Referat Meningioma
-
Upload
muhamad-syaiful -
Category
Documents
-
view
206 -
download
45
description
Transcript of Referat Meningioma
MENINGIOMA
OLEH :
Muhamad Syaiful Bin Samingan 11 2013 194
Mohamed Asri Bin Mohd Zaini 11 2013 193
Dokter Pembimbing : dr. Hadi Soeprapto Giarto, SpS.
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
2014
Page | 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan anugrah-Nya,
pembahasan referat meningioma ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pembahasan referat tentang meningioma ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
pelaksanaan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf RS Mardi Waluyo periode 27
Oktober 2014 – 29 November 2014.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hadi Soeprapto
Giarto, SpS selaku pembimbing dalam penyusunan tugas ini serta seluruh pihak yang telah
membantu, sehingga case atau referat Meningioma ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Penulis mengetahui dari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan referat ini
Lampung, 19 November 2014
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang 5
Bab II Tinjauan Pustaka
Anatomi 7
Epidemiologi
Etiologi 9
Klasifikasi 10
Tanda dan Gejala 15
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang 18
Penatalaksanaan 21
- Pembedahan 21
- Radioterapi 22
- Terapi Medis 22
Prognosis
Bab III Penutup
Kesimpulan 24
Daftar Pustaka 25
Page | 3
MENINGIOMA
PENDAHULUAN
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan frekuensi yaitu
mencapai angka 20%. Ia lebih sering dijumpai pada wanita dari pada pria terutama pada
golongan umur antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada
beberapa anggota di satu keluarga. Korelasi dengan trauma kapitis kurang meyakinkan. Pada
umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili
arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada
tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura mater yang menutupi radiks.1
LATAR BELAKANG
Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput pelindung yang
melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian
otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya lebih sering terjadi di intracranial dibandingkan
intraspinal.1 Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma malignan
jarang terjadi.2
Tumor ini paling sering menyerang wanita, dengan ratio wanita banding pria adalah 2:1.3
Korelasinya dengan trauma kapitis masih dalam penelitian karena belum cukup bukti untuk
memastikannya. Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat
menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang
terganggu dan seringkali berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.1 Sekitar 40%
meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis.
Sindroma lobus frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan mengatur perilaku seperti
impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi eksekutif, dan
ketidakmampuan mengatur mood. Gejala yang paling sering timbul meliputi sakit kepala hebat
terutama pada pagi hari, kejang, perubahan kepribadian dan gangguan ingatan, mual dan muntah,
serta penglihatan kabur.5
Page | 4
Meskipun pada kebanyakan kasus bersifat jinak, namun meningioma dapat menimbulkan
masalah besar bagi dokter dan pasien terutama dalam hal diagnosis dan penatalaksanaan.2 Oleh
karena hal tersebut, maka penyusun memilih judul “Meningioma” sebagai judul referat ini.
ANATOMI
Meninges merupakan selaput atau membrane yang terdiri dari connective tissue yang
melapisi dan melindungi otak, terdiri dari tiga bagian, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.
1. Duramater
Duramater atau pachymeninx dibentuk dari jaringan ikat fibrous. Secara konvensional
duramater ini terdiri dari dua lapis , yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal.Lapisan
endosteal merupakan lapisan periosteum yang menutupi permukaan dalam tulang cranium.
Lapisan meningeal merupakan lapisan duramater yang , sering disebut dengan cranial duramater.
Terdiri dari jaringan fibrous yang padat dan kuat yang membungkus otak dan melanjutkan diri
menjadi duramater spinalis setelah melewati foramen magnum yang berakhir sampai segmen
kedua dari os sacrum.
Pada pemisahan dua lapisan duramater ini , diantaranya terdapat sinus duramatris yang
berisi darah vena. Sinus venosus/duramatris ini menerima darah dari drainase vena pada otak dan
mengalir menuju vena jugularis interna. Dinding dari sinus- sinus ini dibatasi oleh endothelium.
