RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 BADAN PENGAWAS ... BAPPEBTI 2015-2019.pdf · melaksanakan...
Transcript of RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 BADAN PENGAWAS ... BAPPEBTI 2015-2019.pdf · melaksanakan...
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019
BADAN PENGAWAS
PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 3
1.1. Kondisi Umum .............................................................................................. 3
1.1.1. Kondisi Ekonomi Makro ................................................................................ 5
1.1.1.1. Kondisi Ekonomi Indonesia Menjelang Akhir Tahun 2014 ............................ 5
1.1.1.2. Prospek Ekonomi Indonesia Tahun 2015-2019 .............................................. 7
1.1.1.3. Kebutuhan Investasi Dan Sumber Pembiayaan ............................................... 8
1.1.2. Industri Perdagangang Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar
Lelang Komoditas .........................................................................................10
1.1.2.1. Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) ......................................................10
1.1.2.2. Sistem Resi Gudang (SRG) ...........................................................................14
1.1.2.3. Pasar Lelang Komoditas (PLK).....................................................................17
1.2. Potensi dan Permasalahan .............................................................................18
1.2.1. Potensi Internal - Kekuatan (Strengths) .........................................................18
1.2.2. Permasalahan Internal - Kelemahan (Weakness) ...........................................21
1.2.3. Potensi Eksternal - Peluang (Opportunities) .................................................23
1.2.4. Permasalahan Eksternal - Tantangan (Threats) ..............................................26
BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ........................................................29
2.1 Visi dan Misi Pemerintah RI .........................................................................29
2.1.1. Visi Kementerian Perdagangan .....................................................................29
2.1.2. Misi Kementerian Perdagangan ....................................................................29
2.1.3. Tujuan Kementerian Perdagangan .................................................................29
2.2 Tujuan dan Sasaran Strategis Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI) .................................................................................30
2.2.1. Tujuan Bappebti ...........................................................................................30
2.2.2. Sasaran Strategis Bappebti ............................................................................30
2.3 Sasaran Program (outcome) dan Sasaran Kegiatan (Output) ..........................32
2.4 Indikator dan Target Kinerja .........................................................................33
2.4.1 Sasaran Kegiatan Sekretariat Bappebti ..........................................................33
2.4.2 Sasaran Kegiatan Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik Bappebti.......34
2.4.3 Sasaran Kegiatan Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan
Pasar Lelang Komoditas Bappebti.................................................................34
2.4.4 Sasaran Kegiatan Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan
Bappebti .......................................................................................................35
2.4.5 Sasaran Kegiatan Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti .........35
BAB III ARAH KEBIJAKAN, SRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN .................................................................36
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan ................................36
3.1.1. Arah Kebijakan Dan Strategi Nasional ..........................................................36
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 2
3.1.2. Prioritas Nasional Perdagangan Dalam Negeri ..............................................36
3.2.3. Arah Kebijakan Dan Strategi Kementerian Perdagangan ...............................37
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (BAPPEBTI) .................................................................................38
3.2.1 Arah Kebijakan .............................................................................................38
3.2.2 Strategi .........................................................................................................39
3.3 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi ...........................................................41
BAB IV KERANGKA PENDANAAN .....................................................................45
4.1 Kerangka Pendanaan .....................................................................................45
BAB V PENUTUP ....................................................................................................49
LAMPIRAN
- Matriks Kinerja dan Pendanaan Bappebti
- Matriks Kerangka Regulasi
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Kondisi Umum
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana yang
dilakukan oleh seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu keadaan
menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel, dengan
tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat
secara berkelanjutan. Upaya sistematis dan terencana tadi tentu berisi
langkah-langkah strategis, taktis dan praktis, karena masing-masing negara
memiliki kedaulatan, sumber daya andalan dan tantangan yang berbeda.
Bagi bangsa Indonesia, tujuan pembangunan nasional secara khusus telah
digariskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk:
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Jika tujuan yang dimandatkan oleh Konstitusi ini
disarikan, maka akan tampak bahwa mandat yang diberikan Negara kepada
para pemangku kepentingan, khususnya penyelenggara negara dan
pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), adalah untuk
memuliakan manusia dan kehidupan bermasyarakat mulai dari lingkup
terkecil hingga ke lingkup dunia.
Agar cita-cita yang mulia tersebut dapat tercapai, maka diperlukan
perencanaan pembangunan yang lebih baik dengan penetapan tahapan-
tahapan prioritas yang akan dicapai untuk masing-masing program
pembangunan, yang bertolak dari sejarah, karakter sumber daya yang kita
miliki dan tantangan yang sedang dihadapi. Hingga saat ini, maka dipandang
perlu adanya tahapan pembangunan jangka panjang, jangka menengah,
maupun tahunan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional NKRI.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 4
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
adalah tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17
Tahun 2007. Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007
tentang RPJP tadi, RPJMN 2015-2019, disusun sebagai penjabaran dari Visi,
Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan
Muhammad Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan Teknokratik yang
telah disusun Bappenas dan berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJMN
2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi
Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan
nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan
RPJPN 2005–2025.
RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan
jangka menengah (RPJM) dengan rumusan arahan prioritas kebijakan, yang
dapat dilihat pada Gambar 1.
GAMBAR 1 TAHAPAN PEMBANGUNAN DAN ARAHAN KEBIJAKAN RPJPN 2005-2025
Sumber : Buku I RPJMN hal 2-3
Sesuai dengan tahapan tersebut, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015-
2019) diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh
di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 5
kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan
sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus
meningkat.
1.1.1. Kondisi Ekonomi Makro
Kondisi ekonomi makro dalam periode 2015-2019 disusun berdasarkan
kondisi umum perekonomian Indonesia, masalah yang masih harus
diselesaikan, tantangan yang harus dihadapi, serta tujuan yang ingin
dicapai dalam periode lima tahun mendatang untuk mewujudkan
negara Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari dalam
ekonomi, serta berkepribadian dalam kebudayaan. Kondisi ekonomi
makro meliputi sasaran dan kebijakan yang terkait dengan
pertumbuhan ekonomi, stabilitas ekonomi yang tercermin dalam
stabilitas moneter, fiskal dan neraca pembayaran, serta kebutuhan
investasi untuk mendorong pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
Bab ini dibagi dalam tiga pokok bahasan, yaitu (i) kondisi ekonomi
menjelang akhir tahun 2014 (ii) prospek dan sasaran pokok ekonomi
tahun 2015-2019; serta (iii) kebutuhan investasi dan sumber
pembiayaan.
1.1.1.1. Kondisi Ekonomi Indonesia Menjelang Akhir Tahun
2014
Perekonomian Indonesia mengalami banyak tekanan negatif
sepanjang 2013 sebagai akibat pelambatan pertumbuhan
ekonomi kawasan dan faktor Tappering yang menarik aliran
investasi keluar Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan
revolusi shale gas di USA yang menekan harga barang
komoditas sehingga ekspor Indonesia mengalami pelemahan.
Faktor-faktor pelemahan pada awal tahun 2014 diimbangi oleh
beberapa faktor pendorong, seperti pemilu yang akan menjadi
katalis positif konsumsi dalam negeri, produktivitas industri,
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 6
tenaga kerja serta membawa harapan baru bagi investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
Kondisi ini semakin didorong dengan adanya stimulus konsumsi
dalam negeri dari kenaikan angka UMR dan wacana subsidi BBM
yang tetap. Disamping itu sektor transportasi dan pariwisata
turut menyumbangkan nilai positif yang diikuti dengan kenaikan
nilai suku bunga sehingga aliran modal kembali masuk kedalam
negeri.
Kondisi perekonomian Indonesia secara makro disajikan pada
Tabel 1.
TABEL 1. GAMBARAN EKONOMI MAKRO INDONESIA TAHUN 2010 - 2014
INDIKATOR REALISASI PERKIRAAN
2014 2010 2011 2012 2013
Perkiraan Besaran-besaran Pokok
Pertumbuhan PDB (%) 6,2 6,5 6,3 5,8 5,1
PDB per kapita (ribu Rp) 27.029 30.659 33.531 36.508 43.403
Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%)
5,1 5,4 4,3 8,4 8,4
Nilai Tukar Nominal (Rp/US$) 8.991 9.068 9.670 12.189 11.900
Neraca Pembayaran
Transaksi Berjalan/PDB (%) 0,7 0,2 -2,8 -3,8 -3,0
Pertumbuhan Ekspor Nonmigas (%)
30,7 25,7 -6,0 -2,1 -1,0
Pertumbuhan Impor Nonmigas (%)
38,9 24,8 9,3 -3,6 -1,0
Cadangan Devisa (US$ miliar) 96,2 110,1 112,8 99,4 112,4
Keuangan Negara
Keseimbangan Primer APBN / PDB (%)
0,6 0,1 -0,6 -1,1 -0,7
Surplus/Defisit APBN/PDB (%) -0,7 -1,1 -1,9 -2,3 -2,0
Penerimaan Pajak / PDB (%) 11,3 11,8 11,9 11,9 11,5
Stok Utang Pemerintah / PDB (%)
26,2 24,4 24,0 26,1 23,9
Utang Luar Negeri 9,6 8,4 7,5 7,8 6,2
Utang Dalam Negeri 16,6 16,0 16,5 18,3 17,7
Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan
Tingkat Pengangguran 7,4 6,8 6,2 5,8 5,9
Tingkat Kemiskinan 13,33 12,49 11,46 11,37 10,96*) *) Tingkat Kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada bulan November 2014
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 7
1.1.1.2. Prospek Ekonomi Indonesia Tahun 2015-2019
Dalam periode tahun 2015-2019, untuk mewujudkan ekonomi
yang lebih mandiri dan mendorong bangsa Indonesia ke arah
yang lebih maju dan sejahtera, diperlukan pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi. Untuk itu, perlu diupayakan
langkah-langkah yang sungguh-sungguh dalam mendorong
investasi, ekspor, konsumsi, maupun pengeluaran pemerintah.
