihan Sampel
Sampel dipilih secara acak dengan menggunakan random table.
3.4 Cara pengumpulan data
Pengumpulan data diambil dengan pembagian kuisioner yang harus
diisi dengan lengkap dan diawasi langsung oleh peneliti. Kuesioner
untuk menilai pengetahuan mengenai kewaspadaan standar, adalah
kuesioner yang sudah baku digunakan pada pelatihan pencegahan infeksi oleh
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Indonesia , dan kuesioner mengenai sikap dan
perilaku, juga sudah di validasi pada penelitian terdahulu yang dilakukan di
suatu Rumah Sakit.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel independen:
• Tahun angkatan mahasiswa/i yang bersangkutan
• Jenis kelamin mahasiswa/i yang bersangkutan
Variabel dependen:
• Sikap, pengetahuan, dan perilaku mahasiswa/i yang bersangkutan
3.6 Definisi operasional
• Tahun angkatan dilihat dari tahun terdaftarnya sebagai
mahasiswa
• Jenis kelamin dibagi atas laki-laki dan perempuan
• Sikap dinilai dari hasil jawaban benar pada pertanyaan-
pertanyaan mengenai sikap mahasiswa/i
o >80% = baik
o 60% - 80% = cukup
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 18/30
o <60% = buruk
• pengetahuan dinilai dari hasil jawaban benar pada
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan mahasiswa/i
o >80% = baik
o 60% - 80% = cukup
o <60% = buruk
• perilaku dinilai dari hasil jawaban benar pada pertanyaan-
pertanyaan mengenai perilaku mahasiswa/i
o >80% = baik
o 60% - 80% = cukup
o <60% = buruk
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisis data secara deskriptif menggunakan
program SPSS 17.0
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar sukarela dari populasi yang
dijadikan sampel, kerahasiaan yang terjamin, dan tidak ada tindakan invasif
sehingga tidak membahayakan koresponden.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 19/30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini berhasil mengikut sertakan 98 mahasiswa UIN-SH
sebagai responden. Semua mengisi kuesioner secara lengkap, sehingga tidak
ada yang dieksklusi.
4.1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden hanya dibagi atas jenis kelamin mahasiswa dan
responden yang sudah menjalani co-ass (Angkatan 2005 dan 2006), dan yang
tahun ini akan menjalani coass (Angkatan 2007). Pada tabel 4.1 di bawah ini
disajikan distribusi responden berdasarkan kedua karaktersitik tersebut.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
KARAKTERISTIK JUMLAH
(n=98)
PERSEN (%)
JENISKELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
39
59
39.8
60.2
STATUSMAHASISWA
CALON COASS
COASS
59
39
60.2
39.8
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 20/30
Pada tabel di atas terlihat, bahwa lebih banyak perempuan (60,2%) yang
menjadi responden, dibandingkan laki-laki (39,8%). Sedangkan responden yang
sudah menjadi co-ass lebih sedikit daripada responden yang akan menjalani co-ass.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap,
Dan Perilaku
KARATKERTISTIK JUMLAH (n-98) PERSEN (%)
PENGETAHUAN
KURANG
CUKUP
BAIK
34
56
8
34.7
57.1
8.2
SIKAP
KURANG
CUKUP
BAIK
11
28
59
11.2
28.6
60.2
PERILAKU
KURANG
CUKUP
BAIK
10
18
70
10.2
18.4
71.4
Ket: kurang = <60=kurang, 60-79.7=cukup, >80=baik
Berdasarkan tabel di atas, persentase dari mahasiswa/i UIN SH dari
angkatan 2005-2007 secara keseluruhan, yang mempunyai tingkatan pengetahuan
baik terhadap kewaspadaan standar hanya 8,2%, yang berpengetahuan cukup adalah
57,1%, sedangkan yang pengetahuan kurang adalah 34,7%. Sikap terhadap
kewaspadaan umum, lebih baik, karena sikap kurang terhadap kewaspadaan standar
hanya ditemukan pada 11,2% responden, cukup 28.6%, dan yang masuk kategori
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 21/30
sikap baik adalah 60,2%. Perilaku terhadap kewaspadaan standar, juga pada
umumnya baik, karena yang termasuk dalam kategori kurang hanya 7.2%, dan yang
termasuk kategori baik adalah 71,4%. Pada penilaian perilaku ada hal lain yang
diperhatikan juga, yaitu tersedianya alat-alat atau komponen kewaspadaan standar
oleh institusi pendidikan. Untuk masalah ini nanti akan dibahas lebih lengkap pada
pembahasan.
