Resume

12
Tugas Sosiologi Spasial “ Resume Pandangan Hendri Lefebvre dalam bukunya Production of Space “ Resume PRODUCTION OF SPACE Henri Lefebvre PRODUKSI RUANG Lefebvre dalam pikirannya bahwa 'kehidupan sehari- hari' memberi kontribusi yang paling penting untuk teori sosial Marxis. Dalam pandangannya secara fundamental yaitu pentingnya materialisme dialektika. Namun, kontribusi yang paling berpengaruh, seluruh disiplin ilmu intelektual, telah investigasi dari sosial konstruksi dan konvensi ruang. Lefebvre memahami secara spasial sebagai Masalah memotong seluruh disiplin ilmu, contoh yang ideal untuk menggambarkan permintaannya untuk mengakhiri hubungan antara spesialisasi teknokratis dari akademisi dan organisasi pemerintah. Dia semakin memperluas konsep 'kehidupan sehari-hari' kekehidupan pedesaan kaum tani, kemudian ke pinggiran kota dan akhirnya untuk membahas geografi hubungan sosial secara umum. Lefebvre membuat ruang kedua lebih material dan lebih setuju untuk debat publik dan aksi langsung dengan membandingkan lanskap budaya (seperti Tuscany) serta membahas ketidaksetaraan dan keputusasaan lanskap kelas (seperti banyak kantong- kelas atas dan gender daerah konsumsi: 'gay' daerah dari besar, distrik Castro San Francisco, untuk kecil, Ottawa Centretown 'Pink triangle'), dalam kaitannya dengan ghetto dari miskin dan plot petani penyewa. Terobosan dalam teori ruang neo-Marxian adalah The Production of Space karya Henri Lefebvre (1974/1991). Lefebvre mengatakan bahwa teori Marxian perlu menggeser 1

description

Sosiologi Spasial

Transcript of Resume

Tugas Sosiologi Spasial

Resume Pandangan Hendri Lefebvre dalam bukunya Production of Space

Resume

PRODUCTION OF SPACEHenri LefebvrePRODUKSI RUANG

Lefebvre dalam pikirannya bahwa 'kehidupan sehari-hari' memberi kontribusi yang paling penting untuk teori sosial Marxis. Dalam pandangannya secara fundamental yaitu pentingnya materialisme dialektika. Namun, kontribusi yang paling berpengaruh, seluruh disiplin ilmu intelektual, telah investigasi dari sosial konstruksi dan konvensi ruang. Lefebvre memahami secara spasial sebagai Masalah memotong seluruh disiplin ilmu, contoh yang ideal untuk menggambarkan permintaannya untuk mengakhiri hubungan antara spesialisasi teknokratis dari akademisi dan organisasi pemerintah. Dia semakin memperluas konsep 'kehidupan sehari-hari' kekehidupan pedesaan kaum tani, kemudian ke pinggiran kota dan akhirnya untuk membahas geografi hubungan sosial secara umum. Lefebvre membuat ruang kedua lebih material dan lebih setuju untuk debat publik dan aksi langsung dengan membandingkan lanskap budaya (seperti Tuscany) serta membahas ketidaksetaraan dan keputusasaan lanskap kelas (seperti banyak kantong-kelas atas dan gender daerah konsumsi: 'gay' daerah dari besar, distrik Castro San Francisco, untuk kecil, Ottawa Centretown 'Pink triangle'), dalam kaitannya dengan ghetto dari miskin dan plot petani penyewa. Terobosan dalam teori ruang neo-Marxian adalah The Production of Space karya Henri Lefebvre (1974/1991). Lefebvre mengatakan bahwa teori Marxian perlu menggeser fokusnya dari cara-cara produksi ke produksi ruang. Atau dengan kata lain, dia ingin melihat pergeseran fokus dari hal-hal dalam ruang (misalnya, cara-cara produksi seperti pabrik) ke produksi ruang aktual itu sendiri. Teori Marxian perlu memperluas perhatiannya dari produksi (industri) ke produksi ruang. Ini adalah cerminan dari fakta bahwa fokus perlu digeser dari produksi ke reproduksi. Ruang berfungsi dengan berbagai macam cara untuk mereproduksi sistem kapitalis, struktur kelas di dalam sistem ekonomi, dan sebaliknya. Jadi, setiap aksi revolusioner harus berhubungan dengan restrukturisasi ruang.

