Referat Jiwa
Transcript of Referat Jiwa
BAB I
PENDAHULUAN
NAPZA adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif
lainnya yang merupakan bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran perasaan dan perilaku) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.1,2
Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan obat yang
berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan hilang kesadaran dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah
heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin.3
Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997, psikotropika merupakan zat atau
obat, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku seseorang.3 Zat adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi seseorang yang menggunakannya akibat timbulnya ketergantungan
psikis seperti golongan alkohol, nikotin dan sebagainya.4
Toksikologis seringkali ditanya mengenai berapa lama suatu produk atau
metabolitnya dapat dideteksi setelah dipergunakan. Seringkali sulit untuk
menjawab pertanyaan ini, karena durasi pendeteksian bergantung pada banyak
faktor, dan beberapa studi telah memfokuskan pada masa pendeteksian.5
Masa pendeteksian dipengaruhi oleh oleh beberapa faktor: dosis yang
dipergunakan, sediaan dan cara penggunaan, penggunaan akut atau kronik,
pemilihan matrix, keterbatasan deteksi atau teknik analisa yang dipergunakan,
molekul dasar, pH dan konsentrasi urin atau cairan oral, dan perbedaan
metabolisme interindividual.5
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. JENIS NAPZA YANG DISALAHGUNAKAN
a. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika).15,16,17,18
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw,
kokain, ganja).
Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
Narkotika Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika golongan I :
Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja atau
kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain,
daun koka.
2
b. PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika). 15,16,17,18
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut.
Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD).
Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat
atau ritalin).
Psikotropika Golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh :
pentobarbital, Flunitrazepam).
Psikotropika Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,
bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam,
seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
3
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
1. Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
2. Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil
koplo dan lain-lain
3. Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
c. Zat Adiktif Lain
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai
campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh
obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minumanberakohol,
yaitu:
Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bir)
Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah
gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya. Bahan/ obat/zat yang
disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :
Sama sekali dilarang : Narkotika golongan I dan Psikotropika
Golongan I.
4
Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
1) Golongan Depresan (Downer). Adalah jenis NAPZA yang berfungsi
mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya
merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak
sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw,
kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti
cemas) dan lain-lain.
2) Golongan Stimulan(Upper). Adalah jenis NAPZA yang dapat
merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang
termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein,
Kokain
3) Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan
efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat
terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini
termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin
5
II. MACAM-MACAM BAHAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
YANG TERDAPAT DI MASYARAKAT.
A. Opiat (Heroin dan Morfin)
Nama lain dari Opiat (Morfin dan Heroin) di indonesia dikenal
sebagai putaw, smack, junk, horse, H, PT, Etep, Bedak putih.
Heroin berasal dari opium atau opiat yang dihasilkan langsung oleh tanaman
bernama poppy /papaver somniferum dimana di dalam bentuk bubuk tersebut
mengandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan
kodein yang bertindak sebagai obat antitusif. Penggunaannya secara injeksi
intavena, intramuskuler dan dihisap dengan pipa. Opiat dibagaikan kepada
tiga kelompok besar yaitu opiat alamiah yang terdiri daripada morfin dan
kodein, opiat semi sintetik yang terdiri daripada morfin/putaw dan
hidromorfin dan seterusnya opiat sintetik yang terdiri daripada metadon dan
meperidin. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap.7
Morfin biasanya terdapat dalam opium. Efeknya meningkatkan
ambang nyeri, sehingga merasa bebas dari nyeri, menyebabkan letargi, dan
tertidur. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau
pembuluh darah (intravena).8
B. Ganja/ cannabis.
Sering dikenal dengan nama lain seperti cimeng, gele, mariyuana,
grass, pot, weed, tea, mary jane, gelek, skunk, herb. biasanya dihisap dari
gulungan yang menyerupai rokok atau dengan mengunakan pipa rokok. Ganja
mengandung sejenis bahan kimia yang disebut delta-9- tetrahydrocannabinol
(THC) yang bisa mempengaruhi suasana hati dan mempengaruhi cara orang
tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya. Ada beberapa
bentuk ,yang umum adalah daun dan bunga dirajang,yang dikeringkan dan
di linting.9
C. Kokain
Dikenal juga dengan nama lain cocaine hydrochloride, blow, bump,
C, candy, Charlie, coke, crack, flake, rock, snow. Kokain dan daun koka
tergolong dalam stimulan meningkatkan aktivitas otak atau fungsi organ lain.