Untuk mewujudkan perekonomian yang lebih mandiri, industri-
industri (berdasarkan PDB dengan tahun dasar 2010, sebutan
sektor diubah menjadi industri) strategis ekonomi domestik
akan lebih digiatkan dengan prioritas pada kedaulatan pangan,
kemaritiman, kedaulataan energi serta upaya untuk mendorong
industri pengolahan dan pariwisata. Langkah-langkah tersebut
akan didukung dengan upaya perwujudan kedaulatan keuangan
yang ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang efektif.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga akan disertai upaya-
upaya perluasan dan keberpihakan kesempatan kerja kepada
kelompok kurang mampu yang pada akhirnya dapat mengurangi
tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan. Transformasi
ekonomi melalui industrialisasi yang berkelanjutan ini menjadi
kunci keberhasilan pembangunan nasional. Kesemuanya ini
digambarkan dalam prospek ekonomi 2015-2019 yang
diperkirakan akan dapat tercapai dengan asumsi: (1)
perekonomian dunia terus mengalami pemulihan; (2) tidak ada
gejolak dan krisis ekonomi dunia baru yang terjadi pada periode
tahun 2015-2019; serta (3) berbagai kebijakan yang telah
ditetapkan dalam agenda pembangunan dapat terlaksana.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 8
1.1.1.3. Kebutuhan Investasi Dan Sumber Pembiayaan
Untuk mencapai sasaran pertumbuhan yang telah ditetapkan
kebutuhan investasi selama lima tahun sebesar Rp. 26.557,9
triliun (harga berlaku) atau meningkat dengan rata-rata 14,8
persen per tahun. Peranan investasi masyarakat meningkat dari
29,2 persen PNB pada tahun 2015 menjadi 31,0 persen PNB
pada tahun 2019, sedangkan peranan investasi pemerintah
pusat dan daerah diproyeksikan meningkat sebesar rata-rata 5,4
persen pada periode yang sama. Dengan demikian, jumlah
investasi pemerintah pusat dan daerah pada tahun 2015-2019
diperkirakan akan mencapai Rp. 4.023,8 triliun.
Pembiayaan kebutuhan investasi tersebut dibiayai terutama dari
tabungan dalam negeri, baik yang bersumber dari tabungan
pemerintah maupun dari tabungan masyarakat. Dari sisi
pembiayaan, institusi keuangan untuk membiayai investasi
masyarakat dikategorikan sebagai berikut: (i) peran perbankan
akan meningkat dari 6,4 persen PNB pada tahun 2015 menjadi
8,8 persen PNB pada tahun 2019, sejalan dengan upaya BI untuk
meningkatkan likuiditas ke masyarakat untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi; (ii) peran luar negeri selama lima tahun
meningkat menjadi 5,6 persen PNB tahun 2019, sejalan dengan
masuknya aliran modal; (iii) peran saham akan naik dari 0,6
persen PNB pada tahun 2015 menjadi 1,2 persen PNB pada
tahun 2019, peran obligasi akan naik dari 3,7 persen PNB pada
tahun 2015 hingga mencapai 5,0 persen PNB pada tahun 2019;
dan (iv) peran dana internal perusahaan (returned earning)
dalam berinvestasi akan semakin berkurang, yaitu dari 13,2
persen PNB pada tahun 2015 hingga menjadi 10,5 persen PNB
pada tahun 2019 karena peran lembaga keuangan yang semakin
baik.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 9
Tabel 2. Sasaran Ekonomi Nasional
Perkiraan 2014
Proyeksi Jangka Menengah
2015 2016 2017 2018 2019
Perkiraan Besaran-besaran Pokok
Pertumbuhan PDB(%) *) 5,1 5,8 6,6 7,1 7,5 8,0
PDB per kapita (ribu Rp) *) 43.403 47.804 52.686 58.489 64.721 72.217
Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%)
8,4 5,0 4,0 4,0 3,5 3,5
Nilai Tukar Nominal (Rp/US$)
11.900 12.200 12.150 12.100 12.050 12.000
Neraca Pembayaran
Pertumbuhan Ekspor Nonmigas (%)
-1,0 8,0 9,9 11,9 13,7 14,3
Pertumbuhan Impor Nonmigas (%)
-1,0 6,1 7,1 10,2 11,7 12,3
Cadangan Devisa (US$ miliar)
112,4 119,9 129,7 136,8 145,2 156,3
Keuangan Negara **)
Keseimbangan Primer APBN/PDB (%)
-0,7 -0,6 -0,5 -0,4 -0,3 0,0
Surplus/Defisit APBN/PDB (%)
-2,0 -1,9 -1,8 -1,6 -1,4 -1,0
Penerimaan Pajak/PDB (%) 11,5 13,2 14,2 14,6 15,2 16,0
Stok Utang Pemerintah/PDB (%)
23,9 26,7 23,3 22,3 21,1 19,3
Utang Luar Negeri 6,2 5,3 4,8 4,2 3,8 3,3 Utang Dalam Negeri 17,7 18,7 18,6 18,2 17,7 16,7
Pengangguran dan Kemiskinan (%)
Tingkat Pengangguran 5,9 5,5-5,8 5,2-5,5 5,0-5,3 4,6-5,1 4,0-5,0
Tingkat Kemiskinan 10,96***) 9,5-10,5 9,0-10,0 8,5-9,5 7,5-8,5 7,0-8,0 *)Berdasarkan PDB tahun dasar 2010 **) Tahun 2015 menggunakan Angka RAPBN-P 2015, penerimaan pajak tahun 2016-2019 termasuk pajak daerah sebesar 1 persen PDB ***)Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan Nopember 2014.
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang sangat
strategis untuk memberikan kontribusinya terhadap pencapaian
sasaran pembangunan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu,
Kementerian Perdagangan harus dapat menjabarkan seluruh
program dan kegiatannya selama periode 2015 - 2019 yang
tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Perdagangan. Penyusunan Renstra ini merupakan landasan bagi
peningkatan pembangunan sektor perdagangan melalui
penetapan arah pembangunan dalam jangka pendek dan
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 10
menengah, yaitu menuju peningkatan daya saing dan
kemakmuran masyarakat Indonesia yang berkeadilan.
Dilihat dari aspek perdagangan, terdapat beberapa ciri sistem
perdagangan yang mampu mempertinggi daya saing, yaitu:
1. Sistem perdagangan yang tangguh dalam arti mampu
menghadapi berbagai perubahan dan tuntutan
perkembangan ekonomi;
2. Sistem perdagangan yang efisien ditandai dengan setiap
tambahan biaya pemasaran disertai peningkatan nilai
tambah produk yang lebih memuaskan konsumen dan
memberi imbalan memadai bagi produsen;
3. Sistem perdagangan yang transparan dengan mekanisme
pembentukan harga dan sistem transaksi yang terjadi dapat
diketahui secara terbuka;
4. Sistem perdagangan yang kompatibel dengan berbagai
institusi (pasar) dan sistem perdagangan yang berlaku di
dunia, sekaligus kompatibel dan mampu memanfaatkan
berbagai instrumen perdagangan yang tersedia.
Kementerian Perdagangan melalui salah satu unit Eselon I yaitu
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti)
telah menjalankan beberapa sistem perdagangan yang mampu
mempertinggi daya saing melalui 3 (tiga) bidang kegiatan, yakni
Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang
(SRG) dan Pasar Lelang Komoditi (PLK).
1.1.2. Industri Perdagangang Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan
Pasar Lelang Komoditas
1.1.2.1. Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK)
Perdagangan Berjangka Komoditi berdasarkan UU RI No 10
tahun 2011 tentang perubahan atas UU No 32 tahun 1997
tentang Perdagangan Berjangka Komoditi dan peraturan
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 11
pelaksanaannya yang secara resmi diselenggarakan di Indonesia
bertepatan dengan peresmian PT. Bursa Berjangka Jakarta
(PT.BBJ) pada tanggal 15 Desember 2000. Perkembangan PBK
selama 5 (lima) tahun terakhir (tahun 2011 - 2015) mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan Jumlah
Pialang Berjangka, Jumlah Sertifikat Pendaftaran Pedagang
Berjangka, Pedagang Penyelenggara SPA, Wakil Pialang
Berjangka, Volume Transaksi dan Nilai Kontrak PBK.
Pada tahun 2011, Jumlah Pialang Berjangka tercatat sebanyak
60 perusahaan, meningkat menjadi 62 perusahaan pada tahun
2012, bertambah lagi menjadi 67 perusahaan pada tahun 2013
dan menjadi 70 perusahaan pada tahun 2014 dan 2015. Sampai
dengan bulan September Tahun 2015, dari 70 perusahaan
Pialang Berjangka terdapat 3 perusahaan yang dibekukan.
Jumlah Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka pada tahun
2011 sebanyak 36 perusahaan, kemudian pada tahun 2012
bertambah menjadi 53 perusahaan. Selanjutnya pada tahun
2013 menjadi 81 perusahaan. Pada tahun 2014, Jumlah
Sertifikat Pendaftaran Pedagang Berjangka menjadi 92
perusahaan dan terus bertambah sehingga sampai dengan
bulan September 2015 menjadi 113 perusahaan. Sedangkan
untuk jumlah Pedagang Penyelenggara SPA di sepanjang periode
2011-2015 mengalami peningkatan sehingga sampai dengan
bulan September 2015 jumlah pedagang penyelenggara SPA
sebanyak 19 Perusahaan dimana 3 perusahaan diantaranya
tidak aktif bertransaksi (Non Operasional).
Untuk jumlah Wakil Pialang Berjangka tidak banyak mengalami
peningkatan karena jumlah Izin Wakil Pialang Berjangka yang
diterbitkan tidak juh berbeda dengan jumlah izin wakil pialang
Berjangka yang dicabut. Jumlah izin wakil pialang berjangka
yang diterbitkan Bappebti adalah sebanyak 655 orang pada
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 12
tahun 2011, 707 orang pada tahun 2012, 523 orang pada tahun
2013 dan 330 orang pada tahun 2014. Sedangkan pada tahun
2015, sampai dengan September 2015 jumlah penerbitan izin
wakil pialang berjangka sebanyak 220 orang sehingga jumlah
wakil pialang berjangka sampai dengan bulan September 2015
sebesar 2.467 orang dimana 52 orang diantaranya dibekukan
izinnya.
Dalam usaha pengembangan PBK, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh Bappebti, diantaranya sebagai berikut :
(1) Peluncuran Bursa Timah Indonesia
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 32/M-DAG/PER/6/2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78/M-
DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Ekspor Timah, maka
pada tanggal 30 Agustus 2013 dilakukan Peluncuran Bursa
Timah Indonesia. Peluncuran tersebut dibuka secara resmi
oleh Bapak Menteri Perdagangan Republik Indonesia dan
dihadiri oleh para pejabat dari Kementerian Perdagangan
dan Kementerian terkait serta para pelaku usaha timah.
Bursa Timah Indonesia diharapkan dapat menjadi acuan
harga timah internasional dan mengoptimalkan kontribusi
pendapatan negara.
