Referat Forensik.docx

46
BAB I PENDAHULUAN Pada periode-periode awal, pemeriksaan otopsi merupakan hal penting dalam dunia kedokteran.Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan` interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. 1 Pemeriksaan otopsi akhir-akhir ini lebih banyak untuk kepentingan peradilan (otopsi medikolegal atau otopsi forensik) dibandingkan untuk pembelajaran penyakit (otopsi klinik). Pusat-pusat pendidikan kedokteran dan rumah-rumah sakit sangat jarang melakukan otopsi klinik. Di Inggris kurang dari 10 % pemeriksaan otopsi yang dilakukan diluar sistem coroner, begitu juga di Indonesia, fakultas kedokteran jarang melakukan otopsi klinik.Banyak alasan mengapa penurunan ini terjadi, diantaranya karena masalah agama dan budaya, biaya pemeriksaan yang tinggi, ketakutan keluarga dan dokter mengetahui sebab kematian yang pasti. Di Inggris tahun 1999- 2000 kurang lebih 23 % kematian post operatif terrnyata diagnosis premortem berbeda dengan diagnosis postmortem. Hal ini menyebabkan ketakutan bagi dokter karena dapat dituntut telah melakukan malpraktek. 1,2 Di RSUP Dr. Kariadi Semarang pemeriksaan otopsi yang sering dilakukan adalah otopsi forensik. Permintaan

description

autopsi

Transcript of Referat Forensik.docx

Page 1: Referat Forensik.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Pada periode-periode awal, pemeriksaan otopsi merupakan hal penting dalam dunia

kedokteran.Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan

terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau

adanya cedera, melakukan` interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan

penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang

ditemukan dengan penyebab kematian.1

Pemeriksaan otopsi akhir-akhir ini lebih banyak untuk kepentingan peradilan (otopsi

medikolegal atau otopsi forensik) dibandingkan untuk pembelajaran penyakit (otopsi klinik).

Pusat-pusat pendidikan kedokteran dan rumah-rumah sakit sangat jarang melakukan otopsi

klinik. Di Inggris kurang dari 10 % pemeriksaan otopsi yang dilakukan diluar sistem coroner,

begitu juga di Indonesia, fakultas kedokteran jarang melakukan otopsi klinik.Banyak alasan

mengapa penurunan ini terjadi, diantaranya karena masalah agama dan budaya, biaya

pemeriksaan yang tinggi, ketakutan keluarga dan dokter mengetahui sebab kematian yang

pasti. Di Inggris tahun 1999-2000 kurang lebih 23 % kematian post operatif terrnyata

diagnosis premortem berbeda dengan diagnosis postmortem. Hal ini menyebabkan ketakutan

bagi dokter karena dapat dituntut telah melakukan malpraktek.1,2

Di RSUP Dr. Kariadi Semarang pemeriksaan otopsi yang sering dilakukan adalah

otopsi forensik. Permintaan pemeriksaan Visum Et Repertum Jenazah di rumah sakit ini

tahun 2005 terdapat 206 kasus, tahun 2006 sebanyak 190 kasus, tahun 2007 sebanyak 193

kasus. Dari permintaan tersebut sebagian besar hanya meminta pemeriksaan luar saja,

sedangkan permintaan pemeriksaan lengkap, baik pemeriksaan luar dan dalam (otopsi) yaitu

tahun 2005 sebanyak 38 kasus, tahun 2006 sebanyak 41 kasus dan 2007 sebanyak 22 kasus.1

Beragamnya jenis kasus yang dihadapi memerlukan teknik pemeriksaan otopsi

tersendiri. Seorang dokter perlu mengetahui berbagai macam teknik otopsi karena akan

mempermudah tugasnya dalam melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan akan menjadi lebih

teliti sehingga dapat menyimpulkan sebab kematian dengan lebih baik.1,2

Pada kasus-kasus tertentu seperti pada kasus kekerasan di leher, pneumothoraks, pada

bayi dapat dilakukan penyesuaian sesuai dengan kasusnya agar didapatkan hasil pemeriksaan

yang diinginkan. Karena kami mengajukan judul referat “Modifikasi Otopsi” untuk

mendalami pemeriksaan-pemeriksaan khusus pada kasus-kasus tertentu.

Page 2: Referat Forensik.docx

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Otopsi

Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, Autopsi berasal kata dari Auto =

sendiri dan Opsis = melihat.yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam,

dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi

atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan

sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

II.2 Sejarah Otopsi

Ahli anatomi dan patologi zaman dahulu dahulu adalah pemburu,penjual daging, dan

koki yang harus mengenali organ-organ dan menentukan organ tersebut dapat digunakan atau

tidak. Di zaman Babylonia kuno, sekitar 3500 SM, pelaksanaan otopsi pada hewan bertujuan

untuk kepentigan mistik seperti memprediksi masa depan degan berkomunikasidengan

kekuatan gaib. Bangsa Mesir, Yunani, Romawi dan Eropa melakukan pembedahan hewan

selain untuk alasan keagamaan juga untuk mempelajari susunan anatominya, namun hal ini

tidak dilakukan secara sistemik.

Pada zaman Yunani kuno (131-200 SM) Galen, seorang filsuf yang sangat dihormati,

berkuasa dan mempunyai pemikiran yang mendominasi bahkan sampai ratusan tahun

kemudian, melakukan pembedahan binatang dan manusia untuk mempelajari susunan

anatominya.

Sikap umum masyarakat sebelum abad ke-17 terhadap otopsi tubuh manusia adalah

negatif.Pada sekitar akhir tahun 1200, Fakultas Hukum Universitas Bologan mempunyai

dominasi yang besar, memerintahkan dilakukan otopsi untuk membantu memecahkan

masalah-masalah hukum.Pada akhir tahun 1400 Paus Sixtus IV mengeluarkan aturan yang

mengizinkan pembedahan tubuh manusia oleh mahasiswa kedokteran untuk

pendidikan.Sebelum aturan dari pemimpin agama tersebut dikeluarkan, pembedahan tubuh

manusia termasuk tindakan kejahatan.

Pada tahun 1500, otopsi secara umum diterima oleh Gereja Katolik, sehingga

pemeriksaan terhadap anatomi tubuh manusia dapat dilakukan secara sistemik. Sementara itu

beberapa ahli saat itu, seperti Vesalius (1514-1564), Pare (1510-1590), Lancisi (1654-1720),

dan Boerheave (1668-1771) mengembangkan otopsi, Giovanni Bathista Morgagni (1682-

1771) dianggap ahli otopsi pertama terhebat. Selama observasinya selama 60 tahun,

Page 3: Referat Forensik.docx

OTOPSI

Persiapan Melakukan otopsi

Prosedur melakukan otopsi

Mengeluarkan alat2 rongga leher

Pembukaan rongga dada

Mengeluarkan alat2 rongga perut

Membuka kepala

Pemeriksaan alat rongga leher dan dada

Morgagni menegaskan hubungan antara penemuan patologi dengan gejala klinis, hal ini

menandai pertama kalinya otopsi menyumbang banyak dalam ilmu kedokteran untuk

memahami penyakit.Di Jerman seorang ahli patologi Rudolph Virchow (1821-1902).Ia

mempertimbangkan pemeriksaan mokroskopis sebagai pelengkap pemeriksaan otopsinya.

Virchow mengembangkan doktrin yang menyatakan keadaan patologi seluler adalah dasar

penyakit.Dalam banyak hal, Virchow dapat dianggap ahli biologi molekular pertama. Di

bawah kepemimpinan Virchow, Berlin menggantikan Vienna sebagai pusat utama

pendidikan kedokteran.

SKEMA PROSEDUR OTOPSI

II.3 PERSIAPAN OTOPSI

1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan otopsi yang akan dilakukan, termasuk surat

izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.

2. Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang dimaksud dalam surat tersebut.

Page 4: Referat Forensik.docx

3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap

mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan penunjang

yang harus dilakukan.

4. Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah tersedia. Untuk otopsi tidak diperlukan

alat-alat khusus dan mahal, cukup :

Timbangan besar untuk menimbang mayat.

Timbangan kecil untuk menimbang organ.

Pisau, dapat dipakai pisau belati atau pisau dapur yang tajam.

Gunting, berujung runcing dan tumpul.

Pinset anatomi dan bedah.

Gergaji, gergaji besi yang biasanya dipakai di bengkel.

Forseps atau cunam untuk melepaskan duramater.

Gelas takar 1 liter.

Pahat.

Palu.

Meteran.

Jarum dan benang.

Sarung tangan.

