publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina...

53
Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia. 2018 PEMBANGUNAN MODEL MAKROFINANSIAL BERBASIS DYNAMIC STOCHASTIC GENERAL EQUILIBRIUM INDONESIA: SMALL OPEN ECONOMY WP/6/2018 WORKING PAPER

Transcript of publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina...

Page 1: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

1

Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani

Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.

2018

PEMBANGUNAN MODEL MAKROFINANSIAL

BERBASIS DYNAMIC STOCHASTIC GENERAL

EQUILIBRIUM

INDONESIA: SMALL OPEN ECONOMY

WP/6/2018

WORKING PAPER

Page 2: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

0

Pembangunan Model Makrofinansial Berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium

Indonesia: Small Open Economy

Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati1, Reni Indriani2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membangun model makrofinansial

berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE) yang digunakan untuk mempelajari transmisi kebijakan makroprudensial dan interaksinya

dengan kebijakan moneter untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan. Model dalam penelitian ini dibangun dengan asumsi bahwa small open economy dikalibrasi dengan menggunakan data

Indonesia yang diambil pada periode mulai dari 2000Q3 sampai dengan 2107Q4. Instrumen kebijakan yang dimodelkan terdiri atas suku bunga

kebijakan, LTV ratio, minimum CAR requirement, dan RIM. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa instrumen kebijakan makroprudensial yang terdapat di dalam model dapat digunakan untuk meredam pertumbuhan

kredit dan akan berdampak pada penurunan PDB (bersifat countercyclical). Hasil simulasi model juga menunjukkan bahwa penerapan bauran kebijakan

moneter dan makroprudensial memiliki kinerja yang lebih baik dalam mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan jika dibandingkan dengan implementasi kebijakan moneter dalam menghadapi technological shock.

Keywords: DSGE, monetary policy, macroprudential policy

JEL classification: E32, E44, E52, E58

1 Peneliti Ekonomi Senior dan Peneliti Ekonomi di Departemen Kebijakan Makroprudensial, email: [email protected]; [email protected]. 2 Konsultan peneliti di Departemen Kebijakan Makroprudensial.

Page 3: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

1

1. Pendahuluan

Adanya krisis keuangan global pada tahun 2008 menekankan kelemahan

kerangka kerja makroekonomi yang ada dan menyadarkan para ekonom bahwa

terdapat hubungan yang sangat kuat antara sektor keuangan dan sektor riil. Sejak

saat itu, banyak kajian yang mengangkat keterkaitan antara kebijakan moneter dan

kebijakan makroprudensial.

Sebagai bank sentral, BI memerlukan model struktural yang menggambarkan

perilaku agen-agen perekonomian dalam merespons kebijakan, baik moneter

maupun makroprudensial yang dikeluarkannya. Otoritas memerlukan model yang

dapat menggambarkan bagaimana kebijakan moneter dan makroprudensial

berinteraksi dalam mewujudkan kestabilan makroekonomi dan kestabilan sistem

keuangan. Salah satu model yang dapat menangkap perilaku tersebut adalah model

struktural berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE). Model DSGE

telah dikembangkan dan digunakan oleh beberapa bank sentral, seperti European

Central Banks, the Federal Reserve, Bank of Canada, Norges Bank, dan Sveriges

Riskbank.

Model DSGE memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan model

ekonomi lainnya. Kelebihan tersebut terutama dalam hal berikut: i) memiliki

landasan mikroekonomi yang jelas karena mencakup agen-agen perekonomian yang

fungsi utilitasnya akan dioptimalkan; ii) robust terhadap Lucas Critique; iii) memiliki

welfare analysis yang jelas karena dapat membandingkan beberapa kebijakan

secara bersamaan; dan iv) dapat digunakan untuk melakukan formulasi kebijakan

yang optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun model makrofinansial berbasis

DSGE dengan data dan karakteristik ekonomi Indonesia. Model ini merupakan

kelanjutan dari pengembangan model yang telah dilakukan pada tahun 2017

(Purwanto dkk., 2017). Model DSGE awal yang dikembangkan pada tahun 2017

tersebut mengasumsikan closed economy. Model yang dikembangkan dalam

penelitian ini mengasumsikan small open economy dengan sektor perbankan yang

lebih terperinci sehingga dimungkinkan untuk melakukan simulasi transmisi

kebijakan moneter dan makroprudensial ke sektor riil. Model yang dibangun

variabel dan parameternya dikalibrasi dengan menggunakan data Indonesia terkini.

Page 4: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

2

Pada penelitian ini kebijakan moneter yang dimodelkan adalah suku bunga

kebijakan, sedangkan kebijakan makroprudensial yang dimodelkan terdiri atas Loan

to Value ratio requirement (LTV ratio), minimum Capital Adequacy Ratio (CAR)

requirement, dan kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) yang baru

diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2017. Dalam penelitian ini, selain simulasi

shock kebijakan moneter dan makroprudensial, dilakukan analisis bauran

kebijakan optimal ketika ekonomi menghadapi technological shock.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa instrumen makroprudensial yang

dimodelkan memiliki karakteristik countercyclical sehingga dapat digunakan untuk

mengurangi (menambah) laju pertumbuhan kredit dan berdampak pada

perlambatan (percepatan) laju pertumbuhan ekonomi. Hasil simulasi model juga

menunjukkan bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial

memiliki kinerja yang lebih baik dalam mencapai stabilitas makroekonomi dan

sistem keuangan jika dibandingkan dengan hanya mengimplementasikan kebijakan

moneter dalam menghadapi technological shock.

Penulisan karya ilmiah ini terbagi ke dalam lima bagian. Bagian 1 (satu)

mengenai pendahuluan, bagian 2 (dua) menjabarkan kajian literatur terkait model

DSGE dan kebijakan makroprudensial. Penjelasan mengenai model dan persamaan

fungsi utilitas dari agen-agen yang digunakan disediakan pada bagian 3 (tiga).

Bagian 4 (empat) membahas mengenai angka kalibrasi dan simulasi model. Pada

bagian akhir, bagian 5 (lima) akan menjelaskan simpulan dan saran untuk

kelanjutan penelitian ini.

Page 5: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

3

2. Studi Literatur

2.1. Studi Terdahulu

Salah satu penelitian yang banyak dijadikan dasar pengembangan model

untuk simulasi kebijakan makroprudensial di berbagai bank sentral adalah

penelitian Gerali et al. (2010). Penelitiannya menggunakan model DSGE untuk

ekonomi tertutup dengan financial frictions dan sektor perbankan. Gerali et al.

mengestimasi model DSGE dengan data Euro Area dengan menggunakan metode

Bayesian. Friksi di pasar finansial/kredit dalam model berupa borrowing constraint

dan sektor perbankan yang beroperasi pada kondisi monopolistic competitive. Di

dalam model tersebut terdapat agen rumah tangga (patient dan impatient),

pengusaha, monopolistically-competitive financial intermediaries (banks), capital

goods producers, goods retailers, dan otoritas kebijakan moneter. Dalam model

Gerali et al., penambahan โ€œfinancial channelโ€ memberikan dampak pada ekonomi

riil melalui spread suku bunga. Selain itu, shock yang terjadi pada sektor keuangan

atau perbankan merupakan faktor yang paling berdampak pada jatuhnya output di

Euro area selama periode GFC. Hasil simulasi memberikan gambaran bahwa dengan

skenario โ€œcredit crunchโ€ terdapat potensi yang berdampak besar pada output dan

investasi.

Di Indonesia telah dilakukan penelitian yang mengacu pada model yang

dikembangkan oleh Gerali et al. (2010) dan telah disesuaikan dengan kondisi di

Indonesia. Harmanta et al. (2012) melakukan modifikasi pada model Gerali et al.

dengan menerapkan asumsi small open economy, financial frictions berupa collateral

constraints, sektor perbankan, serta penambahan agen pemerintah. Model ini

mampu menyimulasikan kebijakan moneter (suku bunga BI) dan kebijakan

makroprudensial (simulasi perubahan Giro Wajib Minimum (GWM), minimum CAR

requirement, dan LTV ratio) serta dapat digunakan untuk melakukan analisis

kebijakan guna menghadapi shock yang berasal dari sektor perbankan.

Harmanta et al. (2013) melakukan penyempurnaan pemodelan financial

frictions di model DSGE sebelumnya dengan memasukkan pendekatan financial

accelerator. Financial accelerator diterapkan pada agen pengusaha yang

menyewakan hasil investasi modal yang dimilikinya.

Perbandingan beberapa penelitian terkait dengan DSGE dan kebijakan

makroprudensial dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 6: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

4

Tabel 2.1. Penelitian terkait DSGE dan Kebijakan Makroprudensial

Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-

densial

Gerali et al. (2010)

Data Eropa dengan teknik

Bayesian

Mengetahui peran bank dan imperfect competition pada

sektor perbankan dalam transmisi kebijakan moneter dan technology shock.

Shock yang berasal dari

sektor perbankan memberikan dampak yang

besar pada penurunan output Euro tahun 2008, sedangkan shock dari

makroekonomi memberi dampak yang kecil

Patient households, Impatient households, Pengusaha Loans and deposits demand, Banks: wholesale branch & retail banking (loan branch dan deposit branch), Labor market, Capital goods producers, Goods retailers, Monetary Policy

LTV ratio

Drehman

et al. (2011)

36 negara

dengan tambahan Euro Area dengan signal extraction method

Meneliti kinerja

variabel yang berbeda sebagai anchors untuk

menetapkan besar countercyclical regulatory capital buffer bagi bank

Deviasi antara rasio credit-to-GDP dan tren jangka

panjangnya memberikan performa terbaik sebagai leading indikator pada fase

build-up. Indikator lain, seperti credit spread lebih

baik sebagai indikator dalam fase release.

Counter-

cyclical Capital Buffer (CCB)

Agenor et al. (2011)

Data Brazil

DSGE dengan imperfect credit markets. Closed economy.

Meneliti peran dari regulasi bank kapital

dan kebijakan moneter dalam mengurangi prosiklikalitas dan

mengembangkan kebijakan makroekonomi dan stabilitas keuangan

Hasil numerik menunjukkan bahwa walaupun kebijakan

moneter dapat berpengaruh kuat terhadap deviasi inflasi dari target, penggabungan aturan suku bunga credit-augmented dan Basel III-type countercyclical capital regulatory rule dapat

mengoptimalkan stabilitas ekonomi secara keseluruhan

Infinitely-lived households

(constrained dan unconstrained), intermediate &

finan good producer, Capital good producer, Bank, Pemerintah, Bank Sentral

(mandatnya termasuk regulasi terhadap bank)

Min CAR Requirement

Chadha dan Currado

(2012)

UK General Equilibrium

Monetary Model

Penggunaan kebijakan makroprudensial

pada sistem perbankan menggunakan likuiditas dan

penahanan modal. Bank dapat memilih optimal mix dari aset

mereka, baik untuk reserve kepada bank

sentral maupun pinjaman swasta.

BASEL III membuat bank komersial mendapat insentif untuk menyimpan aset

likuid yang lebih besar, seperti reserves, tetapi juga

memberikan insentif untuk meningkatkan variasi siklus pada penyimpanan reserve.

Household and production sector, Commercial Banks and Asset Management, Central bank

Page 7: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

5

Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-

densial

Kannan et al.

(2012)

US DSGE model

dengan Housing

Meneliti respons kebijakan yang tepat

atas beberapa pertanyaan: โ€ข manfaat dari bereaksi terhadap

sinyal kerentanan pada sistem keuangan โ€ข apakah kebijakan

moneter merupakan alat yang tepat dalam merespons indikator tersebut

ataukah kebijakan lain yang sebaiknya digunakan โ€ข trade off antara

kebijakan yang berfokus pada kestabilan output gap dan inflasi dan

mencoba untuk mengurangi risiko asset price

Reaksi moneter yang kuat terhadap mekanisme

akselerator yang mendorong pertumbuhan kredit dan harga rumah dapat membantu stabilitas

makroekonomi. Penggunaan instrumen makroprudensial yang didesain secara khusus untuk meredam siklus pasar

kredit juga dapat membantu menjaga kestabilan ketika perekonomian menghadapi shock sektor keuangan dan

permintaan perumahan.

Households (savers dan

borrowers), Financial intermediaries, Producers (intermediate and final goods producers)

Min CAR Requirement, LTV ratio

Angelini et al. (2012)

Euro area DSGE

Meneliti interaksi antara kebijakan makroprudensial

dan kebijakan moneter.

Dalam kondisi "normal" (ketika siklus ekonomi didorong oleh shock di sisi

supply), kebijakan

makroprudensial memberi manfaat yang tidak terlalu

besar untuk stabilitas makroekonomi jika dibandingkan dengan dunia yang "monetary-policy-only".

Kurangnya kerja sama antara otoritas makroprudensial dan bank sentral akan menghasilkan

kebijakan yang bertentangan sehingga hasilnya kurang optimal. Manfaat menggunakan kebijakan

makroprudensial cenderung cukup besar ketika terjadi shock keuangan yang memengaruhi supply kredit

dan penting dalam mendorong dinamika ekonomi.

Households (patient and impatient), pengusaha, bank

Min CAR Requirement, LTV ratio

Suh (2012)

US DSGE model dengan financial frictions

Meneliti interaksi antara kebijakan makroprudensial dan kebijakan

moneter menggunakan DSGE model dengan financial frictions

Kebijakan makroprudensial dapat menstabilkan siklus kredit. Memaksimalkan welfare dalam kebijakan

moneter hanya mengarah pada kestabilan inflasi dan kebijakan makroprudensial

yang hanya menstabilkan kredit.

Households

(penabung dan peminjam), Pengusaha,

Financial contract (business & household loan)

dan financial intermediary,

Modal dan

produsen barang-barang retail

Min CAR Requirement, LTV ratio

Cecchetti

& Kohler (2014)

Sederhana,

Statis, model linear

meneliti apakah

syarat kecukupan modal dan suku bunga dapat menjadi pengganti dalam

memenuhi tujuan kestabilan ekonomi

Kedua tools tersebut dapat

menjadi pengganti dalam memenuhi tujuan kebijakan moneter konvensional. Selain itu, pada prinsipnya

kedua variabel tersebut dapat memenuhi tujuan stabilitas keuangan.

Minimum CAR requirement

Page 8: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

6

Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-

densial

Quint & Rabanal

(2014)

Euro Area, Bayesian

DSGE, real, nominal, dan financial frictions dari

kebijakan moneter dan

makropru-densial.

Mencari optimal mix kebijakan moneter

dan makroprudensial dalam estimasi model dua negara

euro area

Penggunaan kebijakan makroprudensial dapat

mengurangi volatilitas makroekonomi, meningkatkan welfare, dan

secara parsial mengganti

peran kebijakan moneter yang masih belum tepat

Domestic dan international intermediaries, Households

(penabung dan

peminjam), Perusahaan, teknologi, dan nominal rigidities final & intermediate goods producers.

LTV ratio

Alpand, et al. (2014)

Kanada DSGE dengan real, nominal, dan financial friction

Melihat dampak kebijakan makroprudensial terhadap

perekonomian dengan 4 pendekatan: - Interaksi rumah

tangga, perusahaan, dan bank - Risk taking channel investor

- Penggabungan utang jangka panjang rumah tangga dan

pengusaha untuk beberapa periode - interaksi antara

instrumen makroprudensial (LTV dan CAR)

Kebijakan tertarget (misalnya LTV) merupakan kebijakan yang paling efektif dan paling murah,

selanjutnya diikuti oleh regulasi bank kapital dan kebijakan moneter.

Patient dan impatient households, Banks

(intermediaries),

dan pengusaha.

Minimum CAR requirement, LTV ratio

Ferreira

dan Nakane (2015)

Brazil

Bayesian

Kebijakan

makroprudensial dan moneter

Insentif untuk menahan aset

likuid dilemahkan oleh peningkatan berlebihan pada external financial premium.

โ€ข Household

(patient dan impatient household)

โ€ข Bank (monopolistically competitive bank)

โ€ข Pengusaha โ€ข Bank Sentral

CCB

Vermandel (2015)

Euro Zone 2 countries

DSGE

Mengetahui bentuk instrumen

makroprudensial yang paling sesuai dengan federasi,

seperti Euro Zone

Terdapat kemungkinan konflik antara implementasi

makroprudensial yang heterogen pada level federal dan nasional apabila

menggunakan instrumen tunggal.

โ€ข Households

โ€ข Firma โ€ข Pengusaha โ€ข Bank โ€ข Capital Supplier

โ€ข Bank Sentral

CCB, sectoral Capital Req., LTV, Loan to Income, LCR, Net

Stable Funding Ratio, LDR, Margin & Haircut Req., Large Exposure Req., CCP clearing req., SIFI capital surcharge, Increased disclosure, Structural systemic risk buffer

Tjahyono dan Waluyo

(2010)

Indonesia DSGE dengan financial accelerator

Mengembangkan model DSGE dengan memasukkan faktor financial accelerator (efek procyclicality)

Dampak kebijakan moneter pada makroekonomi lebih tinggi jika memperhitungkan financial accelerator.

-

Page 9: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

7

Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-

densial

Harmanta et al.

(2012)

Indonesia โ€ข model untuk small open economy

โ€ข dilengkapi oleh financial frictions

berupa collateral constraints

dan sektor perbankan

Mengembangkan

model DSGE dengan sektor perbankan dan mencakup financial friction

pada rumah tangga berupa collateral constraints

simulasi kebijakan moneter dan makroprudensial

Analisis kebijakan dalam menghadapi shock dari sektor

perbankan

Kebijakan moneter penting

untuk dilaksanakan tepat waktu untuk menghadapi shock yang berasal dari

sektor perbankan

Peningkatan LTV ratio requirement untuk kredit

rumah tangga/

perusahaan akan mendorong peningkatan hasil dan inflasi.

Patient dan impatient households;

pengusaha; Capital good producers; housing producers; final

(konsumsi)

produsen barang; retailer domestik; Exporting retailers;

Importing retailers; Bank;

Pemerintah, dan

Bank Sentral.

Minimum CAR requirement minimum, LTV ratio, GWM

Harmanta et al.

(2013) dan (2014)

Indonesia DSGE

Menyempurnakan

model sebelumnya dengan menambah financial frictions pada sisi

pengusaha berupa financial accelerator di samping frictions

pada sisi household berupa collateral constraints

Melakukan simulasi kebijakan

moneter dan makroprudensial

Melakukan analisis kebijakan

yang diperlukan dalam menghadapi shock yang berasal

dari sektor perbankan

Shock pada sektor

perbankan menyebabkan penurunan PDB dan inflasi

Policy mix antara moneter

dan makroprudensial akan menghasilkan PDB dan inflasi yang stabil, juga

mengontrol konsumsi dan permintaan impor.

Households:

patient dan impatient households

serta

pengusaha (entrepreneur)

Produsen: capital good producers, housing producers, dan

final (konsumsi) produsen

barang

Retail: retail domestik, exporting retailers, dan importing retailers

Bank

Pemerintah

dan Bank Sentral

Minimum CAR requirement minimum, LTV ratio, GWM

Page 10: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

8

3. Model dan Persamaan

3.1. Model Makrofinansial Berbasis DSGE

Model makrofinansial berbasis DSGE yang dibangun pada penelitian ini

merupakan pengembangan dari model DSGE sebelumnya dengan menambahkan

asumsi perekonomian yang bersifat terbuka (small open economy). Model dasarnya

tetap mengacu pada model Gerali et al. (2010). Pemodelan small open economy untuk

Indonesia mengikuti model yang dikembangkan oleh Purwanto (2017). Kerangka

model DSGE yang dibangun dapat dilihat pada skema berikut.

