Proses Eliminasi Sisa Pencernaan
-
Upload
nhara-diahh -
Category
Documents
-
view
48 -
download
3
description
Transcript of Proses Eliminasi Sisa Pencernaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telah diketahui bahwa distensi lambung akan memberikan sensasi kenyang. Namun
sayangnya lambung yang terdistensi kuat memperlambat proses pengosongan lambung alias
makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk ke dalam usus halus. Ini akan
menyebabkan pelemahan penghantaran sinyal rasa kenyang (Kolesistokinin) ke otak dalam
jangka panjang. Jadi semakin sering orang kekenyangan, akan menyebabkan orang tersebut
lebih banyak makan (lebih gembul) dalam jangka panjang karena gangguan sinyal rasa
kenyang di otak tadi. Ini salah satu alasan kenapa kita dianjurkan makan dalam porsi yang
cukup atau tidak sampai menyebabkan perut kita terlalu kenyang. Bahkan mungkin makan
kurang dari kenyang lebih baik, namun frekuensi makan ditambah. Dengan cara itu kita bisa
merasakan lapar secara teratur dan menjadikannya pertanda untuk makan. Jangan takut untuk
merasa lapar, namun terlampau lapar berkepanjangan juga tidak baik. Sesegera mungkin ketika
lapar anda makan.
Rasa lapar sebenarnya dipicu oleh peningkatan hormon Ghrelin dalam darah yang
diproduksi oleh sel-sel dilambung. Puasa menyebabkan peningkatan produksi hormon Ghrelin
ini di lambung. Ghrelin dalam penelitian menunjukkan efek positip terhadap sekresi dan kerja
insulin. Ghrelin yang meningkat menyebabkan kerja insulin lebih bagus. Pada orang gemuk
Ghrelin dalam darah rendah dan disinyalir memperburuk sinyal insulin. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ghrelin baik untuk membantu kerja insulin. Ini salah satu alasan
tambahan mengapa rasa lapar itu penting untuk kita rasakan. Rasa lapar dan puasa akan
cenderung meningkatkan produksi Ghrelin yang pada akhirnya penting untuk kesehatan
metabolisme.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian terjadinya proses kenyang dan lapar ?
2. Bagaimana proses pencernaan serta masalah eliminasi fekal ?
1
1.3 Tujuan
1. Masiswa dapat mengetahui proses terjadinya kenyang dan lapar.
2. Masiswa dapat memahami proses pencernaan serta masalah eliminasi fekal.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya kenyang dan lapar.
2. Dapat memahami proses pencernaan serta masalah eliminasi fekal.
1.5 Metode Penulisan
Dalam penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan
beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan
metoden mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait dengan
metabolism darah. Sumber tersebut melalui beberapa buku anatomi fisiologi dan juga
melalui internet. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang
telah diperoleh secara sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun
atas kalimat-kalimat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PROSES TERJADINYA KENYANG DAN LAPAR
Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan
mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya
di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang
akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang
ditentukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di
nucleus ventromedial di hipotalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan,
sehingga kita akan berhenti makan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa lapar pada manusia adalah:
a. Hipotesis Lipostatik. Leptin yang terdapat di jaringan adiposa akan menghitung atau
mengukur persentase lemak dalam sel lemak di tubuh, apabila jumlah lemak tersebut
rendah, maka akan membuat hipotalamus menstimulasi kita untuk merasa lapar dan
makan.
b. Hipotesis Hormon Peptida pada Organ Pencernaan. Makanan yang ada di dalam
saluran gastrointestinal akan merangsang munculnya satu atau lebih peptida, contohnya
kolesitokinin. Kolesitokinin berperan dalam menyerap nutrisi makanan. Apabila jumlah
kolesitokinin dalam GI rendah, maka hipotalamus akan menstimulasi kita untuk
memulai pemasukan makanan ke dalam tubuh.
c. Hipotesis Glukostatik. Rasa lapar pun dapat ditimbulkan karena kurangnya glukosa
dalam darah. Makanan yang kita makan akan diserap tubuh dan sari-sarinya (salah
satunya glukosa)akan dibawa oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, jika dalam
darah kekurangan glukosa,maka tubuh kita akan memerintahkan otak untuk
memunculkan rasa lapar dan biasanya ditandai dengan pengeluaran asam lambung.
d. Hipotesis Termostatik. Apabila suhu dingin atau suhu tubuh kita di bawah set point,
maka hipotalamus akan meningkatkan nafsu makan kita. Teori produksi panas yang
3
dikemukakan oleh Brobeck menyatakan bahwa manusia lapar saat suhu badannya
turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah salah satu yang bisa
menerangkan mengapa kita cenderung lebih banyak makan di waktu musim
hujan/dingin.
