Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch ...
Transcript of Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch ...
2
Representasi dan Citra Indonesia dalam Web Drama “Lunch Box: Surat yang Lezat”
Muhammad Fathurrohman, Eva Latifah
Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas representasi dan citra Indonesia yang terdapat dalam web drama Korea berjudul Lunch Box: Surat yang Lezat yang dirilis pada tahun 2015 sebagai media promosi makanan halal di Korea. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dan kepustakaan. Melalui penelitian ini, citra Indonesia dari kacamata masyarakat Korea dapat diketahui. Tokoh utama dan pembantu perempuan serta makanan Indonesia menjadi representasi dari Indonesia dalam web drama ini. Dari penelitian ini, dapat ditemukan citra-citra Indonesia yang dicerminkan lewat representasi tokoh wanita dan makanan Indonesia. Citra itu juga dapat ditemukan lewat pemilihan unsur intrinsik dalam latar dan plot dari web drama ini. Citra-citra Indonesia tersebut adalah Islam, sulit didekati, memiliki posisi di bawah dengan Korea, dan ramah. Citra Indonesia lain yang juga dicerminkan lewat tokoh-tokoh wanita Indonesia, yaitu muslim, berpendidikan, mandiri, sulit untuk didekati, bebas, peduli terhadap teman, dan terlalu sayang terhadap anak sehingga menimbulkan kekhawatiran berlebih. Dari temuan-temuan ini, dapat disimpulkan bahwa melalui representasi-representasi Indonesia dalam web drama Lunch Box: Surat yang Lezat, terdapat citra-citra yang Korea miliki terhadap Indonesia.
Kata kunci: citra; representasi; kajian intrinsik; web drama.
Representation and Image of Indonesia in Web Drama
“Lunch Box: Surat yang Lezat”
Abstract
This research discusses representation and images of Indonesia as it appears in Korean web drama entitled Lunch Box: Surat yang Lezat that has been released in 2015 as a promotional media for halal foods in Korea. A descriptive and literary method was used in this research. Through this research, the images of Indonesia in Koreans can be known. The main character, supporting characters and Indonesian foods are the representations of Indonesia in this web drama. The images of Indonesia are reflected through the representation of Indonesian women character and Indonesian foods. These images can also be seen through intrinsics in background and plot of this web drama. The images of Indonesia are Moslem, difficult to approach, have a lower ranking than Korea, and hospitable. The other images of Indonesia that can be seen through Indonesian women characters are Moslem, educated, independent, difficult to approach, free, caring about their friend, and have a great worry about their children. Through these findings can be concluded that representations of Indonesia in web drama Lunch Box: Surat yang Lezat reflected images of Indonesia that Koreans have for Indonesia.
Keywords: images; intrinsic; representation; web drama.
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
3
Pendahuluan
Drama merupakan “gelombang” pertama dari Hallyu yang menyebar ke seluruh dunia.
Fenomena ini ini telah publik dunia menolehkan pandangannya mereka ke Korea Selatan.1
Gelombang ini diawali dengan masuknya berbagai drama televisi Korea ke Tiongkok. Chung
(2011) mengatakan stasiun televisi Tiongkok sudah mulai menayangkan drama Korea pada
tahun 1997. Selain Tiongkok, Jepang juga mulai menayangkan drama Korea di akhir tahun
1990-an dengan drama berjudul “Winter Sonata.” Drama Korea menerima banyak kesuksesan
di Tiongkok. Chua (2004) dan Heo (2002) mengatakan karena kesuksesannya di Tiongkok,
kepopuleran dari drama Korea meningkat hingga dapat menembus negara yang memiliki
komunitas Tiongkok seperti Mongolia, Malaysia, dan Singapura lalu masuk ke negara-negara
di Asia Tenggara (dalam Ju, 2010).
Dewasa ini, para pecinta drama Korea mulai memanfaatkan media, seperti ponsel pintar,
untuk menikmati drama favorit mereka. Chung (2011) mengatakan internet telah mengubah
cara masyarakat membaca, berpikir, dan membagi ide mereka. Orang-orang mulai lebih
memilih untuk menonton televisi melalui perangkat seperti ponsel pintar dan tablet komputer.
Dikombinasikan dengan pertumbuhan cepat layanan daring video seperti YouTube, Hulu, dan
Netflix membuat televisi tradisional tergantikan oleh internet. Hal tersebut membawa
perubahan dalam industri drama Korea.
Tergantikannya televisi tradisional dengan internet telah mendorong munculnya drama
internet. Carter (2007) menjelaskan bahwa drama daring (atau biasa disebut Drama Internet
atau Web drama) adalah sebuah fiksi yang spesifik dibuat untuk ditonton di internet.
Kemunculan dari web drama diawali dengan video blog amatir YouTube seperti “Emokid201”
dan “Lonelygirl15” yang muncul pada tahun 2006. Video blog amatir tersebut membentuk
drama kontemporer seperti “KateModern” pada tahun 2007 yang berhasil meraup sekitar 25
juta penonton (dikutip dari Creeber, 2011).
Lee (dalam Kim, 2012) mengatakan bahwa warganet telah mendorong munculnya
drama internet yang disesuaikan dengan selera mereka. Kil (2016) mengemukakan bahwa
popularitas dari drama internet telah meningkat pesat di Korea. Kil mengatakan jumlah
produksi web drama meningkat dan menyentuh angka 67 web drama Korea yang telah
diproduksi pada tahun 2015. Web drama Korea yang pertama memperoleh perhatian besar
berjudul “The Cravings” dari Kirin Production yang diproduksi pada tahun 2013. Web drama
1 Selanjutnya disebut sebagai Korea.
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
4
dengan enam episode tersebut telah ditonton oleh dua juta orang pada situs NaverTV Cast.
Hal tersebut memicu kepesatan produksi web drama di Korea. CEO Kirin Production, Park
Kwang-su dalam wawancaranya bersama Kil mengatakan bahwa web drama sampai saat ini
belum memiliki model pendapatan yang pasti sehingga banyak web drama diproduksi sebagai
media promosi (Kil, 2016).
Web drama “Lunch Box: Surat yang Lezat” adalah salah satu web drama Korea yang
dibuat sebagai media untuk promosi. Web drama ini diproduksi sebagai media promosi untuk
makanan halal di Korea. Web drama ini yang bertujuan untuk mempromosikan makanan halal
di Korea ini mengambil pemeran utama wanita seorang Indonesia bernama Amelia Tantono
yang berperan sebagai Yulia. Selain karakter Indonesia, makanan Indonesia juga digunakan
sebagai representasi dari makanan halal di dalam web drama ini. Melalui hal tersebut,
representasi dan citra Indonesia di mata Korea dapat ditemukan. Hal itu juga dapat menjadi
salah satu cerminan bagaimana orang Korea secara umum memandang Indonesia, baik dari
segi budaya maupun masyarakatnya.
