publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina...
Transcript of publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina...
![Page 1: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/1.jpg)
1
Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani
Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank Indonesia.
2018
PEMBANGUNAN MODEL MAKROFINANSIAL
BERBASIS DYNAMIC STOCHASTIC GENERAL
EQUILIBRIUM
INDONESIA: SMALL OPEN ECONOMY
WP/6/2018
WORKING PAPER
![Page 2: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/2.jpg)
0
Pembangunan Model Makrofinansial Berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium
Indonesia: Small Open Economy
Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati1, Reni Indriani2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membangun model makrofinansial
berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE) yang digunakan untuk mempelajari transmisi kebijakan makroprudensial dan interaksinya
dengan kebijakan moneter untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan. Model dalam penelitian ini dibangun dengan asumsi bahwa small open economy dikalibrasi dengan menggunakan data
Indonesia yang diambil pada periode mulai dari 2000Q3 sampai dengan 2107Q4. Instrumen kebijakan yang dimodelkan terdiri atas suku bunga
kebijakan, LTV ratio, minimum CAR requirement, dan RIM. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa instrumen kebijakan makroprudensial yang terdapat di dalam model dapat digunakan untuk meredam pertumbuhan
kredit dan akan berdampak pada penurunan PDB (bersifat countercyclical). Hasil simulasi model juga menunjukkan bahwa penerapan bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial memiliki kinerja yang lebih baik dalam mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan jika dibandingkan dengan implementasi kebijakan moneter dalam menghadapi technological shock.
Keywords: DSGE, monetary policy, macroprudential policy
JEL classification: E32, E44, E52, E58
1 Peneliti Ekonomi Senior dan Peneliti Ekonomi di Departemen Kebijakan Makroprudensial, email: [email protected]; [email protected]. 2 Konsultan peneliti di Departemen Kebijakan Makroprudensial.
![Page 3: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/3.jpg)
1
1. Pendahuluan
Adanya krisis keuangan global pada tahun 2008 menekankan kelemahan
kerangka kerja makroekonomi yang ada dan menyadarkan para ekonom bahwa
terdapat hubungan yang sangat kuat antara sektor keuangan dan sektor riil. Sejak
saat itu, banyak kajian yang mengangkat keterkaitan antara kebijakan moneter dan
kebijakan makroprudensial.
Sebagai bank sentral, BI memerlukan model struktural yang menggambarkan
perilaku agen-agen perekonomian dalam merespons kebijakan, baik moneter
maupun makroprudensial yang dikeluarkannya. Otoritas memerlukan model yang
dapat menggambarkan bagaimana kebijakan moneter dan makroprudensial
berinteraksi dalam mewujudkan kestabilan makroekonomi dan kestabilan sistem
keuangan. Salah satu model yang dapat menangkap perilaku tersebut adalah model
struktural berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE). Model DSGE
telah dikembangkan dan digunakan oleh beberapa bank sentral, seperti European
Central Banks, the Federal Reserve, Bank of Canada, Norges Bank, dan Sveriges
Riskbank.
Model DSGE memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan model
ekonomi lainnya. Kelebihan tersebut terutama dalam hal berikut: i) memiliki
landasan mikroekonomi yang jelas karena mencakup agen-agen perekonomian yang
fungsi utilitasnya akan dioptimalkan; ii) robust terhadap Lucas Critique; iii) memiliki
welfare analysis yang jelas karena dapat membandingkan beberapa kebijakan
secara bersamaan; dan iv) dapat digunakan untuk melakukan formulasi kebijakan
yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun model makrofinansial berbasis
DSGE dengan data dan karakteristik ekonomi Indonesia. Model ini merupakan
kelanjutan dari pengembangan model yang telah dilakukan pada tahun 2017
(Purwanto dkk., 2017). Model DSGE awal yang dikembangkan pada tahun 2017
tersebut mengasumsikan closed economy. Model yang dikembangkan dalam
penelitian ini mengasumsikan small open economy dengan sektor perbankan yang
lebih terperinci sehingga dimungkinkan untuk melakukan simulasi transmisi
kebijakan moneter dan makroprudensial ke sektor riil. Model yang dibangun
variabel dan parameternya dikalibrasi dengan menggunakan data Indonesia terkini.
![Page 4: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/4.jpg)
2
Pada penelitian ini kebijakan moneter yang dimodelkan adalah suku bunga
kebijakan, sedangkan kebijakan makroprudensial yang dimodelkan terdiri atas Loan
to Value ratio requirement (LTV ratio), minimum Capital Adequacy Ratio (CAR)
requirement, dan kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) yang baru
diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2017. Dalam penelitian ini, selain simulasi
shock kebijakan moneter dan makroprudensial, dilakukan analisis bauran
kebijakan optimal ketika ekonomi menghadapi technological shock.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa instrumen makroprudensial yang
dimodelkan memiliki karakteristik countercyclical sehingga dapat digunakan untuk
mengurangi (menambah) laju pertumbuhan kredit dan berdampak pada
perlambatan (percepatan) laju pertumbuhan ekonomi. Hasil simulasi model juga
menunjukkan bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial
memiliki kinerja yang lebih baik dalam mencapai stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan jika dibandingkan dengan hanya mengimplementasikan kebijakan
moneter dalam menghadapi technological shock.
Penulisan karya ilmiah ini terbagi ke dalam lima bagian. Bagian 1 (satu)
mengenai pendahuluan, bagian 2 (dua) menjabarkan kajian literatur terkait model
DSGE dan kebijakan makroprudensial. Penjelasan mengenai model dan persamaan
fungsi utilitas dari agen-agen yang digunakan disediakan pada bagian 3 (tiga).
Bagian 4 (empat) membahas mengenai angka kalibrasi dan simulasi model. Pada
bagian akhir, bagian 5 (lima) akan menjelaskan simpulan dan saran untuk
kelanjutan penelitian ini.
![Page 5: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/5.jpg)
3
2. Studi Literatur
2.1. Studi Terdahulu
Salah satu penelitian yang banyak dijadikan dasar pengembangan model
untuk simulasi kebijakan makroprudensial di berbagai bank sentral adalah
penelitian Gerali et al. (2010). Penelitiannya menggunakan model DSGE untuk
ekonomi tertutup dengan financial frictions dan sektor perbankan. Gerali et al.
mengestimasi model DSGE dengan data Euro Area dengan menggunakan metode
Bayesian. Friksi di pasar finansial/kredit dalam model berupa borrowing constraint
dan sektor perbankan yang beroperasi pada kondisi monopolistic competitive. Di
dalam model tersebut terdapat agen rumah tangga (patient dan impatient),
pengusaha, monopolistically-competitive financial intermediaries (banks), capital
goods producers, goods retailers, dan otoritas kebijakan moneter. Dalam model
Gerali et al., penambahan โfinancial channelโ memberikan dampak pada ekonomi
riil melalui spread suku bunga. Selain itu, shock yang terjadi pada sektor keuangan
atau perbankan merupakan faktor yang paling berdampak pada jatuhnya output di
Euro area selama periode GFC. Hasil simulasi memberikan gambaran bahwa dengan
skenario โcredit crunchโ terdapat potensi yang berdampak besar pada output dan
investasi.
Di Indonesia telah dilakukan penelitian yang mengacu pada model yang
dikembangkan oleh Gerali et al. (2010) dan telah disesuaikan dengan kondisi di
Indonesia. Harmanta et al. (2012) melakukan modifikasi pada model Gerali et al.
dengan menerapkan asumsi small open economy, financial frictions berupa collateral
constraints, sektor perbankan, serta penambahan agen pemerintah. Model ini
mampu menyimulasikan kebijakan moneter (suku bunga BI) dan kebijakan
makroprudensial (simulasi perubahan Giro Wajib Minimum (GWM), minimum CAR
requirement, dan LTV ratio) serta dapat digunakan untuk melakukan analisis
kebijakan guna menghadapi shock yang berasal dari sektor perbankan.
Harmanta et al. (2013) melakukan penyempurnaan pemodelan financial
frictions di model DSGE sebelumnya dengan memasukkan pendekatan financial
accelerator. Financial accelerator diterapkan pada agen pengusaha yang
menyewakan hasil investasi modal yang dimilikinya.
Perbandingan beberapa penelitian terkait dengan DSGE dan kebijakan
makroprudensial dapat dilihat pada tabel berikut ini.
![Page 6: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/6.jpg)
4
Tabel 2.1. Penelitian terkait DSGE dan Kebijakan Makroprudensial
Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-
densial
Gerali et al. (2010)
Data Eropa dengan teknik
Bayesian
Mengetahui peran bank dan imperfect competition pada
sektor perbankan dalam transmisi kebijakan moneter dan technology shock.
Shock yang berasal dari
sektor perbankan memberikan dampak yang
besar pada penurunan output Euro tahun 2008, sedangkan shock dari
makroekonomi memberi dampak yang kecil
Patient households, Impatient households, Pengusaha Loans and deposits demand, Banks: wholesale branch & retail banking (loan branch dan deposit branch), Labor market, Capital goods producers, Goods retailers, Monetary Policy
LTV ratio
Drehman
et al. (2011)
36 negara
dengan tambahan Euro Area dengan signal extraction method
Meneliti kinerja
variabel yang berbeda sebagai anchors untuk
menetapkan besar countercyclical regulatory capital buffer bagi bank
Deviasi antara rasio credit-to-GDP dan tren jangka
panjangnya memberikan performa terbaik sebagai leading indikator pada fase
build-up. Indikator lain, seperti credit spread lebih
baik sebagai indikator dalam fase release.
Counter-
cyclical Capital Buffer (CCB)
Agenor et al. (2011)
Data Brazil
DSGE dengan imperfect credit markets. Closed economy.
Meneliti peran dari regulasi bank kapital
dan kebijakan moneter dalam mengurangi prosiklikalitas dan
mengembangkan kebijakan makroekonomi dan stabilitas keuangan
Hasil numerik menunjukkan bahwa walaupun kebijakan
moneter dapat berpengaruh kuat terhadap deviasi inflasi dari target, penggabungan aturan suku bunga credit-augmented dan Basel III-type countercyclical capital regulatory rule dapat
mengoptimalkan stabilitas ekonomi secara keseluruhan
Infinitely-lived households
(constrained dan unconstrained), intermediate &
finan good producer, Capital good producer, Bank, Pemerintah, Bank Sentral
(mandatnya termasuk regulasi terhadap bank)
Min CAR Requirement
Chadha dan Currado
(2012)
UK General Equilibrium
Monetary Model
Penggunaan kebijakan makroprudensial
pada sistem perbankan menggunakan likuiditas dan
penahanan modal. Bank dapat memilih optimal mix dari aset
mereka, baik untuk reserve kepada bank
sentral maupun pinjaman swasta.
BASEL III membuat bank komersial mendapat insentif untuk menyimpan aset
likuid yang lebih besar, seperti reserves, tetapi juga
memberikan insentif untuk meningkatkan variasi siklus pada penyimpanan reserve.
Household and production sector, Commercial Banks and Asset Management, Central bank
![Page 7: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/7.jpg)
5
Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-
densial
Kannan et al.
(2012)
US DSGE model
dengan Housing
Meneliti respons kebijakan yang tepat
atas beberapa pertanyaan: โข manfaat dari bereaksi terhadap
sinyal kerentanan pada sistem keuangan โข apakah kebijakan
moneter merupakan alat yang tepat dalam merespons indikator tersebut
ataukah kebijakan lain yang sebaiknya digunakan โข trade off antara
kebijakan yang berfokus pada kestabilan output gap dan inflasi dan
mencoba untuk mengurangi risiko asset price
Reaksi moneter yang kuat terhadap mekanisme
akselerator yang mendorong pertumbuhan kredit dan harga rumah dapat membantu stabilitas
makroekonomi. Penggunaan instrumen makroprudensial yang didesain secara khusus untuk meredam siklus pasar
kredit juga dapat membantu menjaga kestabilan ketika perekonomian menghadapi shock sektor keuangan dan
permintaan perumahan.
Households (savers dan
borrowers), Financial intermediaries, Producers (intermediate and final goods producers)
Min CAR Requirement, LTV ratio
Angelini et al. (2012)
Euro area DSGE
Meneliti interaksi antara kebijakan makroprudensial
dan kebijakan moneter.
Dalam kondisi "normal" (ketika siklus ekonomi didorong oleh shock di sisi
supply), kebijakan
makroprudensial memberi manfaat yang tidak terlalu
besar untuk stabilitas makroekonomi jika dibandingkan dengan dunia yang "monetary-policy-only".
Kurangnya kerja sama antara otoritas makroprudensial dan bank sentral akan menghasilkan
kebijakan yang bertentangan sehingga hasilnya kurang optimal. Manfaat menggunakan kebijakan
makroprudensial cenderung cukup besar ketika terjadi shock keuangan yang memengaruhi supply kredit
dan penting dalam mendorong dinamika ekonomi.
Households (patient and impatient), pengusaha, bank
Min CAR Requirement, LTV ratio
Suh (2012)
US DSGE model dengan financial frictions
Meneliti interaksi antara kebijakan makroprudensial dan kebijakan
moneter menggunakan DSGE model dengan financial frictions
Kebijakan makroprudensial dapat menstabilkan siklus kredit. Memaksimalkan welfare dalam kebijakan
moneter hanya mengarah pada kestabilan inflasi dan kebijakan makroprudensial
yang hanya menstabilkan kredit.
Households
(penabung dan peminjam), Pengusaha,
Financial contract (business & household loan)
dan financial intermediary,
Modal dan
produsen barang-barang retail
Min CAR Requirement, LTV ratio
Cecchetti
& Kohler (2014)
Sederhana,
Statis, model linear
meneliti apakah
syarat kecukupan modal dan suku bunga dapat menjadi pengganti dalam
memenuhi tujuan kestabilan ekonomi
Kedua tools tersebut dapat
menjadi pengganti dalam memenuhi tujuan kebijakan moneter konvensional. Selain itu, pada prinsipnya
kedua variabel tersebut dapat memenuhi tujuan stabilitas keuangan.
Minimum CAR requirement
![Page 8: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/8.jpg)
6
Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-
densial
Quint & Rabanal
(2014)
Euro Area, Bayesian
DSGE, real, nominal, dan financial frictions dari
kebijakan moneter dan
makropru-densial.
Mencari optimal mix kebijakan moneter
dan makroprudensial dalam estimasi model dua negara
euro area
Penggunaan kebijakan makroprudensial dapat
mengurangi volatilitas makroekonomi, meningkatkan welfare, dan
secara parsial mengganti
peran kebijakan moneter yang masih belum tepat
Domestic dan international intermediaries, Households
(penabung dan
peminjam), Perusahaan, teknologi, dan nominal rigidities final & intermediate goods producers.
LTV ratio
Alpand, et al. (2014)
Kanada DSGE dengan real, nominal, dan financial friction
Melihat dampak kebijakan makroprudensial terhadap
perekonomian dengan 4 pendekatan: - Interaksi rumah
tangga, perusahaan, dan bank - Risk taking channel investor
- Penggabungan utang jangka panjang rumah tangga dan
pengusaha untuk beberapa periode - interaksi antara
instrumen makroprudensial (LTV dan CAR)
Kebijakan tertarget (misalnya LTV) merupakan kebijakan yang paling efektif dan paling murah,
selanjutnya diikuti oleh regulasi bank kapital dan kebijakan moneter.
Patient dan impatient households, Banks
(intermediaries),
dan pengusaha.
Minimum CAR requirement, LTV ratio
Ferreira
dan Nakane (2015)
Brazil
Bayesian
Kebijakan
makroprudensial dan moneter
Insentif untuk menahan aset
likuid dilemahkan oleh peningkatan berlebihan pada external financial premium.
โข Household
(patient dan impatient household)
โข Bank (monopolistically competitive bank)
โข Pengusaha โข Bank Sentral
CCB
Vermandel (2015)
Euro Zone 2 countries
DSGE
Mengetahui bentuk instrumen
makroprudensial yang paling sesuai dengan federasi,
seperti Euro Zone
Terdapat kemungkinan konflik antara implementasi
makroprudensial yang heterogen pada level federal dan nasional apabila
menggunakan instrumen tunggal.
โข Households
โข Firma โข Pengusaha โข Bank โข Capital Supplier
โข Bank Sentral
CCB, sectoral Capital Req., LTV, Loan to Income, LCR, Net
Stable Funding Ratio, LDR, Margin & Haircut Req., Large Exposure Req., CCP clearing req., SIFI capital surcharge, Increased disclosure, Structural systemic risk buffer
Tjahyono dan Waluyo
(2010)
Indonesia DSGE dengan financial accelerator
Mengembangkan model DSGE dengan memasukkan faktor financial accelerator (efek procyclicality)
Dampak kebijakan moneter pada makroekonomi lebih tinggi jika memperhitungkan financial accelerator.
-
![Page 9: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/9.jpg)
7
Paper Keterangan Tujuan Hasil Agen Instrumen Makropru-
densial
Harmanta et al.
(2012)
Indonesia โข model untuk small open economy
โข dilengkapi oleh financial frictions
berupa collateral constraints
dan sektor perbankan
Mengembangkan
model DSGE dengan sektor perbankan dan mencakup financial friction
pada rumah tangga berupa collateral constraints
simulasi kebijakan moneter dan makroprudensial
Analisis kebijakan dalam menghadapi shock dari sektor
perbankan
Kebijakan moneter penting
untuk dilaksanakan tepat waktu untuk menghadapi shock yang berasal dari
sektor perbankan
Peningkatan LTV ratio requirement untuk kredit
rumah tangga/
perusahaan akan mendorong peningkatan hasil dan inflasi.