e. Neurotransmitter. Neurotransmitter ada banyak macam, dan mereka berpengaruh
terhadap nafsu makan. Misalnya saja, adanya norepinephrine dan neuropeptida Y akan
membuat kita mengkonsumsi karbohidrat. Apabila adanya dopamine dan serotonine,
maka kita tidak mengkonsumsi karbohidrat.
f. Kontraksi di Duodenum dan Lambung. Kontraksi yaitu kontraksi yang terjadi bila
lambung telah kosong selama beberapa jam atau lebih. Kontraksi ini merupakan
kontraksi peristaltik yang ritmis di dalam korpus lambung. Ketika kontraksi sangat
kuat, kontraksi ini bersatu menimbulkan kontraksi tetanik yang kontinius selama 2-3
menit. Kontraksi juga dapat sangat ditingkatkan oleh kadar gula darah yang rendah.
Bila kontraksi lapar terjadi tubuh akan mengalami sensasi nyeri di bagian bawah
lambung yang disebut hunger pangs (rasa nyeri mendadak waktu lapar. Hunger pans
biasanya tidak terjadi sampai 12 hingga 24 jam sesudah makan yang terakhir. Pada
kelaparan, hunger pangs mencapai intesitas terbesar dalam waktu 3-4 hari dan
kemudian melemah secara bertahap pada hari-hari berikutnya.
g. Psikososial. Rasa lapar tidak dapat sepenuhnya hanya dijelaskan melalui komponen
biologis. Sebagai manusia, kita tidak dapat mengesampingkan bagian prikologis kita,
komponen belajar dan kognitif (pengetahuan) dari lapar. Tak seperti makhluk lainnya,
manusia menggunakan jam dalam rutinitas kesehariannya, termasuk saat tidur dan
makan. Penanda waktu ini juga memicu rasa lapar.
Selain itu, kebiasaan juga mempengaruhi rasa lapar. Seperti orang normal yang
biasa makan 3 kali sehari bila kehilangan 1 waktu makan, akan merasa lapar pada waktunya
makan walaupun sudah cukup cadangan zat gizi dalam jaringan-jaringannya.
Saat berenang, tubuh akan menggunakan energy sebesar 500 kalori per jamnya.
Semakin lama berenang makan jumlah energy yang terpakai pun semakin besar. Hal ini akan
menurunkan kadar gula didalam tubuh. Penurunan kadar gula dalam darah akan menimbulkan
rasa lapar, yang menimbulkan suatu perilaku yang disebut teori glukostatik pengaturan rasa
lapar dan perilaku makan, teori lipostatik dan teori aminostatik.4
Penurunan kadar glukosa darah akan menurunkan kecepatan bangkitan neuron
glukoreseptor di pusat kenyang di nucleus ventromedial dan paraventrikulat
hipotalamus.
Penurunan kadar gula juga secara bersamaan meningkatkan bangkitan neuron
glukosensitif di pusat lapar hipotalamus lateral.
Akibat penundaan lapar adalah terjadi kontraksi peristaltic yang ritmis di korpus lambung
, ketika kontraksi berturut-turut tersebut sangat kuat , kontraksi-kontraksi ini menimbulkan
kontraksi tetanik yang continue dan kadang berlangsung selama 2 sampai 3 menit. Kontraksi
ini sangat meningkat ketika kadar gula darah lebih rendah dari normal. Kontraksi ini dapat
menimbulkan rasa nyeri ringan di bagian bawah lambung , disebut Hunger Pans. Hunger pans
tidak terjadi sampai waktu 12 sesudah masuknya makanan terakhir. Selain jika penundaan ini
belangsung dalam waktu yang lebih lama maka akan terjadi metabolic lemak dan protein untuk
menggantikan kadar gula yang turun.
Pusat Saraf yang Mengatur Asupan Makanan
Sensasi lapar disebabkan oleh keinginan akan makanan dan beberapa pengaruh
fisiologis lainnya, seperti kontraksi ritmis lambung dan kegelisahan yang menyebabkan
seseorang mencari suplai makanan yang adekuat.
Beberapa pusat saraf di hypothalamus ikut serta dalam pengaturan asupan
makanan.
1. Nukleus lateral hypothalamus berfungsi sebagai pusat makan. Perangsangan akan
mengakibatkan hewan makan dengan rakus(hiperfagia), dan destruksi mengakibatkan
hewan hilangnya nafsu makan dan pengurusan serta pelemahan tubuh (inanisi), suatu
keadaan yang ditandai dengan penurunan berat badan, kelemahan otot, dan penurunan
metabolism. Bekerja dengan membangkitkan dorongan motorik untuk mencari
makanan.
2. Nukleus Ventromedial hypothalamus berfungsi sebagai pusat kenyang.
Perangsangan bagian ini mengakibatkan kenyang yang penuh hingga afagia, dan
destruksi mengakibatkan hiperfagia bahkan 4 kali normal
5
3. Nukleus Paraventrikular, jika lesi menimbulkan hiperfagia dan nucleus dorsomedial
yang jika lesi menimbulkan afagia.
