REGISTER PIALANG - digilib.uns.ac.id
Transcript of REGISTER PIALANG - digilib.uns.ac.id
REGISTER PIALANG KENDARAAN BERMOTOR
Studi Pemakaian Bahasa Kelompok Profesi di Surakarta
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran
hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin
Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran
hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Dwi Purnanto
REGISTER PIALANG KENDARAAN BERMOTOR
Studi Pemakaian Bahasa Kelompok Profesi di Surakarta
UNS PRESS
REGISTER PIALANG KENDARAAN BERMOTOR Studi Pemakaian Bahasa Kelompok Profesi di Surakarta Hak Cipta @ Dwi Purnanto. 2020 Penulis
Dr. Dwi Purnanto, M.Hum. Editor
Drs. Adyana Sunanda, M.Pd.
Ilustrasi Sampul UNS Press
Penerbit dan Percetakan Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp. (0271) 646994 Psw. 341 Fax. 0271 7890628 Website : www.unspress.uns.ac.id Email : [email protected] Cetakan 1, Edisi I, Februari 2020 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved
ISBN 978-602-397-340-8
v
PRAKATA
Setelah penulis menerjuni langsung ke dalam penelitian
ini dengan mengambil peran dan terlibat langsung ke dalam
profesi pialang selama sepuluh tahun akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tulisan ini. Semua itu tidak lain karena
izin dari Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kesempatan penulis untuk mengamati lebih jauh dunia
kepialangan kendaraan bermotor; di samping sebagai tugas
sehari-hari penulis sebagai tenaga pengajar di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sebelas Maret.
Tulisan ini dimaksudkan untuk menunjukkan hasil
kajian tentang register pialang kendaraan bermotor di
wilayah Surakarta. Penelitian ini dilakukan karena register
dipahami sebagai salah satu variasi pemakaian bahasa yang
disebabkan oleh adanya penggambaran proses sosial para
pemakaianya (baca pialang). Bahasa dalam konteks ini
dipahami karena ikut berperan sebagai sarana interaksi
sosial di dalam kelompok atau komunitas tersebut. Bentuk
bahasa yang dipakai terkadang memiliki karakteristik
tersendiri apabila dibandingkan dengan bentuk bahasa yang
digunakan oleh komunitas yang lain, memiliki strategi,
maksud tutur, dan leksikon-leksikon khusus sebagai simbol
interaksi di dalam kelompok pialang tersebut (yang
terkadang tidak bisa dipahami oleh pemakai bahasa dari
kelompok sosial yang lain). Di samping itu, pengambilan
lokasi penelitian di wilayah Suarakarta dilakukan karena
alasan mulai kuatnya wilayah ini sebagai kota budaya,
pariwisata dan sekaligus perdagangan yang mulai
vi
berkembang dari arah perdagangan tradisional menjadi
perdagangan modern (dengan memanfaatkan jasa).
Hasil kajian register ini akan disajikan dalam urutan
seperti berikut. Pendahuluan akan memuat latar belakang,
metode penelitian. Keduanya akan ditempatkan pada bab I.
Berikutnya akan dibicarakan masalah kajian kepustakaan
dan penelitian tentang register, variasi bahasa dan register,
konteks dan konteks situasi, kerangka komprehensif analisis
register, campur kode dan alih kode, kajian pragmatik,
tindak tutur, prinsip kerja sama dan kesantunan dalam
berbahasa, dan metafora. Semua itu akan dituangkan pada
bab II. Situasi kebahasaan dan konteks budaya masyarakat
Surakarta, karakteristik pemakaian bahasa pialang
kendaraan bermotor, bentuk dan maksud tutur pialang, dan
leksikon khusus penentu register akan disajikan pada bab
III. Sebagai penutup akan diberikan simpulan dan saran
yang akan ditempatkan pada bab IV.
Selesainya tulisan ini tidak lepas dari kerja sama dan
peran serta dari pihak-pihak lain, baik perseorangan
maupun kelembagaan. Oleh sebab itu, sudah selayaknya
pada kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah ikut
menunjang penulisan buku ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang pertama
kali penulis sampaikan kepada Dr. Maryono Dwiraharjo dan
Prof. Dr. H. D. Edi Subroto yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga tulisan ini bisa terwujud.
Begitu juga kepada Tim Bantuan Pendidikan Pascasarjana
(BPPS), Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra UNS,
Direktur Pascasarjana UNS, dan Rektor UNS, yang telah
vii
memberi bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa pula saya
sampaikan terima kasih kepada UNS Press yang telah
memberi peluang demi terbitnya buku ini.
Selesainya penelitian ini tidak luput pula dari
keterlibatan istri penulis, Dra. Malikatul Laila, M. Hum.;
anak-anak tersayang, Fahma Alfikri, Fatania Latifa, dan
Arifa Sofia Mahra, yang senantiasa memberi dorongan dan
kekuatan doa demi selesainya buku ini.
Tulisan ini penulis sadari masih banyak kekurangan
dan kesalahannya. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat
menyempurnakan tulisan ini akan diterima dengan tangan
terbuka dan diucapkan terima kasih. Semoga ada
manfaatnya. Amin.