6
Dikonsumsi dengan cara dilarutkan kemudian disuntikkan, dihisap melalui
hidung dan dibakar untuk dihisap asapnya.6
D. Golongan Amfetamin (Stimulan)
a. Ekstasi.
Dikenal dengan berbagai jenis ada yang berbentuk tablet dan
berbentuk kapsul. Ekstasi merupakan salah satu jenis amfetamin yang
nama generiknya adalah D-pseudo epinefrin. Ekstasi terdapat dalam
bentuk tablet, kapsul, atau serbuk. Nama lain ekstasi adalah Inex,
XTC, Dolphin, Black Heart, Gober, Circle K. Bentuk amfetamin
adalah berbentuk bubuk warna putih dan keabuan digunakan dengan
cara menghirup atau dengan menelan tablet atau kapsul. Terdapat dua
jenis amfetamin yaitu MDMA (methylene dioxy methamphetamine)
dan methamfetamin ice. Ekstasi termasuk dalam golongan MDMA.
Amfetamin menekan nafsu, oleh karena itu dapat digunakan oleh
orang yang memiliki masalah berat. Efek samping dari penggunaan
amfetamin terhadap fisik meliputi tekanan darah tinggi, kecepatan
detak jantung, demam, sakit kepala, tremor, dan rasa mual. Secara
psikologis, si pemakai merasa resah, mudah tersinggung, bermusuhan,
bingung, bersemangat atau dalam waktu yang singkat sangat
gembira.10 Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan kerusakan
parah pada otak dibandingkan heroin, kokain dan alkohol. Efek dari
ekstasi adalah seperti timbul rasa gembira secara berlebihan,
hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, mengalami halusinasi
penglihatan, berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang,
mual dan muntah. Pemakaian ekstasi seperti timbul rasa gembira
secara berlebihan, melampaui batas kemampuan seseorang.11
b. Shabu-shabu (Methamphetamine ice)
Psikotropika jenis ini mengandung methil amfetamin
berbentuk kristal putih. Shabu shabu dikenal juga dengan julukan
lain seperti glass, quartz, hirropon atau ice cream. Shabu shabu
umumnya berbentuk kristal berwarna putih seperti gula pasir atau
vetsin (bumbu penyedap makanan). Biasanya dihisap dengan
7
menggunakan botol kaca yang khusus disebut bong dan asapnya
dihirup. Efek yang dapat terlihat seperti badan atau fisik merasa lebih
kuat dan energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri
meningkat, nafsu makan menurun, badan kurus, susah tidur, tekanan
darah meningkat dan mengalami gangguan interaksi sosial dan
pekerjaan.12
E. LSD (Lysergic Acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid,
trips, tabs, kertas. Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran
kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan
gambar, ada juga yang berbentuk pil, kapsul.Cara menggunakannya
dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60
menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa
disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi terhadap
tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu.
Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan
untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan
menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid. 15,16,17,18
F. Sedative-Hipnotik (Benzodiazepin)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur).
Nama jalanan dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal.
Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta
sebagai hipnotik (obat tidur). 15,16,17,18
G. Solvent / Inhalansia
Merupakan uap gas yang digunakan dengan cara
dihirup.Contohnya :Aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry
cleaning, tiner,uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak
dibawah umur golongan kurang mampu/ anak jalanan. Efek yang
ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, mual,
muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung. 15,16,17,18
8
H. Alkohol
Alkohol adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia.
Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau
umbi-umbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai 15%
tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol
yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah
maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol
disebarluaskan ke suluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan
kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan
penurunannya orang tersebut menjadi depresi. Ada 3 golongan minuman
berakohol yaitu golongan A; kadar etanol 1%-5% (bir), golongan B; kadar
etanol 5%-20% (anggur/wine) dan golongan C; kadar etanol 20%-45%.14
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat
dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya
berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi.
Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relaks dan
pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang,
rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi berlebihan, akan muncul efek
sebagai berikut: merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada
perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara
berlebihan); muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu bicara cadel,
pandangan menjadi kabur, sempoyongan,
Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah
kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit hati dan kerusakan otak.
Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya
lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan
dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan
mengalami over dosis akan lebih besar.14
9
III. MASA DETEKSI PENYALAHGUNAAN NAPZA DALAM TUBUH
A. Amphetamine
Dosis amphetamine yang biasa dipergunakan ialah 10 hingga 30
mg, namun seseorang yang toleran dapat mengonsumsi hingga 2000mg/d.
Waktu paruhnya sangat beragam dan bergantung pada pH urin. Waktu
paruhnya antara 7 dan 34 jam. Di dalam darah, amphetamine terdeteksi
[Limit of Detection (LOD) 4 ng/mL] selama 46 jam setelah asupan
sebanyak 10 mg. Sangat sedikit penelitian eksperimen dalam pendeteksian
amphetamine dalam urin setelah satu kali asupan, akan tetapi telah
diterima secara umum berkisar antara 1 hingga 3 hari. Amphetamine di
dalam cairan oral dapat dideteksi selama 20 hingga 50 jam (LOD 10
ng/mL).
B. Methamphetamine
Dosis methamphetamine yang biasa dipergunakan adalah 5 hingga
10 mg, namun dapat lebih tinggai pada orang yang telah toleran.
Methamphetamine memiliki waktu paruh antara 10 dan 30 jam. Setelah
merokok 22 mg methamphetamine hydrocloride, methamphetamine masih
terdeteksi di dalam darah (~3ng/mL) selama 48 jam, dan amphetamine
(1ng/mL) terdeteksi setelah 48 jam. Setelah merokok 22 mg
methamphetamine, methamphetamine masih terdeteksi di dalam urin
(~300ng/mL) selama 60 jam. Pada pemberian methamphetamine
terkontrol sebanyak 10 mg, masa deteksi terakhir di dalam urin pada
pemberian tunggal (LOD 2,5ng/mL) selama 46-144 jam. Di dalam cairan
oral (diperoleh dengan stimulasi permen asam, dengan asam sitrat dan
swab kapas netral), setelah asupan 10 mg methamphetamine lepas
perlahan, ia masih terdeteksi sekurangnya 24 jam (konsentrasi rerata 18,8
ng/mL). Setelah 4 kali pemberian 10 hingga 20 methamphetamine,
methamphetamine terdeteksi selama 36 hingga 72 jam. Konsentrasi
methamphetamine di cairan oral 2,3 hingga 4,3 lebih banyak dibandingkan
di dalam plasma.
10
C. Methylenedioxymethamphetamine (MDMA, Ectasy) dan derivatnya
Dosis yang biasa dipergunakan bervariasi antara 50 dan 100 mg. Waktu
paruhnya berkisar antara 7 hingga 8 jam. Pemberian 100 mg MDMA
terdeteksi di dalam darah (20ng/mL) selama 24 jam dan di dalam urin
lebih dari 48 jam. Umumnya masa deteksi dalam urin adalah 1 hingga 3
hari.
D. Cannabis
Dosis yang diserap setelah menggunakan cannabis bervariasi antara 5 dan
30 mg. Tetrahydrocannabinol (THC) terdeteksi (LOD 1 ng/mL) sekitar 5
jam di dalam plasma dan 10 jam di dalam urin (LOD 10 ng/mL). 11-Nor-
9-carboxy-_9-tetrahydrocannabinol (THCCOOH) terdeteksi lebih lama,
dan dilaporkan bertahan hinga 25 hari (LOD 5 ng/mL). Dalam sebuah
studi menyatakan bahwa THCCOOH (LOD 10 ng/mL) tetap terdeteksi di
dalam serum rata-rata 23,8 jam dan maksimum 49 jam. Setelah merokok
THC 1,75% atau 3,55%, sampel urin positif terakhir diperoleh pada 33,7 ±
9,2 jam dan 88,6 ± 9,5 jam. Setelah merokok mariyuana, hasil positif pada
urin diperoleh hingga 2-72 jam dengan EIA dan 4-72 jam dengan GC-MS.
