Referat - Keracunan Zat Korosif
-
Upload
ahmad-rahmat-ramadhan-tantu -
Category
Documents
-
view
192 -
download
21
description
Transcript of Referat - Keracunan Zat Korosif
REFERAT NOVEMBER 2015
KERACUNAN ZAT KOROSIF
Nama : Ahmad Rahmat Ramadhan
No. Stambuk : N 111 14 055
Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
2
BAB I
PENDAHULUAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung (inhalasi), suntikan dan absorbsi melalui kulit, atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif besar akan merusak kehidupan atau
mengganggu dengan serius satu atau lebih organ atau jaringan. 1
Zat korosif terdapat luas di alam. Zat korosif merupakan zat/bahan yang
apabila kontak dan tinggal dalam jaringan, akan menyebabkan kerusakan (karena
terjadi reaksi kimia). Zat ini meliputi asam (seperti asam hidroklorida, asam sulfat,
asam oksalat, fenol) dan basa/alkali (seperti kalium hidroksida, natrium hidroksida,
natrium fospat, kalium permanganat dan produk-produk lain yang banyak
ditemukan disekitar rumah atau tempat kerja). 2
Zat korosif dapat menyebabkan iritasi atau terbakar pada kulit yang
menyebabkan proses pengkaratan dan korosi lempeng baja. pH 2 untuk limbah yang
bersifat asam dan pH 12,5 untuk limbah yang bersifat basa. Semua produk yang
menyebabkan korosif dapat merusak jaringan tetapi tempat terjadinya kerusakan
dan bentuk spesifiknya serta intensitasnya tergantung pada tipe zat korosifnya.
Beberapa contoh zat korosif dapat dilihat pada tabel 1. 3
Tabel 1 Contoh umum asam dan alkali
Asam
Asam hidroklorida
Pembersih logam
Asam muriatik
Cairan pembersih kolam renang
Cairan pembersih toilet
Asam sulfat
Asam dalam baterai
Pembersih toilet dan zat yang digunakan untuk „dry clean‟
Alkali
Natrium atau Kalium hidroksida
Tablet klinitest
Detergen
Drano crystals
Pembersih pipa dan pembersih toilet
3
Lye
Pembersih cat
Serbuk pencuci
Lain-lain
Larutan ammonia (NH4OH) diantaranya yang digunakan untuk produk
rambut, pembersih perhiasan, pembersih rumah tangga.
Granul untuk cuci piring elektrik
Kalium permanganat
Detergen natrium karbonat (non posfat)
Natrium hipoklorit (pemutih)
Secara umum keracunan yang disebabkan oleh zat korosif terjadi karena
kecelakaan. Meskipun dalam jumlah sedikit (1ml atau satu granul), zat ini dapat
menyebabkan iritasi parah atau luka bakar pada anak dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, pencegahan khusus untuk menjauhkan zat tersebut dari jangkauan anak-
anak atau menggunakan sebagaimana mestinya perlu dilakukan. Kerusakan
jaringan karena zat korosif secara umum merupakan tipe keracunan yang dapat
terjadi disekitar rumah. 4
Produk berkarat (asam oksalat), detergen cuci piring elektrik, dan cairan
pembersih toilet masuk dalam kategori ini. Berdasarkan laporan terdapat sekitar
1.7% sampai 9.6% zat korosif yang terminum secara tak sengaja oleh anak-anak
meliputi asam dan basa. Alasan utama tingginya angka kecelakaan pada anak-anak
adalah terlalu banyak zat toksik yang disimpan lama dan kaleng minuman yang
tidak ditandai. Pada orang dewasa, keracunan karena zat korosif sering
berhubungan dengan usaha bunuh diri. 5
The federal hazardous substances act pada tahun 2011 secara spesifik
mendefinisikan substansi yang bersifat korosif , yang bila kontak langsung dengan
jaringan hidup akan menyebabkan kerusakan karena adanya reaksi kimia dan
definisi tersebut tidak membedakan antara asam dan alkali/basa. 6
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASAM
Asam kuat adalah zat kimia dengan pH dibawah 2. Beberapa zat/bahan
seperti sari buah lemon dan minuman bersoda dapat mempunyai pH asam kuat,
tetapi tidak korosif. Senyawa asam meliputi asam anorganik (sulfat,
hidroklorida/muriatik, nitrat, fosfat) dan asam organic (oksalat, tartrat, asetat dan
lain-lain). Meskipun semua asam sama-sama dapat merusak jaringan, tetapi
intensitas kerusakannya berbeda. Tidak semua asam yang cukup korosif menjadi
perhatian utama toksikologi, contoh asam asetat dan asam tartrat. 7
2.1.1 Mekanisme Umum Toksisitas Asam
Kerusakan korosif disebabkan oleh reaksi kimia langsung pada jaringan.
Asam menguraikan protein jaringan. Hasilnya adalah lesi yang kemudian
menyebabkan sel mati dan ditandai dengan penggumpalan jaringan nekrosis.
