retinopati diabetik

download retinopati diabetik

of 57

Transcript of retinopati diabetik

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNama : Ny. SUmur: 57 TahunJenis Kelamin: PerempuanSuku/Bangsa: Bugis/IndonesiaAgama: IslamNo. Register : 21336Alamat : Jl. Meranti 214 Tanggal Pemeriksaan: 21 Mei 2012Rumah Sakit: OrbitaDokter pemeriksa : dr. B

II. ANAMNESISKeluhan utama :Penglihatan kabur pada kedua mataAnamnesis terpimpin :Dialami sejak 1 bulan yang lalu, terjadi secara perlahan-lahan. Penglihatan dirasakan kabur untuk melihat jauh dan dekat, melihat seperti bayangan gelap, kilauan cahaya. Mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), air mata berlebih (+) Nyeri (-), gatal (-), mata merah (-), silau (+), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), nyeri (-), mata terasa kering dan mengganjal (-), riwayat trauma (-), riwayat kaca mata (-), riwayat DM (+) sejak 15 tahun yang lalu dan berobat secara teratur sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat HT (+) sejak.

Foto Pasien:

Gambar 1. Foto Pasien dengan Retinopati diabetik

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIA. INSPEKSI Pemeriksaan OD OS

PalpebraNormalNormal

SiliaNormalNormal

App. LakrimalisLakrimasi (-)Lakrimasi (-)

KonjungtivaHiperemis (-)Hiperemis(-)

KorneaJernihJernih

BMDNormalNormal

IrisCoklat, kripte (+)Coklat, kripte (+)

PupilBulat, sentral, RC (+)Bulat, sentral, RC (+)

LensaAgak keruhAgak keruh

Gerakan bola mata

B. PALPASIPemeriksaanODOS

Tensi okulerTnTn

Nyeri tekan(-)(-)

Massa tumor(-)(-)

Glandular preaurikulerPembesaran (-)Pembesaran (-)

C. Tanda vital:TD = 120/80 mmHg,N = 84x/i, P = 20x/i, S = 36,7C D. Tonometri:TOD (NCT): 10 mmHgTOS (NCT): 11 mmHgE. Visus: VOD: 1/2/60 VOS: 1/2/60 F. Campus Visual: Tidak dilakukan pemeriksaanG. Color Sense: Tidak dilakukan pemeriksaanH. Light Sense: Tidak dilakukan pemeriksaanI. Penyinaran OblikPemeriksaan OD OS

KonjungtivaHiperemis (-).Hiperemis (-).

KorneaJernihJernih

BMDNormalNormal

IrisCoklat, kirpte (+)Coklat, kripte (+)

PupilBulat, sentral, RC (+)Bulat, sentral, RC (+)

LensaKeruh, Iris Shadow (+) Agak keruh, Iris shadow (+)

J. Diafanoskopi: Tidak dilakukan pemeriksaan.K. Slit LampSLOD: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC(+), lensa agak keruh (Mg2NO2)SLOS: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC(+), lensa agak keruh (Mg2NO2)

L. Funduskopi:

FOD : Refleks fundus (+), perdarahan (+), jaringan fibrosis (+) pada daerah posterior, detail lain sdn.

FOS : Refleks fundus (+), perdarahan (+), jaringan fibrosis (+) di daerah inferior, detail lain sdn.

M. Gonioskopi: Tidak dilakukan pemeriksaan karena terhalang perdarahan

IV. LABORATORIUM

1

GDS: 202 mg/dl HB A1 C: 7 %

V. RESUMEPenglihatan kabur pada kedua mataAnamnesis terpimpin :Dialami sejak 1 bulan yang lalu, terjadi secara perlahan-lahan. Penglihatan dirasakan kabur untuk melihat jauh dan dekat, melihat seperti bayangan gelap, kilauan cahaya. Mata merah (-), kotoran mata berlebih (-), air mata berlebih (+) Nyeri (-), gatal (-), mata merah (-), silau (+), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), nyeri (-), mata terasa kering dan mengganjal (-), riwayat trauma (-), riwayat kaca mata (-), riwayat DM (+) sejak 15 tahun yang lalu dan berobat secara teratur sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat HT (+) sejak.Pada pemeriksaan fisis, dari inspeksi dan palpasi didapatkan kedua mata dalam batas normal. Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil :VOD : 1/2/60 VOS : 1/2/60

TOD: 10 mmHg TOS : 11 mmHg

Pemeriksaan slit lamp :SLOD: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC(+), lensa agak keruh (Mg2NO2)SLOS: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC(+), lensa agak keruh (Mg2NO2)Pemeriksaan funduskopi :

FOD : Refleks fundus (+), perdarahan (+), jaringan fibrosis (+) pada daerah posterior, detail lain sdn.