Aspek kunci dari argumen Lefebvre yang kompleks itu terletak dalam tiga perbedaan berikut ini. Dia mulai dengan praktik spasial (spatial practice), yang menurutnya melibatkan produksi dan reproduksi ruang. Yang melapisi dan akhirnya mendominasi praktik spasial adalah apa yang dinamakan Lefebvre sebagai representasi ruang (representation of space). Ini adalah ruang sebagaimana dibayangkan oleh elite masyarakat seperti perencana tata kota dan arsitek. Mereka menganggapnya sebagai ruang sesungguhnya, dan dipakai oleh mereka dan oleh yang lainnya untuk mencapai dan mempertahankan dominasi. Jadi, misalnya, perencana tata kota mendesain, secara teoritis, untuk menggusur rumah-rumah kaum miskin yang kumuh dan menggantikannya dengan perumahan yang jauh lebih baik dan modern. Akan tetapi, pembaruan kota itu kemudian disebut pembongkaran urban. Kelompok miskin digusur untuk membuka perumahan baru, tetapi ketika perumahan baru itu telah dibangun, perumahan itu sering kali diperuntukkan bagi keluarga kelas menengah atas perkotaan. Sering kali kelompok miskin ini harus pindah ke daerah baru, dan sering kali mendapatkan rumah yang tak lebih baik daripada yang mereka tinggalkan. Mereka juga terpaksa beradaptasi dengan daerah baru, komunitas, dan tetangga baru. Jadi, praktik spasial terhadap kaum miskin secara radikal diubah oleh representasi ruang dari mereka yang mendukung, menciptakan, dan mengimplementasikan pembaruan urban.Representasi ruang mendominasi bukan hanya atas praktik spasial, tetapi ruang-ruang representasional (representational spaces). Sementara representasi ruang adalah ciptaan dari kelompok dominan, ruang representasional berasal dari pengalaman hidup orang khususnya dari kalangan bawah atau klendestin. Seperti yang telah kita lihat, sementara representasi ruang dianggap sebagai ruang sesungguhnya oleh pemegang kekuasaan, representasi ruang itu lalu menghasilkan kebenaran ruang. Yakni, mereka mencerminkan apa yang sesungguhnya terjadi di dalam pengalaman hidup ketimbang sebuah kebenaran abstrak yang diciptakan oleh seseorang seperti perencana tata untuk meraih dominasi. Akan tetapi, dalam dunia kontemporer, representasi ruang, sebagaimana praktik ruang, menderita karena hegemoni representasi ruang. Dalam kenyataannya, Lefebvre (1974/1991:398) melanjutkan dengan mengatakan, ruang representasional lenyap di dalam representasi ruang. Jadi problem utama menurut Lefebvre adalah pradominasi dari elite representasi ruang atas praktik spasial sehari-hari dan ruang-ruang representasional. Lebih jauh, jika ide-ide baru dan berpotensi revolusioner yang mengalir dari ruang representasional lenyap, bagaimana hegemoni elite seperti perencana tata bisa ditandingi, apalagi digoyahkan ? Meski acara yang dikemukakan di atas adalah cara ideal untuk membahas ruang, Lefebvre memberikan perbedaan tripartit kedua yang membahasnya dalam sudut pandang yang lebih material, lebih optimis. Sejajar dengan gagasan Marx tentang spesies manusia, Lefebvre mulai dengan apa yang dinamakan spesies absolut, atau ruang natural (yakni area hijau) yang tak dapat dikolonsasi, diubah menjadi tak autentik, atau dihancurkan oleh kekuatan ekonomi dan politik.