Sebagai konsekuensinya, baik struktur protein maupun enzim diuraikan tetapi
morfologi sel secara keseluruhan tidak terlalu diganggu. Kerusakan selanjutnya
kulit akan menjadi keras, kasar sehingga absorpsi sistemik menurun. Kerusakan
terutama dengan kuantitas asam yang rendah sering terjadi pada kulit atau saluran
pencernaan. 7
2.1.2 Karakteristik Keracunan
Setelah asam masuk kedalam saluran pencernaan, kerusakan korosif yang
intens terhadap mukosa oral dan esofagus dapat terjadi tetapi secara signifikan
kerusakan terjadi didaerah duapertiga lambung bagian bawah. Zat yang bersifat
asam merusak lambung dan terjadi koagulasi nekrosis sedangkan zat yang bersifat
basa merusak esofagus dan terjadi liquefactive necrosis (kerusakan yang terjadi
tidak hanya pada permukaan epitel tetapi juga berpenetrasi ke dinding mukosa
dibawahnya). Daerah yang terkena zat menjadi coklat atau hitam (kecuali
kerusakan oleh pikrat dan asam nitrat dimana jaringan menjadi kuning). Bagian
5
yang berwarna hitam ini disebut sebagai daerah a coffee grounds. Sifat
kerusakannya adalah permanent. Jaringan yang rusak tidak dapat diperbaharui
tetapi jaringan yang rusak dapat diganti oleh lapisan epitel baru yang tipis. 8
Zat asam yang tertelan secara normal melewati kerongkongan dengan cepat
dan menyebabkan sedikit kerusakan pada area tersebut. Pada sebuah penelitian
menunjukkan bahwa kerusakan esophagus terjadi sedikitnya 6% sampai 20% dari
semua zat yang tertelan. Zat korosif yang masuk ke dalam saluran pencernaan juga
dapat mengakibatkan perforasi dan hal ini sangat tergantung dari tipe kerusakannya
yang akan dipengaruhi oleh jumlah makanan atau isi lambung. Jika dalam lambung
terdapat makanan, maka kerusakannya tidak akan terlalu parah karena kontak
antara zat korosif dengan dinding lambung dapat terhalang oleh makanan. 8
2.1.3 Manifestasi Klinik Keracunan Asam Korosif Akut
Keracunan asam korosif akan memberikan tanda/gejala yang berbeda
tergantung rute zat korosif masuk kedalam tubuh/melukai jaringan. Pemaparan zat
korosif dapat melalui oral (masuk melalui mulut kemudian merusak saluran
pencernaan), melalui inhalasi (pernapasan), kontak dengan kulit (dermal) atau
kontak dengan mata (okular). 7
Tabel 2. Manifestasi Klinik Toksisitas Zat Korosif Pada Keracunan Akut
Rute Pemaparan
Tanda dan Gejala
Saluran Cerna
(Tertelan)
-
-
Rasa terbakar pada mulut, tenggorokan, perut
Muntah, mungkin bisa sampai berdarah
- Diare (berdarah, berlendir)
- Timbul bercak noda di sekitar mulut
- Kesulitan menelan
- Sekresi cairan berlebih
- Hipotensi
6
Inhalasi - Iritasi bronkus
- Edem paru
- Dahak berbusa
- Kelembaban berkurang
- Hipotensi
- Hemoptisis (terjadi pendarahan selaput lender
pada paru-paru)
- Dispnea
Kulit - Noda pada kulit
- Nyeri terbakar
Mata - Kongjungtivitis
- Destruksi kornea
- Nyeri, lakrimasi
- Fotopobia
2.1.4 Penanganan Keracunan Asam
Keracunan oleh asam, baik yang terpapar melalui mulut, inhalasi, dermal
atau mata harus ditangani dengan segera. Aturan penanganan keracunan ini
didasarkan pada pengalaman klinik dan tidak selalu dilakukan menurut standar
umum. 5
7
a. Penanganan Keracunan Asam Melalui Kontak dengan Kulit atau Mata
Adanya kontaminasi pada kulit atau mata karena asam harus diberikan
penanganan segera. Penanganan keracunan asam yang kontak dengan mata atau
kulit dilakukan dengan cara mencuci mata atau kulit yang terkena zat korosif asam
dengan air biasa sebanyak-banyaknya kurang lebih 15 – 20 menit. Bila iritasi yang
terjadi parah, maka tutup mata dengan kain kasa steril tanpa diberi pengobatan dan
segera bawa ke dokter mata. Selain itu, pakaian, perhiasan atau lensa kontak yang
terkontaminasi harus segera di lepas. Mencuci luka dengan larutan sabun yang
ringan dapat pula dilakukan untuk menetralisasi asam. Jangan menggunakan
8
antidot bahan kimia karena itu akan memperparah iritasi. Atasi rasa sakit dengan
obat analgetika dan atasi kerusakan kulit seperti mengatasi kerusakan kulit karena
luka bakar. 4,5
b. Penanganan Keracunan Asam Melalui Mulut
Tindakan penanganan keracunan asam melalui mulut dan masuk ke saluran
pencernaan harus memperhatikan konsentrasi larutan asam yang terminum.