4.2. Hasil Analisis Bivariat:
Pada bagian ini dilakukan analisisi bivariat untuk mengetahui adanya
hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden dengan
karakteristik responden. Untuk hal ini tingkat PSP kurang dan cukup dijadikan satu
dan dibandingkan dengan tingkat PSP baik
Tabel 4.3. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Tingkat Pengetahuan
PENGETAHUAN
KURANG/CUKUP
PENGETAHUAN
BAIK
ODDS
RATIO
INTERVAL
KEPERCAYAAN
95%
p
n % n %
JENIS KELAMIN:
LAKI-LAKI 36 94.7 2 5.3 ref
PEREMPUAN 54 90.0 6 10.0 2 0.4-10.5 0,404
STATUS MHS:
CALON COASS 56 94.9 3 5.1 ref
COASS 34 87.2 5 12.8 2.8 0.7-12 0.171
.
Berdasarkan tabel diatas baik mahasiswa yang coass dan yang akan
menjalani coass sama-sama mempunyai persentase yang tinggi untuk kategori
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 22/30
kurang/cukup terhadap kewaspadaan standar yaitu 94.9% dan 87.2%. meskipun
yang sedang menjalani coass sedikit lebih tinggi persentase kategori baik-nya yaitu
12.8% berbanding dengan 5.1% namun belum dapat dikatakan bermakna karena p =
0,171 (p>0,05).
Demikian pula berdasarkan table di atas, tidak ditemukan perbedaan
bermakna antara tingkat pengetahuan laki-laki dengan perempuan, karena p = 0,404
(p>0,05). Mahasiswa laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai persentase
yang tinggi untuk kategori kurang/cukup terhadap kewaspadaan standar yaitu
94.7% dan 90%. meskipun mahasiswa perempuan sedikit lebih tinggi persentase
kategori baik-nya yaitu 10% berbanding dengan 5.3%..
Tabel 4.4 Hubungan Karakterisik Dengan Tingkat Sikap
SIKAP
KURANG/CUKUP
SIKAP BAIK ODDS
RATIO
INTERVAL
KEPERCAYAAN
95%
p
n % n %
JENIS KELAMIN:
LAKI-LAKI 14 36.8 24 63.2 ref
PEREMPUAN 25 41.7 35 58.3 0.82 0.36-1.9 0,634
STATUS MHS:
CALON COASS 35 59.3 24 40.7 ref
COASS 4 10.3 35 89.7 12.8 4-40 0.000
Berdasarkan tabel di atas, tampak terdapat perbedaan yang bermakna antara
tingkat sikap terhadap kewaspadaan standar pada mahasiswa coass dan yang akan
menjalani coass. Mahasiswa yang sudah co-ass mempunyai sikap baik 12,8 kali
dibandingkan calon co ass (OR=12,8, p = 0,000). Mahasiswa yang sedang
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 23/30
menjalani coass, 89.7% menunjukkan sikap baik, sedangkan untuk yang akan
menjalani coass tahun ini hanya 40.7%.
