PROPOSAL Zubaidah

download PROPOSAL Zubaidah

of 13

Transcript of PROPOSAL Zubaidah

PROPOSAL

A. Latar Belakang Masalah

Manajemen pendidikan di sekolah mencakup kegiatan dalam ruang lingkup yang sangat luas. di dalamnya dikaji berbagai persoalan yang muncul di sekolah. meliputi manajeman kurikulum, manajemen murid, manajemen personel sekolah (kepegawaian), manajemen tata laksana sekolah (ketatausahaan), manajemen sarana pendidikan, manajemen keuangan. sebagai salah satu dari manajemen sekolah itu perlu mendapat perhatian serius, sebagaimana pengaturan manajemen lainnya di sekolah. Sebab manajemen keuangan walaupun tidak secara langsung menetukan berhasil tidaknya kegiatan sekolah, dan kebedaannya sangat esensial, hampir tidak ada suatu kegiatan yang tidak menggunakan uang atau dana. Selama ini sekolah-sekolah madrasah, dari sisi manajemen keuangan belum terlihat begitu baik dibandingkan dengan sekolah di sekolah dasar lainnya. ini mengingat sekolah-sekolah madrasah dari segi pembiayaan masih relatif kecil, dan lingkup organisasinya di bawah Departemen Agama yang tidak khusus membidangi bidang pendidikan saja, akan tetapi termasuk bidang-bidang keagamaan lainnya, yaitu bidang lintas agama dan haji, sedangkan sekolah-sekolah dasar lainnya di bawah Dinas Pendidikan Nasional yang khusus menangani bidang pendidikan. Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian 1

2 mendorong dimasukkannya klausal tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun APBD agar masyarakat dapat menikmati pelayanan pendidikan, khususnya pendidikan dasar. Pemerintah telah menggulirkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk meringankan beban masyarakat miskin. Namun demikian, besar dana BOS tetaplah terbatas. Apalagi jika berbicara dana BOS khusus buku yang masih minim untuk membeli satu buku pelajaran berkualitas. Dalam konsep absolut mutu menunjukan kepada sifat yang menggambarkan derajat baik nya suatu barang atau jasa yang diproduksi atau dipasok oleh suatu lembaga tertentu. Sebagai lawan dari konsep absolut adalah konsep mutu yang bersifat relatif. Pada konsep mutu absolut derajat baiknya produk, barang atau jasa, mencerminkan tingginya harga barang atau jasa itu, dan tingginya standar atau tingginya penilaian lembaga yang memproduksi atau pemasok terhadap barang itu. Sedangkan dalam konsep mutu yang bersifat relatif, derajat mutu itu bergantung pada penilaian pelanggan atau yang memanfaatkan barang atau jasa itu. Pandangan tentang mutu yang bersifat absolut ini membawa implikasi bahwa dalam memproduksi barang atau jasa digunakan kriteria untuk menilai mutu dan kriteria itu ditentukan oleh produsen atau pemasok barang. Atas dasar kriteria itu produsen menentukan mutu barang atau jasa yang diproduksinya. Oleh karena itu, dalam manajemen produksi, agar dihasilkan produk yang bermutu di lembaga yang bersangkutan biasanya ada yang menjalankan fungsi pengendalian mutu (quality control), yakni suatu divisi, bidang atau staf yang

3 bertugas melakukan penilaian (judgment) berdasarkan kriteria tertentu terhadap barang yang diproduksi sebelum dilempar ke pasar, apakah termasuk katagori tidak bermutu, atau bermutu tinggi (Tjiptono dan Diana, 1996). Dalam manajemen produksi, melakukan pengendalian mutu setelah suatu barang diproduksi seringkali menimbulkan kerugian. Kerugian itu mungkin disebabkan oleh adanya sejumlah hasil produksi yang gagal (tidak bermutu). Oleh karena itu, gerakan mutu memikirkan tentang proses produksi yang bisa menjamin barang yang diproduksi itu memenuhi kriteria yang ditetapkan. Konsep tentang mutu yang bersifat absolut dewasa ini telah berubah. Perubahan itu dapat diidentifikasi dari orientasinya, yakni yang semula berorientasi pada produsen bergeser pada pelanggan. Pelanggan akan menilai mana kualitas yang baik dan kurang, demikian pula halnya dengan kualitas pelayanan pendidikan. Jika penyelenggara pendidikan bermutu rendah jangan harap

menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Jika dilihat dari animo masyarakat tentang sekolah, khususnya di MI ini keinginan atau orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya kebanyakan pada sekolah dasar umum. ini setidak-tidaknya sebagai wujud dari kepercayaan masyarakat terhadap sekolah itu sendiri. mungkin masih ada anggapan sekolah-sekolah dasar umum lebih bermutu dibandingkan dengan sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Namun dalam hal ini Departemen Agama berusaha menjadikan sekolah-sekolah madrasah sama dengan sekolah umum, terutama dalam mutu pendidikan paling tidak akan mendekatinya. jika kita lihat tentang konsep keuangan yang diimplementasikan akan