Baskom dan ember.

Air yang mengalir (3,4)

5. Mempersiapkan format otopsi, hal ini penting untuk memudahkan dalam pembuatan laporan

otopsi.10

II.4 PEMBEDAHAN MAYAT

II.4.1. PEMBUKAAN RONGGA DADA DAN PERUT

Setelah jenazah pemeriksaan tubuh jenazah bagian luar,maka dilanjutkan dengan

pemeriksaan organ-organ dengan cara membuka rongga tubuh. Jenazah yang akan dibedah

diletakkan terlentang dengan bagian bahu ditinggikan (diganjal) dengan sepotong balok kecil.

Dengan demikian, kepala akan berada dalam keadaan ekstensi maksimal dan daerah leher

tampak jelas.Kemudian dilakukan pengirisan kulit, secara umum ada 2 macam teknik

pengirisan kulit yaitu teknik I dan Y. Pada teknik pengirisan I dibuat dengan melakukan

irisan dari ujung dagu ke bawah melalui garis pertengahan tubuh sampai ke daerah umbilikus

membelok ke kiri membuat irisan setengah lingkaran mengelilingi umbilikus,kemudian di

Page 5: Referat Forensik.docx

bagian bawah umbilikus kembali membuat irisan pada garis pertengahan tubuh sampai diatas

symphisis pubis.4

Pada irisan Y ada beberapa tipe. Teknik irisan tipe Y yang pertama dengan cara

membuat irisan dari puncak bahu kanan dan kiri di atas tulang klavikula bertemu di insisura

jugularis,kemudian ke bawah melalui garis pertengahan tubuh sampai ke daerah umbilikus

membelok kiri membuat irisan setengah lingkaran mengililingi umbilikus kemudian di bagian

bawah umbilikus kembali membuat irisan pada garis pertengahan tubuh sampai diatas

symphisis pubis.4

Tipe Y yang kedua dari akromion kanan dan kiri kemudian membentuk huruf V

bertemu pada garis pertengahan tubuh tepat di processus xypoideus kemudian ke bawah

sampai di atas symphisis pubis.3,4

Tipe Y yang ketiga dengan membuat irisan dari insisura jugularis ke bawah sepanjang

sternum sampai ke symphisis pubis, kemudian irisan diperluas ke atas dengan cara membuat

irisan bilateral dari insisura jugularis ke tragus kanan dan kiri. Irisan ini sering digunakan

pada kasus kekerasan dileher bagian depan.3,4

Tipe Y yang keempat disebut juga tipe U, dengan cara membuat irisan dari puncak

bahu (akromion) kanan dan kiri diteruskan sejajar linea axillaris anterior kanan dan kiri

sampai dibatas garis lipat mammae diteruskan ke medial dan bertemu di processus

xyphoideus kemudian ke bawah sampai di atas symphisis pubis. Tipe ini lebih disukai di

Amerika terutama pada jenazah wanita karena dari segi estetika lebih baik dibandingkan

dengan tipe lainnya.3,4

Kulit leher kemudian diiris kemudian diperdalam hanya mencapai kebalaman

subkutan. Irisan kemudian diperluas, di daerah dada irisan sampai mencapai permukaan

Page 6: Referat Forensik.docx

depan dari tulang dada (os sternum),kemudian didaerah epigastrium dibuat irisan pendek

sampai menembus rongga perut. Setelah dibuat irisan tersebut kemudian jari telunjuk dan jari

tengah tangan kiri dimasukkan melalui irisan. Ujung pisau dimasukkan diantara kedua jari

berfungsi sebagai pemandu agar menghindari teririsnya organ-organ dalam. Selanjutnya

irisan tersebut diperluas ke bawah mengikuti garis pemandu yang telah dibuat sebelumnya

sampai ke symphisis pubis. Maka organ dalam rongga perut dapat dilihat. Keadaan rongga

perut dan dinding perut dieksplorasi ada tidaknya darah atau cairan bebas lainnya,tebal lemak

dan otot dinding perut diperiksa untuk menilai status gizi serta hal-hal lain yang

menunjukkan tanda kekerasan atau kelainan. Selaput lendir yang normal akan tampak licin,

halus bewarna kelqabu mengkilat, namun bila terdapat peritonitis akan tampak tidak

rata,keruh dengan fibrin yang melekat. Letak puncak diafragma diperiksa dengan cara

membandingkan tinggi diafragma terhadap sela iga pada garis midklavikula. Distribusi

omentum terhadap usus dinilai ada tidaknya tanda-tanda kelainan atau tanda-tanda

kekerasan.4

Pembukaan rongga dada dilakukan setelah kulit dan otot dada dilepas dari

perlekatannya dengan cara memegang dinding perut bagian atas kemudian diiris sepanjang

perlekatan otot dengan dinding dada. Cara memegang dinding perut de ngan menggunakan

ibu jari yang diletakkan pada dinding perut bagian dalam sedangkan empat jari lainnya

dibagian luar, dinding perut dipegang dengan memuntir ke arah luar. Irisan dimulai dari otot-

otot sepanjang arcus costae ke atas setinggi tulang clavicula dan ke samping sampai garis

axillaris anterior. Pengirisan dilakukan dengan bagian perut pisau tegak lurus permukaan

tulang.Jaringan mammae dan diperiksa dengan melakukan perabaan irisan memanjang dari

aspek bawah jaringan kulit,dinding dada dan kelenjar mammae seperti resapan darah,patah

tulang ataupun tumor diperiksa dan dicatat. Kemudian sternum diangkat dengan melakukan

pemotongan costae pada kurang lebih 1 cm medial costochondral junction dengan pisau

panjang. Potongan dimulai dari costae ke 2 ke bawah sampai arkus costae. Alternatif lain

adalah dengan melakukan pengguntingan iga memakai gunting tulang. Setelah costae

terpotong dilanjutkan dengan pemisahan costa pertama,tulang clavicula terhadap manubrium

sterni. Cara nya dengan meneruskan irisan pada costae kedua arah kraniolateral menghindari

manubrium sterni sehingga costae dapat dilepas. Setelah costae pertama terpotong, maka

pemotongan diteruskan ke arah craniomedial menyusuri tepi bawah tulang clavicula untuk

mencapai sendi claviculosternaljunction. Bila pada kedua sisi pemotongan ini sudah

dilakukan,maka tulang sternum dapat dilepaskan dan organ-organ rongga dada akan terlihat.4

Page 7: Referat Forensik.docx

Jika pneumothoraks sudah dicurigai sebelumnya, dinding dada dapat dipunksi pada garis

midaksilaris setelah pengisian kulit yang direfleksikan dengan air untuk mengamati jika

keluar gelembung-gelembung udara. Tes ini jarang sekali berhasil dan tidak dapat berhasil

jika terdapat hubungan yang paten antara kavum pleura dan cabang bronkus. Jika ada tanda-

tanda tension pneunmothoraks, desis dari udara yang keluar mungkin dapat didengarkan

ketika ujung pisau menembus otot-otot interkostal dan pleura parietal. Kavum pleura dilihat

apakah ada perlengketan, efusi, pus, darah, fibrin dan bahkan isi lambung.3

Keadaan mediastinum dan letak kandung jantung terhadap kedua tepi paru diperiksa

dan dicatat. Pada orang dewasa yang dalam keadaan normal letak kandung jantung adalah

tiga jari diantara kedua tepi paru, bila letak kandung jantung satu jari diantara kedua tepi paru

berarti tempat pengembangan paru yang berlebihan. Kelenjar thymus pada anak-anak harus

diperhatikan keadaannya. Kemudian dengan tangan dilakukan penarikan paru ke arah medial

untuk menilai apakah ada perlekatan pleura dengan dinding dada atau menilai ada tidaknya

cairan bebas dalam rongga dada. Kemudian kandung jantung dibuka dengan melakukan

penguntingan pada dinding depan mengikuti bentuk huruf Y terbalik. Diperhatikan keadaan

rongga kandung jantung ada tidaknya cairan atau darah serta tanda-tanda kekerasan. Pada

keadaan normal didalam kandung jantung berisi cairan berwarna kuning jernih sebanyak

kurang lebih 20 cc.4

Pemeriksaan kemudian beralih pada rongga mulut,bila terdapat gigi yang patah atau

gigi palsu dilepaskan secara manual. Lidah dibebaskan bila tergigit dan didorong masuk

rongga mulut. Kemudian lidah dikeluarkan dengan cara melakukan pengirisan otot-otot dasar

mulut. Pengirisan dibuat tepat dibawah dagu mengelilingi permukaan dalam tulang

mandibula. Pengirisan ini dilakukan dengan hati-hati jangan sampai memotong kelenjar

parotis atau lidah yang mana nanti harus diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya kelainan

patologi.3,4

Setelah otot-otot dasar mulut terpotong, maka dengan memasukkan jari tengah dan

jari telunjuk tangan kiri ke rongga mulut melalui daerahb yang terpotong tadi, lidah ditarik ke

belakang bawah, maka palatum mole dan durum dapat dilihat dan diperiksa. Kemudian

dengan pisau dipotong di daerah perbatasan palatum durum dan palatum mole,irisan

kemudian diperluas ke kanan dan kiri sampai bagian lateral plica pharingea, kemudian