Gambar 3.1 Kerangka Model DSGE

Keterangan: C : Consumption BE : Borrowing to entrepreneur D : Deposits BG : Borrowing to government K : Capital B* : Borrowing to external (ROW) L : Labour YE : Output H : Housing YF : Import I : Investation YH : Domestic BI : Borrowing to impatient household YH* : Export

Agen yang terdapat di dalam model terbagi menjadi rumah tangga

(households), pengusaha (entrepreneurs), bank, produsen (producers), pengecer

Housing Producers

Impatient Households

Patient Households

Entepreneurs

Capital Goods Producers

Domestic Retailers

Banks

Government/ Central Banks

BGExporting Retailers

Finished Goods Producers

Importing Retailers

External(Rest of The

World)

YE

YH

YH*

K

L

L&K

BE

C

H

CK

B*

D

H

BI

YFYH*

YF

C

I

I

Page 11: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

9

(retailers), dan sektor eksternal (rest of the world). Agen rumah tangga terbagi

menjadi savers dan borrowers.

Berbeda dengan model DSGE sebelumnya, savers, selain melakukan

konsumsi, investasi perumahan, bekerja untuk pengusaha, melakukan investasi

kapital dan memiliki akses ke pasar keuangan internasional. Pendapatan yang

diperolah dari pengusaha digunakan oleh savers untuk membiayai pengeluarannya.

Selain itu, savers menyimpan sebagian pendapatannya di bank. Dalam penelitian

ini, selanjutnya savers disebut sebagai patient household.

Borrowers melakukan konsumsi, investasi perumahan, dan bekerja untuk

pengusaha. Untuk membiayai pengeluarannya, selain dari pendapatan yang

diperoleh dari pengusaha, borrowers meminjam dari bank. Jumlah pinjaman yang

dapat diperoleh dari bank dibatasi oleh borrowing constraint yang terkait dengan

jumlah agunan yang dimiliki dalam bentuk aset perumahan (housing). Selanjutnya,

borrowers disebut sebagai impatient household.

Agen pengusaha menjalankan usaha untuk memproduksi barang

menggunakan tenaga kerja dari rumah tangga dan barang modal yang dibeli dari

capital goods producers. Dalam menjalankan usahanya, pengusaha mendapat

pinjaman dari bank untuk investasi dan modal kerja. Jumlah pinjaman yang dapat

diperoleh dari bank juga dibatasi oleh borrowing constraint yang terkait dengan

jumlah agunan yang dimiliki dalam bentuk aset barang modal. Karena memperoleh

sebagian barang modal yang digunakan untuk proses produksi dari patient

household, pengusaha juga harus membayar sewa barang modal tersebut ke patient

household.

Bank memegang peranan penting dalam proses intermediasi keuangan dalam

model. Bank mengumpulkan deposito dari savers dan menyalurkan pinjaman ke

impatient households dan pengusaha. Model ini mengasumsikan bahwa bank hanya

dapat menambah modalnya melalui retained earnings. Dalam menentukan

portofolio asetnya, bank dipengaruhi oleh CAR requirement dan Rasio Intermediasi

Makroprudensial (RIM) yang ditentukan oleh otoritas yang berwenang.

Agen retailers (pengecer) yang terdapat dalam model terbagi menjadi tiga,

yaitu domestic retailers, exporting retailers, dan importing retailers. Domestic retailers

dan exporting retailers mengubah homogeneous goods yang dibeli dari pengusaha

menjadi differentiated goods, lalu menjualnya ke pasar domestik dan pasar luar

negeri (export). Sementara itu, importing retailers mengubah homogeneous goods

Page 12: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

10

yang diperoleh dari pasar luar negeri menjadi differentiated goods, lalu menjualnya

ke pasar domestik. Finished goods producers akan menggabungkan differentiated

goods yang diperoleh dari domestic retailers dan importing retailers menjadi barang

final yang dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi dan investasi.

3.1.1. Households (Rumah Tangga)

Patient Households

Patient household memaksimalkan fungsi utilitas berikut.

Max๐ธ0โˆ‘๐›ฝ๐‘๐‘ก [ํœ€๐‘ก

๐‘ง log( ๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)) + ๐‘—ํœ€๐‘ก

โ„Ž log โ„Ž๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) โˆ’

๐‘™๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)1+โˆ…

1 + โˆ…]

โˆž

๐‘ก=0

(3.1)

Fungsi utilitas patient household ini bergantung pada pilihan tingkat konsumsi ๐‘๐‘ก๐‘ƒ,

kepemilikan aset perumahan (housing services) โ„Ž๐‘ก๐‘ƒ, lama waktu bekerja ๐‘™๐‘ก

๐‘ƒ, dan faktor

diskon ๐›ฝ๐‘ƒ3. Budget constraint yang dihadapi oleh patient household adalah

๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) + ๐‘ž๐‘ก

๐‘˜ (๐‘˜๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1

๐‘ƒ (๐‘–)) + ๐‘ž๐‘กโ„Ž (โ„Ž๐‘ก

๐‘ƒ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)โ„Ž๐‘กโˆ’1๐‘ƒ (๐‘–)) + ๐‘‘๐‘ก(๐‘–)

+ ๐‘’๐‘ก(1 + ๐œŒ๐‘กโˆ’1)(1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1โˆ— )

๐ต๐‘กโˆ’1โˆ— (๐‘–)

๐œ‹๐‘ก

โ‰ค ๐‘ค๐‘ก๐‘ƒ๐‘™๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) + (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1

๐‘‘ )๐‘‘๐‘กโˆ’1(๐‘–)

๐œ‹๐‘ก+ ๐‘…๐‘ก

๐‘˜๐‘ž๐‘ก๐‘˜๐‘˜๐‘กโˆ’1

๐‘ (๐‘–) + ๐‘’๐‘ก๐ต๐‘กโˆ—(๐‘–) + ๐‘ก๐‘ก

๐‘ƒ(๐‘–)

(3.2)

Patient household memiliki pendapatan atas penyediaan tenaga kerja bagi

pengusaha ๐‘ค๐‘ก๐‘ƒ๐‘™๐‘ก๐‘ƒ (dengan ๐‘ค๐‘ก

๐‘ƒ penghasilan riil patient household), pendapatan bunga

deposito periode sebelumnya (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘ )

๐‘‘๐‘กโˆ’1

๐œ‹๐‘ก (dengan ๐œ‹๐‘ก =

๐‘ƒ๐‘ก

๐‘ƒ๐‘กโˆ’1 adalah gross inflation),

dan ๐‘ก๐‘ก๐‘ƒ yang merupakan lump-sum transfer (antara lain dividen dari perusahaan dan

bank yang diasumsikan dimiliki oleh patient household). Sebagai tambahan, patient

household juga memperoleh pendapatan dari sewa barang modal yang dibebankan

kepada pengusaha dengan rate sebesar ๐‘…๐‘ก๐‘˜ dan memperoleh pinjaman dari luar

negeri ๐ต๐‘กโˆ— karena terbukanya akses terhadap pasar keuangan internasional.

Penghasilan yang diperoleh digunakan untuk membiayai konsumsi saat ini,

investasi barang modal (dengan harga riil ๐‘ž๐‘ก๐‘˜ dan tingkat depresiasi ๐›ฟ๐‘˜), investasi

housing (dengan harga riil ๐‘ž๐‘กโ„Ž dan tingkat depresiasi nilai rumah ๐›ฟโ„Ž), membayar

bunga pinjaman luar negeri periode sebelumnya, dan menyimpan sisanya dalam

deposito ๐‘‘๐‘ก.

3 Terdapat dua shock di dalam persamaan, yaitu ํœ€๐‘ก

๐‘ง shock terhadap konsumsi, dan ํœ€๐‘กโ„Ž shock terhadap

housing demand. Kedua shock tersebut merupakan shock intertemporal yang memiliki dinamika AR (1) dengan eror yang i.i.d.

Page 13: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

11

Terkait dengan akses pasar keuangan internasional diasumsikan bahwa

pembayaran pinjaman internasional oleh patient household dipengaruhi oleh suku

bunga internasional (๐‘Ÿ๐‘กโˆ—) dan country risk premium (๐œŒ๐‘กโˆ’1). Diasumsikan juga bahwa

country risk premium ditentukan oleh nilai rasio pinjaman internasional terhadap

output:

(1 + ๐œŒ๐‘ก) = ๐‘’๐‘ฅ๐‘ (โˆ’๐œ‘๐‘’๐‘ก๐ต๐‘ก

โˆ—

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ ) ํœ€๐‘ก

๐œŒ

(3.3)

Impatient Household

Impatient household memaksimalkan fungsi utilitas berikut:

Max๐ธ0โˆ‘๐›ฝ๐ผ๐‘ก

โˆž

๐‘ก=0

[ํœ€๐‘ก๐‘งlog(๐‘๐‘ก

๐ผ(๐‘–)) + ๐‘—ํœ€๐‘กโ„Žlogโ„Ž๐‘ก

๐ผ(๐‘–) โˆ’๐‘™๐‘ก๐ผ(๐‘–)1+๐œ™

1 + ๐œ™]

(3.4)

Fungsi utilitas untuk impatient household tidak jauh berbeda dengan patient

household, yaitu bergantung pada pilihan tingkat konsumsi ๐‘๐‘ก๐ผ, housing services โ„Ž๐‘ก

๐ผ,

dan lama waktu bekerja ๐‘™๐‘ก๐ผ4.

Budget constraint yang dihadapi oleh impatient household adalah

๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘–) + ๐‘ž๐‘ก

โ„Ž (โ„Ž๐‘ก๐ผ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)โ„Ž๐‘กโˆ’1

๐ผ (๐‘–)) + (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป )

๐‘๐‘กโˆ’1๐ผ (๐‘–)

๐œ‹๐‘ก= ๐‘ค๐‘ก

๐ผ๐‘™๐‘ก๐ผ(๐‘–) + ๐‘๐‘ก

๐ผ(๐‘–) (3.5)

Untuk membiayai pengeluarannya, impatient household mendapatkan pemasukan

dari penghasilannya ๐‘ค๐‘ก๐ผ๐‘™๐‘ก๐ผ (dengan wt

๐ผ merupakan penghasilan riil untuk impatient

household) dan mendapatkan pinjaman bank sebesar ๐‘๐‘ก๐ผ. Oleh karena itu, impatient

household memiliki kewajiban untuk membayar pinjaman yang dilakukan pada

periode sebelumnya, yaitu sebesar (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป )

๐‘๐‘กโˆ’1๐ผ

๐œ‹๐‘ก (pengembalian pokok pinjaman dan

bunga sebesar ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป ).

Selain budget constraint, impatient household juga memiliki borrowing

constraint. Hal itu disebabkan dalam melakukan pinjaman untuk membiayai

pengeluarannya, total pinjaman yang dapat diperoleh impatient household dibatasi

oleh nilai aset perumahan yang dimilikinya dikalikan dengan syarat LTV ratio, yaitu

sebesar ๐‘š๐‘ก๐ผ. Persamaan borrowing constraint dapat dituliskan sebagai berikut.

(1 + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป)๐‘๐‘ก

๐ผ(๐‘–) โ‰ค ๐‘š๐‘ก๐ผ(1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)๐ธ๐‘ก[๐‘ž๐‘ก+1

โ„Ž โ„Ž๐‘ก๐ผ(๐‘–)๐œ‹๐‘ก+1] (3.6)

4 Sama seperti pada persamaan patient households ํœ€๐‘ก

โ„Ž dan ํœ€๐‘กโ„Ž merupakan shock terhadap housing

demand dan konsumsi.

Page 14: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

12

Dari sisi makroekonomi, ๐‘š๐‘ก๐ผ menentukan besarnya jumlah pinjaman yang

ditawarkan bank kepada household untuk nilai aset perumahan yang dimilikinya.

Diasumsikan bahwa variasi dari rasio LTV ini tidak tergantung pada pilihan tiap-

tiap bank, tetapi pada suatu proses eksogen yang dinamikanya memungkinkan kita

untuk mempelajari transmisi kebijakan LTV ratio requirement terhadap sektor riil.

3.1.2. Entrepreneurs

Entrepreneur (pengusaha) memaksimalkan fungsi utilitas berikut:

Max๐ธ0โˆ‘๐›ฝ๐ธ๐‘ก

โˆž

๐‘ก=0

log (๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘–))

(3.7)

Budget constraint yang dihadapi oleh pengusaha adalah

๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘–) + ๐‘ค๐‘ก

๐‘ƒ ๐‘™๐‘ก ๐‘ƒ(๐‘–) + ๐‘ค๐‘ก

๐ผ ๐‘™๐‘ก ๐ผ (๐‘–) + (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1

๐‘๐ธ ) ๐‘๐‘กโˆ’1 ๐ธ (๐‘–)

๐œ‹๐‘ก+ ๐‘ž๐‘ก

๐‘˜ (๐‘˜๐‘ก๐ธ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1

๐ธ (๐‘–))

+ ๐‘…๐‘ก๐‘˜๐‘ž๐‘ก๐‘˜๐‘˜๐‘กโˆ’1๐‘ (๐‘–) =

๐‘ƒ๐‘ก๐ธ

๐‘ƒ๐‘ก๐‘ฆ๐‘ก๐ธ(๐‘–) + ๐‘๐‘ก

๐ธ(๐‘–)

(3.8)

Pengusaha memperoleh pendapatan dari penjualan hasil produksi homogeneous

intermediate goods kepada pengecer dengan harga ๐‘ƒ๐‘ก๐ธ dan pinjaman baru dari bank

๐‘๐‘ก ๐ธ. Pendapatan dari pengusaha digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi

๐‘๐‘ก๐ธ, membayar jasa pekerja untuk keperluan produksi yang berasal dari patient

household ๐‘ค๐‘ก ๐‘ƒ ๐‘™๐‘ก ๐‘ƒ dan impatient household ๐‘ค๐‘ก

๐ผ ๐‘™๐‘ก ๐ผ , membayar pokok utang beserta

bunganya dari utang periode sebelumnya, berinvestasi barang modal dengan tingkat

harga ๐‘ž๐‘ก ๐‘˜ dan tingkat depresiasi ๐›ฟ๐‘˜, serta membayar sewa barang modal kepada

patient household.

Sama halnya dengan impatient household, pengusaha juga memiliki

borrowing constraint yang dikaitkan dengan nilai barang modal yang dimilikinya

dengan persamaan sebagai berikut:

(1 + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ) ๐‘๐‘ก

๐ธ(๐‘–) โ‰ค ๐‘š๐‘ก ๐ธ๐ธ๐‘ก[ ๐‘ž๐‘ก+1

๐‘˜ ๐œ‹๐‘ก+1(1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘ก

๐ธ(๐‘–)] (3.9)

dengan ๐‘š๐‘ก ๐ธ adalah tingkat rasio LTV untuk pengusaha dengan asumsi yang sama

dengan ๐‘š๐‘ก ๐ผ 5.

5 Sama halnya dengan Gerali et al. (2010) dan Lacoviello (2005), diasumsikan bahwa ukuran dari

shocks pada model adalah โ€œcukup kecilโ€ sehingga seluruh variabel selalu berada di sekitar steady state. Hal ini memungkinan kita untuk dapat menemukan solusi model dengan mengasumsikan binding borrowing constraint.

Page 15: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

13

Pengusaha memproduksi intermediate goods dan memiliki fungsi produksi sebagai

berikut:

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ(๐‘–) = ๐‘Ž๐‘ก

๐ธ [(๐‘˜๐‘กโˆ’1๐ธ (๐‘–))

๐œŽ(๐‘˜๐‘กโˆ’1๐‘ (๐‘–))

1โˆ’๐œŽ]๐›ผ

๐‘™๐‘ก ๐ธ(๐‘–)1โˆ’๐›ผ

(3.10)

dengan ๐‘Ž๐‘ก๐ธ adalah total factor productivity, ๐‘˜๐‘ก

๐ธ adalah stok kapital yang dimiliki oleh

pengusaha, ๐‘˜๐‘ก๐‘ adalah sewa kapital yang berasal dari patient household, ๐‘™๐‘ก

๐ธ adalah

total input pekerja yang berasal dari impatient household dan patient household.

3.1.3. Domestic Retailers

Homogeneous intermediate goods diproduksi oleh pengusaha, kemudian

dibeli oleh pengecer domestik dan pengecer domestik mengubahnya menjadi

differentiated intermediate goods. Differentiated intermediate goods tersebut dijual

kepada finished goods producers. Dalam penentuan harganya, pengecer domestik

menggunakan pendekatan Calvo sebagai berikut:

๐‘ƒ๐‘ก๐ป = (ํœƒ๐ป(๐‘ƒ๐‘กโˆ’1

๐ป ๐œ‹๐‘กโˆ’1๐ป )1โˆ’๐œ€๐‘…๐ป + (1 โˆ’ ํœƒ๐ป)(๐‘ƒ๐‘กโˆ’1

๐ป )1โˆ’๐œ€๐‘…๐ป)1

1โˆ’๐œ€๐‘…๐ป (3.11)

dengan (1 โˆ’ ํœƒ๐ป) adalah peluang pengecer domestik untuk mengubah harga dan ํœƒ๐ป

adalah peluang untuk tidak melakukan reoptimasi harga. Pengecer domestik yang

tidak melakukan reoptimasi akan menentukan harga sesuai dengan persamaan

๐‘ƒ๐‘ก๐ป = ๐‘ƒ๐‘กโˆ’1

๐ป ๐œ‹๐‘กโˆ’1๐ป .

Pengecer domestik memiliki fungsi utilitas yang memaksimalkan profit sebagai

berikut:

max๐‘ƒ๐‘ก๐ป(๐‘–)

๐ธ๐‘กโˆ‘(๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐ป)๐‘˜๐‘๐‘ก๐‘ƒ

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ

ํœ€๐‘ก+๐‘˜๐‘ง

ํœ€๐‘ก๐‘ง {๐‘ƒ๐‘ก๐ป(๐‘–)

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ป ฮฆ๐‘ก,๐‘˜๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ป (๐‘–) โˆ’๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ธ

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ป ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ป (๐‘–)}

โˆž

๐‘˜=0

(3.12)

dengan kendala

๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜๐ป (๐‘–) = ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ป (๐‘ƒ๐‘ก๐ป(๐‘–)

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ป ฮฆ๐‘ก,๐‘˜)

โˆ’๐œ€๐‘…๐ป

(3.13)

dengan ฮฆ๐‘ก,๐‘˜ = ๐œ‹๐‘ก๐ป๐œ‹๐‘ก+1

๐ป ๐œ‹๐‘ก+2๐ป โ‹ฏ๐œ‹๐‘ก+๐‘˜โˆ’1

๐ป , ฮฆ๐‘ก,0 = 1.

3.1.4. Importing Retailers

Berbeda dengan pengecer domestik, importing retailers membeli homogeneous

intermediate goods dari pasar internasional dan mengubahnya menjadi

differentiated intermediate goods, lalu menjualnya kepada finished goods producers.