Patient dan impatient households;
pengusaha; Capital good producers; housing producers; final
(konsumsi)
produsen barang; retailer domestik; Exporting retailers;
Importing retailers; Bank;
Pemerintah, dan
Bank Sentral.
Minimum CAR requirement minimum, LTV ratio, GWM
Harmanta et al.
(2013) dan (2014)
Indonesia DSGE
Menyempurnakan
model sebelumnya dengan menambah financial frictions pada sisi
pengusaha berupa financial accelerator di samping frictions
pada sisi household berupa collateral constraints
Melakukan simulasi kebijakan
moneter dan makroprudensial
Melakukan analisis kebijakan
yang diperlukan dalam menghadapi shock yang berasal
dari sektor perbankan
Shock pada sektor
perbankan menyebabkan penurunan PDB dan inflasi
Policy mix antara moneter
dan makroprudensial akan menghasilkan PDB dan inflasi yang stabil, juga
mengontrol konsumsi dan permintaan impor.
Households:
patient dan impatient households
serta
pengusaha (entrepreneur)
Produsen: capital good producers, housing producers, dan
final (konsumsi) produsen
barang
Retail: retail domestik, exporting retailers, dan importing retailers
Bank
Pemerintah
dan Bank Sentral
Minimum CAR requirement minimum, LTV ratio, GWM
![Page 10: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/10.jpg)
8
3. Model dan Persamaan
3.1. Model Makrofinansial Berbasis DSGE
Model makrofinansial berbasis DSGE yang dibangun pada penelitian ini
merupakan pengembangan dari model DSGE sebelumnya dengan menambahkan
asumsi perekonomian yang bersifat terbuka (small open economy). Model dasarnya
tetap mengacu pada model Gerali et al. (2010). Pemodelan small open economy untuk
Indonesia mengikuti model yang dikembangkan oleh Purwanto (2017). Kerangka
model DSGE yang dibangun dapat dilihat pada skema berikut.
Gambar 3.1 Kerangka Model DSGE
Keterangan: C : Consumption BE : Borrowing to entrepreneur D : Deposits BG : Borrowing to government K : Capital B* : Borrowing to external (ROW) L : Labour YE : Output H : Housing YF : Import I : Investation YH : Domestic BI : Borrowing to impatient household YH* : Export
Agen yang terdapat di dalam model terbagi menjadi rumah tangga
(households), pengusaha (entrepreneurs), bank, produsen (producers), pengecer
Housing Producers
Impatient Households
Patient Households
Entepreneurs
Capital Goods Producers
Domestic Retailers
Banks
Government/ Central Banks
BGExporting Retailers
Finished Goods Producers
Importing Retailers
External(Rest of The
World)
YE
YH
YH*
K
L
L&K
BE
C
H
CK
B*
D
H
BI
YFYH*
YF
C
I
I
![Page 11: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/11.jpg)
9
(retailers), dan sektor eksternal (rest of the world). Agen rumah tangga terbagi
menjadi savers dan borrowers.
Berbeda dengan model DSGE sebelumnya, savers, selain melakukan
konsumsi, investasi perumahan, bekerja untuk pengusaha, melakukan investasi
kapital dan memiliki akses ke pasar keuangan internasional. Pendapatan yang
diperolah dari pengusaha digunakan oleh savers untuk membiayai pengeluarannya.
Selain itu, savers menyimpan sebagian pendapatannya di bank. Dalam penelitian
ini, selanjutnya savers disebut sebagai patient household.
Borrowers melakukan konsumsi, investasi perumahan, dan bekerja untuk
pengusaha. Untuk membiayai pengeluarannya, selain dari pendapatan yang
diperoleh dari pengusaha, borrowers meminjam dari bank. Jumlah pinjaman yang
dapat diperoleh dari bank dibatasi oleh borrowing constraint yang terkait dengan
jumlah agunan yang dimiliki dalam bentuk aset perumahan (housing). Selanjutnya,
borrowers disebut sebagai impatient household.
Agen pengusaha menjalankan usaha untuk memproduksi barang
menggunakan tenaga kerja dari rumah tangga dan barang modal yang dibeli dari
capital goods producers. Dalam menjalankan usahanya, pengusaha mendapat
pinjaman dari bank untuk investasi dan modal kerja. Jumlah pinjaman yang dapat
diperoleh dari bank juga dibatasi oleh borrowing constraint yang terkait dengan
jumlah agunan yang dimiliki dalam bentuk aset barang modal. Karena memperoleh
sebagian barang modal yang digunakan untuk proses produksi dari patient
household, pengusaha juga harus membayar sewa barang modal tersebut ke patient
household.
Bank memegang peranan penting dalam proses intermediasi keuangan dalam
model. Bank mengumpulkan deposito dari savers dan menyalurkan pinjaman ke
impatient households dan pengusaha. Model ini mengasumsikan bahwa bank hanya
dapat menambah modalnya melalui retained earnings. Dalam menentukan
portofolio asetnya, bank dipengaruhi oleh CAR requirement dan Rasio Intermediasi
Makroprudensial (RIM) yang ditentukan oleh otoritas yang berwenang.
Agen retailers (pengecer) yang terdapat dalam model terbagi menjadi tiga,
yaitu domestic retailers, exporting retailers, dan importing retailers. Domestic retailers
dan exporting retailers mengubah homogeneous goods yang dibeli dari pengusaha
menjadi differentiated goods, lalu menjualnya ke pasar domestik dan pasar luar
negeri (export). Sementara itu, importing retailers mengubah homogeneous goods
![Page 12: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/12.jpg)
10
yang diperoleh dari pasar luar negeri menjadi differentiated goods, lalu menjualnya
ke pasar domestik. Finished goods producers akan menggabungkan differentiated
goods yang diperoleh dari domestic retailers dan importing retailers menjadi barang
final yang dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi dan investasi.
3.1.1. Households (Rumah Tangga)
Patient Households
Patient household memaksimalkan fungsi utilitas berikut.
Max๐ธ0โ๐ฝ๐๐ก [ํ๐ก
๐ง log( ๐๐ก๐(๐)) + ๐ํ๐ก
โ log โ๐ก๐(๐) โ
๐๐ก๐(๐)1+โ
1 + โ ]
โ
๐ก=0
(3.1)
Fungsi utilitas patient household ini bergantung pada pilihan tingkat konsumsi ๐๐ก๐,
kepemilikan aset perumahan (housing services) โ๐ก๐, lama waktu bekerja ๐๐ก
๐, dan faktor
diskon ๐ฝ๐3. Budget constraint yang dihadapi oleh patient household adalah
๐๐ก๐(๐) + ๐๐ก
๐ (๐๐ก๐(๐) โ (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1
๐ (๐)) + ๐๐กโ (โ๐ก
๐(๐) โ (1 โ ๐ฟโ)โ๐กโ1๐ (๐)) + ๐๐ก(๐)
+ ๐๐ก(1 + ๐๐กโ1)(1 + ๐๐กโ1โ )
๐ต๐กโ1โ (๐)
๐๐ก
โค ๐ค๐ก๐๐๐ก๐(๐) + (1 + ๐๐กโ1
๐ )๐๐กโ1(๐)
๐๐ก+ ๐ ๐ก
๐๐๐ก๐๐๐กโ1
๐ (๐) + ๐๐ก๐ต๐กโ(๐) + ๐ก๐ก
๐(๐)
(3.2)
Patient household memiliki pendapatan atas penyediaan tenaga kerja bagi
pengusaha ๐ค๐ก๐๐๐ก๐ (dengan ๐ค๐ก
๐ penghasilan riil patient household), pendapatan bunga
deposito periode sebelumnya (1 + ๐๐กโ1๐ )
๐๐กโ1
๐๐ก (dengan ๐๐ก =
๐๐ก
๐๐กโ1 adalah gross inflation),
dan ๐ก๐ก๐ yang merupakan lump-sum transfer (antara lain dividen dari perusahaan dan
bank yang diasumsikan dimiliki oleh patient household). Sebagai tambahan, patient
household juga memperoleh pendapatan dari sewa barang modal yang dibebankan
kepada pengusaha dengan rate sebesar ๐ ๐ก๐ dan memperoleh pinjaman dari luar
negeri ๐ต๐กโ karena terbukanya akses terhadap pasar keuangan internasional.
Penghasilan yang diperoleh digunakan untuk membiayai konsumsi saat ini,
investasi barang modal (dengan harga riil ๐๐ก๐ dan tingkat depresiasi ๐ฟ๐), investasi
housing (dengan harga riil ๐๐กโ dan tingkat depresiasi nilai rumah ๐ฟโ), membayar
bunga pinjaman luar negeri periode sebelumnya, dan menyimpan sisanya dalam
deposito ๐๐ก.
3 Terdapat dua shock di dalam persamaan, yaitu ํ๐ก
๐ง shock terhadap konsumsi, dan ํ๐กโ shock terhadap
housing demand. Kedua shock tersebut merupakan shock intertemporal yang memiliki dinamika AR (1) dengan eror yang i.i.d.
![Page 13: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/13.jpg)
11
Terkait dengan akses pasar keuangan internasional diasumsikan bahwa
pembayaran pinjaman internasional oleh patient household dipengaruhi oleh suku
bunga internasional (๐๐กโ) dan country risk premium (๐๐กโ1). Diasumsikan juga bahwa
country risk premium ditentukan oleh nilai rasio pinjaman internasional terhadap
output:
(1 + ๐๐ก) = ๐๐ฅ๐ (โ๐๐๐ก๐ต๐ก
โ
๐ฆ๐ก๐ธ ) ํ๐ก
๐
(3.3)
Impatient Household
Impatient household memaksimalkan fungsi utilitas berikut:
Max๐ธ0โ๐ฝ๐ผ๐ก
โ
๐ก=0
[ํ๐ก๐งlog(๐๐ก
๐ผ(๐)) + ๐ํ๐กโlogโ๐ก
๐ผ(๐) โ๐๐ก๐ผ(๐)1+๐
1 + ๐]
(3.4)
Fungsi utilitas untuk impatient household tidak jauh berbeda dengan patient
household, yaitu bergantung pada pilihan tingkat konsumsi ๐๐ก๐ผ, housing services โ๐ก
๐ผ,
dan lama waktu bekerja ๐๐ก๐ผ4.
Budget constraint yang dihadapi oleh impatient household adalah
๐๐ก๐ผ(๐) + ๐๐ก
โ (โ๐ก๐ผ(๐) โ (1 โ ๐ฟโ)โ๐กโ1
๐ผ (๐)) + (1 + ๐๐กโ1๐๐ป )
๐๐กโ1๐ผ (๐)
๐๐ก= ๐ค๐ก
๐ผ๐๐ก๐ผ(๐) + ๐๐ก
๐ผ(๐) (3.5)
Untuk membiayai pengeluarannya, impatient household mendapatkan pemasukan
dari penghasilannya ๐ค๐ก๐ผ๐๐ก๐ผ (dengan wt
๐ผ merupakan penghasilan riil untuk impatient
household) dan mendapatkan pinjaman bank sebesar ๐๐ก๐ผ. Oleh karena itu, impatient
household memiliki kewajiban untuk membayar pinjaman yang dilakukan pada
periode sebelumnya, yaitu sebesar (1 + ๐๐กโ1๐๐ป )
๐๐กโ1๐ผ
๐๐ก (pengembalian pokok pinjaman dan
bunga sebesar ๐๐กโ1๐๐ป ).
Selain budget constraint, impatient household juga memiliki borrowing
constraint. Hal itu disebabkan dalam melakukan pinjaman untuk membiayai
pengeluarannya, total pinjaman yang dapat diperoleh impatient household dibatasi
oleh nilai aset perumahan yang dimilikinya dikalikan dengan syarat LTV ratio, yaitu
sebesar ๐๐ก๐ผ. Persamaan borrowing constraint dapat dituliskan sebagai berikut.
(1 + ๐๐ก๐๐ป)๐๐ก
๐ผ(๐) โค ๐๐ก๐ผ(1 โ ๐ฟโ)๐ธ๐ก[๐๐ก+1
โ โ๐ก๐ผ(๐)๐๐ก+1] (3.6)
4 Sama seperti pada persamaan patient households ํ๐ก
โ dan ํ๐กโ merupakan shock terhadap housing
demand dan konsumsi.
![Page 14: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/14.jpg)
12
Dari sisi makroekonomi, ๐๐ก๐ผ menentukan besarnya jumlah pinjaman yang
ditawarkan bank kepada household untuk nilai aset perumahan yang dimilikinya.
Diasumsikan bahwa variasi dari rasio LTV ini tidak tergantung pada pilihan tiap-
tiap bank, tetapi pada suatu proses eksogen yang dinamikanya memungkinkan kita
untuk mempelajari transmisi kebijakan LTV ratio requirement terhadap sektor riil.
3.1.2. Entrepreneurs
Entrepreneur (pengusaha) memaksimalkan fungsi utilitas berikut:
Max๐ธ0โ๐ฝ๐ธ๐ก
โ
๐ก=0
log (๐๐ก๐ธ(๐))
(3.7)
Budget constraint yang dihadapi oleh pengusaha adalah
๐๐ก๐ธ(๐) + ๐ค๐ก
๐ ๐๐ก ๐(๐) + ๐ค๐ก
๐ผ ๐๐ก ๐ผ (๐) + (1 + ๐๐กโ1
๐๐ธ ) ๐๐กโ1 ๐ธ (๐)
๐๐ก+ ๐๐ก
๐ (๐๐ก๐ธ(๐) โ (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1
๐ธ (๐))
+ ๐ ๐ก๐๐๐ก๐๐๐กโ1๐ (๐) =
๐๐ก๐ธ
๐๐ก๐ฆ๐ก๐ธ(๐) + ๐๐ก
๐ธ(๐)
(3.8)
Pengusaha memperoleh pendapatan dari penjualan hasil produksi homogeneous
intermediate goods kepada pengecer dengan harga ๐๐ก๐ธ dan pinjaman baru dari bank
๐๐ก ๐ธ. Pendapatan dari pengusaha digunakan untuk membiayai pengeluaran konsumsi
๐๐ก๐ธ, membayar jasa pekerja untuk keperluan produksi yang berasal dari patient
household ๐ค๐ก ๐ ๐๐ก ๐ dan impatient household ๐ค๐ก
๐ผ ๐๐ก ๐ผ , membayar pokok utang beserta
bunganya dari utang periode sebelumnya, berinvestasi barang modal dengan tingkat
harga ๐๐ก ๐ dan tingkat depresiasi ๐ฟ๐, serta membayar sewa barang modal kepada
patient household.
Sama halnya dengan impatient household, pengusaha juga memiliki
borrowing constraint yang dikaitkan dengan nilai barang modal yang dimilikinya
dengan persamaan sebagai berikut:
(1 + ๐๐ก๐๐ธ) ๐๐ก
๐ธ(๐) โค ๐๐ก ๐ธ๐ธ๐ก[ ๐๐ก+1
๐ ๐๐ก+1(1 โ ๐ฟ๐)๐๐ก
๐ธ(๐)] (3.9)
dengan ๐๐ก ๐ธ adalah tingkat rasio LTV untuk pengusaha dengan asumsi yang sama
dengan ๐๐ก ๐ผ 5.
5 Sama halnya dengan Gerali et al. (2010) dan Lacoviello (2005), diasumsikan bahwa ukuran dari
shocks pada model adalah โcukup kecilโ sehingga seluruh variabel selalu berada di sekitar steady state. Hal ini memungkinan kita untuk dapat menemukan solusi model dengan mengasumsikan binding borrowing constraint.
![Page 15: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/15.jpg)
13
Pengusaha memproduksi intermediate goods dan memiliki fungsi produksi sebagai
berikut:
๐ฆ๐ก๐ธ(๐) = ๐๐ก
๐ธ [(๐๐กโ1๐ธ (๐))
๐(๐๐กโ1๐ (๐))
1โ๐]๐ผ
๐๐ก ๐ธ(๐)1โ๐ผ
(3.10)
dengan ๐๐ก๐ธ adalah total factor productivity, ๐๐ก
๐ธ adalah stok kapital yang dimiliki oleh
pengusaha, ๐๐ก๐ adalah sewa kapital yang berasal dari patient household, ๐๐ก
๐ธ adalah
total input pekerja yang berasal dari impatient household dan patient household.
3.1.3. Domestic Retailers
Homogeneous intermediate goods diproduksi oleh pengusaha, kemudian
dibeli oleh pengecer domestik dan pengecer domestik mengubahnya menjadi
differentiated intermediate goods. Differentiated intermediate goods tersebut dijual
kepada finished goods producers. Dalam penentuan harganya, pengecer domestik
menggunakan pendekatan Calvo sebagai berikut:
๐๐ก๐ป = (ํ๐ป(๐๐กโ1
๐ป ๐๐กโ1๐ป )1โ๐๐ ๐ป + (1 โ ํ๐ป)(๐๐กโ1
๐ป )1โ๐๐ ๐ป)1
1โ๐๐ ๐ป (3.11)
dengan (1 โ ํ๐ป) adalah peluang pengecer domestik untuk mengubah harga dan ํ๐ป
adalah peluang untuk tidak melakukan reoptimasi harga. Pengecer domestik yang
tidak melakukan reoptimasi akan menentukan harga sesuai dengan persamaan
๐๐ก๐ป = ๐๐กโ1
๐ป ๐๐กโ1๐ป .