Page 8: Referat Forensik.docx

melakukan pemisahan pharinx dan bagian depan dari corpus vertebra cervicales dengan pisau

sambil menarik lidah ke bawah, maka alat-alat rongga leher dapat dikeluarkan.3,4

II.4.2. PEMBUKAAN RONGGA KEPALA DAN PENGANGKATAN OTAK

Membuka rongga kepala pertama-tama membuuat irisan pemandu dengan mengatur rambut,

dipisahkan bagian depan dan belakang pada puncak kepala kemudian ke kanan dan ke

kiri.irisan dimulai dari prosesus mastoid kanan ke vertex kemudian prosesus mastoid kiri.

Irisan di buat sampai periousteum. Kulit kemudian di kupas dan di lipat kedepan sampai

kuarang lebih 1cm di atas margo supraorbitalis, kr belakang sampai protuberantia occipitalis

externa. Keadaan kulit bagian dalam dan tulang-tulang tengkorak di periksa kelainannya.

Rongga kepala kemudian dibuka dengan cara di gergaji. Di daerah frontal pada kuarng lebih

2 cm di atas lipatan kulit melingkar kemudian disamping kanan dan kiri setinggi 2cm diatas

daun telinga setelah memot ong muskulus temporalis. Penggergajian diteruskan ke belakang

dengan membentuk sudut 1200 sampai setinggi kurang lebih 2 cm di atas protuberentia

occipitalis externa. 3,4

Penggergajian dapat pula di kerjakan dengan cara menggergaji melingkari kepala.

Otot tewmporalis diiris dengan cara membuat mengelilingi tulang tengkorakdimana sudut itu

akan di gunakan saat menggergaji nanti. Namun otot temporalis harus tetap diperhatikan agar

saat mengembalikan tualang atap tenggkorak dapat dilakukan penjahitan. Penggergajian

harus hati-hati bila tebal tulang telah terlampaui, maka penggergajoiandi di hentikan. Dengan

T chisel dinasukan dibekas penggergajian kemudian diputar atau di congkel, maka tulang

atap tengkorak (calvaria) dilepas, dicium bau yang keluar dari luar rongga kepala sebab

beberapa racun dapat tercium baunya. Diperiksa dan dicatat keadaan bagian dalam tulang

atap tengkorak. Durameter diperiksa dan dicatat keadaannya. Durameter kemudian digunting

dengan mengikuti garis penggergajian dan daerah subduraldapat diperiksa kelainannya. 3,4

Alternative irisan terhadap kulit kepala bila menggunakan teknik insisi Y tipe ketiga,

pengirisan dimulai dari ujung irisan Y sisi kanan kemudian ke atas sepanjang vertex posterios

dan disambung pada disisi sebellanya. Tehnik irisan ini digunakan bila perlu melakukan

pemotongan pada wajah. 3

Di cari ada tidaknya memar di bawah jaringan kulit.bila terdapat luka-luka pada kepala

bagian belakang, maka kulit harus dibuka hingga tengkuk, dengan memperhatiakan jaringan

di belakang dan di bawah tiap teinga untuk mengetahui apakah luka tersebut menyebabkan

Page 9: Referat Forensik.docx

kerusqakan arteri vertebrobariler. Jika ada luka pada wajah, kulit wajah dapat dilepaskan

dimulai dari dahi hingga rahang. Pengirisan harus hati-hati jangan sampai kulit bagian luar

teriris karena akan menyulitkan dalam rekonstruksi. 3

Setelah durameter digunting mengikuti garis penggergajian, 2jari tangan kiri

diselipkan di bawah tipa lobus frontal. Dengan tarikan yang pelan, lobus frontalis diangkat

untuk memperlihatkan chiasma opticum dan nervus cranialis anterior. Falc cerebri kemudian

dapat dipotong untuk melepaskanb otak. Dengan ckalpel atau alat dengan ujung tumpul

dilewatkansepanjang dasar tempurung kepala untuk memisahkan nervi craniales, arteri

carotis interna dan tangkai kelenjar pituitary sampai mencapai tentorium. Kepala kemudian di

miringkan ke salah satu sisi, dua sisi di selipkan antara lobus temporalis dan tulang temporal,

maka tentorium dapat terlihat, kemudian dilakukan pemotongan sepanjang sisi dari

tentorium, mengikkuti garis os petrosus temporalis sampai ke dinding lateral dari tempurung

kepala. Kedaan yang sama dilakukan pada sisi yang lainnya. Kepala kemudain di kembalikan

pada posisi semula, dengan memasukkan sejauh mungkin pisau ke foramen magnum potong

nervi craniales yang masih tersisa, kemudian batang otak selanjutnya dipotong melintang.

Dengan tangan kiri menyangga lobus occipitalis dan dua jari tangan kanan (telunjuk dan jari

tengah) ditempatkan dikanan dan kiri batang otak, otak kemudian ditarik dan diluksir hingga

terangkat dari rongga kepala. Otak kemudian diletakkan pada piring skala, ditimbang dan

diukur sebelum dilakukan fiksasi atau pemotongan. 3,4

Dasar tengkorak kemudian diperiksa dengan melepas durameter yang masih melekat

menggunakan tang yang kuat untuk memperlihatkan adanya fraktur basis cranii. Os petrosus

temporalis dapat dipotong dengan penjepit tulang untuk memeriksa adanya infeksi telinga

tengah dan dalam.

Otak yang telah diangkat kemudian diperiksa selaput lunak otak (arachnoid), bentuk

gyrus dan sulcus, pembuluh darah dasar otak(a.vertebralis, a.basilaris, sirculus willisy dan

cabang-cabang pembuluh darah otak), pembuluh-pembuluh darah superfisial serta adanya

perdarahan. Seluruh otak selanjutnya ditimbang dan diukur. Otak kecil dan batang otak

(cerebellum dan medulla oblongata)dipisahkan dari otak besar (cerebrum) dengan memotong

pedunculusnya. Sebaiknya sebelum melakukan pemotongan otak untuk melihat

penampangnya, otak direndam dalam larutan formalin 10% selama kurang lebih tiga minggu

agar otak lebih padat sehingga tidak mudah hancur saat diiris. 3

Page 10: Referat Forensik.docx

Otak besar kemudian dipotong-potong secara serial. Potongan dapat dilakukan mulai

dari frontal secara paralel ke arah occipital, namun dapat juga melakukan potongan secara

horizontal. Bila melakukan potongan secara horizontal, maka keadaan ventrikel dapat

dibandingkan antara kanan dan kiri, adanya midline shift akibat desakan ruang dapat terlihat

dengan baik. Sedangkan bils membuat potongan dari frontal ke occipital, maka dapat

membandingkan keadaan otak kanan dan kiri. 3,4

Potongan secara frontal dilakukan sedemikian rupa sehingga struktur penting dalam

otak dapat terlihat. Potongan sebaiknya setipis mungkin yang dapat dilakukan. Minimal ada

tujuh potongan otak. Potongan pertama setinggi traktus olfaktorius sehingga dapat

mengevaluasi keadaan cornu frontale ventriculi serta thalamus. Potongan kedua setinggi

chiasma opticum, maka capsula interna et eksterna, putamen serta nuklei caudati dapat

dievaluasi. Potongan ketiga, setinggi tubercinerum. Potongan keempat setinggi corpora

mammilaria. Potongan kelima setinggi pedunculus cerebri. Potongan keenam setinggi

splenium corporis callosi serta potongan ketujuh didaerah occipital.

Otak kecil dipotong dengan potongan frontal ke arah pedunculi cerbellare rostrales,

seperti membuka buku. Di evaluasi penampang otak kecil adanya perdarahan serta kelainan

yang lain.