Pada lapisan duramater ini terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah yang berasal dari
arteri carotis interna, a.maxillaris , a. pharyngeus ascendens , a, occipitalis dan a. vertebralis. Dari
sudut klinis , yang terpenting adalah a.meningea media ( cabang dari a.maxillaris ) karena arteri
ini umumnya sering pecah pada keadaan trauma capitis.
Pada duramater terdapat banyak ujung- ujung saraf sensorik, dan peka terhadap regangan
sehingga jika terjadi stimulasi pada ujung-saraf ini dapat menimbulkan sakit kepala yang hebat.6
2. Arachnoid.
Lapisan ini merupakan suatu membrane yang impermeable halus, yang menutupi otak
dan terletak diantara piamater dan duramater. Membran ini dipisahkan dari duramater oleh ruang
potensial yaitu spatium subdurale, dan dari piamater oleh cavum subarachnoid yang berisi
cerebrospinal fluid. Cavum subarachnoid ( subarachnoid space ) merupakan suatu rongga/
Page | 5
ruangan yang dibatasi oleh arachnoid di bagian luar dan piamater pada bagian dalam. Dinding
subarachnoid space ini ditutupi oleh mesothelial cell yang pipih. Pada daerah tertentu arachnoid
menonjol kedalam sinus venosus membentuk villi arachnoidales. Agregasi villi arachnoid disebut
sebagai granulations arachnoidales. Villi arachnoidales ini berfungsi sebagai tempat perembesan
cerebrospinal fluid kedalam aliran darah. Arachnoid berhubungan dengan piamater melalui
untaian jaringan fibrosa halus yang melintasi cairan dalam cavum subarachnoid.Struktur yang
berjalan dari dan keotak menuju cranium atau foraminanya harus melalui cavum subarachnoid.6
3. Piamater
Lapisan piamater berhubungan erat dengan otak dan sum-sum tulang belakang, mengikuti
tiap sulcus dan gyrus . Piamater ini merupakan lapisan dengan banyak pembuluh darah dan
terdiri dari jaringan penyambung yang halus serta dilalui pembuluh darah yang memberi nutrisi
pada jaringan saraf.
Astrosit susunan saraf pusat mempunyai ujung-ujung yang berakhir sebagai end feet
dalam piamater untuk membentuk selaput pia-glia.Selaput ini berfungsi untuk mencegah
masuknya bahan-bahan yang merugikan kedalam susunan saraf pusat. Piamater membentuk tela
choroidea, atap ventriculus tertius dan quartus, dan menyatu dengan ependyma membentuk
plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius dan quartus.6
Gambar 1. Potongan melintang tengkorak dan meninges5
Page | 6
EPIDEMIOLOGI
Meningioma merupakan tumor kedua terbanyak, diperkirakan sekitar 13%-26% dari tumor
intrakranial primer, dengan insidens sekitar 6 / 100 000 populasi per tahun. meningioma di
medulla spinalis sekitar 8% dari seluruh tumor meningioma dan 25% sampai 46% dari seluruh
tumor medulla spinalis. Paling sering di daerah thorakal sekitar 55% - 80% dari tumor
meningioma di medulla spinalis, sedangkan di daerah servical sekitar 33% dari semua lesi. 90%
dari tumor ini adalah jinak dan paling sering terjadi antara usia 40 dan 70 tahun. Meningioma
terjadi 2-3 kali lebih sering pada wanita dari pada pria tetapi di medulla spinalis 4:1 wanita lebih
banyak dari pada pria.2,3 Meningioma yang kecil atau dengan gejala yang minimal seringkali
diketemukan secara kebetulan. Dilaporkan 1,44% meningioma intrakranial pada semua otopsi
tumor, yang sebagian besar tanpa gejala-gejala klinik.4,5
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab meningioma belum dipahami dengan baik, tetapi dapat mencakup factor genetik
dan lingkungan. Beberapa kondisi yang membuat resiko meningioma meningkat seperti
neurofibromatosis type 2 Kebanyakan kelainan cytogenetic dimana terjadi kehilangan kromosom
22, terjadinya delesi pada long arm (22q) termasuk daerah 22q12 itu berhubungan dengan NF2
gen. Kebanyakan hasil dari mutasi sehingga hilangnya fungsi protein. Kelainan genetik ini
paling sering pada meningioma tipe fibroblastik dan transisional pada gambaran patologi.7,9
Riwayat terapi radiasi sebelumnya dimana penderita pernah tereksposur radiasi di kepala
memiliki resiko yang meningkat untuk timbulnya meningioma, khususnya 10-20 tahun setelah
tereksposur radiasi.