Setelah asupan oral, masa deteksi di urin menjadi lebih panjang. Pada
pengguna kronis, metabolit inaktif (THCCOOH) dapat terdeteksi hingga
mingguan bahkan bulanan.
Tabel 1. Masa Pendeteksian Penyalahgunaan Obat dalam Darah atau Serum atau
Plasma.5
Obat Dosis (mg)/Rute Analit Masa Pendeteksian (Jam)Amphetamine 6/PO Amphetamine 46Methamphetamine 22/SM Methamphetamine 48MDMA 100/PO MDMA 24Cannabis
34/SMTHCTHCCOOH
536
Cocaine100/IN
CocaineBenzoylecgonine
1248
Heroin 4680/PO Morphine 20PO, oral; SM, smoked; IN, intranasal
11
E. Cocaine
Dosis intranasal biasanya bervariasi, antara 20 dan 100 mg, akan tetapi
dapat lebih banyak pada pengguna berat.waktu paruh kokain adalah 1 jam.
Masa pendeteksian kokain di dalam darah sekitar 4 hingga 6 jam setelah
asupan 20 mg dan 12 jam setelah asupan 100 mg. Pada penguna kroik, di
dalam serum, benzoylecgonine terdeteksi selama 5,1 hari (maksimum 8,6
hari). Benzoylecgonine sebagai salah satu metabolit kokain, ditemukan
positif dalam urin selama 1 hingga 2 hari setelah pemberian intravena 20
mg. Setelah penggunaan kokain sebagai anestesi topikal dan agen
vasokonstriktor pada bedah nasal, benzoylecgonine ditemukan positif
setelah 24 jam akan tetapi menjadi negatif setelah 72 jam. Pada pengguna
kronik (seseorang yang kadang mengonsumsi hingga lebih dari 10 g per
hari), benzoylecgonine terdeteksi pada hari ke 22 setelah konsumsi
terakhir. Pada cairan oral, kokain dapat terdeteksi selama 5 hingga 12 jam
setelah pemberian dosis tunggal. Pada pegguna kronis, pendeteksian dapat
mencapai 10 hari (LOD 0,5 ng/mL).
Tabel 2. Masa Pendeteksian Penyalahgunaan Obat dalam Urin.5
Obat Dosis/Rute Analit Masa deteksi (jam)
Maksimal deteksi (hari)
Amphetamine 9Methamphetamine
10/PO Methamphetamine
87 ± 51 6
MDMA 100/PO MDMA 48Cannabis 1,75%
3,5%SMTCHHOOHTCHHOOH
3487
95
Cocaine 100/IN Benzoylecgonine 48-72 22LSD 0,28/PO LSD
2-Oxo-3OH-LSD3696
4
Heroin 10-15 IV/SM Morphine 11-54PO, oral; SM, smoked; IN,intranasal; IV, intravenous
F. LSD
LSD dipergunakan pada dosis kecil (50-100 μg) dan dimetabolisme secara
ekstensif. Waktu paruhnya diperkirakan 2,5-5 jam. LSD terdeteksi di urin
12
selama 24 jam. Deteksi terlama yang pernah dilaporkan (setelah asupan 50
μg), diperiksa dengan RIA selama 80 jam. Di dalam urin, konsentrasi LSD
memuncak setelah 10-12 jam. Kandungan metabolit LSD (2-Oxo-3-
hydroxy-LSD) terdeteksi di dalam urin hingga 96 jam.
G. Opiat (Heroin dan Morfin)
Heroin sering disuntikkan atau dijadikan rokok. Awal dosis
penggunaan sekitar 10 mg, namun seseorang yang sudah toleran mampu
hingga 1 atau 2 g. Waktu paruh heroin, 6-asetil-morfin, dan morfin adalah
2-7 menit, 6-25 menit, dan 2-3 jam.
