PUPUK ORGANIK

download PUPUK ORGANIK

of 24

Transcript of PUPUK ORGANIK

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPeningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian telah melahirkan petani yang sangat tergantung pada pupuk kimia. Di lain pihak, penggunaan lahan secara terus menerus berakibat pada penurunan bahan organik tanah dan bahkan sebagian besar lahan pertanian mengandung bahan organik rendah (< 2 %), padahal kandungan yang ideal adalah > 3 %. Tanah dengan kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuannya dalam mengikat pupuk kimia, sehingga efektivitas dan efisiensinya menurun akibat pencucian dan fiksasi. Perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan bahan organik tanah dapat dilakukan melalui penambahan bahan organik atau kompos. Namun demikian, kandungan hara pupuk organik tergolong rendah dan sifatnya slow release, sehingga diperlukan dalam jumlah yang banyak.Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, memperkaya unsur hara makro dan mikro serta tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia.Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos dirasa masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan secara lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.Pada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan kita mempelajari tentang pembuatan pupuk kompos dengan berbagai bahan dan perlakuan yang berbeda-beda untuk mengetahui hasil pupuk kompos yang terbaik.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui macam-macam pupuk Untuk mengetahui manfaat dari pupuk Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk kompos Untuk mengetahui kandungan dari pupuk kompos Untuk mengetahui cara pembuatan Pupuk Organik Cair Untuk mengetahui faktor yang menentukan keberhasilan pembuatan pupuk organik cair

1.3 ManfaatAgar praktikan mengetahui cara pembuatan pupuk kompos yang baik dan benar, serta mengetahui kandungan-kandungan dari pupuk kompos. Sehingga praktikan mampu menerapkan ilmunya, baik di perkuliahan maupun di masyarakat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.(Rosmarkam & Yuwono. 2002) Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur - unsur essensial bagi pertumbuhan tanaman.(Hadisuwito, 2007) Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman.(USU. 2011) A fertilizer, by definition, is any material or mixture used to supply one or more of the essential plant nutrient elements.Pupuk adalah suatu bahan atau campuran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan satu atau lebih unsur hara esensial bagi tanaman.(SOCWA, 2007) Any substance that is added to the soil or sprayed on plant foliage to supply one or more plant nutrients..Zat yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada daun tanaman untuk memenuhi satu atau lebih nutrisi bagi tanaman.(Mahler, 2002) Fertilizermeans a substance containing 1 or more recognized plant nutrients, which substance is used for its plant nutrient content and which is designed for use, or claimed to have value, in promoting plant growth.Pupuk merupakan zat yang mengandung 1 atau lebih zat yang diketahui sebagai nutrisi bagi tanaman, dan yang dirancang untuk digunakan, atau diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.(Agriculture and Rural Development, 2013)

2.2 Macam - Macam Pupuk2.2.1 Berdasarkan Sumber Bahan BakuBerdasarkan sumber bahan bakunya ada dua macam pupuk yaitu;a. Pupuk organik atau pupuk alamYaitu pupuk yang berasal dari bahan-bahan organic, misalnya kotoran hewan, sisa daun sampah, dan lain sebgainya. Pupuk ini bisanya digunakan sebagai pupuk dasar yaitu dicampurkan ke tanah pada waktu awal penanaman.b. Pupuk anorganik atau pupuk buatanYaitu pupuk yang berasal dari bahan-bahan anorganik (batuan-batuan mineral yang mengandung unsure hara yang dibutuhkan tanaman).pupuk ini dapat memberikan unsur-unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang banyak. Contoh pupuk anorganik adalah urea, SP-36, KCl, NPK, ZA dan sebagainya.(Sudarmono, 1997)

2.2.2 Berdasarkan Bentuk FisikBerdasarkan bentuk fisiknya ada dua macam pupuk yaitu:a. Pupuk padat (granular).Yaitu pupuk yang umumnya memiliki kelarutan yang beragam mulai dari yang mudah larut dalam air sampai yang sukar larut dalam air.b. Pupuk CairYaitu pupuk yang berupa cairan yang cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dengan air.(Rosmarkam, 2002)