Lefebvre tertarik untuk menganalisa secara kritis apa yang dia sebut sebagai ruang abstrak. Seperti representasi ruang, ini adalah ruang dari sudut pandang subjek abstrak seperti perencana kota atau arsitek, meskipun subjek abstrak juga bisa berupa orang biasa seperti pengemudi mobil. Tetapi, ruang abstrak bukan hanya ideasional, ia secara aktual menggantikan ruang historis (yang didirikan di atas ruang absolut). Ruang abstrak dicirikan oleh ketiadaan sesuatu yang diasosiasikan dengan ruang absolut (pohon, udara bersih, dan sebagainya). Ia adalah ruang represif (bahkan melibatkan brutalitas dan kekerasan), otoritarian, terkontrol, diduduki, dan didominasi. Lefebvre menekankan pada peran negara lebih besar ketimbang kekuatan ekonomi dalam menjalankan kekuasaan (power) atas ruang abstrak, meski pelaksanaan kekuasaan itu tersembunyi. Lebih jauh, ruang abstrak adalah alat kekuasaan (Lefebvre, 1974/1991:391). Yakni, bukan hanya kekuasaan yang dijalankan di dalamnya, ruang abstrak itu sendiri adalah kekuasaan (power). Sementara pihak yang berkuasa selalu berusaha mengontrol g, apa-apa yang baru di sini adalah bahwa kekuasaan berusaha mengontrol ruang secara menyeluruh (Lefebvre, 1974/1991:388). Jadi, kelas penguasa menggunakan ruang abstrak sebagai alat kekuasaan untuk mendapatkan kontrol atas ruang yang semakin meluas. Sementara Lefebvre mengurangi tekanan pada faktor dan kekuatan ekonomi, dia mengakui bahwa kekuasaan dari dan atas ruang abstrak menghasilkan keuntungan. Yakni, bukan hanya pabrik yang menghasilkan keuntungan, tetapi juga rel kereta dan jalan layang yang menyediakan ke pabrik untuk pengangkutan bahan mentah dan produk akhir.

Sebagai teoritisi Marxis yang baik Lefebvre menekankan pada kontradiksi. Sementara ruang abstrak berfungsi untuk memperhalus kontradiksi, ia secara stimultan memunculkannya, termasuk yang berpotensi memecahnya. Meski dia heran mengapa orang menerima jenis kontrol yang dikenakan atas mereka oleh ruang abstrak dan hanya berdiam diri, dia tampaknya menerima ide bahwa mereka pada akhirnya akan terpicu untuk bertindak karena adanya kontradiksi-kontradiksi ini. Seperti dalam analisis kontradiksi dalam kapitalisme oleh Marx, Lefebvre berargumen bahwa benih ruang jenis baru ini dapat dilihat di dalam konntradiksi-kontradiksi ruang abstrak.

Jenis ruang baru itu, tipe ketiga dari ruang yang akan ulas dalam resume ini adalah ruang diferensial. Sementara ruang abstrak berusaha mengontrol dan mendominasi setiap orang dan segala sesuatu, ruang diferensial mengasentuasikan perbedaan dan kebebasan dari kontrol. Sementara ruang abstrak memecah kesatuan natural yang ada di dunia, ruang diferensial memulihkan kesatuan itu. Sekali lagi, Lefebvre lebih banyak berbicara tentang apa yang dia kritikruang abstrakketimbang apa alternatif yang diharapkannya.

Lefebvre mengatakan bahwa ruang dapat memainkan berbagai peran dalam dunia sosioekonomi. Pertama, dia dapat mengambil peran dari salah satu kekuatan produksi (yang lainnya, kekuatan yang lebih tradisional, adalah pabrik, alat dan mesin). Kedua, ruang itu sendiri dapat menjadi komoditas luas yang dikonsumsi seperti, misalnya, oleh turis yang mengunjungi Disneyland), atau dapat dikonsumsi secara produktif (misalnya, tanah tempat pabrik dibangun). Ketiga, ruang adalah penting secara politik, memfasilitasi kontrol sistem (pembangunan alan untuk memfasilitasi gerak maju pasukan untuk memadamkan pemberontakan). Keempat, ruang menopang reproduksi produksi dan relasi properti misalnya, komunitas mahal untuk kapitalis dan kampung kumuh untuk orang miskin). Kelima, ruang dapat berbentuk suprastruktur yang, misalnya, tampaknya netral, tapi menyembunyikan basis ekonomi yang menghasilkan suprastruktur dan jauh dari netral.