Pengecer domestik memiliki fungsi utilitas yang memaksimalkan profit sebagai
berikut:
max๐๐ก๐ป(๐)
๐ธ๐กโ(๐ฝ๐ํ๐ป)๐๐๐ก๐
๐๐ก+๐๐
ํ๐ก+๐๐ง
ํ๐ก๐ง {๐๐ก๐ป(๐)
๐๐ก+๐๐ป ฮฆ๐ก,๐๐ฆ๐ก+๐
๐ป (๐) โ๐๐ก+๐๐ธ
๐๐ก+๐๐ป ๐ฆ๐ก+๐
๐ป (๐)}
โ
๐=0
(3.12)
dengan kendala
๐ฆ๐ก+๐๐ป (๐) = ๐ฆ๐ก+๐
๐ป (๐๐ก๐ป(๐)
๐๐ก+๐๐ป ฮฆ๐ก,๐)
โ๐๐ ๐ป
(3.13)
dengan ฮฆ๐ก,๐ = ๐๐ก๐ป๐๐ก+1
๐ป ๐๐ก+2๐ป โฏ๐๐ก+๐โ1
๐ป , ฮฆ๐ก,0 = 1.
3.1.4. Importing Retailers
Berbeda dengan pengecer domestik, importing retailers membeli homogeneous
intermediate goods dari pasar internasional dan mengubahnya menjadi
differentiated intermediate goods, lalu menjualnya kepada finished goods producers.
![Page 16: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/16.jpg)
14
Dalam penentuan harganya, importing retailers menggunakan pendekatan Calvo
dengan harga agregat sebagai berikut:
๐ฆ๐ก+๐๐ป (๐) = ๐ฆ๐ก+๐
๐ป (๐๐ก๐ป(๐)
๐๐ก+๐๐ป ฮฆ๐ก,๐)
โ๐๐ ๐ป
(3.14)
dengan (1 โ ํ๐น) adalah peluang importing retailer untuk mengubah harga dan ํ๐น
adalah peluang untuk tidak melakukan reoptimasi harga. Importing retailers yang
tidak melakukan reoptimasi akan menetapkan harga sesuai dengan persamaan ๐๐ก๐น =
๐๐กโ1๐น ๐๐กโ1
๐น .
Importing retailers akan memaksimalkan profit dari fungsi utilitas sebagai berikut:
max๐๐ก๐น(๐)๐ธ๐กโ(๐ฝ๐ํ๐น)
๐๐๐ก๐
๐๐ก+๐๐
ํ๐ก+๐๐ง
ํ๐ก๐ง {
๐๐ก๐น(๐)
๐๐ก+๐๐น ฮฆ๐ก,๐๐ฆ๐ก+๐
๐น (๐) โ๐๐ก+๐๐๐ก+๐
๐นโ
๐๐ก+๐๐น ๐ฆ๐ก+๐
๐น (๐)}
โ
๐=0
(3.15)
dengan kendala
๐ฆ๐ก+๐๐น (๐) = ๐ฆ๐ก+๐
๐น (๐๐ก๐น(๐)
๐๐ก+๐๐น ฮฆ๐ก,๐)
โ๐๐น
(3.16)
dengan ฮฆ๐ก,๐ = ๐๐ก๐น๐๐ก+1
๐น ๐๐ก+2๐น โฏ๐๐ก+๐โ1
๐น , ฮฆ๐ก,0 = 1.
3.1.5. Exporting Retailers
Seperti halnya pengecer domestik, agen exporting retailers membeli
homogeneous intermediate goods yang diproduksi oleh pengusaha dan
mengubahnya menjadi differentiated intermediate goods, kemudian menjualnya ke
pasar internasional.
Persamaan permintaan terhadap barang ekspor adalah sebagai berikut:
๐ฆ๐ก๐ปโ(๐) = (
๐๐ก๐ปโ(๐)
๐๐ก๐ปโ
)
โ(1+๐๐ปโ)๐๐ปโ
๐ฆ๐ก๐ปโ
(3.17)
Barang ekspor dijual oleh exporting retailers ke pasar internasional dengan harga
๐๐ก๐ปโ. Agregat volume ekspor dan harga barang ekspor dinyatakan sebagai berikut:
๐ฆ๐ก๐ปโ = (โซ(๐ฆ๐ก
๐ปโ(๐))
11+๐๐ปโ ๐๐
1
0
)
1+๐๐ปโ
(3.18)
๐๐ก๐ปโ = (โซ(๐๐ป,๐ก
โ (๐))
โ1๐๐ปโ ๐๐
1
0
)
โ๐๐ปโ
(3.19)
![Page 17: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/17.jpg)
15
Selain itu, diasumsikan bahwa permintaan barang ekspor dari luar negeri
dipengaruhi oleh harga barang ekspor di luar negeri ๐๐ก๐ฅโ. Parameter yang
menentukan elasticity of substitution dari ekspor ๐๐ปโ dan permintaan dari luar negeri
๐ฆ๐กโ dinyatakan oleh persamaan berikut:
๐ฆ๐ก๐ปโ = (1 โ ํโ) (
๐๐ก๐ปโ
๐๐ก๐ฅโ)
โ(1+๐๐ปโ)๐๐ปโ
๐ฆ๐กโ
(3.20)
Sama halnya dengan domestic dan importing retailers, penentuan harga
barang exporting retailers dilakukan dengan menggunakan pendekatan Calvo
sebagai berikut:
๐๐ก๐ปโ = (ํ๐ปโ(๐๐กโ1
๐ปโ ๐๐กโ1๐ปโ )
1โ๐๐ปโ + (1 โ ํ๐ปโ)(๐๐ก๐ปโ)
1โ๐๐ปโ)
11โ๐๐ปโ
(3.21)
dengan (1 โ ํ๐ปโ) adalah peluang exporting retailers untuk mengubah harga dan ํ๐ปโ
adalah peluang untuk tidak melakukan reoptimasi harga. Exporting retailers yang
tidak melakukan reoptimasi harga akan menentukan harga dengan persamaan
๐๐ก๐ปโ = ๐๐กโ1
๐ปโ ๐๐กโ1๐ปโ .
Exporting retailers akan memaksimalkan profit dengan fungsi utilitas sebagai
berikut:
๐๐๐ฅ๐๐ก๐ปโ(๐)
๐ธ๐กโ(๐ฝ๐ํ๐ปโ)๐๐๐ก๐
๐๐ก+๐๐
ํ๐ก+๐๐ง
ํ๐ก๐ง {
๐๐ก๐๐ก๐ปโ(๐)
๐๐ก+๐๐๐ก+๐๐ปโ๐ท๐ก,๐๐ฆ๐ก+๐
๐ปโ (๐) โ๐๐ก+๐๐ธ
๐๐ก+๐๐๐ก+๐๐ปโ๐ฆ๐ก+๐๐ปโ (๐)}
โ
๐=0
(3.22)
dengan kendala
๐ฆ๐ก+๐๐ปโ (๐) = ๐ฆ๐ก+๐
๐ปโ (๐๐ก๐๐ก
๐ปโ(๐)
๐๐ก+๐๐๐ก+๐๐ปโ๐ท๐ก,๐)
โ๐๐ปโ
(3.23)
dengan ๐ท๐ก,๐ = ๐๐ก๐ปโ๐๐ก+1
๐ปโ ๐๐ก+2๐ปโ โฆ ๐๐ก+๐โ1
๐ปโ , ๐ท๐ก,0 = 1.
3.1.6. Bank
Bank memegang peranan penting dalam proses intermediasi untuk semua
transaksi keuangan yang dilakukan agen di dalam model. Instrumen keuangan yang
dapat digunakan oleh patient household untuk menabung adalah deposito.
Instrumen keuangan yang dapat digunakan oleh impatient household dan
pengusaha untuk meminjam uang adalah kredit bank.
Di dalam model, sektor perbankan beroperasi pada kondisi monopolistic
competitive. Bank diasumsikan memiliki market power dalam melakukan aktivitas
![Page 18: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/18.jpg)
16
intermediasinya. Bank memiliki kekuatan dalam menentukan, baik tingkat suku
bunga deposito maupun suku bunga kredit. Selain itu, diasumsikan bahwa terdapat
stickiness dalam suku bunga retail perbankan terhadap dinamika suku bunga
kebijakan.
Setiap bank di dalam model terdiri atas tiga unit, yaitu unit wholesale, unit
loan-retail, dan unit deposit-retail. Unit loan-retail bertanggung jawab untuk
memberikan pinjaman kepada impatient households dan pengusaha, sedangkan
deposit-retail bertanggung jawab untuk menghimpun deposito dari patient
household. Unit-unit tersebut menentukan suku bunga di dalam kondisi
monopolistic competitive. Setiap wholesale unit beroperasi untuk mengelola neraca
keseluruhan bank. Penambahan yang cukup penting pada model DSGE dalam
penelitian ini adalah masuknya variabel kebijakan makroprudensial yang baru,
yaitu Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) di dalam neraca keseluruhan bank.
Wholesale branch
Setiap wholesale branch beroperasi pada kondisi pasar kompetisi sempurna
dan mengelola neraca keseluruhan bank.
๐ต๐ก + ๐ต๐ก๐บ = (1 โ ฮ๐ก โ ฮง๐ก)๐ท๐ก + ๐พ๐ก
๐ (3.24)
Aset bank terdiri atas total pinjaman yang disalurkan oleh bank kepada pengusaha
dan impatient households, ๐ต๐ก, dan total aset likuid bank-zero risk bonds yang dimiliki
oleh bank, yaitu ๐ต๐ก๐บ. Sementara itu, kewajiban bank terdiri atas total deposito yang
dihimpun, yaitu ๐ท๐ก, reserve ratio, ฮ๐ก, yang nilainya ditentukan oleh bank dan
dipengaruhi oleh reserve ratio requirement yang ditentukan oleh bank sentral,
tambahan giro RIM, ฮง๐ก, yang besarnya ditentukan oleh bank sentral, dan modal
bank, ๐พ๐ก๐.
Bank mengakumulasikan modal yang dimiliki melalui retained earning:
๐พ๐ก๐ = (1 โ ๐ฟ๐)
๐พ๐กโ1๐
๐๐ก+ฯ๐
๐๐กโ1๐
๐๐ก
(3.25)
dengan ๐๐ก๐ merupakan profit keseluruhan yang dihasilkan oleh ketiga unit bank, ฯ๐
menunjukkan porsi pembagian dividen bank, dan ๐ฟ๐ menunjukkan sumber daya
yang digunakan dalam mengatur modal bank. Aturan mengenai dividen
diasumsikan eksogen sehingga modal bank bukan merupakan variabel pilihan
untuk bank. Fungsi utilitas dari wholesale unit adalah
![Page 19: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/19.jpg)
17
๐๐๐ฅ{๐ต๐ก , ๐ท๐ก, ๐ต๐ก
๐บ}๐ธ0โฮ0,๐ก๐ [(1 + ๐ ๐ก
๐)๐ต๐ก โ ๐ต๐ก+1 + (1 + ๐ ๐ก)๐ต๐ก๐บ โ ๐ต๐ก+1
๐บ +๐ท๐ก+1
โ
๐ก=0
โ (1 + ๐ ๐ก๐ค๐)๐ท๐ก + ฮ๐ก๐ท๐ก + ฮง๐ก๐ท๐ก โ ฮ๐ก+1๐ท๐ก+1 โ ฮง๐ก+1๐ท๐ก+1 + โ๐พ๐ก+1
๐
โ๐ ๐พ๐2(๐พ๐ก๐
๐ต๐กโ ๐๐ก
๐)
2
๐พ๐ก๐]
(3.26)
Dengan jabaran bahwa ๐ ๐พ๐ adalah parameter biaya deviasi dari target CAR, ๐ฃ๐
adalah target CAR dari bank (yang dipengaruhi oleh minimum CAR requirement), ๐ ๐ก
adalah suku bunga kebijakan, ๐ ๐ก๐ adalah tingkat suku bunga kredit wholesale, dan
๐ ๐ก๐ค๐ tingkat suku bunga deposit wholesale.
Pada kondisi ๐ถ๐ด๐ =๐พ๐ก๐
๐ต๐ก= ๐๐ก
๐6, maka ๐ ๐ก๐ = ๐ ๐ก, sedangkan dalam keadaaan ๐ถ๐ด๐ =
๐พ๐ก๐
๐ต๐ก> ๐๐ก
๐, bank akan bereaksi untuk menurunkan CAR dengan meningkatkan jumlah
penyaluran pinjaman ๐ต๐ก (dengan menurunkan ๐ ๐ก๐ ) sehingga besarnya CAR dapat
mendekati besaran aturan minimum, yaitu ๐ถ๐ด๐ โ ๐๐ก๐.
Dalam kondisi ๐บ๐๐ = ฮ๐ก = 0, ๐ ๐ก๐ค๐
๐ ๐ก= 1, sedangkan dalam kondisi ๐บ๐๐ > 0, bank akan
mengalami peningkatan opportunity cost dalam penyaluran dana sehingga bank
bereaksi untuk menurunkan cost dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk
mengumpulkan deposito atau setara dengan menurunkan ๐ ๐ก๐ค๐.
Loan-Retail Branch
Loan-retail branch mendapatkan wholesale loans ๐ต๐ก dari wholesale unit
dengan suku bunga ๐ ๐ก๐, kemudian menyalurkannya kepada household dan
pengusaha dengan menerapkan dua markup yang berbeda. Stickiness dan imperfect
bank pass-through diasumsikan terjadi melalui fungsi adjustment cost pada
perubahan suku bunga pinjaman yang dihadapi tiap-tiap bank dalam bentuk
persamaan quadratic. Besarnya biaya tersebut ditentukan oleh parameter ๐ ๐๐ธ dan
๐ ๐๐ป.
Retail loan bank memaksimalkan fungsi utilitas berikut:
6 Apabila diasumsikan bahwa ๐๐ก
๐ yang merupakan target CAR bank adalah sama nilainya dengan
minimum CAR requirement yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.
![Page 20: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/20.jpg)
18
max{๐๐ก๐๐ป(๐),๐๐ก
๐๐ธ(๐)}๐ธ0โฮ0,๐ก
๐ [๐๐ก๐๐ป(๐)๐๐ก
๐ผ(๐) + ๐๐ก๐๐ธ(๐)๐๐ก
๐ธ(๐) โ ๐ ๐ก๐๐ต๐ก(๐)
โ
๐ก=0
โ๐ ๐๐ป2(๐๐ก๐๐ป(๐)
๐๐กโ1๐๐ป (๐)
โ 1)
2
๐๐ก๐๐ป๐๐ก
๐ผ โ๐ ๐๐ธ2(๐๐ก๐๐ธ(๐)
๐๐กโ1๐๐ธ (๐)
โ 1)
2
๐๐ก๐๐ธ๐๐ก
๐ธ]
(3.27)
yang bergantung pada permintaan pinjaman impatient household ๐๐ก๐ผ(๐), permintaan
pinjaman oleh pengusaha ๐๐ก๐ธ(๐).
๐๐ก๐ผ(๐) = (
๐๐ก๐๐ป(๐)
๐๐ก๐๐ป )
โ๐๐ก๐๐ป
๐๐ก๐ผ
(3.28)
๐๐ก๐ธ(๐) = (
๐๐ก๐๐ธ(๐)
๐๐ก๐๐ธ )
โ๐๐ก๐๐ธ
๐๐ก๐ธ
(3.29)
๐ต๐ก(๐) = ๐๐ก๐ผ(๐) + ๐๐ก
๐ธ(๐) (3.30)
Deposit-Retail Branch
Serupa dengan loan branch, deposit branch mengumpulkan deposito ๐ท๐ก dari
household dan meneruskannya kepada wholesale unit. Suku bunga ๐๐ก๐ adalah suku
bunga deposito yang ditawarkan kepada patient households. Utility function dari
deposit branch adalah sebagai berikut.
max{๐๐ก๐(๐)}
๐ธ0โฮ0,๐ก๐ [๐ ๐ก
๐ค๐๐ท๐ก(๐) โ ๐๐ก๐(๐)๐ท๐ก(๐) โ
๐ ๐2(๐๐ก๐(๐)
๐๐กโ1๐ (๐)
โ 1)
2
๐๐ก๐๐ท๐ก]
โ
๐ก=0
(3.31)
dengan kendala
๐ท๐ก(๐) = (๐๐ก๐(๐)
๐๐ก๐ )
โ๐๐ก๐
๐๐ก
(3.32)
3.1.7. Finished Goods Producers
Finished goods producers merupakan agen yang menggabungkan
differentiated goods yang diperoleh dari domestic retailers (๐ฆ๐ก๐ป) dan importing retailers
(๐ฆ๐ก๐น) menjadi barang final dan menjualnya di pasar yang bersifat kompetitif
sempurna. Fungsi produksi dari finished goods producers adalah sebagai berikut.
๐ฆ๐ก = [๐๐๐น๐1+๐๐น๐(๐ฆ๐ก
๐ป)1
1+๐๐น๐ + (1 โ ๐)๐๐น๐1+๐๐น๐(๐ฆ๐ก
๐น)1
1+๐๐น๐]
1+๐๐น๐
(3.33)
![Page 21: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/21.jpg)
19
dengan ๐ adalah home bias parameter dan ๐๐น๐ adalah parameter elasticity of
substitution antara barang domestik dan barang luar negeri.