Page 16: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

14

Dalam penentuan harganya, importing retailers menggunakan pendekatan Calvo

dengan harga agregat sebagai berikut:

๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜๐ป (๐‘–) = ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ป (๐‘ƒ๐‘ก๐ป(๐‘–)

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ป ฮฆ๐‘ก,๐‘˜)

โˆ’๐œ€๐‘…๐ป

(3.14)

dengan (1 โˆ’ ํœƒ๐น) adalah peluang importing retailer untuk mengubah harga dan ํœƒ๐น

adalah peluang untuk tidak melakukan reoptimasi harga. Importing retailers yang

tidak melakukan reoptimasi akan menetapkan harga sesuai dengan persamaan ๐‘ƒ๐‘ก๐น =

๐‘ƒ๐‘กโˆ’1๐น ๐œ‹๐‘กโˆ’1

๐น .

Importing retailers akan memaksimalkan profit dari fungsi utilitas sebagai berikut:

max๐‘ƒ๐‘ก๐น(๐‘–)๐ธ๐‘กโˆ‘(๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐น)

๐‘˜๐‘๐‘ก๐‘ƒ

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ

ํœ€๐‘ก+๐‘˜๐‘ง

ํœ€๐‘ก๐‘ง {

๐‘ƒ๐‘ก๐น(๐‘–)

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐น ฮฆ๐‘ก,๐‘˜๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐น (๐‘–) โˆ’๐‘’๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜

๐นโˆ—

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐น ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐น (๐‘–)}

โˆž

๐‘˜=0

(3.15)

dengan kendala

๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜๐น (๐‘–) = ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐น (๐‘ƒ๐‘ก๐น(๐‘–)

๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐น ฮฆ๐‘ก,๐‘˜)

โˆ’๐œ€๐น

(3.16)

dengan ฮฆ๐‘ก,๐‘˜ = ๐œ‹๐‘ก๐น๐œ‹๐‘ก+1

๐น ๐œ‹๐‘ก+2๐น โ‹ฏ๐œ‹๐‘ก+๐‘˜โˆ’1

๐น , ฮฆ๐‘ก,0 = 1.

3.1.5. Exporting Retailers

Seperti halnya pengecer domestik, agen exporting retailers membeli

homogeneous intermediate goods yang diproduksi oleh pengusaha dan

mengubahnya menjadi differentiated intermediate goods, kemudian menjualnya ke

pasar internasional.

Persamaan permintaan terhadap barang ekspor adalah sebagai berikut:

๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ—(๐‘–) = (

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—(๐‘–)

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—

)

โˆ’(1+๐œ‡๐ปโˆ—)๐œ‡๐ปโˆ—

๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ—

(3.17)

Barang ekspor dijual oleh exporting retailers ke pasar internasional dengan harga

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—. Agregat volume ekspor dan harga barang ekspor dinyatakan sebagai berikut:

๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ— = (โˆซ(๐‘ฆ๐‘ก

๐ปโˆ—(๐‘–))

11+๐œ‡๐ปโˆ— ๐‘‘๐‘–

1

0

)

1+๐œ‡๐ปโˆ—

(3.18)

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ— = (โˆซ(๐‘ƒ๐ป,๐‘ก

โˆ— (๐‘–))

โˆ’1๐œ‡๐ปโˆ— ๐‘‘๐‘–

1

0

)

โˆ’๐œ‡๐ปโˆ—

(3.19)

Page 17: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

15

Selain itu, diasumsikan bahwa permintaan barang ekspor dari luar negeri

dipengaruhi oleh harga barang ekspor di luar negeri ๐‘ƒ๐‘ก๐‘ฅโˆ—. Parameter yang

menentukan elasticity of substitution dari ekspor ๐œ‡๐ปโˆ— dan permintaan dari luar negeri

๐‘ฆ๐‘กโˆ— dinyatakan oleh persamaan berikut:

๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ— = (1 โˆ’ ํœ‚โˆ—) (

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—

๐‘ƒ๐‘ก๐‘ฅโˆ—)

โˆ’(1+๐œ‡๐ปโˆ—)๐œ‡๐ปโˆ—

๐‘ฆ๐‘กโˆ—

(3.20)

Sama halnya dengan domestic dan importing retailers, penentuan harga

barang exporting retailers dilakukan dengan menggunakan pendekatan Calvo

sebagai berikut:

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ— = (ํœƒ๐ปโˆ—(๐‘ƒ๐‘กโˆ’1

๐ปโˆ— ๐œ‹๐‘กโˆ’1๐ปโˆ— )

1โˆ’๐œ€๐ปโˆ— + (1 โˆ’ ํœƒ๐ปโˆ—)(๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—)

1โˆ’๐œ€๐ปโˆ—)

11โˆ’๐œ€๐ปโˆ—

(3.21)

dengan (1 โˆ’ ํœƒ๐ปโˆ—) adalah peluang exporting retailers untuk mengubah harga dan ํœƒ๐ปโˆ—

adalah peluang untuk tidak melakukan reoptimasi harga. Exporting retailers yang

tidak melakukan reoptimasi harga akan menentukan harga dengan persamaan

๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ— = ๐‘ƒ๐‘กโˆ’1

๐ปโˆ— ๐œ‹๐‘กโˆ’1๐ปโˆ— .

Exporting retailers akan memaksimalkan profit dengan fungsi utilitas sebagai

berikut:

๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—(๐‘–)

๐ธ๐‘กโˆ‘(๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐ปโˆ—)๐‘˜๐‘๐‘ก๐‘ƒ

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ

ํœ€๐‘ก+๐‘˜๐‘ง

ํœ€๐‘ก๐‘ง {

๐‘’๐‘ก๐‘ƒ๐‘ก๐ปโˆ—(๐‘–)

๐‘’๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ—๐›ท๐‘ก,๐‘˜๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ปโˆ— (๐‘–) โˆ’๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ธ

๐‘’๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ—๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ— (๐‘–)}

โˆž

๐‘˜=0

(3.22)

dengan kendala

๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ— (๐‘–) = ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ปโˆ— (๐‘’๐‘ก๐‘ƒ๐‘ก

๐ปโˆ—(๐‘–)

๐‘’๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ—๐›ท๐‘ก,๐‘˜)

โˆ’๐œ€๐ปโˆ—

(3.23)

dengan ๐›ท๐‘ก,๐‘˜ = ๐œ‹๐‘ก๐ปโˆ—๐œ‹๐‘ก+1

๐ปโˆ— ๐œ‹๐‘ก+2๐ปโˆ— โ€ฆ ๐œ‹๐‘ก+๐‘˜โˆ’1

๐ปโˆ— , ๐›ท๐‘ก,0 = 1.

3.1.6. Bank

Bank memegang peranan penting dalam proses intermediasi untuk semua

transaksi keuangan yang dilakukan agen di dalam model. Instrumen keuangan yang

dapat digunakan oleh patient household untuk menabung adalah deposito.

Instrumen keuangan yang dapat digunakan oleh impatient household dan

pengusaha untuk meminjam uang adalah kredit bank.

Di dalam model, sektor perbankan beroperasi pada kondisi monopolistic

competitive. Bank diasumsikan memiliki market power dalam melakukan aktivitas

Page 18: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

16

intermediasinya. Bank memiliki kekuatan dalam menentukan, baik tingkat suku

bunga deposito maupun suku bunga kredit. Selain itu, diasumsikan bahwa terdapat

stickiness dalam suku bunga retail perbankan terhadap dinamika suku bunga

kebijakan.

Setiap bank di dalam model terdiri atas tiga unit, yaitu unit wholesale, unit

loan-retail, dan unit deposit-retail. Unit loan-retail bertanggung jawab untuk

memberikan pinjaman kepada impatient households dan pengusaha, sedangkan

deposit-retail bertanggung jawab untuk menghimpun deposito dari patient

household. Unit-unit tersebut menentukan suku bunga di dalam kondisi

monopolistic competitive. Setiap wholesale unit beroperasi untuk mengelola neraca

keseluruhan bank. Penambahan yang cukup penting pada model DSGE dalam

penelitian ini adalah masuknya variabel kebijakan makroprudensial yang baru,

yaitu Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) di dalam neraca keseluruhan bank.

Wholesale branch

Setiap wholesale branch beroperasi pada kondisi pasar kompetisi sempurna

dan mengelola neraca keseluruhan bank.

๐ต๐‘ก + ๐ต๐‘ก๐บ = (1 โˆ’ ฮ“๐‘ก โˆ’ ฮง๐‘ก)๐ท๐‘ก + ๐พ๐‘ก

๐‘ (3.24)

Aset bank terdiri atas total pinjaman yang disalurkan oleh bank kepada pengusaha

dan impatient households, ๐ต๐‘ก, dan total aset likuid bank-zero risk bonds yang dimiliki

oleh bank, yaitu ๐ต๐‘ก๐บ. Sementara itu, kewajiban bank terdiri atas total deposito yang

dihimpun, yaitu ๐ท๐‘ก, reserve ratio, ฮ“๐‘ก, yang nilainya ditentukan oleh bank dan

dipengaruhi oleh reserve ratio requirement yang ditentukan oleh bank sentral,

tambahan giro RIM, ฮง๐‘ก, yang besarnya ditentukan oleh bank sentral, dan modal

bank, ๐พ๐‘ก๐‘.

Bank mengakumulasikan modal yang dimiliki melalui retained earning:

๐พ๐‘ก๐‘ = (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘)

๐พ๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก+ฯ‰๐‘

๐‘—๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก

(3.25)

dengan ๐‘—๐‘ก๐‘ merupakan profit keseluruhan yang dihasilkan oleh ketiga unit bank, ฯ‰๐‘

menunjukkan porsi pembagian dividen bank, dan ๐›ฟ๐‘ menunjukkan sumber daya

yang digunakan dalam mengatur modal bank. Aturan mengenai dividen

diasumsikan eksogen sehingga modal bank bukan merupakan variabel pilihan

untuk bank. Fungsi utilitas dari wholesale unit adalah

Page 19: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

17

๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ{๐ต๐‘ก , ๐ท๐‘ก, ๐ต๐‘ก

๐บ}๐ธ0โˆ‘ฮ›0,๐‘ก๐‘ƒ [(1 + ๐‘…๐‘ก

๐‘)๐ต๐‘ก โˆ’ ๐ต๐‘ก+1 + (1 + ๐‘…๐‘ก)๐ต๐‘ก๐บ โˆ’ ๐ต๐‘ก+1

๐บ +๐ท๐‘ก+1

โˆž

๐‘ก=0

โˆ’ (1 + ๐‘…๐‘ก๐‘ค๐‘‘)๐ท๐‘ก + ฮ“๐‘ก๐ท๐‘ก + ฮง๐‘ก๐ท๐‘ก โˆ’ ฮ“๐‘ก+1๐ท๐‘ก+1 โˆ’ ฮง๐‘ก+1๐ท๐‘ก+1 + โˆ†๐พ๐‘ก+1

๐‘

โˆ’๐œ…๐พ๐‘2(๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘กโˆ’ ๐œ๐‘ก

๐‘)

2

๐พ๐‘ก๐‘]

(3.26)

Dengan jabaran bahwa ๐œ…๐พ๐‘ adalah parameter biaya deviasi dari target CAR, ๐‘ฃ๐‘

adalah target CAR dari bank (yang dipengaruhi oleh minimum CAR requirement), ๐‘…๐‘ก

adalah suku bunga kebijakan, ๐‘…๐‘ก๐‘ adalah tingkat suku bunga kredit wholesale, dan

๐‘…๐‘ก๐‘ค๐‘‘ tingkat suku bunga deposit wholesale.

Pada kondisi ๐ถ๐ด๐‘… =๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘ก= ๐œ๐‘ก

๐‘6, maka ๐‘…๐‘ก๐‘ = ๐‘…๐‘ก, sedangkan dalam keadaaan ๐ถ๐ด๐‘… =

๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘ก> ๐œ๐‘ก

๐‘, bank akan bereaksi untuk menurunkan CAR dengan meningkatkan jumlah

penyaluran pinjaman ๐ต๐‘ก (dengan menurunkan ๐‘…๐‘ก๐‘ ) sehingga besarnya CAR dapat

mendekati besaran aturan minimum, yaitu ๐ถ๐ด๐‘… โ‰ˆ ๐œ๐‘ก๐‘.

Dalam kondisi ๐บ๐‘Š๐‘€ = ฮ“๐‘ก = 0, ๐‘…๐‘ก๐‘ค๐‘‘

๐‘…๐‘ก= 1, sedangkan dalam kondisi ๐บ๐‘Š๐‘€ > 0, bank akan

mengalami peningkatan opportunity cost dalam penyaluran dana sehingga bank

bereaksi untuk menurunkan cost dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk

mengumpulkan deposito atau setara dengan menurunkan ๐‘…๐‘ก๐‘ค๐‘‘.

Loan-Retail Branch

Loan-retail branch mendapatkan wholesale loans ๐ต๐‘ก dari wholesale unit

dengan suku bunga ๐‘…๐‘ก๐‘, kemudian menyalurkannya kepada household dan

pengusaha dengan menerapkan dua markup yang berbeda. Stickiness dan imperfect

bank pass-through diasumsikan terjadi melalui fungsi adjustment cost pada

perubahan suku bunga pinjaman yang dihadapi tiap-tiap bank dalam bentuk

persamaan quadratic. Besarnya biaya tersebut ditentukan oleh parameter ๐œ…๐‘๐ธ dan

๐œ…๐‘๐ป.

Retail loan bank memaksimalkan fungsi utilitas berikut:

6 Apabila diasumsikan bahwa ๐œ๐‘ก

๐‘ yang merupakan target CAR bank adalah sama nilainya dengan

minimum CAR requirement yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.

Page 20: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

18

max{๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป(๐‘—),๐‘Ÿ๐‘ก

๐‘๐ธ(๐‘—)}๐ธ0โˆ‘ฮ›0,๐‘ก

๐‘ƒ [๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป(๐‘—)๐‘๐‘ก

๐ผ(๐‘—) + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ(๐‘—)๐‘๐‘ก

๐ธ(๐‘—) โˆ’ ๐‘…๐‘ก๐‘๐ต๐‘ก(๐‘—)

โˆž

๐‘ก=0

โˆ’๐œ…๐‘๐ป2(๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป (๐‘—)

โˆ’ 1)

2

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป๐‘๐‘ก

๐ผ โˆ’๐œ…๐‘๐ธ2(๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ธ (๐‘—)

โˆ’ 1)

2

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ๐‘๐‘ก

๐ธ]

(3.27)

yang bergantung pada permintaan pinjaman impatient household ๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘—), permintaan

pinjaman oleh pengusaha ๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘—).

๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘—) = (

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป )

โˆ’๐œ€๐‘ก๐‘๐ป

๐‘๐‘ก๐ผ

(3.28)

๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘—) = (

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ )

โˆ’๐œ€๐‘ก๐‘๐ธ

๐‘๐‘ก๐ธ

(3.29)

๐ต๐‘ก(๐‘—) = ๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘—) + ๐‘๐‘ก

๐ธ(๐‘—) (3.30)

Deposit-Retail Branch

Serupa dengan loan branch, deposit branch mengumpulkan deposito ๐ท๐‘ก dari

household dan meneruskannya kepada wholesale unit. Suku bunga ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘ adalah suku

bunga deposito yang ditawarkan kepada patient households. Utility function dari

deposit branch adalah sebagai berikut.

max{๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘(๐‘—)}

๐ธ0โˆ‘ฮ›0,๐‘ก๐‘ƒ [๐‘…๐‘ก

๐‘ค๐‘‘๐ท๐‘ก(๐‘—) โˆ’ ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘(๐‘—)๐ท๐‘ก(๐‘—) โˆ’

๐œ…๐‘‘2(๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘ (๐‘—)

โˆ’ 1)

2

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘๐ท๐‘ก]

โˆž

๐‘ก=0

(3.31)

dengan kendala

๐ท๐‘ก(๐‘—) = (๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘ )

โˆ’๐œ€๐‘ก๐‘‘

๐‘‘๐‘ก

(3.32)

3.1.7. Finished Goods Producers

Finished goods producers merupakan agen yang menggabungkan

differentiated goods yang diperoleh dari domestic retailers (๐‘ฆ๐‘ก๐ป) dan importing retailers

(๐‘ฆ๐‘ก๐น) menjadi barang final dan menjualnya di pasar yang bersifat kompetitif

sempurna. Fungsi produksi dari finished goods producers adalah sebagai berikut.

๐‘ฆ๐‘ก = [๐œ‰๐œ‡๐น๐‘ƒ1+๐œ‡๐น๐‘ƒ(๐‘ฆ๐‘ก

๐ป)1

1+๐œ‡๐น๐‘ƒ + (1 โˆ’ ๐œ‰)๐œ‡๐น๐‘ƒ1+๐œ‡๐น๐‘ƒ(๐‘ฆ๐‘ก

๐น)1

1+๐œ‡๐น๐‘ƒ]

1+๐œ‡๐น๐‘ƒ

(3.33)

Page 21: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

19

dengan ๐œ‰ adalah home bias parameter dan ๐œ‡๐น๐‘ƒ adalah parameter elasticity of

substitution antara barang domestik dan barang luar negeri.

Optimisasi dilakukan terhadap profit nominal dari finished goods producers

sebagai berikut:

ฮ ๐‘ก๐น๐‘ƒ = ๐‘ฆ๐‘ก๐‘ƒ๐‘ก โˆ’ ๐‘ฆ๐‘ก

๐ป๐‘ƒ๐‘ก๐ป โˆ’ ๐‘ฆ๐‘ก

๐น๐‘ƒ๐‘ก๐น (3.34)

dengan ๐‘ƒ๐‘ก merupakan harga final barang konsumsi/investasi.

3.1.8. Capital Goods Producers

Capital good producers beroperasi dalam pasar kompetitif sempurna dan

menggunakan barang final yang diproduksi oleh finished goods producer untuk

menghasilkan barang modal. Selain itu, capital good producers menggunakan

barang modal lama yang tidak terdepresiasi, yaitu (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1.

Capital good producers membeli barang final dengan harga ๐‘ƒ๐‘ก dari finished

goods producer untuk meningkatkan stock of effective capital ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘ก, yang dijual kembali

kepada entrepreneur dan patient households pada akhir periode dengan harga ๐‘ž๐‘ก๐‘˜.

Fungsi utilitas dari capital good producer adalah

max{๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘ก, ๐‘–๐‘ก

๐‘˜}๐ธ0โˆ‘ฮ›0,๐‘ก๐‘ƒ (๐‘ž๐‘ก

๐‘˜ฮ”๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘ก โˆ’ ๐‘–๐‘ก๐‘˜)

โˆž

๐‘ก=0

(3.35)

dengan kendala

๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘ก = ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘กโˆ’1 + ํœ€๐‘ก๐‘ž๐‘˜(1 โˆ’

๐œ…๐‘–2(๐‘–๐‘ก๐‘˜

๐‘–๐‘กโˆ’1๐‘˜ โˆ’ 1)

2

) ๐‘–๐‘ก๐‘˜

(3.36)

dengan ฮ”๏ฟฝฬ…๏ฟฝ๐‘ก = ๐‘˜๐‘ก โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1.

Barang modal yang dihasilkan oleh capital good producer dimiliki oleh pengusaha

dan patient household sehingga ๐‘˜๐‘ก = ๐‘˜๐‘ก๐‘ƒ + ๐‘˜๐‘ก

๐ธ.