Morfin terdeteksi didalam darah (LOD 1 ng/mL) adalah 20 jam
setelah pemberian intravena 12 atau 20 mg heroin. Setelah merokok 10,5
mg heroin, masa deteksi bervariasi antara 22 menit dan 2 jam. Setelah
injeksi intramuskular morfin (20 mg), ia terdeteksi (LOD 0,6 ng.mL)
selama 24 jam di dalam plasma. Setelah pemberian 9 mg intranasal,
morfin terdeteksi didalam darah (LOD 1 ng/mL) selama 12 jam. Di dalam
darah pengguna kronik, morfin total (LOD 25 ng/mL) dan morfin bebas
(LOD 10 ng/mL) terdeteksi hingga 5 hari. Setelah pemberian dosis heroin,
6-asetilmorfin terdeteksi dalam urin selama rata-rata 5 jam (maksimum
34,5 jam). Dan total morfin selama 4,95 hari (maksimal 11,3 hari) di
dalam urin. Di dalam cairan oral, 6-asetilmorfin ditemukan (LOD 1
ng/mL) selama 0,5 hingga 8 jam dan morfin selama 12 hingga 24 jam.
Setelah asupan 60 atau 10 mg kodein, kodein terdeteksi oleh GC-MS
selama 21 jam.
Tabel 3. Masa Pendeteksian Penyalahgunaan Obat dalam Cairan Oral.5
Obat Dosis (mg)/Rute Analit Masa Pendeteksian (Jam)Amphetamine PO Amphetamine 20-50Methamphetamine 10/SR PO Methamphetamine 24MDMA 100/PO MDMA 24Cannabis 20-25/SM THC 34Cocaine 25-42
IV/IN/SMCocaineBenzoylecgonine
5-1212-24
Heroin 20/IV 6-asetilmorfin 0,5-8Morphine 20/IM Morphine 12-24GHB 4680/PO GHB 5
13
SR, lepas lambat; PO, oral; SM, smoked; IV, intravena; IN, intranasal; IM, intramuskular.
H. Alkohol
Pada pemeriksaan urin, alkohol dapat terdeteksi hingga 6 sampai
24 jam. Apabila menggunakan tes ethyl glucoronide (EtG), EtG ditemukan
dalam urin hingga 80 jam. Sedangkan di dalam darah dan cairan oral,
alkohol ditemukan dari 12 hingga 24 jam. (Erowid Alcohol Vault : Drug
Testing. Erowid.org)
IV. Deteksi Jumlah Minimal di Rambut
Di rambut, masa deteksi tergantung pada panjang (rambut tumbuh
antara 0,8-1,3 cm/bulan). Konsumsi cannabis per minggu terdeteksi
dengan konsentrasi 0,02 hingga 3 ng/mg rambut. Konsumsi tablet (dosis
tidak diketahui) MDMA terdeteksi dengan konsentrasi 0,5 ng/mg rambut,
tapi pada subjek tertentu MDMA tak terdeteksi. Pada suatu eksperimen
menunjukkan bahwa konsumsi 0,6 mg/kgBB kokain terdeteksi di rambut.
(Perkiraan masa pendeteksian rerata keseluruhan tercantum pada tabel 4).
14
Tabel 4. Perkiraan Rerata Masa Pendeteksian NAPZA Dan Alkohol.
Jenis Zat Urin Darah / cairan oral Rambut
Alkohol6- 24 jam. Dengan EtG: hingga 80 jam
12-24 jam Hingga 2 hari
Amphetamine (kecuali methamphetamine)
1 hingga 3 hari 12 jam Hingga 90 hari
Methamphetamines 3 hingga 5 hari 1 - 3 hari Hingga 90 hariMDMA (Ekstasi) 3 - 4 hari 3 – 4 hari Hingga 90 hariBarbiturat (kecuali fenobarbital)
1 hari 1 – 2 hari Hingga 90 hari
Fenobarbital 2 hingga 3 minggu 4 – 7 hari Hingga 90 hari
Benzodiazepin
Penggunaan terapeutik hingga 7 hari. Penggunaan kronik (>1 tahun) hingga 4-6 minggu
6 – 48 jam Hingga 90 hari
Cannabis
Pengguna jarang: 3-4 hari, pengguna berat: 10 hari, pengguna kronis/dengan lemak badan tinggi: 30 hari
2-3 hari di dalam darah, hingga 2 minggu di dalam darah pada pengguna berat. Tergantung pada pemeriksaan THC atau metabolitnya. THC hanya terdeteksi di dalam cairan oral/saliva selama 2-24 jam.