Tindakan gawat darurat yang harus segera dilakukan adalah menghindari
penggunaan emetikum atau menguras lambung. Hal ini dilakukan untuk mencegah
asam mengenai jaringan lain serta mencegah meluasnya iritasi mukosa yang terjadi.
Dalam beberapa detik setelah keracunan, korban segera diberi minum air putih
sebanyak-banyaknya atau susu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengencerkan konsentrasi asam yang tertelan. Jumlah air atau susu untuk
mengencerkan kira-kira 100 kali dari jumlah asam yang tertelan. Antasida dapat
diberikan sebagai demulcent. Selain itu, korban jangan diberi minuman soda atau
sodium bikarbonat karena gas karbondioksida akan segera dilepaskan sehingga bisa
menyebabkan perut kembung. 7
Hindari terjadinya depresi system saraf pusat dengan obat antidpresan yang
bias juga berfungsi sebagai penghilang rasa sakit walaupun bias juga diatasi dengan
pemberian morfin sulfat 5-10 mg tiap 4 jam. Tindakan lain yang diperlukan dan
harus segera dilakukan adalah mengatasi sesak karena edema pangkal tenggorokan
dengan menjaga saluran pernafasannya. Atasi syok dengan cara menjaga tekanan
darah dengan transfusi darah atau pemberian larutan infus dekstrosa 5% dalam
larutan garam normal. Bila terjadi perforasi lambung/esofagus, jangan diberi apa-
apa secara oral sebelum di endoskopi. Korban harus tetap mendapatkan nutrisi
cukup. Pemberian karbohidrat atau cairan hiperalimentasi dapat diberikan melalui
rute intravena. Bila keracunan terjadi melalui inhalasi, kurangi penyempitan
esofagus dengan prednisolon 2 mg/kg/hari dalam dosis terbagi selama 10 hari.
(Mungkin pula memerlukan dilatasi). 7
9
2.1.5 Beberapa Zat Asam bersifat Korosif
a. Fluorida
Hidrogen fluorida (asam hidrofluorida/HF) yang dapat menyebabkan
kerusakan yang berbeda di banding dengan zat korosif lainnya. Asam hidrofluorida
secara luas digunakan di industri, misalnya di industri petrokimia, pabrik semi-
konduktor dan digunakan untuk mengetsa gelas. 4
Hiidrogen fluoride bersifat sangat korosif, tidak berwarna dan berupa cairan
yang mudah menguap. Ia dapat menyebabkan lesi yang dalam pada jaringan,
afinitasnya terhadap air tinggi dan secara cepat dihidrolisis menjadi asam
hidrofluorida. Batas paparan hidrogen fluorida adalah 3 ppm. Turunan dari fluoride
yang banyak digunakan adalah bentuk garamnya yaitu natrium fluoride. Natrium
fluorida merupakan garam fluoride larut air yang digunakan sebagai rodentisida,
insektisida dan antelmintik babi. Garam fluorida juga banyak dan umum ditemui
di sekitar rumah dibandingkan hidrogen fluorida dan merupakan penyebab utama
keracunan fluorida akut. 7
Fluorida secara cepat diabsorpsi setelah terhirup, terminum, kontak dengan
kulit atau terpapar melalui rectal. Absorpsi sistemik menghasilkan keracunan
fluoride akut. Jumlah yang terabsorpsi tergantung pada kelarutan fluoride, dan
lamanya terpapar. Fluorida juga digunakan sebagai salah satu komposisi pasta gigi.
Karena jumlahnya yang sedikit dan waktu kontak dengan mukosa singkat (hanya
pada saat menggosok gigi) serta tidak masuk ke dalam saluran pencernaan, maka
penggunaannya masih diizinkan. Meski begitu, penggunaan pada anakanak harus
diperhatikan karena anak-anak sulit membedakan antara berkumurkumur dengan
menelan. Selain itu, sampai saat ini fluorida dalam pasta gigi dibutuhkan untuk
memperkuat gigi. 7
10
Semua fluorida adalah racun protoplasma. Fluorida, hidrogen fluorida dan
turunannya bersifat korosif terhadap jaringan karena merupakan racun sel langsung
dengan efek mempengaruhi metabolisme kalsium dan mekanisme enzim. Ikatannya
dengan kalsium bisa menurunkan proses koagulasi. Fluorida dan kalsium akan
mengendap sehingga kadar kalsium dalam plasma turun. Pemberian kalsium
glukonat baik secara oral maupun dermal dapat digunakan untuk mengubah
kelarutan fluorida menjadi kalsium fluorida yang tidak larut. 7
Gambar 1. Mekanisme Toksisitas Asam Florida Terhadap Enzim
Gejala keracunan natrium fluorida terjad setelah menghirup gas
sekurangkurangnya 200 mg. Dosis letalnya sekitar 4 g. Kematian biasanya
disebabkan karena kegagalan kardiak atau pernafasan yang didahului gejala
kerusakan gastrointestinal akut. Karakteristik keracunan fluorida disajikan pada
tabel 3. 7
11
Tabel 3. Karakteristik Keracunan Fluorida
Lokasi Tanda dan Gejala
Gastrointestinal Sakit perut, mual, muntah, diare, salivasi.