Riwayat trauma kepala, Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography
(CT) yang dilakukan secara frekuen setelah kecelakaan kepala, ini meningkatkan kesempatan
dari penemuan suatu meningioma.
Terdapat pada hormon wanita dan kanker payudara, beberapa tumor meningioma memiliki
reseptor sex hormone dan berkembang cepat pada kehamilan9 dari penelitian pada wanita yang
menderita meningioma ditemukan reseptor progesterone 88%, reseptor estrogen 40%, reseptor
androgen 38%.7 Wanita dengan riwayat kanker payudara memiliki insidens meningioma yang
lebih tinggi, dan wanita dengan riwayat meningioma memiliki kemungkinan yang lebih besar
Page | 7
terkena kanker payudara. Meskipun tidak dibuktikan, data-data ini mendukung penyebab pokok
dari meningioma.
Keberadaan dari growth factor ditemukan pada banyak tipe tumor, pada meningioma telah
ditemukan growth factor dan receptornya seperti: Epidermal Growth Factor (EGF),
Transforming Growth Factor-a (TGF-a), Platelet-Derifat Growth Factor (PDGF), Insulin-like
Growth Factor (IGF)I dan II Dan vaskuler Endothelial Growth Factor (VGEF). VGEF
bertanggung jawab pada edema peritumor white mater. Reseptor-reseptor yang disebutkan di
atas biasanya terdapat pada meningioma atipikal yang mungkin berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan. 4,7
Pada umumnya kelainan genetik lebih luas terjadi pada meningioma yang atipikal dan
anaplastic (malignant). Genetik molecular menemukan indikasi bahwa kira-kira separuh dari
meningioma memiliki kehilangan allelic yang melibatkan q12 pada kromosom 22.
Meningioma atypikal sering menunjukkan kehilangan allelic dari lengan kromosom 1p, 6q,
10q, dan 18q. pada atipikal juga ditemukan reseptor dari growth faktor. Kehilangan yang lebih
sering dari kromosom 1p, 6q, 9p21, 10q, 14q, 18q dan 17q25 juga terjadi pada meningioma
anaplastik. Gen tertentu yang terimplikasi pada perkembangan anaplastik meningioma adalah
p53, yang ditemukan meningkat pada tumor anaplastik.7
KLASIFIKASI
Meskipun pada kebanyakan kasus bersifat jinak, meningioma secara mengejutkan memiliki
karakteristik klinis yang sangat luas. Membedakannya secara histologis berhubungan erat dengan resiko
kejadian berulang yang tinggi. Pada kasus yang jarang, meningioma dapat bersifat ganas.3
Klasifikasi dari WHO bertujuan untuk memprediksi perbedaan karakteristik klinis dari meningioma
dengan grading secara histologis berdasarkan statisik korelasi klinikopatologis yang signifikan.
