Referat Hipertensi Nurul
-
Upload
nurul1102008296 -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of Referat Hipertensi Nurul
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
1/23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang MasalahDengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak
seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit
seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi
menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali
lebih besar kemungkinannya terkena stroke.1
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum mendapat
pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum
mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortilitas.2
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya
poulasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar
akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi
sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia
>65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus
meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi. Dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.2
Data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara
yang sdah maju. Data dari The National Health and Nutrition examination
survey(NHNES) menunjukan bahwa tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 9-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III
tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh
kasus hipertensi.2
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
2/23
2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A.DefinisiDengan meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak
seimbang dapat meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit
seperti arteri koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Salah satu studi
menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali
lebih besar kemungkinannya terkena stroke.1
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang
sangat luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya. Hipertensi
sistolik dan distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa
penderita dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan
diastolik kurang dari 80 mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180
mmHg mempunyai risiko tiga kali terserang stroke iskemik dibandingkan
dengan dengan tekanan darah kurang 140 mmHg. Akan tetapi pada penderita
usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5 kali daripada normotensi.3,4
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah
kurang dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang.
Klasifikasi prehipertensi bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan
risiko terjadinya hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi
asupan garam, olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat badan,
dapat dimulai sebelum atau bersama-sama obat farmakologi.4
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
3/23
3
B. EtiologiHipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan
persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi
pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.5
1. Hipertensi primer (essensial)Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi
essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa
mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini
telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan
patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun
dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor
genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer.
Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah
yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya
hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang
mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan
adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine,
pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan
angiotensinogen.
2. Hipertensi sekunderKurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah (lihat tabel 1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
4/23
4
ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi
dengan menaikkan tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 1.
Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan
menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobati / mengoreksi
kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama
dalam penanganan hipertensi sekunder.5
Penyakit Obat Obat
1.penyakit ginjal kronis2. hiperaldosteronisme primer3.penyakit renovaskular4. sindroma Cushing5.pheochromocytoma6. koarktasi aorta7.penyakit tiroid atau paratiroid
1. Kortikosteroid, ACTH2. Estrogen (biasanya pil KB dg
kadar estrogen tinggi)
3.NSAID, cox-2 inhibitor4. Fenilpropanolamine dan analog5. Cyclosporin dan tacrolimus6. Eritropoetin7. Sibutramin8. Antidepresan (terutama
venlafaxine)
Tabel 1. Penyebab hipertensi yang dapat diidentifikasi.5
C.Klasifikasi HipertensiAda beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Eveluation, and Tretment of High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (dilihat tabel 2), menurut World Health
Organization (WHO) dan International Society Of Hypertension Working
Group(ISHWG) (dilihat tabel 3).2
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
5/23
5
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi
Tekanan Darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120139 Atau 8089
Hipertensi stadium 1 140159 Atau 9099
Hipertensi stadium 2 160 Atau 100
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO)
dan I nternational Society Of H ypertension Working Group(ISHWG)
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal < 130 Dan < 85
Normal tinggi /
pra hipertensi
130139 Atau 8589
Hipertensi derajat I 140159 Atau 9099Hipertensi derajat II 160179 Atau 100109
Hipertensi derajat III 180 Atau 110
D.Faktor Risiko Hipertensi1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
a. UmurHipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang
semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan
usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 %
diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya
dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang
hipertensinya meningkat ketika 50an dan 60an.
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
6/23
6
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi
meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun
paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.
Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada
jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut
disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
b. Jenis KelaminBila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata
terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa
Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk
wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan,
sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6%
pria dan 13,7% wanita.
c. Riwayat KeluargaMenurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat
keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai
hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.1
d. GenetikPeran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada
kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel
telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang
dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.2
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
7/23
7
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrola. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara
rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah
rokok yang dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak
merokok.4
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida
yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi.1
b. Konsumsi Asin/GaramGaram merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.3
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara
dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.3,1
Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan
antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan
natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang
meningkatkan volume darah.4
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
8/23
8
c. Konsumsi Lemak JenuhKebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi
lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,
terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari
minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari
tanaman dapat menurunkan tekanan darah.4
d. Penggunaan JelantahJelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak
yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam
seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam,
secara kimia isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni
terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak
jenuh (ALTJ). Dalam jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida,
sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan
protein. Hal yang menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak
sawit mengandung sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak
palmitat dan 54,1% ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga
disebut omega-9. minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ,
sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90%
komposisinya adalah ALTJ.1
e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman BeralkoholAlkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol
berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi
belum diketahui secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu
sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari
pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.4
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
9/23
9
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah
berperan dalam menaikkan tekanan darah.1
f. ObesitasObesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,
makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan
lebih.
g. OlahragaKurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang
tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
10/23
10
h. StresStres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa
mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun
akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum
dapat dipastikan.1
i. Penggunaan EstrogenEstrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara
epidemiologi belum ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut
disebabkan karena estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan
kontrasepsi hormonal estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan
lamanya pemakaian kontrasepsi estrogen ( 12 tahun berturut-turut),
akan meningkatkan tekanan darah perempuan.
E.Patogenesis HipertensiTekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem
sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan
dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing
penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang
kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor
tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan
periferal.
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
11/23
11
Gambar 1. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah.
F.Gejala Klinis HipertensiMenurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang
mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi
bertahun-tahun berupa:
1.Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibattekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.3. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
Exces
sodium
intake
Genetic
alteration
Reduce
nephrone
number
Endotelium
derived
factors
stress
Renal
sodium
retentio
Functional
constriction
Cell
membrane
alteration
Renin -
angiotensin
excess
Sympathetic
nervous
overactivit
Decreased
Filtration
surface
Fluid
volume
obesity
Hyper
insulinemia
Contractability Structural
hypertrophy
Autoregulation
BLOOD PRESURE = CARDIAC OUTPUT
Hypertension = Increased CO
Preload
Venous
constiction
PERIPHERAL RESISTANCE
Increased PRX
And/or
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
12/23
12
4.Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.5. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
G.Diagnosis HipertensiMenurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga
tujuan:
1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain ataupenyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan
panduan pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang
akurat. Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor
pasien, faktor alat dan tempat pengukuran.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok,
konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran
tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa
ulang dengan kontrolatera.
H.Penatalaksanaan Hipertensi1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
13/23
13
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi.1
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi
efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan
aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja
jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan
risiko aterosklerosis.
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,
sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung
dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.
2. Olahraga dan aktifitas fisikSelain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan
aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan
menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik
dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur,
minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan
darah walaupun berat badan belum tentu turun.
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan
perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa
olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.3
Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu
dipenuhi sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:
a. Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa ataudengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
14/23
14
sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak
melebihi 100 mmHg.
b. Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapatinformasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.
c. Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantungdengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan
darah serta perubahan aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus
menilai tingkat kapasitas fisik.
d. Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetapditeruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan
beban.
e. Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahantubuh dan tidak menambah peningkatan darah.
f. Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.g. Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.h. Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah
latihan.
i. Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunantekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat
hipertensi.
j. Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan adakaitannya dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping
olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian
emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional yang ada.
k. Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, makadosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan
penyesuaian (pengurangan).2
3. Perubahan pola makana. Mengurangi asupan garam
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
15/23
15
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan
upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal
pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan
jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan
asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari
makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang
bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan
mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi
kebiasaan makan pasien secara drastis.3
b. Diet rendah lemak jenuhLemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah.2
c. Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendahlemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya
dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko
terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium
bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti
seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan
(banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu
mengandung banyak kalsium.
4. Menghilangkan stress
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
16/23
16
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau
bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk
menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat
perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban
stres.
2. Penatalaksanaan FarmakologisJenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi
yang dianjurkan oleh JNC 7:
a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (AldAnt)
b.Beta Blocker(BB)c. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB)d.Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)e.Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1Receptor angiotensint/ blocker
(ARB).2
Tabel 4. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat
Antihipertensi Menurut ESH.