Surakarta, Januari 2020
viii
DAFTAR ISI
PRAKATA ....................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ........................... xi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................... 1
A. Latar Belakang ........................................... 1
B. Metode Penelitian ...................................... 5
BAB II. KAJIAN REGISTER DAN KONSEP TEORETIS YANG RELEVAN ....................... 11
A. Kajian Register ........................................... 11
B. Kajian Hasil Penelitian .............................. 12
C. Landasan Teori .......................................... 15
1. Studi Variasi Bahasa ............................ 17
2. Register ................................................... 19
3. Konteks dan Konteks Situasi .............. 22
4. Kerangka Komprehensif Analisis Register .................................................. 24
5. Metafora .................................................. 27
6. Campur Kode dan Alih Kode ............. 29
7. Kajian Pragmatik .................................. 31
8. Tindak Tutur ......................................... 33
9. Prinsip Kerja Sama dan Kesantunan Berbahasa ............................................... 34
ix
10. Praanggapan, Implikatur, dan Entailment .............................................. 37
11. Situasi Kebahasaan dan Konteks Sosio-budaya .......................................... 38
BAB III. REGISTER PIALANG KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA . 43
A. Situasi Kebahasaan dan Konteks Sosio-budaya ........................................................ 43
1. Situasi Kebahasaan Masyarakat Surakarta ................................................ 43
2. Tata Pergaulan dan Struktur Sosial Masyarakat Surakarta .......................... 45
B. Karakteristik Pemakaian Bahasa Pialang 47
1. Pilihan Bahasa ....................................... 47
2. Pemanfaatan Gaya Tutur .................... 57
3. Campur Kode ....................................... 63
4. Strategi Komunikasi ............................. 67
C. Bentuk dan Maksud Tutur Pialang .......... 72
1. Tawar-menawar Harga ....................... 72
2. Perencanaan Transaksi ........................ 75
3. Pengecekan dan Penjajagan Harga ..... 76
4. Melakukan Transaksi Ulang ............... 79
5. Kegagalan Transaksi ............................ 80
6. Pencarian Barang Dagangan................ 82
7. Tawar-menawar Harga ....................... 84
x
8. Meminati Barang Dagangan ............... 86
9. Tawar-menawar Komisi ...................... 88
10. Mencarikan Kendaraan Konsumen ... 90
11. Penilaian Kualitas Dagangan ............. 91
12. Pengalihan Tugas Transaksi ............... 93
13. Penolakan Barang Dagangan ............. 94
D. Kosakata Khusus Penentu Register Pialang ......................................................... 96
1. Transaksi Jual-Beli ................................. 98
2. Kualitas Kendaraan Bermotor ............. 99
3. Bentuk dan Tipe Kendaraan Bermotor (Mobil) .................................. 102
4. Penyebutan Harga Kendaraan Bermotor ................................................. 104
5. Surat-menyurat Kendaraan ................ 105
6. Pelambangan Dagangan dan Harganya ................................................ 106
7. Status dan Fungsi Kendaraan ............. 107
BAB IV. SIMPULAN ..................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 113
LAMPIRAN : KOSAKATA KHUSUS PENANDA REGISTER PIALANG .......................... 117
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA
SINGKATAN
BPKB : Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
D : Dawung
K : Kerten
Ksa. : Kartosura
M : Manahan
S : Semanggi
SAMSAT : Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
SAS : Sasana Adi Suara
SP : Solo Pos
STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
T : Tipes
TANDA
[……] : Tanda Fonetis
(20/SP/5 OKT 2000) : Menandai sumber data nomor 20
dari Solo Pos bulan Oktober 2000.
‘……’ : terjemahan
: berasal dari
xii
Register Pialang Kendaraan Bermotor
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat berbagai hal yang dapat dikaji dalam
masyarakat, antara lain masalah pemakaian bahasa oleh satu
kelompok sosial tertentu. Di dalam kehidupan sosial
terdapat beberapa kelompok profesi seperti: guru,
pengusaha, dokter, militer, petani, pengacara, pedagang,
dan sebagainya. Salah satu kelompok profesi lain yang
belum disebut dan menarik adalah kelompok profesi
pialang. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:618)
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pialang adalah: 1.
perantara perdagangan (antara pembeli dan penjual); orang
yang menjualkan barang atau mencarikan pembeli; pialang
dan 2. orang atau badan hukum yang berjual beli sekuritas
atau barang untuk orang lain atas dasar komisi. Dilihat dari
objek yang diperdagangkan, tentu beragam barang yang
dapat dipialangkan. Di dalam penelitian ini objek yang akan
diteliti hanya difokuskan pada kelompok profesi pialang
kendaraan bermotor (kendaraan yang digerakkan dengan
mesin), khususnya mobil. Kelompok pialang kendaraan
bermotor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Register Pialang Kendaraan Bermotor
2
pedagang kendaraan bermotor bekas (dalam arti tidak baru)
yang kecil, artinya mereka tidak memiliki kios atau ruang
pamer. Kelompok ini dalam beraktivitas senantiasa
berpindah-pindah dari pos yang satu ke pos yang lain. Dari
sinilah mereka berkomunikasi dengan sesama pialang
dengan bahasa yang khas pialangan (baca: register).
Sebagai salah satu kelompok profesi pialang lazimnya
memiliki keahlian di dalam hal mencarikan, membelikan,
dan menjualkan kendaraan bermotor. Mereka memiliki
jaringan kerja yang cukup luas, baik antarsesama pialang (di
dalam wilayah Surakarta dan di luar daerah Surakarta)
maupun pihak lain, seperti biro jasa pengurusan surat dan
bengkel (yang berfungsi untuk melancarkan aktivitas
perpialangan, misalnya pengurusan pajak dan pengecekan
kondisi mesin).
Di dalam melakukan aktivitas pialang senantiasa
memerlukan bentuk interaksi sosial (sesama pialang atau
dengan konsumen). Bentuk interaksi sosial itu membutuh-
kan bahasa sebagai sarananya. Untuk itu, setiap bentuk
interaksi sosial yang terjadi dalam situasi konkret pada saat
melakukan aktivitas perpialangan tersebut sering diistilah-
kan sebagai bentuk pemakaian bahasa.
Pialang kendaraan bermotor di Surakarta dapat
dikelompokkan atas pialang murni dan pialang sambilan
(part time). Pialang murni mengandalkan pekerjaan
kepialangan sebagai pekerjaan utama; pialang sambilan
menempatkan profesi pialang sebagai aktivitas sekunder
karena pekerjaan utamanya bukan pialang, misalnya guru,
dosen, bengkel (mobil atau cat), dan usaha dagang lainnya.
Berdasarkan status sosial-ekonomi, pialang memiliki tingkat
Register Pialang Kendaraan Bermotor
3
sosial-ekonomi yang beragam. Ditinjau dari tingkat
pendidikan ditemukan pialang yang tamatan Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah, dan Pendidikan Tinggi; tingkat ekonomi
pialang berasal dari kelas bawah (tanpa pekerjaan tetap),
menengah (pegawai pemerintah), dan kelas atas (pemilik
show room).