3.1.9. Housing Producers

Serupa dengan capital good producer, housing producer memiliki fungsi

utilitas sebagai berikut:

max{โ„Žฬ…๐‘ก, ๐‘–๐‘ก

โ„Ž} ๐ธ0โˆ‘ฮ›0,๐‘ก๐‘ƒ (๐‘ž๐‘ก

โ„Žฮ”โ„Žฬ…๐‘ก โˆ’ ๐‘–๐‘กโ„Ž)

โˆž

๐‘ก=0

(3.37)

dengan kendala

Page 22: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

20

โ„Žฬ…๐‘ก = โ„Žฬ…๐‘กโˆ’1 + ํœ€๐‘ก๐‘žโ„Ž(1 โˆ’

๐œ…โ„Ž2(๐‘–๐‘กโ„Ž

๐‘–๐‘กโˆ’1โ„Ž โˆ’ 1)

2

) ๐‘–๐‘กโ„Ž

(3.38)

dengan ฮ”โ„Žฬ…๐‘ก = โ„Ž๐‘ก โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)โ„Ž๐‘กโˆ’1 sebagai flow dari output perumahan.

Aset perumahan dimiliki oleh patient households dan impatient households sehingga

โ„Ž๐‘ก = โ„Ž๐‘ก๐‘ƒ + โ„Ž๐‘ก

๐ผ.

3.1.10. Market Clearings

Kondisi market clearing untuk semua barang yang diproduksi oleh finished

goods producers, barang yang diproduksi pengusaha, pasar perumahan, pasar

modal, balance of payment, dan countryโ€™s risk premium dapat dituliskan dengan

persamaan berikut.

Finished goods producers output:

๐‘ฆ๐‘ก = ๐‘๐‘ก๐‘ƒ + ๐‘๐‘ก

๐ผ + ๐‘๐‘ก๐ธ + ๐‘–๐‘ก

๐‘˜ + ๐‘–๐‘กโ„Ž + ๐›ฟ๐‘

๐พ๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก

(3.39)

Intermediate goods yang diproduksi pengusaha:

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ = ๐‘ฆ๐‘ก

๐ป + ๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ— (3.40)

Pasar perumahan dan pasar modal:

โ„Ž๐‘ก = โ„Ž๐‘ก๐‘ƒ + โ„Ž๐‘ก

๐ผ (3.41)

๐‘˜๐‘ก = ๐‘˜๐‘ก๐‘ƒ + ๐‘˜๐‘ก

๐ธ (3.42)

Balance of payment:

๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐นโˆ—๐‘ฆ๐‘ก

๐น + ๐‘ ๐‘ก(1 + ๐œŒ๐‘กโˆ’1)(1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1โˆ— )(1 + ๐œ๐‘กโˆ’1

โˆ— )๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1โˆ— (๐‘–)

๐œ‹๐‘กโˆ—

= ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐ปโˆ—๐‘ฆ๐‘ก

๐ปโˆ— + ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ—(๐‘–) โˆ’ (ฮ“๐‘ก + ฮง๐‘ก)๐‘‘๐‘ก + (ฮ“๐‘กโˆ’1 + ฮง๐‘กโˆ’1)

๐‘‘๐‘กโˆ’1๐œ‹๐‘ก

โˆ’๐ต๐‘ก๐บ +

๐ต๐‘กโˆ’1๐บ

๐œ‹๐‘ก

(3.43)

First order condition dari fungsi utilitas dengan kendala dari tiap-tiap agen yang telah

dijabarkan dan dapat dilihat pada lampiran.

Page 23: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

21

4. Kalibrasi dan Simulasi

4.1. Kalibrasi

Nilai kalibrasi yang digunakan untuk menentukan steady state dari variabel

endogen dan parameter pada penelitian ini berdasarkan data dan karakteristik

perekonomian Indonesia. Nilai steady state variabel terkait disagregasi produk

domestik bruto (PDB), suku bunga, dan neraca bank dihitung dengan menggunakan

data dari 2000Q3 sampai dengan 2017Q4, sedangkan angka kalibrasi variabel dan

parameter lainnya berdasarkan penelitian Harmanta et al. (2012) dan (2013).

Data yang digunakan untuk disagregasi PDB berasal dari publikasi Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Data suku bunga

kebijakan (7 Days Repo Rate), suku bunga dana pihak ketiga (DPK), suku bunga

kredit rumah tangga (kredit konsumsi), suku bunga kredit ke perusahaan (kredit

investasi dan modal kerja) bersumber dari CEIC dan Bank Indonesia. Data

komposisi neraca bank berasal dari LBU (laporan bulanan bank umum), sedangkan

data variabel sektor eksternal, seperti suku bunga luar negeri (Fed Fund Rate),

menggunakan data dari CEIC.

Nilai steady state variabel-variabel disagregasi PDB diperoleh dengan

menggunakan Hodrick-Prescott Filter (HP Filter) selama periode estimasi. Hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.

Gambar 4.1. Data Asli dan Steady State Variabel Disagregasi PDB

Nilai steady state variabel disagregasi PDB yang digunakan dalam penelitian

ini didasarkan pada nilai rata-rata (mean) dari tiap-tiap variabel dengan pembulatan

2 angka di belakang koma dan dapat dilihat pada tabel 4.1.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

2000

Q1

2000

Q3

2001

Q1

2001

Q3

2002

Q1

2002

Q3

2003

Q1

2003

Q3

2004

Q1

2004

Q3

2005

Q1

2005

Q3

2006

Q1

2006

Q3

2007

Q1

2007

Q3

2008

Q1

2008

Q3

2009

Q1

2009

Q3

2010

Q1

2010

Q3

2011

Q1

2011

Q3

2012

Q1

2012

Q3

2013

Q1

2013

Q3

2014

Q1

2014

Q3

2015

Q1

2015

Q3

2016

Q1

2016

Q3

2017

Q1

2017

Q3

Konsumsi/PDB Konsumsi/PDB_SS Konsumsi Pemerintah/PDB

Konsumsi Pemerintah/PDB_SS Investasi/PDB Investasi/PDB_SS

Ekspor/PDB Ekspor/PDB_SS Impor/PDB

Impor/PDB_SS

Page 24: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

22

Tabel 4.1. Nilai Steady State Variabel Disagregasi PDB

Konsumsi Swasta/PDB

Konsumsi Pemerintah/PDB

Investasi/PDB

Ekspor/PDB Impor/PDB

๐‘

๐‘ฆ๐ธ

๐‘–

๐‘ฆ๐ธ

๐‘ฆ๐ปโˆ—

๐‘ฆ๐ธ

๐‘ฆ๐น

๐‘ฆ๐ธ

Mean 0.579 0.080 0.323 0.234 0.215

Median 0.573 0.083 0.315 0.237 0.221

Maximum 0.622 0.088 0.341 0.253 0.237

Minimum 0.554 0.063 0.308 0.209 0.179

Std. Dev 0.025 0.007 0.013 0.016 0.020

Data investasi yang digunakan di dalam model terbagi menjadi dua, yaitu

investasi perumahan dan investasi barang modal. Nilai steady state investasi

perumahan dihitung dari rasio nilai PDB sektor real estate terhadap PDB total untuk

periode 2010Q1 sampai dengan 2017Q4 (sesuai dengan ketersediaan data).

Berdasarkan data tersebut, nilai steady state untuk rasio investasi perumahan

terhadap total PDB sebesar 0.03 sehingga nilai steady state investasi barang modal

sebesar 0.29.

Dengan menggunakan pendekatan yang sama, nilai steady state untuk

variabel sektor perbankan diperoleh sebagaimana terlihat pada gambar dan tabel

berikut.

Gambar 4.2. Data Asli dan Steady State Variabel Suku Bunga

Nilai steady state yang digunakan untuk variabel-variabel suku bunga dalam

penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean) dari tiap-tiap variabel dengan

pembulatan 2 angka di belakang koma.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

Suku Bunga BI 7DRR Suku Bunga BI 7DRR_SS Suku Bunga DPK Suku Bunga DPK_SS

Suku Bunga KK Suku Bunga KK_SS Suku Bunga KI dan KMK Suku Bunga KI dan KMK_SS

FFR FFR_SS

Page 25: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

23

Tabel 4.2 Nilai Steady State Variabel Suku Bunga (% p.a)

7DRR Suku Bunga DPK

Suku Bunga Kredit

Konsumsi

Suku Bunga KMK dan KI

FFR

๐‘น ๐’“๐’… ๐’“๐’ƒ๐‘ฏ ๐’“๐’ƒ๐‘ฌ ๐’“โˆ—

Mean 7,508 5,518 15,793 11,683 1,620

Median 6,323 4,783 15,745 11,665 1,571

Maximum 14,959 10,587 19,167 13,805 4,127

Minimum 4,858 3,749 13,185 9,844 0,007

Std. Dev 2,750 1,914 2,011 1,274 1,289

Nilai steady state variabel-variabel dalam neraca bank diperoleh dengan

menggunakan nilai rata-rata selama periode estimasi sebagai berikut.

Tabel 4.3. Nilai Steady State Neraca Bank

Aset Kewajiban

๐‘ฉ

๐‘ป๐‘จ

Kredit 0,52 ๐ท

๐‘‡๐ด

DPK 0,89

๐’ƒ๐‘ฐ

๐‘ป๐‘จ

Kredit Konsumsi 0,14 ๐พ๐‘

๐‘‡๐ด

Modal 0.11

๐’ƒ๐‘ฌ

๐‘ป๐‘จ

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja

0,38

๐‘ฉ๐‘ฎ

๐‘ป๐‘จ

Risk Free Asset 0,41

๐šช๐‘ซ

๐‘ป๐‘จ

Reserve 0,07

Keterangan:

Nilai komponen aset dan kewajiban dalam rasio terhadap total aset/kewajiban

Sementara itu, untuk variabel exporterโ€™s profit margin, peneliti menggunakan

nilai gross profit margin sektor komoditas berdasarkan Laporan Perekonomian

Indonesia (LPI) tahun 2016, yaitu sebesar 25%.

Nilai untuk parameter dan variabel steady state yang digunakan oleh model

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Parameter

No. Variabel Keterangan Nilai

1. ๐›ฝ๐ผ Discount factor dari fungsi utilitas impatient householdz 0.960

2. ๐›ฝ๐ธ Discount factor dari fungsi utilitas Entrepreneur 0.967

3. ฯ‰๐‘ Porsi pembagian dividen bank 0.500

4. ๐›ฟโ„Ž Tingkat depresiasi rumah 0.013

5. ๐›ฟ๐‘˜ Tingkat depresiasi barang modal 0.025

6. ๐‘— Bobot housing dalam fungsi utilitas rumah tangga 0.120

7. ๐›ผ Share modal dalam fungsi produksi 0.540

8. ๐œ™ Parameter terkait labor elasticity 0.010

9. ํœƒ๐ป Calvo parameter untuk domestic retailer 0.600

Page 26: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

24

No. Variabel Keterangan Nilai

10. ํœƒ๐น Calvo parameter untuk import retailer 0.500

11. ํœƒ๐ปโˆ— Calvo parameter untuk export retailer 0.400

12. ๐œ…๐‘๐ป Adjustment cost parameter untuk perubahan suku bunga

kredit rumah tangga

8.040

13. ๐œ…๐‘๐ธ Adjustment cost parameter untuk perubahan suku bunga

kredit entrepreneur 3.480

14. ๐œ…๐‘‘ Adjustment cost parameter untuk perubahan suku bunga

deposito

3.300

๐œ…๐‘– Adjustment cost parameter untuk perubahan investasi

barang modal

0.980

15. ๐œ…โ„Ž Adjustment cost parameter untuk perubahan investasi

housing 3.650

16. ๐œ™๐‘… Interest rate smoothing parameter dalam Taylor Rule 0.750

17. ๐œ™๐‘ฆ Output gap parameter dalam Taylor Rule 0.250

18. ๐œ™๐œ‹ Inflation parameter dalam Taylor Rule 2.000

19. ๐œ‡๐น๐‘ƒ Elasticity of substitution antara domestic dan foreign goods

0.435

20. ๐œ‡๐ปโˆ— Elasticity of substitution dari barang ekspor 0.370

21. ๐œŽ Porsi modal yang dimiliki entrepreneur 0.267

22. ๐œ‰ Home bias parameter 0.786

23. ๐œŒ Risk premium parameter 0.010

Tabel 4.5. Steady States

No. Variabel Keterangan Nilai

1. ๐‘

๐‘ฆ๐ธ Rasio konsumsi terhadap PDB 0.66

2. ๐‘–

๐‘ฆ๐ธ

Rasio investasi terhadap PDB 0.32

3. ๐‘–โ„Ž

๐‘ฆ๐ธ

Rasio investasi perumahan terhadap PDB 0.03

4. ๐‘–๐‘˜

๐‘ฆ๐ธ

Rasio investasi barang modal terhadap PDB 0.29

5. ๐‘ฆ๐ปโˆ—

๐‘ฆ๐ธ

Rasio ekspor terhadap PDB 0.23

6. ๐‘ฆ๐น

๐‘ฆ๐ธ

Rasio impor terhadap PDB 0.21

7. ๐‘… Policy rate (% p.a) 7.51%

8. ๐‘Ÿโˆ— Suku bunga luar negeri (% p.a) 1.62%

9. ๐‘Ÿ๐‘‘ Suku bunga deposit (% p.a) 5.52%

10. ๐‘Ÿ๐‘๐ป Suku bunga kredit rumah tangga (% p.a) 15.79%

11. ๐‘Ÿ๐‘๐ธ Suku bunga kredit entrepreneur (% p.a) 11.68%

12. ๐ต

๐‘‡๐ด

Rasio kredit terhadap total aset bank 0.52

13. ๐‘๐ผ

๐‘‡๐ด

Rasio kredit rumah tangga terhadap total aset bank 0.14

14. ๐‘๐ธ

๐‘‡๐ด

Rasio kredit entrepreneur terhadap total aset bank 0.38

15. ๐ต๐บ

๐‘‡๐ด

Rasio risk free asset terhadap total aset bank 0.41

Page 27: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

25

No. Variabel Keterangan Nilai

16. ๐พ๐‘

๐‘‡๐ด

Rasio modal terhadap total aset bank 0.11

17. ๐ท

๐‘‡๐ด

Rasio deposito terhadap total aset bank 0.89

18. ๐ท

๐‘ฆ๐ธ

Rasio deposito terhadap PDB 1.70

19. ๐‘š๐ผ LTV kredit rumah tangga 0.75

20. ฮ“ Rasio giro wajib minimum 0.08

4.2. Simulasi Transmisi Kebijakan Moneter dan Makroprudensial

4.2.1. Transmisi Policy Rate

Untuk melihat transmisi kebijakan suku bunga digunakan persamaan Taylor

Rule sebagai berikut:

(1 + ๐‘…๐‘ก) = (1 + ๐‘…)1โˆ’๐œ™๐‘…(1 + ๐‘…๐‘กโˆ’1)

๐œ™๐‘… ((๐œ‹๐‘ก๐œ‹)๐œ™๐œ‹(๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐‘ฆ๐‘กโˆ’1๐ธ )

๐œ™๐‘ฆ

)

1โˆ’๐œ™๐‘…

๐œ–๐‘ก๐‘…

(4.1)

dengan ๐‘…๐‘ก merupakan suku bunga kebijakan. Parameter ๐œ™๐‘… , ๐œ™๐œ‹, ๐œ™๐‘ฆ adalah parameter

persistensi suku bunga kebijakan, parameter terkait respons deviasi inflasi dan

parameter terkait respons pertumbuhan output. ๐œ–๐‘ก๐‘… adalah eror yang i.i.d dengan

distribusi normal dan standar deviasi sama dengan ๐œŽ๐œ–๐‘…. Nilai parameter yang

digunakan dalam simulasi adalah ๐œ™๐‘… = 0.75, ๐œ™๐œ‹ = 2, dan ๐œ™๐‘ฆ = 0.25.

Shock positif pada suku bunga kebijakan akan direspons oleh bank melalui

suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Simulasi shock suku bunga pada

model dilakukan dalam dua kondisi, yaitu imperfect pass-through dan perfect pass-

through. Kondisi pass-through yang berbeda dipengaruhi oleh maturity structure

deposito dan kredit di dalam neraca keuangan bank. Makin panjang maturity, makin

lambat pass-through. Di dalam model, kondisi ini ditentukan oleh parameter ๐œ…๐‘‘

untuk suku bunga deposito, ๐œ…๐‘๐ป untuk suku bunga kredit rumah tangga, dan ๐œ…๐‘๐ธ

untuk suku bunga kredit pengusaha.

Gambar 4.3 menunjukkan impulse respons dari 1% shock positif dari suku

bunga kebijakan terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna

biru menunjukkan bahwa shock 1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam

kondisi imperfect pass-through, grafik berwarna merah menunjukkan bahwa shock

1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam kondisi perfect pass-through.

Peningkatan suku bunga kebijakan akan berdampak pada penurunan total

deposito yang dihimpun, penurunan total kredit yang didistribusikan, dan

Page 28: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

26

peningkatan aset likuid. Perubahan pada variabel-variabel neraca perbankan akan

berdampak pada menurunnya rasio loan to deposit (LDR). Dampak dari variabel

keuangan pun akan ditransmisikan ke sektor riil dengan menurunnya PDB,

menurunnya inflasi, menurunnya harga aset perumahan dan barang modal, dan

apresiasi nilai tukar.

Perubahan suku bunga kebijakan pada kondisi pass-through yang berbeda

akan memberikan dampak yang berbeda pula pada variabel sektor keuangan.

Perubahan jumlah simpanan deposito dan distribusi kredit akan lebih kecil pada

saat kondisi imperfect pass-through. Karena pass-through suku bunga kredit lebih

lambat daripada suku bunga deposito, total distribusi kredit akan lebih besar

daripada total deposito. Hal itu berdampak pada lebih tingginya rasio loan to deposit

jika dibandingkan pada saat kondisi perfect pass-through.

Perbedaan komposisi neraca keuangan bank pada kondisi pass-through yang

berbeda akan memengaruhi bagaimana seharusnya kebijakan moneter dan

makroprudensial berinteraksi satu sama lain, terutama pada saat kebijakan

tersebut bertujuan pada suatu kondisi neraca atau portfolio perbankan tertentu.

Page 29: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

27

Gambar 4.3. Impulse Response Function atas Shock Suku Bunga Kebijakan

Keterangan: Impulse response menunjukkan deviasi dari steady state. Grafik berwarna biru

menunjukkan bahwa shock positif 1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam

kondisi imperfect pass-through. Grafik berwarna merah menunjukkan bahwa shock positif

1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam kondisi perfect pass-through.