(2) Peluncuran Pasar Fisik Karet Terorganisir di Bursa Berjangka
Jakarta
Dalam rangka terwujudnya Indonesia sebagai penentu
harga karet dunia di masa mendatang, perlu dilakukan
langkah-langkah strategis oleh pemerintah yaitu dengan
melakukan konsolidasi dengan stakeholder komoditi karet
dan pembentukan bursa komoditi dalam negeri. Terkait
dengan konsolidasi, seluruh stakeholders (pemerintah,
pengusaha, petani, penambang, institusi keuangan,
pengelola gudang, dan lain-lain) harus mempunyai tujuan
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 13
yang sama, dan pemerintah sebagai fasilitator para
stakeholders akan menciptakan iklim yang kondusif untuk
membangun kepentingan bersama sesuai kepentingan
nasional. Terkait dengan pembentukan bursa komoditi
dalam negeri, pemerintah mengambil langkah antara lain
memanfaatkan Bursa Komoditi Indonesia sebagai tempat
sarana untuk pembentukan harga komoditi, menetapkan
mekanisme perdagangan komoditi. Pada akhir tahun 2013,
diselenggarakan perdagangan fisik karet untuk karet bokar
asalan melalui Bursa Berjangka Jakarta. Dengan transaksi
perdana pada tanggal 18 Desember 2013 di Balikpapan
sebanyak 1 lot (5000 kg) pada harga Rp. 13.500.
(3) Peluncuran Pasar Fisik Batubara Online
Pada tanggal 1 Juli 2014 telah dilakukan peluncuran pasar
fisik batu bara online yang dilakukan oleh Bappebti bersama
dengan Bursa Berjangka Jakarta serta PT Bukit Asam Tbk.
Dengan adanya Pasar Fisik Batubara Online diharapkan
menambah referensi harga yang sudah ada, karena
dianggap sebagai komoditas energi yang semakin penting di
tengah kenaikan harga minyak bumi. Kualitas batu bara
yang diperdagangkan di pasar fisik batu bara terorganisir ini
adalah batu bara yang memiliki calorific value minimal
5.500 kkal/kg air dried base (adb) atau setara dengan 4.550
kkal/kg as received (ar) dengan satuan lot, yaitu satu lot
sama dengan satu ton. Pada peluncuran perdana ini
dilakukan pemasangan penawaran lelang oleh PTBA sebagai
penjual sebanyak 75.000 ton kepada para pembeli untuk
lelang pada tanggal 21 Agustus 2014.
Jadi, jumlah kelembagaan dalam Perdagangan Berjangka
Komoditi sampai dengan Juni 2015 adalah sebagai berikut :
1. 2 Bursa Berjangka,
2. 2 Lembaga Kliring Berjangka,
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 14
3. 7 Bank Penyimpan Margin,
4. 70 Pialang Berjangka (1 non operasional & 5
dibekukan),
5. 2.346 Wakil Pialang Berjangka,
6. 94 Pedagang Berjangka,
7. 59 Peserta SPA (1 Non Operasional & 1 dibekukan),
8. 17 Penyelenggara SPA,
9. 2 Pialang PALN,
10. 254 Penetapan Kantor Cabang Pialang Berjangka.
1.1.2.2. Sistem Resi Gudang (SRG)
Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 2006 (diperbaharui
dengan UU No. 9 Tahun 2011) tentang Sistem Resi Gudang
(SRG) bahwa Resi Gudang (RG) adalah dokumen bukti
kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang
diterbitkan oleh pengelola gudang. RG tersebut saat ini sudah
dapat dijadikan sebagai agunan di bank, sehingga membantu
para petani dan UKM dalam memperoleh pembiayaan dari
bank.
Lembaga-lembaga dalam Sistem Resi Gudang meliputi :
Pengelola Gudang, Pusat Registrasi, Lembaga Penilaian
Kesesuaian, Asuransi, Petani/Pemilik Komoditas, Bank/Kreditur,
Lembaga Keuangan Nonbank, dan Pedagang berjangka sebagai
penerbit Derivatif Resi Gudang. Jumlah lembaga dalam SRG
terus meningkat seiring dengan perkembangan SRG dari tahun
ke tahun. Selama tahun 2015 sampai dengan bulan April ini,
terdapat tambahan kelembagaan dalam SRG sebagai berikut : 2
LPK Uji Mutu Komoditi yaitu UPT. PSMB - LT Jember dan UB
Jastasma Perum BULOG, serta 5 Gudang SRG yaitu PT. PERTANI
(Persero), Gudang Kudus (Jekulo) – Jawa Tengah, PT. Bhanda
Ghara Reksa (Persero), Gudang Langkat – Sumut, PT. Food
Station Tjipinang Jaya, Gudang Bogor - Jawa Barat, PT. Bhanda
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 15
Ghara Reksa (Persero), Gudang Tulang Bawang – Lampung, dan
PT. Pertani (Persero), Gudang Banyuwangi - Jawa Timur.
Sehingga, jumlah kelembagaan dalam Sistem Resi Gudang
sampai dengan Juni 2015 adalah sebagai berikut :
1. Gudang : 100 persetujuan
2. Pengelola Gudang : 15 persetujuan
3. LPK Inspeksi Gudang : 3 persetujuan
4. LPK Manajemen Mutu : 2 persetujuan
5. LPK Uji Mutu Komoditi : 28 persetujuan
6. Pusat Registrasi : 1 persetujuan
Total : 149 persetujuan
Jumlah resi gudang yang telah diterbitkan sejak tahun 2008
sampai dengan 8 Mei 2015 adalah sebanyak 1.925 resi dengan
volume komoditi yang diresigudangkan sebanyak 74.148.550 kg
dan nilai transaksi komoditi Rp. 378.975.619.181,00 sedangkan
jumlah resi gudang yang diagunkan untuk pembiayaan di bank
adalah sebanyak 1.643 resi dengan nilai komoditi Rp.
236.203.253.013,00.
TABEL 3. PERKEMBANGAN BARANG YANG DAPAT DISIMPAN DI GUDANG DALAM PENYELENGGARAAN SISTEM RESI GUDANG
No Tahun 2007 – 2011
(Permendag No. 26/M_DAG/PER/6/2007)
Tahun 2011 – 2013 (Permendag No.
37/M_DAG/PER/11/2011)
Tahun 2013 (Permendag No.
08/M_DAG/PER/02/2013)
1 Gabah Gabah Gabah
2 Beras Beras Beras
3 Jagung Jagung Jagung
4 Kopi Kopi Kopi
5 Kakao Kakao Kakao
6 Lada Lada Lada
7 Karet Karet Karet
8 Rumput Laut Rumput Laut Rumput Laut
9 - Rotan Rotan
10 - - Garam
Berdasarkan rekap transaksi per komoditi, terdapat 5 (lima)
komoditi SRG yang paling sering ditransaksikan yaitu Gabah,
Beras, Jagung, Kopi, dan Rumput Laut. Berikut terlampir data
rekap transaksi per komoditi tersebut:
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 16
Tabel 4. Rekap Transaksi per komoditi Tahun 2008 – 2015 *)
Komoditi
TOTAL TRANSAKSI KOMODITI TAHUN 2008 - 2015
Jumlah Resi
Volume (Ton) Nilai (Rp) Pembiayaan (Rp)
Gabah 1.776 65.683,80 330.881.043.300 204.434.240.230
Beras 103 5.417,72 39.370.229.000 24.396.655.300
Jagung 68 4.670,15 15.088.761.194 9.082.258.300
Kopi 18 77,49 4.003.874.187 2.076.401.063
Rumput Laut 12 420,00 3.474.000.000 1.090.600.000
Total 1.977 76.269,16 392.817.907.681 241.080.154.893
*) Data per 30 Juni 2015
Tabel 5. Perkembangan Transaksi Resi Gudang
Tahun Jumlah
Resi % *) Volume (ton) % *) Nilai Barang % *)
2008 16 508,83 Rp. 1.431.616.200
2009 13 -19% 214,11 -58% Rp . 552.962.240 -61%
2010 57 338%
2.299,94 974% Rp. 8.678.733.500 1469%
2011 271 375%
8.895,62 287% Rp. 40.067.723.608 362%
2012 379 40% 18.144,16 104% Rp. 93.183.187.979 133%
2013 532 40% 20.796,23 15% Rp. 108.948.556.100 17%
2014 605 14% 21.649,27 4% Rp. 116.514.319.200 9%
2015*) 105 3.805,26 Rp. 23.583.200.854
TOTAL 1978 76.313,41 Rp 392.960.371.681
TABEL 6. PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN DALAM SISTEM RESI GUDANG
Tahun Jumlah Resi % *) Nilai Pembiayaan
(Rp) % *)
2008 6 313.900.000
2009 5 83% 136.800.000 44%
2010 35 600% 4.216.023.850 2982%
2011 218 523% 24.049.719.530 470%
2012 334 53% 58.653.918.633 144%
2013 446 34% 66.993.206.000 14%
2014 559 25% 75.795.102.000 13%
2015*) 67
10.920.884.880
TOTAL 1670 Rp 241.079.554.893
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 17
Terkait pengembangan SRG, Pembangunan Gudang SRG dimulai
dengan Program Stimulus Fiskal pada tahun 2009. Alokasi
Anggaran Program Stimulus Fiskal Pembangunan Gudang SRG
sebesar Rp. 120 milyar yang dialokasikan untuk membangun 41
gudang (35 gudang flat dan 6 silo) yang tersebar di 10 propinsi
untuk 34 kabupaten/kota. Selanjutnya program pembangunan
Gudang SRG dilanjutkan dengan dana APBN-P Tahun 2010 di 10
propinsi untuk 11 kabupaten. Selanjutnya pada tahun 2011,
2012, 2013 dan 2014 melalui Dana Alokasi Khusus telah
dibangun gudang SRG sebanyak 68 buah di 68 kabupaten dan 47
propinsi. Sehingga sejak tahun 2009 sampai dengan bulan Juni
2015 telah dibangun 117 gudang SRG dan 6 silo yang tersebar di
45 propinsi dan 110 kabupaten di seluruh Indonesia.
1.1.2.3. Pasar Lelang Komoditas (PLK)
Salah satu cara untuk mendukung percepatan pertumbuhan
ekonomi di bidang perdagangan agro, maka perlu diupayakan
iklim usaha yang mendukung terciptanya efisiensi perdagangan
agro melalui Pasar Lelang Komoditi (PLK). Melalui PLK akan
tercipta pembentukan harga yang transparan, memperpendek
mata rantai pemasaran, mendorong peningkatan mutu dan
produksi, serta mempertemukan secara langsung antara penjual
dan pembeli, dimana pada akhirnya akan dapat meningkatkan
posisi rebut tawar petani. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir (2009 – 2014) kegiatan PLK mengalami fluktuasi terkait
perkembangannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
penyelenggara, jumlah lelang, jumlah penjual dan jumlah
pembeli dalam kegiatan PLK yaitu dari 21 penyelenggara pada
tahun 2009 menjadi 13 penyelenggara pada tahun 2014.