Produksi ruang menduduki dua posisi dalam karya Lefebvre. PERTAMA : seperti diulas diatas, ia merupakan fokus baru dari analisis dan kritis. Yakni, perhatian kita akan bergeser dari cara produksi ke produksi ruang. KEDUA : Lefebvre menempatkan ini dalam arah perubahan sosial yang diharapkan. Yakni, kita hidup dalam dunia yang dicirikan oleh mode produksi dalam ruang. Ini adalah suatu dunia dominasi di mana kontrol dipegang oleh negara, kapitalis dan borjuis. Ini adalah dunia yang tertutup dan steril, dunia yang dikosongkan dari isinya (misalnya, jalan layang menggantikan dan menghancurkan komunitas lokal). Dalam sebagai penggantinya kita memerlukan dunia yang dicirikan oleh produksi ruang. Kita akan mempunyai dunia di mana penyediaan adalah dominan bukan dominasinya. Yakni, orang bekerja sama dengan orang lain di dalam dan dengan ruang untuk menghasilkan apa-apa yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan makmur. Dengan kata lain, mereka memodifikasi ruang natural dalam rangka menyelamatkan kebutuhan kolektif mereka. Jadi, tujuan Lefebvre (1974/1991:422) adalah memproduksi ruang spesies manusia.. .ruang seluas planet sebagai landasan sosial dari kehidupan sehari-hari yang transformasikan. Tak perlu dikatakan lagi, keadaan politik dan kepemilikan privat atas cara-cara produksi bukanlah satu-satunya fokus Lefebvre, tetapi juga tujuan politiknya yang mirip dengan tujuan politik Marx, yakni komunisme.

RUANG SEBAGAI PRODUKSI SOSIALRuang senantiasa adalah ruang sosial karenaRuang sebagai produksi sosial. Untuk memahami ruang sebagai produk sosial, pertama-tama penting bagi kita untuk ke luar dari kebiasaan dan pemahaman lama dalam memahami ruang sebagaiman dibayangkan sebagai semacam realitas material yang independen atau pemahaman ruang sebagai swadiri (space in it self). Bertentangan dengan pandangan ruang sebagai swadiri, Lefevbre menggunakan konsepproduction of space(produksi ruang), yang berisi pemahaman ruang yang secara fundamental terikat pada realitas sosial. Baginya pemahaman ruang sebagaiin itself, tidak akan pernah menemukan titik mula epistemologis yang memadai. Lefebvre menegaskan bahwa ruang tidak pernah ada sebagaimana dirinya, ia diproduksi secara sosial. Sebelum menjelaskan bagaimana ruang menjadi ruang sosial. Lefebvre membagi dua jenis ruang yakni: ruang mutlak dan ruang abstrak.

Ruang Mutlak didirikan atas unsur atau fragmen alamiah,

[]but [the sites] very consecration ended up by stripping them of their natural characteristics and uniqueness religious and political in character, was a product of the bonds of sanguinity, soil and language, but out of it evolved a space which wasrelativizedandhistorical.

Ruang Abstrak adalah,

[]the forces of history smashed naturalness forever and upon its ruins established the space of accumulation (the accumulation of all wealth and resources: knowledge, technology, money, precious objects, works of art and symbols).

Untuk memahami keterkaitan antara ruang mutlak dengan ruang abstrak sangat perlu memahami penggunaan humanisme Marxis dalam Lefebvre. Untuk lebih menajamkan pemahaman mengenai ruang sebagai sebagai produksi sosial ini, kita dapat mengambil metafora mengenai tenaga kerja yang dikemukakan oleh Marx sebelumnya. DalamThe Contribution to the Critique of Political Economy(1859), Marx mengemukakan bahwa:

The conversion of all commodities into labour-time is no greater an abstraction, and is no less real, than the resolution of all organic bodies into space as concrete abstraction air. Labour, thus measured by time, does not seem, indeed, to be the labour of different persons, but on the contrary the different working individuals seem to be mere organs of this labour.