Optimisasi dilakukan terhadap profit nominal dari finished goods producers
sebagai berikut:
ฮ ๐ก๐น๐ = ๐ฆ๐ก๐๐ก โ ๐ฆ๐ก
๐ป๐๐ก๐ป โ ๐ฆ๐ก
๐น๐๐ก๐น (3.34)
dengan ๐๐ก merupakan harga final barang konsumsi/investasi.
3.1.8. Capital Goods Producers
Capital good producers beroperasi dalam pasar kompetitif sempurna dan
menggunakan barang final yang diproduksi oleh finished goods producer untuk
menghasilkan barang modal. Selain itu, capital good producers menggunakan
barang modal lama yang tidak terdepresiasi, yaitu (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1.
Capital good producers membeli barang final dengan harga ๐๐ก dari finished
goods producer untuk meningkatkan stock of effective capital ๏ฟฝฬ ๏ฟฝ๐ก, yang dijual kembali
kepada entrepreneur dan patient households pada akhir periode dengan harga ๐๐ก๐.
Fungsi utilitas dari capital good producer adalah
max{๏ฟฝฬ ๏ฟฝ๐ก, ๐๐ก
๐}๐ธ0โฮ0,๐ก๐ (๐๐ก
๐ฮ๏ฟฝฬ ๏ฟฝ๐ก โ ๐๐ก๐)
โ
๐ก=0
(3.35)
dengan kendala
๏ฟฝฬ ๏ฟฝ๐ก = ๏ฟฝฬ ๏ฟฝ๐กโ1 + ํ๐ก๐๐(1 โ
๐ ๐2(๐๐ก๐
๐๐กโ1๐ โ 1)
2
) ๐๐ก๐
(3.36)
dengan ฮ๏ฟฝฬ ๏ฟฝ๐ก = ๐๐ก โ (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1.
Barang modal yang dihasilkan oleh capital good producer dimiliki oleh pengusaha
dan patient household sehingga ๐๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
๐ธ.
3.1.9. Housing Producers
Serupa dengan capital good producer, housing producer memiliki fungsi
utilitas sebagai berikut:
max{โฬ ๐ก, ๐๐ก
โ} ๐ธ0โฮ0,๐ก๐ (๐๐ก
โฮโฬ ๐ก โ ๐๐กโ)
โ
๐ก=0
(3.37)
dengan kendala
![Page 22: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/22.jpg)
20
โฬ ๐ก = โฬ ๐กโ1 + ํ๐ก๐โ(1 โ
๐ โ2(๐๐กโ
๐๐กโ1โ โ 1)
2
) ๐๐กโ
(3.38)
dengan ฮโฬ ๐ก = โ๐ก โ (1 โ ๐ฟโ)โ๐กโ1 sebagai flow dari output perumahan.
Aset perumahan dimiliki oleh patient households dan impatient households sehingga
โ๐ก = โ๐ก๐ + โ๐ก
๐ผ.
3.1.10. Market Clearings
Kondisi market clearing untuk semua barang yang diproduksi oleh finished
goods producers, barang yang diproduksi pengusaha, pasar perumahan, pasar
modal, balance of payment, dan countryโs risk premium dapat dituliskan dengan
persamaan berikut.
Finished goods producers output:
๐ฆ๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
๐ผ + ๐๐ก๐ธ + ๐๐ก
๐ + ๐๐กโ + ๐ฟ๐
๐พ๐กโ1๐
๐๐ก
(3.39)
Intermediate goods yang diproduksi pengusaha:
๐ฆ๐ก๐ธ = ๐ฆ๐ก
๐ป + ๐ฆ๐ก๐ปโ (3.40)
Pasar perumahan dan pasar modal:
โ๐ก = โ๐ก๐ + โ๐ก
๐ผ (3.41)
๐๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
๐ธ (3.42)
Balance of payment:
๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐นโ๐ฆ๐ก
๐น + ๐ ๐ก(1 + ๐๐กโ1)(1 + ๐๐กโ1โ )(1 + ๐๐กโ1
โ )๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1โ (๐)
๐๐กโ
= ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ปโ๐ฆ๐ก
๐ปโ + ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ(๐) โ (ฮ๐ก + ฮง๐ก)๐๐ก + (ฮ๐กโ1 + ฮง๐กโ1)
๐๐กโ1๐๐ก
โ๐ต๐ก๐บ +
๐ต๐กโ1๐บ
๐๐ก
(3.43)
First order condition dari fungsi utilitas dengan kendala dari tiap-tiap agen yang telah
dijabarkan dan dapat dilihat pada lampiran.
![Page 23: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/23.jpg)
21
4. Kalibrasi dan Simulasi
4.1. Kalibrasi
Nilai kalibrasi yang digunakan untuk menentukan steady state dari variabel
endogen dan parameter pada penelitian ini berdasarkan data dan karakteristik
perekonomian Indonesia. Nilai steady state variabel terkait disagregasi produk
domestik bruto (PDB), suku bunga, dan neraca bank dihitung dengan menggunakan
data dari 2000Q3 sampai dengan 2017Q4, sedangkan angka kalibrasi variabel dan
parameter lainnya berdasarkan penelitian Harmanta et al. (2012) dan (2013).
Data yang digunakan untuk disagregasi PDB berasal dari publikasi Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Data suku bunga
kebijakan (7 Days Repo Rate), suku bunga dana pihak ketiga (DPK), suku bunga
kredit rumah tangga (kredit konsumsi), suku bunga kredit ke perusahaan (kredit
investasi dan modal kerja) bersumber dari CEIC dan Bank Indonesia. Data
komposisi neraca bank berasal dari LBU (laporan bulanan bank umum), sedangkan
data variabel sektor eksternal, seperti suku bunga luar negeri (Fed Fund Rate),
menggunakan data dari CEIC.
Nilai steady state variabel-variabel disagregasi PDB diperoleh dengan
menggunakan Hodrick-Prescott Filter (HP Filter) selama periode estimasi. Hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
Gambar 4.1. Data Asli dan Steady State Variabel Disagregasi PDB
Nilai steady state variabel disagregasi PDB yang digunakan dalam penelitian
ini didasarkan pada nilai rata-rata (mean) dari tiap-tiap variabel dengan pembulatan
2 angka di belakang koma dan dapat dilihat pada tabel 4.1.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
2000
Q1
2000
Q3
2001
Q1
2001
Q3
2002
Q1
2002
Q3
2003
Q1
2003
Q3
2004
Q1
2004
Q3
2005
Q1
2005
Q3
2006
Q1
2006
Q3
2007
Q1
2007
Q3
2008
Q1
2008
Q3
2009
Q1
2009
Q3
2010
Q1
2010
Q3
2011
Q1
2011
Q3
2012
Q1
2012
Q3
2013
Q1
2013
Q3
2014
Q1
2014
Q3
2015
Q1
2015
Q3
2016
Q1
2016
Q3
2017
Q1
2017
Q3
Konsumsi/PDB Konsumsi/PDB_SS Konsumsi Pemerintah/PDB
Konsumsi Pemerintah/PDB_SS Investasi/PDB Investasi/PDB_SS
Ekspor/PDB Ekspor/PDB_SS Impor/PDB
Impor/PDB_SS
![Page 24: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/24.jpg)
22
Tabel 4.1. Nilai Steady State Variabel Disagregasi PDB
Konsumsi Swasta/PDB
Konsumsi Pemerintah/PDB
Investasi/PDB
Ekspor/PDB Impor/PDB
๐
๐ฆ๐ธ
๐
๐ฆ๐ธ
๐ฆ๐ปโ
๐ฆ๐ธ
๐ฆ๐น
๐ฆ๐ธ
Mean 0.579 0.080 0.323 0.234 0.215
Median 0.573 0.083 0.315 0.237 0.221
Maximum 0.622 0.088 0.341 0.253 0.237
Minimum 0.554 0.063 0.308 0.209 0.179
Std. Dev 0.025 0.007 0.013 0.016 0.020
Data investasi yang digunakan di dalam model terbagi menjadi dua, yaitu
investasi perumahan dan investasi barang modal. Nilai steady state investasi
perumahan dihitung dari rasio nilai PDB sektor real estate terhadap PDB total untuk
periode 2010Q1 sampai dengan 2017Q4 (sesuai dengan ketersediaan data).
Berdasarkan data tersebut, nilai steady state untuk rasio investasi perumahan
terhadap total PDB sebesar 0.03 sehingga nilai steady state investasi barang modal
sebesar 0.29.
Dengan menggunakan pendekatan yang sama, nilai steady state untuk
variabel sektor perbankan diperoleh sebagaimana terlihat pada gambar dan tabel
berikut.
Gambar 4.2. Data Asli dan Steady State Variabel Suku Bunga
Nilai steady state yang digunakan untuk variabel-variabel suku bunga dalam
penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean) dari tiap-tiap variabel dengan
pembulatan 2 angka di belakang koma.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Suku Bunga BI 7DRR Suku Bunga BI 7DRR_SS Suku Bunga DPK Suku Bunga DPK_SS
Suku Bunga KK Suku Bunga KK_SS Suku Bunga KI dan KMK Suku Bunga KI dan KMK_SS
FFR FFR_SS
![Page 25: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/25.jpg)
23
Tabel 4.2 Nilai Steady State Variabel Suku Bunga (% p.a)
7DRR Suku Bunga DPK
Suku Bunga Kredit
Konsumsi
Suku Bunga KMK dan KI
FFR
๐น ๐๐ ๐๐๐ฏ ๐๐๐ฌ ๐โ
Mean 7,508 5,518 15,793 11,683 1,620
Median 6,323 4,783 15,745 11,665 1,571
Maximum 14,959 10,587 19,167 13,805 4,127
Minimum 4,858 3,749 13,185 9,844 0,007
Std. Dev 2,750 1,914 2,011 1,274 1,289
Nilai steady state variabel-variabel dalam neraca bank diperoleh dengan
menggunakan nilai rata-rata selama periode estimasi sebagai berikut.
Tabel 4.3. Nilai Steady State Neraca Bank
Aset Kewajiban
๐ฉ
๐ป๐จ
Kredit 0,52 ๐ท
๐๐ด
DPK 0,89
๐๐ฐ
๐ป๐จ
Kredit Konsumsi 0,14 ๐พ๐
๐๐ด
Modal 0.11
๐๐ฌ
๐ป๐จ
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja
0,38
๐ฉ๐ฎ
๐ป๐จ
Risk Free Asset 0,41
๐ช๐ซ
๐ป๐จ
Reserve 0,07
Keterangan:
Nilai komponen aset dan kewajiban dalam rasio terhadap total aset/kewajiban
Sementara itu, untuk variabel exporterโs profit margin, peneliti menggunakan
nilai gross profit margin sektor komoditas berdasarkan Laporan Perekonomian
Indonesia (LPI) tahun 2016, yaitu sebesar 25%.
Nilai untuk parameter dan variabel steady state yang digunakan oleh model
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4. Parameter
No. Variabel Keterangan Nilai
1. ๐ฝ๐ผ Discount factor dari fungsi utilitas impatient householdz 0.960
2. ๐ฝ๐ธ Discount factor dari fungsi utilitas Entrepreneur 0.967
3. ฯ๐ Porsi pembagian dividen bank 0.500
4. ๐ฟโ Tingkat depresiasi rumah 0.013
5. ๐ฟ๐ Tingkat depresiasi barang modal 0.025
6. ๐ Bobot housing dalam fungsi utilitas rumah tangga 0.120
7. ๐ผ Share modal dalam fungsi produksi 0.540
8. ๐ Parameter terkait labor elasticity 0.010
9. ํ๐ป Calvo parameter untuk domestic retailer 0.600
![Page 26: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/26.jpg)
24
No. Variabel Keterangan Nilai
10. ํ๐น Calvo parameter untuk import retailer 0.500
11. ํ๐ปโ Calvo parameter untuk export retailer 0.400
12. ๐ ๐๐ป Adjustment cost parameter untuk perubahan suku bunga
kredit rumah tangga
8.040
13. ๐ ๐๐ธ Adjustment cost parameter untuk perubahan suku bunga
kredit entrepreneur 3.480
14. ๐ ๐ Adjustment cost parameter untuk perubahan suku bunga
deposito
3.300
๐ ๐ Adjustment cost parameter untuk perubahan investasi
barang modal
0.980
15. ๐ โ Adjustment cost parameter untuk perubahan investasi
housing 3.650
16. ๐๐ Interest rate smoothing parameter dalam Taylor Rule 0.750
17. ๐๐ฆ Output gap parameter dalam Taylor Rule 0.250
18. ๐๐ Inflation parameter dalam Taylor Rule 2.000
19. ๐๐น๐ Elasticity of substitution antara domestic dan foreign goods
0.435
20. ๐๐ปโ Elasticity of substitution dari barang ekspor 0.370
21. ๐ Porsi modal yang dimiliki entrepreneur 0.267
22. ๐ Home bias parameter 0.786
23. ๐ Risk premium parameter 0.010
Tabel 4.5. Steady States
No. Variabel Keterangan Nilai
1. ๐
๐ฆ๐ธ Rasio konsumsi terhadap PDB 0.66
2. ๐
๐ฆ๐ธ
Rasio investasi terhadap PDB 0.32
3. ๐โ
๐ฆ๐ธ
Rasio investasi perumahan terhadap PDB 0.03
4. ๐๐
๐ฆ๐ธ
Rasio investasi barang modal terhadap PDB 0.29
5. ๐ฆ๐ปโ
๐ฆ๐ธ
Rasio ekspor terhadap PDB 0.23
6. ๐ฆ๐น
๐ฆ๐ธ
Rasio impor terhadap PDB 0.21
7. ๐ Policy rate (% p.a) 7.51%
8. ๐โ Suku bunga luar negeri (% p.a) 1.62%
9. ๐๐ Suku bunga deposit (% p.a) 5.52%
10. ๐๐๐ป Suku bunga kredit rumah tangga (% p.a) 15.79%
11. ๐๐๐ธ Suku bunga kredit entrepreneur (% p.a) 11.68%
12. ๐ต
๐๐ด
Rasio kredit terhadap total aset bank 0.52
13. ๐๐ผ
๐๐ด
Rasio kredit rumah tangga terhadap total aset bank 0.14
14. ๐๐ธ
๐๐ด
Rasio kredit entrepreneur terhadap total aset bank 0.38
15. ๐ต๐บ
๐๐ด
Rasio risk free asset terhadap total aset bank 0.41
![Page 27: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/27.jpg)
25
No. Variabel Keterangan Nilai
16. ๐พ๐
๐๐ด
Rasio modal terhadap total aset bank 0.11
17. ๐ท
๐๐ด
Rasio deposito terhadap total aset bank 0.89
18. ๐ท
๐ฆ๐ธ
Rasio deposito terhadap PDB 1.70
19. ๐๐ผ LTV kredit rumah tangga 0.75
20. ฮ Rasio giro wajib minimum 0.08
4.2. Simulasi Transmisi Kebijakan Moneter dan Makroprudensial
4.2.1. Transmisi Policy Rate
Untuk melihat transmisi kebijakan suku bunga digunakan persamaan Taylor
Rule sebagai berikut:
(1 + ๐ ๐ก) = (1 + ๐ )1โ๐๐ (1 + ๐ ๐กโ1)
๐๐ ((๐๐ก๐)๐๐(๐ฆ๐ก๐ธ
๐ฆ๐กโ1๐ธ )
๐๐ฆ
)
1โ๐๐
๐๐ก๐
(4.1)
dengan ๐ ๐ก merupakan suku bunga kebijakan. Parameter ๐๐ , ๐๐, ๐๐ฆ adalah parameter
persistensi suku bunga kebijakan, parameter terkait respons deviasi inflasi dan
parameter terkait respons pertumbuhan output. ๐๐ก๐ adalah eror yang i.i.d dengan
distribusi normal dan standar deviasi sama dengan ๐๐๐ . Nilai parameter yang
digunakan dalam simulasi adalah ๐๐ = 0.75, ๐๐ = 2, dan ๐๐ฆ = 0.25.
Shock positif pada suku bunga kebijakan akan direspons oleh bank melalui
suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Simulasi shock suku bunga pada
model dilakukan dalam dua kondisi, yaitu imperfect pass-through dan perfect pass-
through. Kondisi pass-through yang berbeda dipengaruhi oleh maturity structure
deposito dan kredit di dalam neraca keuangan bank. Makin panjang maturity, makin
lambat pass-through. Di dalam model, kondisi ini ditentukan oleh parameter ๐ ๐
untuk suku bunga deposito, ๐ ๐๐ป untuk suku bunga kredit rumah tangga, dan ๐ ๐๐ธ
untuk suku bunga kredit pengusaha.
Gambar 4.3 menunjukkan impulse respons dari 1% shock positif dari suku
bunga kebijakan terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna
biru menunjukkan bahwa shock 1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam
kondisi imperfect pass-through, grafik berwarna merah menunjukkan bahwa shock
1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam kondisi perfect pass-through.
Peningkatan suku bunga kebijakan akan berdampak pada penurunan total
deposito yang dihimpun, penurunan total kredit yang didistribusikan, dan
![Page 28: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/28.jpg)
26
peningkatan aset likuid. Perubahan pada variabel-variabel neraca perbankan akan
berdampak pada menurunnya rasio loan to deposit (LDR). Dampak dari variabel
keuangan pun akan ditransmisikan ke sektor riil dengan menurunnya PDB,
menurunnya inflasi, menurunnya harga aset perumahan dan barang modal, dan
apresiasi nilai tukar.