Mengenai fenomena seperti di atas Agricola dan Protze
dalam Dittmar (1976:567) menyatakan bahwa kelompok
masyarakat penutur berdasarkan profesi terbentuk karena
suatu gaya hidup yang sama dan sering hidup bersama
berdasarkan satu status profesi dan wibawa sosial tertentu.
Selanjutnya ditambahkan bahwa orang, benda, dan
perbuatan yang memegang peran istimewa dalam lingkup
kelompok tersebut memperoleh istilah-istilah yang khas.
Dari hasil pengamatan ditemukan kelompok pedagang
kendaraan bermotor bekas (selanjutnya baca: pialang)
terlihat menggunakan istilah-istilah yang khas. Di samping
itu, juga dijumpai fenomena pemakaian bahasa yang
berbeda dengan pedagang kendaraan bermotor bekas yang
omzetnya besar, menempati ruangan toko atau yang biasa
disebut dengan dealer atau show room. Pedagang kendaraan
bermotor bekas banyak mengenal dan memakai istilah-
istilah semacam: kaleng, orisinil, spet, dan sebagainya. Hal itu
tampak pada data-data berikut.
(1) EXEL ‘83 Biru, AD, Kaleng, isttw skl, Hubungi 081-
2298-3057
(2) WONDER ‘87 AC, Tp, VR 15, orisinil, putih, ex
Dokter, 44 jt, Hub: 7222223
Register Pialang Kendaraan Bermotor
4
(3) BU COROLLA SE 85/86, orsl, Tgn I Nol Spet, Cklt
Met HP 08122986827
Dari sisi intensitas komunikasi terdapat perbedaan
antara kedua kelompok pedagang tersebut. Komunikasi
antaranggota kelompok pialang lebih sering (intens) karena
mereka biasa hidup berkumpul di suatu tempat secara rutin
yang populer disebut pos.
Dari sudut pandang sosiolinguistik fenomena yang ada
sangat menarik. Mereka berasal dari lapisan sosial ekonomi
yang beragam. Banyak di antara mereka yang menjadikan
pekerjaan ini sebagai pekerjaan utama, tetapi ada yang
memiliki profesi lain di samping sebagai pialang (pekerjaan
sambilan). Secara ekonomis, tingkat ekonomi mereka juga
beragam, yakni ada yang berasal dari tingkat sosial-ekonomi
rendah, menengah, dan ada juga yang dari tingkat sosial-
ekonomi tinggi. Selain itu, juga berbeda-beda tingkat
pendidikannya, yaitu tingkat rendah, menengah, dan tingkat
tinggi.
Dalam kesehariannya mereka hidup bersama dalam
satu kelompok yang lazim disebut pos. Mereka
berkomunikasi antara pialang satu dengan yang lain dengan
menggunakan kata atau istilah khas pada saat
memperbincangkan transaksi atau bisnisnya. Kata dan
istilah tersebut ada yang merupakan kata atau istilah baru,
tetapi ada pula kata atau istilah sehari-hari yang diberi
makna baru. Pemunculan kata atau istilah tersebut tentu ada
alasan dan maksudnya. Bertolak dari ketertarikan terhadap
bahasa yang digunakan serta hubungan mereka satu dengan
yang lain yang berjalan akrab serta melihat anggotanya yang
Register Pialang Kendaraan Bermotor
5
terdiri atas berbagai lapisan sosial, ekonomi, dan pendidikan
itulah fenomena ini sangat menarik untuk diteliti.
Berdasarkan latar belakang di atas akhirnya penelitian
ini akan membahas masalah register pialang kendaraan
bermotor yang terjadi di wilayah Surakarta. Khususnya
yang berkaitan dengan kendaraan roda empat (mobil) dan
beberapa kendaraan roda dua. Penentuan prioritas itu
disebabkan oleh keragaman jenis dan merk kendaraan serta
asesoris yang dimiliki oleh kendaraan roda empat.
Secara singkat tujuan penelitian ini dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Menjelaskan karakteristik pemakaian bahasa para
pialang di dalam transaksi jual-beli.
2. Menentukan jenis-jenis maksud tutur pialang di dalam
melakukan transaksi jual-beli.
3. Mengidentifikasi kosakata khusus sebagai penentu
register yang digunakan oleh para pialang kendaraan
bermotor.
B. Metode Penelitian
Dalam bagian ini akan dijelaskan ihwal jenis penelitian,
data dan sumber data penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang Register Pialang Kendaraan
Bermotor: Studi Pemakaian Bahasa Kelompok Profesi di
Surakarta ini dapat dikategorikan penelitian kasus. Tujuan
Register Pialang Kendaraan Bermotor
11
BAB II KAJIAN REGISTER DAN KONSEP
TEORETIS YANG RELEVAN
A. Kajian Register
Di dalam disertasi Suwito (1987) yang berjudul
Berbahasa dalam Situasi Diglosik: Kajian tentang Kendala
Pemilihan dan Pemilahan Bahasa di dalam Masyarakat Tutur
Jawa di Tiga Kelurahan di Kotamadya Surakarta dijelaskan
bahwa di dalam masyarakat tutur Jawa di Surakarta
terdapat kecenderungan untuk memilahkan pemakaian
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia berdasarkan faktor-faktor
sosial, kultural, dan situasional. Pemakaian bahasa Jawa dan
bahasa Indonesia beserta ragamnya dapat tumbuh subur
tanpa saling mempengaruhi satu sama lain sehingga
masyarakat tutur Jawa merupakan masyarakat tutur yang
diglosik. Fenomena ini tidak memungkiri bila bentuk
pemakaian bahasa Jawa selalu terjadi dalam situasi bilingual
dan multilingual. Hal itu tentu dapat terjadi pula dalam
pemakaian bahasa oleh kelompok profesi pialang.
