presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang...
-
Upload
drfadli-robby-amsriza -
Category
Documents
-
view
1.196 -
download
4
description
Transcript of presus kedokteran keluarga bronkiolitis pada seorang balita dengan lingkungan keluarga yang kurang...
LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
BRONKIOLITIS PADA SEORANG BATITA DENGAN
LINGKUNGAN KELUARGA YANG KURANG SEHAT
Disusun Oleh :
Fadli Robby A
20040310084
KEPANITERAAN KLNIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PUSKESMAS TEGAL REJO
2010
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
BRONKIOLITIS PADA SEORANG BATITA DENGAN
LINGKUNGAN KELUARGA YANG KURANG SEHAT
Disusun Oleh:
Fadli Robby A (20040310053)
Telah dipresentasikan dan disahkan
Pada Tanggal 24 February 2010
Mengetahui dan mengesahkan
Dosen Pembimbing Dokter Pembimbing Puskesmas
( Dr. Deni A.P ) ( Dr. Eka N )
Kepala Puskesmas Tegal Rejo
(Dr. Pratignyawati)
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikannya laporan presentasi kasus dengan
judul “ Bronkiolitis pada Batita dengan Lingkungan Keluarga yang Kurang Sehat”. Laporan
kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Ko-Assisten bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga di Puskesmas Tegal Rejo Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat selesai berkat bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1. dr. Deni A.P, selaku dosen pembimbing
2. dr. Pratignyawati, selaku Kepala Puskesmas Tegal Rejo
3. dr. Sony A. dan dr. Eka selaku dokter pembimbing di Puskesmas Tegal Rejo
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis.
Akhirnya semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan setiap
pembaca pada umumnya. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkiolitis merupakan suatu peradangan bronkiolus yang bersifat akut,
menggambarkan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan pernafasan cepat, retraksi
dinding dada dan suara pernafasan yang berbunyi. Penyakit ini merupakan penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang menggambarkan terjadinya obstruksi pada
bronkiolus. (1,2,3,4,5,6)
. Bronkiolitis sering mengenai anak-anak usia dibawah 2 tahun. Anak-anak yang
berusia lebih tua dan dewasa boleh dikata tidak pernah ditemukan penyakit ini, karena
mereka lebih tahan terhadap terjadinya edema pada bronkiolus, sehingga gambaran klinis
suatu bronkiolitis tidak dijumpai, walaupun sebenarnya saluran nafas kecil pada paru
bagian bawah terkena infeksi. (1,3)
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling
dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit
pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi PUSKESMAS
adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya.
Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan
Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative,
dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh PUSKESMAS harus diarahkan
ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih
mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service).
Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas Tegalrejo adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Tegalrejo, yang dimaksud unit pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan
4
adalah yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja Puskesmas sebagai
unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di Indonesia.
Di kecamatan Tegalrejo terdapat tiga Puskesmas yaitu Puskesmas Tegalrejo
(Puskesmas Induk), Puskesmas Bener (Puskesmas Pembantu I) dan Puskesmas
Tompeyan (Puskesmas Pembantu II). Puskesmas Tegalrejo terletak di kota Yogyakarta
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman
Sebelah Timur : Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta
Sebelah Selatan : Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta
Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Luas Wilayah Kecamatan Tegalrejo 2.904.741 ha dengan pembagian kelurahan
menjadi empat kelurahan terdiri dari :
1. Kelurahan Kricak : 59 RT, 13 RW
2. Kelurahan Karangwaru : 56 RT, 14 RW
3. Kelurahan Tegalrejo : 46 RT, 13 RW
4. Kelurahan Bener : 24 RT, 7 RW
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo (mengacu pada indikator
Indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :
1. Derajat kesehatan
2. Keadaan lingkungan
3. Perilaku hidup bersih dan sehat
4. Pelayanan kesehatan
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
Puskesmas Tegal Rejo belum dilengkapi dengan fasilias rawat inap untuk umum,
namun sudah tedapat fasilitas rawat inap untuk ibu melahirkan, ambulans dan UGD.
Kegiatan pelayanan umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan
gigi (BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit puskesmas pembantu, UKS, Konseling gizi,
kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan posyandu lansia.