Jumlah lelang bertambah dari 97 kali pada tahun 2009 menjadi
131 kali pada tahun 2014. Jumlah penjual bertambah dari 2.047
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 18
orang pada tahun 2009 menjadi 3.771 orang pada tahun 2014,
selanjutnya pada tahun 2009 jumlah pembeli bertambah
menjadi 509 orang menjadi 1.500 orang pada tahun 2014.
Jumlah penyelenggara PLK mengalami penurunan yang
disebabkan adanya kebijakan revitalisasi Pasar Lelang Komoditi,
yaitu swastanisasi kegiatan Pasar Lelang Komoditi.
Perkembangan nilai transaksi di PLK dalam kurun waktu yang
sama dapat dilihat dari nilai transaksi setiap tahunnya yang
cenderung berfluktuasi yaitu Rp 1.686 milyar (tahun 2010),
menurun menjadi Rp. 1.217 milyar (tahun 2011), kemudian
menurun menjadi Rp. 825 milyar (tahun 2012), lalu meningkat
menjadi Rp. 1.069 milyar (tahun 2013), kemudian menurun
menjadi Rp. 725 milyar (tahun 2014) dan pada tahun 2015
(sampai dengan Juni 2015) transaksi PLK tercatat sebesar Rp.
128 milyar.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sampai dengan tahun 2019,
terdapat sejumlah potensi baik di internal (kekuatan) maupun di lingkungan
eksternal (peluang) Kementerian Perdagangan yang dapat mempengaruhi
kinerja perdagangan. Permasalahan dalam pencapaian sasaran juga berasal
dari internal (kelemahan) maupun eksternal (tantangan), secara garis besar
sebagai berikut:
1.2.1. Potensi Internal - Kekuatan (Strengths)
(1) Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi payung hukum bagi Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi dalam menjalankan tugas dan
fungsi pokoknya, berupa produk-produk hukum di bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar
Lelang Komoditas sebagai berikut:
(a) UU No. 10/2011 tentang berdagangan berjangka komoditi.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 19
(b) Peraturan Pemerintah (PP) No. 9/1999 tentang
Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi.
(c) PP No. 10/1999 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi.
(d) UU No.9 Tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang.
(e) Keputusan Presiden (Kepres) No. 119/2001 tentang
komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka.
(f) UU No. 7 tahun 2014 tentang perdagangan.
(g) Surat Keputusan Menperindag No. 650/2005 tentang
penyelenggaraan pasar lelang forward komoditi agro.
(2) Perkembangan struktur organisasi Bappebti
Perubahan struktur yang diusulkan pada renstra kementerian
dapat menjadi kekuatan bappebti dalam tata kelola perdagangan
komoditi, dimana perubahan struktur organisasi Bappebti
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pembinaan, pengaturan,
pengawasan dan pengembangan bidang PBK, SRG dan PLK yang
menjadi tugas pokok dan fungsi unit kerja Bappebti.
Perubahan struktur akan menciptakan suasana kerja yang lebih
profesional serta kondusif dan memperkecil terjadinya tumpang
tindih didalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi setiap unit
kerja. Kondisi tersebut mendorong setiap individu dalam lingkup
Bappebti dapat bekerja lebih fokus sesuai dengan bidang tugasnya
sehingga memberikan kinerja yang lebih optimal.
(3) Kualitas Sumber Daya Manusia
Berikut adalah karakteristik kepegawaian yang dimiliki oleh
Bappebti.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 20
a. Menurut Pangkat/Golongan
b. Menurut Pendidikan
No Pendidikan SET RORUNDAK ROWASPABERFI RONABANGSAR
ROBINWAS
SRG DAN PLK
TOTAL
1. S3 - - - - - -
2. S2 15 7 9 8 8 46
3. S1 19 13 12 14 12 71
4. D3 5 - - 1 - 6
5. SLTA 3 - - - - 3
6. SLTP 2 - - - - 2
7. SD 1 - - 1 - 2 Jumlah 45 20 21 24 20 130
c. Menurut Jenis Kelamin
No Jenis
Kelamin SET RORUNDAK ROWASPABERFI RONABANGSAR
ROBINWAS
SRG DAN PLK
TOTAL
1. Laki-Laki 22 12 13 13 10 70
2. Perempuan 23 8 8 11 10 30
Jumlah 45 20 21 24 20 130
d. Menurut Jabatan
NO JABATAN JUMLAH PEGAWAI
1. Eselon I 1
2. Eselon II 5
3. Eselon III 16
4. Eselon IV 36
5. Fungsional 0
6. Staf 72
Jumlah 130
e. Penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) Bappebti sejumlah 49 orang.
NO GOL SET RORUNDAK ROWASPABERFI RONABANGSAR ROBINWAS SRG DAN
PLK TOTAL
1. IV 6 4 4 5 5 24
2. III 33 16 17 17 15 101
3. II 6 - - 2 - 8
4. I - - - - - -
Jumlah 45 20 21 24 20 130
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 21
1.2.2. Permasalahan Internal - Kelemahan (Weakness)
(1) Efektifitas Sosialisasi dan Edukasi
Potensi-potensi pertumbuhan perdagangan komoditi dapat
terwujud dengan adanya pemahaman yang baik dari masyarakat.
Masyarakat dalam hal ini tidak terbatas pada investor atau pelaku
pasar namun juga melingkupi lembaga-lembaga yang mendukung
perdagangan komoditi.
Sosialisasi telah dilakukan oleh setiap biro sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing, namun perdagangan komoditi
masih menjadi hal yang kurang dapat dipahami oleh masyarakat.
Hal ini tampak dengan maraknya investasi ilegal dalam bidang
komoditi yang telah merugikan masyarakat, kemudian tampak
juga pada tingginya prosentase gagal serah pada proses pasar
lelang komoditi serta kurangnya pemanfaatan resi gudang sebagai
instrumen pendanaan oleh kelompok-kelompok tani.
Oleh karena itu diperlukan rencana dan implementasi sosialisasi
dan edukasi secara menyeluruh dan terstruktur agar terciptanya
kesinambungan pemahaman masyarakat atas perdagangan
komoditi maupun proses-proses lain yang terkait dengan aktivitas
perdagangan komoditas.
Implementasi sosialisasi dan edukasi yang terencana dengan baik
akan mendorong kinerja pasar dan pelaku pasar serta lembaga-
lembaga pendukung industri perdagangan komoditi lainnya
tumbuh berkembang mensukseskan kinerja Bappebti.
(2) Sistematika Pengawasan
Pertumbuhan minat yang tinggi dari pelaku pasar diperlukan
pengawasan agar pelaksanaan berbagai kegiatan dalam lingkup
perdagangan berjangka sesuai dengan tertib hukum dan menjamin
keamanan investasi semua pihak.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 22
Oleh karena itu Bappebti sebagai badan pengawas perdagangan
berjangka harus mengimbangi tingginya aktivitas pelaku pasar
dengan jumlah serta kemampuan sumber daya manusia,
khususnya yang memiliki keahlian sebagai pemeriksa dan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Saat ini bappebti sudah memiliki tenaga pemeriksa dan PPNS yang
tersebar di tiap-tiap unit eselon II Bappebti. Namun demikian
tenaga pemeriksa yang dimiliki Bappebti tersebut saat ini belum
memiliki sertifikasi sebagai auditor.
Kemajuan teknologi saat ini semakin mempermudah aktifitas
perdagangan berjangka, namun hal ini memiliki sisi negatif yang
menambah kompleksitas permasalahan perdagangan berjangka.
Auditor harus mampu beradaptasi dan dibekali kemampuan
penguasaan teknologi serta perangkat yang dapat mengantisipasi
maraknya penggunaan teknologi.
(3) Petunjuk teknis dan pelaksanaan dari UU No.7 Tahun 2014
Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 mengenai perdagangan
merupakan tonggak sejarah baru perdagangan di Indonesia yang
selama ini menggunakan warisan hukum kolonial dalam praktik-
praktik perdagangan. Namun diperlukan kesiapan semua pihak
untuk segera mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksana
undang-undang tersebut agar dapat mempercepat
implementasinya pada bidang-bidang perdagangan yang terkait
dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
khususnya pada bidang PLK.
(4) Kuantitas Sumber Daya Manusia Bappebti
Ruang lingkup Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
dalam menjalankan dan mengawasi tata kelola PBK, SRG dan PLK
memerlukan sumber daya manusia yang ahli dan terdidik.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 23
Pertumbuhan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh
bappebti saat ini tidak sejalan dengan semakin berkembangnya
industri perdagangan berjangka komoditi dan meningkatnya
kompleksitas permasalah yang dihadapi, hal ini berdampak pada
kinerja organisasi secara keseluruhan.
Pada tahun 2014 telah diusulkan penambahan pegawai sebanyak
55 (Lima Puluh Lima) formasi baik D3 ataupun S1 sesuai dengan
usulan yang telah diajukan oleh masing-masing Biro, dengan
kualifikasi pendidikan sebagai berikut:
NO PENDIDIKAN SET RORUNDAK ROWASPABERFI RONABANGSAR ROBINWAS SRG DAN
PLK Total
1 S1 5 6 12 4 17 44
2 D3 6 2 0 2 1 11
Jumlah 11 8 12 6 18 55
Dengan 130 orang pegawai yang menjalankan operasional
Bappebti serta ditambah 55 orang sesuai pengajuan penambahan
pegawai pada tahun 2014, masih dirasakan kekurangan jumlah
sumber daya manusia untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi
Bappebti secara optimal.
1.2.3. Potensi Eksternal - Peluang (Opportunities)
(1) Kebutuhan instrumen perekonomian
Dinamika perkembangan perekonomian dunia telah menciptakan
kebutuhan atas instrumen-instrumen ekonomi sebagai akibat
kerentanan perubahan harga serta peningkatan resiko atas
berbagai aktivitas perekonomian antar negara. Pelaku usaha
mengharapkan adanya instrumen ekonomi yang dapat mengelola
resiko, menjadi referensi harga serta alternatif pembiayaan proses-
proses produksi.