4 ditemui istilah keuangan ( fianance), anggaran (budget),biaya (cost), pembiayaan (financing). a. Keuangan ( fianance), Keuangan dalam arti luas bagian dari urusan praktis yang berhubungan dengan uang. Hal ini tidak saja mencakup uang pembayaran yang sah, tetapi juga kredit bank. b. Anggaran (budget), merupakan rencana opersional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waku tertentu. c. Biaya (cost), Biaya seluruh dana baik langsung atau tidak langsung yang diperoleh berbagai sumber (Pemerintah, masyarkat, orang tua) yang diperuntukkan bagi penyelenggra pendidikan. Penghitungan biaya pendidikan akan ditentukan oleh komponen kegiatan pendidikan dan biaya satuan. Komponen kegiatan pendidikan ini meliputi pengadan sarana dan prasarana pendidikan seperti ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, alat pelajaran dan alat olah raga, buku pelajaran, perabot atau pelengkap sekolah dan alat tulis menulis. d. Pembiayaan (financing), Fanacing merupakan fungsi penyediaan dana yang diperlukan untuk melaksanakan usaha.1 Dalam penulisan proposal ini menggunakan kata dasar biaya, yaitu biayabiaya yang digunakan untuk keperluan sekolah termasuk belanja pegawai atau gaji dan juga belanja untuk membeli alat-alat untuk keperluan pembelajaran disekolah yang diperoleh dari sumber-sumber yang tetap maupun yang tidak tetap. Pembiayaan pendidikan merupakan salah salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan di sekolah. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar bersama komponen lainnya di sekolah.2Mitarsih Danumihardja, Manajemen Keuangan Sekolah; Studi Manajemen Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dalam Implentasi Otonomi Daerah. (Jakarta: Uhamka Press,`2004), h. 25 2 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi. (Bandung: Raemaja Rosdakarya, 2004), h. 41

5 B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah. 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dipahami betapa pentingnya keuangan sebagai peningkatan mutu pendidikan. Dalam

pelaksanaannya banyak faktor mempengaruhi mutu pendidikan. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Sistem perencanaan anggaran MIN sudah dikelola b. Sistem pengalokasian anggaran di MIN suadah dikelola c. Sistem Inplementasi anggaran di MIN sudah dikelola 2. Pembatasan Masalah Mengingat banyak faktor yang dapat memepengaruhi mutu pendidikan, baik faktor internal maupun ektsternal, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada masalah sistem pembiayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian ini dilakukan pada Madrasah Negeri Kalianda (MIN) Model Kalianda C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan umum yaitu bagaimana sistem pembiayaan yang diterapkan di MIN Model Kalianda untuk meningkatkan mutu pendidikan. Rumusan masalah ini selanjutnya dibagi ke dalam khusus sebagai berikut : Bagaimana pelaksanaan menajemen pembiayaan pendidikan di MIN Model Kalianda Lampung Selatan?.

6 D. Tujuan dan kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan sistem pembiayaan yang diterapkan di MIN Model Kalianda dalam meningkatkan mutu pendidikan. Secara rinci sebagai berikut : a. Untuk mendiskripsikan sistem perencanaan anggaran di MIN Model Kalianda. b. Untuk mendikripsikan sistem pengalokasian anggaran di MIN Model Kalianda c. Untuk mendiskripsikan sistem implementasi anggaran di MIN Model Kalianda. d. Untuk mendiskripsikan metode money dan pelaporan di MIN Model Kalianda e. Untuk mendiskripsikan faktor pendudkung dan penghambat dalam menjamin pembiayaan di MIN Model Kalianda. 2. Kegunaan Penelitian Secara teoritis penelitian ini berguna untuk membuka wawasan dalam pembiayaan pendidikan di sekolah, dan mengukur seberapa besar kemampuan MIN Model Kalianda dalam mendanai proses pembelajaran di sekolah, kegunaan secara praktis, yaitu : a. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang manajemen pembiyaan pendidikan di MIN Model Kalianda.

7 b. Sebagai gambaran tentang peningkatan mutu pendidikan melalui pengelolaan pembiayaan pada MIN Model Kalianda. E. Kerangka Pikir Adapun yang menjadi definisi konsep adalah : manajemen pembiayaan adalah segala pengurusan yang berkaitan dengan anggaran, mulai dan sistem perencanaan, pengalokasian anggaran, sistem inplementasai anggaran, metode money dan pelaporan, faktor pendukung dan penghambat dalam menjamin pembiayaan pendidikan di MIN Model Kalianda. Sedangkan mutu pendidikan yang dimaksudkan adalah kualitas pendidikan dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan adminstrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta menciptakan suasana yang kondusif. Sedangkan mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada kurun waktu tertentu, atau hasil pendidikan dapat berupa hasil tes kemampuan akademik. MANAJEMEN PEMBIAYAAN Rencana anggaran Alokasi anggaran Sistem inplementasi anggaran Metode Money dan Pelaporan Faktor pendukung dan penghematan dalam menjamin pembiayaan pendidikan Mutu Pendidikan 1. Perangkat kurikulum dan bahan ajar 2. Metodelogi dan strategi pembelajaran 3. Sarana prasarana 4. Adminstrasi 5. Sistem evaluasi 6. Tidak lanjut.