Dokter keluarga merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga
5
dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya (9). Praktek dokter keluarga ialah praktek kedokteran dalam pelayanan primer
dijalankan secara komprehensif yang meliputi pelayanan promosi kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) serta
menyeluruh dan memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit (9).
Dengan pendekatan dokter keluarga, maka pemeliharaan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif dapat dilakukan dengan mengkaji masalah
kesehatan keluarga dan individu dalam keluarga dengan mempelajari riwayat penyakit
secara komperhensif sehingga pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan dapat dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan pada setiap penyakit, termasuk dalam penanganan penyakit
bronkiolitis.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik
bagian Kedokteran Kelurga Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa belajar menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga dalam
mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien tetapi juga faktor psikososial
dari keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit serta peran serta keluarga
dalam mengatasi masalah kesehatan.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat untuk Puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil
evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas.
2. Manfaat untuk mahasiwa
Sebagai sarana ketrampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan
dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bronkiolitis akut adalah infeksi akut pada bronkiolus secara menyeluruh yang
ditandai dengan adanya obstruksi inflamasi pada saluran nafas kecil. (6)
B. Etiologi
Penyebab tersering (50 - 90%) adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Disamping itu dalam jumlah kecil disebabkan oleh virus para influenza, virus influenza,
adenovirus, rhinovirus, mycoplasma pneumoniae (Eaton Agent). Infeksi primer bakteri
sebagai penyebab bronkiolitis akut jarang dilaporkan. (1,2,3,4,5,6,7)
C. Patologi
Gambaran awal abnormalitas saluran pernafasan bagian bawah pada bronkiolitis dijumpai
: (1,2,4)
a) Nekrosis epitel saluran nafas kecil
b) Inflamasi peribronkial
c) Edema saluran nafas
d) Penimbunan/akumulasi mukus dan eksudat liat di saluran nafas
7
Pada bronkiolus ditemukan obstruksi parsial atau total karena edema dan akumulasi
mukus dan eksudat liat. Di dinding bronkus dan bronkiolus terdapat infiltrasi sel radang.
Radang juga dijumpai peribronkial dan di jaringan interstitial. Obstruksi parsial bronkiolus
menimbulkan emfisema dan obstruksi total menimbulkan atelektasis. (4)
D. Patofisiologi
Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris
seluler dan edema. Karena tahanan terhadap aliran udara didalam suatu tabung berbanding
terbalik dengan pangkat 3 jari-jari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang terjadi pada
dinding bronkiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas aliran udara.
Tahanan udara pada lintasan-lintasan udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi
maupun fase ekspirasi. Tetapi karena jari-jari suatu saluran nafas akan mengecil selama
ekspirasi, maka obstruksi katup bulat pernafasan akan mengakibatkan terjadinya
pemerangkapan udara serta pergeseran udara yang berlebihan yang disebut mekanisme klep.
Mekanisme klep adalah terperangkapnya udara yang menimbulkan overinflasi dada.
Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi menjadi lengkap dan udara yang terperangkap habis
terserap. (3,5,6)
Pertukaran udara yang terganggu menyebabkan ventilasi berkurang pada alveolus-
alveolus sehingga terjadi hipoksemia dan peningkatan frekuensi nafas sebagai kompensasi.
Retensi karbondioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita-penderita
yang terserang hebat. Pada umumnya semakin tinggi kecepatan pernafasan, maka semakin
rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan
pernafasan melebihi 60 x/menit yang kemudian meningkat sesuai dengan takipne yang
terjadi. (3,5)
E. Gambaran Klinis
8
Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai dengan
batuk, pilek untuk beberapa hari, biasanya tanpa disertai demam atau demam hanya
subfebril. Kemudian dalam beberapa hari gejala tersebut makin berkembang dengan
didapatkan batuk makin menghebat, frekuensi nafas meningkat (sesak nafas), pernafasan
dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal,
rewel sampai gelisah, sianosis, sulit makan atau minum, mual-muntah jarang sekali
didapatkan pada penderita. Pada pemeriksaan didapatkan mengi/wheezing, ekspirium
memanjang, jika obstruksi hebat suara nafas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring,
kadang-kadang terdengar pada akhir atau awal ekspirasi. Pada perkusi didapatkan hipersonor,
Ro foto thoraks menunjukkan hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada
fotolateral, dapat terlihat bercak konsolidasi tersebar yang disebabkan atelektasis atau radang.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia
darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring
menunjukkan flora bakteri normal. (3,4,5,7,8,9)
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan pertimbangan beberapa faktor yang lebih menitikberatkan
pada manifestasi klinis dan pemeriksaan fisik, karena faktor lainnya hanya ditemukan bukti-
bukti yang tidak spesifik, seperti pada pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Manifestasi
klinis harus didukung beberapa anamnesis yang memperkuat diagnosis penyakit ini terhadap
penyakit lain yang serupa. (1)
Beberapa hasil penelitian menyatakan, bahwa diagnosis bronkiolitis virus diperoleh
dari : (1)
1. Gambaran/gejala klinis
2. Usia anak
9
3. Epidemi RSV di masyarakat terutama di RS melalui petugas perawatan sebagai
sumber penularan pada bayi.