Jadi, sebelumnya, Marx mengemukakan bahwa dalam kapitalisme buruh (konkret) menghasilkan tenaga kerja (konkret), namun dalam sistem produksi kapitalis, tenaga kerja itu diukur berdasarkan waktu kerja, dalam setiap komoditi terkandung bukan hanya waktu kerja buruh, tetapi juga dimensi manusia atau tenaga dari buruh. Komoditi bukan lain adalah bentuk material dari tenaga kerja buruh. Di titik terjadi apa yang disebut dengan istilah abtraksi dari yang konkret. Lefebvre memhami ruang dengan menggunakan cara pikir yang sama dengan pandangan humanis Marx mengenai alienasi tenaga kerja ini. Ruang adalah adalah sesuatu yang konkret yang mengalami sublasi hingga dan teralineasi menjadi sesuatu yang abstrak.

Dengan itu menurutnya, ruang yang mengalami abstraksi itu dan tenaga kerja abstrak pada dasarnya memiliki kesamaan yakni bahwa keduanya merupakan hasil dari serangkaian relasi dan praktik ekonomi, politik, teknologi dan budaya. Relasi-relasi ini yang kemudian diikuti dengan pergeseran pada level emosi dan personal, mereka tidak hanyaperceiveddanconceivedtetapi juga hidup dan mengalami dalam kesehariannya.

Jadi menurutnya, Ruang Abstrak adalah ruang yang telah mengalami politisasi dan birokratisasi. Ruang Abstrak yang memproduksi dan mendorong homogenitas sosial. Misi utama Lefebvre adalah mengubah menghadapi masyarakat yang didominasi oleh ruang abstrak. Untuk itu ia memproduksi konsep yang disebutnya sebagai ruang sosial. Bagi Lefevbre, ruang merupakan suatu yang vital bagi yang sosial. Dalam hal ini ia juga mengakui pentingny apengalaman kehidupan dalam waktu- dalam produksi sosial ruang.

Fokus perhatian Lefebvre yang banyak pada lingkungan perkotaan, khususnya dalam konteks kehidupan sehari-hari dan sangat dipengaruhi oleh kolaborasinya dengan kelompok International Situationniste (SI) yang dipimpin oleh Guy Debord. Menurutnya, perkotaan tidak dapat dipandang dari ukuran populasi tertentu, ukuran geografis, atau koleksi bangunan, juga perkotaan bukan simpul, titik transhipment atau pusat produksi. Perkotaan adalah sentralitas sosial, di mana banyak unsur dan aspek kapitalisme berpotongan dalam ruang meskipun sering hanya menjadi bagian dari tempat untuk waktu yang singkat, seperti halnya dengan barang-barang atau orang-orang dalam perjalanan.

Dalam bukunya The Production of Space, Lefebvre mengungkapkan bahwa "space is socially produced", sementara "we are spatially produced", atau jika diartikan menjadi ruang diproduksi secara sosial, sementara kita diproduksi secara spasial. Apabila dipahami kembali, maksud dari Lefebvre ini adalah ruang terbentuk oleh manusia dan kegiatan di dalamnya, sedangkan manusia dan kegiatannya kemudian juga dibentuk oleh ruang tersebut. Jadi, ruang tercipta menurut cara kehidupan sosial kita tinggal di dalamnya (lived space), dan kehidupan sosial tersebut bersinggungan dengan aspek material fisik dari ruang yang terekam oleh indera kita (perceived space) dan aspek-aspek non-material (mental) dari ruang yang terkonsepsi dalam benak kita (conceived space).