Melalui latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian untuk menganalisis
representasi dan citra mengenai Indonesia yang ditampilkan dalam web drama “Lunch Box:
Surat yang Lezat.” Dalam menganalisis web drama ini, penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif. Metode deskriptif tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data
saja, melainkan juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut (Soejono dan
Abdurrahman, 2005). Selain metode penelitian deskriptif, penulis juga menggunakan metode
kepustakaan untuk mencari teori-teori yang dapat dijadikan landasan bagi penelitian ini.
Tinjauan Teoritis
Representasi adalah sebuah hal yang tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Stuart Hall
(Hall, Evans, Nixon, 2013) mengatakan bahasa bekerja sebagai sistem representasi.
Representasi dalam bahasa Korea diterjemahankan sebagai �� (myosa) yang memiliki arti
mengekspresikan suatu target, objek, fenomena, dan sebagainya dengan deskripsi
menggunakan bahasa atau gambar (DESK ���� “DESK gugosajeon”, 1999). Dalam
pengertian tersebut, salah satu bentuk representasi adalah deskripsi menggunakan bahasa.
Representasi melalui bahasa merupakan proses pusat dari pembentukan makna
menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol. Tanda-tanda dan simbol-simbol yang
digunakan dalam bahasa dapat berbentuk suara, kata yang tertulis, gambar yang diproduksi
secara elektrik, not-not music, dan bahkan dapat berupa objek (Hall, 1997). Pendapat tersebut
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
5
menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya sesuatu yang diucapkan maupun dituliskan manusia
saja, melainkan dapat berupa bentuk lain seperti yang disebutkan di atas.
Representasi juga merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari budaya. Hall (Hall,
Evans, Nixon, 2013) mengatakan kata budaya dapat dideskripsikan sebagai ‘nilai bersama’
dari suatu kelompok atau masyarakat. Du Gay dan kawan-kawan (1997) mengatakan manusia
dapat membentuk budaya makna bersama dan hal ini membangun dunia sosial yang ditinggali
secara bersama-sama (dalam Hall, Evans, Nixon, 2013). Hall kemudian mengatakan
partisipasi dari manusia dalam suatu budaya adalah asal makna dari orang, objek, dan
kejadian muncul. Manusia memberikan makna kepada hal-hal tersebut melalui bagaimana
kita merepresentasikan mereka.
Hall (1997) mengatakan terdapat dua proses atau dua sistem representasi. Proses
pertama adalah segala objek, orang, dan kejadian (hal-hal) berkorelasi dengan seperangkat
konsep atau dapat disebut sebagai representasi mental yang dibawa dalam kepala manusia.
Dalam proses kedua, bergantung kepada pembentukan peta konsep yang ada dalam pikiran
manusia menjadi tanda-tanda, kemudian tanda-tanda tersebut diorganisir menjadi bahasa yang
mewakili atau merepresentasi konsep-konsep tersebut. Hubungan antara ‘hal-hal’, konsep,
dan tanda-tanda merupakan pusat dari pembentukkan makna dalam bahasa. Proses yang
menghubungkan ketiga unsur ini disebut sebagai representasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat
dalam bagan 1 di bawah ini.
Bagan 1. Sistem Representasi
Sumber: Hall (1997)
Dalam representasi yang Hall (1997, hlm 24) tawarkan, terdapat tiga pendekatan untuk
menjelaskan bagaimana suatu representasi makna dapat terjadi melalui bahasa. Pendekatan
pertama disebut sebagai pendekatan reflektif. Dalam pendekatan ini, makna dianggap sebagai
sesuatu yang bersemayam dalam objek, orang, ide, maupun kejadian di dunia nyata. Bahasa
dalam pendekatan ini berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan makna sebenarnya di
RepresentasiMental:
Konsep-konsepdariobjek,orangdankejadianyangada
dalampikiranmanusia
PembentukkankeBahasa:
konsep-konsepyangadadiberikantanda-tandakemudiandiubahkedalam
bahasa
Representasi
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
6
dunia nyata. Pendekatan kedua adalah pendekatan intensional. Pendekatan ini berpegang
bahwa pembicara atau penulis yang menentukan makna unik mereka terhadap dunia melalui
bahasa. Kata-kata di sini memiliki arti yang telah ditentukan oleh penulisnya. Pendekatan
terakhir mengakui bahwa baik suatu hal maupun seseorang dapat menetapkan suatu makna
dalam bahasa. Dalam pendekatan ini, manusia membentuk makna menggunakan sistem
representasi dengan konsep dan tanda-tanda. Pendekatan terakhir dikenal sebagai pendekatan
konstruktif (Hall, Evans, Nixon, 2013). Dalam penelitian ini, penulis akan berfokus pada
pendekatan yang terakhir. Bagan 2. Pendekatan-Pendekatan dalam Representasi
Sumber: Hall, dalam Hall, Evans, Nixon (2013)
Kalantzis dan Cope (2012) mengatakan citra adalah kemiripan visual, persamaan dari
beberapa hal, ide, atau perasaan. Mitchell (1984) dalam New Literary History mengatakan
citra pada masa ini dianggap sebagai semacam tanda. Tanda ini menyediakan jendela yang
tembus pandang ke dunia. Citra dianggap sebagai suatu tanda yang menyajikan penampilan
yang menipu dari kealamian dan penyembunyian yang transparan dari sebuah keburukan,
pembelokan, mekanisme banding sebuah representasi dan proses pembingungan secara
ideologi.
Mitchell melanjutkan (1984) jika citra adalah keluarga, akan menjadi mungkin untuk
membuat sebuah pengartian dari silsilah citra. Hal ini dapat dilakukan jika kita melihat pada
tempat-tempat citra dibedakan satu sama lain dan dari sekat-sekat perbedaan diskursus
institusional mereka. Dengan begitu kita dapat membuat pohon keluarga citra seperti berikut
ini:
PendekatanRepresentasi
PendekatanReflek7f:Maknasuatuobjek,orang,ide,atau
kejadianmerupakancerminankenyataan
PendekatanIntensional:Suatumaknasudahditentukansecaraunikolehpembicaraataupenulisnya
PendekatanKonstruk7f:Maknadibentukolehmanusia
menggunakansistemrepresentasidengankonsepdantanda-tanda
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
7
Bagan 3. Pohon Keluarga Citra
Sumber: Mitchell (1984)
Yoo (2008) mengatakan bahwa citra dari suatu negara adalah pengaplikasian dari
konsep citra di dalam suatu negara. Hall (1986) mengatakan bahwa citra dari suatu negara
dapat dikatakan sebagai kepercayaan umum suatu masyarakat terhadap suatu negara termasuk
ke dalamnya citra mengenai masyarakat dalam negara tersebut (dikutip dari Yoo, 2008). Citra
negara bukan hanya mengenai negara tersebut secara umum, melainkan juga meliputi aspek
masyarakat dari negara tersebut. Dari pernyataan Hall tersebut, manusia dari suatu negara
juga dapat merepresentasikan citra dari negara tempat dia tinggal. Citra-citra yang dimiliki
manusia maupun masyarakat dari suatu negara dapat juga dikatakan sebagai citra dari negara
tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teori dari citra persepsi. Cope
(Kalantzis dan Cope, 2012) mengatakan bahwa perceptual image atau citra persepsi
menurutnya adalah citra yang dapat dilihat oleh indera mata manusia. Cope membandingkan
citra persepsi dan citra mental untuk lebih memperjelas penjelasannya mengenai citra persepsi.