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

0.016

0.018

1 10 19

CAR

-0.016

-0.014

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

1 10 19

Investasi

-0.018

-0.016

-0.014

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

1 10 19

Konsumsi

-0.001

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

1 10 19

BI Rate

Imperfect pass-through

Perfect pass-through

-0.001

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

1 10 19

Suku Bunga Deposito

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga

-0.04

-0.035

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

1 10 19

Deposito

-0.07

-0.06

-0.05

-0.04

-0.03

-0.02

-0.01

0

1 10 19

Pinjaman Entrepreneur

-0.1

-0.09

-0.08

-0.07

-0.06

-0.05

-0.04

-0.03

-0.02

-0.01

0

1 10 19

Pinjaman Rumah Tangga

-0.08

-0.07

-0.06

-0.05

-0.04

-0.03

-0.02

-0.01

0

1 10 19

Total Pinjaman

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

1 10 19

Aset Likuid Bank

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

1 10 19

Modal Bank

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

1 10 19

LDR

-0.009

-0.008

-0.007

-0.006

-0.005

-0.004

-0.003

-0.002

-0.001

0

1 10 19

PDB

-0.006

-0.005

-0.004

-0.003

-0.002

-0.001

0

0.001

0.002

1 10 19

Inflasi

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

1 10 19

Harga Rumah

-0.014

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

0.002

1 10 19

Harga Barang Modal

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

0.002

0.004

1 10 19

Real Exchange Rate

-0.016

-0.014

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

1 10 19

Domestic Demand

Page 30: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

28

4.2.2. Transmisi Kebijakan LTV Ratio Requirement

Untuk melihat transmisi perubahan rasio LTV diasumsikan dinamika rasio

LTV sebagai berikut:

๐’Ž๐’•๐‘ฐ = ๐“๐’Ž๐‘ฐ๐’Ž๐’•โˆ’๐Ÿ

๐‘ฐ + (๐Ÿ โˆ’ ๐“๐’Ž๐‘ฐ)๐’Ž๐‘ฐ + ๐๐’•

๐’Ž๐‘ฐ (4.2)

๐’Ž๐’•๐‘ฌ = ๐“๐’Ž๐‘ฌ๐’Ž๐’•โˆ’๐Ÿ

๐‘ฌ + (๐Ÿ โˆ’ ๐“๐’Ž๐‘ฌ)๐’Ž๐‘ฌ + ๐๐’•

๐’Ž๐‘ฌ (4.3)

dengan ๐œ™๐‘š๐ผ dan ๐œ™๐‘š๐ธ adalah parameter persistensi serta ๐œ–๐‘ก๐‘š๐ผ dan ๐œ–๐‘ก

๐‘š๐ธ adalah eror

yang i.i.d dengan distribusi normal dan standar deviasi sama dengan ๐œŽ๐œ–๐‘š๐ผ dan ๐œŽ๐œ–๐‘š๐ธ.

Nilai persistensi yang digunakan dalam persamaan tersebut adalah ๐œ™๐‘š๐ผ = 0.9 dan

๐œ™๐‘š๐ธ = 0.9.

Gambar 4.4 menunjukkan impulse respons dari 1% shock negatif dari rasio

LTV terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna biru

menunjukkan shock 1% yang diberikan hanya kepada LTV untuk kredit rumah

tangga; grafik berwarna merah menunjukkan shock 1% yang diberikan hanya

kepada LTV untuk kredit pengusaha, sedangkan grafik berwarna hijau

menunjukkan shock 1% yang diberikan kepada kredit rumah tangga dan pengusaha

secara simultan.

Shock negatif dari ๐‘š๐‘ก๐ผ akan menurunkan kredit kepada rumah tangga dan

kredit total. Penurunan LTV untuk kredit rumah tangga ini akan menyebabkan

penurunan, baik LDR, konsumsi maupun pembelian aset perumahan oleh rumah

tangga. Pada gilirannya harga aset perumahan juga akan turun. Hal tersebut akan

menurunkan output dan inflasi. Dalam rangka menurunkan pinjaman, bank akan

menambah aset bebas risiko (risk free asset) yang dimilikinya.

Serupa dengan ๐‘š๐‘ก๐ผ, shock negatif dari ๐‘š๐‘ก

๐ธ akan menurunkan kredit kepada

pengusaha, kredit total, dan turunnya harga modal aset (asset capital) dan juga

output dari perekonomian. Hal itu menunjukkan bahwa tujuan kebijakan

penurunan rasio LTV adalah meredam pertumbuhan kredit yang berdampak

terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi (memiliki karakteristik

countercyclical) yang dapat terpenuhi.

Jika dilihat dari tiap-tiap shock individual (๐‘š๐‘ก๐ผ dan ๐‘š๐‘ก

๐ธ), terlihat adanya

perpindahan distribusi kredit dari sektor yang lebih terestriksi ke sektor yang tidak

direstriksi. Shock negatif dari ๐‘š๐‘ก๐ผ mengakibatkan turunnya kredit rumah tangga,

tetapi meningkatkan kredit untuk pengusaha. Sebaliknya, shock negatif dari ๐‘š๐‘ก๐ธ

menurunkan kredit pengusaha dan meningkatkan kredit kepada rumah tangga. Hal

Page 31: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

29

tersebut akan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap sektor riil. Pergeseran

dari kredit rumah tangga kepada kredit pengusaha akan meningkatkan harga aset

kapital, sedangkan pergeseran dari kredit entrepreneur akan meningkatkan harga

aset perumahan. Bank sentral perlu mempertimbangkan dampak dari pergeseran

distribusi kredit dalam merancang kebijakan LTV.

Page 32: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

30

Gambar 4.4. Impulse Response Function atas Shock LTV

Keterangan: Impulse response menunjukkan deviasi dari steady state. Grafik berwarna biru

menunjukkan shock negatif 1% yang diberikan hanya kepada LTV untuk kredit rumah

tangga; grafik berwarna merah menunjukkan shock negatif 1% yang diberikan hanya kepada

LTV untuk kredit entrepreneur, sedangkan grafik berwarna hijau menunjukkan shock

negatif 1% yang diberikan kepada rumah tangga dan entrepreneur secara simultan.

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

1 10 19

CAR

-0.0025

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

1 10 19

Investasi

-0.003

-0.0025

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

1 10 19

Konsumsi

-0.0004

-0.00035

-0.0003

-0.00025

-0.0002

-0.00015

-0.0001

-0.00005

0

0.00005

0.0001

1 10 19

BI Rate

Shock LTV Rumah Tangga(RT)Shock LTV Entrepreneur โ‚ฌ

-0.0002

-0.00015

-0.0001

-0.00005

0

0.00005

1 10 19

Suku Bunga Deposito

-0.003

-0.0025

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

1 10 19

Deposito

-0.045

-0.04

-0.035

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

1 10 19

Pinjaman Entrepreneur

-0.05

-0.04

-0.03

-0.02

-0.01

0

0.01

0.02

1 10 19

Pinjaman Rumah Tangga

-0.045

-0.04

-0.035

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

1 10 19

Total Pinjaman

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

0.008

0.009

0.01

1 10 19

Aset Likuid Bank

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

1 10 19

Modal Bank

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

1 10 19

LDR

-0.0012-0.001

-0.0008-0.0006-0.0004-0.0002

00.00020.00040.00060.0008

0.001

1 10 19

PDB

-0.0006

-0.0005

-0.0004

-0.0003

-0.0002

-0.0001

0

0.0001

0.0002

1 10 19

Inflasi

-0.0004

-0.0003

-0.0002

-0.0001

0

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

0.0005

1 10 19

Harga Rumah

-0.0004

-0.0003

-0.0002

-0.0001

0

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

1 10 19

Harga Barang Modal

-0.0003

-0.0002

-0.0001

0

0.0001

0.0002

0.0003

0.0004

1 10 19

Real Exchange Rate

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

1 10 19

Domestic Demand

Page 33: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

31

4.2.3. Transmisi Kebijakan CAR Requirement

Untuk melihat transmisi dari perubahan CAR requirement, diasumsikan

dinamika CAR sebagai berikut:

๐œป๐’• = ๐“๐œป๐œป๐’•โˆ’๐Ÿ + (๐Ÿ โˆ’ ๐“๐œป)๐œป + ๐๐’•๐œป (4.4)

dengan ํœ๐‘ก adalah CAR requirement, ๐œ™๐œ adalah parameter persistensi, serta ๐œ–๐‘ก๐œ adalah

eror yang i.i.d berdistribusi normal dan standar deviasi ๐œŽ๐œ–๐œ. Nilai persistensi yang

digunakan dalam persamaan tersebut adalah ๐œ™๐œ = 0.97.

Gambar 4.5 berikut menunjukkan impulse respons dari 1% shock positif dari

CAR requirement terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna

merah menunjukkan respons bank yang memiliki tingkat adjustment yang besar

(๐œ…๐พ๐‘ = 10, cepat bereaksi) kepada shock CAR requirement; grafik berwarna hijau

menunjukkan respons bank yang memiliki tingkat adjustment yang moderat (๐œ…๐พ๐‘ =

1), sedangkan grafik berwarna kuning menunjukkan respons bank yang memiliki

tingkat adjustment yang kecil (๐œ…๐พ๐‘ = 0.1, respon yang lambat) kepada shock CAR.

Kecepatan respons dari bank ini dipengaruhi oleh besarnya excess capital

buffer yang dimiliki. Makin kecil excess capital buffer akan makin cepat respons dari

bank terhadap perubahan CAR requirement. Dengan tingkat adjustment yang besar,

bank yang cepat bereaksi atas peningkatan CAR requirement akan menurunkan

kredit yang disalurkan dengan memindahkan dananya ke aset likuid (๐ต๐บ

meningkat). Pada saat bank memiliki excess capital buffer yang besar (tingkat

adjustment yang kecil), bank dimungkinkan untuk tidak secara dominan

mengalihkan dananya ke aset likuid karena dapat meningkatkan CAR yang dimiliki

melalui peningkatan profit.

Dampak dari penurunan kredit yang disalurkan bank akibat shock positif

CAR akan menurunkan LDR; konsumsi dan investasi dan pada gilirannya akan

menurunkan PDB.

7 Diasumsikan bahwa target CAR bank dipengaruhi oleh CAR requirement melalui fungsi sebagai

berikut:๐œ๐‘ก๐‘ =

๐œ

๐œํœ๐‘ก

Page 34: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

32

Gambar 4.5 Impulse Response Function atas Shock CAR Requirement

Keterangan: Impulse response menunjukkan deviasi dari steady state. Grafik berwarna merah

menunjukkan penyesuaian yang besar terhadap shock positif 1% CAR; grafik berwarna hijau

menunjukkan penyesuaian yang moderat terhadap shock positif 1% CAR, sedangkan grafik

berwarna kuning menunjukkan penyesuaian yang kecil terhadap shock positif 1% CAR.

Page 35: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

33

4.2.4. Transmisi Kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial

Untuk melihat transmisi dari kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial

diasumsikan bahwa nilai tambahan rasio reserve requirement yang dibebankan

kepada bank sebesar X๐‘ก dengan persamaan sebagai berikut:

๐šพ๐’• = ๐‘ฟ_๐’ƒ๐’‚ [(๐‘ฉ๐’•๐‘ซ๐’•โˆ’๐Œ๐’•)

๐Ÿ

]

๐Ÿ๐Ÿ

(4.5)

dengan ๐œ’๐‘ก adalah rasio LDR yang ditargetkan oleh bank sentral dan ๐‘‹_๐‘๐‘Ž adalah

parameter beban deviasi LDR dari target. Berbeda dengan kebijakan RIM yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia8, di dalam model diasumsikan bahwa beban deviasi

bersifat simetris, baik untuk deviasi positif maupun negatif dari target LDR.

Diasumsikan bahwa ๐œ’๐‘ก memiliki dinamika sebagai berikut:

๐œ’๐‘ก = ๐œ™๐œ’๐œ’๐‘กโˆ’1 + (1 โˆ’ ๐œ™๐œ’)๐œ’ + ๐œ–๐‘ก๐œ’ (4.6)

dengan ๐œ–๐‘ก๐œ’ adalah eror yang i.i.d berdistribusi normal dan standar deviasi ๐œŽ๐œ–๐œ’. Nilai

persistensi yang digunakan dalam persamaan tersebut adalah ๐œ™๐œ = 0.9.

Gambar 4.6 berikut menunjukkan impulse respons dari 1% shock negatif dari target

LDR terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Penurunan target LDR akan

direspons melalui penurunan pinjaman bank yang didominasi oleh penurunan

pinjaman terhadap pengusaha. Sementara itu, pinjaman terhadap rumah tangga

mengalami peningkatan pada periode-periode awal, tetapi akan menurun pada

periode berikutnya. Peningkatan sementara pada pinjaman rumah tangga

mencerminkan upaya bank untuk meminimalkan pengurangan pendapatannya

akibat penurunan loanable funds dengan mengalokasikan pada kredit yang memiliki

suku bunga yang lebih tinggi.

Penurunan target LDR yang ditetapkan bank sentral akan berdampak pada

penurunan konsumsi, investasi, dan keseluruhan output perekonomian. Harga

barang modal juga mengalami penurunan. Sejalan dengan meningkatnya pinjaman

rumah tangga pada periode-periode awal, harga rumah juga ikut meningkat, tetapi

menurun sesuai dengan penurunan kredit rumah tangga pada periode selanjutnya.

8 Untuk simulasi ini ditetapkan ๐‘‹_๐‘๐‘Ž sebesar 0,2. Perbedaan lain dengan penerapan kebijakan RIM

oleh Bank Indonesia adalah terkait beban deviasi target LDR yang dikaitkan dengan nilai CAR yang dimiliki bank. Keterangan lebih lengkap mengenai kebijakan RIM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dilihat dalam lampiran.

Page 36: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

34

Gambar 4.6. Impulse Response Function atas Shock Rasio Intermediasi

Makroprudensial

-0.00005

0

0.00005

0.0001

0.00015

0.0002

0.00025

0.0003

0.00035

0.0004

1 10 19

CAR

-0.0009

-0.0008

-0.0007

-0.0006

-0.0005

-0.0004

-0.0003

-0.0002

-0.0001

0

1 10 19

Investasi

-0.00016

-0.00014

-0.00012

-0.0001

-0.00008

-0.00006

-0.00004

-0.00002

0

1 10 19

Konsumsi

-0.00001

-0.000005

0

0.000005

0.00001

0.000015

0.00002

0.000025

0.00003

1 10 19

BI Rate

Shock terhadap Target LDR

-0.000018

-0.000016

-0.000014

-0.000012

-0.00001

-0.000008

-0.000006

-0.000004

-0.000002

0

1 10 19

Suku Bunga Deposito

-0.0001

-0.00008

-0.00006

-0.00004

-0.00002

0

0.00002

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur

-0.00006

-0.00005

-0.00004

-0.00003

-0.00002

-0.00001

0

0.00001

0.00002

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga

-0.0012

-0.001

-0.0008

-0.0006

-0.0004

-0.0002

0

1 10 19

Deposito

-0.003

-0.0025

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

1 10 19

Pinjaman Entrepreneur

-0.0006

-0.0004

-0.0002

0

0.0002

0.0004

0.0006

0.0008

1 10 19

Pinjaman Rumah Tangga

-0.0018

-0.0016

-0.0014

-0.0012

-0.001

-0.0008

-0.0006

-0.0004

-0.0002

0

1 10 19

Total Pinjaman

-0.0045

-0.004

-0.0035

-0.003

-0.0025

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

1 10 19

Aset Likuid Bank

-0.0012

-0.001

-0.0008

-0.0006

-0.0004

-0.0002

0

1 10 19

Modal Bank

-0.00045

-0.0004

-0.00035

-0.0003

-0.00025

-0.0002

-0.00015

-0.0001

-0.00005

0

1 10 19

LDR

-0.00025

-0.0002

-0.00015

-0.0001

-0.00005

0

1 10 19

PDB

-0.00002

-0.00001

0

0.00001

0.00002

0.00003

0.00004

0.00005

1 10 19

Inflasi

-0.00004-0.00002

00.000020.000040.000060.00008

0.00010.000120.000140.000160.00018

1 10 19

Harga Rumah

-0.0001

-0.00008

-0.00006

-0.00004

-0.00002

0

0.00002

1 10 19

Harga Barang Modal

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

1 10 19

Target LDR

-0.00006

-0.00004

-0.00002

0

0.00002

0.00004

0.00006

0.00008

0.0001

0.00012

0.00014

1 10 19

Real Exchange Rate

-0.0004

-0.00035

-0.0003

-0.00025

-0.0002

-0.00015

-0.0001

-0.00005

0

1 10 19

Domestic Demand

Page 37: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

35

4.3. Simulasi Bauran Kebijakan Optimal

4.3.1. Central Bankโ€™s Objective dan Macroprudential Policy Rules

Pada bagian ini dilakukan simulasi bagaimana bauran kebijakan moneter

dan makroprudensial dapat mencapai stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem

keuangan. Di dalam model diasumsikan bahwa hanya bank sentral yang bertugas

sebagai pengambil keputusan dari kedua kebijakan tersebut sebagaimana mandat

yang dimiliki oleh Bank Indonesia.

Stabilitas makroekonomi pada penelitian ini didefinisikan sebagai

penjumlahan dari variansi inflasi dan variansi PDB, sedangkan stabilitas keuangan

adalah variansi dari rasio total kredit terhadap total PDB. Kebijakan yang dapat

digunakan untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan adalah

suku bunga kebijakan, CAR requirement, kebijakan RIM, dan kebijakan LTV ratio

requirement.

Dalam menentukan kebijakan LTV ratio requirement, bank sentral

menggunakan persamaan berikut:

๐‘š๐‘ก๐ผ = (๐‘š๐‘กโˆ’1

๐ผ )๐œŒ๐‘š๐ผ

(

๐‘š๐ผ

(

๐ต๐‘ก๐ผ

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต๐ผ

๐‘ฆ๐ธ)

โˆ’๐œ™๐‘š๐ผ

)

1โˆ’๐œŒ๐‘š๐ผ

ํœ€๐‘ก๐‘š๐ผ

(4.7)

๐‘š๐‘ก๐ธ = (๐‘š๐‘กโˆ’1

๐ธ )๐œŒ๐‘š๐ธ

(

๐‘š๐ธ

(

๐ต๐‘ก๐ธ

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต๐ธ

๐‘ฆ๐ธ)

โˆ’๐œ™๐‘š๐ธ

)

1โˆ’๐œŒ๐‘š๐ธ

ํœ€๐‘ก๐‘š๐ธ

(4.8)

dengan ๐œŒ๐‘š๐ผ dan ๐œŒ๐‘š๐ธ merupakan smoothing parameter, ๐œ™๐‘š๐ผ dan ๐œ™๐‘š๐ธ merupakan

parameter yang menentukan reaksi countercyclical. Variabel yang digunakan

sebagai trigger variable adalah deviasi rasio kredit tiap sektor terhadap PDB dari

steady state-nya.

Dalam menentukan kebijakan CAR requirement, bank sentral menggunakan

persamaan berikut:

๐œ๐‘ก๐‘ = (๐œ๐‘กโˆ’1

๐‘ )๐œŒ๐œ๐‘

(

๐œ๐‘(

๐ต๐‘ก๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต๐‘ฆ๐ธ

)

โˆ’๐œ™๐œ๐‘

)

1โˆ’๐œŒ๐œ๐‘

ํœ€๐‘ก๐œ๐‘

(4.9)

Page 38: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

36

dengan ๐œŒ๐œ๐‘ merupakan parameter persistensi dan ๐œ™๐œ๐‘ merupakan parameter yang

menentukan respons dari kebijakan CAR requirement pada perubahan dari rasio

kredit terhadap PDB. Sementara itu, dalam menentukan kebijakan RIM, bank

sentral menggunakan pendekatan yang sama dengan CAR requirement sebagaimana

dituliskan pada persamaan berikut:

๐œ’๐‘ก = (๐œ’๐‘กโˆ’1)๐œŒ๐œ’

(

๐œ’(

๐ต๐‘ก๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต๐‘ฆ๐ธ

)

โˆ’๐œ™๐œ’

)

1โˆ’๐œŒ๐œ’

ํœ€๐‘ก๐œ’

(4.10)

dengan ๐œŒ๐œ’ merupakan parameter persistensi dan ๐œ™๐œ’ merupakan parameter yang

menentukan respons dari target LDR pada perubahan dari rasio kredit terhadap

PDB.