FOS : Refleks fundus (+), perdarahan (+), jaringan fibrosis (+) di daerah inferior, detail lain sdn. VI. Diagnosis ODS Retinopati Diabetik Proliferatif + ODS Katarak Senil Matur VII. Penatalaksanaan-Regulasi gula darah-ODS Injeksi Avastin (anti VEGF)-ODS Laser PhotocoagulationVIII. Pronosis

Dubia

IX. DiskusiDari hasil anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan Kabur pada kedua mata dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, secara perlahan-lahan dan adanya riwayat menderita Diabetes melitus sejak kurang lebih 15 tahun dan mulai berobat secara teratur kurang lebih 5 tahun belakangan. Hal ini sesuai dengan gejala pada Retinopati diabetik. Dimana Risiko retinopati diabetik yang paling utama adalah lamanya pasien tersebut menderita penyakit diabetes. Dan riwayat Hipertensi yang tidak terkontrol dikaitkan dengan bertambah beratnya retinopati diabetik dan perkembangan retinopati diabetik proliferatif pada DM tipe I dan II. Walaupun dapat didiagnosis banding dengan katarak dan glaukoma. Pada pemeriksaan fisis oftalmologis dan penyinaran oblik didapatkan kesan normal. Dengan ini diagnosis banding katarak dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan palpasi bola mata juga kedua mata dalam batas normal. Pada pemeriksaan tonometri juga didapatkan NCT 10/11 juga dalam batas normal dan dapat disimpulkan bahwa penurunan visus yang ada disebabkan oleh penyakit sistemik yaitu diabetes melitus yang telah dialami pasien selama 15 tahun.Dari pemeriksaan foto funduskopi didapatkan : FOD : refleks fundus (+), suram, terdapat perdarahan pada makula, tampak neovaskularisasi. FOS : Refleks fundus (+), suram, terdapat perdarahan pada makula, tampak neovaskularisasi. Diagnosis banding retinopati hipertensif juga disingkirkan dengan melihat bahwa pasien berobat secara teratur dan tekanan darah saat itu 120/80 mmHg.Early Treatment Diabetic Retinopahty Study Research Group (ETDRS), membagi retinopati diabetik yakni nonproliferative dan proliferatif. Digolongkan Retinopati Diabetik nonproliferative (RDNP) apabila hanya ditemukan perubahan mikrovaskuler dalam retina sedangkan neovaskuler merupakan tanda khas retinopati diabetik proliferatif. Sehingga berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium maka pasien tersebut didiagnosis dengan retinopati diabetik proliferatif. Penanganan pada pasien ini yang pertama adalah kontrol glukosa darah dengan diet dan pemberian obat-obat oral antidiabetik untuk mengontrol gula darahnya, laser photocoagulation, na. Diclofenac, tobrosan, LFX, injeksi avastin.

RETINOPATI DIABETIK

I. PendahuluanDiabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes mellitus dapat menyebabkan perubahan pada sebagian besar jaringan okuler. Perubahan ini meliputi kelainan pada kornea, glaukoma, palsi otot ekstraokuler, neuropati saraf optik dan retinopati. Diantara perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur okuler ini yang paling sering menyebabkan komplikasi kebutaan yaitu retinopati diabetik. Hampir 100% pasien diabetes tipe 1 dan lebih dari 60% pasien diabetes tipe 2 berkembang menjadi retinopati diabetik selama dua dekade pertama dari diabetes. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencegah atau menunda onset terjadinya kompilkasi kehilangan penglihatan pada pasien retinopati diabetik. Kontrol gula darah dan tekanan darah sebagaimana yang ditetapkan oleh Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) dapat mencegah insidens maupun progresifitas dari retinopati diabetik.(1,2)

II. EpidemiologiDiabetes adalah penyakit yang umum terjadi pada negara maju dan menjadi masalah terbesar di seluruh dunia. Insidens diabetes telah meningkat secara dramatis pada dekade terakhir ini dan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada dekade berikutnya. Meningkatnya prevalensi diabetes, mengakibatkan meningkat pula komplikasi jangka panjang dari diabetes seperti retinopati, nefropati, dan neuropati, yang mempunyai dampak besar terhadap pasien maupun masyarakat. (2)Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Resiko mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya diabetes. Pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopati diabetic hanya ditemukan pada