Referat Jiwa

29
LEMBAR PENGESAHAN Referat dengan judul “Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan Fungsional” disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha periode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016, oleh : Nama : Chelsy Angelina NIM : 406138021 Nama : Julita Suhardi NIM : 406138033 Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh : Pembimbing : dr. Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Tangerang , Desember 2015 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma Graha Periode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016 Page 1

Transcript of Referat Jiwa

Page 1: Referat Jiwa

LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul “Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan

Fungsional” disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan

Jiwa di Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha periode 14 Desember 2015 – 16 Januari

2016, oleh :

Nama : Chelsy Angelina

NIM : 406138021

Nama : Julita Suhardi

NIM : 406138033

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh :

Pembimbing : dr. Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K)

Tangerang , Desember 2015

Kepala SMF Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa Pembimbing

dr. Yenny Dewi P, Sp.KJ (K) dr. Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 1

Page 2: Referat Jiwa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmatNya penulis dapat

menyelesaikan referat dengan judul “Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik

dan Fungsional”.

Referat yang berjudul “Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan

Fungsional” ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelainan dan mengenali perbedaan

gejala psikotik pada penyakit organik dan fungsional secara lebih luas melalui gejala

klinis, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan

pencegahan.

Penyusun menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan

masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan

kritik yang membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun dalam ruang

lingkup Ilmu Psikiatri, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.

Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih pada seluruh pembimbing di

Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma Graha, atas ilmu dan bimbingannya

selama ini. Semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang, Desember 2015

Penyusun

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 2

Page 3: Referat Jiwa

DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHAN

1KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR IS.........................................................................................................................3

BAB I : Pendahuluan...........................................................................................................4

1.1 Tujuan........................................................................................................................4

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................5

2.1. Definisi.....................................................................................................................5

2.2. Epidemiologi.............................................................................................................7

2.3. Gejala psikosis pada penyakit organik.....................................................................7

2.4. Penanganan.............................................................................................................14

BAB III : KESIMPULAN.................................................................................................16

BAB IV : LAMPIRAN......................................................................................................17

Daftar Pustaka....................................................................................................................19

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 3

Page 4: Referat Jiwa

BAB I

PENDAHULUAN

Gejala psikotik pada pasien dengan penyakit organik sering kali terjadi secara

tiba-tiba dan kerap menimbulkan kebingungan dalam mengambil diagnosis. Ini sering

kali dilupakan dalam pengambilan diagnosa pada pasien dengan penyakit organik.

Pengambilan diagnosis sering dibingungkan karena kesulitan pada anamesa dengan

pasien yang kurang memungkinkan untuk pengambilan anamesa pada pasien psikotik

pada skizofrenia. Melalui penulisan referat “Perbedaan Gejala Psikotik pada Pasien

Organik dan Fungsional”, diharapkan dokter-dokter lebih teliti dalam pengambilan

diagnosis psikotik pada pasien organik dengan melihat ciri psikotik yang muncul

dibandingkan dengan psikotik pada pasien fungsional atau non-organik. Ciri psikotik

menjadi salah satu penilaian selain pemeriksaan fisik, laboratorium, dan foto radiologi.

Sebagai proses belajar profesi dokter umum, hal-hal yang perlu dipelajari dan dimengerti

salah satunya adalah cara mendiagnosa pasien yang mengalami gejala psikotik pada

kelainan organik dengan cepat karena hal tersebut menentukan morbiditas pasien.

1.1 Tujuan

1. Mempermudah penegakan diagnosa pada pasien dengan gejala psikotik pada

penyakit organik dari ciri psikotik.

2. Membantu pengambilan keputusan dalam penatalaksaan pasien melalui ciri

psikotik.