Bank sentral memiliki beberapa opsi kebijakan dalam menghadapi berbagai

guncangan dan risiko yang menimbulkan ketidakstabilan makroekonomi dan

keuangan. Terdapat dua skenario kebijakan yang digunakan dengan memanfaatkan

central bank loss function. Skenario pertama adalah skenario baseline, yaitu bank

sentral hanya memiliki suku bunga kebijakan sebagai alat untuk menjaga

kestabilan makroekonomi. Skenario kedua adalah bank sentral menggunakan suku

bunga kebijakan dan instrumen kebijakan makroekonomi yang lain (CAR

requirement, RIM, dan LTV rasio) untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan

stabilitas sistem keuangan.

Pada skenario pertama, bank sentral hanya memiliki tujuan untuk menjaga

kestabilan makroekonomi dengan kebijakan yang digunakan, yaitu kebijakan

moneter berupa suku bunga kebijakan dengan persamaan Taylor Rule seperti pada

persamaan (4.1). Fungsi kerugian bank sentral untuk skenario pertama dituliskan

sebagai berikut:

๐ฟ = ๐œŽ๐œ‹2 + ๐œ๐‘ฆ๐ธ๐œŽ๐‘ฆ๐ธ

2 + ๐œ๐‘Ÿ๐œŽฮ”๐‘Ÿ2 (4.11)

Skenario kedua, selain memiliki suku bunga kebijakan, bank sentral memiliki

beberapa instrumen kebijakan makroekonomi lain dengan central bank loss function

sebagai berikut:

๐ฟ = ๐œŽ๐œ‹2 + ๐œ๐‘ฆ๐ธ๐œŽ๐‘ฆ๐ธ

2 + ๐œ๐ต ๐‘Œ๐ธโ„ ๐œŽB Y๐ธโ„2 + ๐œ๐‘Ÿ๐œŽฮ”๐‘Ÿ

2 + ๐œ๐œ๐‘๐œŽฮ”๐œ๐‘2 + ๐œ๐œ’๐œŽฮ”๐œ’

2 + ๐œ๐‘š๐ผ๐œŽฮ”๐‘š๐ผ2 + ๐œ๐‘š๐ธ๐œŽฮ”๐‘š๐ธ

2 (4.12)

Page 39: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

37

dengan ๐œ๐‘ฆ๐ธ dan ๐œ๐ต ๐‘Œ๐ธโ„ merupakan bobot kestabilan PDB dan kestabilan keuangan

dan ๐œ๐‘Ÿ, ๐œ๐œ๐‘, ๐œ๐œ’, ๐œ๐‘š๐ผ, dan ๐œ๐‘š๐ธ merupakan preferensi bank sentral terhadap variabilitas

kebijakan yang diberikan. Pada model digunakan ๐œ๐‘ฆ๐ธ = 0.5 dan ๐œ๐ต ๐‘Œ๐ธโ„ = 1 dan nilai

0.1 untuk variabilitas instrumen kebijakan yang lain.

4.3.2. Bauran Kebijakan Menghadapi Technology Shocks

Pada bagian ini dibahas mengenai strategi kebijakan dalam menghadapi total

factor productivity (TFP) shock. Total factor productivity diasumsikan mengikuti

persamaan berikut:

๐‘™๐‘›(๐‘Ž๐‘ก๐ธ) = ๐œŒ๐‘Ž๐ธ๐‘™๐‘›(๐‘Ž๐‘กโˆ’1

๐ธ ) + ๐œ–๐‘ก๐‘Ž๐ธ (4.13)

dengan ๐œŒ๐‘Ž๐ธ merupakan parameter persistensi dan ๐œ–๐‘ก๐‘Ž๐ธ merupakan eror yang i.i.d

berdistribusi normal dan standar deviasi ๐œŽ๐‘Ž๐ธ.

Gambar 4.7 berikut menunjukkan impulse respons dari 1% shock positif dari

technology shock terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna

biru menunjukkan bahwa bank sentral bertujuan menjaga stabilitas makroekonomi

dengan hanya menggunakan suku bunga kebijakan. Grafik berwana merah

menunjukkan bahwa bank sentral bertujuan menjaga stabilitas makroekonomi dan

sistem keuangan dengan hanya menggunakan suku bunga kebijakan. Grafik

berwarna hijau, kuning, dan ungu masing-masing menunjukkan bahwa bank

sentral menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan

menggunakan suku bunga kebijakan dan dikombinasikan dengan kebijakan CAR

requirement, RIM, dan LTV ratio requirement.

Shock positif terhadap teknologi akan berdampak pada meningkatnya PDB

dan turunnya inflasi. Bank sentral akan memberikan respons yang berbeda untuk

suku bunga kebijakan. Pada saat kebijakan yang digunakan hanya suku bunga

kebijakan dan dikombinasikan dengan LTV, bank sentral akan meningkatkan suku

bunga. Sementara itu, pada saat dikombinasikan dengan kebijakan yang lain, bank

sentral akan menurunkan suku bunganya. Hal itu akan memengaruhi respons bank

dalam penentuan suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman yang juga akan

berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan kepada sektor riil.

Page 40: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

38

Gambar 4.7. Impulse Response Function atas Technology Shock

-0.004

-0.003

-0.002

-0.001

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

1 10 19

CAR

-0.004

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

0.014

1 10 19

Investasi

-0.001

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

1 10 19

Konsumsi

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

1 10 19

BI Rate

Standard Taylor Rule (MS)Standard Taylor Rule (MS+FS)Taylor Rule + CAR RequirementTaylor Rule + RIMTaylor Rule + LTV Ratio Rule

-0.001

-0.0008

-0.0006

-0.0004

-0.0002

0

0.0002

0.0004

0.0006

1 10 19

Suku Bunga Deposito

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur

-0.001-0.0008-0.0006-0.0004-0.0002

00.00020.00040.00060.0008

1 10 19

Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

1 10 19

Deposito

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

0.01

0.015

1 10 19

Pinjaman Entrepreneur

-0.01

-0.005

0

0.005

0.01

0.015

1 10 19

Pinjaman Rumah Tangga

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

0.01

0.015

1 10 19

Total Pinjaman

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

1 10 19

Aset Likuid Bank

-0.006

-0.005

-0.004

-0.003

-0.002

-0.001

0

0.001

0.002

0.003

1 10 19

LDR

-0.002

0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

1 10 19

PDB

-0.002

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

1 10 19

Inflasi

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0.0035

1 10 19

Harga Rumah

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0.0035

1 10 19

Harga Barang Modal

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

0.01

1 10 19

Target LDR

-0.03

-0.025

-0.02

-0.015

-0.01

-0.005

0

0.005

1 10 19

Kredit per PDB

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

1 10 19

Real Exchange Rate

-0.0015

-0.001

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

1 10 19

LTV Rumah Tangga

-0.012

-0.01

-0.008

-0.006

-0.004

-0.002

0

1 10 19

Pinjaman Luar Negeri per PDB

-0.0005

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0.0035

0.004

1 10 19

LTV Entrepreneur

-0.008

-0.007

-0.006

-0.005

-0.004

-0.003

-0.002

-0.001

0

0.001

0.002

1 10 19

CAR Requirement

Page 41: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

39

Secara umum terlihat bahwa seluruh kombinasi kebijakan yang

dioptimalisasi untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem

keuangan dapat mencapai stabilitas sistem keuangan yang lebih baik jika

dibandingkan dengan kebijakan yang dioptimalisasi hanya untuk mencapai

stabilitas makroekonomi. Hal itu dapat terlihat dengan jelas dalam tabel 4.6. Dari

tabel tersebut terlihat bahwa stabilitas inflasi dan sistem keuangan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan skenario baseline.

Namun, hal itu dibarengi dengan peningkatan instabilitas yang cukup tinggi

terhadap output. Dari tabel 4.7 juga terlihat bahwa terjadi peningkatan yang

signifikan terhadap stabilitas nilai tukar, harga rumah dan rasio pinjaman luar

negeri terhadap PDB. Seperti halnya output, stabilitas harga barang modal

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal itu menunjukkan bahwa

terdapat trade-off antara pencapaian stabilitas inflasi, sistem keuangan (bank), nilai

tukar, harga rumah, dan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dengan

pencapaian stabilitas output dan harga barang modal ketika ekonomi mengalami

technology shock. Bank sentral perlu mencermati trade-off ini agar dapat memilih

kebijakan optimal yang akan diterapkan.

Selain itu, hasil simulasi model menunjukkan bahwa penerapan bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial memiliki kinerja yang lebih baik dalam

mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan jika dibandingkan dengan

hanya mengimplementasikan kebijakan moneter. Hal itu terlihat dari penurunan

ketidakstabilan total yang lebih besar ketika menggabungkan penerapan suku

bunga kebijakan dengan salah satu instrumen kebijakan makroprudensial jika

dibandingkan dengan hanya menerapkan suku bunga kebijakan untuk mencapai

stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Tabel 4.6. Hasil Optimisasi Model untuk Stabilitas Makroekonomi dan Keuangan

dalam Menghadapi Technology Shock

Variansi Inflasi

Variansi Output

Ketidakstabilan Makroekonomi

Ketidaktabilan Sistem

Keuangan

Ketidakstabilan Total

Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi

Standard Taylor Rule

0.063 1.499 0.813 22.133 22.946

Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi dan Stabilitas Sistem Keuangan

Standard Taylor Rule

0.031 2.891 1.476 0.912 2.389

(-51.593) (92.853) (81.650) (-95.878) (-89.590)

Taylor Rule dan CAR Requirement

0.032 2.909 1.487 0.092 1.578

Page 42: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

40

(-48.844) (94.021) (82.941) (-99.585 ) (-93.121)

Taylor Rule dan RIM

0.020 3.005 1.523 0.600 2.123

(-67.768 ) (100.454) (87.407) (-97.290) (-90.749 )

Taylor Rule dan LTV Rasio

0.035 1.950 1.010 0.219 1.229

(-44.258) (30.075) (24.310) (-99.012) (-94.645)

Keterangan:

Variansi, ketidakstabilan makroekonomi, ketidakstabilan sistem keuangan, dan ketidakstabilan total dinyatakan sebagai rasio terhadap variansi exogeneous shock. Nilai di

dalam kurung menunjukkan persentase perbedaan dari variansi/ketidakstabilan yang dihasilkan model dengan hasil optimasi untuk stabilitas makroekonomi dengan Standard Taylor Rule. Nilai dengan warna merah mengindikasikan peningkatan ketidakstabilan,

sedangkan nilai dengan warna biru mengindikasikan penurunan ketidakstabilan.

Tabel 4.7 Hasil Optimisasi Model untuk Variabel Lain dalam Menghadapi

Technology Shock

Variansi Nilai

Tukar Harga Aset Perumahan

Harga Barang Modal

Rasio Pinjaman Luar

Negeri terhadap PDB

Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi

Standard Taylor Rule 0.137 0.370 0.059 11.646

Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi dan Stabilitas Sistem Keuangan

Standard Taylor Rule 0.063 0.147 0.193 5.172 (-53.791) (-60.337) (225.071) (-55.589)

Taylor Rule and CAR Requirement 0.063 0.133 0.204 5.332 (- 53.741) (-64.045) (244.014) (-54.217)

Taylor Rule and RIM 0.075 0.153 0.227 4.867 (-45.527) (-58.584) (281.513) (-58.204)

Taylor Rule and LTV Ratio Rule 0.083 0.250 0.109 8.169 (-39.446) (-32.541) (84.091) (-29.853)

Keterangan: Variansi dinyatakan sebagai rasio terhadap variansi exogeneous shock. Nilai di dalam kurung

menunjukkan persentase perbedaan dari variansi/ketidakstabilan yang dihasilkan model dengan hasil optimasi untuk stabilitas makroekonomi dengan Standard Taylor Rule. Nilai

dengan warna merah mengindikasikan peningkatan ketidakstabilan, sedangkan nilai

dengan warna biru mengindikasikan penurunan ketidakstabilan.

Page 43: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

41

5. Simpulan dan Saran

5.1. Simpulan dan Saran

Dalam penelitian ini dibangun model makrofinansial berbasis Dynamic

Stochastic General Equilibrium (DSGE) untuk mempelajari transmisi dari kebijakan

moneter dan kebijakan makroprudensial. Model yang dibangun mengasumsikan

small open economy dan dikalibrasi dengan menggunakan data Indonesia dengan

periode data mulai dari 2000Q3 sampai dengan 2107Q4.

Hasil simulasi model menunjukkan bahwa instrumen kebijakan

makroprudensial yang terdapat di dalam model (Loan to Value (LTV) ratio

requirement, Capital Adequacy Ratio (CAR) requirement dan kebijakan Rasio

Intermediasi Makroprudensial (RIM) memiliki perilaku countercyclical sehingga

dapat digunakan untuk meredam perilaku procyclical dari sistem perbankan.

Transmisi suku bunga kebijakan terhadap suku bunga retail perbankan

ditentukan dari tingkat interest rate passthrough yang dipengaruhi oleh maturity

structure portofolio kredit dan deposito perbankan. Tingkat interest rate passthrough

sangat menentukan alokasi portofolio asset dan liabilities perbankan sehingga dapat

menentukan interaksi antara kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial,

terutama apabila kebijakan makroprudensial didasarkan pada suatu kondisi neraca

atau keseimbangan portofolio asset-liabilities tertentu (misalnya, apabila trigger

variable kebijakan makroprudensial adalah LDR di level tertentu). Bank sentral

perlu secara rutin melakukan pengawasan terhadap passthrogh suku bunga

kebijakan ke suku bunga retail perbankan untuk kebutuhan analisis bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial.

Excess capital buffer yang dimiliki oleh perbankan akan menentukan

transmisi kebijakan terkait Capital Adequacy Ratio (CAR) requirement yang

ditetapkan oleh bank sentral (misalnya, kebijakan countercyclical capital buffer atau

CCB). Makin tinggi excess capital buffer yang dimiliki perbankan makin tidak efektif

kebijakan CCB untuk mengurangi procyclicality dari sektor perbankan.

Penurunan LTV untuk kredit rumah tangga akan menyebabkan turunnya,

baik kredit rumah tangga, kredit total, penurunan konsumsi maupun pembelian

aset perumahan oleh rumah tangga. Pada gilirannya harga aset perumahan juga

akan turun. Hal tersebut akan menurunkan output dan inflasi. Senada dengan itu,

penurunan LTV untuk kredit pengusaha menyebabkan penurunan kredit dan

Page 44: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

42

turunnya investasi kapital yang selanjutnya pada penurunan output. Berdasarkan

simulasi model, terlihat adanya perpindahan distribusi kredit dari sektor yang lebih

terestriksi kepada sektor yang tidak direstriksi. Bank sentral perlu

mempertimbangkan dampak dari pergeseran distribusi kredit dalam merancang

kebijakan LTV.

Hasil simulasi model juga menunjukkan bahwa penerapan bauran kebijakan

moneter dan makroprudensial memiliki kinerja yang lebih baik dalam mencapai

stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan jika dibandingkan dengan hanya

mengimplementasikan kebijakan moneter dalam menghadapi technology shock.

Namun, terdapat trade-off antara pencapaian stabilitas inflasi, sistem keuangan

(bank), nilai tukar, harga rumah, dan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB

dengan pencapaian stabilitas output dan harga barang modal ketika ekonomi

mengalami technology shock. Bank sentral perlu mencermati trade-off tersebut

untuk dapat memilih kebijakan optimal yang akan diterapkan.

5.2. Arah Penelitian Kedepan

Secara umum, model pada penelitian ini mampu memenuhi tujuan

pengembangannya, yaitu mempelajari transmisi dan interaksi kebijakan moneter

dan makroprudensial. Model pada penelitian ini juga dapat digunakan untuk

melakukan simulasi bauran kebijakan optimal untuk menghadapi suatu kondisi

shock tertentu, baik yang berasal dari domestik maupun dari eksternal. Dalam

penelitian ini dilakukan simulasi bauran kebijakan optimal dalam menghadapi

technology shock. Ke depan dapat dilakukan simulasi bauran kebijakan optimal

dalam menghadapi capital inflow shock, domestic price shock, dan consumerโ€™s

preference shock.

Dengan sedikit modifikasi, model ini juga dapat digunakan untuk melakukan

simulasi kebijakan Capital Flow Management (CFM) sebagaimana ditunjukkan

dalam Purwanto (2017). Dengan demikian, analisis bauran kebijakan yang

dilakukan meliputi kebijakan moneter, makroprudensial, dan CFM. Hal ini terutama

akan sangat berguna dalam melakukan simulasi bauran kebijakan optimal dalam

menghadapi capital inflow shocks.

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini juga dapat digunakan untuk

melakukan welfare analysis dari kebijakan optimal yang diterapkan bank sentral9.

9 Welfare analysis dari kebijakan optimal bank sentral dapat dilakukan mengikuti Purwanto (2017).

Page 45: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

43

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak kebijakan tertentu yang akan

diimplementasikan oleh bank sentral terhadap welfare dari rumah tangga, baik

savers, borrowers maupun pengusaha. Informasi yang didapat akan sangat berguna

dalam proses formulasi kebijakan, terutama untuk melihat apakah kebijakan bank

sentral yang ditujukan untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem

keuangan memiliki unintended negative externalities terhadap agen ekonomi

tertentu.

Page 46: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

44

Daftar Pustaka

Agenor, P., Alper, K., dan Silva, L. 2011. Capital regulation, monetary policy and

financial stability. Working Papers Series No237, Central Bank of Brazil,

Brazil

Alpanda, S., Cateau, G. and Meh, C. 2014. A Policy Model to Analyze

Macroprudential Regulations and Monetary Policy. BIS Working Paper 461.

Angelini, P., Enria, A., Neri, S., Panetta, F. and Quagliariello, M. 2010. Pro-cyclicality

of capital regulation: is it a problem? How to fix it?. Questioni di Economia

e Finanza (Occasional Papers) 74. Bank of Italy. Economic Research and

International Relations Area.

Angelini, P., Neri, S. and Panetta, F. 2011.Monetary and macroprudential policies.

Temi di discussione (Economic working papers) 801.Bank of Italy. Economic

Research and International Relations Area.

Bianchi, J. and Mendoza E. 2010). Overborrowing, Financial Crises, and

Macroprudential: Taxes. NBER Working Paper 16091.

Cecchetti, S. G. dan Kohler, M. 2014. When capital adequacy and interest rate policy

are substitutes (and when they are not). International Journal of Central

Banking. 10(3):205-232.

Chadha, J., dan Corrado, L., 2012. Macro-prudential Policy in Liquidity: What does

a DSGE Model tell us?

Chen, J. dan Columba, F. 2016. Macroprudential and Monetary Policy Interactions

in a DSGE Model for Sweden. IMF Working Paper WP/16/74.

Drehmann, M., Borio, C., dan Tsatsaronis, K. 2011. Anchoring countercyclical

capital buffers: the role of credit aggregates. BIS Working Paper No 335,

Bank for International Settlements, Basel.

Ferreira, L., dan Nakane, M., 2015. Macroprudential Policy in a DSGE Model:

Anchoring the Countercyclical Capital Buffer.

Gerali, A., Neri, S. Sessa, L. and Signoretti, F., 2010. Credit and banking in a DSGE

model of the euro area. Temi di discussione (Economic working papers) 740.

Bank of Italy. Economic Research and International Relations Area.

Harmanta, Purwanto, N. and Oktiyanto, F. 2012. Sektor Perbankan dalam Model

DSGE. Bank Indonesia Working Paper No. WP/16/2012.

Harmanta, Purwanto, N., Rachmanto, A., and Oktiyanto, F. 2013. Penyempurnaan

Pemodelan Financial Frictions pada Model DSGE-Bank. Bank Indonesia

Working Paper No. WP/3/2013.