Instrumen ekonomi yang baik akan menjamin stabilitas aktivitas
ekonomi pada umumnya dan meningkatkan aktivitas perdagangan
berjangka komiditi pada khususnya.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 24
Keseluruhan kebutuhan diatas diharapkan mendorong
pertumbuhan perdagangan komoditi (PBK, SRG, PLK).
(2) Perkembangan dan kebutuhan pasar komoditi
Dukungan sumber daya alam Indonesia memberikan kontribusi
besar atas peluang tumbuhnya perdagangan komoditi. Sebagai
produsen komoditas-komoditas primer di dunia, posisi Indonesia
diuntungkan dalam memberikan dasar-dasar pertumbuhan yang
kuat dalam Perdagangan Bursa Komoditi, Sistem Resi Gudang dan
Pasar Lelang Komoditas.
Pemerintah menyadari kebutuhan yang tinggi atas efisiensi sistem
distribusi yang menunjang pertumbuhan ekonomi dengan
membuka akses sebesar-besarnya bagi para petani atau kelompok
tani dengan para pembeli dalam satu mekanisme jual beli yang
terbuka, melalui pasar lelang komoditas.
Perubahan status Bursa berjangka telah berkembang menjadi
lembaga demutualisasi yang lebih terbuka serta berorientasi profit,
yang mendorong pertumbuhan bursa serta memperluas ruang
lingkup kontrak yang diperdagangkan (kontrak keuangan dan jasa).
Proses demutualisasi diikuti dengan pertumbuhan minat pelaku
usaha dari pihak swasta untuk melaksanakan pasar lelang secara
Online, dimana hal ini sejalan dengan strategi Kementerian
Perdagangan RI dalam mengelola sistem distribusi nasional.
Data-data transaksi yang berhasil dihimpun oleh Bappebti dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir menyatakan kenaikan tren atas
transaksi multilateral baik dalam lingkup pasar fisik maupun
berjangka. Berbagai kondisi diatas harus dapat dimanfaatkan oleh
Bappebti selaku penanggungjawab pelaksanaan dan pengawasan
perdagangan komoditi di Indonesia.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 25
(3) Pertumbuhan lembaga dan kerjasama antar lembaga di dalam
lingkungan perdagangan berjangka.
Telah terbentuk Badan Arbitrase Perdagangan Komoditi (BAKTI)
sebagai langkah antisipasi sengketa yang terjadi pada bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi, yang diikuti dengan Asosiasi
Perdagangan Berjangka Indonesia (APBI) untuk meningkatkan
profesionalisme para pelaku usaha perdagangan berjangka
komoditi. Faktor-faktor diatas diikuti dengan pembentukan bursa
komoditi serta lembaga-lembaga kliring yang baru akan turut
mendukung perkembangan bursa berjangka.
Pertumbuhan minat swasta dalam mengelola pasar lelang dan
jaminan nota kesepahaman antara pihak perbankan dengan
Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) yang mendukung
pembiayaan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas akan
mendorong pertumbuhan pasar lelang dan sistem resi gudang.
(4) Masyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau yang secara global dikenal
dengan ASEAN Economic Community (AEC) bertujuan penyatuan
ekonomi regional dalam kawasan ASEAN. Tujuan tersebut dicapai
dengan kebebasan aliran barang, jasa layanan, invetasi, kapital dan
tenaga kerja terlatih (Skilled). Langkah-langkah tersebut akan
menghasil basis produksi dan pasar tunggal di kawasan negara-
negara asia tenggara.
Investasi menjadi salah satu kunci bagi Indonesia agar dapat
menikmati keuntungan keberadaan MEA, dimana indikator invetasi
tersebut secara makro ditunjukan dengan indeks share investasi
langsung asing (Foreign Direct Investment, FDI). Tahun 2010
Indonesia memiliki indeks sebesar 17,5% (Junianto James Losari
and Joseph Wira Koesnaidi, www.ainetwork.org), sedangkan pada
2014 hanya mencapai 16,4% (FDI Statistics, www.asean.org).
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 26
Melalui kebebasan aliran barang, investasi dan capital pada skema
MEA diharapkan Indonesia dapat meningkatkan prosentase FDI,
yang secara khusus dapat dikontribusikan oleh perdagangan
berjangka komoditi. Perdagangan komoditi melalui bursa
berjangka dan pasar lelang, diharapkan menjadi perangkat
komponen investasi asing yang dapat meraih keuntungan dari
adanya kesepakatan MEA.
1.2.4. Permasalahan Eksternal - Tantangan (Threats)
(1) Kebijakan Regulasi
Bappebti selaku pengawas perdagangan bursa berjangka
diharapkan menjalin kerjasama yang lebih erat dengan lembaga-
lembaga pembuat perundangan untuk mengantisipasi
perkembangan industri PBK, SRG dan PLK melalui regulasi-regulasi
yang mengakomodir pesatnya pertumbuhan industri perdagangan
komoditi sebagaimana telah dipaparkan pada bagian peluang
diatas.
(2) Kerjasama antar pemangku kepentingan
Kompleksitas permasalahan yang terjadi pada lingkup perdagangan
berjangka menuntut Bappebti untuk bekerjasama dengan
pemangku-pemangku kepentingan lainnya agar dapat
mengantisipasi berbagai permasalahan dan perkembangan industri
perdagangan berjangka.
(3) Penegakan dan jaminan hukum
Selaku badan pengawas Bappebti memiliki keterbatasan dalam
melakukan penindakan secara hukum. Kerjasama dan kordinasi
erat dengan lembaga-lembaga penegakan hukum sangat
diperlukan guna membangun efektifitas penegakan hukum dan
jaminan hukum terhadap aktifitas pasar.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 27
Hal ini diharapkan dapat menjaga kredibilitas dan tingkat
kepercayaan masyarakat dalam memanfaatkan perdagangan
komoditi sebagai sarana perekonomian dalam pembentukan harga,
perlindungan nilai dan resiko, meminimalisir kesenjangan harga
serta distribusi komoditas nasional dan alternatif jaminan
pembiayaan sebagai pendorong produktifitas produsen barang-
barang komoditi.
(4) Masyarakat Ekonomi ASEAN
Tahun 2015 telah disepakati oleh ASEAN untuk membentuk Asean
Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan
“Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)”; AEC memiliki konsep basis
produksi dan pasar tunggal. Konsep ini memberikan konsekuensi
atas kebebasan aliran barang, jasa-jasa, investasi, kapital dan
tenaga kerja terlatih (Skilled). Salah satu tantangan terbesar bagi
Indonesia adalah lemahnya kebijakan perdagangan dan investasi
dalam negeri yang memberikan efek pelemahan petani-petani
skala kecil pada tingkat regional serta kesempatan kepemilikan
sumber-sumber daya alam dalam negeri, (By Mong Palatino;
thediplomat.com).
Kendala tersebut sesungguhnya tidak hanya diakibatkan semata-
mata oleh MEA, kawasan ekonomi ASEAN bukanlah sistem yang
tertutup, karena setiap negara anggotanya memiliki hubungan
bilateral maupun unilateral sebagai kesepakatan liberalisasi untuk
memenuhi syarat keanggotan perdagangan dunia (WTO) dan
dalam tiap-tiap kesepakatan tersebut tentunya pasar sumber daya
alam menjadi sorotan utama dalam hubungan antar negera, (By
Eve Kusuma Sundari; sr-indonesia.com).
Faktor-faktor diatas memberikan tantangan pada Bappebti untuk
segara mewujudkan sistem perdagangan bursa berjangka yang
lebih solid serta melakukan revitalisasi pasar lelang. Sistem resi
gudang diharapkan menjadi sandaran para petani Indonesia
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 28
sebagai insentive yang mendorong kenaikan produksi agar pasar
sumber daya alam Indonesia tetap memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kehidupan bangsa, khususnya barang-
barang komoditi utama yang menjadi andalan perdagangan
Indonesia.
Tabel 7. Ringkasan SWOT Bappebti
No Item Deskripsi
1. Kekuatan (Strengths) 1. Dasar hukum. 2. Perkembangan struktur organisasi bappebti. 3. Kualitas SDM.
2. Kelemahan (Weakness) 1. Efektifitas Sosialisasi dan edukasi. 2. Sistematika pengawasan. 3. Daya dukung perangkat hukum. 4. Kuantitas SDM.
3. Peluang (Opportunities)
1. Kebutuhan instrumen ekonomi. 2. Perkembangan dan kebutuhan pasar komoditi 3. Pertumbuhan lembaga dan kerjasama antar
lembaga di dalam lingkungan perdagangan komoditi.
4. MEA.
4. Tantangan (Treaths) 1. Kebijakan regulasi. 2. Kerjasama antar pemangku kepentingan. 3. Penegakan dan jaminan hukum. 4. MEA.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 29
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Visi dan Misi Pemerintah RI
2.1.1. Visi Kementerian Perdagangan
Visi yang dimaksud disini adalah mengacu kepada Visi Pemerintah
Tahun 2015-2019 yaitu :
”Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong”.
2.1.2. Misi Kementerian Perdagangan
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut diatas, maka misi Kementerian
Perdagangan yang tercantum dalam Renstra Kemendag Tahun 2015-
2019 adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang
berkelanjutan.
2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan
berkualitas.
3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Sektor
Perdagangan.
Dalam hal ini, Bappebti termasuk dalam misi ke 2 yaitu meningkatkan
perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas.
2.1.3. Tujuan Kementerian Perdagangan
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Kementerian Perdagangan tersebut,
maka tujuan yang hendak dicapai dalam membangun sektor
perdagangan periode 2015−2019 yaitu:
1. Peningkatan ekspor barang non migas yang bernilai tambah dan
jasa;
2. Peningkatan pengamanan perdagangan;
3. Peningkatan akses dan pangsa pasar internasional;
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 30
4. Pemantapan promosi ekspor dan nation branding;
5. Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa;
6. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri;
7. Peningkatan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri
(PDN);
8. Optimalisasi/penguatan pasar berjangka komoditi, SRG dan pasar
lelang;
9. Peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang
kebutuhan pokok dan barang penting;
10. Peningkatan perlindungan konsumen;
11. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha;
12. Peningkatan kualitas kinerja organisasi;
13. Peningkatan dukungan kinerja perdagangan;
14. Peningkatan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis
kajian;
2.2 Tujuan dan Sasaran Strategis Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)
2.2.1. Tujuan Bappebti
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan Kementerian
Perdagangan tahun 2015-2019, maka Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi berkontribusi dalam mewujudkan tujuan dimaksud
melalui:
“Optimalisasi atau penguatan Pasar Berjangka Komoditi, Sistem Resi
Gudang (SRG) dan Pasar Lelang”.