Berdasarkan tingkat keganasannya meningioma dibagi menjadi 3, yaitu jinak (WHO grade 1), atipikal
(WHO grade 2), dan anaplastik (WHO grade 3).3
Page | 8
Tabel 1. Tipe meningioma berdasarkan pengelompokan WHO
Tabel 2. Kriteria grading secara histologi menurut WHO
Page | 9
Sekitar 80% dari seluruh meningioma merupakan tumor yang tumbuh lambat. Variasi histologi yang
paling sering terdiagnosa pada regimen patologis adalah meningioma meningotelial, fibroblastik, dan
transisional. Meningioma meningotelial secara histologis tersusun oleh sel tumor uniform yang
membentuk lobulus dikelilingi oleh septa kolagen tipis. Di dalam lobulus, sel tumor epiteloid memiliki
dinding sel yang menyerupai sinsitium. Pada inti sel terdapat ruangan kosong seperti tidak terisi
karyoplasma dan protrusi eosinofil sitoplasma, yang disebut juga pseudoinklusi. Meningioma fibroblastik
terutama disusun oleh sel berbentuk jarum yang menyerupai fibroblas dan membentuk fasikula saling
berpotongan yang tertanam dalam matriks yang kaya kolagen dan retikulin. Meningioma transisional
memiliki ciri-ciri gabungan dari kedua meningioma sebelumnya dan biasanya muncul dengan gambaran
seperti ulir, dimana sel tumor saling membungkus satu sama lain membentuk lapisan konsentrik. Yang
terakhir memiliki kecenderungan untuk berhialinisasi dan berkalsifikasi membentuk kalsifikasi konsentrik
yang disebut badan psammoma (artinya seperti pasir berdasarkan bentuk mereka yang seperti pasir dan
kotor). Tumor yang memiliki banyak gambaran badan psammoma disebut juga meningioma
psammomatosa.3
Meningioma jinak yang tergolong dalam grade 1 WHO dapat menginvasi duramater, sinus dura,
tulang tengkorak, dan kompartmen ekstrakranial seperti bola mata, jaringan lunak, dan kulit. Meskipun
invasi ini membuat mereka semakin sulit direseksi, mereka tidak termasuk meningioma atipikal maupun
malignan. Sebaliknya, invasi otak dihubungkan dengan angka kekambuhan dan kematian yang hampir
sama dengan meningioma atipikal secara umum, meskipun tumor nampak jinak. Meskipun lebih banyak
terjadi pada meningioma tipe baru, invasi otak belum dihubungkan dengan perubahan genetik tertentu,
namun telah dilaporkan terjadi pada tumor tanpa ketidakseimbangan kromosom yang jelas.3
Angka kejadian meningioma atipikal (grade 2 WHO) berkisar antara 15-20% dari keseluruhan
meningioma. Setelah reseksi total, meningioma jinak dihubungkan dengan angka kekambuhan dalam
waktu 5 tahun sebanyak 5%. Sebaliknya, angka kekambuhan untuk meningioma atipikal yang direseksi
total adalah sekitar 40% dalam waktu 5 tahun dan meningkat seiring berjalannya waktu pemantauan.
Dengan demikian, diagnosis dari meningioma atipikal memperpendek jangka waktu pemantauan post
operasi.3
Meningioma anaplastik (grade 3 WHO) terhitung sebanyak 1-3% kasus dari keseluruhan kasus
meningioma. Tumor ini memiliki karakteristik klinik serupa dengan neoplasma ganas lainnya, yang dapat
menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas dan membentuk deposit metastasis. Meningioma anaplastik
dikaitkan dengan angka kekambuhan sekitar 50-80% setelah tindakan reseksi secara bedah dan nilai
median harapan hidup kurang dari 2 tahun. Secara histologis, meningioma anaplastik memiliki gambaran
Page | 10
keganasan dengan index mitosis sebesar 20 atau lebih mitosis per 10 lapang pandang mikroskopis.
Beberapa meningioma anaplastik sulit dikenali sebagai neoplasma meningotelial karena mereka dapat
menyerupai sarkoma, karsinoma atau bahkan melanoma. Meningioma anaplastik biasanya memiliki
daerah nekrosis yang amat luas. Meskipun demikian, embolisasi terapeutik (iatrogenik) harus
dikecualikan sebagai penjelasan alternatif sebelum dilakukan penilaian.3
Gambar 2. Histologi meningioma grade 1 WHO3
Page | 11
Gambar 3. Histologi meningioma grade 2 WHO3
Gambar 4. Histologi meningioma grade 3 WHO3
MANIFESTASI KLINIK
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak
dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi
jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental,
gangguan visual dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan
pada stadium yang lebih lanjut.