Gejala klinis bronkiolitis harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga
timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap pengobatan
dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkiolitis tidak. Bronkiolitis juga harus
dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai emfisema obstruksi dan gagal jantung. (4)
G. Diagnosis Banding
Beberapa penyakit dapat merupakan diagnosis banding bronkiolitis. Penyakit lain yang
sering dikacaukan dengan bronkiolitis yaitu asma bronkhial.(1)
Beberapa diagnosis yang perlu dipertimbangkan antara lain : (8)
1. Asma Bronkial
Jarang ditemukan pada tahun pertama kehidupan, tetapi sering terjadi
setelah periode tersebut.
Riwayat keluarga penderita asma bronkial.
Serangan awal yang mendadak tanpa tanda infeksi sebelumnya.
Serangan berulang.
Ekspirasi diperpanjang secara mencolok.
Eosinofilia pada darah dan usapan hidung.
Respon terhadap obat anti asma.
Pada bronkiolitis akut hanya 5% yang mempunyai klinis yang berulang.
2. Bronkopnemonia
Jarang dijumpai pada bayi sampai usia 6 bulan.
10
Riwayat anamnesis, perjalanan penyakit tidak terlalu mendadak, demam,
batuk tidak ngikil, nafsu makan/minum berkurang.
Didapatkan sumber penularan ISPA disekitarnya.
Setelah 5-7 hari timbul sesak nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis
Pemeriksaan fisik ditemukan :
a. Perkusi : Suatu gambaran normal sampai redup relatif
b. Auskultasi : Ada krepitasi atau ronki basah halus.
Retraksi dinding dada (interkostal dan suprasternal).
Pemeriksaan laboratorium : lekositosis dan HJL (Hitung Jenis Lekosit)
pergeseran ke kiri.
Pemeriksaan radiologi paru ditemukan sebaran infiltrat diseluruh bagian
paru kanan dan kiri.
H.Terapi dan Penatalaksanaan
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya
dengan uap dingin (‘mist-tent’), tujuannya untuk mencairkan sekret bronkus yang liat dan
mengatasi hipoksemia.(1)
Prinsip pengobatan di rumah sakit meliputi beberapa hal, yaitu : (1,4,6)
1. Suportif
Pemberian oksigen untuk mengatasi hipoksemia, apnea, dan kegagalan
pernafasan. Diberikan 1 - 2 l/menit.
Pengaturan suhu tubuh.
Pencairan lendir yang lengket.
11
Ketepatan pemberian cairan intravena, sebagai penghindaran terhadap
dehidrasi yang timbul akibat takipnea atau asidosis respiratorik.
Diberikan :
- Neonatus D 10% : NaCl 0,9% = 4 : 1, + KCl 1-2 mEq/kg BB/hari
- Bayi > 1 bulan : D 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1 + KCl 10 mEq/500 ml
cairan.
Posisi nyaman dengan duduk posisi kemiringan 30-40 atau leher pada
posisi ekstensi.
2. Pemberian kortikosteroid (masih kontroversial). Penelitian tentang pemakaian
kortikosteroid, awalnya memberikan hasil yang baik terhadap angka kesakitan dan
angka kematian penderita bronkiolitis. Walaupun akhir-akhir ini didapatkan hasil justru
klinis semakin memberat. Sebagai terapi paliatif dan efek anti anflamasinya,
kortikosteroid dapat menimbulkan masking effect.
3. Antibiotik diberikan apabila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya
dipilih yang mempunyai spektrum luas. Bila dicurigai mycoplasma pneumoniae sebagai
penyebabnya, obat yang terpilih ialah eritromisin.