Batang otak dipotong paralel dari mulai pons, medulla oblongata sampai medulla

spinalis bagian proksimal. Bila terdapat perdarahan di batang otak, maka akan terjadi desakan

ruangan yang menimbulkan penekanan pada pusat pernafasan yang dapat mengakibatkan

kematian. 3,4

3. PEMERIKSAAN RONGGA KEPALA JENAZAH BAYI

Teknik pemeriksaan pada jenazah bayi hampir sama dengan dewasa, yang berbeda

adalah saat membuka rongga kepala. Pada jenazah bayi tulang tengkorak masih lunak

sehingga tidak memerlukan gergaji untuk membukanya. Cukup menggunakan gunting saja.

Tujuan pembukaan rongga kepala pada jenazah bayi untuk melihat apakah trauma dikepala

dalah akibat trauma saat jalan lahir atau cedera yang didapat setelah lahir. 3,4

Mengingat otak bayi lebih lunak dibandingkan otak dewasa, maka sebaiknya

dilakukan fiksasi dengan formalin 10 % terlebih dahulu. Caranya dengan melakukan

penyuntikan melalui daerah disekitar ubun-ubun besar kurang lebih 10 cc. Keuntungan

dilakukan fiksasi adalah membuat otak lebih padat, sehingga pemeriksaan adanya perdarahan

Page 11: Referat Forensik.docx

otak serta perkembangan gyrus dan sulcus dapat dilakukan dengan baik. Perkembangan gyrus

dan sulcus ini diperlukan untuk menentukan maturitas. 3,4

Irisan kulit dilakukan seperti pembukaan kulit pada dewasa. Setelah tulang atap

tengkorak terekspos dieksplorasi adanya resapan darah atau patahan tulang tengkorak.

Kemudian dengan menggunakan gunting dilakukan pemotongan tulang parietale kurang lebih

0,5 cm sampai 1 cm lateral dari garis median dimulai dari ubun-ubun besar ke arah belakang

sampai bagian posterior tulang ubun-ubun kemudian membelok ke arah lateral. Ke arah

depan pengguntingan dilanjutkan sampai ke tulang frontal kurang lebih 1 cm diatas lipatan

kulit, kemudian membelok ke arah lateral. Dengan demikian tulang parietal dapat dibuka

sperti jendela, daerah disekitar sutura sagitalis dapat ditarik ke atas untuk melihat keadaan

sinus sagitalis superior,falk cerebri dan sinus sagitalis inferior. Eksplorasi dilakukan untuk

mencari apakah ada robekan, resapan darah maupun perdarahan disekitar sinus dan falk

cerebri. Pada trauma jalan lahir terjadi moulage,dimana tulang-tulang atap tengkorak saling

tumpang tindih. Keadaan ini dapat dinilai dengan adanya perdarahan difuse pada falk cerebri.

Bila perdarahan terlokalisir,kemungkinan akinbat trauma-trauma benda tumpul setempat

yang terjadi saat bayi telah dilahirkan. 3,4

II.4.4. PENGANGKATAN ORGAN-ORGAN

Pegangkatan organ dalam dapat dilakukan dengan berbagai tehnik. Secara umum

Nterdapat 4 macam tehnik otopsi yaitu tehnik Rokintansky, Virchrow, Lettule dan Ghon.

Namun perkembangan selanjutnya teknik-teknik ini mengalami modifikasi dengan berbagai

alternatif yang digunakan untuk beberapa kepantingan. Keempat tehnik ini memiliki

kekuangan dan kelebihan sendiri-sendiri. Bagi pemeriksa kelebihan dan kekurangn masing-

masing tehnik dapat menjadi dasar pemilihan saat menjumpai kasus-kasus tertentu. Secara

ringakas bagan di bawah menjelskan bagaimana tehnik tersebut di lakukan. Untuk lebih

rincinya akan dibahas masing-masing tehnik secara tersendiri.6

4 Macam teknik pemeriksaan otopsi

GhonVirchowRokitansky Lettule

Page 12: Referat Forensik.docx

1. TEKNIK OTOPSI ROKITANSKY

Teknik pemeriksaan ini juga dikenal dengan in situ disection. Metodenya dengan

mengiris organ secar insitu, kemudian diperiksa secara langsung lalu di angkat untuk

pemeriksan secara telliti. Tehnik ini sebenernya jarang digunakan kecuali keadaan

membutuhkan waktu yang cepat dan informasi sekilas. Contohnya pada jenazah penyakit

menular, untuk membatasi risiko dan penyebaran penyakit pada pemeriksa. Pada jaman

ddahulu tehnik ini juga di gunakan pula bila melakukan pemeriksaan jenazah

dikediamannya.6

Langkah-langkah yang digunakan adalah:

Memeriksa mediastinum dan cavum pleura

Menarik paru-paru kedean dan mengiris masing-masing lobusnya

Membuka perikardium dan memotong jantung, pertama sisi kiri kemudian sisi kanan.

Meriksa isi abdomen

Mengiris hepar

Memotong galbladder

Mengiris spleen

Mengiris ginjal dan kelenjer adrenal

Membuka vesika urinaria

Diseksi organ in situ

Pengangkatan organ satu per satu

Diseksi en blok dan

pemisahan organ

Diseksi blok dan

pemisahan organ

Diseksi organ Diseksi organ Diseksi organ

Page 13: Referat Forensik.docx

Memotog genitalia interna

Membuka lambung

Mengiris pankreas

Membuka usus halus

Membuka dan memeriksa pembuluh darah besar dan cabang-cabangnya

2. TEKNIK OTOPSI VIRCHOW

Teknik ini cukup sederhana dan simple dengan cara engeluarkan organ satu-satu dan

dilakukan pemeriksaan. Dengan demikian kelainan pada masingmasing organ dapat segera

terlihat, namun hubungan anatomi untuk beberapa organ yang tergolong dalam satu sistem

menjadi hilang. Dengan demikian tehnik ini kurang baik bila digunakan pada otopsi forensik,

terutama pada kasus-kasus penembakan dengan senjata api dan pennusukan dengan senjata

tajam, yang menentukan salluran luak, arah serta dalam penetrasi yang terjadi.6

Langkah-langkah yang di kerjakan dalm tehnik Virchow adalah:

Memeriksa isi abdomen

Memeriksa cavum pleura

Membuka perikardium dan mengangkat jantung

Mengangkat paru kiri dan paru kanan

Menilai pharinx, oesophagus, trachea, kelenjar parathyroid dan kelenjar thyroid

Mengangkat spleen

Menilai traktus biliaris

Mengangkat intestinal

Membuka lambung

Mengangkat hepar

Mengangkat pankreas

Mengupas ginjal kiri dan kanan serta kelenjar adrenal

Mencari dan megurut ureter dengan mengunting sampai vesika urinaria

Memotong struktur organ-organ rongga pelvis

Memeriksa dan membuka pembuluh darah besar

3. TEKNIK OTOPSI LETTULE

Teknik ini sering juga di sebut dengan nama en masse dissection. Dengan pengangkatan

organ-organ tubuh secara masses ini, hubungan antar organ-organ tetap di pertahankan

setelah seluruh organ di keluarkan dari tubuh. Kesukaran tehnik ini adalah sukar dilakukan

Page 14: Referat Forensik.docx

tanpa pembantu, serta agak sulit dalam penanganan karena “panjang”nya kumpulan organ-

organ yang dikeluarkan bersama-sama ini.6

Langkah-langkah yang dikerjakan adalah:

Membuka tubuh dengan cara yang umum

Pembukaan struktur leher dengan cara menarik lidah secar umumnya

Mengengkat usus dari duedenum hingga rektum

Struktur pada rongga pelvis dippotong setinggi prostat atau cevix uteri

Transeksi pembuluh darah iliaca

Menyobek diaphragma dari dinding tubuh

Membebaskan gnjal kiri, kelenjar adrenal dan ureter

Melanjutkan irisan kearah tengah untuk membebaskan spleen dan pankraes dari jarigan lunak

dibelakngnya

Membebaskan hepar, ginjal kanan, kelenjar adrenal dan ureter

Melanjutkan risan ke arah tengah diblakang struktur retroperitonal

Membebaskan organ thorax dari tepi kanan dan kiri

Mengidentifikasi duktus thoraxicus

Membebaskan organ-organ thorax dari jaringan lunak di belakangnya

Potong pembuluh darah kecil dan perlengketan dengan jaringan lunak

Angkat seluruh organ keatas meja periksa untuk dilakukan pemotongan dan pemeriksaan

lebh lanjut.