Selanjutnya badan lemah, tremor,
pernafasan dalam dan konvulsi.
Kematian terjadi karena pernafasan
terhambat, jika tidak terjadi maka akan
timbul oliguria dan ikterus.
Sistem saraf Paresthesia, hiperaktif refleks, konvulsi
klonik-tonik, Chvostek‟s positif, nyeri
otot dan lemah.
Darah Hipokalsemia dan hipoglisemia.
Cardiovaskular/respirasi Hipotensi, stimulasi pernafasan yang
diikuti dengan depresi.
Penanganan keracunan fluoride dan turunannya yang melalui mulut
dilakukan seperti penanganan keracunan asam. Pada kasus keracunan fluorida
netral, korban dapat diberi larutan kalsium (kalsium glukonat, kalsium laktat atau
susu). Sebagai antidot dapat diberi 10 ml larutan kalsium glukonat 10% secara iv
perlahan-lahan sampai gejala hilang. Penanganan keracunan melalui kulit dan
selaput lendir adalah mencuci bagian kulit yang teriritasi dengan air mengalir
selama 15-30 menit. Kemudian tutup luka, oleskan pasta magnesia oksida-air yang
mengandung 20% gliserin. Jika berpenetrasi ke kuku, hilangkan kuku dengan
anastetik lokal dan cuci dengan air. Suntikan 0,5 ml larutan kalsium glukonat 10%
dengan anastetika lokal/cm2 dibawah daerah yang terbakar. 9
Bila terkontaminasi ke mata, cuci mata dengan air mengalir selama 30-60
menit. Kemudian aliri mata dengan tetes mata calcium glukonat 1%. Jika tidak
hilang, tutup dengan kain steril dan segera bawa ke dokter mata. Kalsium glukonat
juga diberikan secara intravena untuk mencegah penurunan kalsium plasma atau
menggantikannya. 9
12
b. Asam Borat
Asam borat telah direkomendasikan untuk pengobatan selama lebih dari 40
tahun. Asam borat merupakan senyawa bakterostatik yang sangat berpotensi
menyebabkan toksisitas dan bersifat sitotoksik. Asam borat banyak digunakan
sebagai insektisida untuk kecoa atau serangga merayap lain. 7
Asam borat secara keliru telah digunakan sebagai antiseptik pada persiapan
kelahiran bayi dan beberapa diantaranya menyebabkan kematian. Selain sebagai
antiseptik, asam borat umumnya digunakan sebagai bahan pelincir dalam bedak.
Boraks juga digunakan sebagai bahan pembersih, sedangkan natrium perborat
dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat kumur. Boraks seringkali disalahgunakan
sebagai pengawet makanan dan pengenyal dengan jumlah yang besar. Meski begitu
penggunaan zat ini memberikan rasa gurih dan lezat pada makanan. 7
Asam borat cepat berpenetrasi tetapi tidak melalui kulit. Penggunaan asam
borat baik solutio atau serbuk yang digunakan pada luka terbuka dapat
menyebabkan peningkatan keracunan karena asam borat dapat berpenetrasi pada
luka dan menyebabkan efek sistemik yang signifikan. Asam borat sangat berbahaya
bagi semua jaringan dan efeknya tergantung pada organ tubuh serta konsentrasi
yang dicapai pada organ tersebut. Kadar tertinggi tercapai saat zat diekskresikan di
ginjal. Dosis letal pada orang dewasa adalah 15-20 g, sedangkan dosis letal pada
anak adalah 5-6 g. Meski begitu, sejumlah kecil senyawa borat misalnya 1 g dapat
juga berakibat fatal. Karakteristik keracunan asam borak kronik adalah terjadi rash
eritemarus yang sangat parah (boiled lobster rash). 7
Keracunan asam borat dapat menyebabkan demam, anuria, badan terasa
lemah dan lesu. Korban dapat juga mengalami depresi sistem saraf pusat, kolaps
dan koma. Selain itu dapat juga terjadi kolaps kardiovaskular, gugup, tremor,
konvulsi, korban mengalami hiperpireksia, hipotensi, sianosis, jaundice (kuning)
dan jika parah dapat pula menyebabkan gagal ginjal. Bila kontak dengan kulit dapat
mengakibatkan kulit melepuh, eritema, desquamasi, dan ekskoriasi. Keracunan
akut karena asam borat harus segera ditangani. Hal terpenting yang harus
diperhatikan adalah menjaga agar fungsi-fungsi vital tetap bekerja. Jika korban
mengalami gangguan pernafasan, maka lakukan pertolongan pertama dengan cara
13
membuat saluran arus udara serta tetap perhatikan pernafasan korban. Jika zat
masuk melalui mulut, evakuasi lambung perlu dilakukan. 7
Usahakan untuk muntah dan diberi karbon aktif. Jika kontak dengan kulit
atau selaput lendir maka segera cuci kulit/selaput lendir yang terkontaminasi
dengan air mengalir. 9
Korban dapat diberi cairan secara peroral agar pengeluaran urin lancar.