2.2.3 Berdasarkan KandunganBerdasarkan kandungannya ada tiga macam pupuk yaitu:a. Pupuk tunggalYaitu pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Contoh pupuk tunggal adalah urea yang hanya mengandung unsure N saja.b. Pupuk majemukYaitu pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara tanaman. Misalnya NPK, beberapa jenis pupuk daun, dan kompos.c. Pupuk lengkapYaitu pupuk yang mengandung unsur secara lengkap (keseluruhan), baik unsur makro maupun unsur mikro.(Lingga, 2013)

2.3 Pengertian Pupuk OrganikPupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat menambah unsur hara makro dan mikro didalam tanah dan dapat memeperbaiki struktur tanah.(Lingga, 2013)

2.4 Pupuk KomposPupuk kompos merupakan pupuk yang berasal dari hasil pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota. (Lingga, 2013)

2.5 Ciri - Ciri Kompos yang Sudah Matanga) Dicium/dibauiKompos yang sudah matang berbau seperti tanah. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang.b) Warna komposWarna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang.c) PenyusutanTerjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 - 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.d) Tes kantong plasticContoh kompos diambil dari bagian dalam tumpukan. Kompos kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, ditutup rapat, dan disimpan di dalam suhu ruang selama kurang lebih satu minggu. Apabila setelah satu minggu kompos berbentuk baik, tidak berbau atau berbau tanah berarti kompos telah matang.e) Tes PerkecambahanContoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3- 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup dengan kaca/plastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari ke-5 / ke-7 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah.f) SuhuSuhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif. Suhu optimum untuk penguraian pengomposan dengan berkisar 35C 60C.g) Kandungan air komposKompos yang sudah matang memiliki kandungan kurang lebih 55-65%(Susanti, 2013)

2.6 Perbedaan Pupuk Organik dan AnorganikPupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya berasal atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat di pabrik secara kimia dan bahannya merupakan bahan selain dari tanaman atau hewan, yaitu kimia buatan.

Pupuk OrganikPupuk Anorganik

Berasal dari tanaman dan hewanBerasal dari kimia buatan

Penyerapan nutrisi pupuk oleh tanaman berjalan lambatPenyerapan nutrisi pupuk oleh tanaman berjalan cepat

Dapat mensuplai bahan organik untuk tanahTidak dapat mensuplai bahan organik untuk tanah

Dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyakJumlah yang dibutuhkan lebih sedikit

Tidak mudah tercuci oleh airMudah tercuci oleh air

Unsur hara yang tersedia bisa bermacam macamUnsur hara yang disediakan lebih spesifik

(Redaksi AgroMedia. 2009)

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Organik Dibandingkan Pupuk AnorganikPerbedaan Pupuk Organik Dan Anorganik Pupuk Organik Kandungan unsur hara lebih komplek Aman diaplikasikan Ramah lingkungan Bisa memperbaiki struktur tanah Dibutuhkan dalam jumlah banyak dalam aplikasinya Proses dekomposisinya lebih lama Respon pada tanaman lama Distribusinya susah dalam pengangkutan ke lahan Pupuk Anorganik Kandungan unsur hara lebih tinggi Dalam aplikasinya mudah dilakukan Mudah didapatkan Harga lebih murah Respon pada tanaman lebih tinggi atau cepat Dibutuhkan dalam jumlah sedikit Kandungan hara didalamnya hanya beberapa Tidak ramah lingkungan Meninggalkan residu Mudah menguap setelah pengaplikasian(Susanto, 2002)

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pembuatan Kompos Tempat: UPT Kompos Waktu: Selama Praktikum TPP Pengukuran Kadar C-Organik, N-Total, dan pH Kompos Tempat: Lab Kimia Umum Waktu: 26 November 2013