Citra mental adalah citra yang muncul melalui pikiran manusia dengan memanggil kembali
memori-memori dari suatu hal atau kejadian. Citra mental menurut Cope dilihat manusia oleh
“mata” yang ada di pikiran masing-masing individu dan dapat berbeda satu sama lain dalam
penggambarannya. Citra persepsi di sisi lain merupakan citra yang dilihat indera mata yang
manusia miliki. Citra ini akan dilihat sama oleh orang lain karena benda atau hal yang dilihat
akan sama oleh setiap individunya.
Tabel 1. Perbandingan Citra Persepsi dan Citra Mental
Citra Persepsi Citra Mental Melihat hal menggunakan mata fisik yang berada di tubuh manusia
Membayangkan sesuatu dengan mata yang berada dalam pikiran manusia
Menemukan makna dalam suatu adegan Membuat makna dalam pikiran Perhatian yang selektif, melihat beberapa askpek dalam adegan yang aktual
Hanya bisa melihat apa yang dipanggil kembali oleh mata dalam pikiran
Terjadi sekarang Memori dari masa lalu
Perhatian yang fokus kepada objek masa kini Perhatian yang fokus kepada objek yang tidak terlihat
Tindakan mental dari pengakuan Tindakan mental dari mengingat dan
Citra
Grafisgambar,patung,
desain
Op7kcermin,proyeksi
Persepsidata,ragam,penampilan
Mentalmimpi,memori,ide,
fantasmata
Verbalmetafora,
deskripsi,tulisan
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
8
membayangkan Dunia nyata Imajinasi dan spekulasi Sumber: Kalantzis dan Cope (2012)
Sebuah fiksi atau cerita dapat terbangun berkat adanya unsur-unsur pembentuk di
dalamnya. Nurgiyantoro (2013) mengatakan bahwa terdapat dua jenis unsur pembangun fiksi
yang sudah dikenal sejak lama. Kedua unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Dalam sebuah pengkajian fiksi, kedua unsur ini akan banyak disebut oleh peneliti
sebuah fiksi.
Nurgiyantoro (2013) kemudian memberikan suatu definisi mengenai unsur intrinsik.
Nurgiyantoro mengatakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur ini secara nyata akan dijumpai oleh penikmat sebuah fiksi. Kepaduan
antarunsur ini membuat suatu fiksi atau cerita menjadi berwujud. Unsur-unsur seperti plot,
penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa merupakan bagian dari unsur
intrinsik.
Salah satu unsur penting dari suatu fiksi adalah penokohan. Tokoh dan penokohan
memiliki beberapa nama lain seperti watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi.
Meskipun memiliki nama yang berbeda, namun nama-nama tersebut memiliki pengertian
yang hampir sama. Tokoh merujuk kepada orang atau pelaku cerita. Abrams (1999)
mengatakan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu fiksi atau drama,
yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang
diekspresikan melalui ucapan atau perbuatannya. tokoh-tokoh dalam cerita dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis. Penulis dalam penelitian ini hanya akan menggunakan salah satu jenis
dari tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Nurgiyantoro mengatakan bahwa tokoh
utama adalah tokoh yang tergolong penting dan paling banyak diceritakan. Tokoh utama
berperan penting dalam menentukan perkembangan plot cerita. Tokoh tambahan adalah tokoh
dalam cerita yang hanya muncul beberapa kali. Kemunculan dari tokoh tambahan yang hanya
beberapa kali tersebut menyebabkan tokoh ini terkadang kurang mendapat perhatian (dalam
Nurgiyantoro, 2013).
Abrams (1999) mengatakan latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu
merujuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita (dalam Nurgiyantoro, 2013). Aziez dan
Hasim (2010) mengatakan bahwa latar berkaitan dengan elemen-elemen yang memberikan
kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun waktu. Latar dapat diciptakan dari
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
9
tempat dan waktu yang imajiner maupun faktual. Latar dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu
tempat, waktu, dan sosial-budaya (Nurgiyantoro, 2013).
Stanton (1965) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian yang terjadi hanya dihubungkan secara sebab akibat. Sejalan dengan
Stanton, Kenny (1966) mengatakan plot adalah peristiwa-peristiwa tidak sederhana karena
pengarang suatu cerita menyusun peristiwa-peristiwa dalam cerita berdasarkan kaitan sebab
akibat (dalam Nurgiyantoro, 2013). Dalam Aziez dan Hasim (2010), dijelaskan empat hal
yang dilakukan pengarang untuk mempertahankan minat baca pembaca. Hal ini dapat
dijadikan pembeda antara plot dan cerita. Empat hal tersebut, yaitu pilihan peristiwa yang
dirangkai berdasarkan waktu; peristiwa yang menarik; peristiwa yang mengarah kepada
peristiwa menarik lain; dan peristiwa yang memiliki alasan dan akibat. Keempat hal tersebut
merupakan pedoman yang dapat membantu dalam membedakan cerita dan plot.
Sinopsis, Latar, dan Plot Web Drama “Lunch Box: Surat yang Lezat”
Yong adalah seorang lelaki Korea yang bekerja membantu di restoran penyedia makan
siang milik ayahnya. Pada suatu kesempatan saat mengantarkan pesanan makan siang di salah
satu universitas Korea, Yong membuat makan siang khusus untuk wanita Indonesia yang
disukainya, Yulia. Yulia merupakan mahasiswa di universitas tersebut. Saat Yulia memasuki
ruangan, Yong memberikan makan siang khusus yang telah dibuatnya, namun ditolak Yulia
yang ternyata membawa makan siang yang dia masak sendiri. Yong merasa kecewa dan
bertanya-tanya mengapa Yulia menolak makan siang khusus dan lezat buatannya.
Saat menjalankan permintaan ayahnya untuk membeli bahan masakan di pasar, Yong
melihat Yulia sedang membayar bahan masakan di dalam sebuah mini market. Setelah Yulia
keluar dari mini market tersebut, Yong masuk ke dalam mini market dan bertanya kepada
penjaga mini market yang melayani Yulia sebelumnya mengenai apa yang telah dibeli Yulia
tadi. Dari penjaga tersebut, Yong akhirnya mengetahui bahwa Yulia membeli bahan masakan
halal. Yong meminta semua bahan masakan halal dan membelinya. Sesampainya di toko
milik ayahnya, Yong mencari tahu informasi mengenai apa itu halal. Setelah memperoleh
informasi tersebut, Yong mencoba kembali membuatkan makan siang khusus untuk Yulia
dengan menggunakan bahan masakan halal yang dibelinya. Keesokan harinya, Yong diam-
diam meletakkan makan siang yang telah dibuatkannya untuk Yulia ke dalam loker Yulia di
kampus. Tanpa mengetahui apapun, Yulia mengambil makanan tersebut.