Dengan demikian asam borat dan turunannya yang ada dalam tubuh dapat
terekskresi secara cepat melalui urin. Jika korban muntah terus sebaiknya beri
dekstrosa 5% secara iv 10-40 ml/kg/hari. Jika perlu tambah elektrolit. Jika korban
mengalami konvulsi beri diazepam 0,1 mg/kg BB iv dengan hati-hati. Keluarkan
asam borat atau senyawa borat dari darah melalui dialisis peritonial atau
hemodialisis. Untuk mengatasi keracunan kronik maka kita harus segera
menghentikan penggunaan asam borat dan turunannya. Pengeluaran asam borat dari
darah dapat dilakukan dengan dialisis peritoneal atau hemodialisis. 9
c. Fenol
Fenol adalah desinfektan/penghilang bau tertua yang telah digunakan oleh
masyarakat. Zat ini sering dan banyak ditemui disekitar rumah pada cairan
pembersih toilet ataupun antiseptik. Fenol memiliki bau yang khas dan bekerja
dengan cara mengendapkan protein sel. Intoksikasi terjadi setelah absorpsi
sistemik, kontaminasi kulit atau secara inhalasi. Kematian bisa terjadi, tetapi hal
ini lebih karena korban mengalami depresi pernafasan. Dosis letal pada orang
dewasa : 10-30 g. 7
Karakteristik keracunan fenol dapat berupa mual, muntah, diare, kram perut,
berkeringat, sianosis, stimulasi SSP, hiperaktivitas, konvulsi yang diikuti dengan
depresi SSP, pingsan, hipotensi, pernafasan meningkat tapi kemudian diikuti
dengan depresi penafasan, edema pulmonal, pneumonia, penyempitan esofagus,
hemolisis, methemoglobinemia, jaundice, gagal ginjal, kolaps kardiovaskular,
shock dan pada kulit dapat terjadi pucat, eritema dan korosi. 7
Penanganan keracunan fenol pada dasarnya sama seperti keracunan zat
korosif asam yang lain. Fungsi-fungsi vital korban harus dijaga agar tetap bekerja.
14
Jika terjadi gangguan pernafasan maka segera atasi gangguan pernafasan tersebut
dan jika perlu buat saluran arus udara. Jika tidak terjadi luka pada esofagus,
usahakan muntah atau pengurasan lambung. Korban dapat juga diberi putih telur,
susu, larutan gelatin yang diharapkan berinteraksi dengan fenol di lambung.
Karbon aktif dapat diberikan, diikuti dengan katartik. Jika terkena kulit atau selaput
lendir, siram dan cuci dengan air minimal 15 menit, kemudian oles dengan minyak
kastroli. Jika terjadi konvulsi korban diberi diazepam 0,1 mg/kg BB iv secara
perlahan. 10
2.2 ALKALI/BASA
Alkali adalah senyawa kimia dengan pH ≥ 11,5. Alkali sangat mudah
berpenetrasi ke jaringan. Derajat luka karena terpapar alkali tergantung pada
jumlah/kuantitas alkali, konsentrasi zat, lama kontak/waktu terpapar dan tipe alkali.
Produk-produk yang mengandung alkali banyak terdapat pada produk rumah
tangga. Beberapa contohnya telah disajikan pada tabel 1. Jumlah yang keracunan
alkali (di USA) lebih banyak dibanding keracunan asam. Hal ini berhubungan
dengan produk rumah tangga yang disimpan dengan ceroboh dan mudah dijangkau
anak-anak, misalnya saja menyimpan cairan pembersih lantai beraroma lemon
dalam botol air minum mineral sehingga anak-anak sulit membedakannya dengan
sirup. 8
Kerusakan karena terminum terutama terjadi di esofagus dan lambung
sekitar 20 %. 75% dari semua kasus kerusakan esofagus terjadi pada anak berusia
kurang dari 5 th dan 83% korban dari semua kasus berusia kurang dari 3 th serta 62
% diantaranya adalah laki-laki. Bentuk fisik senyawa alkali dapat menentukan
tempat dan keparahan kerusakan, misalnya kerusakan yang ditimbulkan oleh zat
korosif alkali bentuk cairan akan berbeda dengan kerusakan yang disebabkan oleh
tablet klinites atau kristal drano. 8
15
2.2.1 Mekanisme Toksisitas Alkali
Senyawa alkali dengan protein akan membentuk proteinat dan dengan
lemak akan membentuk sabun. Dengan demikian, bila senyawa alkali kontak
dengan jaringan maka akan menyebabkan jaringan menjadi lunak, nekrosis
(liquevactive necrosis) yang terjadi tidak saja pada permukaan epitel tetapi juga
berpenetrasi ke dinding mukosa dibawahnya. 7
2.2.2 Karakteristik keracunan alkali
Kerusakan esofagus setelah keracunan alkali terjadi dalam beberapa tahap.
Karakteristik keracunan alkali tersebut adalah sebagai berikut : 10
a. Tahap awal, Fase akut
1. Manifestasi kurang dari 3-5 hari
2. Kerusakan intramuskular atau transdermal melibatkan jaringan
periesofageal dan struktur mediastinum.