Pada tabel di atas, tampak proporsi mahasiswa laki-laki dan perempuan
yang menunjukkan sikap baik terhadap kewaspadaan standar, tidak jauh berbeda,
yaitu 60.3% dan 58.3%. meskipun yang laki sedikit lebih tinggi persentase kategori
baik-nya namun belum dapat dikatakan berbeda bermakna (p>0,05)
Tabel 4.5 Hubungan Karakterisik Responden Dengan Tingkat Perilaku
PERILAKU
KURANG/CUKUP
PERILAKU
BAIK
ODDS
RATIO
INTERVAL
KEPERCAYAAN
95%
p
n % n %
JENIS KELAMIN:
LAKI-LAKI 10 25.6 18 41 Ref
PEREMPUAN 18 30.5 41 69.5 0.542 0.3-1.4 0.194
STATUS MHS:
CALON COASS 23 39 36 61 Ref
COASS 5 12.8 34 87.2 7.6 2.7-21.7 0,000
Berdasarkan tabel di atas, tampak perbedaan yang bermakna antara perilaku
baik terhadap kewaspadaan standar antara mahasiswa sedang coass dan yang akan
menjalani coass (p=0,000) . Perilaku kategori baik untuk mahasiswa yang
sedang menjalani coass adalah 87.2%, sedangkan untuk yang akan menjalani
coass tahun ini adalah 61.0%. Mahasiswa yang sudah coass ,perilaku baik 7,6
kali dibandingkan mahasiswa calon co ass.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 24/30
Pada tabel di atas juga dapat dilihat, bahwa perempuan lebih tinggi
persentase yang masuk kedalam kategori baik, yaitu 69.5%, dibandingkan laki=laki
hanya 41% namun belum dapat dikatakan berbeda bermakna (p=0,194)
BAB V. PEMBAHASAN
Orang yang menerima maupun memberikan perawatan kesehatan baik di
rumah sakit maupun klinik mempunyai resiko terkena penyakit infeksi, kecuali
menerapkan kewaspaadaan untuk pencegahan infeksi tersebut. Penyakit infeksi
yang terjadi di RS adalah masalah yang signifikan dan berkembang di seluruh dunia
(Alvarado 2000). Contohnya, infeksi yang terjadi di RS angka kejadiannya berkisar
antara 1% untuk dinegara-negara bagian Eropa dan Amerika Serikat, dan 40% lebih
di sebagian Negara Asia, Amerika Latin, dan Afrika. (Lynch et al 1997).
Salah satu yang berperan penting dalam masalah ini adalah
pendidikan, banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi karena rendahnya
pendidikan orang yang bersangkutan terhadap kewaspadaan standar. Di
Amerika ditemukan lebih dari 800.000 luka tusuk jarum setiap tahunnya.
Akhirnya dibuatlah usaha dan mengedukasi yang bertujuan untuk
menurunkan angka luka tusuk jarum (Rogers, 1997). Usaha itu antara lain
adalah:
• Mengurangi penggunaan jarum suntik yang tidak perlu dan tidak
aman
• Memberikan pelatihan kepada petugas untuk segera membuang
jarum telah pakai kedalam tempat sampah khusus kedap jarum
tanpa menutupnya terlebih dahulu – 1/3 dari angka kejadian
tusuk jarum adalah saat pekerja melakukan penutupan jarum
suntuk (Tiejen 1997)
• Menempatkan tempat sampah kedap jarum di tempat yang
terjangkau.
Bagaimanapun juga di berbagai negara berkembang yang masih sangat
minim pengetahuan dan kesadarannya terhadap kewaspadaan standar, resiko
terjadinya infeksi terhadap tenaga kesehatan lebih tinggi dibandingkan negara
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 25/30
lainnya (Phipps et al 2002. Terlebih lagi beberapa komponen kewaspadaan standar
tidak dapat dilakukan pada pihak yang mempunyai tingkat ekonomi yang rendah,
karena terbatasnya sarana dan fasilitas. Untuk menutupi kekurangan itulah para
pekerja kesehatan wajib memahami dan menerapkan kewaspadaan standar
sebisanya saat bekerja (Tietjen 1997).
Menurut hasil penelitian, pengatahuan mahasiswa prgram studi pendidikan
dokter UIN-SH mengenai kewaspadaan standar masih tergolong rendah yaitu dari
98 responden yang terdiri dari mahasiswa angkatan 2005-2007 yang diambil secara
acak, 90 orang atau 91.8% mempunyai tingkat pengetahuan mengenai
kewaspadaan standar yang termasuk kategori kurang/cukup atau yang hasil tesnya
kurang dari 80. Pada data didapatkan semakin tinggi angkatan semakin besar pula
persentase yang masuk kategori baik. Mungkin ini memang disebabkan karena
perbedaan pengalaman dan juga tenaga ajar di RS yang lebih banyak mengajarkan
maupun memberikan contah yang baik terhadap kewaspadaan standar.