Kelas obat Indikasi Kontraindikasi
Mutlak Tidak mutlak
Diuretika
(Thiazide)
Gagal jantung
kongestif, usia
lanjut, isolated
systolic
hypertension,
ras afrika
gout kehamilan
Diuretika (loop) Insufisiensi
ginjal, gagal
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
17/23
17
Diuretika (anti
aldosteron)
penyekat
jantung
kongestif
Gagal jantung
kongestif, pasca
infark
miokardium
Angina pectoris,
pasca infark
myocardium
gagal jantung
kongestif,
kehamilan,
takiaritmia
Gagal ginjal,
hiperkalemia
Asma,
penyakit paru
obstruktif
menahun, A-V
block
Penyakit
pembuluh darah
perifer,
intoleransi
glukosa, atlit atau
pasien yang aktif
secara fisik
Calcium
Antagonist
(dihydropiridine)
Calcium
Antagonist
(verapamil,
diltiazem)
Usia lanjut,
isolated systolic
hypertension,
angina pectoris,
penyakit
pembuluh darah
perifer,
aterosklerosis
karotis,
kehamilan
Angina pectoris,
aterosklerosis
karotis,
takikardia
supraventrikuler
A-V block,
gagal jantung
kongestif
Takiaritmia,
gagal jantung
kongestif
Penghmbat ACE Gagal jantung
kongestif,
Kehamilan,
hiperkalimea,
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
18/23
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
19/23
19
Tekanan
Darah
(mmH
g)
(mmH
g)
n Pola
Hidup
indikasi
yang
memaksa
indikasi
yang
memaksaNormal < 120 Dan
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
20/23
20
Thiazide dan
ACEI atau
ARB atau
BB atau
CCB
Tatalaksana hipertensi menurut menurut JNC7.2
Masing-masing obat antihipertensi memliki efektivitas dan
keamanan dalam pengobatan hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi
juga dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor sosio ekonomib. Profil factor resiko kardiovaskularc. Ada tidaknya kerusakan organ targetd. Ada tidaknya penyakit penyertae. Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensif. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk
penyakit lain
g. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalammenurunkan resiko kardiovasskular.2
Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan
hipertensi menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah
penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat
antihipertensi yang digunakan. Tetapi terdapat pula bukti-bukti yang
menyatakan bahwa kelas obat antihipertensi tertentu memiliki kelebihan
untuk kelompok pasien tertentu. Untuk keperluan pengobatan, ada
pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan pertimbangan khusus
(special considerations), yaitu kelompok indikasi yang memaksa
(compelling indication) dan keadaan khusus lainnya (special situations).2
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara
bertahap, dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa
minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
21/23
21
kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian
sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal
dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan
dalam dosis rendah, dan kemudian darah belum mencapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatnya dosis obat tertentu, atau
berpindah ke antihipertensi lain dengan rendah. Efek samping umumnya
bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi kombinasi dapat
meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena
jumlah obat yang harus diminum bertambah.2
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien
adalah :
a. dan ACEI atau ARBb. CCB dan BBc. CCB dan ACEI atau ARBd. CCB dan diuretikae. AB dan BBf. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.2
Gambar 2. Kemungkinan kombinasi obat antihipertensi.2
Diuretika
CCB
ARB Bloker
Bloker
ACEI
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
22/23
22
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi dikenal sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita
memiliki tekanan darah diatas normal. Hipertensi merupakan salah satu faktor
risiko utama penyebab gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung,
hipertensi dapat juga berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit
serebrovaskular.
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Terapi non
farmakologi antara lain mengurangi asupan garam, olah raga, menghentikan rokok
dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama dengan
obat farmakologi.
-
8/13/2019 Referat Hipertensi Nurul
23/23
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan R.I. Survei kesehatan rumah tangga. Studimorbiditas dan disabilitas, Studi pola penyakit. Jakarta : Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 1997.
2. Natinal Institutes of Health. Primary prevention of hypertension. U.S.Departement of health and human services. 1993. Available from URL :
http:/www.nhlbi.nih.gov/health/prof/heart/hbp/pphbp.htm
3. WHO. Guidelines for management of hypertension Geneva: WHO;1999.Available from URL: http:/www.who.int/ncd/cvd/ht_guide.h tml.
4. National Institute of Health National Heart Lung Blood Institute. The sixthreport of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. NIH Publication; 1997
No 98-4080. Available from URL:
http/nhlbi/nih/gov/guidelines/hypertension/jnc6.htm
5. Psaty BM, Smith NL, Siscovick DS, Koepsell TD, Weiss NS,Heckbertwith antihypertensive therapies used as first-line agents: a
systematic review and metaanalysis. JAMA 1997;277:739-45.
6. Stamler R, Stamler J, Gosch FL. Primary prevention of hypertension bynutritional hygienic means. Finalreport of a randomized, comtrolledtrials
JAMA 1989;262:1801-7.