3. Menentukan prognosa yang pada pasien psikotik dengan kelainan organik.

4. untuk dapat memberikan pengetahuan tentang psikosis akibat organik dan non –

organik dan dapat menjadi bahan acuan apabila ada referat yang berjudul sama

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 4

Page 5: Referat Jiwa

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kata psikosis pertama kali digunakan oleh Ernst von Feuchtersleben pada tahun

1845 sebagai alternatif untuk kegilaan dan mania dan berasal dari bahasa

Yunani'' ψύχωσις'' (psikosis), "jiwa yang memberikan atau hidup, menghidupkan ,

mempercepat" dan bahwa dari '' ψυχή'' ('' psyche'')," jiwa "dan akhiran''-ωσις'' (''-osis''),

dalam hal ini" kondisi normal ". Kata ini digunakan untuk membedakan gangguan yang

dianggap gangguan pikiran, sebagai lawan dari "neurosis", yang dianggap berasal dari

gangguan sistem saraf.

Psikosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut : suatu gangguan

jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (“sense of reality”). Hal ini diketahui dengan

terganggunya pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik, dan

kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.

Penderita tidak dapat “dimengerti” dan tidak dapat “dirasai” lagi oleh orang normal,

karena itu seorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu “gila”, bila psikosa itu

sudah jelas. Penderita sendiri juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa ia sakit.

Keadaan ini dapat digambarkan dengan cara lain yaitu sebagai berikut : psikosa

ialah suatu gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organic atau pun

emosional (fungsional) dan menunjukan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara

emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai

dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan

hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku agresif impuls-impuls

serta waham dan halusinasi. Istilah psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang

disebutkan di atas dengan variasi yang luas mengenai berat dan lamanya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 5

Page 6: Referat Jiwa

Menninger telah menyebutkan 5 sindrom klasik yang menyertai sebagian besar

pola psikotik, yaitu :

1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu yang mendalam

2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai

pembicaraan dan motorik yang berlebihan

3. Regresi ke autism (“autism”) manerisme pembicaraan dan perilaku, isi

pikiran yang berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan social.

4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecenderungan membela

diri atau rasa kebesaran

5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

Psikosa dapat dibagi menjadi dua kelompok yang besar, yaitu : psikosa

yang berhubungan dengan sindrom otak organik dan psikosa fungsional. Pada

penulisan ini, akan lebih dibahas tentang kelainan psikosis oleh penyakit organik.

Sindrom otak organik (SOO) ialah gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik

yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan

otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak

(meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan

sebagainya) atau di luar otak atau tengkorak (misalnya tifus, endomtritis, payah

jantung, toxemia kehamilan, intoxikasi, dan sebagainya). Untuk mengetahui

etiologi penyakit badaniah dari gejala psikotik, perlu dilakukan pemeriksaan

intern dan nerologis yang teliti.

Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai

fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkan. Bila

hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokalisasi

inilah yang menentukan gejala dan sindrom, bukan penyakit yang

menyebabkannya. Sindrom otak organik dinyatakan akut atau menahun

berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan

otak atau sindrom otak organic itu dan bukan berdasarkan penyebabnya,

permulaan, gejala atau lamanya penyakit yang menyebabkannya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 6

Page 7: Referat Jiwa

Pada dasarnya harus dibedakan terlebih dahulu gejala psikosis dengan

delirium. Psikosis lebih menjurus pada gangguan realita karena terdapatnya

halusinasi, delusi atau pemikiran yang kacau. Psikosis dapat disebabkan oleh

penyakit organik dimana penyebabknya dapat diketahui. Delirium lebih

menunjukan pada sindroma otak organik yang secara keseluruhan menyebabkan

gangguan kognitif, dengan disorientasi, gangguan memori, dan gangguan

kesadaran. Penyakit-penyakit yang menyebabkan delirium sering mengancam

hidup, dan delirium harus disadari menjadi kedaruratan medis. Gejala lain yang

membedakan dengan psikosis adalah adanya fluktuasi atau gangguan level

kesadaran, menurunnya kesigapan terhadap lingkungan, afek yang labil,

gangguan keputusan atau tilikan, gejala ketidak normalan autonomic pada tekanan

darah, nadi, temperature, keringat, kemerahan, dll.