Yulia dengan bersemangat memberitahu ibunya tentang bekal makan siang yang
diletakkan di loker miliknya. Namun, ibu Yulia melarang Yulia memakan makan siang
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
10
tersebut. Walaupun Yulia telah meyakinkan ibunya bahwa makan siang yang dia temukan di
lokernya itu merupakan makanan halal, ibu Yulia tetap tidak memperbolehkannya memakan
makanan tersebut. Keesokan harinya, Yong melihat bahwa bekal makan siang yang dia
berikan kemarin tidak disentuh sama sekali oleh Yulia. Yong membawa bekal makan siang
tersebut dan meminta ayahnya untuk mencicipi bekal yang dibuatnya dan meminta nasihat
mengenai apa yang harus dia lakukan.
Yong dibantu oleh ayahnya terus mencoba memasak untuk Yulia dan tetap meletakkan
bekal makan siang secara diam-diam di loker Yulia. Selain ayahnya, Yong juga mendapatkan
dukungan moril dari penjaga mini market yang biasa melayani Yulia. Pertemuannya yang
sering dengan Yulia membuat kasir laki-laki ini tahu beberapa bahan masakan untuk
membuat makanan Indonesia.
Pada suatu hari, Yulia melihat Yong sedang memasukkan bekal makan siang di
lokernya. Keesokan harinya, Yulia pergi ke lokernya saat Yong sedang meletakkan bekal
makan siang di lokernya. Yulia tidak marah kepada Yong dan malah mengajak Yong untuk
memakan bekal makan siang itu bersama. Di saat sedang menyantap bekal makan siang
bersama, Yulia meminta Yong untuk tidak memberikan bekal makan siang lagi untuk dia.
Yulia memberitahukan hal ini kepada temannya. Teman Yulia tersebut menduga bahwa
Yong hanya penasaran dengan Yulia, namun Yulia tampak sedih dengan caranya menolak
makanan pemberian Yong. Teman Yulia melihat bahwa Yulia juga memiliki perasaan khusus
untuk Yong. Menyadari hal tersebut, teman Yulia mengingatkan Yulia bahwa dia ada di
semester terakhir dan akan segera pulang ke Indonesia seusai studinya selesai. Meskipun
demikian, Yulia masih terlihat sedih dengan perbuatannya mendorong Yong menjauh darinya.
Di sisi lain, Yong sudah mulai menyerah untuk mengejar Yulia. Melihat anaknya yang
mengeluh dan tidak bersemangat, ayah Yong menasihati Yong untuk tidak mudah menyerah
jika keinginannya tidak berjalan sesuai rencana. Yong bangkit dan memulai rencananya untuk
membuatkan makanan istimewa untuk Yulia. Yong juga mendapat saran dari penjaga mini
market dalam melakukan hal ini. Yong bekerja keras sampai malam pada kesempatan kali ini.
Keesokan harinya, saat Yulia dan temannya sedang menaruh barang-barang mereka di
loker, Yulia menemukan sepucuk surat yang mengatakan bahwa ada makanan-makanan
istimewa yang telah disiapkan di salah satu ruangan di universitas Yulia. Saat masuk ke
ruangan tersebut, Yulia melihat bahwa sedang ada pesta kecil-kecilan. Dalam pesta yang
didatangi oleh beberapa mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Korea tersebut telah disediakan
berbagai makanan Indonesia dan Korea yang dapat dinikmati oleh mahasiswa-mahasiswa
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
11
yang datang ke pesta tersebut. Akhirnya, Yulia dan Yong bertemu di pesta kecil tersebut dan
mereka saling melemparkan senyum.
Web drama ini memiliki beberapa latar tempat yang dipilih sebagai penyokong jalannya
cerita. Latar-latar tempat yang muncul dalam web drama ini meliputi universitas, mini market,
dan restoran ayah Yong. Pemilihan latar tempat dalam web drama ini memiliki beberapa
maksud dan tujuan sebagai penyampai pesan. Melalui pemilihan latar universitas, dapat
dilihat bahwa penulis cerita web drama ingin menunjukkan sosok wanita Indonesia yang
berpendidikan. Sosok berpendidikan dari wanita Indonesia ini secara jelas dapat ditangkap
dengan posisi Yulia sebagai mahasiswa di universitas tersebut. Latar tempat kedua adalah
mini market dalam pasar tradisional Korea. Latar mini market ini memiliki pesan bahwa
Korea merupakan negara yang terbuka dan bersahabat dengan menyediakan bahan makanan
halal yang dibutuhkan oleh orang-orang muslim, termasuk muslim Indonesia untuk
dikonsumsi. Terakhir adalah restoran milik ayah Yong. Restoran menjadi latar tempat yang
penting yang mengikat jalinan cerita kedua tokoh utama, yaitu Yulia dan Yong.
Tahun 2000-an adalah latar waktu dari web drama ini. Dapat dilihat bahwa banyak
teknologi masa kini yang dimunculkan dalam web drama ini. Teknologi-teknologi tersebut
meliputi ponsel, video call yang dilakukan oleh Yulia, pengunaan laptop, dan mesin kasir
yang modern. Berbagai teknologi tersebut merupakan perkembangan dari teknologi modern
yang banyak digunakan pada masa kini. Edwards (2014) melalui situs PC World form IDG
mengatakan bahwa teknologi video call mulai populer sejak pertengahan 2000-an dan terus
berkembang sejak saat itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Lunch Box: Surat
yang Lezat” menggunakan tahun 2000-an sebagai latar waktunya.
Latar terakhir yang terdapat dalam web drama ini adalah latar sosial-budaya. Budaya
Korea merupakan salah satu latar sosial-budaya dari web drama ini. Budaya Korea terlihat
dalam cara berkomunikasi dan cara memasak. Budaya Korea memang mengenal bentuk
akrab, formal, dan sopan dalam berkomunikasi. Hal ini tercermin dalam dialog-dialog yang
terjadi dalam web drama ini.
Teman klub Yulia 1: 무슨 일이 있어? (Museun iri isseo?) Yulia: 우리 엄마가 걱정이 좀 많으시잖아. (Uri eommaga geokjongi jom manheusijanha.) Yong: 저, 이걸 드세요. (Jeo, igeol deuseyo.) Yulia: 괜찮아요 (Gwaenchanayo.)(sambil menunjukkan bekal yang dibawanya). 먹자!(Meokja!) Terjemahan bebas Teman Klub Yulia 1: Ada apa? Yulia: Biasa, ibu aku sangat mengkhawatirkan aku. Yong: Permisi, silakan makan ini. Yulia: Oh, tidak usah (sambil menunjukkan bekal yang dibawanya). Yuk makan!
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
12
(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 1, menit 03:37-03:49) Dari dialog di atas terlihat penggunaan bentuk akrab, formal, dan sopan yang biasa
digunakan dalam bahasa Korea. Bentuk akrab dapat dilihat dari percakapan antar teman klub
Yulia 1 dan Yulia. Tidak ada penggunaan akhiran penunjuk bentuk formal dalam percakapan
mereka yang menunjukkan bahwa mereka akrab satu sama lain. Bentuk formal dari dialog di
atas dapat dilihat pada percakapan Yong dan Yulia. Mereka menggunakan akhiran formal
berupa “-요” (-yo) karena kedua tokoh ini belum memiliki hubungan dekat. Bentuk terakhir
berupa bentuk sopan dapat ditemukan dalam jawaban Yulia terhadap pertanyaan temannya.