4. Sedativa merupakan kontraindikasi pada penyakit bronkiolitis karena dapat
menyebabkan depresi pernafasan.
5. Tidak dianjurkan pemberian bronkodilator karena dapat memperberat keadaan
anak yaitu dengan peningkatan curah jantung dan kegelisahan anak.
6. Pemberian anti virus seperti ribavirin memperlihatkan hasil yang memuaskan,
karena ribavirin menghambat sintesis protein virus. Namun sampai sekarang pemakaian
anti virus belum banyak diberikan pada penderita. Indikasi pengobatan ini adalah bayi
resiko tinggi, diplasia bronkopulmonar, infeksi paru kronis, defisiensi iminologi,
penyakit jantung kongenital
12
I. Prognosis
Perjalanan klinis umumnya dapat teratasi setelah 48-72 jam. Angka kematian pada
penderita ini ditemukan < 1%. Kegagalan perawatan disebabkan apnea yang terjadi
berlangsung lama, asidosis respiratorius yang tidak terkoreksi, atau karena dehidrasi yang
disebabkan oleh takipnea dan kurang makan minum. (1)
Prognosis sangat tergantung oleh ketepatan diagnosis, fasilitas yang tersedia,
ketepatan tatalaksana, dan kecermatan pemantauan, sehingga sangat mungkin prognosis
semakin jelek pada penyakit ini dan akan meningkat di daerah perifer.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. Z
Umur : 18 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Yogyakarta
Pekerjaan : Jatimulyo RT 15 RW 03, Tegal Rejo, Yogyakarta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : belum sekolah
No. CM : 01.275
Tanggal Pemeriksaan : 18-2-2010
Tanggal Kunjungan : 20-2-2010 dan 21-2-2010
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk
Keluhan Tambahan : Pilek
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu. Batuk berdahak
dahak berwarna putih, kambuh-kambuhan, kadang disertai muntah. Batuk ngikil terutama
di malam hari, disertai sesak sedikit, tidak disertai demam. Pasien kemudian periksa ke
puskesmas 2 hari yang lalu, saat ini obat habis dan keluhan belum berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
14
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit diabetes : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat hipertensi : Nenek dari ibu
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit diabetes : disangkal
Riwayat penyakit paru-paru : disangkal
C. RIWAYAT IMUNISASI
15
A. Dasar :
Hepatitis : (+) Pada umur 0,1,3 bulan
BCG : (+) Pada umur: 4 hari Skar
:
± 2mm
DPT : (+) Pada umur: 2,3,4 bln
Polio : (+) Pada umur: 11
hari,1,4,10 bln
Campak : (+) Pada umur: 10 bln
D. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD : Tidk diukur
RR : 72 x/menit, teratur
Nadi : 120 x/menit, teratur
Suhu : 36,50C ( axila )
Status Gizi :
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 78 cm
o BB/ U = ≥2SD s/d +2SD (Gizi baik)
o TB/ U = -2SD s/d +2SD (Normal)
o BB/ TB = >2SD s/d +2SD (Normal)
Kesimpulan status gizi : baik
Status Generalis:
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : mesocephal, simetris
- Rambut : dominan warna hitam
2. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : Edema (-/-)
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-)
3. Pemeriksaan Telinga : Discharge (-/-), nyeri tekan mastoid (-)
16
4. Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (+), Discharge (-)
5. Pemeriksaan Mulut : Mukosa bibir basah, sariawan (-), lidah kotor (-), faring
hiperemis (-)
6. Pemerksaan Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran thyroid (-),
JVP tidak meningkat
7. Pemeriksaan thorak
a. Pulmo
Inspeksi : simetris kanan kiri, retraksi intercostalis (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-), vokal fremitus kanan sama kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+) kanan sama dengan kiri, ronkhi basah kasar (+),
ronkhi basah halus (-), wheezing (+)
b. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di SIC V linea midclavicula, tak kuat angkat
Perkusi : batas jantung Kiri atas : SIC II LPS kiri
Kanan atas : SIC III LPS kanan
Kiri bawah : SIC V LMC kiri
Kanan bawah : SIC IV LPS kanan
Auskultasi : S1> S2, reguler, bising tak ada.
8. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : perut sejajar dada
Auskultasi : peristaltik usus (+)
Palpasi : supel, tidak terdapat nyeri tekan, Hepar dan lien tak teraba
Perkusi : tympani di seluruh lapang abdomen, Undulasi (-), Pekak beralih (-)
9. Pemeriksaan ektremitas
Reflek biceps +/+
Reflex triceps+/+
Reflek achiles +/+
17
Reflek patella +/+
Udem -/-
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan Pemeriksaan
- Darah Lengkap
- Foto Rontgen Thorak
F. DIAGNOSIS
bronkiolitis pada penderita batita dengan lingkungan kesehatan yang kurang.
G. DD
Bronkopneumoni
Asma Bronkhial
H. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Pengobatan dari puskesmas :
- ambroxol 2 x 7.5 mg / ¼ tab 30mg
- amoxicillin 3 x 125 mg / ½ tab 250mg
- Dexametasone 3 x 3 mg
b. edukasi
jika sesak bertambah segera bawa ke Rumah Sakit
18
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
I. Analisa Kasus
Pasien datang dengan keluhan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu. Batuk berdahak
dahak berwarna putih, kadang disertai muntah. Batuk ngikil terutama di malam hari,
sedikit disertai sesak, tidak disertai demam. Pasien kemudian periksa ke puskesmas 2 hari
yang lalu, saat ini obat habis dan keluhan belum berkurang.
Pada tanggal 20 February 2010 dilakukan kunjungan ke rumah untuk melakukan
anamnesa dan melihat kondisi lingkungan pasien. Kondisi pasien tampak sehat dengan
keluhan batuk yang sudah berkurang. Tidak ada demam dan keluhan lainnya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan vital sign yang normal. Dari anamnesa diketahui bahwa
pasien hidup dengan lingkungan yang cukup bersih. Maka pada kunjungan yang kedua
dilakukan edukasi terhadap factor resiko dan kemungkinan penyebab penyakit anak.
J. Analisa Kunjungan Rumah
a. Kondisi Pasien
19
Kondisi pasien tampak sehat. Tidak ada keluhan batuk. Tidak ada demam dan
keluhan lainnya. Pasien terlihat aktif. Nafsu makan baik.
b. Pendidikan
Saat ini pasien belum disekolahkan oleh orangtuanya..
c. Keadaan Rumah
a. Lokasi : Rumah terletak di permukiman padat penduduk di daerah Jatimulyo RT
15/ RW 03 Tegal Rejo, yogyakarta.
b. Kondisi : rumah terlihat kokoh, dinding rumah dari bata, tidak bertingkat, Lantai
rumah terbuat dari keramik dan sebagian semen, atap dari genteng. Kebersihan di
dalam rumah terkesan kurang bersih dan penempatan barang-barang yang kurang
rapi.
c. Luas rumah : ± 8x5 m2 yang dihuni oleh 5 orang dengan rata 8m2 per orang.
d. Pembagian ruangan :
Rumah dibagai menjadi 5 ruangan yang terdiri dari 2 ruang tidur, 1 ruang
keluarga sekaligus ruang tamu, 1 WC, 1 dapur yang menjadi satu dengan ruang
makan.
e. Ventilasi : terdapat hanya 1 jendela berpintu kayu di ruang tamu dengan
perbandingan terhadap luas lantai kurang dari 20%. Terdapat 2 lubang ventilasi.
Kesan rumah terasa lembab.
f. Pencahayaan : Pencahayaan di dalam rumah kurang, tanpa bantuan sinar lampu
sulit untuk membaca tulisan. Tidak terdapat genteng kaca. Daya listrik sebesar
450 watt.
g. Kebersihan : Kebersihan di dalam rumah kurang dan tata letak barang di dalam
rumah kurang rapi. Dapur menggunakan kompor gas, dengan kepemilikan alat
alat milik sendiri.
h. Sanitasi dasar : Sumber air minum dan masak serta untuk mencuci dan mandi
berasal dari air PAM. Terdapat 1 kamar mandi sekaligus WC dengan bentuk
jamban jongkok dengan ukuran standar ± 30 c x 50 cm. Bak mandi dari semen
dengan ukuran 2x1,5x1m3. Seluruh pembuangan limbah dibuang pada saluran air
dan tak ada tampak genangan limbah di rumah pasien.
20
i. Kepemilikan : Rumah yang ditempati merupakan rumah dari kakek pasien.