Hingga 90 hari
Kokain
2 – 5 hari (kecuali pada pengguna berat: 7-10 hari dan penyakit ginjal)
2 – 10 hari Hingga 90 hari
Kodein 2-3 hari - -Cotinine (metabolit nikotin)
2-4 hari 2-4 hari Hingga 90 hari
Morfin 2-4 hari 1-3 hari Hingga 90 hari
Antidepresan trisiklik
7-10 hariTerdeteksi namun belum ditemukan hubungannya
Tak terdeteksi
LSD 2-24 jam 2-4 hari Hingga 4 hari
PCP
3-7 hari untuk menggunaan tunggal; hingga 30 hari pada pengguna kronik
1-3 hari Hingga 90 hari
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA, 2004.
Direktorat Jendral dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Pedoman
Dukungan Keluarga (Family Support) dalam Rehabilitasi Sosial Bagi
Penyalahguna NAPZA, (ttp: Bagian Proyek Penyantunan Penanggulangan
Korban NAPZA, 2004)
2. Jagathisen, Esanikaruppiah; Zairul Arifin. 2012. Tingkat Pengetahuan
Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap
Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA Tahun 2011. USI
Institutional Repository
3. Parapat., T, 2002. Panduan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba,
Pedoman bagi orang tua, Pelajar, Mahasiswa, Masyarakat dan Lembaga
Pemerintah PT. Sepadan Agra Daya. Jakarta.
4. Susilo S., 1993. Pengawasan Obat dan Makanan Menurut Undang-
undang No. 23 tahun 1992. Denpasar Bali.
5. Verstraete, Alain G. 2003. Detection Times of Drugs of Abuse in Blood,
Urine, and Oral Fluid. Clinical Biology Laboratory, Ghent University
Hospital; Belgium
6. World Health Organization, 2011: Terminology and Classification of
Substance, Available from:
http://www.who.int/substance_abuse/terminology/en/
7. Harahap. U, 2001. Penyalahgunaan Narkoba dan Dampak Yang
Ditimbulkannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu
Farmakologi pada FMIPA USU, Medan
8. Stephens, Everett, 2010 : Toxicity Opioids. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/815784
9. Joewana, S, 1989. Gangguan Pengawasan zat Narkotika, Alkohol dan zat
adiktif lain, PT. Gramedia. Jakarta
16
10. Kaplan, D.W, dan Kathleen A., Mammel, 1991. Interrelation of High Risk
Adolescent Behaviour, In Current Pediatric Diagnosis and Treatment.
Prentice Hall International Health
11. Handly Neal, 2009 : Amphetamine Toxicity. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/812518
12. Salomone, Joseph A., 2009: Hallucinogen Toxicity. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1010821
13. Levine, Michael D., 2009: Toxicity, alcohols. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/812411-overview
14. National Institute on Alcohol Abuse And Alcoholism 2010, What is
Alcoholism? Available from: http://www.niaaa.nih.gov
15. Allen K.M. 1996. Nursing Care of the Addicted Client. Philadelphia:
Lippincott
16. Stuart Sundeen. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing , St
Louis: Mosby Year Book
17. Smith, CM. 1995. Community Health Nursing; Theory and Practice.
Philadelphia: W.B. Saunders Company
18. The Indonesian Florence Nightingale Foundation. 1999. Kiat
Penanggulangan dan Penyalahgunaan Ketergantungan NAPZA, Jakarta
19. Tom, Kus, Tedi. 1999. Bahaya NAPZA Bagi Pelajar , Bandung :Yayasan
Al-Ghifari
20. Morgan. 1991. Segi PraktisPsikiatri, Jakarta; Bina rupa aksara
17