Yulia menggunakan kata “많으시다” (manheusida) yang merupakan bentuk sopan dari kata
“많다” (manhda) ditambah akhiran “-시-” (-si-) saat merujuk kepada ibunya sebagai bentuk
kesopanan saat merujuk kepada orang tuanya. Kedekatan antara Yulia dan teman Koreanya
dengan penggunaan bentuk akrab saat berkomukasi memperlihatkan citra Indonesia yang
dapat beradaptasi di negara yang memiliki budaya yang berbeda dengan budayanya.
Plot merupakan alur cerita yang memiliki hubungan sebab-akibat. Terdapat empat plot
dari web drama ini, yaitu Yong yang mendapat penolakan dari Yulia mengetahui bahwa Yulia
hanya memakan makanan halal, Yong berusaha membuatkan Yulia bekal makan siang yang
halal dan meletakkan makanan tersebut secara diam-diam ke dalam loker Yulia, Yulia
meminta Yong untuk berhenti memberinya bekal makan siang kepadanya, dan Yong yang
kembali mencoba meluluhkan hati Yulia dengan membuat pesta kecil yang diikuti oleh
mahasiswa Korea dan mahasiswa Indonesia. Melalui plot ini, terlihat bahwa Yong harus
melakukan banyak usaha untuk mendapatkan hati Yulia. Hal tersebut memunculkan citra
wanita Indonesia yang pada awalnya sulit didekati karena membutuhkan banyak waktu dan
tenaga untuk mendapatkan hati seorang wanita Indonesia.
Tokoh dan Penokohan Wanita Indonesia sebagai Representasi Citra Indonesia
Yulia merupakan nama dari tokoh utama wanita dalam web drama ini. Yulia
ditampilkan sebagai seorang wanita Indonesia. Keberadaan Yulia di Korea adalah untuk
melanjutkan studinya di salah satu universitas Korea. Dalam drama ini, karakter Yulia
ditampilkan sebagai seorang muslim. Yulia juga terlihat merupakan wanita yang aktif di
kampusnya karena tergabung dalam satu klub universitas meskipun tidak ada penjelasan
mengenai klub apa yang diikutinya.
Dalam web drama ini, Yulia merupakan wanita yang Yong, tokoh utama pria, suka.
Yulia ditampilkan sebagai seorang muslim. Jati diri muslim Yulia dapat dilihat melalui
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
13
dialognya bersama tokoh lain dan melalui tindakan yang dilakukannya. Jati diri muslim Yulia
dapat dilihat dalam kutipan dialog di bawah ini,
Yulia: Iya mah, iya. He eh, tenang aja aku rajin salat kok. Iya, he eh ya udah nanti ketemu lagi, ya! Dah!
(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 1, menit 03:22 sampai 03:35) Dalam potongan dialog di atas, Yulia memberikan pernyataan kepada ibunya melalui telepon
bahwa dia rajin salat selama di Korea. Salat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
setiap muslim. Dalam bahasa Indonesia, kata salat sudah melekat dengan citra seorang
muslim. Oleh karena itu, pernyataan Yulia yang mengatakan bahwa dia rajin salat merupakan
salah satu bukti jati diri Yulia sebagai seorang muslim.
Sebagai seorang muslim, Yulia juga sangat memperhatikan makanan yang dimakannya.
Yulia selalu memastikan bahwa makanan yang dimakannya adalah halal. Untuk melakukan
hal tersebut, Yulia memasak makan siangnya sendiri. Yulia juga berusaha menjaga jaraknya
saat sedang berdua dengan Yong. Hal tersebut dilakukan Yulia karena dalam Islam, pria dan
wanita yang bukan mahram tidak diperbolehkan bersentuhan.
Gambar 1. Makan Siang yang Yulia Siapkan sendiri dan Yulia Menjaga Jarak Duduknya dengan Yong
Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 1 dan 2 menit 04:01 dan
06:56
Yulia juga digambarkan sebagai seorang wanita yang mandiri. Kemandirian Yulia dapat
dilihat dari dari penokohannya sebagai mahasiswa di salah satu universitas Korea.
Kemandirian ini ditampilkan lewat Yulia yang melanjutkan studinya di Korea seorang diri
tanpa ditemani oleh keluarganya. Yulia juga ditampilkan dapat mengurus dirinya sendiri
dengan membeli bahan masakan dan memasak bahan tersebut sendiri. Saat membeli bahan
makanan yang akan dimasaknya, Yulia juga terlihat pergi seorang diri tanpa ditemani oleh
temannya.
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
14
Gambar 2. Yulia Membeli Bahan Masakannya Sendiri
Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 1 menit 05:26
Penokohan terakhir dari tokoh Yulia adalah penurut. Yulia digambarkan merupakan
orang yang sangat menuruti perkataan ibunya. Saat Yulia memberitahukan mengenai makan
siang yang diberikan seseorang secara diam-diam ke dalam lokernya. Ibu Yulia
menasihatinya untuk tidak memakan hal tersebut karena tidak jelas asal-usulnya meskipun
Yulia memberitahukan ibunya bahwa makan tersebut memiliki stiker halal di tutupnya.
Meskipun demikian, ibu Yulia tetap sangsi dan melarang Yulia untuk memakan makan siang
tersebut. Yulia menuruti larangan ibunya tersebut. Meskipun kemudian Yulia mengetahui
bahwa Yong yang meletakkan makan siang ke dalam lokernya, Yulia tetap meminta Yong
untuk berhenti memberikan makan siang kepadanya. Hal-hal tersebut merupakan bukti bahwa
Yulia merupakan seseorang yang penurut.
Selain tokoh Yulia, terdapat dua tokoh wanita Indonesia yang ditampilkan dalam web
drama ini. Tokoh ini muncul sebagai tokoh tambahan yang membantu jalannya cerita. Tokoh
tambahan pertama adalah teman Yulia. Tokoh teman Yulia memiliki beberapa persamaan
penokohan dengan tokoh Yulia. Penokohan yang sama antara Yulia dan teman Yulia adalah
muslim dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Korea.
Gambar 3. Teman Yulia yang Berhijab
Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 3 menit 04:21
Berbeda dengan Yulia yang diketahui sebagai seorang muslim melalui dialog dan
perilakunya, jati diri muslim dari teman Yulia dapat dilihat dari bagaimana dia berpakaian.
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
15
Teman Yulia digambarkan sebagai wanita muslim yang berhijab dan selalu menggunakan
pakaian yang panjang dan longgar. Penggunaan hijab sangat identik dengan citra seorang
muslimah, sehingga melalui penampilan dari teman Yulia yang mengenakan hijab dapat
diketahui bahwa teman Yulia juga merupakan seorang muslim.