3. Inflamasi, edema, dan kongesti pernafasan.
4. Pada kasus parah, esofagus mengalami perforasi.
b. Tahap kedua
1. Terjadi sesudah lebih dari 5 hari-12 hari dan ditandai dengan liquevactive
necrosis karena inflamasi intens dan edema.
2. Jika pada saluran cerna tahap ini bisa saja korban mengalami ulkus,
perdarahan dan perforasi dinding esofagus.
c. Setelah tahap akut selesai, proses penyembuhan dan mulai membentuk bekas
luka. Setelah 3-4 minggu, kontraksi dan penyempitan luka mulai terlihat.
2.2.3 Manifestasi klinik keracunan alkali
Keracunan alkali korosif, sama seperti pada keracunan asam, akan
memberikan tanda/gejala yang berbeda tergantung rute zat korosif masuk kedalam
tubuh/melukai jaringan. Pemaparannya dapat melalui oral (masuk melalui mulut
kemudian merusak esofagus), melalui inhalasi (pernafasan), kontak dengan kulit
(dermal) atau kontak dengan mata (okular). 7
16
Manifestasi Klinik Keracunan Alkali Akut: 10
- Mulut : Rasa sakit, muntah, diare, kolaps. Gejala ikutan : rasa sangat
sakit, rasa kaku pada lambung, hipotensi, penyempitan pangkal
tenggorokan dan kanker.
- Keracunan oleh senyawa alkali lain seperti heksametofosoat, tripolifosfat,
senyawa fosfat lain sebagai detergen/pencahar yang masuk melalui mulut
: syok, hipotensi, pulsa lemah, sianosis, koma, gejala tetanus (kadang-
kadang).
- Mata : kerusakan kornea, edema konjungtiva.
- Kulit : terjadi penetrasi secara perlahan. Kulit terbakar, korosi, iritasi
tergantung pada lamanya kontak.
- Keracunan alkali kronik yang kontak dengan kulit dapat menyebabkan
dermatitis kronik.
2.2.4 Penanganan Keracunan Alkali
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penanganan keracunan zat korosif
tergantung pada rute paparannya. Penanganan keracunan alkali melalui mulut
adalah dengan mengencerkan senyawa alkali yang tertelan dengan air atau susu dan
biarkan korban muntah secara alami tetapi jangan dilakukan usaha untuk muntah
atau menguras lambung karena akan meningkatkan resiko perforasi. Bila diduga
terjadi korosi esofaguskopi. Penanganan keracunan alkali yang kontak dengan
mata atau kulit adalah dengan mencuci mata atau kulit dengan air biasa sebanyak-
banyaknya, kurang lebih selama 15 – 20 menit dan bila parah cuci sampai 8-24
jam. Bila kontaminasi pada mata parah, segera tutup mata dengan kain kasa steril
tanpa diberi pengobatan dan segera bawa ke dokter mata. Pakaian, perhiasan atau
lensa kontak yang terkontaminasi harus segera di lepas. Sabun/basa kuat sebaiknya
tidak digunakan selama atau setelah proses pembilasan/pencucian. 9
17
2.2.5 Beberapa Zat Alkali Bersifat Korosif
a. Baterai
Baterai berbentuk cakram, terdiri atas bagian katoda dan anoda. Lempeng
baterai mengandung garam oksida dari merkuri, senyawa mangan alkali, sel perak,
zink, atau cadmium, atau litium hidroksida. Baterai juga mengandung kalium
konsentrat atau natrium hidroksida sebagai komponen utamanya. Baterai banyak
digunakan pada kamera, kalkulator dan alat-alat elektronik lainnya. 4
Pada penelitian in vitro diketahui bahwa jika baterai kontak dengan
lingkungan, maka ia akan segera melepaskan kandungannya sehingga sering
tertelan oleh anak-anak. Kasus baterai yang tertelan mencapai 33,9% dan 14 dari
125 baterai tertelan oleh anak-anak setelah kandungannya keluar. 11
Gambar 2. Bagian yang melintang adalah tombol baterai merkuri oksida yang
terkadung dalam serbuk amalgam zink anoda, merkuri oksida kompak dan katoda
grafit, elektrolit dan ‟grommet’ plastik. Semuanya terkandung dalam baja yang
dibungkus dengan nikel dan bagian dalam atas dibungkus dengan tembaga
sedangkan bagian luarnya dengan emas dan nikel.
Baterai sel dapat masuk melalui esofagus dan ditemukan kembali dalam feces
setelah 48-72 jam. Seringkali lempeng baterai dapat lewat saluran gastrointestinal
tanpa menyebabkan luka. Walaupun demikian, baterai yang diketahui telah
menempel di saluran cerna dapat menyebabkan keracunan korosif parah dan
kadang-kadang kematian. Jika terus melekat dapat juga menimbulkan obstruksi.
Penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 10
1. Baterai yang menempel pada esofagus harus dikeluarkan, jika perlu dengan
tindakan pembedahan.
2. Katartik dapat diberikan untuk mempercepat keluarnya baterai yang akan
mencapai lambung.