Lefebvre menuangkan konsepnya tentang ruang tersebut dalam sebuah trilogi, yang disebut spatial triad. Diagram trilogi tersebut diinterpretasikan oleh Anderson, Hannah (2003). Menurut Lefebvre (1991: 41-52; 116), ruang diproduksi secara dinamis oleh hubungan timbal balik antara representasi ruang (representations of space), representasional ruang (representational space), dan praktik (practice) seiring waktu. Jadi, gambaran ruang dimulai dari angan-angan, bayangan, dan gambaran masa depan yang ideal. Hal tersebut merupakan apa yang kita rasakan atau perceived. Kemudian, hal tersebut direpresentasikan ke dalam ruang melalui gambar rencana, peta, model, dan desain. Biasanya diwujudkan oleh arsitek dan perencana. Kemudian, yang paling dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari adalah praktik (practice) kegiatan yang dilakukan di dalam ruang.

Ketiga unsur tersebut saling berhubungan secara dinamis satu sama lain dalam ruang dan waktu. Hubungannya dapat terbentuk dari angan-angan atau perceived (representational space), kemudian diwujudkan atau conceived (sudah dialami) dalam suatu gambaran (representation of space), dan diwujudkan secara riil atau konkret dalam realitas kehidupan atau lived (practice). Selain itu, juga dapat terjadi sebaliknya, yakni mengabstraksikan yang konkret (practice), menjadi suatu gambaran representasi (representations of space), dan kemudian menjadi sesuatu yang tidak terwujud hanya dapat dirasakan (representational of space). Peran ruang dan waktu menunjukkan suatu kedinamisan hubungan tersebut. Salah satu contoh nyatanya diungkapkan oleh Wibisono (2012) adalah perubahan malioboro dari bentuk kultural (cultural form) yang tergambar melalui sumbu imajiner Kota Jogja, kemudian dalam praktiknya berkembang menjadi suatu kawasan komersial (commerce street).

Hak Atas KotaSalah satu jalan ke luar yang diajukan oleh Lefebvre untuk menghancurkan ruang abstrak yang dibangun oleh kapitalisme dan negara adalah mengajukan apa yang ia sebut sebagai hak atas kota. Hak atas kota itu sebagai perluasan keadilan dan kesamaan bagi warga kota. Namun demikian Lefebvre sendiri menekankan bahwa talking about the right to the city would be a way of indicating that the city becomes as such a polis, a political collectivity, a place where public interest is defined and realized.

Dengan membicarakan Hak atas kota kita membicarakan kota sebagaipolis, sebagai sebuah kolektivitas politik di mana seluruh warga memiliki kesempatan dan kesamaan untuk merealisasikan dirinya secara penuh guna mencapai kebahagiaan.

Hak atas kota mensyaratkan tumbuhnya suatu modus kewargaan yang baru yakni warga-kota, yang tidak mesti secara serta-merta dipertentangkan dengan konsep yang lebih besar yakni warganegara. Klaim hak sebagai warga-kota tidak mesti berarti merelokasikan klaim identitas kewargaan kita dari nasional ke lokal. Kewargakotaan kita tidak menegasikan kewarganegaraan kita. Hak atas kota atau dalam istilah awal Lefebvre, Hak Atas Kehidupan Urban, adalah hak yang ditujukan dalam kerangka sosial ketimbang teritorial. Karena kota, bagi Lefebvre bukanlah semata-mata hanyaboundary of a city, melainkan juga keseluruhan sistem sosial produksi di dalamnya. Dengan demikian Hak Atas Kota merupakan klaim warga untuk dikenal dan diakui sebagai kreator berbagai relasi sosial, warga sebagai penguasa ruang sosialnya dan untuk hidup berbeda-beda di dalamnya. Senada dengan Lefebvre, Holston menekankan kembali tiga bentuk dasar kewargaan dalam kota yakni: kota sebagai komunitas politik primer, kedua penghuni urban sebagai kriteria keberanggotaan dan basis bagi mobilisasi politik; ketiga formulasi klaim-hak atas pengalaman hidup perkotaan dan berbagai performa wargawi.

References

Lefebvre Henri, (1974) The Production of Space , UK : Blackwell, 1974.

Rosyada David (2006), Produksi Ruang Dalam Kehidupan Sehari-hari, Perpustakaan Universitas Indonesia, 2006

8