4. Nucleus arkuata, tempat berbagai hormone yang dilepaskan saluran pencernaan, dan
jaringan adipose berkumpul untuk mengatur asupan makanan dan keluaran energy.
Nukleus-nukleus tersebut memfalisitasi terjadinya reaksi kimiawi dalam
pengaturan asupan makanan dan persepsi kenyang dan mempengaruhi sekresi-sekresi hormone
yang terlibat dalam pengaturan keseimbangan energy dan metabolism, meliputi sekresi yang
berasal dari kelenjar tiroid dan adrenal, serta sel-sel pulau pancreas.
Dalam mengatur asupan makanan hypothalamus menerima sinyal saraf
dari:
1. Saluran pencernaan yang memberikan informasi sensorik mengenai isi lambung
2. Sinyal kimia dari zat nutrisi dalam darah (glukosa, asam lemak, dan asam amino) yang
menandakan rasa kenyang (teori
3. Sinyal dari hormone gastrointestinal
4. Sinyal dari hormone yang dilepaskan oleh jaringan lemak
5. Sinyal dari korteks serebri (penglihatan, penciuman, dan pengecapan)
Pusat makan dan kenyang mempunyai kepadatan reseptor yang tinggi akan
hormone-hormon tersebut. Sebagian zat mampu memengaruhi nafsu makan dan rasa lapar,
yang dibagi menjadi 2 kelompok:
1) zat oreksigenik, yang menstimuli rasa lapar
2) zat anoreksigenik yang menghambat rasa lapar.
6
Berikut merupakan Neuron dan Neurotransmitter di Hipothalamus yang
merangsang atau menghambat perilaku makan.
Menurunkan Nafsu Makan Meningkatkan Nafsu Makan
Alfa MSH Neuropeptida Y (NPY)
Leptin AGRP
Serotonin Hormon pemekat melanin (MCH)
Norepinephrin Oreksin A dan B
Corticotropin-releasing hormone ENdorfin
Insulin Galanin (GAL)
Kolesistikinin Asam amino (Asam glutamate dan GABA)
Peptida Mirip Glukagon Kortisol
CART Ghrelin
PYY
ELIMINASI PRODUK SISA
Penyerapan terus berlanjut di usus besar, terutama air dan elektrolit. Sebagian besar
penyerapan berlangsung di separuh atas kolon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus
besar setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan.
Selain air, yang membentuk sekitar 75% dari feses, feses mengandung bakteri yang mati,
sebagian lemak dan bahan makanan kasar yang tidak dicerna, dan sejumlah kecil protein.
Produk sampingan bilirubin menentukan warna tinja.
Proses eliminasi, atau defekasi, terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi
ini dihasilkan sebagai respons terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkular oleh
pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan di
segmen sakrum korda spinalis. Peregangan mekanis terhadap rektum oleh tinja juga
merupakan perangsang peristalsis yang kuat. Scwaktu gelombang peristaltik dimulai, sfingter
anus internus, suatu otot polos, melemas. Apabila sfingter anus eksternus juga melemas maka
akan terjadi defekasi. Sfingter anus eksternus adalah suatu otot rangka sehingga di bawah
control kesadaran. Pada kenyataannya, relaksasi sfingter internus menyebabkan kontraksi
7
refleks sfingter eksternus pada semua individu kecuali bayi dan sebagian orang yang
mengalami transeksi korda spinalis. Hal ini secara efektif menghentikan defekasi. Apabila
refleks defekasi terjadi pada waktu yang tepat setelah sfingter internus melemas, maka
kontraksi refleks sfingter eksternus dapat secara sadar dilawan dan defekasi akan berlangsung.
RASA KENYANG (SATIETY)
Rasa kenyang mempengaruhi kemampuan makan pada anak. Bila tubuh sudah
tercukupi asupan makanan dalam waktu tertentu maka beberapa organ tubuh merespon dengan
mengirim impuls ke susunan saraf pusat (otak), kemudian otak mengirim pesan kembali pada
organ tubuh lainnya untuk menunjukkan rasa kenyang sehingga memicu anak untuk berhenti
minum atau makan.
Pada beberapa bayi tampak berbeda, meskipun jumlah minum yang diberikan sudah
cukup banyak tetapi bayi tetap minta minum terus. Hal ini disebabkan ada rasa tidak nyaman
pada pencernaan bayi sehingga kompensasinya minta minum terus padahal bayi sudah
kenyang. Pada bayi muda kalau ada rasa tidak enak di badannya, biasanya mereka cenderung
mencari kompensasi kenikmatan oral atau seperti minta dot atau minum. Gejala inilah oleh
orang tua atau pengasuh dianggap sebagai masih haus atau lapar. Akhirnya bayi diberi minum
terus yang berakibat kelebihan minum susu. Sehingga kebiasaan itu mengakibatkan berat
badan bayi berlebihan atau kegemukan.