Page 47: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

45

Kannan, P., Rabanal, P., dan Scott, A. M. 2012. Monetary dan Macroprudential

policy rules in a model with house price booms. The B.E. Journal of

Macroeconomics, 12(1):16.

Kitoyaki, N. and J. Moore 1997. Credit Cycles. Journal of Political Economy 105(2),

211-248.

Meh, C. and Moran, K. 2010. The Role of Bank Capital in the Propagation of Shocks.

Journal of Economic Dynamics and Control 34, 555-576.

Purwanto, N. 2017. Essays on Macroeconomic Policy Mix for The Emerging Asian Economies-

Post Global Financial Crisis. Phd Thesis. University of Nottingham.

Purwanto, N., Suryaningsih, N., Kurniati, I. and Indriani, R. 2017. Pembangunan

Model Makroprudensial Berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium.

LHP. Bank Indonesia.

Quint, D. and Rabanal, P. 2013. Monetary and Macroprudential Policy in an

Estimated DSGE Model of the Euro Area. IMF Working Paper WP/13/209.

Suh, H. 2012. Macroprudential policy: Its effects and relationships to monetary

policy. Working Paper No 12-28, Federal Reserve Bank of Philadelphia,

Philadelphia.

Vermandel, G. 2015. The Setting of Macroprudential Instruments in the Eurozone:

An Estimated DSGE Analysis.

Page 48: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

46

Lampiran

Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)

Perilaku sektor keuangan, khususnya perbankan cenderung prosiklikal

dengan perekonomian yang bergerak naik dan turun. Saat kondisi ekonomi sedang

baik, perbankan akan melakukan ekspansi dan meningkatkan perilaku dalam

pengambilan risiko. Sementara itu, ketika kondisi ekonomi menurun, perbankan

cenderung menahan ekspansi dengan menahan penyaluran kredit atau mengurangi

perilaku dalam pengambilan risiko.

Bank Indonesia memperkenalkan kebijakan makroprudensial yang baru,

yaitu Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada tahun 2018 untuk mencegah

dan mengurangi risiko perilaku perbankan yang proksiklikal dan gangguan

terhadap fungsi intermediasi perbankan. Instrumen kebijkan RIM diharapkan dapat

mendorong fungsi intermediasi perbankan yang seimbang dan berkualitas kepada

sektor riil sesuai dengan kapasitas dan target pertumbuhan ekonomi dengan tetap

menjaga prinsip kehati-hatian. Kebijakan ini bersifat countercyclical dan dapat

disesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi yang diimplementasikan kepada

seluruh perbankan, baik konvensional maupun syariah.

Kebijakan RIM bagi bank konvensional telah dikenal sebelumnya dengan

GWM LFR (Giro Wajib Minimum loan to funding ratio), sedangkan bagi bank syariah

dikenal dengan GWM FDR (Giro Wajib Minimum Financing to Deposit Ratio) yang

merupakan bagian dari kebijakan GWM (Giro Wajib Minimum). Instrumen RIM

mengalami penyempurnaan dari sebelumnya dengan menambahkan komponen

surat berharga dalam perhitungannya.

Pemenuhan kewajiban Giro RIM, Giro RIM Syariah dipenuhi setelah

pemenuhan GWM dalam rupiah secara harian. Beberapa pokok pengaturan Giro

RIM dan RIM Syariah sebagai berikut.

Pengaturan RIM (BUK) RIM Syariah (BUS dan UUS)

Formula ๐พ๐‘Ÿ๐‘’๐‘‘๐‘–๐‘ก + ๐‘†๐ต ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘š๐‘–๐‘™๐‘–๐‘˜๐‘–

๐ท๐‘ƒ๐พ + ๐‘†๐ต ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘๐‘–๐‘ก๐‘˜๐‘Ž๐‘›

๐‘ƒ๐‘’๐‘š๐‘๐‘–๐‘Ž๐‘ฆ๐‘Ž๐‘Ž๐‘› + ๐‘†๐ต ๐‘†๐‘ฆ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘Žโ„Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘š๐‘–๐‘™๐‘–๐‘˜๐‘–

๐ท๐‘ƒ๐พ + ๐‘†๐ต ๐‘†๐‘ฆ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘–๐‘Žโ„Ž ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘๐‘–๐‘ก๐‘˜๐‘Ž๐‘›

Besaran dan

Parameter

Batas atas 92% Batas atas 92%

Batas bawah 80% Batas bawah 80%

KPMM sebesar 14% KPMM sebesar 14%

Bagi UUS, KPMM mengikuti KPMM BUK

yang menjadi induk UUS

Parameter disinsentif atas sebesar 0,2

Parameter disinsentif atas sebesar 0,2

Page 49: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

47

Pengaturan RIM (BUK) RIM Syariah (BUS dan UUS)

Parameter disinsentif

bawah sebesar 0,1

Parameter disinsentif bawah sebesar 0,1

Kriteria SB

dimiliki

Obligasi Sukuk Korporasi

diterbitkan oleh korporasi bukan bank dan oleh penduduk, public offering, investment grade, ditatausahakan di lembaga yang berwenang

Kriteria SB

diterbitkan

MTN, FRN, dan obligasi

selain obligasi subordinasi

MTN syariah dan sukuk selain sukuk

subordinasi

Dimiliki bukan bank, baik penduduk maupun bukan penduduk, public offering, rating investment grade, ditatausahakan di lembaga yang

berwenang

Dengan memperhatikan pokok-pokok kebijakan RIM, formula perhitungan

RIM pada perbankan dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Keterangan Bank Disinsentif

Bank A

RIM = RIM target

Sesuai dengan target, tidak dikenakan Giro

RIM.

Bank B RIM < RIM target (batas bawah)

Di bawah target. ๐บ๐‘–๐‘Ÿ๐‘œ ๐‘…๐ผ๐‘€ = 0.1 ร— (๐‘…๐ผ๐‘€ ๐‘ก๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘”๐‘’๐‘ก โˆ’ ๐‘…๐ผ๐‘€) ร— ๐ท๐‘ƒ๐พ

Bank C

RIM > RIM target (batas atas)

Di atas target.

- CAR โ‰ฅ 14%, Giro RIM = 0%

- CAR < 14% ๐บ๐‘–๐‘Ÿ๐‘œ ๐‘…๐ผ๐‘€ = 0.2 ร— (๐‘…๐ผ๐‘€ โˆ’ ๐‘…๐ผ๐‘€ ๐‘ก๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘”๐‘’๐‘ก) ร— ๐ท๐‘ƒ๐พ

Berdasarkan tabel tersebut, Bank A memiliki RIM yang berada pada kisaran

RIM target (80%--92%). Bank A tidak akan dikenakan Giro RIM. Bank B memiliki

RIM di bawah batas bawah target RIM (80%) sehingga dikenakan Giro RIM dengan

parameter disinsentif 0,1. Bank C yang memiliki RIM melebihi batas atas target RIM

akan dilihat CAR-nya. Jika mencapai KPMM 14% atau lebih, CAR tidak akan

dikenakan Giro RIM. Sementara itu, jika kurang dari KPMM 14%, CAR akan

dikenakan Giro RIM dengan parameter disinsentif 0,2.

Persamaan Model

1. Patient Household

a. ๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) + ๐‘ž๐‘ก

๐‘˜ (๐‘˜๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1

๐‘ƒ (๐‘–)) + ๐‘ž๐‘กโ„Ž (โ„Ž๐‘ก

๐‘ƒ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)โ„Ž๐‘กโˆ’1๐‘ƒ (๐‘–)) + ๐‘‘๐‘ก(๐‘–) +

๐‘ ๐‘ก(1 + ๐œŒ๐‘กโˆ’1)(1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1โˆ— )

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1โˆ— (๐‘–)

๐œ‹๐‘กโˆ— = ๐‘ค๐‘ก

๐‘ƒ๐‘™๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–) + (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1

๐‘‘ )๐‘‘๐‘กโˆ’1(๐‘–)

๐œ‹๐‘ก+ ๐‘…๐‘ก

๐‘˜๐‘ž๐‘ก๐‘˜๐‘˜๐‘กโˆ’1

๐‘ (๐‘–) + ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ—(๐‘–) +

๐‘ก๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)

b. ๐‘—๐œ€๐‘กโ„Ž

โ„Ž๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)

+ ๐›ฝ๐‘ƒ๐œ€๐‘ก+1 ๐‘ง

๐‘๐‘ก+1๐‘ƒ (๐‘–)

๐‘ž๐‘ก+1โ„Ž (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž) =

๐œ€๐‘ก๐‘ง

๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)๐‘ž๐‘กโ„Ž

c. ๐‘™๐‘ก๐‘(๐‘–)โˆ…

๐‘ค๐‘ก๐‘ƒ =

๐œ€๐‘ก๐‘ง

๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)

d. (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜) + ๐‘…๐‘ก+1๐‘˜ =

๐‘๐‘ก+1๐‘ƒ (๐‘–)

๐›ฝ๐‘ƒ๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)

๐‘ž๐‘ก๐‘˜

๐‘ž๐‘ก+1๐‘˜

๐œ€๐‘ก+1 ๐‘ง

๐œ€๐‘ก๐‘ง

e. ๐‘๐‘ก+1๐‘ƒ (๐‘–)

๐‘๐‘ก๐‘ƒ(๐‘–)

๐œ€๐‘ก๐‘ง

๐œ€๐‘ก+1 ๐‘ง

๐œ‹๐‘ก+1

๐›ฝ๐‘ƒ= (1 + ๐‘Ÿ๐‘ก

๐‘‘)

Page 50: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

48

f. (1+๐‘Ÿ๐‘ก

๐‘‘)

(1+๐œŒ๐‘ก)(1+๐‘Ÿ๐‘กโˆ—)=๐‘ ๐‘ก+1๐œ‹๐‘ก+1

๐‘ ๐‘ก๐œ‹๐‘ก+1โˆ—

g. ๐‘ก๐‘ก๐‘ƒ = ฮ ๐‘ก

๐ป + ฮ ๐‘ก๐น + ๐›ฑ๐‘ก

๐ปโˆ— + (1 โˆ’ ฯ‰๐‘)๐‘—๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก+๐œ…๐พ๐‘

2(๐พ๐‘กโˆ’1๐‘

๐ต๐‘กโˆ’1โˆ’ ๐œ๐‘กโˆ’1

๐‘ )2๐พ๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก+๐œ…๐‘‘

2(๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘ (๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’2๐‘‘ (๐‘—)

โˆ’

1)2

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘ ๐‘‘๐‘กโˆ’1

๐œ‹๐‘ก+๐œ…๐‘๐ป

2(๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป (๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’2๐‘๐ป (๐‘—)

โˆ’ 1)2

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป ๐‘๐‘กโˆ’1

๐ผ

๐œ‹๐‘ก+๐œ…๐‘๐ธ

2(๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ธ (๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’2๐‘๐ธ (๐‘—)

โˆ’ 1)2

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ธ ๐‘๐‘กโˆ’1

๐ธ

๐œ‹๐‘กโˆ’ ๐‘…๐‘กโˆ’1

๐ต๐‘กโˆ’1๐บ

๐œ‹๐‘ก+

๐‘ ๐‘ก(1 + ๐œŒ๐‘กโˆ’1)(1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1โˆ— )

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1โˆ—

๐œ‹๐‘กโˆ—

2. Impatient Household

a. ๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘–) + ๐‘ž๐‘ก

โ„Ž (โ„Ž๐‘ก๐ผ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)โ„Ž๐‘กโˆ’1

๐ผ (๐‘–)) + (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป )

๐‘๐‘กโˆ’1๐ผ (๐‘–)

๐œ‹๐‘ก= ๐‘ค๐‘ก

๐ผ๐‘™๐‘ก๐ผ(๐‘–) + ๐‘๐‘ก

๐ผ(๐‘–)

b. (1 + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป)๐‘๐‘ก

๐ผ(๐‘–) โ‰ค ๐‘š๐‘ก๐ผ(1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)๐ธ๐‘ก[๐‘ž๐‘ก+1

โ„Ž โ„Ž๐‘ก๐ผ(๐‘–)๐œ‹๐‘ก+1]

c. ๐œ€๐‘ก๐‘ง

๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘–)=๐‘™๐‘ก๐ผ(๐‘–)๐œ™

๐‘ค๐‘ก๐ผ

d. ๐‘—๐œ€๐‘กโ„Ž

โ„Ž๐‘ก๐ผ(๐‘–)+ (

๐œ€๐‘ก๐‘ง

๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘–)

๐œ‹๐‘ก+1

(1+๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป)โˆ’ ๐›ฝ๐ผ

๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐‘๐‘ก+1๐ผ (๐‘–)

)๐‘š๐‘ก๐ผ(1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)๐ธ๐‘ก[๐‘ž๐‘ก+1

โ„Ž ] + ๐›ฝ๐ผ๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐‘๐‘ก+1๐ผ (๐‘–)

๐‘ž๐‘ก+1โ„Ž (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž) =

๐œ€๐‘ก๐‘ง

๐‘๐‘ก๐ผ(๐‘–)๐‘ž๐‘กโ„Ž

3. Entrepreneurs

a. ๐‘ฆ๐‘ก๐ธ(๐‘–) = ๐‘Ž๐‘ก

๐ธ [(๐‘˜๐‘กโˆ’1๐ธ (๐‘–))

๐œŽ(๐‘˜๐‘กโˆ’1๐‘ (๐‘–))

1โˆ’๐œŽ]๐›ผ

[( ๐‘™๐‘ก ๐‘ƒ)๐œ‡( ๐‘™๐‘ก

๐ผ )1โˆ’๐œ‡]1โˆ’๐›ผ

b. (1 + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ) ๐‘๐‘ก

๐ธ(๐‘–) โ‰ค ๐‘š๐‘ก ๐ธ๐ธ๐‘ก[ ๐‘ž๐‘ก+1

๐‘˜ ๐œ‹๐‘ก+1(1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘ก

๐ธ(๐‘–)]

c. ๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘–) + ๐‘ค๐‘ก

๐‘ƒ ๐‘™๐‘ก ๐‘ƒ(๐‘–) + ๐‘ค๐‘ก

๐ผ ๐‘™๐‘ก ๐ผ (๐‘–) + (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1

๐‘๐ธ ) ๐‘๐‘กโˆ’1 ๐ธ (๐‘–)

๐œ‹๐‘ก+ ๐‘ž๐‘ก

๐‘˜ (๐‘˜๐‘ก๐ธ(๐‘–) โˆ’ (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1

๐ธ (๐‘–)) +

๐‘…๐‘ก๐‘˜๐‘ž๐‘ก๐‘˜๐‘˜๐‘กโˆ’1๐‘ (๐‘–) = ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ธ๐‘ฆ๐‘ก๐ธ(๐‘–) + ๐‘๐‘ก

๐ธ(๐‘–)

d. ๐‘…๐‘ก+1๐‘˜ = ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+1

๐ธ (1 โˆ’ ๐œŽ)๐›ผ๐‘ฆ๐‘ก+1๐ธ

๐‘˜๐‘ก๐‘(๐‘–)๐‘ž๐‘ก+1

๐‘˜

e. ๐‘ค๐‘ก ๐‘ƒ = (1 โˆ’ ๐›ผ)๐œ‡๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ธ ๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐‘™๐‘ก ๐‘ƒ

f. ๐‘ค๐‘ก ๐ผ = (1 โˆ’ ๐›ผ)(1 โˆ’ ๐œ‡)๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ธ ๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐‘™๐‘ก ๐ผ

g. 1

๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘–)๐‘ž๐‘ก๐‘˜ = (

๐œ‹๐‘ก+1

๐‘๐‘ก๐ธ(๐‘–)(1+๐‘Ÿ๐‘ก

๐‘๐ธ)โˆ’

๐›ฝ๐ธ

๐‘๐‘ก+1๐ธ (๐‘–)

)๐‘š๐‘ก๐ธ๐ธ๐‘ก[๐‘ž๐‘ก+1

๐‘˜ (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)] +๐›ฝ๐ธ

๐‘๐‘ก+1๐ธ (๐‘–)

((1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜) ๐‘ž๐‘ก+1 ๐‘˜ +

๐›ผ๐œŽ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+1๐ธ ๐‘ฆ๐‘ก+1

๐ธ

๐‘˜๐‘ก๐ธ(๐‘–))

4. Domestic Retailers

a. (1

1โˆ’๐œƒ๐ป((๐œ‹๐‘ก

๐ป)1โˆ’๐œ€๐‘…๐ป โˆ’ ํœƒ๐ป(๐œ‹๐‘กโˆ’1๐ป )1โˆ’๐œ€๐‘…๐ป))

1

1โˆ’๐œ€๐‘…๐ป

๐ธ๐‘ก โˆ‘ (๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐ป)๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+๐‘˜

๐‘ง

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ป (๐œ‹๐‘ก+๐‘˜๐ป )

๐œ€๐‘…๐ปโˆ’1โˆž๐‘˜=0 =

๐œ€๐‘…๐ป

๐œ€๐‘…๐ปโˆ’1๐ธ๐‘ก โˆ‘ (๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐ป)

๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+๐‘˜๐‘ง

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ป (๐œ‹๐‘ก+๐‘˜๐ป )

๐œ€๐‘…๐ป ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+๐‘˜๐ธ

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+๐‘˜๐ป

โˆž๐‘˜=0

b. ฮ ๐‘ก๐ป = (๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ป โˆ’ ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐ธ)๐‘ฆ๐‘ก

๐ป

c. ๐œ‹๐‘ก๐ป =

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐ป

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1๐ป ๐œ‹๐‘ก

5. Import Retailers

a. (1

1โˆ’๐œƒ๐น((๐œ‹๐‘ก

๐น)1โˆ’๐œ€๐น โˆ’ ํœƒ๐น(๐œ‹๐‘กโˆ’1๐น )1โˆ’๐œ€๐น))

1

1โˆ’๐œ€๐น

๐ธ๐‘ก โˆ‘ (๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐น)๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+๐‘˜

๐‘ง

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐น (๐œ‹๐‘ก+๐‘˜๐น )

๐œ€๐นโˆ’1โˆž๐‘˜=0 =

๐œ€๐น

๐œ€๐นโˆ’1๐ธ๐‘ก โˆ‘ (๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐น)

๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+๐‘˜๐‘ง

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ƒ ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐น (๐œ‹๐‘ก+๐‘˜๐น )

๐œ€๐น ๐‘ ๐‘ก+๐‘˜๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+๐‘˜๐นโˆ—

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐น

โˆž๐‘˜=0

Page 51: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

49

b. ฮ ๐‘ก๐น = (๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐น โˆ’ ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐นโˆ—)๐‘ฆ๐‘ก

๐น

c. ๐œ‹๐‘ก๐น =

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐น

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1๐น ๐œ‹๐‘ก

6. Export Retailers

a. ๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ— = (1 โˆ’ ํœ‚โˆ—) (

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐ปโˆ—

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐‘ฅโˆ—)

โˆ’(1+๐œ‡๐ปโˆ—)

๐œ‡๐ปโˆ—๐‘ฆ๐‘กโˆ—

b. (1

1โˆ’๐œƒ๐ปโˆ—((๐œ‹๐‘ก

๐ปโˆ—)1โˆ’๐œ€๐ปโˆ— โˆ’ ํœƒ๐ปโˆ—(๐œ‹๐‘กโˆ’1

๐ปโˆ— )1โˆ’๐œ€๐ปโˆ—))