3.2 Alat dan Bahan ( + Fungsi ) Alat:a. Garu: Untuk pengaduk bahan pupukb. Skrop: Untuk membalik bahan pupukc. Karung Goni: Untuk tempat menyimpan pupukd. Gembor: Untuk alat pencampuran EM4 dan Mollasee. Botol Film: Tempat pencampuran kompos dengan aquadestf. Timbangan: Untuk menimbang bahang. pH meter: Untuk mengukur pH komposh. Erlenmeyer: Tempat pereaksii. Pipet: Mengambil cairan dalam jumlah kecilj. Labu Kjeldahl: Tempat mereaksikan dalam perhitungan N-Totalk. Alat destruksi: Untuk membakar hingga asapnya hilangl. Pengaduk (stirrer): Sebagai pengaduk Bahan:a. Kotor Kambing: Sebagai bahan utama pembuatan komposb. Kotoran Sapi: Sebagai bahan utama pembuatan komposc. Kulit telur: Sebagai bahan utama pembuatan komposd. Kulit Buah: Sebagai bahan utama pembuatan kompos.e. EM 4: Sebagai bakteri fermentasi komposf. Molase: Sebagai mikroorganisme yang membantu granulasig. Air: Sebagai bahan campuran EM4 dan Molaseh. H20: Untuk menghentikan reaksi H2PO4i. Selen : dapat membantu pembakaranj. Larutan H3BO3 : untuk mengurangi pengaruh Fe+k. Larutan H2SO4 pekat (diatas 96%) : dapat memisahkan rantai karbonl. Larutan H3PO4 85% : dapat menghilangkan pengaruh Fe3+m. FeSO4 : digunakan untuk metiltrasin. Fenilamina : untuk mefenilaminao. Larutan buffer : digunakan untuk menetralkan pH meter

3.3 Cara kerja3.3.1 Pembuatan Kompos

3.3.2 Pengukuran C-Organik, N-Total, Analisis pHa. Pengukuran Kadar C-Organik

b. Pengukuran N-Total

c. Pengukuran pH Kompos

3.3.3 Pembuatan Pupuk Granul dan Pupuk Cair Pembuatan Pupuk Granule

Pembuatan Pupuk Cair

3.4 Analisa Perlakuan Pembuatan Pupuk GranulePembuatan pupuk kompos granul diawali dengan pengambilan hasil pembuatan pupuk kompos dengan bahan kotoran kambing, kotoran sapi, kulit telur, dan kulit buah. Hasil pupuk kompos kemudian diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 5 mm. Hasil dari ayakan ditimbang 2 kg kemudian dimasukkan ke mesin pan granular selama 20 menit hingga berbentuk granul, mesin pan granular berfungsi untuk membuat kompos yang berbentuk granul. Ketika mesin pan granular dinyalakan masukkan molase secara perlahan, pemberian ini bertujuan agar pupuk tidak menggumpal sehingga hasilnya akan berbentuk bulatan kecil-kecil. Setelah melalui proses ini hasilnya diambil dan ditaruh wadah kemudian di bungkus.