2.2 Epidemiologi

Data epidemiologis yang relevan mengenai gangguan psikotik yang

disebabkan oleh medis umum dan gangguan psikotik akibat zat tidak ada.

Gangguan paling sering ditemukan pada pasien yang kecanduan alkohol atau zat

lain dalam jangka panjang.

Menurut British Journal of Psychiatry (1987), terdapat gejala psikosis akut

pada penyakit organik ditemukan pada 74 pasien yang diperiksa menggunakan

PSE (Presernt State Examination) dari 100 pasien. Gejala delusi, kelainan

persepsi, gangguan pikiran, dan gangguan emosi dikategorikan dan dibandingkan

dengan 74 pasien skizofrenia akut.

2.3 Gejala psikosis pada penyakit organik

Gejala psikosis pada kelainan organik menjadi tingkat pertama diagnosa

banding dari penegakkan diagnosa pasien skizofrenia yang harus disingkirkan

untuk menindak lanjuti pengobatan pasien. Pada gejala psikotik awal, perlu dilihat

keseluruhan sistem dan penilaian fisik yang meliputi evaluasi neurologikal.

Ditambah dengan pemeriksaan lab, antara lain : pemeriksaan darah lengkap,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 7

Page 8: Referat Jiwa

elektorlit, serum kreatinin, blood urea nitrogen (BUN), tes fungsi tiroid, tes

penyakit kelamin, urinalisis, dan pemeriksaan toksik. Bila tampak adanya gejala

dan tanda yang meliputi asimetri, kelemahan, dan gangguan sensori, perlu

dilakukan pemeriksaan brain magnetic resonance imaging (MRI) atau

computerized axial tomography (CAT). Pada pasien yang tidak kooperatif untuk

dilakukan pemeriksaan neurologikal, perlu dilakukan pemeriksaan

elektroensefalogram (EEG).

Gejala psikosis pada penyakit organik, terjadi biasanya lebih tiba-tiba

dibandingkan dengan pasien skizofrenia yang biasa dimulai dengan ide-ide yang

kemudian berkembang menjadi waham. Adanya pemeriksaan yang menyeluruh

dapat menyingkirkan diagnosa banding gejala psikosis non-organik atau

fungsional.

Kriteria diagnosis psikosis dengan terdapat gangguan medis lain oleh DSM IV :

A. Halusinasi atau delusi yang jelas

B. Terdapat bukti dari sejarah pasien, pemeriksaan fisik, atau penemuan

laboratorium yang mengaarah pada gangguan psikologis akibat dari kondisi medis

umum

C. Gangguan tidak lebih baik untuk oleh gangguan mental lainnya

D. Gangguan tidak terjadi secara khusus pada saat delirium saja

Terdapat kode berbasis gejala predominan :

o Dengan delusi : apabila delusi merupakan gejala predominan

o Dengan halusinasi : apabila halusinasi merupakan gejala predominan

o Catatan kode : termasuk ke dalam nama kondisi medis umum pada Axis I, dengan

contoh gangguan psikosis diakibatkan oleh neoplasma maligna paru – paru,

dengan delusi; maka diberikan kode atau tanda pada kondisi medis di Axis III.

o Catatan kode : apabila delusi merupakan gejala bagian dari dementia vaskular,

bisa diindikasikan delusi dengan kode subtype yang sesuai, seperti, dementia

vaskular dengan delusi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 8

Page 9: Referat Jiwa

Kriteria diagnosis psikosis akibat dari pemakaian obat atau bahan yang mencetuskan

psikosis oleh DSM IV :

A. halusinasi atau delusi yang jelas. Catatan : jangan memasukkan halusinasi kalau

pasien memiliki tilikan bahwa mereka merupakan pemakai obat – obatan.