R AAF dkk, mendapatkan gejala klinis lain yang paling sering adalah berturut-turut
sebagai berikut : kejang-kejang (48%), gangguan visus (29%), gangguan mental (13%) dan
gangguan fokal (10%)
Page | 12
Timbulnya gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor dan tingginya tekanan
intrakranial. Gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan otak yang ditekan
atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut Leaven, gangguan fungsi otak ini penting
untuk diagnosa dini. 10
Tabel 3. Gejala spesifik berdasarkan lokasi tumor7
Lokasi Tumor Gejala
Meningioma falx dan parasagital nyeri tungkai
Meningioma Convexitaskejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,
perubahan status mental
Meningioma Sphenoid kurangnya sensibilitas wajah, gangguan
lapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan
ganda
Meningioma Olfaktorius kurangnya kepekaan penciuman, masalah
visus.
Meningioma fossa posteriornyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme
otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran,
gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
Meningioma suprasellarpembengkakan diskus optikus, masalah visus
Spinal meningiom nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
Meningioma Intraorbitalpenurunan visus, penonjolan bola mata
Meningioma Intraventrikular perubahan mental, sakit kepala, pusing
Page | 13
Gambar 5. Gejala umum dari meningioma
DIAGNOSIS
Meningioma mudah divisualisasikan dengan CT kontras, MRI dengan gadolinium,
angiografi serta histopatologi. Hal ini dihubungkan dengan fakta bahwa meningioma ekstra-
aksial dan vaskuler. CSF protein biasanya meningkat jika pungsi lumbal dilakukan. Tidak
terdapat tes laboratorium khusus untuk meningioma.
Page | 14
Meskipun mayoritas meningioma bersifat jinak, mereka dapat memiliki presentasi ganas.
Klasifikasi meningioma didasarkan pada sistem klasifikasi WHO :
Jinak (kelas I) - (90%) - meningothelial, berserat, transisi, psammomatous, angioblastic
(paling agresif)
Atipikal (Grade II) - (7%) - chordoid, sel jernih, atipikal (termasuk invasi otak)
Anaplastik / ganas (III Grade) - (2%) - papiler, rhabdoid, anaplastik
Dalam review retrospektif terbaru dari kasus meningioma atipikal dan anaplastik,
kelangsungan hidup secara keseluruhan rata-rata untuk meningioma atipikal ditemukan menjadi
11,9 tahun dan 3,3 tahun untuk meningioma anaplastik. Kelangsungan hidup bebas untuk
meningioma atipikal adalah 11,5 tahun dan 2,7 tahun untuk meningioma anaplastik.
Meningioma Anaplastik maligna adalah tumor ganas terutama dengan perilaku agresif.
Bahkan jika oleh aturan umum neoplasma sistem saraf (tumor otak) tidak dapat bermetastasis ke
dalam tubuh (karena adanya sawar darah otak) Meningioma Anaplastik bisa meskipun mereka
berada di dalam rongga otak, mereka berada di bloodside dari BBB, karena meningioma
cenderung untuk "menghubungkan" diri untuk bloodvessels untuk "feed". Sel kanker dapat
melarikan diri ke dalam aliran darah. Inilah sebabnya mengapa meningioma ketika mereka
bermetastasis sering berubah di sekitar paru-paru. Perlu dicatat bahwa meningioma Anaplastik
dan hemangiopericytoma sulit untuk membedakan (bahkan dengan cara patologis), karena
mereka terlihat serupa, terutama jika kejadian pertama adalah tumor meningeal, dan keduanya
tumor terjadi di tempat yang sama (jenis yang sama dari jaringan)7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam mendiagnosis suatu tumor otak, selain klinis, peranan radiologi sangat besar.
Dahulu angiografi, kemudian CTScandan terakhir MRI; terutama untuk tumor-tumor di daerah
fossa posterior, karena CTScansukar mendiagnosis tumor otak akibat banyaknya artefak,
sekalipun dengan kontras. Dengan MRI suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui di
potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan ahli bedah saraf untuk dapat menentukan teknik
Page | 15
operasi atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi mengingat risiko/komplikasi yang
akan timbul.
1. Foto polos
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos. Di
indikasikan untuk tumor pada mening. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales,
kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah mening
menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat
pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.12,13
2. CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak cukup spesifik apabila
diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah. Angiografi penting
untuk menentukan suplai pembuluh darah ke meningiomanya dan untuk menilai efek di sekitar
struktur arteri dan venanya.