Perlengkapan rumah tangga pasien semuanya milik pribadi yang terdiri dari 1
televisi, 2 kasur, 2 lemari baju, 2 rak buku, dan 2 meja.
K. Analisa Kedokteran Keluarga
a. Nilai APGAR Keluarga
KRITERIA PERTANYAAN
Hampir
selalu
(2)
Kadang –
kadang
(1)
Hampir
tidak pernah
(0)
Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya
karena masing-masing anggota
keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuai dengan
seharusnya
0
Kemitraan
Saya puas dengan keluarga saya
Karena dapat membantu
memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi
0
Pertumbuh
an
Saya puas dengan kebebasan
yang diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
0
Kasih
sayang
Saya puas dengan kehangatan /
kasih sayang yang diberikan
keluarga saya
0
Kebersama
an
Saya puas dengan waktu yang
disediakan keluarga untuk
menjalin kebersamaan
0
TOTAL 9
Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak
pernah=0
21
Total skor
8-10 = fungsi keluarga sehat
4-7 = fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = fungsi keluarga sakit
Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 9, ini
menunjukan fungsi kemitraan keluarga yang sehat.
b. SCREEM
Aspek Sumber Daya Patologi
Sosial Pasien dan keluarganya dikenal
sebagai keluarga yang ramah dan
bisa bersosialisasi dengan
tetangganya. Selalu aktif mengikuti
kegiatan kampong
Kultural Keluarga pasien tidak percaya
dengan mitos yang tidak jelas
kebenarannya
Religius Keluarga pasien jarang melakukan
kegiatan-kegiatan religious yang
sesuai dengan keyakinannya
Ekonomi Kebutuhan ekonomi tercukupi
Pendidika
n
Pendidikan anggota keluarga cukup
baik
Kesehata
n
Tidak punya asuransi kesehatan
22
c. Genogram
Tanggal Pembuatan :21 February 2010
KELUARGA An. Z
23
H
BC
60 th
32 th27 th 20 th
28 th25 th
55 th
31 th
P
60 th
Keterangan :
: Pria B : Breadwinner : Tinggal 1 rumah
: Wanita C : Caregiver : Hipertensi
Atau : Meninggal : Pasien
L. Daftar Anggota Keluarga
Nama
Keduduka
n dlm
keluarga
L/PUmur
Pendidikan Pekerjaan Ket
Tn. SKepala
KeluargaL 31 th SMA
Wiraswast
aAyah
Ny. S Istri P 28 th SMA Ibu RT Ibu
Ny. K Nenek P 55 thTidak
Sekolah- Nenek
Tn. T Kakek L 60 thTidak
Sekolah- Kakek
An. I Anak P 7 th Sekolah SD - Anak
An. D Anak P 3 thBelum
sekolah- Anak
An. Z Anak L 18 blnBelum
sekolah- Anak
M. Denah dan Peta Petunjuk Rumah
24
18 bln7 th 3 th
P
H
R. Tidur
R. Tidur
R. Keluarga
Dapur
8 m
Tempat tempat cuci
5 m
Denah Rumah
Denah Rumah
25
U
Jl. magelang
UKM
mandi
Ruang
makan
N. Identifikasi Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
Nenek pasien menderita penyakit hipertensi.
b. Fungsi afektif
Hubungan anggota keluarga yang hidup seatap terjalin baik.
c. Fungsi sosial
Keluarga pasien sering menyapa tetangga dan sering bekerjasama dengan mereka.
d. Fungsi ekonomi
Pasien dirumah sebagai anak, hidup dapat tercukupi dari pendapatan ± Rp. 500.000,-.
Namun kebutuhan gizi kurang terpenuhi dengan menu makanan yang tidak seimbang
setiap harinya.
e. Fungsi religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadahnya dengan baik. Pasien memang belum
mampu sholat lima waktu. Tapi keluarga kurang mengikuti kegiatan keagamaan di
lingkungannya.
f. Fungsi pendidikan
Pasien belum disekolahkan. Sementara dari pendidikan keluarga kurang, sehingga
kurang mengerti atau menyadari tentang pentingnya hidup bersih dan sehat.
O. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) Keluarga Kesehatan
a. Pencegahan penyakit
Pasien dan keluarga pasien kesadaran akan pencegahan penyakit masih kurang. Hal ini
dapat dilihat dari ayah pasien yang masih merokok di dalam rumah serta ventilasi yang
kurang, selain itu keluarga pasien tidak terbiasa mencuci tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah makan dan sesudah buang air besar, tidak mencuci tempat makan dan minum
pasien dengan air hangat, keluarga pasien kurang rajin membersihkan rumah.
b. Gizi keluarga
26
Pemenuhan gizi keluarga kurang tercukupi karena tingkat pendidikan dan ekonomi yang
kurang baik.
c. Higiene dan sanitasi lingkungan
Karena rumah pasien tidak memiliki sumur resapan dan jerambah sumur pasien tidak
kedap air serta tempat sampah di dalam rumah yang tidak ditutup, maka sanitasi dasar
pada keluarga ini belum memenuhi syarat. Walaupun di sekitar rumah pasien tidak
ditemukan genangan air yang dapat menjadi tempat berkembangnya nyamuk.
d. Penggunaan pelayanan kesehatan
Pasien dan keluarganya selalu memeriksakan diri di pelayanan kesehatan jika terjadi
gangguan kesehatan.
P. Identifikasi Masalah Keluarga dan Perencanaan Pembinaan Keluarga
Masalah yang
dihadapi
Rencana
pembinaan
Sasaran
pembinaan
Contoh pembinaan
1 Lingkungan
rumah yang
kurang baik
Edukasi keluarga Edukasi pentingnya
menjaga kebersihan
lingkungan, Identifikasi
masalah penyebab,
mencoba mencari alterntif
solusi yang ada
Q. Pola Hidup Bersih dan Sehat
No Indikator/ pertanyaan Keterangan Jawaban
A. Perilaku Sehat Ya Tidak
1. Tidak Merokok
Ada yang memiliki
kebiasaan merokok
Seluruh anggota keluarga tidak
merokok dalam 3 bulan
terakhir
O
2. Persalinan
Dimana ibu melakukan
Ditolong bidan, dokter,
perawat?
O
27
persalinan?
3. Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah
diimunisasi lengkap?
Imunisasi lengkap (BCG, DPT
1,2,3, polio, hepatitis, campak)
dilakukan semua yang ada
O
4 Balita di timbang
Apakah balita ibu sering di
timbang? Dimana/
Penimbangan di posyandu O
5 Sarapan Pagi
Apakah anda dan anggota
keluarga mempunyai
kebiasaan sarapan pagi?
Makanan yang dikonsumsi
setiap hari
O
6 Dana Sehat / JPKM
/ASKES
Apakah anda ikut menjadi
peserta dana sehat/ASKES?
Apakah memiliki ASKES,
JPKM, Jamsostek. Askeskin
O
7 Cucu Tangan
Apakah anggota keluarga
mempunyai kebiasaan
mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum
dan sesudah buang air besar?
Seluruh anggota keluarga
memiliki kebiasaan mencuci
tangan dengan air bersih dan
sabun
O
8 Gosok Gigi
Apakah anggota keluarga
memiliki kebiasaan gosok
gigi menggunakan odol?
Seluruh anggota keluarga
melakukan kebiasaan
menggosok gigi
O
9 Aktifitas Fisik / Olah Raga
Apakah anggota keluarga
melakukan aktifitas fisik atau
olah raga teratur?
Seluruh anggota keluarga
melakukan aktifitas fisik setiap
hari minimal 30 menit ?OR
minimal 3 x seminggu
O
B. Lingkungan Sehat
1. Jamban Bila rumah tidak ada tapi O
28
Apakah di rumah tersedia
jamban dan seluruh anggota
keluarga menggunakannya?
menggunakan MCK untuk
BAB maka jawaban tetap “Ya”
2. Air Bersih dan Bebas
Jentik
Apakah di rumah tersedia air
bersih dengan tempt/tandon
air tidak ada jentik?
Bila rumah tidak memiliki
sumber air tetapi menggunakan
MCK / kran umum untuk
mendapatkan air berrsih maka
jawaban “Ya”
O
3. Bebas Sampah
Apakah di rumah tersedia
tempat sampah? Dan di
lingkungan di sekitar rumah
tidak ada sampah
berserakan?
Rumah terlihat bersih/bebas
sampah dan tersedia tempat
sampah di dalam/ di luar
rumah
O
4. SPAL
Apakah ada/ tersedia SPAL
di sekitar rumah?