Perubahan suku bunga kebijakan pada kondisi pass-through yang berbeda
akan memberikan dampak yang berbeda pula pada variabel sektor keuangan.
Perubahan jumlah simpanan deposito dan distribusi kredit akan lebih kecil pada
saat kondisi imperfect pass-through. Karena pass-through suku bunga kredit lebih
lambat daripada suku bunga deposito, total distribusi kredit akan lebih besar
daripada total deposito. Hal itu berdampak pada lebih tingginya rasio loan to deposit
jika dibandingkan pada saat kondisi perfect pass-through.
Perbedaan komposisi neraca keuangan bank pada kondisi pass-through yang
berbeda akan memengaruhi bagaimana seharusnya kebijakan moneter dan
makroprudensial berinteraksi satu sama lain, terutama pada saat kebijakan
tersebut bertujuan pada suatu kondisi neraca atau portfolio perbankan tertentu.
![Page 29: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/29.jpg)
27
Gambar 4.3. Impulse Response Function atas Shock Suku Bunga Kebijakan
Keterangan: Impulse response menunjukkan deviasi dari steady state. Grafik berwarna biru
menunjukkan bahwa shock positif 1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam
kondisi imperfect pass-through. Grafik berwarna merah menunjukkan bahwa shock positif
1% diberikan kepada suku bunga kebijakan dalam kondisi perfect pass-through.
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
1 10 19
CAR
-0.016
-0.014
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
1 10 19
Investasi
-0.018
-0.016
-0.014
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
1 10 19
Konsumsi
-0.001
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
1 10 19
BI Rate
Imperfect pass-through
Perfect pass-through
-0.001
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
1 10 19
Suku Bunga Deposito
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga
-0.04
-0.035
-0.03
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
1 10 19
Deposito
-0.07
-0.06
-0.05
-0.04
-0.03
-0.02
-0.01
0
1 10 19
Pinjaman Entrepreneur
-0.1
-0.09
-0.08
-0.07
-0.06
-0.05
-0.04
-0.03
-0.02
-0.01
0
1 10 19
Pinjaman Rumah Tangga
-0.08
-0.07
-0.06
-0.05
-0.04
-0.03
-0.02
-0.01
0
1 10 19
Total Pinjaman
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
1 10 19
Aset Likuid Bank
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
1 10 19
Modal Bank
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
1 10 19
LDR
-0.009
-0.008
-0.007
-0.006
-0.005
-0.004
-0.003
-0.002
-0.001
0
1 10 19
PDB
-0.006
-0.005
-0.004
-0.003
-0.002
-0.001
0
0.001
0.002
1 10 19
Inflasi
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
1 10 19
Harga Rumah
-0.014
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
1 10 19
Harga Barang Modal
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
1 10 19
Real Exchange Rate
-0.016
-0.014
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
1 10 19
Domestic Demand
![Page 30: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/30.jpg)
28
4.2.2. Transmisi Kebijakan LTV Ratio Requirement
Untuk melihat transmisi perubahan rasio LTV diasumsikan dinamika rasio
LTV sebagai berikut:
๐๐๐ฐ = ๐๐๐ฐ๐๐โ๐
๐ฐ + (๐ โ ๐๐๐ฐ)๐๐ฐ + ๐๐
๐๐ฐ (4.2)
๐๐๐ฌ = ๐๐๐ฌ๐๐โ๐
๐ฌ + (๐ โ ๐๐๐ฌ)๐๐ฌ + ๐๐
๐๐ฌ (4.3)
dengan ๐๐๐ผ dan ๐๐๐ธ adalah parameter persistensi serta ๐๐ก๐๐ผ dan ๐๐ก
๐๐ธ adalah eror
yang i.i.d dengan distribusi normal dan standar deviasi sama dengan ๐๐๐๐ผ dan ๐๐๐๐ธ.
Nilai persistensi yang digunakan dalam persamaan tersebut adalah ๐๐๐ผ = 0.9 dan
๐๐๐ธ = 0.9.
Gambar 4.4 menunjukkan impulse respons dari 1% shock negatif dari rasio
LTV terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna biru
menunjukkan shock 1% yang diberikan hanya kepada LTV untuk kredit rumah
tangga; grafik berwarna merah menunjukkan shock 1% yang diberikan hanya
kepada LTV untuk kredit pengusaha, sedangkan grafik berwarna hijau
menunjukkan shock 1% yang diberikan kepada kredit rumah tangga dan pengusaha
secara simultan.
Shock negatif dari ๐๐ก๐ผ akan menurunkan kredit kepada rumah tangga dan
kredit total. Penurunan LTV untuk kredit rumah tangga ini akan menyebabkan
penurunan, baik LDR, konsumsi maupun pembelian aset perumahan oleh rumah
tangga. Pada gilirannya harga aset perumahan juga akan turun. Hal tersebut akan
menurunkan output dan inflasi. Dalam rangka menurunkan pinjaman, bank akan
menambah aset bebas risiko (risk free asset) yang dimilikinya.
Serupa dengan ๐๐ก๐ผ, shock negatif dari ๐๐ก
๐ธ akan menurunkan kredit kepada
pengusaha, kredit total, dan turunnya harga modal aset (asset capital) dan juga
output dari perekonomian. Hal itu menunjukkan bahwa tujuan kebijakan
penurunan rasio LTV adalah meredam pertumbuhan kredit yang berdampak
terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi (memiliki karakteristik
countercyclical) yang dapat terpenuhi.
Jika dilihat dari tiap-tiap shock individual (๐๐ก๐ผ dan ๐๐ก
๐ธ), terlihat adanya
perpindahan distribusi kredit dari sektor yang lebih terestriksi ke sektor yang tidak
direstriksi. Shock negatif dari ๐๐ก๐ผ mengakibatkan turunnya kredit rumah tangga,
tetapi meningkatkan kredit untuk pengusaha. Sebaliknya, shock negatif dari ๐๐ก๐ธ
menurunkan kredit pengusaha dan meningkatkan kredit kepada rumah tangga. Hal
![Page 31: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/31.jpg)
29
tersebut akan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap sektor riil. Pergeseran
dari kredit rumah tangga kepada kredit pengusaha akan meningkatkan harga aset
kapital, sedangkan pergeseran dari kredit entrepreneur akan meningkatkan harga
aset perumahan. Bank sentral perlu mempertimbangkan dampak dari pergeseran
distribusi kredit dalam merancang kebijakan LTV.
![Page 32: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/32.jpg)
30
Gambar 4.4. Impulse Response Function atas Shock LTV
Keterangan: Impulse response menunjukkan deviasi dari steady state. Grafik berwarna biru
menunjukkan shock negatif 1% yang diberikan hanya kepada LTV untuk kredit rumah
tangga; grafik berwarna merah menunjukkan shock negatif 1% yang diberikan hanya kepada
LTV untuk kredit entrepreneur, sedangkan grafik berwarna hijau menunjukkan shock
negatif 1% yang diberikan kepada rumah tangga dan entrepreneur secara simultan.
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
1 10 19
CAR
-0.0025
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
1 10 19
Investasi
-0.003
-0.0025
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
1 10 19
Konsumsi
-0.0004
-0.00035
-0.0003
-0.00025
-0.0002
-0.00015
-0.0001
-0.00005
0
0.00005
0.0001
1 10 19
BI Rate
Shock LTV Rumah Tangga(RT)Shock LTV Entrepreneur โฌ
-0.0002
-0.00015
-0.0001
-0.00005
0
0.00005
1 10 19
Suku Bunga Deposito
-0.003
-0.0025
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
1 10 19
Deposito
-0.045
-0.04
-0.035
-0.03
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
0.005
1 10 19
Pinjaman Entrepreneur
-0.05
-0.04
-0.03
-0.02
-0.01
0
0.01
0.02
1 10 19
Pinjaman Rumah Tangga
-0.045
-0.04
-0.035
-0.03
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
1 10 19
Total Pinjaman
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
0.006
0.007
0.008
0.009
0.01
1 10 19
Aset Likuid Bank
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
0.005
1 10 19
Modal Bank
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
1 10 19
LDR
-0.0012-0.001
-0.0008-0.0006-0.0004-0.0002
00.00020.00040.00060.0008
0.001
1 10 19
PDB
-0.0006
-0.0005
-0.0004
-0.0003
-0.0002
-0.0001
0
0.0001
0.0002
1 10 19
Inflasi
-0.0004
-0.0003
-0.0002
-0.0001
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
1 10 19
Harga Rumah
-0.0004
-0.0003
-0.0002
-0.0001
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
1 10 19
Harga Barang Modal
-0.0003
-0.0002
-0.0001
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
1 10 19
Real Exchange Rate
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
1 10 19
Domestic Demand
![Page 33: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/33.jpg)
31
4.2.3. Transmisi Kebijakan CAR Requirement
Untuk melihat transmisi dari perubahan CAR requirement, diasumsikan
dinamika CAR sebagai berikut:
๐ป๐ = ๐๐ป๐ป๐โ๐ + (๐ โ ๐๐ป)๐ป + ๐๐๐ป (4.4)
dengan ํ๐ก adalah CAR requirement, ๐๐ adalah parameter persistensi, serta ๐๐ก๐ adalah
eror yang i.i.d berdistribusi normal dan standar deviasi ๐๐๐. Nilai persistensi yang
digunakan dalam persamaan tersebut adalah ๐๐ = 0.97.
Gambar 4.5 berikut menunjukkan impulse respons dari 1% shock positif dari
CAR requirement terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna
merah menunjukkan respons bank yang memiliki tingkat adjustment yang besar
(๐ ๐พ๐ = 10, cepat bereaksi) kepada shock CAR requirement; grafik berwarna hijau
menunjukkan respons bank yang memiliki tingkat adjustment yang moderat (๐ ๐พ๐ =
1), sedangkan grafik berwarna kuning menunjukkan respons bank yang memiliki
tingkat adjustment yang kecil (๐ ๐พ๐ = 0.1, respon yang lambat) kepada shock CAR.
Kecepatan respons dari bank ini dipengaruhi oleh besarnya excess capital
buffer yang dimiliki. Makin kecil excess capital buffer akan makin cepat respons dari
bank terhadap perubahan CAR requirement. Dengan tingkat adjustment yang besar,
bank yang cepat bereaksi atas peningkatan CAR requirement akan menurunkan
kredit yang disalurkan dengan memindahkan dananya ke aset likuid (๐ต๐บ
meningkat). Pada saat bank memiliki excess capital buffer yang besar (tingkat
adjustment yang kecil), bank dimungkinkan untuk tidak secara dominan
mengalihkan dananya ke aset likuid karena dapat meningkatkan CAR yang dimiliki
melalui peningkatan profit.
Dampak dari penurunan kredit yang disalurkan bank akibat shock positif
CAR akan menurunkan LDR; konsumsi dan investasi dan pada gilirannya akan
menurunkan PDB.
7 Diasumsikan bahwa target CAR bank dipengaruhi oleh CAR requirement melalui fungsi sebagai
berikut:๐๐ก๐ =
๐
๐ํ๐ก
![Page 34: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/34.jpg)
32
Gambar 4.5 Impulse Response Function atas Shock CAR Requirement
Keterangan: Impulse response menunjukkan deviasi dari steady state. Grafik berwarna merah
menunjukkan penyesuaian yang besar terhadap shock positif 1% CAR; grafik berwarna hijau
menunjukkan penyesuaian yang moderat terhadap shock positif 1% CAR, sedangkan grafik
berwarna kuning menunjukkan penyesuaian yang kecil terhadap shock positif 1% CAR.
![Page 35: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/35.jpg)
33
4.2.4. Transmisi Kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial
Untuk melihat transmisi dari kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial
diasumsikan bahwa nilai tambahan rasio reserve requirement yang dibebankan
kepada bank sebesar X๐ก dengan persamaan sebagai berikut:
๐พ๐ = ๐ฟ_๐๐ [(๐ฉ๐๐ซ๐โ๐๐)
๐
]
๐๐
(4.5)
dengan ๐๐ก adalah rasio LDR yang ditargetkan oleh bank sentral dan ๐_๐๐ adalah
parameter beban deviasi LDR dari target. Berbeda dengan kebijakan RIM yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia8, di dalam model diasumsikan bahwa beban deviasi
bersifat simetris, baik untuk deviasi positif maupun negatif dari target LDR.
Diasumsikan bahwa ๐๐ก memiliki dinamika sebagai berikut:
๐๐ก = ๐๐๐๐กโ1 + (1 โ ๐๐)๐ + ๐๐ก๐ (4.6)
dengan ๐๐ก๐ adalah eror yang i.i.d berdistribusi normal dan standar deviasi ๐๐๐. Nilai
persistensi yang digunakan dalam persamaan tersebut adalah ๐๐ = 0.9.
Gambar 4.6 berikut menunjukkan impulse respons dari 1% shock negatif dari target
LDR terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Penurunan target LDR akan
direspons melalui penurunan pinjaman bank yang didominasi oleh penurunan
pinjaman terhadap pengusaha. Sementara itu, pinjaman terhadap rumah tangga
mengalami peningkatan pada periode-periode awal, tetapi akan menurun pada
periode berikutnya. Peningkatan sementara pada pinjaman rumah tangga
mencerminkan upaya bank untuk meminimalkan pengurangan pendapatannya
akibat penurunan loanable funds dengan mengalokasikan pada kredit yang memiliki
suku bunga yang lebih tinggi.
Penurunan target LDR yang ditetapkan bank sentral akan berdampak pada
penurunan konsumsi, investasi, dan keseluruhan output perekonomian. Harga
barang modal juga mengalami penurunan. Sejalan dengan meningkatnya pinjaman
rumah tangga pada periode-periode awal, harga rumah juga ikut meningkat, tetapi
menurun sesuai dengan penurunan kredit rumah tangga pada periode selanjutnya.
8 Untuk simulasi ini ditetapkan ๐_๐๐ sebesar 0,2. Perbedaan lain dengan penerapan kebijakan RIM
oleh Bank Indonesia adalah terkait beban deviasi target LDR yang dikaitkan dengan nilai CAR yang dimiliki bank. Keterangan lebih lengkap mengenai kebijakan RIM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dilihat dalam lampiran.
![Page 36: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/36.jpg)
34
Gambar 4.6. Impulse Response Function atas Shock Rasio Intermediasi
Makroprudensial
-0.00005
0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
0.00025
0.0003
0.00035
0.0004
1 10 19
CAR
-0.0009
-0.0008
-0.0007
-0.0006
-0.0005
-0.0004
-0.0003
-0.0002
-0.0001
0
1 10 19
Investasi
-0.00016
-0.00014
-0.00012
-0.0001
-0.00008
-0.00006
-0.00004
-0.00002
0
1 10 19
Konsumsi
-0.00001
-0.000005
0
0.000005
0.00001
0.000015
0.00002
0.000025
0.00003
1 10 19
BI Rate
Shock terhadap Target LDR
-0.000018
-0.000016
-0.000014
-0.000012
-0.00001
-0.000008
-0.000006
-0.000004
-0.000002
0
1 10 19
Suku Bunga Deposito
-0.0001
-0.00008
-0.00006
-0.00004
-0.00002
0
0.00002
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur
-0.00006
-0.00005
-0.00004
-0.00003
-0.00002
-0.00001
0
0.00001
0.00002
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga
-0.0012
-0.001
-0.0008
-0.0006
-0.0004
-0.0002
0
1 10 19
Deposito
-0.003
-0.0025
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
1 10 19
Pinjaman Entrepreneur
-0.0006
-0.0004
-0.0002
0
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
1 10 19
Pinjaman Rumah Tangga
-0.0018
-0.0016
-0.0014
-0.0012
-0.001
-0.0008
-0.0006
-0.0004
-0.0002
0
1 10 19
Total Pinjaman
-0.0045
-0.004
-0.0035
-0.003
-0.0025
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
1 10 19
Aset Likuid Bank
-0.0012
-0.001
-0.0008
-0.0006
-0.0004
-0.0002
0
1 10 19
Modal Bank
-0.00045
-0.0004
-0.00035
-0.0003
-0.00025
-0.0002
-0.00015
-0.0001
-0.00005
0
1 10 19
LDR
-0.00025
-0.0002
-0.00015
-0.0001
-0.00005
0
1 10 19
PDB
-0.00002
-0.00001
0
0.00001
0.00002
0.00003
0.00004
0.00005
1 10 19
Inflasi
-0.00004-0.00002
00.000020.000040.000060.00008
0.00010.000120.000140.000160.00018
1 10 19
Harga Rumah
-0.0001
-0.00008
-0.00006
-0.00004
-0.00002
0
0.00002
1 10 19
Harga Barang Modal
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
1 10 19
Target LDR
-0.00006
-0.00004
-0.00002
0
0.00002
0.00004
0.00006
0.00008
0.0001
0.00012
0.00014
1 10 19
Real Exchange Rate
-0.0004
-0.00035
-0.0003
-0.00025
-0.0002
-0.00015
-0.0001
-0.00005
0
1 10 19
Domestic Demand
![Page 37: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/37.jpg)
35
4.3. Simulasi Bauran Kebijakan Optimal
4.3.1. Central Bankโs Objective dan Macroprudential Policy Rules
Pada bagian ini dilakukan simulasi bagaimana bauran kebijakan moneter
dan makroprudensial dapat mencapai stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem
keuangan. Di dalam model diasumsikan bahwa hanya bank sentral yang bertugas
sebagai pengambil keputusan dari kedua kebijakan tersebut sebagaimana mandat
yang dimiliki oleh Bank Indonesia.