Perbandingan pengetahuan antara mahasiswa yang coass dan yang
akan coass, perbedaanya tidak cukup signifikan yang masuk kategori baik di
mahasiwa coass adalah 12.8% dan yang akan coass adalah 5.1%. menurut
table chi-square yang dihitung melalui program spss perbedaan persentase
ini dengan jumlah responden yang demikian, tidak dapat dikatakan
bermakna. Begitu juga dalam perbandingan laki-laki dan perempuan dari
hasil penelitian ini tidak didapatkannya perbedaan yang bermakna terhadap
tingkat pengetahuan terhadap kewaspadaan standar.
Perilaku mahasiswa terhadap kewaspadaan standar di program studi pendidikan dokter UIN-SH tergolong cukup baik dimana 60.2% termasuk
kategori baik menurut oenelitian ini. Namun terdapat perbedaan yang
signifikan antara mahasiswa yang sedang menjalani coass dengan yang akan
menjalani coass tahun ini. Didapatkan bahwa 40.7% saja mahasiswa 2007
(belum menjalani coass) yang masuk dalam kategori baik, sedangkan 89.7%
mahasiswa 2005 & 2006 (sedang menjalani coass) didapatkan masuk
kedalam ketegori baik terhadap kewaspadaan standar. Perbedaan ini
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 26/30
menurut tabel chi-square yang didapatkan dari program SPSS merupakan
perbedaan yang bermakna.
Hal di atas mungkin didapatkan karena lebih besarnya kesadaran
mahasiswa yang sudah menjalani coass lebih besar karena telah
menjalaninya secara langsung, dan mengerti bahaya dan ruginya akan
kecerobohon yang dapat mengakibtakn infeksi di RS. Untuk masalah sikap
laki-laki yang masuk kedalam kategori baik lebih tinggi sedikit
dibandingkan perempuan, namun perbedaan ini belum cukup untuk
dikatakan bermakna.
Penilaian perilaku kewaspadaam standar dalam penelitian ini hanya
dilakukan berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner saja, memang ini adalah
salah satu kekurangan dalama penelitian ini. Menurut peniliti sendiri untuk
menilai perilaku baiknya adalah dengan pengamatan perilaku mahasiswa
sehari-harinya. Hasilnya adalah hanya 24 dari 98 mahasiswa atau 24.5%
yang masuk kedalam kategori perlilaku baik terhadap kewaspadaan standar.
Hasil ini seperti yang disebutkan di atas dinilai dari hasil jawaban
kuesioner yang diberikan. Disni hanya yang mendapatkan nilai 100% yang
masuk kategori baik. Menurut peneliti mengapa demikian karena perilaku
ini lah yang menjadi tujuan utama pelatihan ataupun pengajaran tentang
kewaspadaan standar. Dan juga terjadinya infeksi tidak dapat diduga.
Apabila perilakunya hanya mendapat nilai 90%, bisa saja saat dimana 10%-
nya itulah terjadi hal yang tidak terduga. Bisa membahayakan diri sendiri
maupun orang lain, baik itu pasien atau tenaga kerja kesehatan lainya
(contoh: petugas kebersihan).
Ditemukannya perbedaan yang dapat dikatan bermakna antaramahsiswa 2005-2006 dan mahasiswa 2007. Dimana mahasiswa yang sudah
coass terdapat 46.2% yang masuk kedalam kategori baik, dan untuk
mahasiswa yang belum coass hanya 10.2%. dilihat berdsarkan jenis kelamin
laki-laki mempunyai persentase sedikit lebih tinggi dibandingkan
perempuan, sehingga didapat bahwa perilaku terhadap kewaspadaan
standar di Fakultas Kedokteran UIN-SH, antara laki-laki dan perempuan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 27/30
Di atas sudah disinggung bahwa kenapa mahasiswa tidak melakukan
kewaspadaan standar yang sesuai adalah mungkin keterbatasan alat yang
disediakan oleh institusi pendidik, baik dari kampus maupun pihak rumah
sakit. Berikut adalah tabel yang menunjukan berapa jumlah mahasiswa yang
merasa tidak dapat menjalani kewaspadaan standar dengan sedemikian rupa
karena keterbatasan alat dari pihak pendidik.