Pembuatan Pupuk Cair

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pembuatan KomposPada praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan pada saat proses pembuatan kompos, yang pertama kali harus dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan. Dimana alat yang digunakan adalah penggiling mesin, ini berguna untuk membuat ukuran bahan tidak terlalu besar dan seragam serta mencampur semua bahan menjadi satu. Kotak kayu, ini berguna untuk tempat pengomposan bahan. Karung sak, berguna untuk penutup pada proses dekomposter serta sebagai wadah awal ahan pembuatan kompos. Cetok, ini berguna pada saat proses pengadukan dan pembalikan kompos. Thermometer tanah, untuk mengukur suhu kompos saat proses dekomposter terjadi. Timbangan berguna untuk menimbang bahan yang akan dibuat kompos. Alat penggranulan, berfungsi untuk menggranulkan pupuk.Bahan yang digunakan pada proses pembuatan kompos, yaitu kotoran hewan (kambing 10,5 kg; sapi 30,2 kg) bertujuan sebagai pemasok unsur N pada saat telah menjadi kompos. Sisa sayuran dan kulit buah sebanyak 6,2kg ini juga berguna sebagai pemasok dan penghasil unsur N pada saat pupuk telah jadi. Kulit telur sebanyak 9,4kg, ini berguna sebagai penghasil dan pemasok unsur P pada saat pupuk telah jadi. Bakteri EM-4 berguna sebagai dekomposter pada saat proses dekomposisi berlangsung. Air berguna pada saat awal proses pengomposan, bahan tidak terlalu kering atau untuk membasahi bahan supaya lembab dan cepat terdekomposisi. Molase, berguna pada saat penggranulan.Selanjutnya, proses pembuatan kompos yang kedua yang harus dilakukan yaitu pengolahan bahan yang akan digunakan untuk membuat kompos. Untuk kotoran hewan (sapi maupun kambing) yang digunkan yaitu, kotoran yang telah kering dan menjadi tanah bukan kotoran hewan yang masih basah, dikarenakan kotoran hewan yang masih basah kandungan C/N-nya tinggi. Selanjutnya yaitu sisa sayuran, kulit buah, dan kulit telur dikeringkan dibawah terik matahari. Setelah kering, sisa sayuran, kulit buah dan kulit telur digiling (dicampur menjadi satu) sampai ukurannya kecil dan seragam. Ini bertujuan supaya lebih mudah terdekomposisi oleh dekomposter. Setelah bahan utama pembuatan kompos siap. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut (kotoran hewan, sisa sayuran, kulit buah dan kult telur) dicampur menjadi satu dan di aduk hingga merata. Selagi bahan-bahan di campur, buatlah larutan dari bakteri EM-4 dan air. Setelah larutan jadi, siramkan diatas campuran bahan-bahan tadi hingga bahan tersebut menjadi lembab (jangan terlalu basah dan jangan terlalu kering). Aduk kembali hingga tercampur rata. Setelah bahan-bahan tercampur rata, bahan dimasukkan kedalam kotak kayu serta tutup dengan karung sak supaya udara tidak masuk. Dan bahan siap untuk dikomposkan. Selama proses dekomposisi berlangsung, setiap satu minggu sekali dilakukan pengukuran suhu dan pembalikan serta pengadukan pada bahan kompos. Dan setiap dua minggu sekali dilakukan pengukuran pada pH. Ini dilakukan terus menerus hingga pupuk kompos jadi. Setelah jadi, dihitung lagi kandungan C-organik serta kandungan unsur N, P, dan K-nya. Serta hitung kadar air totalnya.Menurut Sastradiharja (2008), ciri-ciri pupuk kompos yang sudah jadi, yaitu dimulai dari warna. Biasanya kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitamam. Tidak tercium bau ammonia, bentuknya sudah menyerupai tanah (bahan-bahan utama pembuatan kopos sudah tidak kelihatan/ hancur).suhuya sudah tidak panas yakni 350C. pH nya sekitar 4-8, C-organiknya 12%, C/N rasio nya sekitar 10%-25%, kadar airnya 4%-12%.