Stabilitas makroekonomi pada penelitian ini didefinisikan sebagai
penjumlahan dari variansi inflasi dan variansi PDB, sedangkan stabilitas keuangan
adalah variansi dari rasio total kredit terhadap total PDB. Kebijakan yang dapat
digunakan untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan adalah
suku bunga kebijakan, CAR requirement, kebijakan RIM, dan kebijakan LTV ratio
requirement.
Dalam menentukan kebijakan LTV ratio requirement, bank sentral
menggunakan persamaan berikut:
๐๐ก๐ผ = (๐๐กโ1
๐ผ )๐๐๐ผ
(
๐๐ผ
(
๐ต๐ก๐ผ
๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต๐ผ
๐ฆ๐ธ)
โ๐๐๐ผ
)
1โ๐๐๐ผ
ํ๐ก๐๐ผ
(4.7)
๐๐ก๐ธ = (๐๐กโ1
๐ธ )๐๐๐ธ
(
๐๐ธ
(
๐ต๐ก๐ธ
๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต๐ธ
๐ฆ๐ธ)
โ๐๐๐ธ
)
1โ๐๐๐ธ
ํ๐ก๐๐ธ
(4.8)
dengan ๐๐๐ผ dan ๐๐๐ธ merupakan smoothing parameter, ๐๐๐ผ dan ๐๐๐ธ merupakan
parameter yang menentukan reaksi countercyclical. Variabel yang digunakan
sebagai trigger variable adalah deviasi rasio kredit tiap sektor terhadap PDB dari
steady state-nya.
Dalam menentukan kebijakan CAR requirement, bank sentral menggunakan
persamaan berikut:
๐๐ก๐ = (๐๐กโ1
๐ )๐๐๐
(
๐๐(
๐ต๐ก๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต๐ฆ๐ธ
)
โ๐๐๐
)
1โ๐๐๐
ํ๐ก๐๐
(4.9)
![Page 38: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/38.jpg)
36
dengan ๐๐๐ merupakan parameter persistensi dan ๐๐๐ merupakan parameter yang
menentukan respons dari kebijakan CAR requirement pada perubahan dari rasio
kredit terhadap PDB. Sementara itu, dalam menentukan kebijakan RIM, bank
sentral menggunakan pendekatan yang sama dengan CAR requirement sebagaimana
dituliskan pada persamaan berikut:
๐๐ก = (๐๐กโ1)๐๐
(
๐(
๐ต๐ก๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต๐ฆ๐ธ
)
โ๐๐
)
1โ๐๐
ํ๐ก๐
(4.10)
dengan ๐๐ merupakan parameter persistensi dan ๐๐ merupakan parameter yang
menentukan respons dari target LDR pada perubahan dari rasio kredit terhadap
PDB.
Bank sentral memiliki beberapa opsi kebijakan dalam menghadapi berbagai
guncangan dan risiko yang menimbulkan ketidakstabilan makroekonomi dan
keuangan. Terdapat dua skenario kebijakan yang digunakan dengan memanfaatkan
central bank loss function. Skenario pertama adalah skenario baseline, yaitu bank
sentral hanya memiliki suku bunga kebijakan sebagai alat untuk menjaga
kestabilan makroekonomi. Skenario kedua adalah bank sentral menggunakan suku
bunga kebijakan dan instrumen kebijakan makroekonomi yang lain (CAR
requirement, RIM, dan LTV rasio) untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan
stabilitas sistem keuangan.
Pada skenario pertama, bank sentral hanya memiliki tujuan untuk menjaga
kestabilan makroekonomi dengan kebijakan yang digunakan, yaitu kebijakan
moneter berupa suku bunga kebijakan dengan persamaan Taylor Rule seperti pada
persamaan (4.1). Fungsi kerugian bank sentral untuk skenario pertama dituliskan
sebagai berikut:
๐ฟ = ๐๐2 + ๐๐ฆ๐ธ๐๐ฆ๐ธ
2 + ๐๐๐ฮ๐2 (4.11)
Skenario kedua, selain memiliki suku bunga kebijakan, bank sentral memiliki
beberapa instrumen kebijakan makroekonomi lain dengan central bank loss function
sebagai berikut:
๐ฟ = ๐๐2 + ๐๐ฆ๐ธ๐๐ฆ๐ธ
2 + ๐๐ต ๐๐ธโ ๐B Y๐ธโ2 + ๐๐๐ฮ๐
2 + ๐๐๐๐ฮ๐๐2 + ๐๐๐ฮ๐
2 + ๐๐๐ผ๐ฮ๐๐ผ2 + ๐๐๐ธ๐ฮ๐๐ธ
2 (4.12)
![Page 39: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/39.jpg)
37
dengan ๐๐ฆ๐ธ dan ๐๐ต ๐๐ธโ merupakan bobot kestabilan PDB dan kestabilan keuangan
dan ๐๐, ๐๐๐, ๐๐, ๐๐๐ผ, dan ๐๐๐ธ merupakan preferensi bank sentral terhadap variabilitas
kebijakan yang diberikan. Pada model digunakan ๐๐ฆ๐ธ = 0.5 dan ๐๐ต ๐๐ธโ = 1 dan nilai
0.1 untuk variabilitas instrumen kebijakan yang lain.
4.3.2. Bauran Kebijakan Menghadapi Technology Shocks
Pada bagian ini dibahas mengenai strategi kebijakan dalam menghadapi total
factor productivity (TFP) shock. Total factor productivity diasumsikan mengikuti
persamaan berikut:
๐๐(๐๐ก๐ธ) = ๐๐๐ธ๐๐(๐๐กโ1
๐ธ ) + ๐๐ก๐๐ธ (4.13)
dengan ๐๐๐ธ merupakan parameter persistensi dan ๐๐ก๐๐ธ merupakan eror yang i.i.d
berdistribusi normal dan standar deviasi ๐๐๐ธ.
Gambar 4.7 berikut menunjukkan impulse respons dari 1% shock positif dari
technology shock terhadap variabel-variabel utama di dalam model. Grafik berwarna
biru menunjukkan bahwa bank sentral bertujuan menjaga stabilitas makroekonomi
dengan hanya menggunakan suku bunga kebijakan. Grafik berwana merah
menunjukkan bahwa bank sentral bertujuan menjaga stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan dengan hanya menggunakan suku bunga kebijakan. Grafik
berwarna hijau, kuning, dan ungu masing-masing menunjukkan bahwa bank
sentral menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan
menggunakan suku bunga kebijakan dan dikombinasikan dengan kebijakan CAR
requirement, RIM, dan LTV ratio requirement.
Shock positif terhadap teknologi akan berdampak pada meningkatnya PDB
dan turunnya inflasi. Bank sentral akan memberikan respons yang berbeda untuk
suku bunga kebijakan. Pada saat kebijakan yang digunakan hanya suku bunga
kebijakan dan dikombinasikan dengan LTV, bank sentral akan meningkatkan suku
bunga. Sementara itu, pada saat dikombinasikan dengan kebijakan yang lain, bank
sentral akan menurunkan suku bunganya. Hal itu akan memengaruhi respons bank
dalam penentuan suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman yang juga akan
berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan kepada sektor riil.
![Page 40: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/40.jpg)
38
Gambar 4.7. Impulse Response Function atas Technology Shock
-0.004
-0.003
-0.002
-0.001
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
1 10 19
CAR
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
1 10 19
Investasi
-0.001
0
0.001
0.002
0.003
0.004
0.005
1 10 19
Konsumsi
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
1 10 19
BI Rate
Standard Taylor Rule (MS)Standard Taylor Rule (MS+FS)Taylor Rule + CAR RequirementTaylor Rule + RIMTaylor Rule + LTV Ratio Rule
-0.001
-0.0008
-0.0006
-0.0004
-0.0002
0
0.0002
0.0004
0.0006
1 10 19
Suku Bunga Deposito
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Entrepreneur
-0.001-0.0008-0.0006-0.0004-0.0002
00.00020.00040.00060.0008
1 10 19
Suku Bunga Pinjaman Rumah Tangga
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
1 10 19
Deposito
-0.03
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
0.005
0.01
0.015
1 10 19
Pinjaman Entrepreneur
-0.01
-0.005
0
0.005
0.01
0.015
1 10 19
Pinjaman Rumah Tangga
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
0.005
0.01
0.015
1 10 19
Total Pinjaman
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
1 10 19
Aset Likuid Bank
-0.006
-0.005
-0.004
-0.003
-0.002
-0.001
0
0.001
0.002
0.003
1 10 19
LDR
-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
1 10 19
PDB
-0.002
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
1 10 19
Inflasi
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
1 10 19
Harga Rumah
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
1 10 19
Harga Barang Modal
-0.015
-0.01
-0.005
0
0.005
0.01
1 10 19
Target LDR
-0.03
-0.025
-0.02
-0.015
-0.01
-0.005
0
0.005
1 10 19
Kredit per PDB
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
1 10 19
Real Exchange Rate
-0.0015
-0.001
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
1 10 19
LTV Rumah Tangga
-0.012
-0.01
-0.008
-0.006
-0.004
-0.002
0
1 10 19
Pinjaman Luar Negeri per PDB
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
0.004
1 10 19
LTV Entrepreneur
-0.008
-0.007
-0.006
-0.005
-0.004
-0.003
-0.002
-0.001
0
0.001
0.002
1 10 19
CAR Requirement
![Page 41: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/41.jpg)
39
Secara umum terlihat bahwa seluruh kombinasi kebijakan yang
dioptimalisasi untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem
keuangan dapat mencapai stabilitas sistem keuangan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan kebijakan yang dioptimalisasi hanya untuk mencapai
stabilitas makroekonomi. Hal itu dapat terlihat dengan jelas dalam tabel 4.6. Dari
tabel tersebut terlihat bahwa stabilitas inflasi dan sistem keuangan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan skenario baseline.
Namun, hal itu dibarengi dengan peningkatan instabilitas yang cukup tinggi
terhadap output. Dari tabel 4.7 juga terlihat bahwa terjadi peningkatan yang
signifikan terhadap stabilitas nilai tukar, harga rumah dan rasio pinjaman luar
negeri terhadap PDB. Seperti halnya output, stabilitas harga barang modal
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal itu menunjukkan bahwa
terdapat trade-off antara pencapaian stabilitas inflasi, sistem keuangan (bank), nilai
tukar, harga rumah, dan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dengan
pencapaian stabilitas output dan harga barang modal ketika ekonomi mengalami
technology shock. Bank sentral perlu mencermati trade-off ini agar dapat memilih
kebijakan optimal yang akan diterapkan.
Selain itu, hasil simulasi model menunjukkan bahwa penerapan bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial memiliki kinerja yang lebih baik dalam
mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan jika dibandingkan dengan
hanya mengimplementasikan kebijakan moneter. Hal itu terlihat dari penurunan
ketidakstabilan total yang lebih besar ketika menggabungkan penerapan suku
bunga kebijakan dengan salah satu instrumen kebijakan makroprudensial jika
dibandingkan dengan hanya menerapkan suku bunga kebijakan untuk mencapai
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Tabel 4.6. Hasil Optimisasi Model untuk Stabilitas Makroekonomi dan Keuangan
dalam Menghadapi Technology Shock
Variansi Inflasi
Variansi Output
Ketidakstabilan Makroekonomi
Ketidaktabilan Sistem
Keuangan
Ketidakstabilan Total
Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi
Standard Taylor Rule
0.063 1.499 0.813 22.133 22.946
Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi dan Stabilitas Sistem Keuangan
Standard Taylor Rule
0.031 2.891 1.476 0.912 2.389
(-51.593) (92.853) (81.650) (-95.878) (-89.590)
Taylor Rule dan CAR Requirement
0.032 2.909 1.487 0.092 1.578
![Page 42: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/42.jpg)
40
(-48.844) (94.021) (82.941) (-99.585 ) (-93.121)
Taylor Rule dan RIM
0.020 3.005 1.523 0.600 2.123
(-67.768 ) (100.454) (87.407) (-97.290) (-90.749 )
Taylor Rule dan LTV Rasio
0.035 1.950 1.010 0.219 1.229
(-44.258) (30.075) (24.310) (-99.012) (-94.645)
Keterangan:
Variansi, ketidakstabilan makroekonomi, ketidakstabilan sistem keuangan, dan ketidakstabilan total dinyatakan sebagai rasio terhadap variansi exogeneous shock. Nilai di
dalam kurung menunjukkan persentase perbedaan dari variansi/ketidakstabilan yang dihasilkan model dengan hasil optimasi untuk stabilitas makroekonomi dengan Standard Taylor Rule. Nilai dengan warna merah mengindikasikan peningkatan ketidakstabilan,
sedangkan nilai dengan warna biru mengindikasikan penurunan ketidakstabilan.
Tabel 4.7 Hasil Optimisasi Model untuk Variabel Lain dalam Menghadapi
Technology Shock
Variansi Nilai
Tukar Harga Aset Perumahan
Harga Barang Modal
Rasio Pinjaman Luar
Negeri terhadap PDB
Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi
Standard Taylor Rule 0.137 0.370 0.059 11.646
Optimisasi untuk Stabilitas Makroekonomi dan Stabilitas Sistem Keuangan
Standard Taylor Rule 0.063 0.147 0.193 5.172 (-53.791) (-60.337) (225.071) (-55.589)
Taylor Rule and CAR Requirement 0.063 0.133 0.204 5.332 (- 53.741) (-64.045) (244.014) (-54.217)
Taylor Rule and RIM 0.075 0.153 0.227 4.867 (-45.527) (-58.584) (281.513) (-58.204)
Taylor Rule and LTV Ratio Rule 0.083 0.250 0.109 8.169 (-39.446) (-32.541) (84.091) (-29.853)
Keterangan: Variansi dinyatakan sebagai rasio terhadap variansi exogeneous shock. Nilai di dalam kurung
menunjukkan persentase perbedaan dari variansi/ketidakstabilan yang dihasilkan model dengan hasil optimasi untuk stabilitas makroekonomi dengan Standard Taylor Rule. Nilai
dengan warna merah mengindikasikan peningkatan ketidakstabilan, sedangkan nilai
dengan warna biru mengindikasikan penurunan ketidakstabilan.
![Page 43: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/43.jpg)
41
5. Simpulan dan Saran
5.1. Simpulan dan Saran
Dalam penelitian ini dibangun model makrofinansial berbasis Dynamic
Stochastic General Equilibrium (DSGE) untuk mempelajari transmisi dari kebijakan
moneter dan kebijakan makroprudensial. Model yang dibangun mengasumsikan
small open economy dan dikalibrasi dengan menggunakan data Indonesia dengan
periode data mulai dari 2000Q3 sampai dengan 2107Q4.
Hasil simulasi model menunjukkan bahwa instrumen kebijakan
makroprudensial yang terdapat di dalam model (Loan to Value (LTV) ratio
requirement, Capital Adequacy Ratio (CAR) requirement dan kebijakan Rasio
Intermediasi Makroprudensial (RIM) memiliki perilaku countercyclical sehingga
dapat digunakan untuk meredam perilaku procyclical dari sistem perbankan.
Transmisi suku bunga kebijakan terhadap suku bunga retail perbankan
ditentukan dari tingkat interest rate passthrough yang dipengaruhi oleh maturity
structure portofolio kredit dan deposito perbankan. Tingkat interest rate passthrough
sangat menentukan alokasi portofolio asset dan liabilities perbankan sehingga dapat
menentukan interaksi antara kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial,
terutama apabila kebijakan makroprudensial didasarkan pada suatu kondisi neraca
atau keseimbangan portofolio asset-liabilities tertentu (misalnya, apabila trigger
variable kebijakan makroprudensial adalah LDR di level tertentu). Bank sentral
perlu secara rutin melakukan pengawasan terhadap passthrogh suku bunga
kebijakan ke suku bunga retail perbankan untuk kebutuhan analisis bauran
kebijakan moneter dan makroprudensial.
Excess capital buffer yang dimiliki oleh perbankan akan menentukan
transmisi kebijakan terkait Capital Adequacy Ratio (CAR) requirement yang
ditetapkan oleh bank sentral (misalnya, kebijakan countercyclical capital buffer atau
CCB). Makin tinggi excess capital buffer yang dimiliki perbankan makin tidak efektif
kebijakan CCB untuk mengurangi procyclicality dari sektor perbankan.
Penurunan LTV untuk kredit rumah tangga akan menyebabkan turunnya,
baik kredit rumah tangga, kredit total, penurunan konsumsi maupun pembelian
aset perumahan oleh rumah tangga. Pada gilirannya harga aset perumahan juga
akan turun. Hal tersebut akan menurunkan output dan inflasi. Senada dengan itu,
penurunan LTV untuk kredit pengusaha menyebabkan penurunan kredit dan
![Page 44: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/44.jpg)
42
turunnya investasi kapital yang selanjutnya pada penurunan output. Berdasarkan
simulasi model, terlihat adanya perpindahan distribusi kredit dari sektor yang lebih
terestriksi kepada sektor yang tidak direstriksi. Bank sentral perlu
mempertimbangkan dampak dari pergeseran distribusi kredit dalam merancang
kebijakan LTV.
Hasil simulasi model juga menunjukkan bahwa penerapan bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial memiliki kinerja yang lebih baik dalam mencapai
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan jika dibandingkan dengan hanya
mengimplementasikan kebijakan moneter dalam menghadapi technology shock.