Setelah rongga tubuh dibuka, organ-organ leher, dada diafragma dan perut di keluarkan

sekaligus (en massa). Kemudian diletakakan keatas meja dengan permukaan posterior

menghadap keatas. Pleksus coeliacus dan kelenjar-kelenjar para aorta diperiksa. Aorta dibuka

hingga arcus aorta dan aa. Renalis kanan dan kiri dibuka serta di periksa. Aorta diputus diatas

a.renalis ractum di pisahkan dari sigmoid. Organ–organ urogenitaldi pisahkan dari organ-

organ lainnya. Bagiam proksimal jejenum diikat pada dua tempet dan kemudian diputus

diantara kedua ikatan tersebut, dan usus-usus dapat dilepaskan. Oesophagus dilepaskan dari

trakhea, tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. Vena cava inferior serta aorta

diputus di atas diafragma dengan demikian organ-organ leher dan dada dapat dilepaskan dari

organ-organ perut6,10

4. TEKNIK OTOPSI GHON

Page 15: Referat Forensik.docx

Teknik ini sering juga disebut dengan nama en block disection. Setelah rongga tubuh

dibuka, organ leher dan dada, hati limpa dan organ-organ pencernaan serta organ-organ

urogenital diangkat kelar sebagai tiga kumpulan organ. Tehnik ini relatif lebih cepat dan lebih

mudah hubungan antar organ penting masih dapat dipertahankan, sehingga bila ada

kegagalan satu organ yang mempengaruhi organ lai dapat diketahui. Namun kelemahan

metode ini misal pada kasus sirosis hepatis dan hipertensi portal yang mengakibatkan adanya

varises oesophageal. Hal ini terjadi karena hubungan antara keadaan tersebut dirusak oleh

pemotongan oesophagus diatas diaphragma. Namun tiap ahli dapat mengembangkan sendir

tehnik. Ini sesuai dengan kasus yang dihadapi.6,10

Langkah-langkah yang dikerjakan pada tehnik oropsi Ghon adalah membagi organ dalam

tiga blok :

Blok pertama atau blok thorax

Pembukaan struktur leher dengan cara menarik llidah seperti umum.

Membebaskan perlengketan plera dan mengidentifikasi ductus thoraxicus

Menarik struktur leher dari perlengketan dengan jaringan lunak dibelakangnya.

Mengidentifikasi oesophagus, mengikat dan menggunting

Memisahkan aorta descenden

Mengangkat thoracic pluck

Blok kedua atau blok intestinal

Mengidentifikasi duodenojejunal junction, membuat dua ikatan dan menggunting

diantara keduanya.

Mengidentifikasi rectum bagian atas / sigmoid bagian bawah dan membebaskannya

dari jarinagn lunak disekitarnya

Memotong rectum bagian atas dan mulai memotong mesenterium dket dinding usus

atau memulai memotong mesenterium dari ikatan di duodenojejunal junction ke

bawah

Membebaskan usu halus dan usus besar ari gantungannya (mesenterium)

Mengangkat selluruh usus untuk diperiksa lebih lanjut.

Blok ketiga atau celiac

Mengidentifikasi limfa dan menarik ke arahmedial untuk memotong secara posterior

di depan ginjal sampai garis tengah tubuh.

Page 16: Referat Forensik.docx

Membebaskan hepar dan memotong secara posterior jaringan lunak peritoneal dan

retroperitoneal didepan ginjal sampai garis tengah tubuh.

Mengangkat organ-organ tersebut dalam satu kelompok (hepar, pancreas, duodenum,

lambung dan limfa)

Memeriksa aorta abdominalis dengan cara menggunting sampai ke cabang-cabangnya

yang ke bagian depan.6

Blok keempat atau blok urogenital

Memotong dibelakang ginjal untuk melepaskannya (termasuk kelenjar adrenal) dari

jaringan lunak disekitarnya baik ginjal kanan ataupun kiri’

Memotong jaringan retroperitoneal untuk mencari ureter dan mengurut dengan

menggunting sampai ke vesika urinaria.

Jaringan lunak disekitar vesika urinaria dilepaskan secara tumpul.

Genggam jaringan dibawah vesika urinaria dan potong setinggi prostat atau serviks

uteri.

Organ-organ rongga pelvis dilepaskan dari perlekatan sekelilingnya.

Pisahkan pembuluh darah illiaca.

Angkat organ-organ tersebut dalam satu kelompok untuk diperiksa lebih lanjut.6

II.5 PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN

Pemeriksaan tiap organ adalah hal penting lain setelah semua organ dikeluarkan. Tujuannya

adalah untuk mencari kelainan dari masing-masing organ yang berpengaruh menyebabkan

kematian. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dari organ yang teratas kebawah. Berikut

ini akan dibahas pemeriksaan pada tiap organ.

1. Pemeriksaan Lidah dan Struktur Leher

Pemeriksaan alat dalam dimulai dari lidah, esofagus sampai meliputi alat tubuh

lainnya.Setelah organ-organ blok pertama pada teknik Ghon berhasil diangkat diletakkan

pada meja periksa dengan posisi posterior menghadap ke ventral. Lidah diperiksa

permukaannya serta dibuat penampangnya dengan cara mengiris, tetapi jangan sampai

terpotong seluruh ketebalannya. Tonsil, pita suara dan struktur oropharing diperhatikan.

Esophagus diperiksa, kemudian digunting sepanjang dinding belakangnya dari distal ke

proksimal dan diperiksa keadaan lumen dan selaput lendirnya. Kemudian esophagus diangkat

sehingga tampak dinding belakang trachea Esofagus dilihat dari trachea apakah ada varises

atau striktur.Dari arah epiglottis diperhatikan struktur yang ada, kemudian digunting

Page 17: Referat Forensik.docx

sepanjang dinding belakang trachea (bagian jaringan ikat pada cincin trachea) sampai

mencapai cabang bronchus kanan dan kiri. Perhatikan keadaan lumen, adanya benda asing,

busa, darah serta keadaan selaput lendirnya. Periksa tulang thyroid bila baik. Jaringan lunak

lapisan otot sampai terlihat apakah ada perdarahan. Kekerasan pada daerah leher yang

sifatnya lunak, sehingga perdarahan hanya sampai jaringan otot tidak sampai subkutis

Kemudian blok dibalik sehingga bagian anterior menghadap ventral. Periksa keadaan

kelenjar gondok dengan sebelumnya melepaskan otot-otot leher di sekitarnya, untuk mencari

tanda-tanda kekerasan atau penyakit. Pada daerah ini kita memeriksa lapis demi lapis jadi

jaringan lunak mulai dari jaringan ikat kita lepaskan sampai dengan otot kita lepaskan sambil

memeriksa apakah ada perdarahan di antara otot. Pemeriksaan otot-otot leher ini berguna

untuk mengetahui adakah kekerasan pada leher yang sifatnya agak lunak sehingga

perdarahan akan terlihat di otot-otot tapi tidak terlihat di subkutis.

Dengan terkelupasnya otot-otot maka kita dapat melihat kelenjar gondok. Kelenjar

gondok ini kemudian kita pisahkan. Inilah kelenjar thyroid yang sudah lepas, dan dinilai

bagaimana warna, konsistensinya, apakah ada kelainan atau resapan darah.

Setelah itu dilakukan pemeriksaan terhadap tulang hyoid, tulang rawan thyroid dan

cricoids apakah ada kelainan dan patah tulang. Setelah semua diperiksa barulah dipisahkan

paru-paru dari saluran nafas dengan cara digunting dibagian hilusnya. Jantung di angkat

dengan cara digunting dibagian hilusnya. Jantung diangkat dengan cara digunting dari

pembuluh darah besar yang keluar masuk jantung sejauh mungkin dari pangkalnya,kemudian

diperhatikan pembuluh-pembuluh darah tersebut untuk mencari adanya embolus.

2. Pemeriksaan Jantung

Pemeriksaan jantung diawali memposisikan sesuai dengan posisi anatomis. Jantung

diperiksa ukurannya, beratnya dan permukaan epicardial. Kemudian pemeriksaan selajutnya

adalah arteri coronaria. Diperiksa dari tempat percabangannya.dari aorta yaitu dicari diantara

aorta dan auricle kiri maupun kanan ditelusuri sepanjang perjalanannya. Ada 2 metode dalam

pemeriksaan arteri ini yaitu dengan cara diiris secara transversal dan dengan digunting secara

longitudinal. Diperhatikan lumen arteri bila ada atheroma, maka diperkirakan berapa persen

Page 18: Referat Forensik.docx

lebar lumen yang masih dapat dialiri darah dengan cara membandingkan lebar lumen dan

diagram.