1

1โˆ’๐œ€๐ปโˆ—

๐ธ๐‘ก โˆ‘ (๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐ปโˆ—)๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+๐‘˜

๐‘ง

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ปโˆ— (๐œ‹๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ— )

๐œ€๐ปโˆ—โˆ’1โˆž๐‘˜=0 =

๐œ€๐ปโˆ—

๐œ€๐ปโˆ—โˆ’1๐ธ๐‘ก โˆ‘ (๐›ฝ๐‘ƒํœƒ๐ปโˆ—)

๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+๐‘˜๐‘ง

๐‘๐‘ก+๐‘˜๐‘ ๐‘ฆ๐‘ก+๐‘˜

๐ปโˆ— (๐œ‹๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ— )

๐œ€๐ปโˆ— ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+๐‘˜๐ธ

๐‘ ๐‘ก+๐‘˜๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก+๐‘˜๐ปโˆ—

โˆž๐‘˜=0

c. ๐›ฑ๐‘ก๐ปโˆ— = (๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ปโˆ— โˆ’ ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐ธ)๐‘ฆ๐‘ก

๐ปโˆ—

d. ๐œ‹๐‘ก๐ปโˆ— =

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐ปโˆ—

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1๐ปโˆ— ๐œ‹๐‘ก

โˆ—

7. Bank โ€“ Wholesale Branch

a. ๐ต๐‘ก๐บ = (1 โˆ’ ฮ“๐‘ก โˆ’ ฮง๐‘ก)๐ท๐‘ก + ๐พ๐‘ก

๐‘ โˆ’ ๐ต๐‘ก

b. ๐พ๐‘ก๐‘ = (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘)

๐พ๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก+ฯ‰๐‘

๐‘—๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก

c. ๐‘…๐‘ก๐‘‘ = (1 โˆ’ ฮ“๐‘ก โˆ’ ฮง๐‘ก)๐‘…๐‘ก

d. ๐‘…๐‘ก๐‘ = ๐‘…๐‘ก โˆ’ ๐œ…๐พ๐‘ (

๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘ก)2

(๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘กโˆ’ ๐œ๐‘ก

๐‘)

e. ๐‘—๐‘ก๐‘ = ๐‘…๐‘ก๐ต๐‘ก

๐บ + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป๐‘๐‘ก

๐ผ + ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ๐‘๐‘ก

๐ธ โˆ’ ๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘๐ท๐‘ก โˆ’ [

๐œ…๐พ๐‘

2(๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘กโˆ’ ๐œ๐‘ก

๐‘)2

๐พ๐‘ก๐‘] โˆ’ [

๐œ…๐‘‘

2(๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘ (๐‘—)

โˆ’ 1)2

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘๐‘‘๐‘ก +

๐œ…๐‘๐ป

2(๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป (๐‘—)

โˆ’ 1)2

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป๐‘๐‘ก

๐ผ +๐œ…๐‘๐ธ

2(๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ(๐‘—)

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ธ (๐‘—)

โˆ’ 1)2

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ๐‘๐‘ก

๐ธ]

f. ๐ท๐‘ก = ๐‘‘๐‘ก

8. Bank โ€“ Loan Branch

a. ๐ต๐‘ก = ๐‘๐‘ก๐ผ + ๐‘๐‘ก

๐ธ

b. 1 +๐‘…๐‘ก๐‘๐œ€๐‘ก๐‘๐ป

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป + ๐›ฝ๐‘ƒ

๐‘๐‘ก๐‘

๐‘๐‘ก+1๐‘

๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐œ€๐‘ก๐‘ง ๐œ…๐‘๐ป (

๐‘Ÿ๐‘ก+1๐‘๐ป

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป โˆ’ 1)(

๐‘Ÿ๐‘ก+1๐‘๐ป

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป)

2๐‘๐‘ก+1๐ผ

๐‘๐‘ก๐ผ = ํœ€๐‘ก

๐‘๐ป + ๐œ…๐‘๐ป (๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป โˆ’ 1)

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ป

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ป

c. 1 +๐‘…๐‘ก๐‘๐œ€๐‘ก๐‘๐ธ

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ + ๐›ฝ๐‘ƒ

๐‘๐‘ก๐‘

๐‘๐‘ก+1๐‘

๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐œ€๐‘ก๐‘ง ๐œ…๐‘๐ธ (

๐‘Ÿ๐‘ก+1๐‘๐ธ

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ โˆ’ 1)(

๐‘Ÿ๐‘ก+1๐‘๐ธ

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ)

2๐‘๐‘ก+1๐ธ

๐‘๐‘ก๐ธ = ํœ€๐‘ก

๐‘๐ธ + ๐œ…๐‘๐ธ (๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ธ โˆ’ 1)

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘๐ธ

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘๐ธ

9. Bank โ€“ Deposit Branch

a. ํœ€๐‘ก๐‘‘ + ๐›ฝ๐‘ƒ

๐‘๐‘ก๐‘

๐‘๐‘ก+1๐‘

๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐œ€๐‘ก๐‘ง ๐œ…๐‘‘ (

๐‘Ÿ๐‘ก+1๐‘‘

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘ โˆ’ 1)(

๐‘Ÿ๐‘ก+1๐‘‘

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘ )

2๐‘‘๐‘ก+1

๐‘‘๐‘ก=๐œ€๐‘ก๐‘‘๐‘…๐‘ก

๐‘‘

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘ + 1 + ๐œ…๐‘‘ (

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘ โˆ’ 1)

๐‘Ÿ๐‘ก๐‘‘

๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1๐‘‘

10. Capital Goods Producers

a. ๐‘˜๐‘ก = (1 โˆ’ ๐›ฟ๐‘˜)๐‘˜๐‘กโˆ’1 + ํœ€๐‘ก

๐‘ž๐‘˜(1 โˆ’

๐œ…๐‘–

2(๐‘–๐‘ก๐‘˜

๐‘–๐‘กโˆ’1๐‘˜ โˆ’ 1)

2

) ๐‘–๐‘ก๐‘˜

b. ๐‘˜๐‘ก = ๐‘˜๐‘ก๐‘ƒ + ๐‘˜๐‘ก

๐ธ

c. ๐‘ž๐‘ก๐‘˜ =

๐œ…๐‘–๐‘ž๐‘ก๐‘˜

2(๐‘–๐‘ก๐‘˜

๐‘–๐‘กโˆ’1๐‘˜ โˆ’ 1)

2

+๐œ…๐‘–๐‘ž๐‘ก

๐‘˜๐‘–๐‘ก๐‘˜

๐‘–๐‘กโˆ’1๐‘˜ (

๐‘–๐‘ก๐‘˜

๐‘–๐‘กโˆ’1๐‘˜ โˆ’ 1) +

1

๐œ€๐‘ก๐‘ž๐‘˜ โˆ’ ๐›ฝ๐‘ƒ

๐‘๐‘ก๐‘

๐‘๐‘ก+1๐‘

๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐œ€๐‘ก๐‘ง (๐œ…๐‘–๐‘ž๐‘ก+1

๐‘˜ ๐œ€๐‘ก+1๐‘ž๐‘˜

๐œ€๐‘ก๐‘ž๐‘˜ (

๐‘–๐‘ก+1๐‘˜

๐‘–๐‘ก๐‘˜ โˆ’ 1)(

๐‘–๐‘ก+1๐‘˜

๐‘–๐‘ก๐‘˜ )

2

)

Page 52: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

50

11. Housing Producers

a. โ„Ž๐‘ก = (1 โˆ’ ๐›ฟโ„Ž)โ„Ž๐‘กโˆ’1 + ํœ€๐‘ก

๐‘žโ„Ž(1 โˆ’

๐œ…โ„Ž

2(๐‘–๐‘กโ„Ž

๐‘–๐‘กโˆ’1โ„Ž โˆ’ 1)

2

) ๐‘–๐‘กโ„Ž

b. โ„Ž๐‘ก = โ„Ž๐‘ก๐‘ƒ + โ„Ž๐‘ก

๐ผ

c. ๐‘ž๐‘กโ„Ž = (

๐œ…โ„Ž๐‘ž๐‘กโ„Ž

2(๐‘–๐‘กโ„Ž

๐‘–๐‘กโˆ’1โ„Ž โˆ’ 1)

2

+๐œ…โ„Ž๐‘ž๐‘ก

โ„Ž๐‘–๐‘กโ„Ž

๐‘–๐‘กโˆ’1โ„Ž (

๐‘–๐‘กโ„Ž

๐‘–๐‘กโˆ’1โ„Ž โˆ’ 1)) +

1

๐œ€๐‘ก๐‘žโ„Ž โˆ’ ๐›ฝ๐‘ƒ

๐‘๐‘ก๐‘

๐‘๐‘ก+1๐‘

๐œ€๐‘ก+1๐‘ง

๐œ€๐‘ก๐‘ง ๐œ…โ„Ž๐‘ž๐‘ก+1

โ„Ž ๐œ€๐‘ก+1๐‘žโ„Ž

๐œ€๐‘ก๐‘žโ„Ž (

๐‘–๐‘ก+1โ„Ž

๐‘–๐‘กโ„Ž โˆ’

1)(๐‘–๐‘ก+1โ„Ž

๐‘–๐‘กโ„Ž )

2

12. Finished Goods Producers

a. ๐‘ฆ๐‘ก๐ป = ๐‘ฆ๐‘ก๐œ‰๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ป(โˆ’1+๐œ‡๐น๐‘ƒ๐œ‡๐น๐‘ƒ

)

b. ๐‘ฆ๐‘ก๐น = ๐‘ฆ๐‘ก(1 โˆ’ ๐œ‰)๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐นโˆ’(1+๐œ‡๐น๐‘ƒ๐œ‡๐น๐‘ƒ

)

c. ๐‘ฆ๐‘ก = ๐‘ฆ๐‘ก๐ป๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ป + ๐‘ฆ๐‘ก๐น๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐น

13. Countryโ€™s Risk Premium

a. (1 + ๐œŒ๐‘ก) = ๐‘’๐‘ฅ๐‘ (โˆ’๐œ‘๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

โˆ—

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ ) ํœ€๐‘ก

๐œŒ

14. Market Clearing dan Balance of Payment

a. ๐‘ฆ๐‘ก๐ธ = ๐‘ฆ๐‘ก

๐ป + ๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ—

b. ๐‘ฆ๐‘ก = ๐‘๐‘ก๐‘ƒ + ๐‘๐‘ก

๐ผ + ๐‘๐‘ก๐ธ + ๐‘–๐‘ก

๐‘˜ + ๐‘–๐‘กโ„Ž + ๐›ฟ๐‘

๐พ๐‘กโˆ’1๐‘

๐œ‹๐‘ก

c. ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐นโˆ—๐‘ฆ๐‘ก

๐น + ๐‘ ๐‘ก(1 + ๐œŒ๐‘กโˆ’1)(1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1โˆ— )

๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1โˆ— (๐‘–)

๐œ‹๐‘กโˆ— = ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

๐ปโˆ—๐‘ฆ๐‘ก๐ปโˆ— + ๐‘ ๐‘ก๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก

โˆ—(๐‘–)

15. Others

a. (1 + ๐‘…๐‘ก) = (1 + ๐‘…)(1โˆ’๐œ™๐‘…)(1 + ๐‘…๐‘กโˆ’1)

๐œ™๐‘… (๐œ‹๐‘ก

๐œ‹)๐œ™๐œ‹(1โˆ’๐œ™๐‘…)

(๐‘ฆ๐‘ก

๐‘ฆ)๐œ™๐‘ฆ(1โˆ’๐œ™๐‘…)

๐œ–๐‘ก๐‘…

b. (1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ—) = (1 โˆ’ ๐œŒ๐‘Ÿโˆ—)(1 + ๐‘Ÿโˆ—) + ๐œŒ๐‘Ÿโˆ—(1 + ๐‘Ÿ๐‘กโˆ’1

โˆ— ) + ๐œ–๐‘ก๐‘Ÿโˆ—

c. ๐‘š๐‘ก๐ผ = (๐‘š๐‘กโˆ’1

๐ผ )๐œŒ๐‘š๐ผ (๐‘š๐ผ (

๐ต๐‘ก๐ผ

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต๐ผ

๐‘ฆ๐ธ

)

โˆ’๐œ™๐‘š๐ผ

)

1โˆ’๐œŒ๐‘š๐ผ

ํœ€๐‘ก๐‘š๐ผ or

๐‘š๐‘ก๐ผ = ๐œ™๐‘š๐ผ๐‘š๐‘กโˆ’1

๐ผ + (1 โˆ’ ๐œ™๐‘š๐ผ)๐‘š๐ผ + ๐œ–๐‘ก

๐‘š๐ผ

d. ๐‘š๐‘ก๐ธ = (๐‘š๐‘กโˆ’1

๐ธ )๐œŒ๐‘š๐ธ (๐‘š๐ธ (

๐ต๐‘ก๐ธ

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต๐ธ

๐‘ฆ๐ธ

)

โˆ’๐œ™๐‘š๐ธ

)

1โˆ’๐œŒ๐‘š๐ธ

ํœ€๐‘ก๐‘š๐ธ or

๐‘š๐‘ก๐ธ = ๐œ™๐‘š๐ธ๐‘š๐‘กโˆ’1

๐ธ + (1 โˆ’ ๐œ™๐‘š๐ธ)๐‘š๐ธ + ๐œ–๐‘ก

๐‘š๐ธ

e. ๐œ๐‘ก๐‘ = (๐œ๐‘กโˆ’1

๐‘ )๐œŒ๐œ๐‘ (๐œ๐‘ (

๐ต๐‘ก

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต

๐‘ฆ๐ธ

)

โˆ’๐œ™๐œ๐‘

)

1โˆ’๐œŒ๐œ๐‘

ํœ€๐‘ก๐œ๐‘ or

๐œ๐‘ก๐‘ = ๐œ™๐œ๐‘๐œ๐‘กโˆ’1

๐‘ + (1 โˆ’ ๐œ™๐œ๐‘)๐œ๐‘ + ๐œ–๐‘ก

๐œ๐‘

f. ํœ€๐‘ก๐‘ง = ๐œŒ๐œ€๐‘งํœ€๐‘กโˆ’1

๐‘ง + (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐‘ง)ํœ€๐‘ง + ๐œ–๐‘ก๐œ€๐‘ง

g. ํœ€๐‘กโ„Ž = ๐œŒ๐œ€โ„Žํœ€๐‘กโˆ’1

โ„Ž + (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€โ„Ž)ํœ€โ„Ž + ๐œ–๐‘ก๐œ€โ„Ž

h. ํœ€๐‘ก๐‘๐ป = ๐œŒ๐œ€๐‘๐ปํœ€๐‘กโˆ’1

๐‘๐ป + (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐‘๐ป)ํœ€๐‘๐ป + ๐œ–๐‘ก๐œ€๐‘๐ป

i. ํœ€๐‘ก๐‘๐ธ = ๐œŒ๐œ€๐‘๐ธํœ€๐‘กโˆ’1

๐‘๐ธ + (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐‘๐ธ)ํœ€๐‘๐ธ + ๐œ–๐‘ก๐œ€๐‘๐ธ

Page 53: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh

51

j. ํœ€๐‘ก๐‘‘ = ๐œŒ๐œ€๐‘‘ํœ€๐‘กโˆ’1

๐‘‘ + (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐‘‘)ํœ€๐‘‘ + ๐œ–๐‘ก๐œ€๐‘‘

k. ํœ€๐‘ก๐‘ž๐‘˜= ๐œŒ๐œ€๐‘ž๐‘˜ํœ€๐‘กโˆ’1

๐‘ž๐‘˜+ (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐‘ž๐‘˜)ํœ€๐‘ž๐‘˜ + ๐œ–๐‘ก

๐œ€๐‘ž๐‘˜

l. ํœ€๐‘ก๐‘žโ„Ž= ๐œŒ๐œ€๐‘žโ„Žํœ€๐‘กโˆ’1

๐‘žโ„Ž+ (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐‘žโ„Ž)ํœ€๐‘žโ„Ž + ๐œ–๐‘ก

๐œ€๐‘žโ„Ž

m. ํœ€๐‘ก๐œŒ= ๐œŒ๐œ€๐œŒํœ€๐‘กโˆ’1

๐œŒ+ (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ€๐œŒ)ํœ€๐œŒ + ๐œ–๐‘ก

๐œ€๐œŒ

n. ๐‘™๐‘›(๐‘Ž๐‘ก๐ธ) = ๐œŒ๐‘Ž๐ธ๐‘™๐‘›(๐‘Ž๐‘กโˆ’1

๐ธ ) + ๐œ–๐‘ก๐‘Ž๐ธ

o. ๐œ‹๐‘กโˆ— = ๐œŒ๐œ‹โˆ—๐œ‹๐‘กโˆ’1

โˆ— + (1 โˆ’ ๐œŒ๐œ‹โˆ—)๐œ‹โˆ— + ๐œ–๐‘ก๐œ‹โˆ—

p. ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐นโˆ— = ๐œŒ๐‘๐นโˆ—๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1

๐นโˆ— + (1 โˆ’ ๐œŒ๐‘๐นโˆ—)๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐นโˆ— + ๐œ–๐‘ก

๐นโˆ—

q. ๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐‘ฅโˆ— = ๐œŒ๐‘๐‘ฅโˆ—๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘กโˆ’1

๐‘ฅโˆ— + (1 โˆ’ ๐œŒ๐‘๐‘ฅโˆ—)๏ฟฝฬƒ๏ฟฝ๐‘ก๐‘ฅโˆ— + ๐œ–๐‘ก

๐‘ฅโˆ—

r. ๐‘ฆ๐‘กโˆ— = ๐œŒ๐‘ฆโˆ—๐‘ฆ๐‘กโˆ’1

โˆ— + (1 โˆ’ ๐œŒ๐‘ฆโˆ—)๐‘ฆ๐‘กโˆ— + ๐œ–๐‘ก

๐‘ฆโˆ—

s. ฮ“๐‘ก = ๐œŒฮ“ฮ“๐‘กโˆ’1 + (1 โˆ’ ๐œŒ

ฮ“)ฮ“ + ๐œ–๐‘กฮ“

t. ฮง๐‘ก = ๐‘‹_๐‘๐‘Ž [(๐ต๐‘ก

๐ท๐‘กโˆ’ ๐œ’๐‘ก)

2]

1

2

u. ๐œ’๐‘ก = (๐œ’๐‘กโˆ’1)๐œŒ๐œ’ (๐œ’(

๐ต๐‘ก

๐‘ฆ๐‘ก๐ธ

๐ต

๐‘ฆ๐ธ

)

โˆ’๐œ™๐œ’

)

1โˆ’๐œŒ๐œ’

ํœ€๐‘ก๐œ’ or

๐œ’๐‘ก = ๐œŒ๐œ’๐œ’๐‘กโˆ’1 + (1 โˆ’ ๐œŒ

๐œ’)๐œ’ + ๐œ–๐‘ก๐œ’

v. ๐‘๐‘ก = ๐‘๐‘ก๐‘ƒ + ๐‘๐‘ก

๐ผ + ๐‘๐‘ก๐ธ

w. ๐‘–๐‘ก = ๐‘–๐‘ก๐‘˜ + ๐‘–๐‘ก

โ„Ž

x. ๐ถ๐ด๐‘…๐‘ก =๐พ๐‘ก๐‘

๐ต๐‘ก

y. ๐ฟ๐ท๐‘…๐‘ก =๐ต๐‘ก

๐ท๐‘ก