Lingkungan yang bersih tidak
ada air limbah yang
menggenang
O
5. Ventilasi?
Apakah ada pertukaran udara
dalam rumah?
Ukuran ventilasi lebih kurang
1/10 luas lantai untuk setiap
ruangan
O
6. Kepadatan
Apakah ada kesesuaian luas
rumah dengan jumlah
anggota keluarga?
Pengukuran kepadatan dimana
1 orang penghuni
membutuhkan luas
2mx2mx2m
O
7. Lantai
Apakah lantai rumah bukan
tanah?
Seluruh lntai ruma disemen
atau ubin atau kayu
O
C. Indikator Tambahan
1. ASI Ekslusif
Apakah ada bayi usia 0-6
Hanya untuk bagi keluarga
yang mempunyai bayi usia 0-6
O
29
bulan hanya mendapatkan
ASI saja sejak lahir sampai 6
bulan?
bulan, bila rumah tangga tidak
ada bayinya jawaban tetap
“ya” tetapi dicatat dalam
lembar catatan
2 Konsumsi Buah dan Sayur
Apakah anggota keluarga
mengkonsumsi buah dan
sayur setiap hari?
Semua anggota keluarga
mengkonsunsi buah dan sayur
O
Jumlah 11 7
Klasifikasi
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 1-5 Pertanyaan (merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 6-10 Pertanyaan (kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 10-15 Pertanyaan (hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan, jawaban “ya” antara 16-18Pertanyaan (biru)
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab “Ya” ada 11 prtanyaan yang berarti
identifikasi keliuarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam
klasifikasi SEHAT III.
R. Diagnosis Kedokteran Keluarga
a. Diagnosis
bronkiolitis pada penderita batita dengan lingkungan kesehatan yang kurang
b. Bentuk Keluarga
Extended familiy
c. Siklus kehidupan keluarga
Families with young children
d. Fungsi keluarga yang terganggu
Fungsi kesehatan dan religi
e. Faktor yang mempengaruhi
Fungsi kesehatan dan religi
f. Faktor yang dipengaruhi
30
Fungsi kesehatan, gizi dan kebersihan lingkungan
S. Pelaksanaan Program
No Waktu Kegiatan Sasaran Hasil
1 Sabtu, 20
February 2010
Pukul 16.00
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Pengumpulan data-
data
Pasien,
orang tua
Didapatkan data dan faktor
resiko timbulnya bronkiolitis
2 Minggu, 21
February 2010
Pukul 13.00
Konseling tentang
kebersihan
lingkungan
keluarga Orang tua Pasien dan nenek
dalam tahap ada keinginan
untuk berubah
keluarga faham perlunya
menjaga kesehatan dan
didapatkan faktor penyebab
adalah faktor ekonomi
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismangoen, H, Naning. R, 1994, Bronkiolitis, Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, FK UGM, Yogyakarta, hal. 1-9.
2. Behrman, R.E, 1990, Bronchiolitis, in the book, Nelson : Essentials of Pediatrics, W.B Sounders Company, Philadelphia, pg. 431-3.
3. Behrman, R.E, 1992, Bronkiolitis, dalam Ilmu Kesehatan Anak, ed. 12 bag. 2, alih bahasa Radja M.M, EGC, Jakarta, hal. 614-7.
4. Anonim, 1985, Bronkiolitis akut, dalam Buku Kuliah Jilid 3 Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, Jakarta, 1233-4.
5. Mansjoer, A., dkk, 1999. Bronkiolitis Akut, dalam buku Kapita Selekta Kedokteran. ed. Ketiga jilid pertama Media Aesculapius, FK UI, Jakarta, hal. 468-9.
6. Anonim, 2000. Bonkiolitis Akut, dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito, Medika, FK UGM, Yogyakarta, hal. 138-9.
7. Schwartz, M.W., 1976, Respiratory Distress in the book Clinical Handbook of Pediatrics, Williams & Wilkins, A Waverly Company, Philadelphia, pg. 576.
8. Anonim, 1989, Respiratory in the book, Paediatric Handbook, Royal Children’s Hospital, Melbourne, Australia, pg. 117.
9. Wiyono A. et al. Panduan kepaniteraan program pendidikan Profesi Kedokteran keluarga, 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
32