1. 2. 3. 4. 5.

8 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yaitu

mendiskripsikan tentang pembiayaan pendidikan yang terjadi di MIN Model Kalianda, yang terfokus dalam sistem perencanaan anggaran, ssstem

implementasi anggaran, metode money dan pelaporan, faktor pendukung dan penghambat dalam menjamin pembiayan terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Model Kalianda. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitaif deskriptif, yang bertitik tolak dari paradigma fenomenologis, yaitu berusaha untuk memahami arti atau peristiwa dalam kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu .3 2. Sampel Penelitian Dalam pelaksanaan wawancara pada penelitian kualitatif memakai waktu yang lama, jumlah yang dipakai dalam penelitian biasanya sangat terbatas.4 Untuk mendapatkan informan kunci yang tepat sesuai dengan fokus penelitian, maka informan diambil berdasarkan perposive sampling (pengambilan sempel sesuai kebutuhan).

3 4

. Lexy J. Meleong, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 9 . Dandjaja dan Herianto, Panduan Penelitian (Bandung: Prestasi Pustaka,2006), h. 55

9 3. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut : a. Wawancara Penelitian ini menggunakan wawancara (interview guide) berupa daftar pokok-pokok pertanyaan yang harus tercakup oleh pewawancara selama wawancara berlansung. Diperlukan fleksibelitas yang luas berkenaan dengan sikap, susunan dan bahasa pada saat pewawancara melakukan tugasnya. Pedoman wawancara terbagi menjadi dua model yaitu : model pertama atau model A ditujukan kepada Key Informan, yaitu Kepala Sekolah dan model B ditujukan kepada informan penunjang yaitu guru , siswa dan komite seolah. Wawancara sebagai proses interaksi antara peneliti dengan informan mempunyai peranan penting dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu , tehnik wawancara yang dilakukan tidak dengan suatu struktur yang ketat, melainkan secara longgar, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap dan

mendalam. Kelonggaran ini senantiasa memberi kesempatan kepada informan untuk dapat memberi jawaban secara bebas dan jujur. Menutu Patton, wawancara semacam ini dapat pula disebut sebagai indept interviewing atau menurut Mc Crachen disebut the long interview.5

5

Lexy J Moleong., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka, 1993), h.124

10 Dengan tehnik wawancara ini akan mendorong terciptanya hubungan baik antara peneliti dengan informan sehingga sangat membantu dalam upaya memperoleh informasi. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi lengkap dan melakukan wawancara secara mendalam. Kepada Kepala MIN Model Kalianda, para bendahara rutin dan bendahara BOS, dewan guru. dalam wawancara ini mengumpulkan informasi tentang sistem perencanaan anggaran, sistem pengalokasian anggaran, tahap implentasi di lapangan, monitoring dan evaluasi, pelaporan, serta mutu pendidikan. b. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati dan mencatat serta sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Menurut Moleong, secara metodelogis manfaat penggunaan pengamatan ini adalah : Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebaginya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat, dunia sebagai mana dilihat oleh subyek penelitian, menangkap keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek, sehingga memungkinkan pula sebagai penelitian sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subyek, bervariasi ini dilakukan baik secara partisipan, yaitu dengan cara penelitian ikut secara

11 langsung dalam setiap proses kegiatan sekolah maupun hanya mengamati setiap kegiatan proses pelaksanaan belajar mengajar bagi peserta didik serta aktivitas Kepala Sekolah , Guru, dan Siswa-siswi dalam pelaksanaan manajemen sekolah menyangkut adiminstrasi, kelembagaan, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, juga peran masyarakat dan budaya sekolah. Dengan menggunakan alat observasi schedule dan cek list. yaitu dengan menggunakan waktu atau urutan kronolis waktu observasi dan alat cek sebagai pemandu unruk melaksanakan observasi di MIN Model Kalianda ini, observasi dilakukan dengan melihat dari dekat mengenai data-data keuangan sekolah, kegiatan guru dalam KKG, mengecek persiapan guru dalam mengajar, termasuk melihat proses belajar mengajar dikelas. 4. Analisa Data. Moleoang mengemukakan dalam proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, penagamatan, dokumentasi sebagai berikut. Setelah itu mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman, kemudian menyusunnya dalam satu-satuan sambil membuat koding atau pengelolaan data. 6

6

Ibid., h. 126

12 Manajemen pembiayaan di MIN Model Kalianda, ini dimulai dari sistem perencanaan, sistem pengalokasian anggaran, sistem implementasi anggaran, metode money dan pelaporan.

DAFTAR PUSTAKA

Dandjaja dan Herianto, Panduan Penelitian, Bandung :Prestasi Pustaka, 2006 Mitarsih Danumihardja, Manajemen Keuangan Sekolah; Studi Manajemen Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dalam Implementasi Otonomi Daerah, Jakarta: Uhamka Press, 2004 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung: Raemaja Rosdakarya, 2004 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Pustaka,1993 Lexy J. Meleong Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000