2.2.2. Sasaran Strategis Bappebti
Mewujudkan optimalisasi atau penguatan Perdagangan Berjangka
Komoditi, SRG dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) sebagai tujuan utama,
dilakukan dengan menentukan sasaran strategis Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), yakni:
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 31
1. Meningkatkan pemanfaatan pasar berjangka komoditi sebagai
sarana lindung nilai, sarana pengelolaan resiko dan sarana
pembentukan harga yang wajar serta menjadi alternatif investasi.
2. Meningkatkan pemanfaatan Sistem Resi Gudang yang terintegrasi
sehingga menjadi sarana tunda jual dan pembiayaan perdagangan
dan menjadikan resi gudang sebagai instrumen keuangan yang
dapat diperjualbelikan serta mendukung Sistem Logistik Nasional
sebagai instrumen pengukuran stok nasional dalam rangka
ketahanan pangan.
3. Menciptakan sistem perdagangan yang lebih efisien serta
pembentukan harga yang transparan melalui pasar lelang
Komoditas.
4. Meningkatkan produksi dan mutu komoditi sebagai insentif
pertumbuhan daya saing petani/produsen melalui Pasar Lelang
Komoditas.
Adapun indikator yang dipergunakan untuk mengukur kinerja serta
pencapaian dari pemanfaatan Perdagangan Berjangka Komoditi, SRG
dan Pasar Lelang Komoditas adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Indikator Sasaran Strategis Bappebti
Indikator Sasaran Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan volume transaksi Perdagangan
Berjangka Komoditi (%)
2 4 5 7 8
Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan
secara komulatif (%)
13 13 14 14 15
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 32
2.3 Sasaran Program (outcome) dan Sasaran Kegiatan (Output)
Pada tahun 2015-2019, Sasaran Utama Bappebti yang mengacu kepada
tujuannya yaitu untuk optimalisasi/penguatan Perdagangan Berjangka Komoditi,
SRG dan pasar lelang, adalah (i) meningkatnya pengaturan, pengembangan,
pembinaan dan pengawasan bidang Perdagangan Berjangka Komoditi , Sistem
Resi Gudang, dan Pasar Lelang serta (ii) Meningkatnya Implementasi Sistem Resi
Gudang (SRG). Selanjutnya, rincian Sasaran Program (outcome) Bappebti, adalah
sebagai berikut :
Tabel 9. Sasaran Program (outcome) Bappebti
SASARAN PROGRAM
(OUTCOME)
INDIKATOR
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
1. Meningkatnya pengaturan, pengembangan, pembinaan dan pengawasan bidang perdagangan berjangka komoditi , sistem resi gudang, dan pasar lelang
1 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen lengkap dan benar (Hari)
20 20 19 19 18
2 Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan Berjangka Komoditi yang di Evaluasi Kegiatannya dan Pelaporan Keuangannya (Perusahaan)
- 62 69 76 78
3 Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Perdagangan Berjangka Komoditi Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang (Perataturan)
- 9 9 9 9
4 Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi (%)
2 4 5 7 8
5 Pertumbuhan Jumlah Penyelenggaraan Pasar Lelang
- 4 7 9 9
2.Meningkatnya Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG)
6 Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif (%)
13 13 14 14 15
Adapun Sasaran Kegiatan (Output) Bappebti adalah:
1. Meningkatnya pelayanan dukungan teknis dan administrasif Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 33
2. Meningkatnya hasil pelayanan hukum terhadap Pelaku Usaha di Bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi , Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang
Komoditas
3. Meningkatnya hasil pengawasan terhadap Pelaku Usaha di Bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi
4. Meningkatnya hasil pembinaan dan pengembangan Perdagangan
Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas
5. Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan Sistem Resi Gudang dan
Pasar Lelang Komoditas
Masing-masing sasaran kegiatan (output) dimaksud diukur dalam beberapa
indikator kinerja yang menjadi target capaian dari masing-masing unit Eselon II di
lingkungan Bappebti.
2.4 Indikator dan Target Kinerja
Pada tahun 2015 - 2019, Sasaran Kegiatan (output) masing-masing unit Eselon II
Bappebti berserta indikator dan target kinerja tahunan yang ingin dicapai
meliputi:
2.4.1 Sasaran Kegiatan Sekretariat Bappebti
Meningkatnya pelayanan dukungan teknis dan administratif Bappebti
No. Indikator Sasaran Kegiatan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program Bappebti (Dokumen)
5 4 4 4 4
2 Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Bappebti (Laporan)
3 3 3 3 3
3 Pengelolaan dan pengembangan SDM Bappebti (Kegiatan)
7 8 9 10 11
4 Penyelenggaraan dan Pembinaan komunikasi dan informasi publik di bidang PBK, SRG, dan PL (Laporan)
18 19 20 21 22
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 34
2.4.2 Sasaran Kegiatan Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan
Fisik Bappebti
Meningkatnya Hasil Pengawasan terhadap Pelaku Usaha di Bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi
No. Indikator Sasaran Kegiatan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Pelaku Usaha PBK dan Pasar Fisik yang diselenggarakan di Bursa Berjangka yang diawasi Transaksinya (Perusahaan)
- 14 14 16 17
2 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan pelaporan keuangannya (Perusahaan)
57 62 69 76 78
3 Jumlah pelaku usaha PBK yang diaudit (Perusahaan)
- 22 22 24 26
2.4.3 Sasaran Kegiatan Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem
Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas Bappebti
Meningkatnya hasil pembinaan dan pengawasan Pasar Lelang dan
Sistem Resi Gudang
No. Indikator Sasaran Kegiatan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah gudang yang telah mengimplementasikan SRG (Kumulatif) (Gudang)
96 104 113 123 134
2 Jumlah Nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara kumulatif (Milyar)
- 510 580 660 760
3 Jumlah Penyelenggaraan Pasar Lelang (Kali) 70 73 78 85 93
4 Jumlah Peserta Pelatihan Teknis Penyelenggaraan SRG dan PL (Orang)
270 220 230 240 250
5 Jumlah Pemantauan, Evaluasi dan Pengawasan SRG dan PL (Kali)
100 110 120 130 140
6 Jumlah Hari Penyelesaian Perizinan Pelaku Usaha SRG dan PL setelah Dokumen Lengkap (Hari)
20 18 17 16 15
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 35
2.4.4 Sasaran Kegiatan Biro Peraturan Perundang-undangan dan
Penindakan Bappebti
Meningkatnya hasil pelayanan hukum terhadap pelaku usaha di bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang
Komoditas.
No. Indikator Sasaran Kegiatan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di bidang PBK, SRG, dan PL (Peraturan)
9 9 9 9 9
2 Penegakan hukum terhadap pelaku usaha di bidang PBK dan SRG (Kali)
83 83 83 83 83
3 Pemberian pelayanan hukum (Kali) 29 29 29 29 29
4 Penanganan perkara (PTUN, PN, BAKTI, Praperadilan) (Kali)
15 15 15 15 15
2.4.5 Sasaran Kegiatan Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar
Bappebti
Meningkatnya hasil Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan
Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang Komoditas.
No. Indikator Sasaran Kegiatan Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
1 Hasil analisis pengembangan kelembagaan dan produk perdagangan berjangka/sistem resi gudang/pasar lelang (Analisis)
2 5 6 6 7
2 Penyelesaian Perizinan Pelaku Usaha PBK setelah Dokumen lengkap dan Benar (Hari)
- 20 19 19 18
3 Cakupan Komoditi dalam Sistem Informasi Harga (Komoditi)
8 9 10 12 14
4 Jumlah Peseta Pelatihan Teknis Pelaku Usaha PBK (Orang)
- 220 400 400 425
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 36
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, SRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perdagangan
3.1.1. Arah Kebijakan Dan Strategi Nasional
Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional 2015-2019 adalah :
1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan;
2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam
(SDA) yang berkelanjutan;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan;
4. Peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan
perubahan iklim;
5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang kokoh;
6. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan
Rakyat yang berkeadilan;
7. Mengembangkan dan memeratakan Pembangunan Daerah.
3.1.2. Prioritas Nasional Perdagangan Dalam Negeri
Arah kebijakan perdagangan dalam negeri dalam lima tahun kedepan
sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 adalah
“Meningkatkan aktivitas perdagangan dalam negeri yang lebih efisien
dan berkeadilan” melalui:
1. Pembenahan sistem distribusi bahan pokok dan sistem logistik
rantai suplai agar lebih efisien dan lebih handal serta pemberian
insentif perdagangan domestik sehingga dapat mendorong
peningkatan produktivitas ekonomi dan mengurangi kesenjangan
antar wilayah.
2. Pembenahan iklim usaha perdagangan yang lebih kondusif.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 37
3. Penguatan perlindungan konsumen dan standarisasi produk lokal di
pusat dan daerah.
3.2.3. Arah Kebijakan Dan Strategi Kementerian Perdagangan
Arah Kebijakan Perdagangan kementerian Perdagangan dapat
dijabarkan menjadi 8 (delapan) pokok pikiran, yaitu :
1. Mengamankan pangsa ekspor di pasar utama;
2. Memperluas pangsa pasar ekspor di pasar prospektif dan hubungan
perdagangan internasional;
3. Meningkatkan diversifikasi produk ekspor;
4. Mengamankan pasar domestik untuk meningkatkan daya saing
produk nasional;
5. Meningkatkan aksesasibilitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM);
6. Meningkatkan perlindungan konsumen;
7. Meningkatkan efisiensi sistem distribusi dan logistik;
8. Meningkatkan fasilitasi dan iklim usaha perdagangan.
Berdasarkan kedelapan pokok pikiran diatas, langkah-langkah strategis
yang akan dilakukan Kementerian Perdagangan selama periode 2015-
2019 terkait dengan dukungan terhadap perdagangan dalam negeri
serta domain Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi adalah
sebagai berikut:
1. Pengamanan pasar domestik untuk meningkatkan daya saing
produk nasional dilakukan melalui langkah strategis optimalisasi
pemanfaatan Perdagangan Berjangka Komoditi sebagai sarana
lindung nilai dan pembentukan harga yang transparan.
2. Peningkatan efisiensi sistem dan distribusi logistik dilakukan melalui
langkah strategis Pengoptimalan pemanfaatan Pasar Lelang
Komoditas dan Sistem Resi Gudang sebagai sarana efisiensi
distribusi, tunda jual, dan alternatif pembiayaan.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 38
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)
3.2.1 Arah Kebijakan
Mengacu pada kebijakan Kementerian Perdagangan dan Kebijakan Presiden
dalam hal ini pemerintah, maka telah ditetapkan visi Pemerintah yaitu
”Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.” Untuk dapat mewujudkan visi di atas, maka
Kementerian Perdagangan telah menetapkan misi yang telah tercantum dalam
Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2015 - 2019, yaitu:
1. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang
berkelanjutan;
2. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas;
dan
3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Sektor Perdagangan.