B. Terdapat bukti dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik, atau penemuan laboratoris

baik nomor (1) atau (2) :

1. gejala pada kriteria A terjadi saat, atau pada saat sebulan dari saat,

intoksikasi dari obat atau pemakaian obat tersebut berhenti

2. pengobatan yang diberikan berhubungan dengan penyebab dari

gangguan tersebut

C. Gangguan tidak lebih baik diperhitungkan oleh gangguan psikosis yang tidak

diakibatkan oleh penggunaan obat – obatan. Bukti yang ada terlihat bahwa gejala

lebih baik diperhitungkan untuk gangguan psikosis yang bukan merupakan akibat

dari pemakaian obat – obatan; gejala – gejala yang ada dimulai awalnya oleh

karena penggunaan obat – obatan; gejala – gejala memiliki jangka waktu tertentu

(contoh, sebulan) setelah penghentian atau intoksikasi berat, atau terlalu banyak

pengeluaran dari apa yang telah diekspektasikan atau jumlah dari obat – obatan

yang digunakan atau durasi dari pemakaian obat – obatan; atau terdapat bukti lain

yang memperlihatkan keberadaan dari gangguan psikosis karena penggunaan obat

– obatan (contoh, riwayat dari penggunaan obat – obatan yang berulang)

D. Gangguan tidak selalu terjadi pada saat pasien delirium. Catatan : diagnosis ini

harus dibuat walaupun diagnosis akibat dari intoksikasi obat – obatan atau

penghentian obat – obatan hanya pada saat gejala – gejala yang ada terlalu

berlebih pada gejala yang biasanya berhubungan dengan intoksikasi atau sindrom

pemberhentian obat dan pada saat gejala – gejala tersebut cukup berat untuk

memperingatkan atensi klinis.

Dikhususkan apabila :

Dengan gejala awal saat intoksikasi : apabila kriteria yang ada cocok

dengan intoksikasi obat – obatan dan gejala – gejala yang timbul saat sindrom

intoksikasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 9

Page 10: Referat Jiwa

Dengan gejala awal saat pemberhentian : apabila kriteria yang ada cocok

saat pemberhentian dari obat – obatan dan gejala – gejala timbul pada saat atau

singkat setelah sindrom pemberhentian obat – obatan.

Sedangkan diagnosis kriteria pada gangguan psikosis non – organik, antara lain :

Gangguan psikosis yang tidak memenuhi kriteria schizophrenia atau untuk

jenis – jenis psikosis dari gangguan mood (afek), dan gangguan psikosis yang

tidak memenuhi kriteria simtomatis untuk gangguan delusi yang persisten yang

dapat ditandakan di sini (gangguan halusinasi persisten adalah sebagai

contohnya). Kombinasi dari gejala – gejala yang tidak ditutup oleh kategori –

kategori, seperti delusi, lain dari yang terdapat pada daftar schizophrenic di bawah

kriteria G1(1)b atau d untuk schizophrenia dapat dimasukkan di sini.

Psikosis yang timbul dari “organik” (non-psikologis) kondisi kadang-kadang

dikenal sebagai psikosis sekunder. Hal ini dapat dikaitkan dengan patologi

berikut:

a) Penyakit neurological progresif :

Multipel sklerosis

Huntington’s chorea

Penyakit Alzheimer

b) Infeksi sistem saraf sentral

Ensefalitis

Meningitis, HIV

c) Lesi intracranial dalam otak (SOL)

Tumor orak

abses otak

perdarahan otak

d) Penyakit metabolic

Gangguan elektrolit

Acute intermittent porphyria

Wilson’s disease

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 10

Page 11: Referat Jiwa

SLE (systemic lupus erythematosis)

e) Kelainan endokrin

Hipotiroid

Cushing’s syndrome

Hipoglikemik (termasuk pemakaian insulin)

f) Malnutrisi atau kekurangan nutrisi

Kekurangan Thiamine (sindrom amnesia Wernicke-Korsakoff)