18
3. Antagonis H2 dan antasida dapat diberikan untuk membantu menurunkan
perdarahan gastrointestinal.
4. Metoklopramid dapat juga diberikan untuk mempercepat keluarnya baterai
b. Sabun, Detergen, Shampo
Sabun, detergen dan shampoo merupakan produk terbanyak yang bisa
ditemukan dirumah. Sebagian besar sabun, secara relatif tidak toksik dan memiliki
aksi emetik yang sama efektifnya seperti sirup ipekak (Tabel 4). Beberapa produk
sabun yang terhirup juga tidak terlalu berbahaya karena sabun dapat mengeliminasi
sendiri dan menimbulkan sangat sedikit gejala. Sabun batang memiliki toksisitas
yang rendah. 4
Tabel 4. Aksi emetikum produk pembersih rumah tangga pada anjing
Produk Dosis rata-rata
emetik (g/kg)
T rata-rata untuk
emesis (menit)
Granul detergen laundry
Detergen cair
Cairan pembersih rumah
Cairan pemutih (natrium hipoklorat)
Sabun toilet
Sirup ipecac
0.02-0.05
0.3-1.5
0.1-1.0
0.25
5.0
0.1
1-4
15-45
0.5-10
1-2
30-60
30-50
Meskipun sabun bisa bekerja emetikum tapi sabun/detergen yang masuk ke
mulut dapat menyebabkan reaksi yang bervariasi tergantung pada spesifikasi
produk. Secara umum dapat menyebabkan iritasi lokal, selain itu detergen kationik
dapat memicu iritasi parah dan mungkin berpengaruh sistemik. Granul sabun dan
detergen secara umum toksisitasnya rendah demikian pula dengan shampo.
Tandanya adalah mual, muntah dan diare yang bisa menjadi parah jika tidak
ditangani dengan baik. 4
Sama seperti sabun dan detergen, shampoo juga memiliki tingkat toksisitas
yang rendah, meskipun iritasi lambung dapat menyebabkan mual dan muntah. Zat
antiketombe pada shampoo secara umum meningkatkan toksisitas produk. 4
19
Penanganan keracunan sabun, detergen atau shampo adalah dengan cara
minum air putih atau susu sebanyak-banyaknya agar zat yang terminum terencerkan
serta biarkan muntah (emesis) spontan tetapi jangan dirangsang. Jika mual atau
muntah menjadi parah terapi simptomtik dan penggantian cairan mungkin
diperlukan. 7
Penanganan keracunan alkali yang kontak dengan mata atau kulit sama
seperti penanganan umum zat korosif. 10
c. Ammonia dan Larutan Ammonium
Ammonia, pembersih oven, dan pembersih pipa adalah alkali yang sangat
korosif. Larutan ammonia banyak ditemukan dilingkungan rumah (5-10%) dan di
industri (50%). Ammonia digunakan pada berbagai varietas produk dan korosi
terhadap semua sel. 12
Jika ammonia atau larutan ammonium terminum, maka korban diterapi
seperti menangani keracunan karena zat kaustik lainnya. Zat yang terhirup dapat
menyebabkan iritasi saluran nafas atas, batuk, dyspnea, dan edema pulmonal. Jika
terkontaminasi pada kulit atau mata akan terasa sangat nyeri dan bersifat sangat
korosif. Penanganan keracunan zat ini sama seperti menangani keracunan alkali
secara umum. 12
d. Pemutih
Sebagian besar pemutih merupakan larutan 3-6% natrium hipoklorat
(NaOCl) dalam air. Nilai pH pemutih kira-kira adalah 11. Jika produk pemutih
terminum, maka akan menyebabkan iritasi parah, korosi membran mukosa, rasa
sakit, inflamasi. Biasanya jumlah yang terminum kecil dan langsung dimuntahkan.
Penanganan yang dilakukan adalah mengencerkan pemutih yang tertelan dengan
air atau demulsen seperti susu atau antasida. Jangan dirangsang muntah. Jika
pemutih bereaksi dengan asam atau alkali lain akan melepaskan gas klorin atau
kloramin. Keduanya menyebabkan lakrimasi dan iritasi membran mukosa dan
saluran nafas jika terhirup. Pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
asphyxiation (sesak nafas karena kurang asam di darah). 7
20
Asam Kuat Cl2↑
+) → (klorin) + NaOH
Natrium (H
hipoklorit + NH2Cl↑
Alkali kuat
(NaOCl) →
+ NaOH
(NH4+) (kloramin)
Saat ini, senyawa klorin seringkali disalahgunakan untuk memutihkan
makanan seperti tepung dan beras. Walaupun akan menguap setelah proses
pemasakan, keberadaan gas klorin tersebut juga akan mengurangi nilai gizi produk
yang diputihkan tersebut. 7
e. Iodin
Iodin bersifat korosif terhadap membran mukosa dengan mengendapkan
protein langsung. Di dalam lambung iodine dapat diubah menjadi bentuk yang
kurang toksik dan dengan cepat di deaktivasi oleh makanan di saluran
gastrointestinal dan merangsang reflek muntah. 7
Apabila iodine atau turunannya terhirup dapat mengakibatkan mual,
muntah, diare, gastroenteritis, hipotensi, takhikardi dan sianosis. Kematian karena
terhirup biasanya terjadi kurang dari 48 jam sejak mengalami kolaps sirkulasi,
karena syok selama emesis yang menyebabkan edema pulmonal.