4.2 Hasil Pengamatan4.2.1 Hasil Pengamatan Tiap MingguSuhupH

8 Oktober 201331C-

11 Oktober 201347C-

14 Oktober 201349C-

17 Oktober 201340C8.9

20 Oktober 201337C-

23 Oktober 201332C8.8

26 Oktober 201330C-

29 Oktober 201328C-

31 Oktober 2013-8.7

1 November 201328C-

8 November 201328C8.5

12 November 201328C-

19 November 2013--

26 November 201328C8.4

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos ini adalah kotoran hewan. Kulit telur dan juga kulit buah. Pada minggu pertama setelah proses penghancuran yakni pada tanggal 8 Oktober 2013 didapatkan suhu 31C. Menurut literatur (Elvi Yenie, 2008) Suhu optimum untuk penguraian pengomposan dengan range 35C 60C. Jumlah mikroorganisme pathogen yang ada akan berkurang, dan tidak aktif apabila suhu melebihi 60C. Oleh sebab itu suhu diatas 60C mikroba tidak aktif dan kecepatan penguraian berkurang. Pada peringkat ini yaitu fasa lag, mikroorganisma campuran sedang menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Pengukuran suhu yang ke-2 dilakukan pada 3 hari berikutnya yakni pada tanggal 11 Oktober 2013 didapatkan kenaikan suhu menjadi 47C. pada tanggal 14 Oktober 2013 suhu semakin meningkat hingga 49C. Menurut literatur ( Elvi Yenie, 2008) untuk sampah kota, suhu 68C 70C masih efisien, pada suhu 50C, 45C untuk kertas dan 60C untuk sampah yang bercampur. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikrobamikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Untuk pengukuran suhu yang selanjutnya dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2013. Pada waktu itu didapatkan penurunan suhu hingga 40C. penurunan suhu ini berlangsung hingga pengukuran suhu yang ke-8 kalinya yakni suhu mancapai 28C. Penurunan suhu dapat dikarenakan adanya proses pembalikan pada kompos ( Elvi Yenie, 2008). Untuk pengukuran suhu berikutnya dilakukan pada tanggal 1 November 2013 suhu yang didapatkan sama seperti ketika pengukuran yang ke-8 yakni pada tanggal 29 Oktober 2013 yaitu 28C. ketetapan suhu ini terus berlangsung hingga pengukuran suhu terakhir yakni pada tanggal 12 November suhunya konstan yakni 28C.Pengamatan PH pupuk dimulai pada minggu ke- 4 tanggal 17 Oktober 2013 dengan PH 8,9. Pada pengamatan kedua pada tanggal 23 Oktober 2013 didapat PH mencapai 8,8. Pada pengamatan ketiga tanggal 31 Oktober 2013 PH mencapai 8,7. Pada pengamatan keempat tanggal 8 November 2013 PH kompos mencapai 8,5. Pada pengamatan kelima (terakhir) tanggal 26 November 2013 PH sekitar 8,4.Menurut literatur ( Susanto, 2002), pada prinsipnya bahan organik dengan PH antara 3 11 dapat dikomposkan, pH optimum berkisar antara 5,5 8. Bakteri lebih senang pada pH netral dan sedikit masam. Fungi berkembang cukup baik pada kondisi agak masam. Selama tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong pertumbuhan jamur dan akan mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 8. Selama pengamatan yang dilakukan didapati pH menurun pada setiap pengamatan, dengan pH tertinggi 8,9 dan pH terendah 8,4. Derajat keasaman pada kompos yang baik adalah sekitar 6 8, sedangakan pada hasil praktikum terakhir didapati pH sekitar 8,4. Menandakan bahwa pH terlalu tinggi (basa), namun masih dapat dikatakan optimal. Derajat keasaman yang terlalu tinggi konsumsi oksigen akan semakin meningkat dan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan, juga akan menyebabkan unsure nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi ammonia (NH3) sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah) akan menyebabkan sebagian mikroorganisme mati. Derajat keasaman yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan menambahkan kotoran hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika derajat keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan dengan menambahkan kapur dan abu dapur kedalam bahan kompos.

4.2.2 Hasil Uji Laba. Hasil Uji Lab

Berat cawan 3, 9173 gr

Berat Basah 25, 1488 gr

Berat Setelah Oven20, 7556 gr

Volume. Titrasi4,7

Volume. Blanko10,5

Titrasi C.Organik 8,8

b. Perhitungan C.Organik

Kadar Air (KA)

=

C-organik

c. Perhitungan % BO

d. Kadar Nitrogen Faktor Koreksi )

Kadar Nitrogen

e. Pembahasan Dari hasil Uji laboratorium terhadap kandungan C-organik dan Kadar Nitrogen pada pupuk, didapatkan Berat Basah (BB) 25, 1488 gr dan Berat Kering Oven (BKO) 20, 7556 gr serta volume titrasi C.organik 8,8 ml dan Volume titrasi 4,7 ml. Dari data yang telah ada, dapat diketahui nilai c.organik sebesar 6,124% dan kadar Nitrogen sebesar 0,66%. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa pupuk ini tidak sesuai dengan baku mutu pupuk organik yang telah ditetapkan oleh Permentan No. 28/Permentan/SR.130/ 5/2009 tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik yang meliputi Kandungan C-organik yang dipersyaratkan untuk memnuhi pupuk organik yaitu mengandung C-organik diatas 12%, sedangkan untuk kandungan hara dalam pupuk organik sebagai kriteria utama dimana pupuk organik harus mengandung minimum 7% Nitrogen. Kompos yang mengandung N < 7% digolongkan menjadi pembenah tanah dan bukan sebagai pupuk (Paje,M.M.1990). Ketidak sesuain kandungan C-organik maupun total N pupuk yang dibuat dengan standart baku mutu pupuk kemungkinan karena pemilihan bahan baku pupuk mengandung N yang cukup rendah yaitu untuk kotoran sapi mengandung N seberat 1,7%, untuk kotoran kambing 3,8%, (Wulandari, 2006) dan jumlah mineral di dalam kulit telur beratnya 2,25 gram yang terdiri dari 2,21 gram kalsium, 0,02 gram magnesium, 0,02 gram fosfor serta sedikit besi dan sulfur (Stadelman dan Owen, 1989). Oleh sebab itu kandungan dari pupuk yang dihasilkan memiliki N total yang rendah. Untuk kandungan air pupuk yang telah dibuat kandungan pupuknya 26,174%. menurut literatur kandungan air dibawah 30% dalam bobot secara reaksi biologis dalam kompos menjadi lambat. Pada kadar air yang terlalu tinggi ruang antara partikel dari bahan menjadi penuh air, sehingga mencegah gerakan udara dalam tumpukan. Kandungan air optimum dari bahan kompos adalah 50%-60% (Dalzell et al., 1987). Sdangkan menurut Golueke (1977), kandungan air pada kompos yang ideal tergantung dari jenis bahan organik yang digunakan ataupun jenis bahan organik yang paling banyak terdapat dalam campuran.

5. PENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan dari uji laboratorium pada pupuk ini, dapat disimpulkan bahwa pupuk organic ini dapat diaplikasikan ke tanaman, namun hanya sebatas bahan pembenah tanah. Syarat yang harus dipenuhi pupuk organic agar dapat diaplikasikan adalah kadar C/N rasio diantara 10-25% dan pH 6-8. Dari uji laboratorium diketahui bahwa pH dalam pupuk ini adalah 8,4 dimana pH tersebut masih aman untuk tanaman.Namun untuk dapat dikatakan sebagai pupuk organic pupuk ini masih belum memenuhi syarat seperti yang ditetapkan oleh Pementan No. 28/Permentan/SR.130/ 5/2009 tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik yang meliputi Kandungan C-organik yang dipersyaratkan untuk memenuhi pupuk organik yaitu mengandung C-organik diatas 12%, sedangkan untuk kandungan hara dalam pupuk organik sebagai kriteria utama dimana pupuk organik harus mengandung minimum 7% Nitrogen. Sedangkan dalam pupuk ini kandungan C-organiknya adalah 6,24% sehingga belum memenuhi persyaratan kandungan C-organik dan kandungan hara N dalam pupuk ini 0,66% dimana kandungan hara tersebut masih jauh dibawah standar baku mutu pupuk yang ditetapkan oleh pementan.

5.2 SaranUntuk pembuatan pupuk organic selanjutnya diharapkan untuk lebih memperhatikan bahan baku pembuatan pupuk organic supaya pupuk yang dihasilkan bisa maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Dan tidak lupa juga untuk memperhatikan kadar air bahan baku pembuat pupuk agar proses pembuatan pupuk bisa maksimal dan lebih cepat mengingat waktu praktikum yang terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture and Rural Development. 2013.http://www.michigan.gov/mdard/0,4610,7-125-1569_16993_19405-49341--,00.html. Diakses pada 18 desember 2013. Dalzell,H.W., A.J.Biddlestone,K.R.Gray and K.Thurairajan, 1987. Soil management: compost production and use in tropical and subtropical environment. Soil bulletin: 56, FAO.Roma Hadisuwito, Sukamto . 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta : AgroMedia.Kamprath, E. J., 1971, Soil Aciditi and Liming. National Academy Of Sciences, Washington.Lingga, pinus dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar SwadayaPaje, M.M. 1990. Organic fertilizer and crop production in the Phillippines. Paper Presented at seminar on the use of Organic fertilizer in crop production, at Suweon, South Korea, 18-24 June 1990.R. L. Mahler. 2002. Fertilizer Primer Terminology, Calculations, and Application. Idaho : Agricultural Publications, University of IdahoRedaksi AgroMedia. 2009. Petunjuk Pemupukan. Jakarta: AgroMedia PustakaRosmarkam, Afandhie & Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogykarta : KanisiusSastradiharja, Singgih. 2008. Menanam Bahan Organik. Jakarta : Azka PressSOCWA.2007. Fertilizer Selection and Application. Healthy lawn care Program for Oakland and Wayne County Residents Sudarmono. 1997. Taman Hias Ruangan: Mengenal dan Merawat. Yogyakarta: Kanisius.Susanti, Melda. 2013. http://cybex.deptan.go.id/lokalita/pembuatan-kompos-dengan-cara-campur. Penyuluh Distanhut Kabupaten Kepulauan Anambas Diakses tanggal 5 desember 2013Susanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisius.USU. 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23122/4/Chapter%20II\ .pdf. Diakses pada 18 desember 2013