Gambar 6. Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media. Massa
kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin dan
punctata. Tidak terlihat adanya edema.12
CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang homogen atau berbintik-
bintik, bentuknya reguler dan berbatas tegas. Bagian yang hiperdens dapat memperlihatkan
Page | 16
gambaran psammomatous calcifications. Kadang-kadang meningioma memperlihatkan
komponen hipodens yang prominen apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis,
degenerasi lipomatous atau rongga-rongga.Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran
isodens yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir
semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna.
CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang nyata kecuali lesi-lesi
dengan perkapuran. Pola enhancement biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas tegas.
Duramater yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relatif spesifik karena bisa
tampak juga pada glioma dan metastasis.
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa disertai gambaran hypodense
semilunar collar atau berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement
heterogen yang kompleks.
Gambar 7. CT scan tanpa kontras (kiri) dan dengan kontras (kanan)
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Melalui MRI, suatu jaringan menunjukkan sifat-sifat karakteristik tertentu pada gambar
Tl dan T2 maupun protondensity. Intensitas jaringan tersebut biasanya berbeda pada gambar Tl
Page | 17
dan T2, kecuali lemak, darah segar, kalsifikasi, maupun peredaran darah yang cepat. Dengan
melihatgambarTl maupun T2 dapat ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor tersebut
padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis maupun lemak dan lain-lain. Intensitas
jaringan tersebut mulai dari hipo, iso dan hiper intensitas terlihat jelas pada T1 dan T2.
Gambar 8. MRI T1WI(kiri), T2WI(tengah) dan dengan kontras (kanan)
4. Angiografi
Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah adanya pembuluh
darah yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang arteri sistim karotis eksterna.
Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang memberi darah ke tumor yang letaknya
intrakranial maka ini mungkin sekali neningioma.
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Arteri dan kapiler memperlihatkan
gambaran vascular yang homogen dan prominen yang disebut dengan mother and law
phenomenon.
A B C
Page | 18
Gambar 6. Cerebralangiogram dari meningiomasulkus olfaktorius penciuman menunjukkan perpindahan
dar iarteri serebral anterior (a,b) dan karakteristik tumor memerah, biasanya karena pasokan arteri
karotid eksternal (c).9
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meningioma tergantung dari lokasi dan ukuran tumor itu sendiri. Terapi
meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang
mempengaruhi operasi removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi,
vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi
sebelumnya dan atau radioterapi.
Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor risiko, pola,
dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor tetapi juga
termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.2,7 Tumor
rekurens dan harapan hidup setelah pembedahan tergantung pada tingkat reseksi dan grade
histologi dari tumor. Kekomplitan pengangkatan tumor adalah secara frekuen digolongkan
menurut Simpson scale, yang berkorelasi dengan tingkat recurans setelah10 tahun.2
Tabel 4. Simpson Grading Scale
Simpson Grade
Completeness of Resection 10-year Recurrence
Grade I complete removal including resection of underlying bone and associated dura
9%
Grade II complete removal + coagulation of dural attachment 19%
Grade III complete removal w/o resection of dura or coagulation 29%
Grade IV subtotal resection 40%
Radiasi
Page | 19
Beberapa tumor dapat dianggap dioperasi karena lokasi mereka di dekat area otak yang
mengontrol fungsi-fungsi vital seperti pernapasan atau intelek. Beberapa meningioma ganas
tumbuh kembali setelah operasi pengangkatan. Dalam kasus ini, radiasi dapat digunakan untuk
merusak DNA dalam sel membuat mereka tidak mampu untuk membagi dan bereproduksi.
Tujuan dari pengobatan radiasi adalah untuk memaksimalkan dosis untuk sel tumor yang
abnormal dan meminimalkan paparan sel-sel sehat yang normal. Manfaat radiasi tidak langsung
tetapi terjadi dari waktu ke waktu. Secara bertahap, tumor akan berhenti tumbuh, menyusut, dan
dalam beberapa kasus, benar-benar hilang. Ada dua cara untuk memberikan radiasi: beberapa
dosis rendah (radioterapi) atau dosis tinggi tunggal (radiosurgery).