Dari 3 (tiga) misi yang telah ditetapkan oleh Kemendag, Bappebti mendukung
tercapainya misi Kemendag yang ke 2, meningkatkan perdagangan dalam
negeri yang bertumbuh dan berkualitas.
Mengacu pada arah kebijakan nasional mengenai perdagangan dalam negeri
untuk “Meningkatkan aktivitas perdagangan dalam negeri yang lebih efisien
dan berkeadilan”, serta kebijakan rencana strategi Kementerian Perdagangan,
yakni: “sektor perdagangan sebagai sektor penggerak pertumbuhan dan daya
saing ekonomi untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan”, maka Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi memiliki arah kebijakan sebagai
berikut:
1. Mendorong Perdagangan Berjangka Komoditi.
2. Mendorong perkembangan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang
Komoditas, sebagai sarana dan prasarana perdagangan yang menunjang
sistem distribusi nasional untuk mengatasi kelangkaan stok serta
disparitas dan fluktuasi harga.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 39
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang
perdagangan, dalam artian adalah dukungan manajemen dan
operasional Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.
Arah kebijakan tersebut menjadi pedoman dalam menyusun langkah-langkah
strategis Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi kedepan untuk
mencapai sasaran yang dikehendaki.
3.2.2 Strategi
Sebagai pelaksanaan kebijakan tersebut Bappebti melalui Kemendag
melaksanakan dan melakukan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan manfaat dan mekanisme Perdagangan Berjangka
Komoditi (PBK) sebagai sarana lindung nilai dan pembentukan harga
yang transparan sebagai pengamanan pasar domestik untuk
meningkatkan daya saing produk nasional.
2. Mengoptimalkan manfaat dan mekanisme Pasar Lelang Komoditas
(PLK) dan Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai sarana efisiensi distribusi,
tunda jual, dan alternatif pembiayaan sehingga terciptanya efisiensi
sistem dan distribusi logistik nasional.
Selanjutnya untuk implementasi arah kebijakan dan strategi Kementerian
2015-2019, maka arah pelaksanaan program Bappebti adalah:
1. Peningkatan pembinaan, pengaturan dan pengawasan bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), Sistem Resi Gudang (SRG)
dan Pasar Lelang Komoditas (PLK)
a. Penyelesaian perijinan pelaku usaha Perdagangan Berjangka
Komoditi setelah dokumen lengkap dan benar.
b. Pertumbuhan nilai resi gudang yang diterbitkan.
c. Jumlah persetujuan kontrak berjangka komoditi.
d. Bertumbuhnya tingkat pemahaman para pelaku usaha di
bidang PBK, SRG dan PLK.
e. Pertumbuhan volume transaksi Perdagangan Berjangka
Komoditi.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 40
2. Peningkatan pelayanan hukum, meningkatnya hasil pelayanan
hukum terhadap pelaku usaha di bidang Perdagangan Berjangka
Komoditi, Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas.
a. Penyelesainan kebijakan teknis dalam bentuk peraturan
perundang-undangan di bidang PBK, SRG dan PL.
b. Penegakan hukum terhadap pelaku usaha di bidang PBK,
SRG dan PLK.
c. Pemberian pelayanan hukum.
d. Penanganan perkara (PTUN, PN, BAKTI, Praperadilan)
3. Meningkatnya hasil pengkajian dan pengembangan Perdagangan
Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, dan Pasar Lelang
Komoditas.
a. Jumlah hasil analisa pengembangan kelembagaan dan
produk perdagangan berjangka/sistem resi gudang/pasar
lelang.
b. Jumlah peraturan dan tata tertib (PTT) Perdagangan
Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang, Pasar Lelang
Komoditas (PLK) yang dievaluasi.
c. Jumlah persetujuan kontrak komoditi yang diajukan oleh
bursa.
d. Penyelenggaraan pelayanan, pengelolaan data dan sistem
informasi.
e. Jumlah cakupan komoditi dalam sistem informasi harga.
4. Peningkatan pembinaan dan pengawasan Pasar Lelang (PL) dan
Sistem Resi Gudang (SRG).
a. Pertumbuhan gudang yang mengimplementasikan sistem
resi gudang
b. Penyelesaian perijinan pelaku usaha SRG dan PL setelah
dokumen lengkap.
c. Peningkatan pelatihan teknis penyelenggara SRG dan PL.
d. Pertumbuhan penyelenggara pasar lelang.
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 41
e. Pemantauan, pengawasan dan evaluasi Sistem Resi Gudang
dan Pasar Lelang Komoditas.
5. Peningkatan pembinaan dan pengawasan Perdagangan Berjangka
Komoditi
a. Jumlah hari penyelesaian perijinan pelaku usaha PBK setelah
dokumen lengkap dan benar.
b. Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan
pelaporan keuangannya.
c. Jumlah peserta pelatihan teknis pelaku usaha PBK.
d. Jumlah pelaku usaha PBK yang diawasi transaksinya dan
diaudit kegiatannya.
6. Peningkatan tatakelola yang baik.
Peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
dalam kerangka peningkatan perdagangan berjangka komoditi.
a. Dukungan manajemen dan pelaksanaan program Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.
b. Pembinaan dan pengelolaan keuangan Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi.
c. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.
d. Penyelenggaraan dan pembinaan komunikasi dan informasi
publik di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi, Sistem
Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas.
3.3 Kerangka Kelembagaan dan Regulasi
Kerangka regulasi Kementerian Perdagangan dimaksudkan untuk memberi
arahan dan landasan pengaturan (regulasi) dalam menyelenggarakan kegiatan
pembangunan sektor perdagangan dengan muatan indikasi atau arah kebijakan
mengenai rancangan peraturan perundang-undangan yang diusulkan dalam
kurun waktu lima tahun mendatang. Selain itu, regulasi digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang penting, mendesak, dan memiliki dampak
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 42
besar terhadap pencapaian sasaran pembangunan perdagangan atau dalam
kata lain diarahkan sebagai pelengkap landasan pengaturan.
Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut, beberapa regulasi setingkat UU
yang mendasari pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perdagangan
serta menagamanatkan Menteri Perdagangan untuk melaksanakan tugas,
tanggung jawab dan fungsinya, diantaranya adalah :
1. UU Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan;
2. 2. UU Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
3. UU Nomor 9 tahun 2011 tentang Sistem Resi Gudang;
4. UU Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;
5. UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
6. UU Nomor 7 tahun 1994 tentang Ratifikasi Agreement Establishing the
World Trade Organization;
7. UU Nomor 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, dan
8. UU Nomor 11 tahun 1965 tentang Pergudangan.
Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, organisasi Kementerian
Perdagangan terdiri dari 9 (sembilan) unit Eselon I yang merupakan unsur
pembantu, unsur pengawas, unsur pelaksana, dan unsur penunjang, termasuk
didalamnya Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Dalam rangka mencapai visi dan misinya, Kementerian Perdagangan
menetapkan fungsi-fungsi perdagangan sebagai penjabaran dari Undang-
Undang Perdagangan Nomor 7 tahun 2014 yang merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pemerintah dibidang perdagangan.
Bappebti berkontribusi terhadap 2 Undang-Undang di lingkup Kementerian
Perdagangan yaitu UU Nomor 9 tentang Sistem Resi Gudang dan UU Nomor 32
tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.
Dasar Hukum pelaksanaan tugas dan fungsi Bappebti antara lain:
1. Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan
2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/7/2010 Tetang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 43
3. Peraturan Menteri Perdagangan No. 57/M-DAG/PER/8/2012 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-
DAG/PER/7/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perdagangan.
Berdasarkan UU No 10 tahun 2011, UU No 9 tahun 2011 dan Kepmenperindag
No 650/MPP/Kep/10/2004 tahun 2004, Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) memiliki kewenangan membina, mengatur,
mengawasi dan mengembangkan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi
(PBK), Sistem Resi Gudang (SRG), Pasar Lelang (Forward) Komoditi Agro di
Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012,
disebutkan bahwa tugas Bappebti adalah melaksanakan Pembinaan,
Pengaturan dan Pengawasan Kegiatan Perdagangan Berjangka serta Pasar Fisik
dan Jasa. Dalam melaksanakan tugas tersebut Bappebti menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan, pelaksanaan, pengamanan pelaksanaan kebijakan teknis, dan
evaluasi di bidang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan perdagangan
berjangka, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
2. Perumusan, pelaksanaan dan pengamanan pelaksanaan kebijakan teknis
dan evaluasi di bidang pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar fisik
dan jasa;
3. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan di bidang pasar fisik dan jasa;
4. Pelaksanaan administrasi badan;
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 44
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 45
BAB IV
KERANGKA PENDANAAN
4.1 Kerangka Pendanaan
Pagu Anggaran Bappebti Tahun 2015 adalah sebesar Rp. 80.777.241.000,00
(Delapan puluh miliar tujuh ratus tujuh puluh tujuh juta dua ratus empat puluh
satu ribu rupiah). Jumlah rupiah murni dalam anggaran ini adalah sebesar
Rp. 80.141.481.000,00 (Delapan puluh seratus empat puluh satu juta empat ratus
delapan puluh satu ribu rupiah), sedangkan jumlah PNBP adalah sebesar
Rp. 635.760.000,- (Enam ratus tiga puluh lima tujuh ratus enam puluh ribu
rupiah). Tidak terdapat Pinjaman/Hibah Dalam dan Luar Negeri, Hibah Langsung
dalam Anggaran Bappebti Tahun 2015.
Tabel 9
Penetapan Pagu Anggaran Bappebti Tahun 2015
No Nama Program/Kegiatan Unit Anggaran
1 Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi
Bappebti Rp. 80.777.241.000
2 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Sekretariat Rp. 45.385.126.000
3 Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi
Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik
Rp. 7.165.215.000
4 Pembinaan dan Pengawasan Pasar lelang dan Sistem Resi Gudang
Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas
Rp. 11.718.692.000
5 Peningkatan Pelayanan Hukum Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan
Rp. 7.484.911.000
6 Pengkajian dan Pengembangan PBK, SRG dan PL
Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar
Rp. 9.023.297.000
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 46
Gambar 2 Proporsi Anggaran Bappebti Tahun 2015 per Unit Eselon II
Pagu Anggaran Bappebti Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 76.210.000.000,00
(Tujuh puluh enam miliar dua ratus sepuluh juta rupiah). Jumlah rupiah murni
dalam anggaran ini adalah sebesar Rp. 75.574.240.000,00 (Tujuh puluh lima
miliar lima ratus tujuh puluh empat juta dua ratus empat puluh ribu rupiah),
sedangkan jumlah PNBP adalah sebesar Rp. 635.760.000,- (Enam ratus tiga
puluh lima tujuh ratus enam puluh ribu rupiah). Tidak terdapat
Pinjaman/Hibah Dalam dan Luar Negeri, Hibah Langsung dalam Anggaran
Bappebti Tahun 2016.