Jika iodine masuk ke dalam saluran pencernaan melalui mulut, penanganan yang
dilakukan adalah sebagai berikut : 7
a) Encerkan iodin dengan air atau susu.
b) Beri larutan amilum 1-10% agar iodin terabsorpsi
c) Lakukan pengurasan lambung, jika perlu dengan amilum larut air.
d) Tambah larutan natrium tiosulfat 1-5% agar iodin berubah menjadi iodida.
e) Beri glukokortikoid untuk menurunkan resiko fibrosis esofagus.
21
f. Senyawa Ammonium Quarterner
Senyawa ammonium quarterner adalah surfaktan kationik yang digunakan
pada berbagai macam produk seperti desinfektan, bakterisid, deodoran, sanitizers.
Senyawa ammonium quarterner berpotensi menyebabkan keracunan tetapi hal ini
tergantung pada jenis senyawa, konsentrasi produk, dosis, jalur pemberian. 7
Konsentrasi dibawah 1% dapat menyebabkan nekrosis membran mukosa,
erosi saluran GI, ulcer dan perdarahan. Kadang-kadang mengalami edema glotis,
otak. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan sabun karena akan di inaktifkan.
Penanganan keracunan zat ini dengan konsentrasi lebih dari 5-10% sama seperti
penanganan keracunan alkali secara umum. 7
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Zat korosif pada umumnya bersifat lokal (asam/basa), menimbulkan nyeri hebat
pada daerah yang terkena zat korosif tersebut.
2. Penanganan bersifat supportive agents dan pada penanganannya tidak dipaksa
untuk muntah karena dapat memperluas kerusakan jaringan sehingga perlu
pengenceran saja.
3. Basa bersifat emetikum (mual, muntah) sehingga perlu diencerkan saja.
4. proses pengenceran masih merupakan cara terbaik yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kecelakaan zat korosif yang terminum. Oleh karena itu, jumlah air
atau susu yang digunakan harus beberapa kali lipat lebih banyak dibanding
dengan jumlah asam atau alkali yang terminum.
5. Terjadi akumulasi akan berdampak sistemik
6. Pada kasus pasta gigi anak, kadar fluoride pada pasta gigi anak-anak terlalu
tinggi. Fluorida dapat menyebabkan keracunan pada anak. Kalsium akan
mengendap sehingga kadar kalsium dalam plasma turun sehingga tidak
dibenarkan anak-anak menggunakan pasta gigi untuk dewasa. Fluoride pun jika
masuk kedalam tubuh akan berikatan dengan kalsium sehingga dapat
menyebabkan osteoporosis.
7. Borax memiliki rasa yang gurih, namun after taste yang pahit.
8. Pada baterai , disaluran cerna akan terurai.
9. Penggunaan pembersih lantai sebaiknya tidak mencampurkan zat yang bersifat
asam dan yang bersifat basa karena gugus cl akan terlepas , hal ini yang akan
mengakibatkan sesak nafas.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Hal 206 dan 1113.
2. Lalani, Amina, MD, Suzan Schneeweiss. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri.
EGC, Jakarta, 364 - 371
3. Insley, Jack. 2005. Vade-Mecum Pediatri, Edisi 13, EGC, Jakarta, 145.
4. Sartono, drs., 2001, Racun dan Keracunan, Widya Medika, Jakarta, 224–235.
5. World Health Organization. 2008. Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited
Resources. WHO-Indonesia.
6. Federal Hazardous Substances Act. 2011. Federal Hazardous Substances Act.
Public Law 86-613; 74 Stat. 372, August 12, 2011 Version. (Diakses pada
tanggal 26 November 2015) melalui
https://www.cpsc.gov/PageFiles/105467/fhsa.pdf
7. Gossel, Thomas A and Bricker, J. Douglas., 2001, Principles of Clinical
Toxicology, 3rd ed., Taylor and Francis, 215 – 239
8. Cox, Robert D, MD, PhD, Joe Alcock, MD, MS. 2015. Chemical Burns.
Updated October 06, 2015. Emedicine medscape. (diakses pada 26
November 2015) melalui http://emedicine.medscape.com/article/769336-
overview#showall
9. Olson, K. R. 2007. Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc.,
p. 157-159.
10. Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, McGraw-
Hill Inc, 2004.
11. Singh, G. B., Chauhan, R., Kumar, D., Arora, R., & Ranjan, S. (2015). Lithium
Battery Ingestion: An Unusual Cause of Bilateral Cord Palsy. Case
Reports in Otolaryngology, 2015, 790830.
http://doi.org/10.1155/2015/790830
12. Issley, Steven, MD, FRCPC, Asim Tarabar, MD. 2013. Ammonia Toxicity.
Updated: Sep 16, 2013. emedicine Medscape. (diakses 26 November
2015) melalui http://emedicine.medscape.com/article/820298-
overview#showall