Pembukaan jantung terdapat bermacam variasi, tergantung dari kebutuhan terutama

pada penyakit-penyakit tertentu. Secara umum ada 2 teknik dasar pemotongan jantung yaitu

dengan membuka sepanjang aliran darah dan memotong melalui kedua ventrikel secara

parallel (ventricular slicing). Keuntungan pemeriksaan ventricular slicing adalah untuk

mencari ischemia dan kecurigaan adanya infark myocard. Namun teknik ini tidak umum

karena tidak dapat untuk mencari anomali lain. Teknik yang umum digunakan adalah dengan

memotong sepanjang peredaran darah.

Pemeriksaaan dengann metode ventricular slicing, langkah awalnya adalah

memposisikan jantung sesuai dengan letak anatomis. Potongan dimulai dari kurang lebih 3

cm diatas apex, kemudian secara paralel kurang lebih 3 cm diatas apex, kemudian secara

paralel kurang lebih tiap 1 cm dipotong kea rah proksimal sampai kurang lebih 1 cm dibawah

lingkar katup ventrikel. Hasil irisan kemudian diperiksa bila ada fokal lesi didokumentasikan

dan dicatat. Pengirisan kemudian dilanjutkan dengan cara yang sama seperti pemotongan

mengikuti sepanjang aliran darah.

Pemeriksaan dengan pemotongan mengikuti sepanjang aliran darah dimulai dengan

menggunting pertemuan antara vena cava superior dengan vena cava inferior pada dinding

belakangnya, diperhatikan apakah ada kelainan. Tusuk rongga atrium kanan hingga

menembus apex dengan menggunakan pisau panjang yang mata pisaunya diarahkan kelateral,

kemudian iris kearah lateral, diperhatikanjumlah dan keadaan katub tricuspid, panjang lingkar

katub, corda tendinea, musculi papilares serta kelainan yang ada. Tebal otot jantung kanan

diukur dengan cara terlebih dahulu mengiris dinding belakang atrium kanan kurang lebih 1

cm dibawah katub tricuspid secara tegak lurus. Dinding depan janung kanan digunting

kurang lebih 0,5 cm lateral dari septum mulai dari apex kea rah atas menyusuri septum

sampai ke arteri pulmonalis. Keadaan katub semilunaris pulmonal diperiksa keadaannya,

panjang lingkar katubnya serta kelainan yag ada. Selanjutnya dilakukan pembukaan serambi

dan bilik kiri, dimulai dengan cara menggunting pertemuaan antara vena pulmonalis kanan

dengan vena pulmonalis kiri pada dinding belakangnya, diperhatikan kelainan yang ada.

Rongga atrium kiri ditusuk hingga menembus apex dengan menggunakan pisau panjang

seperti pada atrium kiri, kemudian iris kea rah lateral,diperhatikan jumlah dan keadaan katub

mitral, panjang lingkar katub, corda tendinea, muskuli papiulares serta kelainan yang ada.

Page 19: Referat Forensik.docx

Tebal otot jantung kiri diukur dengan cara terlebih dahulu mengiris dinding belakang atrium

kiri kurang lebih 1 cm dibawah katub mitral secara tegak lurus. Dinding depan jantung kiri

digunting kurang lebih 0,5 cm lateral dari septum mulai dari apex kea rah atas menyusuri

septum sampai ke aorta, keadaan katub semilunaris aorta diperiksa keadaannya, panjang

lingkar katubnya serta kelainan yang ada.

Lepaskan jantung dari jaringan sekitarnya seperti paru. Inspeksi paru apakah ada

perdarahan (aspirasi darah), edem, luka, atau sisa-sisa infeksi sebelumnya. Normalnya

berwarna merah kelabu agak ungu dan pada perabaan seperti busa dan ada derik udara. Paru

dibelah untuk melihat penampangnya, apakah ada cairan/darah/busa. Jika busa banyak maka

curiga adanya edem paru. Timbang paru, normalnya 225-300 gram.

Periksa jantung dengan melihat adanya perdarahan atau sikatriks. Periksa pembuluh

nadi koroner dibagian depan a. coronaria dinilai dengan cara dipotong sehingga terlihat

penampangnya . pembuluh darah tidak menebal atau kolaps.

Buka daerah atrium, potong vena cava superior dan inferior sehingga terbuka. Cara

membuka daerah atrium kanan, tusuk pisau sampai ventrikel kanan lalu potong kearah lateral

sehinga atrium dan ventrikel kanan terbuka. Lihat adanya kelainan, periksa katup dan ukur

panjang katup serambi dan bilik kanan. Lakukan hal yang sama pada sisi jantung kiri.

Periksa penampang sehat ventrikel apakah ada sikatriks, tebal otot ventrikel dan kiri

diukur.Arteri coronaria jantung dipotong sedikit-sedikit apakah ada perkapuran atau

penebalan. Jantung diperiksa dengan, mulai dari bagian anterior. Jadi anterior terletak di atas,

tentu saja berarti daerah yang tipis dindingnya, yaitu daerah kanan. Kemudian kita nilai

permukaannya adakah bercak-bercak perdarahan, bercak-bercak sikatriks, atau titik-titik

perdarahan. Kemudian kita periksa pembuluh nadi koroner bagian depan. Arteri koroner kita

nilai dengan cara memotong daerah tersebut sehingga melihat penampangnya. Ini yang

dipotong adalah pada daerah arteri -- ramus desendens arteri carotis sinistra.

Yang terlihat ini adalah pembuluh nadi yang masih tidak menebal dindingnya dan

masih kolaps artinya dia tidak mengalami asklerotik. Dan dibuka lebih dahulu, dengan cara

pertama-tama kita buka dahulu pada daerah atrium. Hubungkan terlebih dahulu antara lubang

atau muara dari vena cava superior dengan vena cava inferior, sehingga akan telihat satu

lubang yang besar pada daerah jantung, atau atrium kanan. Kemudian tusukkan pisau hingga

ke ventrikel sampai mendekati apeks dan dipotong ke arah lateral, sehingga terbuka baik

atrium maupun ventrikel kanan. Kita periksa kemudian adakah kelainan, lepaskan beberapa

jaringan yang masih mengikat. Kemudian anda periksa katup serambi-bilik kanan. Jadi

Page 20: Referat Forensik.docx

diperiksa adakah kelainan dan kemudian diukur. Ukuran ini adalah ukuran lingkaran katub

serambi bilik kanan

Kemudian potong dengan gunting dari ujung bawah atau apeks ke atas mendekati

lebih kurang 1 cm dari sisi septum dan keluar di arteri pulmonalis. Ditemukan katup

pulmonalis, kemudian diperiksa ada kelainan atau tidak, lalu diukur.

Lanjutkan pemeriksaan pada jantung sisi kiri, jantung sebelah kiri ototnya lebih tebal,

ukur aorta. Lakukan pemeriksaan penampang sekat ventrikel dengan cara meletakkan di atas

meja dan memotong dengan arah mendatar, maka terlihat penampang otot-otot sekat

ventrikel, yang diperiksa adalah apakah ada bercak-bercak perdarahan atau bercak-bercak

sikratik.Tebal otot jantung ventrikel kanan kiri dan sekat ventrikel diukur dengan cara

membuat potongan tegak lurus, kemudian diukur ototnya pada potongan penampang tadi.

Demikian halnya dengan dinding sebelah kiri lebih tebal, ototnya tanpa lemak. Ini

arteri koronaria jantung,diperiksa apakah ada sumbatan pada bagian muara atau apakah ada

pengapuran atau ketebalan.

3. Pemeriksaan Paru-paru

Masing-masing paru dipotong pada hilusnya. Pada umumnya berat masing-masing

paru orang dewasa berkisar antara 350 sampai 450 gram. Berat paru-paru harus diperiksa

sebelum dilakukan pengirisan. Pengirisan dimulai dengan membuka jalan nafas cabang

utama ke cabang-cabang yang terkecil yaitu dari medial ke lateral. Pengisian paru dilakukan

secara horizontal melalui masing-masing lobus dengan pisau besar seperti pisau otak. Dengan

demikian secara keseluruhan bila ada lesi dapat tampak jelas.

Paru-paru di periksa dengan cara: pertama inspeksi, dilihat apakah ada daerah-daerah

perdarahan, daerah-daerah aspirasi darah, atau cidera, atau luka-luka, infeksi sebelumnya,

atau perlekatan dan sebagainya. Umumnya pau-paru yang normal berwarna merah kelabu

agak ungu. Kemudian kita melakukan perabaan. Paru yang normal akan teraba seperti busa

atau spons, atau teraba derik udaranya.