Kekurangan asam nikotinik (Pellegra)

Kekurangan beberapa B kompleks

Kekurangan Zinc

g) Kejang atau epilepsy lobus temporal oleh withdrawal obat antiepilepsi,

tranqulizer atau mood stabilizers

h) Obat-obatan

Legal : psikostimulan (Ritalin, Effexor, Wellbutrin, Adderall, Strattera, dan

Amphetamines); SSRIs; antipsikotik; transquilizer; L-DOPA; fensiklidin

Illegal : kokain, methamphetamine, ekstasi, Dexedrine, LSD, Halusinogen

Pada penelitian yang dilakukan oleh J Cutting, mengatakan bahwa

terdapat perbedaan gejala psikotik yang dialami oleh pasien dengan penyakit

organik dan non-organik baik waham, halusinasi, gangguan emosi dan gangguan

proses dan isi pikir.

Waham

Menurut DSM IV, waham akibat zat dan waham sekunder biasanya ada

dalam keadaan sadar penuh. Pasien tidak mengalami perubahan tingkat

kesadaran, meskipun gangguan kognitif ringan dapat ditemukan. Pasien tampak

bingung, kusut, atau eksentrik, dengan bicara tangensial atau bahkan inkoheren.

Hiperaktivitas dan apati dapat timbul, sering disertai mood disforik. Waham dapat

sistematis atau terfragmentasi, dengan isi pikiran bervariasi, tetapi waham kejar

paling sering. Hal ini tidak seluruhnya sama dengan hasil penelitian yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 11

Page 12: Referat Jiwa

dilakukan J Cutting. Pada 35 dari 74 pasien gangguan organik memiliki waham

yang 8 darinya hanya berisi waham paranoid yang sederhana (tabel I). Sembilan

darinya memiliki waham serta gangguan mood (tabel II). Hanya satu pasien yang

dengan gangguan waham disertai dengan elasi, satunya memiliki gambaran

afektif yang acak, dan ketujuh lainnya memiliki waham depresi. Sedangkan pada

tabel III menunjukan bahwa pasien memiliki gejala gangguan mood tanpa disertai

waham paranoid. (Tabel I, II, III terdapat pada lembar lampiran) Seluruh hasil

pengamatan gejala psikotik dibandingkan dengan 74 pasien skizofrenia non-

organik dalam tabel IV. Gejala psikotik organik lebih menunjukan adanya jumlah

yang sangat minimal pada waham first-rank sangat jarang, serta waham paranoid

disertai gangguan mood sangat umum terjadi. Penelitian pada pasien psikotik

organik dengan delusi, seperempatnya dan hampir setengahnya menceritakan

wahamnya dengan tema dekat dengan bencana atau nasib sial atau kejadian

bizarre yang tibat-tiba terjadi di sekitarnya, dan hal tersebut sangat jarang terjadi

pada pasien skizofrenia pada umumnya. Gambaran intinya muncul sebagai

banyaknya beberapa tragedy atau kelakuan jahat dari orang lain tanpa ada yang

peduli atau membantu. Walau pasien skizofrenia memiliki gejala serupa,

gejalanya lebih melibatkan dirinya.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 12

Page 13: Referat Jiwa

Persepsi

Menurut DSM IV, halusinasi dapat terjadi pada satu atau lebih modalitas

sensorik. Halusinasi taktil (seperti sensasi dirayapi kutu pada kulit) khas pada

penggunaan kokain. Halusinasi pendengaran biasanya disebabkan

penyalahgunaan zat psikoaktif; halusinasi pendengaran juga dapat terjadi pada

pasien tuli. Halusinasi penghidu dapat disebabkan epilepsy lobus temporalis;

halusinasi penglihatan dapat terjadi pada pasien buta akibat katarak. Halusinasi

dapat bersifat baik rekuren maupun persisten yang dialami pada keadaan sadar

penuh atau siaga; pasien yang mengalami halusinasi tidak memperlihatkan adanya

perubahan fungsi kognitif yang signifikan. Halusinasi penglihatan sering

mengambil bentuk gambar yang melibatkan gambar manusia kerdil (liliput) atau

hewan kecil. Halusinasi musik yang langka biasanya berupa lagu rohani. Pasien

dengan gangguan psikotik akibat kondisi medis umum dan akibat zat dapat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 13