Teman Yulia juga ditampilkan sebagai seorang wanita Indonesia yang sedang
menempuh pendidikannya di universitas Korea. Dari dialognya bersama Yulia, dapat
diketahui bahwa Yulia dan temannya akan segera menyelesaikan studi mereka di Korea. Hal
tersebut terdapat dalam dialog berikut,
Teman Yulia: Yul, lu pas pulang ke Indonesia mau ngapain? Gua mau interview di perusahaan teman bokap gua, nih. Lu mau gua kenalin juga gak? Yulia: (diam sambil memandang sesuatu di dalam lokernya) Teman Yulia: Yul lo ngapain sih? Kok gua didiemin. Yul!
(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 3, menit 04:13 sampai 04:19)
Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa Yulia dan temannya akan segera menyelesaikan studi
mereka di Korea. Teman Yulia juga sudah memiliki rencananya setelah menyelesaikan
studinya di Korea, yaitu melakukan wawancara kerja di salah satu perusahaan milik teman
ayahnya. Melalui penokohan ini dapat dilihat bahwa wanita ditampilkan sebagai wanita yang
berpendidikan kemampuan mereka untuk melanjutkan studi di Korea.
Selain kedua penokohan di atas, teman Yulia memiliki satu penokohan yang berbeda
dengan Yulia. Teman Yulia dalam web drama ini ditampilkan sebagai seseorang yang sangat
peduli terhadap temannya. Kepedulian dari teman Yulia ditampilkan saat Yulia mengetahui
bahwa orang yang meletakkan makan siang secara diam-diam di dalam lokernya adalah Yong.
Teman Yulia melihat bahwa Yulia juga memiliki hati untuk Yong meskipun telah meminta
Yong untuk berhenti memberikannya makan siang. Menyadari hal tersebut, teman Yulia
mengingatkan Yulia bahwa dia akan studinya di Korea yang terdapat dalam dialog berikut,
Teman Yulia: Jadi gimana? Dia udah ngerti? Tuhkan gua bilang juga apa! Dia tuh cuma penasaran aja sama lo. Gak mungkinlah dia bisa dengan semudah itu membaur. Tunggu! Lo jangan-jangan juga suka sama dia? Yulia: (diam dan menunduk ke bawah) Teman Yulia: Gak bisa, Yul! Lo kan semester inikan selesai pulang ke Indonesia. Terus lo mau gimana sama dia?
(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 3, menit 00:48 sampai 01:09)
Dialog di atas merupakan bukti dari kepedulian teman Yulia terhadap Yulia. Dari dialog,
dapat dilihat bahwa teman Yulia mengkhawatirkan Yulia yang terlihat juga menyukai Yong.
Kekhawatiran itu didasarkan fakta bahwa Yulia akan kembali ke Indonesia setelah
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
16
menyelesaikan studinya di semester itu. Kepedulian teman Yulia terlihat saat dia mengatakan
“Terus lo mau gimana sama dia?”. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa teman Yulia
mengkhawatirkan masa depan hubungan Yulia dengan Yong jika memang mereka
melanjutkan hubungan mereka ke tingkat yang lebih serius. Melalui kutipan tersebut, teman
Yulia mengingatkan Yulia bahwa banyak hal yang harus dia pikirkan sebelum memutuskan
untuk melanjutkan hubungannya dengan Yong ke tingkat yang lebih serius.
Tokoh wanita Indonesia terakhir yang ditampilkan dalam web drama ini adalah tokoh
ibu Yulia. Tokoh ibu Yulia dalam web drama ini tidak ditampilkan secara fisik. Tokoh ibu
Yulia ditampilkan lewat dialognya Yulia. Dalam web drama ini, tokoh ibu Yulia ditampilkan
sebagai ibu yang dekat dan sangat sayang terhadap anaknya. Namun, rasa sayang yang
dimiliki ibu Yulia direpresentasikan dengan kekhawatiran yang berlebihan terhadap anaknya.
Kekhawatiran ibu Yulia dapat dilihat melalui dialog berikut,
Yulia: Mah mah mah, lihat deh. Aku dapat hadiah ini gitu dari nggak tahu siapa sih, cuma kayaknya enak, ya? Lihat deh! Ibu Yulia: Lia, sebentar! Siapa yang buatkan nggak tahu. Apa boleh dimakan? Yulia: Nih, lihat tuh lihat. Ada tulisan halalnya, kan? Kayaknya gak papa deh dimakan. Lagian juga ini kan hadiah dari orang. Ibu Yulia: Memangnya semua hadiah baik? Kamu mau buat mama selalu khawatir? Jangan makan sembarangan, ya! Janji sama mama! Yulia: Iya ma, iya.
(Lunch Box: Surat yang Lezat, Episode 2, menit 01:00 sampai 01:29)
Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa ibu Yulia sangat mengkhawatirkan mengenai makanan
yang Yulia temukan di dalam lokernya. Kekhawatiran ibu Yulia dalam dialog di atas terlihat
agak berlebihan. Ibu Yulia bahkan juga meminta Yulia berjanji untuk tidak memakan
makanan sembarangan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai bentuk kedekatan dan rasa sayang
ibu Yulia terhadap Yulia agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada Yulia.
Dialog di atas juga memperlihatkan jati diri ibu Yulia sebagai seorang muslim. Pada
awal dialog, ibu Yulia memperlihatkan keraguan dan kekhawatirannya terhadap keamanan
makanan yang ditemukan Yulia di dalam lokernya. Ibu Yulia dalam dialog tersebut terlihat
sangsi dengan makanan tersebut karena tidak diketahui siapa yang memasaknya. Ibu Yulia
juga mempertanyakan keamanan makanan tersebut dengan mengatakan “Apa boleh
dimakan?”. Melalui pertanyaan itu, ibu Yulia tidak hanya mengkhawatirkan keamanan,
namun juga mengkhawatirkan kehalalan dari makanan yang ditemukan Yulia. Yulia
mengetahui kekhawatiran ibunya mengenai kehalalan makanan tersebut dan mencoba
meyakinkan ibunya dengan mengatakan bahwa terdapat logo halal dalam makanan tersebut.
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
17
Namun, sebagai seorang ibu yang dekat dan sayang dengan anaknya, ibu Yulia melarang
Yulia memakan makanan tersebut demi kebaikan Yulia.
Tabel 2. Tokoh dan Penokohan Wanita Indonesia
Tokoh Penokohan Bukti
Yulia
Muslim
- Mengatakan kepada ibunya melalui telepon bahwa dia rajin melakukan salat.
- Menjaga agar makanan yang dimakannya adalah halal. - Menjaga jaraknya saat duduk berdua dengan Yong.
Mandiri - Melanjutkan studinya sebagai mahasiswa di salah satu
universitas Korea tanpa ditemani keluarga. - Dapat menyiapkan dan memasak makanannya sendiri.
Penurut
- Menuruti permintaan ibunya untuk tidak memakan makanan yang diletakkan secara diam-diam ke lokernya.
- Meminta Yong menghentikan pemberian makan siang kepadanya.
Teman Yulia
Muslim - Penampilan teman Yulia yang selalu mengenakan hijab dan berbaju panjang.