Penyebab yang sering terjadi adalah karena pada bayi tertentu terutama bayi usia di
bawah 3 bulan mengalami gastroenteropati, biasanya terjadi pada bayi yang mempunyai bakat
alergi. Gastroenteropati adalah gangguan fungsi saluran cerna yang disebabkan karena
kekurang matangan (imaturitas) saluran cerna, dengan pertambahan usia gangguan ini akan
membaik. Gejala yang ditimbulkan adalah perut kembung, Hiccups (cegukan), sering ngeden
(disertai mulet, tangan sering keatas), sering buang angin, perut berbunyi (keroncongan), sering
buang air besar atau sulit buang air besar (tidak tiap hari),muntah dan bila keluhan bertambah
berat gejalanya malam rewel disertai tangisan histeris atau kolik.
RASA LAPAR ATAU NAFSU MAKAN
Rasa lapar mempengaruhi kemampuan makan pada anak. Bila tubuh mulai kekurangan
asupan makanan dalam waktu tertentu maka beberapa organ tubuh merespon dengan mengirim
8
impuls ke susunan saraf pusat (otak), kemudian otak mengirim pesan pada organ tubuh lainnya
untuk menunjukkan rasa lapar atau nafsu makan.
Dalam keadaan gangguan pada organ tubuh seperti infeksi, atau penyakit lainnya sering
menghilangkan rasa lapar ini. Sehingga sangatlah wajar bila seorang anak sedang sakit terjadi
kesulitan makan. Bila gangguan tersebut membaik maka kesulitan makan pada anakpun akan
membaik.
2.2 KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FECAL
Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan
Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus
kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan
akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.
Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :
1. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.
Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan saluran
pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana
makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam lambung.
2. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari
otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa
yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
3. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari saluran
pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya
peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong
9
substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke
arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini
gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini dipompa
melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk
mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
4. Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
o Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
o Jejenum atau bagian tengah dan
o Ileum
5. Usus besar (kolon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdir dari :
Þ Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
Þ Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.
Þ Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan/absorpsi
makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan
sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 – 20 jam) isinya
menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.
Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian
selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit
dan garam empedu.
Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan
melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan
feses.
Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
6. Anus / anal / orifisium eksternal
10
Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal
(involunter) dan eksternal (volunter)
Fisiologi DefekasiDefekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel
movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari
sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika
gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris
dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan
buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan
dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau
dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya
hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
Mekanisme
Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran
pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla)
yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang
dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan
tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat
kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi
sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja
terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus
maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit.
Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan
secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.
Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan
menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus.
Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
11
Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma
pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru
menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan
darah yang dipompa menuju jantung meninggi.
Pengaturan buang air besar
Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar. Kehilangan kontrol dapat
terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada otot sphinkter anus), radang, penyerapan air
pada usus besar yang kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
1. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik pada
kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah
anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan
bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
2. Refleks defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 –
4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal
parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan,
spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul
yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di
dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
12
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara
berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.
Susunan feses terdiri dari :
1. Bakteri yang umumnya sudah mati
2. Lepasan epitelium dari usus
3. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
4. Garam terutama kalsium fosfat
5. Sedikit zat besi dari selulosa
6. Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal
1. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol
2. Diet
3. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
4. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga
peristaltik usus meningkat.
5. Faktor psikologik
6. Kebiasaan
7. Posisi
8. Nyeri
9. Kehamilan : menekan rektum
10. Operasi & anestesi
11. Obat-obatan
12. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipas
13. Kondisi patologis
14. Iritans
Masalah eliminasi fecal
1. Konstipasi
13
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,
sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan
lemak dan cairan kurang
Meningkatnya stress psikologik
Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB
hilang.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan
tumor.
2. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses
yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada
kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang
dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.
3. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor
tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer
sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
14
4. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer
dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu
secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar
pasien tergantung pada perawat.
5. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended,
merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus).
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri
yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.
6. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi
infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami
konstipasi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Proses terjadinya lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar,
yang akan mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian
lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus.
Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus
kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan
akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.
3.2 Saran
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan paper ini
masih banyak kekurangan dan kejanggalan dalam penulisan paper ini, maka untuk itu kami
sangat mengharapkan motivasi dan bimbingan dari Bapak/Ibu Dosen pengajar serta teman-
teman, sehingga dapat kami gunakan sebagai acuan dalam penulisan paper berikutnya.
16
DAFTAR FUSTAKA
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada : http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan- masalah.html
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbitKedokteran EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar- pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/
17