Tabel.5.1 Distribusi Responden Yang Merasa Kurang Tersedianya
Komponen Kewaspadaan Standar Oleh Ppihak Pendidik.
Frequency Percent
Valid terpenuhi 80 81.6
tidak
tersedia
18 18.4
Total 98 100.0
Ket: apabila terdapat 1 atau lebih jawaban dari 5 pertanyaan yang
menyatakan kurang tersedianya komponen kewaspadaan standar maka
dianggak masuk kategori “tidak tersedia”.
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa yang merasa kurang tersedianya
komponen kewaspadaan standar baik di rumah sakit (untuk mahasiswa 2005-2006)
maupun di kampus (untuk mahasiswa 2007, contoh saat melakukan praktikum)
adalah sebesar 13%. Kalau dihubungkan dengan perilaku mahasiswa UIN-SH
terhadapa kewaspadaan standar, maka kita akan mendapatkan hasil seperti berikut:
dari 98 mahasiswa FK UIN-SH 24.5% nya termasuk kategori perilaku baik
terhadap kewaspadaan standar, dan 24.5% masuk ke kategori kurang. Namun dari
ke 24 mahasiswa tersebut 18 diantaranya merasa tidak dapat menerpakan
kewaspadaan standar dengan baik karena keterbatasan alat yang disediakan oleh
institusi pendidik
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 28/30
VI.KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan kewaspadaan standar pada mahasiswa program
studi pendidikan dokter UIN-SH 8.2% tergolong baik, 57.1% tergolong
cukup, dan 34.7% tergolong kurang.
2. Tingkat sikap mahasiswa prigram studi pendidikan dokter UIN-SH
terhadap pencegahan standar 60.2% tergolong baik, 28.6% tergolong
cukup, dan 11.2% tergolong kurang.
3. Tingkat perilaku mahasiswa prigram studi pendidikan dokter UIN-
SH terhadap pencegahan standar 71.4% tergolong baik, 18.4%
tergolong cukup, dan 10.2% tergolong kurang.
4. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan
mahasiswa co-ass dengan calon coass, namun terdapat perbedaan yang
bermakna pada sikap dan perilaku antara mahasiswa yang sedang
menjalani coass dan yang belum. Tidak ditemukan pula perbedaan
bermakna terhadap jenis kelamin mahasiswa.
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 29/30
VII. SARAN
1. Mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang lebih baik
mengenai kewaspadaan standar, agar memahami semua komponennya
2. Sikap dan perilaku mengenai kewaspadaan standar perlu
ditingkatkan, dengan supervisi dari staf pengajar, maupun staf Rumah
Sakit, agar mahasiswa dapat terlindung dari penularan penyakit infeksi
di tempat kerja
3. Mahasiswa perlu disediakan alat pelindung diri yang cukup, agar
dapat menunjukkan perilaku kewaspadaan standar yang baik
5/14/2018 Riset Soni Finish - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/riset-soni-finish 30/30
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . Data fasilitas kesehatan di Indonesia
tahun 2004 . Diunduh dari :http://www.departemenkesehatanRI.com
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Undang-undang Republik Indonesia,
nomer 36, tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Tietjen, Linda; Bossemeyer, Debora; McIntosh, Noel. Panduan Pencegahan
Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.
JNPKKR/POGI dan JHPIEGO. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.2004
4. CDC. Standard Precaution Guidelines .Diunduh dari :
http://www.cdc.gov/ncidod/dhqp/gl_isolation_standard.html
5. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik, Modul Pelatihan Pencegahan Infeksi,
JNPKKR/POGI dan JHPIEGO. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.2004
6. Judisthira, Stefanus, Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
Kewaspadaan Baku Dengan Kejadian Luka Tusuk Jarum Pada Tenaga
Kesehatan Rumah Sakit “ X ” , Propinsi Banten, Tesis Program Studi
Magister Kedokteran Kerja, FKUI, 2007