Berpendidikan - Merupakan mahasiswa di salah satu universitas Korea. - Akan menyelesaikan pendidikannya di Korea.
Peduli terhadap teman
- Mengingatkan Yulia yang terlihat juga menyukai Yong agar memikirkan kembali keputusannya sebelum melanjutkan hubungannya bersama Yong ke tingkat yang lebih serius.
Ibu Yulia
Dekat dan sayang terhadap anaknya (melalui kekhawatiran yang berlebihan)
- Melarang Yulia memakan makanan yang ditemukannya di dalam loker.
- Meragukan keamanan dan kehalalan makanan yang Yulia temukan
Muslim - Meragukan kehalalan makanan yang Yulia temukan meskipun terdapat logo halal dalam makanan tersebut.
Dari penokohan-penokohan tokoh-tokoh wanita Indonesia yang ditampilkan dalam web
drama ini, dapat diketahui beberapa citra dari wanita Indonesia di mata Korea. Citra pertama
adalah wanita Indonesia sebagai seorang muslim. Penokohan muslim terdapat dalam seluruh
tokoh wanita Indonesia dalam web drama ini. Penokohan seluruh wanita Indonesia sebagai
seorang muslim tidak terlepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan pemeluk
agama Islam terbesar di dunia. Melalui perbedaan penampilan antara Yulia dan temannya,
dapat dilihat bahwa Korea melihat wanita muslim Indonesia lebih memiliki dalam hal
berpenampilan. Hal itu dapat dilihat dari karakter Yulia yang tidak menggunakan hijab
meskipun dia adalah seorang muslim. Kebebasan ini juga ditampilkan melalui Yulia dan
temannya yang merupakan mahasiswa salah satu universitas di Korea. Hal tersebut
menunjukkan bahwa wanita Indonesia tidak hanya memiliki kebebasan dalam hal
berpenampilan, namun juga dalam menentukan arah masa depan mereka.
Tokoh Yulia dan temannya yang ditampilkan sebagai mahasiswa di salah satu
universitas di Korea juga menunjukkan citra wanita Indonesia yang berpendidikan. Citra
tersebut dapat dilihat melalui status kedua tokoh tersebut sebagai mahasiswa di Korea. Kedua
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
18
tokoh tersebut juga tidak hanya sedang melanjutkan studinya di Korea, namun juga akan
segera menyelesaikan studinya. Melalui hal tersebut, diperlihatkan bahwa wanita Indonesia
juga mampu menyelesaikan studi mereka di negara asing. Bukti-bukti tersebut
memperlihatkan citra wanita Indonesia yang berpendidikan.
Selain citra-citra di atas, wanita Indonesia juga dipandang sebagai seorang yang penurut
terhadap orang tua mereka. Citra itu dapat dilihat melalui penokohan Yulia yang sangat
mendengar perkataan ibunya. Lalu wanita Indonesia juga dipandang peduli terhadap
temannya. Hal tersebut terlihat melalui teman Yulia yang mengingatkan Yulia mengenai
hubungannya dengan Yong. Wanita Indonesia juga dipandang oleh Korea sebagai orang tua
yang dekat dengan anaknya. Meskipun demikian, kedekatan ini ditampilkan dengan
kekhawatiran berlebih ibu Yulia terhadap anaknya, Yulia. Kekhawatiran berlebih ini
menunjukkan bahwa ibu Yulia tidak ingin anakknya mengalami hal-hal yang buruk.
Representasi Makanan Indonesia
Wanita Indonesia bukan satu-satunya bentuk representasi dari Indonesia yang muncul
dalam web drama yang menjadi media promosi makanan halal di Korea ini. Terdapat satu
representasi lain dari Indonesia, yaitu makanan. Makanan merupakan fokus utama dari web
drama ini. Di sini, makanan Indonesia muncul sebagai representasi makanan halal.
Terpilihnya makanan Indonesia sebagai representasi makanan halal tidak terlepas dari fakta
bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Fakta
tersebut dapat disimpulkan menjadi salah satu alasan pemilihan makanan Indonesia sebagai
representasi makanan halal dalam web drama Korea ini.
Gambar 4. Makanan Indonesia sebagai Representasi Makanan Halal
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
19
Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 1 menit 06:42, 06:5, dan
06:58
Ketiga potongan adegan di atas merupakan bukti representasi makanan Indonesia
sebagai makanan halal. Pada gambar pertama, Yong berusaha mencari informasi mengenai
apa itu halal. Setelah itu, adegan berganti menjadi di dapur. Pada adegan ini, Yong terlihat
sedang melihat gambar-gambar makanan yang ada di depannya dan akan mencoba membuat
makanan-makanan tersebut. Makanan-makanan yang terdapat dalam gambar merupakan
makanan Indonesia. Pada gambar kedua terdapat gambar sate, bakso, soto, dan sambal.
Selanjutnya pada gambar ketiga terdapat gambar makanan Indonesia berupa nasi goreng dan
beberapa makanan Indonesia yang tidak dapat ditentukan jenisnya. Makanan halal yang
dipilih Yong untuk dimasaknya adalah makanan Indonesia sehingga makanan Indonesia di
sini merepresentasikan makanan halal yang akan diberikan Yong kepada Yulia.
Gambar 5. Makanan Indonesia yang Muncul dalam Web Drama Ini
Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 3 menit 05:00 dan 05:03
Selain melalui gambar, makanan-makanan Indonesia juga muncul dengan bentuk fisik
dalam web drama ini. Makanan-makanan ini muncul pada akhir episode ketiga dari web
drama ini. Dari gambar-gambar di atas, terlihat nasi goreng, sate, nasi dengan rendang, gado-
gado, kue lapis, dan batagor sebagai makanan Indonesia yang ditampilkan. Melalui gambar,
kepiawaian Yong sebagai koki kembali terlihat. Pengaturan meja terlihat apik dan terlihat
sangat Indonesia dengan sentuhan miniatur wayang golek yang diletakkannya di antara
piring-piring makanan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Yong tidak hanya sekedar
mengetahui makanan Indonesia saja, melainkan juga budaya yang terkait dengan Indonesia.
Dari keseluruhan makanan yang ditampilkan, mayoritas makanan tersebut
menggunakan kecap manis sebagai salah satu bahan pembuatnya. Kecap manis merupakan
bahan masakan yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, namun kecap manis merupakan
bahan masakan yang tidak dapat ditemukan di Korea. Kecap manis yang muncul melalui
makanan Indonesia berupa nasi goreng, sate, dan gado-gado ini menjadi salah satu bentuk dari
ciri khas Indonesia yang ditampilkan dalam adegan di atas. Rasa kecap Indonesia yang manis
akan dapat dirasakan dalam makanan-makanan tersebut. Melalui representasi makanan
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
20
Indonesia yang menggunakan kecap manis tersebut, terdapat kesan Indonesia yang “manis”,
yaitu ramah dan masyarakatnya yang murah senyum.
Gambar 6. Orang Indonesia dan orang Korea yang Akrab sambil Menyantap Makanan yang Disuguhkan
Sumber: YouTube K-Food Fair 2015, Lunch Box: Surat yang Lezat Episode 3 menit 04:51 dan 05:28
Rasa manis merupakan rasa yang dapat dirasakan dengan nikmat oleh semua orang.