Namun, terdapat trade-off antara pencapaian stabilitas inflasi, sistem keuangan
(bank), nilai tukar, harga rumah, dan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB
dengan pencapaian stabilitas output dan harga barang modal ketika ekonomi
mengalami technology shock. Bank sentral perlu mencermati trade-off tersebut
untuk dapat memilih kebijakan optimal yang akan diterapkan.
5.2. Arah Penelitian Kedepan
Secara umum, model pada penelitian ini mampu memenuhi tujuan
pengembangannya, yaitu mempelajari transmisi dan interaksi kebijakan moneter
dan makroprudensial. Model pada penelitian ini juga dapat digunakan untuk
melakukan simulasi bauran kebijakan optimal untuk menghadapi suatu kondisi
shock tertentu, baik yang berasal dari domestik maupun dari eksternal. Dalam
penelitian ini dilakukan simulasi bauran kebijakan optimal dalam menghadapi
technology shock. Ke depan dapat dilakukan simulasi bauran kebijakan optimal
dalam menghadapi capital inflow shock, domestic price shock, dan consumerโs
preference shock.
Dengan sedikit modifikasi, model ini juga dapat digunakan untuk melakukan
simulasi kebijakan Capital Flow Management (CFM) sebagaimana ditunjukkan
dalam Purwanto (2017). Dengan demikian, analisis bauran kebijakan yang
dilakukan meliputi kebijakan moneter, makroprudensial, dan CFM. Hal ini terutama
akan sangat berguna dalam melakukan simulasi bauran kebijakan optimal dalam
menghadapi capital inflow shocks.
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini juga dapat digunakan untuk
melakukan welfare analysis dari kebijakan optimal yang diterapkan bank sentral9.
9 Welfare analysis dari kebijakan optimal bank sentral dapat dilakukan mengikuti Purwanto (2017).
![Page 45: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/45.jpg)
43
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak kebijakan tertentu yang akan
diimplementasikan oleh bank sentral terhadap welfare dari rumah tangga, baik
savers, borrowers maupun pengusaha. Informasi yang didapat akan sangat berguna
dalam proses formulasi kebijakan, terutama untuk melihat apakah kebijakan bank
sentral yang ditujukan untuk mencapai stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan memiliki unintended negative externalities terhadap agen ekonomi
tertentu.
![Page 46: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/46.jpg)
44
Daftar Pustaka
Agenor, P., Alper, K., dan Silva, L. 2011. Capital regulation, monetary policy and
financial stability. Working Papers Series No237, Central Bank of Brazil,
Brazil
Alpanda, S., Cateau, G. and Meh, C. 2014. A Policy Model to Analyze
Macroprudential Regulations and Monetary Policy. BIS Working Paper 461.
Angelini, P., Enria, A., Neri, S., Panetta, F. and Quagliariello, M. 2010. Pro-cyclicality
of capital regulation: is it a problem? How to fix it?. Questioni di Economia
e Finanza (Occasional Papers) 74. Bank of Italy. Economic Research and
International Relations Area.
Angelini, P., Neri, S. and Panetta, F. 2011.Monetary and macroprudential policies.
Temi di discussione (Economic working papers) 801.Bank of Italy. Economic
Research and International Relations Area.
Bianchi, J. and Mendoza E. 2010). Overborrowing, Financial Crises, and
Macroprudential: Taxes. NBER Working Paper 16091.
Cecchetti, S. G. dan Kohler, M. 2014. When capital adequacy and interest rate policy
are substitutes (and when they are not). International Journal of Central
Banking. 10(3):205-232.
Chadha, J., dan Corrado, L., 2012. Macro-prudential Policy in Liquidity: What does
a DSGE Model tell us?
Chen, J. dan Columba, F. 2016. Macroprudential and Monetary Policy Interactions
in a DSGE Model for Sweden. IMF Working Paper WP/16/74.
Drehmann, M., Borio, C., dan Tsatsaronis, K. 2011. Anchoring countercyclical
capital buffers: the role of credit aggregates. BIS Working Paper No 335,
Bank for International Settlements, Basel.
Ferreira, L., dan Nakane, M., 2015. Macroprudential Policy in a DSGE Model:
Anchoring the Countercyclical Capital Buffer.
Gerali, A., Neri, S. Sessa, L. and Signoretti, F., 2010. Credit and banking in a DSGE
model of the euro area. Temi di discussione (Economic working papers) 740.
Bank of Italy. Economic Research and International Relations Area.
Harmanta, Purwanto, N. and Oktiyanto, F. 2012. Sektor Perbankan dalam Model
DSGE. Bank Indonesia Working Paper No. WP/16/2012.
Harmanta, Purwanto, N., Rachmanto, A., and Oktiyanto, F. 2013. Penyempurnaan
Pemodelan Financial Frictions pada Model DSGE-Bank. Bank Indonesia
Working Paper No. WP/3/2013.
![Page 47: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/47.jpg)
45
Kannan, P., Rabanal, P., dan Scott, A. M. 2012. Monetary dan Macroprudential
policy rules in a model with house price booms. The B.E. Journal of
Macroeconomics, 12(1):16.
Kitoyaki, N. and J. Moore 1997. Credit Cycles. Journal of Political Economy 105(2),
211-248.
Meh, C. and Moran, K. 2010. The Role of Bank Capital in the Propagation of Shocks.
Journal of Economic Dynamics and Control 34, 555-576.
Purwanto, N. 2017. Essays on Macroeconomic Policy Mix for The Emerging Asian Economies-
Post Global Financial Crisis. Phd Thesis. University of Nottingham.
Purwanto, N., Suryaningsih, N., Kurniati, I. and Indriani, R. 2017. Pembangunan
Model Makroprudensial Berbasis Dynamic Stochastic General Equilibrium.
LHP. Bank Indonesia.
Quint, D. and Rabanal, P. 2013. Monetary and Macroprudential Policy in an
Estimated DSGE Model of the Euro Area. IMF Working Paper WP/13/209.
Suh, H. 2012. Macroprudential policy: Its effects and relationships to monetary
policy. Working Paper No 12-28, Federal Reserve Bank of Philadelphia,
Philadelphia.
Vermandel, G. 2015. The Setting of Macroprudential Instruments in the Eurozone:
An Estimated DSGE Analysis.
![Page 48: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/48.jpg)
46
Lampiran
Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)
Perilaku sektor keuangan, khususnya perbankan cenderung prosiklikal
dengan perekonomian yang bergerak naik dan turun. Saat kondisi ekonomi sedang
baik, perbankan akan melakukan ekspansi dan meningkatkan perilaku dalam
pengambilan risiko. Sementara itu, ketika kondisi ekonomi menurun, perbankan
cenderung menahan ekspansi dengan menahan penyaluran kredit atau mengurangi
perilaku dalam pengambilan risiko.
Bank Indonesia memperkenalkan kebijakan makroprudensial yang baru,
yaitu Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada tahun 2018 untuk mencegah
dan mengurangi risiko perilaku perbankan yang proksiklikal dan gangguan
terhadap fungsi intermediasi perbankan. Instrumen kebijkan RIM diharapkan dapat
mendorong fungsi intermediasi perbankan yang seimbang dan berkualitas kepada
sektor riil sesuai dengan kapasitas dan target pertumbuhan ekonomi dengan tetap
menjaga prinsip kehati-hatian. Kebijakan ini bersifat countercyclical dan dapat
disesuaikan dengan perubahan kondisi ekonomi yang diimplementasikan kepada
seluruh perbankan, baik konvensional maupun syariah.
Kebijakan RIM bagi bank konvensional telah dikenal sebelumnya dengan
GWM LFR (Giro Wajib Minimum loan to funding ratio), sedangkan bagi bank syariah
dikenal dengan GWM FDR (Giro Wajib Minimum Financing to Deposit Ratio) yang
merupakan bagian dari kebijakan GWM (Giro Wajib Minimum). Instrumen RIM
mengalami penyempurnaan dari sebelumnya dengan menambahkan komponen
surat berharga dalam perhitungannya.
Pemenuhan kewajiban Giro RIM, Giro RIM Syariah dipenuhi setelah
pemenuhan GWM dalam rupiah secara harian. Beberapa pokok pengaturan Giro
RIM dan RIM Syariah sebagai berikut.
Pengaturan RIM (BUK) RIM Syariah (BUS dan UUS)
Formula ๐พ๐๐๐๐๐ก + ๐๐ต ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐ท๐๐พ + ๐๐ต ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐ก๐๐๐
๐๐๐๐๐๐๐ฆ๐๐๐ + ๐๐ต ๐๐ฆ๐๐๐๐โ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐
๐ท๐๐พ + ๐๐ต ๐๐ฆ๐๐๐๐โ ๐ฆ๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐ก๐๐๐
Besaran dan
Parameter
Batas atas 92% Batas atas 92%
Batas bawah 80% Batas bawah 80%
KPMM sebesar 14% KPMM sebesar 14%
Bagi UUS, KPMM mengikuti KPMM BUK
yang menjadi induk UUS
Parameter disinsentif atas sebesar 0,2
Parameter disinsentif atas sebesar 0,2
![Page 49: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/49.jpg)
47
Pengaturan RIM (BUK) RIM Syariah (BUS dan UUS)
Parameter disinsentif
bawah sebesar 0,1
Parameter disinsentif bawah sebesar 0,1
Kriteria SB
dimiliki
Obligasi Sukuk Korporasi
diterbitkan oleh korporasi bukan bank dan oleh penduduk, public offering, investment grade, ditatausahakan di lembaga yang berwenang
Kriteria SB
diterbitkan
MTN, FRN, dan obligasi
selain obligasi subordinasi
MTN syariah dan sukuk selain sukuk
subordinasi
Dimiliki bukan bank, baik penduduk maupun bukan penduduk, public offering, rating investment grade, ditatausahakan di lembaga yang
berwenang
Dengan memperhatikan pokok-pokok kebijakan RIM, formula perhitungan
RIM pada perbankan dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Keterangan Bank Disinsentif
Bank A
RIM = RIM target
Sesuai dengan target, tidak dikenakan Giro
RIM.
Bank B RIM < RIM target (batas bawah)
Di bawah target. ๐บ๐๐๐ ๐ ๐ผ๐ = 0.1 ร (๐ ๐ผ๐ ๐ก๐๐๐๐๐ก โ ๐ ๐ผ๐) ร ๐ท๐๐พ
Bank C
RIM > RIM target (batas atas)
Di atas target.
- CAR โฅ 14%, Giro RIM = 0%
- CAR < 14% ๐บ๐๐๐ ๐ ๐ผ๐ = 0.2 ร (๐ ๐ผ๐ โ ๐ ๐ผ๐ ๐ก๐๐๐๐๐ก) ร ๐ท๐๐พ
Berdasarkan tabel tersebut, Bank A memiliki RIM yang berada pada kisaran
RIM target (80%--92%). Bank A tidak akan dikenakan Giro RIM. Bank B memiliki
RIM di bawah batas bawah target RIM (80%) sehingga dikenakan Giro RIM dengan
parameter disinsentif 0,1. Bank C yang memiliki RIM melebihi batas atas target RIM