Page 14: Referat Jiwa

bertindak berdasarkan halusinasinya. Pada halusinasi akibat alkohol, suara

ancaman, kritis, atau menghina dari orang ketiga berbicara mengenai pasien dan

dapat memberitahu mereka agar mencelakakan diri mereka sendiri atau orang

lain. Pasien tersebut berbahaya dan beresiko signofikan untuk melakukan bunuh

diri atau pembunuhan.

Pada 25 pasien psikotik organik, 25 nya memiliki halusinasi visual yaitu

11 kasus melihat manusia, 5 melihat manusia dan hewan, 6 pada binatang atau

serangga, serta 3 pada benda). Halusinasi auditori muncul pada 13 kasus yang

meliputi tagisan bayi, kerabat yang meminta pertolongan, percakapan tentang

percintaan dan gossip, serta suara Tuhan. Tiga pasien memiliki halusinasi taktil

seperti mencengkram pasien, kasur terasa basah, serta kasur yang bergerak. Tiga

lainnya ada memiliki distorsi visual. Yang memberdakan dengan pasien

skizofrenia adalah pasien psikotik organik terlibat pada kesalahan identifikasi

orang-orang baik staf di rumah sakit atau keluarga terdekat yang menjenguknya

dan hal itu jarang terjadi pada pasien skizofrenia.

Isi dan proses pikir

Gangguan isi dan proses pikir terjadi pada 47 pasien organik. Hasil

penilaian PSE yang menggunakan Anderson’s scale terdapat 2 pasien dengan

flight of ideas yang juga mendapat tekanan, 14 nya terdapat disorientasi fantasi

yang terlihat ilogikal, 6 pasien memiliki percakapan tangensial dengan irrelevant

manners. Dibandingkan dengan pasien non-organik, pasien organik lebih

menunjukan kemiskinan isi pikir, lambat, ilogikal, dan tangensial.

Gangguan emosi

Tidak terdapat hasil yang signifikan pada keduanya, namun pasien psikotik organik lebih

menunjukan adanya gejala hipomanik atau labil.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 14

Page 15: Referat Jiwa

2.4 Penanganan

Penatalaksanaan dapat diberikan dengan cara kita mengidentifikasi penyakit

apa yang menyertai pasien atau obat – obatan apa yang dikonsumsi oleh pasien

sehingga pasien menderita psikosis. Penanganan ini langsung ditujukan pada

kondisi medis yang menyertai dari pasien dan control juga dari kebiasaan –

kebiasaan pasien. Pasien juga dapat menjalani rawat inap supaya kita dapat terus

memantau kondisi dari pasien tersebut. Obat – obat antipsikosis (contoh :

olanzapine, haloperidol) dapat diberikan apabila diperlukan untuk pengobatan

jangka pendek dan mendapatkan kontrol dari tingkah laku pasien tersebut, tetapi

dapat pula diberikan benzodiazepine apabila pasien tersebut terdapat agitasi dan

cemas berlebihan.