Sesudah kita periksa seluruhnya baru kita melakukan pemotongan. Kita pisahkan dulu

dari jaringan sekitarnya, kemudian paru akan dibelah untuk melihat penampangnya. Pada

penampang kita lihat apakah mengalir cukup darah dari potongan, dan cairan atau busa.

Adanya darah dan busa yang berlebihan menunjukkan adanya oedema paru dan

Page 21: Referat Forensik.docx

perbendungan. Paru-paru ditimbang. Paru –paru yang normal memiliki berat kurang lebih

antaa 225 – 300 gram. Pada paru-paru ini terlihat lebih dari 400, mungkin sedikit oedema.”

4. Pemeriksaan Usus

Pemeriksaan lumen usus dilakukan dengan memperhatikan keadaan dari eksternal,

bila tidak ada kelainan yang nyata, maka dilakukan pengguntingan sepanjang usus pada tepi

antimesenteric. Bila diperlukan untuk pemeriksaan, usus beserta isinya diambil dengan cara

mengikat usus kurang lebih sepanjang 5-6 cm dengan benang kemudian digunting ditiap

ujungnya.10

5. Pemeriksaan Hepar dan Gallblader

Gallblader atau kantung empedu diperiksa ada tidaknya sumbatan sebelum dipisahkan

dari hepar. Caranya dengan memeriksa di daerah ampula vatery duodenum. Pemeriksaan ini

dapat menggunakan sonde yang dipasang dari ostiumnya di duodenum, kemudian ditelusuri

sampai ke gallbladder atau dengan memperhatikan banyaknya empedu yang mengalir ke

duodenum cara pertama memiliki kelemahan bila adanya batu pada saluran empedu (duktus

biliaris), maka batu tersebut akan terdorong oleh probe (sonde). Kemudian gallbladder dapat

diangkat secara intoto dan dapat langsung dijadikan sampel untuk pemeriksaan toksikologi. 10

6. Lambung

Isi lambung sering diperlukan untuk pemeriksaan kimia atau toksikologi. Cara

tercepat dan termudah adalah mencuci permukaan luar lambung kemudian menggunting

kurvatura mayor dengan hati- hati, maka isi lambung dapat dikeluarkan dan ditaruh pada

wadah yang bersih. Setelah isi lambung keluar, maka dapat dinilai keadaan selaput lendirnya.

Selaput lendirnya berwarna putih kemerahan. Dapat kita nilai juga adakah erosi, ulserasi,

ataupun perdarahan.10

7. Lien

Lien normalnya berwarna ungu, permukaannya keriput, dan kenyal. Pengirisan untuk

melihat penampang lien dilakukan dengan melakukan pemotongan paralel secara vertikal.

Penampang lien kemudian diperiksa dengan seksama, penampang yang normal akan

memberikan gambaran yang jelas, berwarna merah kecoklatan, pada saat diusap pisau akan

ada jaringan penampang yang ikut terbawa. Dilakukan pengikisan, pada limpa yang normal

Page 22: Referat Forensik.docx

tidak banyak terjadi fibrosis. maka pada pengikisan jaringan akan banyak yang ikut terbawa.

Kemudian limfa di timbang. Saat menimbang bagian belakang atau posterior terletak

diatas.9,10

8. Pancreas

Pancreas permukaannya berbaga-baga berwarna kuning kecoklatan, perabaan kenyal.

Untuk melihat keadaan cortex dan medula pancreas dilakukan pengirisan dari arah caput ke

cauda pancreas. Diperiksa apakah ada perdarahan di daerah cortex dan medula.9,10

9. Ginjal dan ureter

Ginjal orang dewasa normalnya berukuran 11 x 6 x 3 cm dengan berat sekitar 150

gram. Ginjal yang baik korteksnya kira kira menempati 1/3 dari total ginjal. Kita bisa lihat

daerah korteks dan medulla dibedakan, kemudian kita periksa kaliksesnya, lalu “radiks”,

kandung kencing. Dilakukan pemeriksaan eksternal dengan memperhatikan capsula adiposa

serta renalis, permukaan ginjal apakah berbenjol-benjol atau ada kelainan kongeintal.

Kemudian dilakukan pengirisan penampang ginjal dengan irisan longitudinal sepanjang sisi

lateral ke arah medial. Lalu dapat kita nilai apakah ada tanda-tanda radang, kekerasan,

ataupun batu ginjal.

Ureter dibuka saat pengangkatan organ sesuai dengan teknik yang digunakan.

Digunting sepanjang salurannya dan diperhatikan adakah penyempitan ataupun adanya batu

sepanjang salurannya.9,10

10. Vesica urinaria

Vesica urinaria diperiksa dengan cara menggunting dinding posteriornya daru muara

ureter kanan ke muara yang kiri. Kemudian digunting pada pertengahannnya sampai ke

muara uretra interna, maka keadaan selaput lendirnya dapat terlihat jelas untuk pemeriksaan

makroskopis.10

11. Adrenal

Kelenjar supra renal ini bentuknya biasanya tidak beraturan, trapezium, segitika dan

seterusnya. Jika dipotong penampangnya akan terlihat daerah kuning (kortexnya kuning),

daerah tengahnya atau medullanya berwarna coklat.10

Page 23: Referat Forensik.docx

II.6 SETELAH PEMERIKSAAN

Setelah pemeriksaan selesai masih banyak kegiatan yang harus dikerjakan.

Diantaranya adalah mengembalikan organ dan menutup tubuh jenazah, mengirim sampel

jaringan, melakukan interpretasi atas hasil pemeriksaan untuk menentukan sebab kematian,

menuangkan semuanya dalam suatu laporan tertulis, serta bila kasus yang ditangani

berhubungan dengan hukum, maka pemeriksa juga harus mempersiapkan diri untuk

membiarkan keterangan ahli di depan pengadilan. Semua hal tersebut akan di bahas di bawah

ini.

1. Pengembalian organ dan penutupan tubuh (Rekonstruksi)

Semua organ dikembalikan ke dalam tubuh. Otak harus dimasukkan kembali kedalam

rongga kepala, tulang atap tengkorak dipasang kembali pada tempatnya serta kulit kepala

dijahit. Lidah diletakan di rongga mulut. Organ lain cukup diletakkan dalam rongga perut dan

dada. Tulang sternum diletakkan pada tempatnya kemudian kulit dada dan perut dijahit

dengan rapi. Bila ada luka-luka tersebut. Setelah tubuh jenazah rapi, kemudian jenazah

dibersihkan (dimandikan). Jenazah kemudian dapat diserahkan langsung pada keluarga yang

bila dilakukan adalah pemeriksaan otopsi klinik, namun bila pemeriksaan otopsi forensik,

maka jenazah diserahkan kepada pihak penyidik, kemudian pihak penyidik yang

menyerahkan jenazah pada pihak keluarga.9,10

2. Pengiriman Sampel

Bila diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium untuk mendukung diagnosis sebab

kematian, maka pengiriman dan pengawetan sampel menjadi hal yang sangat penting. Bahan

pengawetan jaringan dipertimbangkan sesuai kebutuhan pemeriksaan serta jangka waktu

sampai ke laboratorium yang dituju. Sampel jaringan harus ditempatkan dalam wadah yang

tidak mudah tumpah seperti toples dengan tutup yang rapat, diberi label, kemudian dibungkus

didepan penyidik (bila kasus berhubungan dengan hukum) kemudian dilak dan disegel oleh

penyidik. Pengiriman sampel harus disertai surat permintaan pemeriksaan, laporan otopsi

sementrara, berita acara pembungkusan dan penyegelan barang bukti.9

3. Penentuan Sebab Kematian

Sebab kematian adalah penyakit atau cidera yang bertanggung jawab atas terjadinya

kematian, sedangkan mekanisme kematian adalah gangguan fisiologis yang diakibatkan dari