Melalui representasi makanan berkecap manis ini, citra orang Indonesia yang ramah dan
mudah tersenyum tersampaikan. Citra ini didukung dengan keadaan pesta kecil yang
memperlihatkan keakraban antara orang Korea dan orang Indonesia. Pesta kecil ini juga
menjadi suatu representasi hubungan Indonesia dan Korea yang hangat dan akrab.
Kesimpulan
“Lunch Box: Surat yang Lezat” merupakan web drama Korea yang dibuat sebagai salah
satu media promosi makanan halal yang ada di Korea. Web drama ini memiliki beberapa
representasi Indonesia di dalamnya. Representasi Indonesia yang tedapat dalam web drama
ini dapat dilihat sebagai citra yang Korea miliki terhadap Indonesia. Representasi Indonesia
dalam web drama ini berupa tokoh wanita Indonesia dan makanan Indonesia. Selain dari
kedua representasi tersebut, unsur intrinsik berupa latar dan plot juga menunjukkan beberapa
citra mengenai Indonesia.
Melalui unsur intrinsik berupa latar, plot, dan penokohan dapat dilihat berbagai citra
Indonesia yang Korea miliki terhadap Indonesia. Latar universitas menampilkan suatu citra
mengenai wanita Indonesia yang berpendidikan karena Yulia dan temannya ditampilkan
sebagai seorang wanita Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Korea. Latar sosial-
budaya dalam web drama ini menunjukkan citra wanita Indonesia yang mampu beradaptasi di
lingkungan sosial yang berbeda dengan negaranya. Dalam unsur intrinsik berupa plot terdapat
citra wanita Indonesia yang sulit didekati. Hal tersebut terlihat dari usaha Yong untuk
mendapatkan hati Yulia.
Melalui tokoh dan penokohan dapat lihat berbagai citra yang Korea miliki terhadap
Indoensia. Citra pertama adalah wanita Indonesia sebagai seorang muslim yang terdapat
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
21
dalam seluruh penokohan tokoh wanita Indonesia dalam web drama ini. Wanita muslim yang
ditampilkan dalam web drama ini menunjukkan kebebasan muslim Indonesia dalam hal
penampilan dan pemilihan masa depan mereka. Tokoh Yulia dan temannya yang ditampilkan
sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Korea juga menunjukkan citra wanita
Indonesia yang berpendidikan. Selain citra-citra tersebut, wanita Indonesia juga memiliki citra
penurut terhadap perkataan orang tua, peduli terhadap teman, dan dekat dengan anaknya.
Makanan Indonesia dalam web drama ini merepresentasikan makanan yang halal. Citra
lain direpresentasikan lewat makanan Indonesia yang mayoritas mengandung bahan kecap
manis. Representasi tersebut merepresentasikan orang Indonesia yang ramah dan murah
senyum. Dari pengaturan meja yang terdapat minuatur wayang juga dapat dilihat bahwa tokoh
Yong tidak hanya mengenal makanan Indonesia saja, melainkan juga budaya Indonesia.
Saran
Penelitian mengenai citra Indonesia melalui karya sastra maupun konten budaya Korea
masih sedikit dilakukan. Penelitian terhadap citra Indonesia melalui kacamata Korea dapat
memberikan manfaat besar bagi penelitian mengenai citra Indonesia di dalam kesusastraan
asing. Selain itu, hasil penelitian mengenai citra dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan
untuk pengembangan hubungan kedua negara. Penelitian ini dapat menjadi pembuka berbagai
penelitian lain mengenai citra Indonesia yang terdapat dalam kesusastraan dan konten budaya
Korea maupun asing melalui genre film dan drama. Penelitian selanjutnya dapat mencoba
mencakup unsur-unsur Indonesia yang lebih luas, seperti tempat dan budaya, sebagai fokus
penelitian. Dengan mencoba mencakup unsur-unsur Indonesia yang lebih luas lagi,
pemahaman terhadap citra Indonesia melalui kesusastraan dan konten budaya Korea akan
dapat semakin terlihat dan jelas.
Daftar Pustaka
Korpus Data
Oh, Jephan, dir., Kang, Youngmo, prod., (2015). Lunch Box: Surat yang Lezat. Neezn,
diakses pada 12 Februari 2017.
https://www.youtube.com/channel/UCRfUDW46lvIvHFCgZWVeDnw/videos
Sumber Buku
Aziez, Furqonul, Hasim, Abdul. (2010). Menganalisa Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
22
Chung, Ah-Young. (2011). K-Drama: A New TV Genre with Globab Appeal. Seoul: Korean
Culture and Information Service dan Ministry of Cultur, Sports, and Tourism
Hall, Stuart. (1997). Representation: Cultural Representation and Signifying Practices.
London: Sage Publications dan The Open University
Hall, Stuart, Evans, Jessica, Nixon, Sean. (2013). Representation. London: Sage Publications
dan The Open University
Kalantzis, Mary, Cope, Bill. (2012). Literacies. Cambridge: Cambridge University Press
���. (1999). DESK ����. ��: �����. Kim, Min-su. (1999). “DESK
gugeosajeon”. Kamus Bahasa Korea DESK. Seoul: Geumseong Chulphansa.
���. (2012). ���, ��� ���. ��: ������. Kim, Hwan-pyo. (2012).
“Deurama, hangugeul malhada”. Drama, membicarakan Korea. Seoul: Inmulgwasasangsa.
Nurgiyantoro, Burhan. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Soejono & Abdurrahman, H. (2005). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan.
Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara.
���. (2008). �� ���: ��, ��,����. ��: ��������. Yoo, Jae-
ung. “Gukga imiji: iron, jeolyak, peurogeuraem”. Citra Negara: Teori, Strategi, Program.
Seoul: CommunicationBooks, Inc.
Jurnal, Tesis, dan Disertasi
Creeber, Glen. (2011). “It’s not TV, it’ online drama: The return of the intimate screen”.
International Journal of Cultural Studies, p. 591-606.
http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1367877911402589
Ju, Hyejung. (2010). Glocalization of the Korean Popular Culture in East Asia: Theorizing
the Korean Wave. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana University of Oklahoma:
Proquest.
https://search.proquest.com/docview/858609071/371128A1D0274CEDPQ/1?accountid=
17242
Mitchell, W. J. T. (1984). “What Is an Image?”. New Literary History, Vol. 15, p. 503-537.
https://www.jstor.org/stable/468718
Majalah
Kil, Sonia. (2016). “Web Series Spin Big Audiences”. Variety. 6 Oktober 2016, p. 36.
Internet
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018
23
Edwards, Benj. (2014) “History of Video Calls: From Fantasy to Flops to Facetime”. PC
World from IDG, diakses tanggal 17 Desember 2017.
https://www.pcworld.idg.com.au/slideshow/350404/history-video-calls-from-fantasy-
flops-facetime/
Representasi dan ..., Muhammad Fathurrohman, FIB UI, 2018