Selanjutnya dinyatakan bahwa maksud tuturan dapat
diungkapkan dengan bahasa Jawa atau dengan bahasa
Register Pialang Kendaraan Bermotor
12
Indonesia. Namun masing-masing maksud tutur memerlu-
kan "gaya tutur" tersendiri, yang antara lain ditandai oleh
intonasi, pilihan kata, dan topikalisasi. Selain itu, pemakaian
bahasa ragam lisan banyak diwarnai oleh tuturan singkat,
penanggalan-penanggalan, dan elipsis-elipsis. Hal itu
dimungkinkan juga karena dalam pemakaian ragam lisan
yang banyak dibantu oleh unsur-unsur non-verbal yang
dapat melancarkan komunikasi (Suwito, 1997:250).
Meskipun sangat berpengaruh dalam melancarkan
komunikasi unsur-unsur non-verbal juga rawan sekali untuk
diinterpretasi secara salah (Holmes, 1992:304). Berdasarkan
kenyataan ini akhirnya dalam memahami pesan suatu
komunikasi tampaknya perlu mempertimbangkan segi-segi
linguistik dan segi-segi nonlinguistik.
Pemakaian bahasa oleh sekelompok orang yang
ditandai oleh adanya pemilihan kosakata-kosakata tertentu
sesuai dengan kelompok-kelompok profesi atau sosial
tertentu dinamakan sebagai register (Wardaugh, 1986:48). Di
dalam pemakaian bahasa, termasuk pemakaian register,
terjadi penyampaian maksud. Dalam kaitan dengan ini
Verhaar (1979) membedakan antara makna, maksud dan
informasi. Makna dan informasi mengimplikasikan sifat
objektif, sedangkan maksud mempunyai implikasi yang
bersifat subjektif.
B. Kajian Hasil Penelitian
Penelitian register telah dilakukan oleh Crystal dan
Davy, Ferguson, Holmes, Laila, dan Nurhayati.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
13
Yang mula-mula melakukan penelitian register adalah
Crystal dan Davy dengan judul Investigating English Style
(1969), walaupun mereka menolak peristilahan register.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ferguson (1983)
yang mengkaji siaran olah raga dalam radio (Radio
Sportscasting) (dalam Biber, 1994:353). Hasil pengamatan
yang mendalam mengenai register juga dilakukan oleh
Holmes (1992: 276-282).
Hasil penelitian Crystal dan Davy menyajikan lima
model analisis pemakaian bahasa menurut situasinya.
Situasi itu diklasifikasikan atas: (1) situasi dalam ranah
agama, (2) laporan surat kabar, (3) percakapan, (4)
dokumen-dokumen legal, dan (5) komentar radio yang tidak
tertulis.
Ragam bahasa Inggris dalam masing-masing situasi
pemakaian bahasa itu dibedakan ciri-ciri linguistiknya
(mulai dari tingkat fonologi/ortografi), leksikon, sintaksis,
dan wacana) dan seterusnya masing-masing ciri-ciri itu
diungkapkan mengenai motivasi-motivasi fungsional
pemakaiannya.
Penelitian Ferguson menempatkan tiga tingkat
pembedaan situasi. Situasi itu dipilahkan dalam konteks
siaran dengan situasi pertimbangan waktu tertentu (sedang
berlangsung, lampau dan selesai), siaran dengan
pertimbangan jenis pendengar, yaitu pendengar yang tidak
melihat olah raga lewat media cetak, dan siaran yang
mempertimbangkan pengetahuan konvensional yang sama-
sama dimiliki oleh penyiar dan pendengar, misalnya dalam
hal aturan main, istilah-istilah teknis, dan harapan bagi
pemainnya.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
14
Penelitian Holmes menyajikan hasil pengamatan
mengenai register para komentator olah raga di Inggris.
Hasilnya menunjukkan bahwa suatu bentuk register akan
mengungkapkan adanya kosakata-kosakata khusus,
pengurangan-pengurangan struktur, inversi, dan penekanan-
penekanan pada nomina-nomina tertentu yang dipakai
dalam suatu oposisi.
Laila (1999) meneliti Karakteristik Pemakaian Register
Transportasi di Wilayah Surakarta. Hasil penelitian itu antara
lain mengatakan bahwa register transportasi berwujud
kategori nomina, verba, ajektiva, dan adverbia (baik yang
berbentuk dasar maupun kompleks). Makna register
transportasi antarkota mengacu pada konteks situasi,
seperti: para pelaku (awak kendaraan), hal yang
dibicarakan, kesempatan tertentu, cara penyampaian, dan
beberapa peristiwa yang berada di sekitar transportasi.
Terdapat pula fungsi sosial pemakaian register transportasi
seperti: memberi aba-aba, menghemat tuturan, menyem-
bunyikan maksud tuturan (menyembunyikan sesuatu),
menjalin hubungan akrab, mengungkapkan perasaan atau
sikap, memberi dorongan kepada sopir, dan untuk melucu.
Nurhayati (2000) mengkaji Register Bahasa Lisan Penyiar-
penyiar Radio di Palembang yang tertuang dalam majalah
Linguistik Indonesia Tahun 18, Nomor 2 terbitan bulan
Agustus 2000. Temuan penelitiannya antara lain bahwa
dalam register penyiar ditinjau dari segi fonologi terdapat
variasi pengucapan oleh penyiar-penyiarnya; dalam bidang
morfologi ditemukan pemakaian bentukan-bentukan yang
lazim digunakan dalam percakapan resmi dan pembicaraan
akrab; di dalam bidang leksikon ditemukan pemakaian
Register Pialang Kendaraan Bermotor
15
kosakata dari bahasa Indonesia yang digunakan dalam
situasi resmi, dialek-dialek regional, dan bahasa Inggris;
dalam bidang sintaksis dijumpai pemakaian kalimat aktif
lebih banyak dibandingkan dengan kalimat pasif, kalimat
pendek lebih banyak dibandingkan kalimat panjang, kalimat
yang berpola S-P dan P-S yang mengalami pelesapan subjek;
dan register bahasa lisan lebih diminati oleh para
pendengar.