Page 24: Referat Forensik.docx

kelainan yang ditimbulkan oleh sebab kematian. Untuk membuat kesimpulan suatu sebab

kematian penting untuk memperhatikan semua aspek yang telah dilakukan pada pemeriksaan

termasuk pemeriksaan penunjang laboratorium.9

4. Laporan Hasil Pemeriksaan

Pembuatan laporan adalah kegiatan yang sama pentingnya dengan pemeriksaan otopsi itu

sendiri. Laporan tertulis seseorang dokter diindonesia atas objek yang diperiksa berupa tubuh

manusia hidup atau mati maupun bagian tubuh untuk kepentingan peradilan dikenal dengan

nama Visum et Repertum. Laporan ini mempunyai tanggung jawab hukum sehungga

pembuatannya haruslah dengan rasa tanggung jawab. Laporan dibuat segera setelah

pemeriksaan selesai agar pemeriksa masih mengingat apa yang diperiksa, apakah sesuai

dengan yang telah dicatat. Laporan kemudian diserahkan pada pihak penyidik. Bila

pemeriksaan yang dilakukan adalah otopsi klinik, maka laporan diserahkan pada tim komite

audit medik.9

Page 25: Referat Forensik.docx

BAB III

PEMERIKSAAN PADA KASUS-KASUS TERTENTU

A. Pemeriksaan Pada Kasus Emboli Udara

Pada emboli sistemik udara masuk melalui pembuluh vena yang ada di paru-paru, misalnya

pada trauma dada dan trauma daerah mediastinum yang merobek paru-paru dan merobek

pembuluh venanya.5,10

Emboli pulmoner adalah emboli yang tersering, udara masuk melalui pembuluh-pembuluh

vena besar yang terfiksasi, misalnya pada daerah leher bagian bawah, lipat paha atau daerah

sekitar rahim (yang sedang hamil); dapat pula pada daerah lain, misalnya pembuluh vena

pergelangan tangan sewaktu diinfus, dan udara masuk melalui jarum infus tadi. Fiksasi ini

penting, mengingat bahwa tekanan vena lebih kecil dari tekanan udara luar, sehingga jika ada

robekan pada vena, vena tersebut akan menguncup, hal ini ditambah lagi dengan pergerakan

pernapasan, yang ”menyedot”.5,10

buat sayatan ”I”, dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah sampai ke symphisis pubis,

potong rawan iga mulai dari iga ke-3 kiri dan kanan, pisahkan rawan iga dan tulang dada

keatas sampai ke perbatasan antara iga ke-2 dan iga0 ke-3,

potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan ke-3,

setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan kandung jantung dengan

insisi ”I”, sepanjang kira-kira 5-7 sentimeter, kedua ujung sayatan tersebut dijepit dan

diangkat dengan pinset (untuk mencegah air yang keluar),

masukkan air ke dalam kandung jantung, melalui insisi yang telah dibuat tadi, akan tetapi bila

jantung tetap terapung, maka hal ini merupakan pertanda adanya udara dalam bilik jantung,

tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung kanan, yang berbatasan

dengan pangkal a. Pulmonalis, kemudian putar pisau itu 90 derajat; gelembung-gelembung

udara yang keluar menandakan tes emboli hasilnya positif,

bila tidak jelas atau ragu-ragu, lakukan pengurutan pada a. Pulmonalis, ke arah bilik jantung,

untuk melihat keluarnya gelembung udara,

bila kasus yang dihadapi adalah kasus abortus, maka pemeriksaan dengan prinsip yang sama,

dilakukan mulai dari rahim dan berakhir pada jantung,

Page 26: Referat Forensik.docx

semua yang disebut di atas adalah untuk melakukan tes emboli pulmoner, untuk tes emboli

sistemik, pada prinsipnya sama, letak perbedaannya adalah : pada tes emboli sistemik tidak

dilakukan penusukan ventrikel, tetapi sayatan melintang pada a. Coronaria sinistra ramus

desenden, secara serial beberapa tempat, dan diadakan pengurutan atas nadi tersebut, agar

tampak gelembung kecil yang keluar,

dosis fatal untuk emboli udara pulmoner 150-130 ml, sedangkan untuk emboli sistemik hanya

beberapa ml.

Emboli udara, baik yang sistemik maupun emboli udara pulmoner, tidak jarang terjadi.

B. Pemeriksaan Pada Jenazah Bayi

Tes apung paru-paru dikerjakan untuk mengtahui apakah bayi yang diperiksa itu pernah

hidup. Untuk melaksanakan test ini, persyaratannya sama dengan test emboli udara, yakni

mayatnya harus segar.5 Cara melakukan tes apung paru-paru:

Keluarkan alat-alat dalam rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu kesatuan, pangkal

dari esophagus dan trakea boleh diikat.

Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.

Page 27: Referat Forensik.docx

Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang kanan.

Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan dengan pemisahan masing-

masing lobus, kanan terdapat lima lobus dan kiri dua lobus.

Apungkan semua lobus tersebut, catat yang mana yang tenggelam dan mana yang terapung.

Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan ukuran 5 mm x

5 mm, dari tempat yang terpisah dan perifer.

Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung, letakkan potongan tersebu pada

dua karton, dan lakukan penginjakan dengan menggunakan berat badan, kemudian

dimasukkan kembali ke dalam air.

Bila terapung berarti tes apung paru positif, paru-paru mengandung udara, bayi tersebut

pernah dilahirkan hidup.

Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan partial, bayi tetap pernah

dilahirkan hidup.

C. Pemeriksaan Pada Kasus Pneumothoraks

Pada trauma di daerah dada, ada kemungkinan jaringan paru robek, sedemikian rupa

sehingga terjadi mekanisme ”ventil” di mana udara yang masuk ke paru-paru akan diteruskan

Page 28: Referat Forensik.docx

ke dalam rongga dada, dan tidak dapat keluar kembali, sehingga terjadi kumulasi udara,

dengan akibat paru-paru akan kolaps dan korban akan mati.

Diagnosa pneumothorax yang fatal semata-mata atas dasar test ini, bila test ini tidak

dilakukan, diagnosa sifatnya hanya dugaan.5

Cara melakukan test ini adalah sebagai berikut:

buka kulit dinding dada pada bagian yang tertinggi dari dada, yaitu sekitar iga ke 4 dan 5

( udara akan berada pada tempat yang tertinggi ),

buat ”kantung” dari kulit dada tersebut mengelilingi separuhnya dari daerah iga 4 dan 5

( sekitar 10 x 5 cm )

pada kantung tersebut kemudian diisi air, dan selanjutnya tusuk dengan pisau, adanya

gelembung udara yang keluar berarti ada pneumothorax; dan bila diperiksa paru-parunya,

paru-paru tersebut tampak kollaps,

cara lain: setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit besar dengan jarum besar

yang berisi air separuhnya pada spuit tersebut bila ada pneumothorax, tampak gelembung-

gelembung udara pada spuit tadi.5

D. Pemeriksaan Pada Kasus Kekerasan Di Sekitar Leher

Buat insisi ”I”, yang dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah seperti biasa, sampai ke

simpisis os pubis.

Buka rongga dada, dengan jalan memotong tulang dada dan iga-iga.

Keluarkan jantung, dengan menggunting mulai dari v.cava inferior, vv.pulmonalis,

a.pulmonalis, v.cava superior dan terakhir aorta.

Buka rongga tengkorak, dan keluarkan organ otaknya.

Dengan adanya bantalan kayu pada daerah punggung, maka daerah leher akan bersih

dari darah, oleh karena darah telah mengalir ke atas ke arah tengkorak dan ke bawah, ke arah

rongga dada dengan demikian pemeriksaan dapat dimulai.

Insisi ini dimaksudkan agar daerah leher dapat bersih dari darah, sehingga kelainan

yang minimalpun dapat terlihat; misalnya pada kasus pencekikan, penjeratan, dan

penggantungan. Prinsip dari teknik ini adalah pemeriksaan daerah dilakukan paling akhir.5

Page 29: Referat Forensik.docx

BAB IV

KESIMPULAN

Otopsi adalah pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan

proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuan-penemuan

tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara

kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Pada umumnya terdapat 2 teknik pembukaan rongga dada dan perut yaitu irisan I dan 3 jenis

irisan Y sedangkan pada pengankatan organ terdapat 4 teknik yaitu rokitansky, virchow,

lettule, dan ghon. Pemeriksaan dilakukan perorgan untuk menilai ukuran, beratnya, perabaan,

dan potongan melintangnya untuk mencari kelainan-kelainan yang terjadi.

Pada kasus tertentu seperti emboli udara, pneumothoraks, kasus kekerasan pada leher, dan

pada bayi dapat dilakukan pemeriksaan tertentu. Pada kasus pneumothoraks dan emboli

udara dilakukan pemeriksaan terhadap organ seperti jantung atau paru degan cara

ditenggelamkan dan dinilai adakah udara dengan melihat apakah organ tersebut terapung atau

tidak Atau dapat dilihat juga dari gelembung udara yang keluar dari organ. Pada kekerasan di

leher, diposisikan mayat agar lapang pandang pada bagian leher dapat lebih bersih sehingga

dapat dinilai tanda-tanda kekerasan di daerah tersebut. Pada bayi dilakukan pemeriksaan

untuk menilai bayi tersebut pernah hidup atau tidak dengan tes apung paru