Terapi Medis
Interferon saat ini sedang diteliti sebagai inhibitor angiogenesis. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang mensuplai tumor. Interferon dapat
dipertimbangkan pada pasien yang mengalami kekambuhan dan meningioma maligna. Hidroxyurea dan
obat-obat kemoterapi lain diyakini dapat memulai proses kematian sel atau apoptosis pada sebagian
meningioma. Namun pada uji coba klinis, obat ini dianggap gagal karena meningioma bersifat
kemoresisten. Inhibitor dari receptor progesteron seperti RU-486 juga sedang dievaluasi sebagai
pengobatan untuk meningioma. Namun percobaan klinik terbaru, RU-486 tidak menunjukan perbaikan
apapun. Begitu juga dengan terapi antiestrogen yang tidak menunjukan perbaikan nyata ssecara klinis
pada percobaan. Beberapa agen molekular seperti penghambat receptor faktor pertumbuhan epidermal
(Epidermal Growth Factor Receptor / EGFR), inhibitor receptor faktor pertumbuhan derivat platelet
(Platelet Derived Growth Factor Receptor / PDGFR), dan penghambat tirosin kinase masih diuji coba
secara klinis. Kebanyakan uji coba ini terbuka untuk pasien dengan meningioma yang tidak dapat
dioperasi atau yang mengalami kekambuhan.7 Kortikosteroid dapat digunakan untuk mengontrol edema
sekitar tumor namun tidak dapat digunakan dalam jangka panjang karena efek sampingnya yang
merugikan.1
Tergantung pada lokasi dari tumor, gejala yang ditimbulkan, dan keinginan pasien, beberapa
meningioma dapat ditunggu dan dipantau secara hati-hati dan teliti.7
PROGNOSIS
Page | 20
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor yang
sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada orang dewasa kelangsungan
hidupnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan kelangsungan hidup rate
lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar
dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari
10% meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan, dengan
kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka kematian post operasi
makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah
7,9% dan (1957–1966) adalah 8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang
terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak2,7
Page | 21
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran Universtas
Indonesia; 2003. Hal 393-4.
2. Schiff, D., O’Neill, B.P., Primary Meningeal Neoplasma In: Principles of Neuro-Oncology,
McGraw-Hill, New York, 2005; 369.
3. Kleihuese, K., Caveene, WK., Meningiomas In: Pathology and Genetics of Tumours of the
Nervous System, International Agency for Research on Cancer, Lyon, 1997, 134.
4. Berger, M.S., Prados, M.D., Meningiomas In: of Textbook Neuro-Oncology,2005; 335-344
5. Louis,D., et al, Meningeal tumours in: WHO Classification of Tumor of The Central
Nervous System, International Agency for Research on Cancer, 4th ed, Lyon, 2007;
164,167-169
6. Lumongga F. Meninges dan cerebrospinal fluid, USU Repository, 2008.
7. Louis,D., et al, Meningeal tumours in: WHO Classification of Tumor of The Central
Nervous System, International Agency for Research on Cancer, 4th ed, Lyon, 2007;
164,167-169
8. Park K, John K., Meningioma, www.uptodate.com, .
9. Robbins, Cotran, Meningiomas in: Pathologic Basis of Disease,Elsevier Saunders,
Pennsylvania, 2005; 1409-1411.
10. Fauziyah, B., Widjaja, D. Meningioma Intrakranial, Cermin Dunia Kedokteran No. 16,
1979 hal. 37,42.
11. Haddad G. Meningioma. Cited on January 17th. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1156552-overview#showall
12. Neuroradiology Imaging Teaching Files Case Thirty Six-Meningioma. Cited on January
17th. Available from: http://www.uhrad.com/mriarc/mri036.htm
13. L E. Claveria, D. Sutton, and B. M. Tress. The radiological diagnosis of meningiomas, the
impact of EMI scanning, British Journal of Radiology, 50, 15-22
Page | 22
Page | 23