Setelah fiksasi pasien pada kondisi gawat darurat, pengevaluasian perlu

dilakukan untuk menegakkan diagnosis serta etiologi gejala psikosis. Rujukan

tetap harus dilakukan oleh dokter psikiatri yang berwenang untuk menegakkan

diagnosis pasti dan memberikan penatalaksanaan dini yang kemudian

penatalaksanaan berlanjut untuk menangani etiologi penyakit yang menyertai

sehingga dapat dirujuk kepada dokter ahli dibidang tersebut.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 15

Page 16: Referat Jiwa

Diagnosa dini

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 16

Gangguan Mental Organik

TIDAKYA

Konsul Konsulen Psikiatri

Apakah ada perubahan kesadaran? Apakah ada perubahan pemusatan,

pertahanan, dan pengalihan perhatian ?

Apakah ada fluktuasi gejala ?

Perilaku yang tidak terkendali. Gaduh gelisah Usaha bunuh diri, ide bunuh diri Panik, kecemasan dengan keluhan somatic

berlebih Perilaku/perasaan siap menyerang/membunuh

(agitatif) Bicara kacau, eksplosif (marah, maki, teriak) Kebingungan Bertindak diluar kendali/ impulsive Curiga/ sikap bermusuhan berlebihan

Gejalaassesment

assesmentStabilisasi kondisi

TIDAKYA

Live Threating SymptomIGDPasien

Page 17: Referat Jiwa

BAB III

KESIMPULAN

Pada serangan psikotik pada pasien yang mengalami penyakit organik

merupakan salah satu bentuk kedawat daruratan pada ilmu bidang kejiwaan. Cara

mengatasi pasien yang mengalami gangguan psikotik sering kali terhambat karena

penegakan diagnosis harus dilakukan oleh evaluasi yang menyeluruh baik

anamesa, pemeriksaan fisik serta neurologi, pemeriksaan laboratorium lengkap,

serta foto imaging, beberapa memerlukan pemeriksaan fungsi organ tertentu. Pada

pasien dengan penyakit organik sering kurang kooperatif dan kesulitan dapat

pemeriksaan serta anamesa, oleh karena itu pada penulisan referat ini, memberi

informasi tambahan perbedaan gejala psikotik antara pasien organik dan

fungsional.

Gangguan psikotik melibatkan adanya gangguan waham, persepsi, dan

gangguan isi serta proses pikir yang dapat disertai atau tidak disertai dengan

gangguan mood. Gangguan waham yang terjadi pada pasien penyakit organik

sering muncul dalam bentuk paranoid atau bizarre yang paling banyak tanpa

disertai first-rank-symptoms dan disertai oleh gangguan mood. Gangguan

halusinasi pada pasien psikotik organik sering muncul “aneh” yaitu pasien yang

buta mengalami halusinasi penglihatan, pasien tuli mengalami halusinasi

pendengaran, dan sebagainya. Selain itu, halusinasi yang membedakan dengan

gejala psikotik pada pasien skizofrenia adalah halusinasi terjadi pada orang-orang

yang didekatnya seperti staf perawat dan kerabat yang sedang menjenguk.

Dibandingkan dengan pasien non-organik, pasien organik lebih menunjukan

kemiskinan isi pikir, lambat, ilogikal, dan tangensial. Tidak terdapat hasil yang

signifikan pada keduanya, namun pasien psikotik organik lebih menunjukan

adanya gejala hipomanik atau labil.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 17

Page 18: Referat Jiwa

BAB IV

LAMPIRAN

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 18

Page 19: Referat Jiwa

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 19

Page 20: Referat Jiwa

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock B J, Sadock V A. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Kaplan & Sadock. Ed.2.

EGD : Jakarta, 2012.

2. Maramis W F, Maramis A A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga

University Press. Ed.2. UNAIR : Surabaya, 2009

3. Sheitman B B, Lee H, Strauss R, and Jeffrey A. The Evaluation and Treatment of

First-Episode Psychosis. Schizophrenia Bulletin . 23(4):653-661, 1997

4. Cutting J. The Phenomenology of Acute Organic Psychosis. Comparison with

Acute Schizophrenia. The British Journal of Psychiatry. 151:324-332, 1987

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaPeriode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016Page 20