akan dilihat CAR-nya. Jika mencapai KPMM 14% atau lebih, CAR tidak akan
dikenakan Giro RIM. Sementara itu, jika kurang dari KPMM 14%, CAR akan
dikenakan Giro RIM dengan parameter disinsentif 0,2.
Persamaan Model
1. Patient Household
a. ๐๐ก๐(๐) + ๐๐ก
๐ (๐๐ก๐(๐) โ (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1
๐ (๐)) + ๐๐กโ (โ๐ก
๐(๐) โ (1 โ ๐ฟโ)โ๐กโ1๐ (๐)) + ๐๐ก(๐) +
๐ ๐ก(1 + ๐๐กโ1)(1 + ๐๐กโ1โ )
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1โ (๐)
๐๐กโ = ๐ค๐ก
๐๐๐ก๐(๐) + (1 + ๐๐กโ1
๐ )๐๐กโ1(๐)
๐๐ก+ ๐ ๐ก
๐๐๐ก๐๐๐กโ1
๐ (๐) + ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ(๐) +
๐ก๐ก๐(๐)
b. ๐๐๐กโ
โ๐ก๐(๐)
+ ๐ฝ๐๐๐ก+1 ๐ง
๐๐ก+1๐ (๐)
๐๐ก+1โ (1 โ ๐ฟโ) =
๐๐ก๐ง
๐๐ก๐(๐)๐๐กโ
c. ๐๐ก๐(๐)โ
๐ค๐ก๐ =
๐๐ก๐ง
๐๐ก๐(๐)
d. (1 โ ๐ฟ๐) + ๐ ๐ก+1๐ =
๐๐ก+1๐ (๐)
๐ฝ๐๐๐ก๐(๐)
๐๐ก๐
๐๐ก+1๐
๐๐ก+1 ๐ง
๐๐ก๐ง
e. ๐๐ก+1๐ (๐)
๐๐ก๐(๐)
๐๐ก๐ง
๐๐ก+1 ๐ง
๐๐ก+1
๐ฝ๐= (1 + ๐๐ก
๐)
![Page 50: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/50.jpg)
48
f. (1+๐๐ก
๐)
(1+๐๐ก)(1+๐๐กโ)=๐ ๐ก+1๐๐ก+1
๐ ๐ก๐๐ก+1โ
g. ๐ก๐ก๐ = ฮ ๐ก
๐ป + ฮ ๐ก๐น + ๐ฑ๐ก
๐ปโ + (1 โ ฯ๐)๐๐กโ1๐
๐๐ก+๐ ๐พ๐
2(๐พ๐กโ1๐
๐ต๐กโ1โ ๐๐กโ1
๐ )2๐พ๐กโ1๐
๐๐ก+๐ ๐
2(๐๐กโ1๐ (๐)
๐๐กโ2๐ (๐)
โ
1)2
๐๐กโ1๐ ๐๐กโ1
๐๐ก+๐ ๐๐ป
2(๐๐กโ1๐๐ป (๐)
๐๐กโ2๐๐ป (๐)
โ 1)2
๐๐กโ1๐๐ป ๐๐กโ1
๐ผ
๐๐ก+๐ ๐๐ธ
2(๐๐กโ1๐๐ธ (๐)
๐๐กโ2๐๐ธ (๐)
โ 1)2
๐๐กโ1๐๐ธ ๐๐กโ1
๐ธ
๐๐กโ ๐ ๐กโ1
๐ต๐กโ1๐บ
๐๐ก+
๐ ๐ก(1 + ๐๐กโ1)(1 + ๐๐กโ1โ )
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1โ
๐๐กโ
2. Impatient Household
a. ๐๐ก๐ผ(๐) + ๐๐ก
โ (โ๐ก๐ผ(๐) โ (1 โ ๐ฟโ)โ๐กโ1
๐ผ (๐)) + (1 + ๐๐กโ1๐๐ป )
๐๐กโ1๐ผ (๐)
๐๐ก= ๐ค๐ก
๐ผ๐๐ก๐ผ(๐) + ๐๐ก
๐ผ(๐)
b. (1 + ๐๐ก๐๐ป)๐๐ก
๐ผ(๐) โค ๐๐ก๐ผ(1 โ ๐ฟโ)๐ธ๐ก[๐๐ก+1
โ โ๐ก๐ผ(๐)๐๐ก+1]
c. ๐๐ก๐ง
๐๐ก๐ผ(๐)=๐๐ก๐ผ(๐)๐
๐ค๐ก๐ผ
d. ๐๐๐กโ
โ๐ก๐ผ(๐)+ (
๐๐ก๐ง
๐๐ก๐ผ(๐)
๐๐ก+1
(1+๐๐ก๐๐ป)โ ๐ฝ๐ผ
๐๐ก+1๐ง
๐๐ก+1๐ผ (๐)
)๐๐ก๐ผ(1 โ ๐ฟโ)๐ธ๐ก[๐๐ก+1
โ ] + ๐ฝ๐ผ๐๐ก+1๐ง
๐๐ก+1๐ผ (๐)
๐๐ก+1โ (1 โ ๐ฟโ) =
๐๐ก๐ง
๐๐ก๐ผ(๐)๐๐กโ
3. Entrepreneurs
a. ๐ฆ๐ก๐ธ(๐) = ๐๐ก
๐ธ [(๐๐กโ1๐ธ (๐))
๐(๐๐กโ1๐ (๐))
1โ๐]๐ผ
[( ๐๐ก ๐)๐( ๐๐ก
๐ผ )1โ๐]1โ๐ผ
b. (1 + ๐๐ก๐๐ธ) ๐๐ก
๐ธ(๐) โค ๐๐ก ๐ธ๐ธ๐ก[ ๐๐ก+1
๐ ๐๐ก+1(1 โ ๐ฟ๐)๐๐ก
๐ธ(๐)]
c. ๐๐ก๐ธ(๐) + ๐ค๐ก
๐ ๐๐ก ๐(๐) + ๐ค๐ก
๐ผ ๐๐ก ๐ผ (๐) + (1 + ๐๐กโ1
๐๐ธ ) ๐๐กโ1 ๐ธ (๐)
๐๐ก+ ๐๐ก
๐ (๐๐ก๐ธ(๐) โ (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1
๐ธ (๐)) +
๐ ๐ก๐๐๐ก๐๐๐กโ1๐ (๐) = ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ธ๐ฆ๐ก๐ธ(๐) + ๐๐ก
๐ธ(๐)
d. ๐ ๐ก+1๐ = ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+1
๐ธ (1 โ ๐)๐ผ๐ฆ๐ก+1๐ธ
๐๐ก๐(๐)๐๐ก+1
๐
e. ๐ค๐ก ๐ = (1 โ ๐ผ)๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ธ ๐ฆ๐ก๐ธ
๐๐ก ๐
f. ๐ค๐ก ๐ผ = (1 โ ๐ผ)(1 โ ๐)๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ธ ๐ฆ๐ก๐ธ
๐๐ก ๐ผ
g. 1
๐๐ก๐ธ(๐)๐๐ก๐ = (
๐๐ก+1
๐๐ก๐ธ(๐)(1+๐๐ก
๐๐ธ)โ
๐ฝ๐ธ
๐๐ก+1๐ธ (๐)
)๐๐ก๐ธ๐ธ๐ก[๐๐ก+1
๐ (1 โ ๐ฟ๐)] +๐ฝ๐ธ
๐๐ก+1๐ธ (๐)
((1 โ ๐ฟ๐) ๐๐ก+1 ๐ +
๐ผ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+1๐ธ ๐ฆ๐ก+1
๐ธ
๐๐ก๐ธ(๐))
4. Domestic Retailers
a. (1
1โ๐๐ป((๐๐ก
๐ป)1โ๐๐ ๐ป โ ํ๐ป(๐๐กโ1๐ป )1โ๐๐ ๐ป))
1
1โ๐๐ ๐ป
๐ธ๐ก โ (๐ฝ๐ํ๐ป)๐ ๐๐ก+๐
๐ง
๐๐ก+๐๐ ๐ฆ๐ก+๐
๐ป (๐๐ก+๐๐ป )
๐๐ ๐ปโ1โ๐=0 =
๐๐ ๐ป
๐๐ ๐ปโ1๐ธ๐ก โ (๐ฝ๐ํ๐ป)
๐ ๐๐ก+๐๐ง
๐๐ก+๐๐ ๐ฆ๐ก+๐
๐ป (๐๐ก+๐๐ป )
๐๐ ๐ป ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+๐๐ธ
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+๐๐ป
โ๐=0
b. ฮ ๐ก๐ป = (๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ป โ ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ธ)๐ฆ๐ก
๐ป
c. ๐๐ก๐ป =
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ป
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1๐ป ๐๐ก
5. Import Retailers
a. (1
1โ๐๐น((๐๐ก
๐น)1โ๐๐น โ ํ๐น(๐๐กโ1๐น )1โ๐๐น))
1
1โ๐๐น
๐ธ๐ก โ (๐ฝ๐ํ๐น)๐ ๐๐ก+๐
๐ง
๐๐ก+๐๐ ๐ฆ๐ก+๐
๐น (๐๐ก+๐๐น )
๐๐นโ1โ๐=0 =
๐๐น
๐๐นโ1๐ธ๐ก โ (๐ฝ๐ํ๐น)
๐ ๐๐ก+๐๐ง
๐๐ก+๐๐ ๐ฆ๐ก+๐
๐น (๐๐ก+๐๐น )
๐๐น ๐ ๐ก+๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+๐๐นโ
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐น
โ๐=0
![Page 51: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/51.jpg)
49
b. ฮ ๐ก๐น = (๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐น โ ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐นโ)๐ฆ๐ก
๐น
c. ๐๐ก๐น =
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐น
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1๐น ๐๐ก
6. Export Retailers
a. ๐ฆ๐ก๐ปโ = (1 โ ํโ) (
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ปโ
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ฅโ)
โ(1+๐๐ปโ)
๐๐ปโ๐ฆ๐กโ
b. (1
1โ๐๐ปโ((๐๐ก
๐ปโ)1โ๐๐ปโ โ ํ๐ปโ(๐๐กโ1
๐ปโ )1โ๐๐ปโ))
1
1โ๐๐ปโ
๐ธ๐ก โ (๐ฝ๐ํ๐ปโ)๐ ๐๐ก+๐
๐ง
๐๐ก+๐๐ ๐ฆ๐ก+๐
๐ปโ (๐๐ก+๐๐ปโ )
๐๐ปโโ1โ๐=0 =
๐๐ปโ
๐๐ปโโ1๐ธ๐ก โ (๐ฝ๐ํ๐ปโ)
๐ ๐๐ก+๐๐ง
๐๐ก+๐๐ ๐ฆ๐ก+๐
๐ปโ (๐๐ก+๐๐ปโ )
๐๐ปโ ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+๐๐ธ
๐ ๐ก+๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก+๐๐ปโ
โ๐=0
c. ๐ฑ๐ก๐ปโ = (๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ปโ โ ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ธ)๐ฆ๐ก
๐ปโ
d. ๐๐ก๐ปโ =
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ปโ
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1๐ปโ ๐๐ก
โ
7. Bank โ Wholesale Branch
a. ๐ต๐ก๐บ = (1 โ ฮ๐ก โ ฮง๐ก)๐ท๐ก + ๐พ๐ก
๐ โ ๐ต๐ก
b. ๐พ๐ก๐ = (1 โ ๐ฟ๐)
๐พ๐กโ1๐
๐๐ก+ฯ๐
๐๐กโ1๐
๐๐ก
c. ๐ ๐ก๐ = (1 โ ฮ๐ก โ ฮง๐ก)๐ ๐ก
d. ๐ ๐ก๐ = ๐ ๐ก โ ๐ ๐พ๐ (
๐พ๐ก๐
๐ต๐ก)2
(๐พ๐ก๐
๐ต๐กโ ๐๐ก
๐)
e. ๐๐ก๐ = ๐ ๐ก๐ต๐ก
๐บ + ๐๐ก๐๐ป๐๐ก
๐ผ + ๐๐ก๐๐ธ๐๐ก
๐ธ โ ๐๐ก๐๐ท๐ก โ [
๐ ๐พ๐
2(๐พ๐ก๐
๐ต๐กโ ๐๐ก
๐)2
๐พ๐ก๐] โ [
๐ ๐
2(๐๐ก๐(๐)
๐๐กโ1๐ (๐)
โ 1)2
๐๐ก๐๐๐ก +
๐ ๐๐ป
2(๐๐ก๐๐ป(๐)
๐๐กโ1๐๐ป (๐)
โ 1)2
๐๐ก๐๐ป๐๐ก
๐ผ +๐ ๐๐ธ
2(๐๐ก๐๐ธ(๐)
๐๐กโ1๐๐ธ (๐)
โ 1)2
๐๐ก๐๐ธ๐๐ก
๐ธ]
f. ๐ท๐ก = ๐๐ก
8. Bank โ Loan Branch
a. ๐ต๐ก = ๐๐ก๐ผ + ๐๐ก
๐ธ
b. 1 +๐ ๐ก๐๐๐ก๐๐ป
๐๐ก๐๐ป + ๐ฝ๐
๐๐ก๐
๐๐ก+1๐
๐๐ก+1๐ง
๐๐ก๐ง ๐ ๐๐ป (
๐๐ก+1๐๐ป
๐๐ก๐๐ป โ 1)(
๐๐ก+1๐๐ป
๐๐ก๐๐ป)
2๐๐ก+1๐ผ
๐๐ก๐ผ = ํ๐ก
๐๐ป + ๐ ๐๐ป (๐๐ก๐๐ป
๐๐กโ1๐๐ป โ 1)
๐๐ก๐๐ป
๐๐กโ1๐๐ป
c. 1 +๐ ๐ก๐๐๐ก๐๐ธ
๐๐ก๐๐ธ + ๐ฝ๐
๐๐ก๐
๐๐ก+1๐
๐๐ก+1๐ง
๐๐ก๐ง ๐ ๐๐ธ (
๐๐ก+1๐๐ธ
๐๐ก๐๐ธ โ 1)(
๐๐ก+1๐๐ธ
๐๐ก๐๐ธ)
2๐๐ก+1๐ธ
๐๐ก๐ธ = ํ๐ก
๐๐ธ + ๐ ๐๐ธ (๐๐ก๐๐ธ
๐๐กโ1๐๐ธ โ 1)
๐๐ก๐๐ธ
๐๐กโ1๐๐ธ
9. Bank โ Deposit Branch
a. ํ๐ก๐ + ๐ฝ๐
๐๐ก๐
๐๐ก+1๐
๐๐ก+1๐ง
๐๐ก๐ง ๐ ๐ (
๐๐ก+1๐
๐๐ก๐ โ 1)(
๐๐ก+1๐
๐๐ก๐ )
2๐๐ก+1
๐๐ก=๐๐ก๐๐ ๐ก
๐
๐๐ก๐ + 1 + ๐ ๐ (
๐๐ก๐
๐๐กโ1๐ โ 1)
๐๐ก๐
๐๐กโ1๐
10. Capital Goods Producers
a. ๐๐ก = (1 โ ๐ฟ๐)๐๐กโ1 + ํ๐ก
๐๐(1 โ
๐ ๐
2(๐๐ก๐
๐๐กโ1๐ โ 1)
2
) ๐๐ก๐
b. ๐๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
๐ธ
c. ๐๐ก๐ =
๐ ๐๐๐ก๐
2(๐๐ก๐
๐๐กโ1๐ โ 1)
2
+๐ ๐๐๐ก
๐๐๐ก๐
๐๐กโ1๐ (
๐๐ก๐
๐๐กโ1๐ โ 1) +
1
๐๐ก๐๐ โ ๐ฝ๐
๐๐ก๐
๐๐ก+1๐
๐๐ก+1๐ง
๐๐ก๐ง (๐ ๐๐๐ก+1
๐ ๐๐ก+1๐๐
๐๐ก๐๐ (
๐๐ก+1๐
๐๐ก๐ โ 1)(
๐๐ก+1๐
๐๐ก๐ )
2
)
![Page 52: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/52.jpg)
50
11. Housing Producers
a. โ๐ก = (1 โ ๐ฟโ)โ๐กโ1 + ํ๐ก
๐โ(1 โ
๐ โ
2(๐๐กโ
๐๐กโ1โ โ 1)
2
) ๐๐กโ
b. โ๐ก = โ๐ก๐ + โ๐ก
๐ผ
c. ๐๐กโ = (
๐ โ๐๐กโ
2(๐๐กโ
๐๐กโ1โ โ 1)
2
+๐ โ๐๐ก
โ๐๐กโ
๐๐กโ1โ (
๐๐กโ
๐๐กโ1โ โ 1)) +
1
๐๐ก๐โ โ ๐ฝ๐
๐๐ก๐
๐๐ก+1๐
๐๐ก+1๐ง
๐๐ก๐ง ๐ โ๐๐ก+1
โ ๐๐ก+1๐โ
๐๐ก๐โ (
๐๐ก+1โ
๐๐กโ โ
1)(๐๐ก+1โ
๐๐กโ )
2
12. Finished Goods Producers
a. ๐ฆ๐ก๐ป = ๐ฆ๐ก๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ป(โ1+๐๐น๐๐๐น๐
)
b. ๐ฆ๐ก๐น = ๐ฆ๐ก(1 โ ๐)๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐นโ(1+๐๐น๐๐๐น๐
)
c. ๐ฆ๐ก = ๐ฆ๐ก๐ป๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ป + ๐ฆ๐ก๐น๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐น
13. Countryโs Risk Premium
a. (1 + ๐๐ก) = ๐๐ฅ๐ (โ๐๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
โ
๐ฆ๐ก๐ธ ) ํ๐ก
๐
14. Market Clearing dan Balance of Payment
a. ๐ฆ๐ก๐ธ = ๐ฆ๐ก
๐ป + ๐ฆ๐ก๐ปโ
b. ๐ฆ๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
๐ผ + ๐๐ก๐ธ + ๐๐ก
๐ + ๐๐กโ + ๐ฟ๐
๐พ๐กโ1๐
๐๐ก
c. ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐นโ๐ฆ๐ก
๐น + ๐ ๐ก(1 + ๐๐กโ1)(1 + ๐๐กโ1โ )
๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1โ (๐)
๐๐กโ = ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
๐ปโ๐ฆ๐ก๐ปโ + ๐ ๐ก๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก
โ(๐)
15. Others
a. (1 + ๐ ๐ก) = (1 + ๐ )(1โ๐๐ )(1 + ๐ ๐กโ1)
๐๐ (๐๐ก
๐)๐๐(1โ๐๐ )
(๐ฆ๐ก
๐ฆ)๐๐ฆ(1โ๐๐ )
๐๐ก๐
b. (1 + ๐๐กโ) = (1 โ ๐๐โ)(1 + ๐โ) + ๐๐โ(1 + ๐๐กโ1
โ ) + ๐๐ก๐โ
c. ๐๐ก๐ผ = (๐๐กโ1
๐ผ )๐๐๐ผ (๐๐ผ (
๐ต๐ก๐ผ
๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต๐ผ
๐ฆ๐ธ
)
โ๐๐๐ผ
)
1โ๐๐๐ผ
ํ๐ก๐๐ผ or
๐๐ก๐ผ = ๐๐๐ผ๐๐กโ1
๐ผ + (1 โ ๐๐๐ผ)๐๐ผ + ๐๐ก
๐๐ผ
d. ๐๐ก๐ธ = (๐๐กโ1
๐ธ )๐๐๐ธ (๐๐ธ (
๐ต๐ก๐ธ
๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต๐ธ
๐ฆ๐ธ
)
โ๐๐๐ธ
)
1โ๐๐๐ธ
ํ๐ก๐๐ธ or
๐๐ก๐ธ = ๐๐๐ธ๐๐กโ1
๐ธ + (1 โ ๐๐๐ธ)๐๐ธ + ๐๐ก
๐๐ธ
e. ๐๐ก๐ = (๐๐กโ1
๐ )๐๐๐ (๐๐ (
๐ต๐ก
๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต
๐ฆ๐ธ
)
โ๐๐๐
)
1โ๐๐๐
ํ๐ก๐๐ or
๐๐ก๐ = ๐๐๐๐๐กโ1
๐ + (1 โ ๐๐๐)๐๐ + ๐๐ก
๐๐
f. ํ๐ก๐ง = ๐๐๐งํ๐กโ1
๐ง + (1 โ ๐๐๐ง)ํ๐ง + ๐๐ก๐๐ง
g. ํ๐กโ = ๐๐โํ๐กโ1
โ + (1 โ ๐๐โ)ํโ + ๐๐ก๐โ
h. ํ๐ก๐๐ป = ๐๐๐๐ปํ๐กโ1
๐๐ป + (1 โ ๐๐๐๐ป)ํ๐๐ป + ๐๐ก๐๐๐ป
i. ํ๐ก๐๐ธ = ๐๐๐๐ธํ๐กโ1
๐๐ธ + (1 โ ๐๐๐๐ธ)ํ๐๐ธ + ๐๐ก๐๐๐ธ
![Page 53: publication-bi.orgpublication-bi.org/repec/idn/wpaper/WP62018.pdf1 Nur M. Adhi Purwanto, Ina Nurmalia Kurniati, Reni Indriani Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071510/612eb1cc1ecc51586942f9c9/html5/thumbnails/53.jpg)
51
j. ํ๐ก๐ = ๐๐๐ํ๐กโ1
๐ + (1 โ ๐๐๐)ํ๐ + ๐๐ก๐๐
k. ํ๐ก๐๐= ๐๐๐๐ํ๐กโ1
๐๐+ (1 โ ๐๐๐๐)ํ๐๐ + ๐๐ก
๐๐๐
l. ํ๐ก๐โ= ๐๐๐โํ๐กโ1
๐โ+ (1 โ ๐๐๐โ)ํ๐โ + ๐๐ก
๐๐โ
m. ํ๐ก๐= ๐๐๐ํ๐กโ1
๐+ (1 โ ๐๐๐)ํ๐ + ๐๐ก
๐๐
n. ๐๐(๐๐ก๐ธ) = ๐๐๐ธ๐๐(๐๐กโ1
๐ธ ) + ๐๐ก๐๐ธ
o. ๐๐กโ = ๐๐โ๐๐กโ1
โ + (1 โ ๐๐โ)๐โ + ๐๐ก๐โ
p. ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐นโ = ๐๐๐นโ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1
๐นโ + (1 โ ๐๐๐นโ)๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐นโ + ๐๐ก
๐นโ
q. ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ฅโ = ๐๐๐ฅโ๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐กโ1
๐ฅโ + (1 โ ๐๐๐ฅโ)๏ฟฝฬ๏ฟฝ๐ก๐ฅโ + ๐๐ก
๐ฅโ
r. ๐ฆ๐กโ = ๐๐ฆโ๐ฆ๐กโ1
โ + (1 โ ๐๐ฆโ)๐ฆ๐กโ + ๐๐ก
๐ฆโ
s. ฮ๐ก = ๐ฮฮ๐กโ1 + (1 โ ๐
ฮ)ฮ + ๐๐กฮ
t. ฮง๐ก = ๐_๐๐ [(๐ต๐ก
๐ท๐กโ ๐๐ก)
2]
1
2
u. ๐๐ก = (๐๐กโ1)๐๐ (๐(
๐ต๐ก
๐ฆ๐ก๐ธ
๐ต
๐ฆ๐ธ
)
โ๐๐
)
1โ๐๐
ํ๐ก๐ or
๐๐ก = ๐๐๐๐กโ1 + (1 โ ๐
๐)๐ + ๐๐ก๐
v. ๐๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
๐ผ + ๐๐ก๐ธ
w. ๐๐ก = ๐๐ก๐ + ๐๐ก
โ
x. ๐ถ๐ด๐ ๐ก =๐พ๐ก๐
๐ต๐ก
y. ๐ฟ๐ท๐ ๐ก =๐ต๐ก
๐ท๐ก