C. Landasan Teori
1. Studi Variasi Bahasa
Di dalam studi sosiolinguistik bahasa tidak hanya
dipahami sebagai sistem tanda saja, tetapi juga dipandang
sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai bagian
dari kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, di
dalam penelitian bahasa dengan ancangan sosiolinguistik
senantiasa akan memperhitungkan bagaimana pemakaian-
nya di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial tertentu. Faktor-faktor sosial itu antara lain
adalah: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat
ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Selain itu, bentuk
bahasanya juga dipengaruhi oleh faktor situasional,
misalnya: siapa yang berbicara, bagaimana bentuk
bahasanya, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai
masalah apa. Faktor-faktor situasional seperti itu sejalan
dengan rumusan Fishman: Who speaks what language to whom
and when (dalam Pride and Holmes, 1979:15; Suwito, 1985:3).
Dengan demikian, setiap bentuk bahasa yang dipengaruhi
oleh berbagai konteks dengan masyarakat pemakainya
merupakan penelitian sosiolinguistik.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
43
BAB III REGISTER PIALANG KENDARAAN
BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA
A. Situasi Kebahasaan dan Konteks Sosio-
budaya
1. Situasi Kebahasaan Masyarakat Surakarta
Situasi kehidupan kota pada umumnya menuntut
adanya kemampuan mengadakan interaksi sosial secara
memadahi di dalam berbagai bidang kehidupan Bidang
kehidupan yang terkait dengan pemakaian bahasa itu antara
lain melingkupi lingkungan keluarga, pendidikan, ke-
budayaan, jaringan kerja, dan kehidupan sosial-keagamaan.
Dalam setiap lingkungan tersebut menuntut individu
sebagai bagian dari suatu kelompok sosial dapat menguasai
bahasa sebagai media komunikasi. Masyarakat tutur Jawa di
Surakarta setidak-tidaknya juga menunjukkan gejala
pemanfaatan bahasa sebagai media interaksi sosial dalam
berbagai lingkungan kehidupan (sosial). Penduduk di
wilayah ini setidak-tidaknya menguasai dua bahasa, yaitu
Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
44
Di dalam praktek atau pelaksanaannya masing-masing
bahasa itu tidak dapat digunakan untuk setiap keperluan
dan situasi. Keduanya dipakai dalam kaitannya dengan
peran dan fungsi sosialnya masing-masing. Pemilahan
bahasa yang didasarkan pada prinsip yang seperti ini adalah
terdapatnya kenyataan bahwa suatu bahasa hanya cocok
(tepat) untuk keperluan tertentu dan dalam situasi tertentu,
dan tidak akan cocok apabila digunakan untuk keperluan
dan situasi yang lain. Pandangan demikian ini oleh Fasold
(1980) disebut sebagai kecocokan distribusi fungsional
(proper functional distribution).
Berdasarkan prisip tersebut maka di wilayah Surakarta
dapat dipilah berdasarkan fungsinya masing-masing.
Pemakaian Bahasa Indonesia difungsikan untuk
kepentingan yang berkaitan dengan situasi formal nasional,
misalnya: pemakaian bahasa di lingkungan pendidikan,
upacara kenegaraan, rapat-rapat lembaga negara, dan
pendidikan. Sebaliknya untuk situasi formal kedaerahan,
seperti upacara perkawinan, upacara kematian, masalah
kebatinan dan filsafat kejawen sebagai perwujudan nilai
tradisional akan digunakan bahasa Jawa.
Situasi yang akrab dan santai memberi kelonggaran
peserta tutur untuk memilih dan memanfaatkan kedua
bahasa itu untuk menjalankan fungsi sosialnya. Misalnya
percakapan di dalam keluarga dan tawar-menawar barang
di dalam pasar.
Keberadaan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah secara
otomatis akan menunjukkan identitas etnik pemakaianya.
Untuk itu, apabila di dalam suatu kelompok sosial,
(misalnya kelompok profesi pialang) terjadi penggunaan
Register Pialang Kendaraan Bermotor
45
bahasa Jawa secara otomatis akan mengikat pemakai itu ke
dalam satu kelompoknya. Hal ini menunjukkan bahwa
masih terdapat kekuatan bahasa sebagai salah satu alat
untuk melakukan adaptasi sosial bagi individu-individu
yang akan terlibat dalam suatu interaksi sosial.
2. Tata Pergaulan dan Struktur Sosial Masyarakat
Surakarta
Masyarakat tutur Jawa telah berabad-abad memiliki
tatanan kehidupan yang begitu baik dan mapan. Tatanan
kehidupan itu ditata berdasarkan wawasan bahwa tidak ada
masyarakat tutur yang sederajat, melainkan setiap anggota
masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lain
memiliki hubungan vertikal, dalam arti kehidupan sosial
dan kehidupan pada umumnya merupakan tulang
punggung utama dari tatanan moral masyarakat tutur Jawa
dan disahkan oleh adanya kenyataan bahwa yang lebih
tualah yang mendekati kebenaran, sehingga patut
dihormati. (Mulder, 1985:54).
Pandangan seperti tersebut di atas menyiratkan bahwa
di dalam masyarakat Jawa (termasuk Surakarta) masih
memiliki satu tuntunan moral penghormatan. Selain itu,
masih ada lagi satu nilai yang diimplementasikan dalam
kehidupan sosial yang disebut penampilan sosial yang
harmonis (Hildred Geertz (1985:151). Kedua hal itu
merupakan kekuatan terpenting di dalam masyarakat Jawa
sampai saat ini.
Konsekuensi dari adanya dua tatanan itu akhirnya di
dalam masyarakat Jawa kedudukkan seorang individu dari
anggota masyarakat yang merasa lebih tua, yang merasa
lebih tinggi pangkatnya, dan sebagai tokoh masyarakat
Register Pialang Kendaraan Bermotor
46
hendaknya sanggup bertindak sebagai pelindung (pengayom).
Paling tidak hendaknya mampu menjadi panutan bagi yang
lebih muda dan lebih rendah status sosialnya. Tata
kehidupan semacam ini betul-betul masih berlaku secara
mapan di dalam masyarakar tutur Jawa.
Tata pergaulan yang menempatkan tingkat kehidupan
vertikal semacam itu di dalam masyarakat Jawa disebut
unggah-ungguh. Asas unggah-ungguh inilah yang kemudian
membentuk dan mengatur tata sopan-santun antara anggota
masyarakat satu dengan anggota masyarakat yang lain.
Bahkan telah diabadikan sebagai ajaran moral Jawa oleh
seorang pujangga Surakarta, Raden Ngabehi Ranggawarsita
dalam Serat Wedharaga. Tata pergaulan itu antara lain
menyangkut cara berperi laku, bertindak, dan bertutur kata
di dalam masyarakat Jawa.
Di dalam masyarakat Jawa tradisional, khususnya di
keraton, terdapat pemilahan status anggota masyarakat.
Status itu antara lain berkaitan dengan gelar yang diberikan
raja pada saat itu kepada seseorang yang sekaligus
memperlihatkan adanya stratifikasi sosial pemiliknya. Gelar
yang berkait dengan stratifikasi sosial itu dipilahkan atas
sampeyandalem (raja), sentanadalem (kerabat raja), dan
abdidalem (pegawai kerajaan atau rakyat). (Maryono,
1996:396). Pihak pedagang termasuk dalam struktur
tersebut. Oleh karena itu, pedagang dapat digolongkan
sebagai kelompok luar keraton (pinggiran).
Masyarakat Jawa pada saat ini (termasuk Surakarta)
telah mengalami perubahan dalam pandangan terhadap
struktur kemasyarakatannya, terutama sejak orang Belanda
meninggalkan Indonesia dan berakhirnya perang Dunia II.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
47
Akhirnya stratifikasi yang dikenal di dalam masyarakat kota
sejak itu dipilahkan atas (1) golongan orang biasa dan para
pekerja keras, (2) golongan pedagang, dan (3) golongan
pegawai pemerintah yang bekerja di pemerintah-pemerintah
daerah, di instansi pemerintah, dan jabatan-jabatan
kepegawaian di belakang meja tulis (Koetjaraningrat,
1984:230-231).
B. Karakteristik Pemakaian Bahasa Pialang
Di dalam melakukan transaksi dan interaksi sesama
pialang ditemukan beberapa kekhususan pemakaian bahasa
ditinjau berdasarkan pilihan ragam, kehusususan bentuk
kebahasaan, pemanfaatan gaya tutur (bahasa), gejala campur
kode, dan strategi bertuturnya.
1. Pilihan Ragam Bahasa
Keberadaan register pialang kendaraan bermotor
merupakan salah satu cermin adanya pemakaian bahasa
yang menggambarkan kekhasan tersendiri karena memper-
lihatkan pemakaian bahasa oleh salah satu kelompok sosial
profesi yang berusaha mengadakan pemilahan ragam
bahasa. Pilihan ragam itu menyangkut pemilihan ragam
bahasa lisan dan ragam bahasa tulis yang berbeda. Ragam
bahasa lisan memilih tingkat tutur ngoko dan bahasa
Indonesia yang mendapat pengaruh dialek Jakarta; ragam
bahasa tulis memilih ragam bahasa Indonesia baku.
Kalau ditinjau dari tipe wacana yang dipilih termasuk
tipe wacana konsultatif, karena di dalamnya terdapat
percakapanan (tanya jawab) yang berusaha mengadakan
tawar-menawar barang, menilai mutu barang untuk
Register Pialang Kendaraan Bermotor
109
BAB IV SIMPULAN
Sejalan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
dalam penelitian ini dapat ditemukan tiga simpulan sebagai
berikut.
1. Karakteristik pemakaian bahasa para pialang dapat
dipilahkan atas pemakaian bahasa Jawa dan pemakaian
dalam bahasa Indonesia. Di dalam berinteraksi secara
lisan (jual-beli) dipilih bahasa Jawa dengan tingkat tutur
ngoko antarsesama pialang yang sudah akrab atau intim;
tingkat tutur krama untuk pialang yang baru saling
kenal dan lebih tua usianya. Penggunaan bahasa
Indonesia yang diwarnai dialek Jakarta ditemukan
dalam rangka menawarkan kendaraan bermotor melalui
mass media (radio dan surat kabar); untuk menuliskan
kuitansi dan perjanjian jual-beli, dipilih pemakaian
bahasa Indonesia baku karena menyangkut pembahasa-
an materi dalam bidang hukum.
Perbedaan jarak sosial (khususnya pendidikan)
dalam interaksi sosial para pialang akan berpengaruh
pada pilihan ragam dan strategi bertuturnya. Di dalam
pelaksanaanya, pialang yang berpendidikan tinggi akan
Register Pialang Kendaraan Bermotor
110
dapat memilih konteks pemakaian yang tepat dalam
bertransaksi, selain itu juga digunakan bentuk penolakan
yang lebih tidak langsung. Bentuk tuturan langsung
disesuaikan dengan modus kalimatnya sehingga mitra
tutur dapat langsung menangkap dan memahami meta
pesan yang dimaksudkan; sebaliknya tuturan tidak
langsung dari pialang selaku pembeli sering harus
menerka meta pesan yang tertuang dalam tuturan.
Tuturan tidak langsung ini menyimpang dari prinsip
kooperatif, khususnya maksim relevansi, walaupun
punya maksud untuk menjaga hubungan sosial agar
tidak saling tersinggung.
Di dalam komunikasi antarpialang juga dimanfaat-
kan gaya tutur (bahasa) metaforik dan metonimia.
Pemilihan gaya tutur tersebut membangkitkan
kreativitas dan kesegaran di dalam berkomunikasi; selain
itu juga menadai fungsi komunikasi yang cepat dan
efisien. Kosakata khusus penanda register mengandung
makna spesifik berdasarkan konteks pemakaian yang
bersifat isomorfik.
Ciri khas pemakaian bahasa pialang juga ditandai
oleh adanya penciptaan kata sebagai kosakata khusus
yang diserap dari bahasa lain, misalnya Bahasa Inggris
(khusus yang berkaitan dengan leksikon otomotif
sebagai produk teknologi transportasi), pemanfaatan
bahasa Cina percakapan (misalnya penyebutan L 300
dengan diucapkan [L sap?], seratus diucapkan [cp?].
diwarnai juga dengan pengucapan dialek Jakarta dengan
dipakainya sufiks -in (dalam kata nawarin). Gejala
semacam ini lazim dikosakatakan sebagai campur kode.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
111
Kekhasan dalam pembentukan kata antara lain
ditemukan adanya penyingkatan kata, bentuk
pemendekan atau kontraksi sebagai salah satu
pembentukan kata dalam bahasa. Pemakaian kalimat
inversi ditemukan dalam kalimat penawaran mobil
melalui iklan surat kabar.
2. Maksud tutur di dalam register pialang ditandai oleh
munculnya berbagai tipe wacana yang dipakai. Dasar
yang dipakai adalah isi atau maksud tuturan yang
diinformasikan oleh wacana. Wacana yang dipakai bisa
berwujud monolog (iklan) dan dialog (percakapan).
Maksud tutur yang ingin disampaikan pialang antara
lain seperti berikut.
a. tawar-menawar harga kendaraan
b. perencanaan transaksi jual-beli
c. penjajagan atau pengecekan harga
d. melakukan transaksi ulang
e. pengungkapan kegagalan transaksi
f. pencarian barang dagangan
g. meminati barang dagangan
h. tawar-menawar komisi
i. mencarikan kendaraan konsumen
j. menginformasikan dagangan
k. pengecekan harga
l. pengalihan tugas transaksi
m. penolakan barang dagangan.
3. Ditemukan sejumlah kosakata khusus dan acuan makna
yang dikonvensikan sebagai penanda register pialang.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
112
Kosakata itu terdapat dalam kaitannya dengan fungsi
sosial pemakaian bahasa seperti berikut.
a. transaksi jual-beli
b. kualitas kendaraan bermotor
c. bentuk dan tipe kendaraan
d. asesoris dan surat-menyurat
e. harga kendaraan bermotor
f. pelambangan barang dagangan
g. fungsi kendaraan bermotor.
Sebagai konsekuensi adanya pemilihan perangkat
kognitif bahasa, maka bahasa harus memadahi sebagai
sistem komunikasi dan dapat ditentukan pola
(kaidah)nya; sebagai perangkat tingkah laku kultural
akan menempatkan bahasa sebagai (1) bentuk tingkah
laku kultural, (2) perlunya pembakuan bahasa (baik
formal maupun informal) dan dipandang sebagai
tingkah laku sosial terhadap bahasa, (3) dalam
masyarakat tutur selalu ada reaksi subjektif terhadap
adanya ragam bahasa yang dipakai oleh lapisan-lapisan
masyarakat, dan (4) tidak dapat diingkari munculnya
ragam-ragam bahasa.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
113
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik:
Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Aminuddin. 1988. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna.
Malang: CV Sinar Baru.
Anton M. Moeliono dkk.(peny.). 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Biber, Douglas dan Edward Finegan (ed.). 1994.
Sociolinguistic Perspectives on Register. New York:
OUP.
Brown, Gillian dan George Yule. 1983. Analisis Wacana (terj. I
Soetikno). Jakarta: Gramedia.
Depdikbud. 1995. Teori dan Metode Sosiolinguistik II. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Dewa Putu Wijana. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta:
Andi.
______. 1999. “Wacana dan Pragmatik” dalam Pelatihan
Analisis Wacana oleh Pusat Penelitian Kebudayaan
dan Perubahan Sosial UGM 2-7 Agustus 1999.
Dinnen, Francis P. 1967. An Introduction to General Linguistics.
Washington: Georgetown University Press.
Dittmar, Norbert. 1976. Sosiolinguistic: a Critical Survey of
Theory and Application. London: Adward Arnold.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
114
Edi Subroto, D. 1986. Semantik Leksikal II. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
______. 1991. “Metafora dan Kemetaforaan (Analisis
Beberapa Puisi Indonesia)” dalam Haluan Sastra No.
17 TH X Oktober. Surakarta: Fakultas Sastra.
Fasold, Ralph. 1984. The Sociolinguistics of Society. New York:
Blackwell.
Fishman, .Joshua A. 1972. The Sociology of Language. USA:
Newbury House Publisher.
______. 1975. Sociolinguistics: a Brief Introduction. USA:
Newbury House Publisher.
Geertz, Hildred. 1985. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Semiotic: The Social
Interpretation of Language and Meaning. Great Britain:
Edward Arnold Ltd.
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan. 1994. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial
(terj. Asrudin Barori Tou). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Harimurti Kridalaksana. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT
Gramedia.
Holmes, Janet.1992. An Introduction to Sociolinguistics.
London: Longman.
Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistics. Great Britain: Cambridge
University Press.
Hymes, Dell.1976. "Models of Interaction of Language and Social
Life", di dalam Roger T.Bell, Sociolinguistics:Goals
Approach and problems. London: B.T. Batsford ltd.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
115
______. 1979. Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographic
Approach. Philadelphia: University of Pensylvania
Press.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai
Pustaka.
Kunjana R. Rahardi. 2000. Imperatif dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (terj. M.D.D.
Oka). Jakarta: Universitas Indonesia.
Malikatul Laila. 1999. Karakteristik Pemakaian Register
Transportasi Antarkota di Wilayah Surakarta (tesis).
Yogyakarta: UGM.
Mansoer Pateda. 1992. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
Maryono Dwiraharjo. 1996. Fungsi dan Bentuk Krama dalam
Masyarakat Tutur Jawa: Studi Kasus di Kotamadya
Surakarta (disertasi). Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Mulder, Niels. 1986. Kepribadian Jawa dan Pembangunan
Nasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nababan, P.W.J. 1982. Pengantar Linguistik. Jakarta:
Gramedia.
Noeng Muhadjir.1990. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Rake Sarasin.
Nurhayati. 2000. “Register Bahasa Lisan Penyiar-Penyiar
Radio di Palembang: Studi Analitis dari Aspek
Sosiolinguistik dan Kaitannya dengan Ketertarikan
Pendengar” dalam Linguistik Indonesia Tahun 18
Nomor 2. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
116
Pride, J.B. dan Janet Holmes. 1976. Sociolinguistics. England:
Penguin Education, Penguin Book Ltd.
Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. Cambridge:
Blackwell.
Singh, Rajendra (ed.). 1996. Towards a Critical Sociolinguistics.
Amsterdam: John Benjamins.
Stork dan Hartman. 1972. Dictionary of Language and
Linguistics. London: Applied Science Publisher.
Suwito. 1982. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan
Problema. Surakarta: Henary Offset.
______. 1987. Berbahasa dalam Situasi Diglosik: Kajian tentang Kendala Pemilihan dan Pemilahan Bahasa di dalam
Masyarakat Tutur Jawa di Tiga Kelurahan Kotamadya
Surakarta (disertasi). Jakarta: Universitas Indonesia.
Ullman, Stephen. 1972. Semantics: An Introduction to the
Science of Meaning. London: Basil Blackwell.
Verhaar, J.M.W. 1979. Pengantar Linguistik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Vredenbregt, Jacob. 1978. Metode dan Teknik Penelitian
Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Wardaugh, Ronald. 1976. The Contexts of Language.
Massachusetts: Newbury House Publisers, Inc.
______. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. New York:
Basil Blackwell.
Register Pialang Kendaraan Bermotor
117
LAMPIRAN
Register Pialang Kendaraan Bermotor
118
Register Pialang Kendaraan Bermotor
119
KOSAKATA KHUSUS PENANDA
REGISTER PIALANG
ambulan ‘mobil warna putih’
anteb ‘mahal’
apikan ‘kondisi mobil bagus’
asli ‘surat-surat kendaraan (mobil) sah’
bagong ‘sebutan mobil yang lampunya bulat besar’
banci ‘sebutan mobil twincamp 1300 cc/kijang tiga pintu’
banggelan ‘harga sesama pialang’
barang cilikan ‘mobil murah’
barang gedhe ‘mobil mewah’
barteran ‘tukar-menukar harga mobil’
blok ‘tipe kaca mati untuk mobil station’
bodong ‘mobil tidak dilengkapi surat-menyurat yang sah
buka ‘harga penawaran mobil’
bukung ‘mobil hetchback’
byur-byuran ‘cat ulang’
cabutan ‘surat kendaraan (mobil) dari luar daerah’
carteran ‘mobil untuk disewakan’
culke ‘disetujui harga mobil’
dagangan ‘mobil untuk jual-beli’
Register Pialang Kendaraan Bermotor
120
dalane ‘sebutan lain pialang’
dandan ‘perlu perbaikan’
diacarakke ‘aktivitas pialang untuk menawarkan mobil’
diiling ‘mobil yang masih bisa untung untuk dijual’
dobel ‘mobil ban ganda/starter elektrik/AC blowernya dua’
duplikat ‘salinan BPKB atau STNK’
engkel ‘mobil truk ban tunggal’
full variasi ‘mobil bervariasi lengkap’ (3, 36)
gembreng ‘ pelat mobil belum keropos’
goyang ‘berubah harganya’
istimewa ‘kondisi mobil istimewa’
jangkrik ‘sebutan mobil jymny tahun 80/81’
jeglogan ‘nomor mesin atau rangka telah dipalsukan’
jeruk ‘sebutan honda grand tahun 97 akhir’
kaca standar ‘kaca dorong’
kaleng ‘pelat besi mobil tidak keropos’
kapsul ‘jenis mobil kijang (starlet) yang berbentuk seperti
kapsul’
kawinan ‘nomor mesin atau rangka dari mobil berbeda’.
kekasut ‘kena perkara pidana’
kena ‘ bagian mobil yang menabrak/menyerempet’
Register Pialang Kendaraan Bermotor
121
klebu ‘mobil disetujui konsumen’
komisi ‘uang jasa’
komplit ‘lengkap asesoris’
lampu kotak ‘lampu berbentuk kotak’
lampu sipit ‘lampu mobil seperempat lingkaran’
lawang kupu ‘pintu mobil keluar-masuk’
lemu ‘dempul mobil tebal’
mambu ‘mobil sudah ditawarkan ke berbagai tempat’
mati sek ‘harga mati’
mbeleh ‘mengambil untung banyak’
mblawuk ‘cat mobil sudah kusam’
mbledhos ‘batal transaksi’
meri ‘yamaha 50 cc’
minthi ‘honda 50 cc’
nego(siasi) ‘harga runding’
nembak ‘ pajak kendaraan tanpa persyaratan yang lengkap’
nete ‘harga mati’
nge-up-ke ‘menaikkan harga pokok’
ngidak harga mobil dari pemilik dipatok dahulu’
ngothak ‘mematok harga jual ’
niaga ‘ mobil untuk perdagangan’
Register Pialang Kendaraan Bermotor
122
nol spet ‘bagian mobil belum ada yang dicat ulang’
nulup ‘mencuri jejak pialang lain’
nutup ‘harga beli mobil’
nyompil atau sompilan ‘asesoris kendaraan (mobil) yang biasa
diambil pialang’
orisinil ‘cat mobil dari karoseri atau pabrik’
pedhote ‘harga pokok mobil’
persekot atau panjer ‘uang muka’
pick up ‘mobil barang terbuka’
plethuk ‘honda 70 cc’
plorotke ‘diturunkan’
regane anteb ‘harga mahal’
rego nete ‘harga pokok’
resik ‘harga tanpa komisi’
rewo-rewo ‘kondisi cat dan plat mobil sangat jelek’
robot ‘yamaha tahun 1983’
second ‘mobil bekas’
sikilan ‘transportasi harian pialang’
simpenan ‘ mobil yang jarang dipakai’
sipit ‘jenis lampu mobil seperempat loingkaran’
sompilan ‘bagian mobil yang diambil oleh pialang’
speleng ‘minta sisa uang dari harga pokok’
Register Pialang Kendaraan Bermotor
123
spet ‘bagian mobil yang dicat’
standar ‘tidak bervariasi/ kijang empat speed’
station ‘mobil penumpang’
super ‘sebutan kijang lima speed’
tangan pertama ‘pemilik mobil pertama’
terawat ‘mobil yang selalu dirawat mesin dan bodinya’
trontong ‘sebutan mobil suzuki pick up 750 cc’
tutup ‘harga mobil disetujui’
twin ‘dua knalpot’
ulang tahun ‘kendaraan (mobil) akan pajak ulang’
Register Pialang Kendaraan Bermotor
124