56,19%
8,87%
14,51%
9,27%
11,17%Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Bappebti
Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi
Pembinaan dan Pengawasan Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang
Peningkatan Pelayanan Hukum
Pengkajian dan Pengembangan PBK, SRG dan PL
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 47
Tabel 10
Penetapan Pagu Anggaran Bappebti Tahun 2016
No Nama Program/Kegiatan Unit Anggaran
1 Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi
Bappebti Rp. 76.210.000.000
2 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Sekretariat Rp. 40.820.000.000
3 Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi
Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik
Rp. 7.170.000.000
4 Pembinaan dan Pengawasan Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang
Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas
Rp. 11.720.000.000
5 Peningkatan Pelayanan Hukum Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan
Rp. 7.480.000.000
6 Pengkajian dan Pengembangan PBK, SRG dan PL
Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar
Rp. 9.020.000.000
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 48
Gambar 3 Proporsi Anggaran Bappebti Tahun 2016 per Unit Eselon II
53.56
9.41
15.38
9.81
11.84
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Pembinaan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi
Pembinaan dan Pengawasan Pasar lelang dan Sistem Resi Gudang
Peningkatan Pelayanan Hukum
Pengkajian dan Pengembangan PBK, SRG dan PL
Rencana Strategis Bappebti 2015 - 2019
Bappebti – Kementerian Perdagangan Page 49
BAB V
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) ini disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Renstra Bappebti Tahun 2015 -
2019 ini merupakan penjelasan terkait indikator Sasaran, Utama dan Kegiatan
Bappebti sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian
Perdagangan Tahun 2015-2019, dan yang juga berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap III Tahun 2015 – 2019.
Tahap III RPJMN ini bertujuan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.
Untuk selanjutnya, dokumen Renstra ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan Rancangan Rencana Kerja (Renja K/L) Bappebti,
sekaligus menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA K/L).
Jakarta, November 2016
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
LAMPIRAN I
MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN
BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA
KOMODITI
2015 2016 2017 2018 2019
KL PROG KEG (1) (4) (6) (7) (8) (9) (9) (15)
090
090 10
#### #### #### 01 01 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah
dokumen lengkap dan benar
Hari 20 20 19 19 18
02 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan
pelaporan keuangannya
Perusahaan - 62 69 76 78
#### #### #### 03 Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di bidang PBK,
SRG, dan PL
Peraturan - 9 9 9 9
#### #### #### 04 Pertumbuhan volume transaksi Perdagangan Berjangka
Komoditi
Persen (%) 2 4 5 7 8
#### #### #### 05 Pertumbuhan Jumlah Penyelenggaraan PL Persen (%) - 4 7 9 9
#### #### #### 02 Meningkatnya Implementasi Sistem
Resi Gudang (SRG)
06 Pertumbuhan nilai Resi Gudang yang diterbitkan secara
kumulatif
Persen (%) 13 13 14 14 15
090 10 3758
#### #### #### 01 01 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Program Bappebti Dokumen 5 4 4 4 4
#### #### #### 02 Pembinaan dan Pengelolaan Keuangan Bappebti Laporan 3 3 3 3 3
#### #### #### 03 Pengelolaan dan pengembangan SDM Bappebti Kegiatan 7 8 9 10 11
#### #### #### 04 Penyelenggaraan dan Pembinaan komunikasi dan informasi
publik di bidang PBK, SRG, dan PL
Laporan 18 19 20 21 22
01 01 Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di bidang PBK,
SRG, dan PL
Peraturan 9 9 9 9 9
02 Penegakan hukum terhadap pelaku usaha di bidang PBK dan
SRG
Kali 83 83 83 83 83
03 pemberian pelayanan hukum Kali 29 29 29 29 29
04 Penanganan perkara (PTUN, PN, BAKTI, Praperadilan) Kali 15 15 15 15 15
01 01 Jumlah pelaku usaha PBK dan pasar fisik yang
diselenggarakan di Bursa Berjangka yang diawasi
transaksinya
Perusahaan - 14 14 16 17
02 Jumlah pelaku usaha PBK yang dievaluasi kegiatannya dan
pelaporan keuangannya
Perusahaan 57 62 69 76 78
03 Jumlah Pelaku Usaha PBK yang diaudit Perusahaan - 22 22 24 26
NO SATUAN
TARGET PEMBANGUNAN TAHUN 2015-2019
BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
TARGETPROGRAM/
KEGIATANINDIKATOR
SASARAN PROGRAM
(OUTCOME)/
SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
UNIT ORGANISASI
PELAKSANA
KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PERDAGANGAN
Meningkatnya pengaturan,
pengembangan, pembinaan, dan
pengawasan bidang Perdagangan
Berjangka Komoditi, Sistem Resi
Gudang, dan Pasar Lelang
PENINGKATAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
PENINGKATAN
PELAYANAN HUKUM
PENGAWASAN
PERDAGANGAN
BERJANGKA
KOMODITI
BADAN PENGAWAS
PERDAGANGAN
BERJANGKA
DUKUNGAN
MANAJEMEN DAN
DUKUNGAN TEKNIS
LAINNYA BADAN
PENGAWAS
PERDAGANGAN
BERJANGKA
KOMODITI
SEKRETARIAT
BAPPEBTI
BIRO PERATURAN
PERUNDANG-
UNDANGAN DAN
PENINDAKAN
BIRO PENGAWASAN
PASAR BERJANGKA
DAN FISIK
Meningkatnya pelayanan dukungan
teknis dan administrasif Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi
Meningkatnya hasil pelayanan
hukum terhadap Pelaku Usaha di
Bidang Perdagangan Berjangka
Komoditi , Sistem Resi Gudang,
dan Pasar Lelang Komoditas
Meningkatnya hasil pengawasan
terhadap Pelaku Usaha di Bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi
158
2015 2016 2017 2018 2019
NO SATUAN
TARGETPROGRAM/
KEGIATANINDIKATOR
SASARAN PROGRAM
(OUTCOME)/
SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
UNIT ORGANISASI
PELAKSANA
01 01 Hasil analisis pengembangan kelembagaan dan produk
perdagangan berjangka/sistem resi gudang/pasar lelang
Analisis 2 5 6 6 7
02 Penyelesaian perizinan pelaku usaha PBK setelah dokumen
lengkap dan benar
Hari - 20 19 19 18
03 Cakupan komoditi dalam sistem informasi harga Komoditi 8 9 10 12 14
04 Jumlah Peserta Pelatihan Teknis Pelaku Usaha PBK Orang - 220 400 400 425
01 01 Jumlah gudang yang telah mengimplementasikan SRG secara
kumulatif
Gudang 96 104 113 123 134
02 Jumlah Nilai Resi Gudang yang Diterbitkan secara kumulatif Miliar - 510 580 660 760
03 Jumlah Penyelenggaraan Pasar Lelang Kali 70 73 78 85 93
04 Jumlah peserta pelatihan teknis penyelenggara SRG dan PL Orang 270 220 230 240 250
05 Jumlah pemantauan, evaluasi dan pengawasan SRG dan PL Kali 100 110 120 130 140
06 Jumlah hari penyelesaian perizinan pelaku usaha SRG dan
PL setelah dokumen lengkap
Hari 20 18 17 16 15
BIRO PEMBINAAN
DAN PENGAWASAN
SISTEM RESI GUDANG
DAN PASAR LELANG
KOMODITAS
BIRO PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN
PASAR
PENINGKATAN
PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN
PERDAGANGAN
BERJANGKA
KOMODITI, SISTEM
RESI GUDANG, DAN
PASAR LELANG
KOMODITAS
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN SISTEM
RESI GUDANG DAN
PASAR LELANG
KOMODITAS
Meningkatnya hasil pembinaan dan
pengembangan Perdagangan
Berjangka Komoditi, Sistem Resi
Gudang, dan Pasar Lelang
Komoditas
Meningkatnya hasil pembinaan dan
pengawasan Sistem Resi Gudang
dan Pasar Lelang Komoditas
159
NO UNIT ORGANISASI
PELAKSANA
K/L-N-B-NS-BS
SEMULA MENJADI 2015 2016 2017 2018 2019
KL PROG KEG (1) (1) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
090 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!
090 10PENINGKATAN PERDAGANGAN BERJANGKA
KOMODITIPENINGKATAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI 80,777.24 76,210.00 81,218.51 81,261.97 84,491.78
BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN
BERJANGKA KOMODITI
090 10 3758
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN
TEKNIS LAINNYA BADAN PENGAWAS
PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS
LAINNYA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA
KOMODITI
45,385.13 41,886.74 42,918.51 43,726.15 45,097.47 SEKRETARIAT BADAN
090 10 3759PENINGKATAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITIPENINGKATAN PENGAWASAN PERDAGANGAN
BERJANGKA KOMODITI7,165.22 6,954.00 7,000.00 7,428.88 7,737.19
BIRO PENGAWASAN PASAR BERJANGKA
DAN FISIK
090 10 3760PENINGKATAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PASAR LELANG DAN SISTEM RESI GUDANGPENINGKATAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PASAR
LELANG DAN SISTEM RESI GUDANG11,718.69 11,366.68 10,000.00 12,286.96 12,889.02
BIRO PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
SISTEM RESI GUDANG DAN PASAR
LELANG KOMODITAS
090 10 3761 PENINGKATAN PELAYANAN HUKUM PENINGKATAN PELAYANAN HUKUM 7,484.91 7,254.51 7,200.00 7,644.29 7,911.19BIRO PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DAN PENINDAKAN
090 10 3762PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PBK, SRG,
DAN PLPENINGKATAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PBK,
SRG, DAN PL9,023.30 8,748.08 14,100.00 10,175.69 10,856.91
BIRO PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN PASAR
PROGRAM/
KEGIATAN
ALOKASI (DLM JUTA RUPIAH)
KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PERDAGANGAN
RENCANA PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2015-2019
BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI