Presentasi Gangguan Konversi - Fefe
description
Transcript of Presentasi Gangguan Konversi - Fefe
Disusun oleh: Felicia Nathania Kosasih
(07120080093)
GANGGUAN KONVERSI
Pembimbing: dr. Dharmady Agus, SpKJ
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran JiwaFakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Sanatorium DharmawangsaPeriode 15 April 2013 – 13 Mei 2013
Gangguan yang ditandai: 1/> gejala neurologis tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis + faktor psikologis
Hysterical Neurosis (histeria) Tidak spesifik, terlalu banyak maknanya tidak digunakan
lagi Dalam DSM-IV, gangguan konversi ini merupakan
konsep tersisa yang paling mendekati konsep lama histeria. Hustera (uterus): uterus yang berkeliaran (wandering
uterus) Konversi?
1880s akhir: Freud dan Breuer Memori yang berhubungan dengan trauma psikis inervasi
somatik “mind-to-body” process
DSM-IV-TR vs ICD-10
PENDAHULUAN
ICD-10
ICD-10
• Somatization disorder • Undifferentiated Somatoform
Disorder • Conversion Disorder • Pain Disorder • Hypochondriasis • Body Dysmorphic Disorder • Somatoform Disorder Not
Otherwise Specified
Somatoform
Disorder
DSM-IV-TR
• Conversion Disorder involves unexplained symptoms or deficits affecting voluntary motor or sensory function that suggest a neurological or other general medical condition. Psychological factors are judged to be associated with the symptoms or deficits
DSM-IV-TR
• A conversion reaction is a rather acute and temporary loss or alteration in motor or sensory functions that appears to stem from psychological issues (conflict)
Kaplan & Saddock 10th edition:
DEFINISI
1% masyarakat umum 5 – 14% konsultasi ke psikiatri 5 – 25% pasien rawat jalan Lebih sering pada:
Wanita Populasi pedesaan Penduduk negara berkembang Sosioekonomi rendah Anggota militer yang pernah terpapar medan perang Pengetahuan medis yang rendah
Anak-anak 7 – 8 tahun; jarang pada usia >35 tahun
EPIDEMIOLOGI
Faktor Psikoanalitik konflik alam bawah sadar yang tidak terselesaikan Represi konflik-konflik intrapsikik yang tidak disadari
konversi dari kecemasan ke dalam gejala fisik Faktor pembelajaran
Merasa mendapat secondary gain ingin mempertahankan gejalanya
Faktor Biologis pencitraan otak: hipometabolisme pada daerah hemisfer
otak yang dominan dan hipermetabolisme pada daerah hemisfer yang non-dominan.
ETIOLOGI (TEORI-TEORI)
Paralisis, buta, mutisme disertai dengan gejala depresi dan cemas
GEJALA KLINIS
• Anestesi dan parastesi • tidak sesuai dengan penyakit saraf pusat maupun tepi
• menimbulkan ketulian, kebutaan, dan tunnel vision
Gejala Sensorik
• gerakan abnormal, gangguan gaya berjalan (contohnya: astasia abasia), kelemahan dan paralisis
• tremor ritmik kasar, gerak koreoform, tik, dan menghentak-hentak yang memburuk bila pasien mendapat perhatian.
Gejala Motorik
• 1/3 pasien disertai gangguan epilepsi
Gejala Bangkitan Pseudo-seizures
Keuntungan primer• pasien memperoleh keuntungan primer dengan
mempertahankan konflik internal di luar kesadarannya.
Keuntungan sekunder• keuntungan nyata yang diperoleh pasien dengan menjadi
sakit misalnya dibebaskan dari kewajiban kehidupan yang sulit, bimbingan yang tak akan didapatkannya dalam situasi normal, dsb.
La belle indifference• sikap angkuh yang tak sesuai terhadap gejala serius yang
dialaminya. Pasien tampak tak peduli dengan hendaya berat yang dialaminya. Walaupun begitu, ada tidaknya la belle indifference bukan dasar penilaian yang akurat untuk menegakkan gangguan konversi.
GAMBARAN KLINIS/ISTILAH LAIN
KRITERIA DIAGNOSIS
Eksklusi penyakit neurologis, kondisi medis, dan substance-induced (termasuk medikasi) Multiple Sclerosis Penggunaan alkohol dan obat-obatan
Hipokondriasis Preokupasi dengan 1 “penyakit serius” Conversion: fokus pada gejala yang ada ; la belle
indifference Factitious disorder dan Malingering
DIAGNOSIS BANDING
semua gejala awal (90-100%) dari pasien dengan gangguan konversi membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang dari sebulan.
75% pasien tidak pernah mengalami gangguan ini lagi 25% mengalami episode tambahan saat stresor psikis
muncul kembali
PERJALANAN PENYAKIT
Gejala merupakan suatu bentuk perlindungan pasien terhadap kecemasan akibat konfl ik intrapsikik
Terapi non farmakologis Sugesti yang kuat serta pendidikan yang empatik hubungan erat antara pikiran, otak, dan tubuh.
Wawancara pasien dibawah pengaruh amobarbital atau hypnosis Ketika sugesti dan edukasi tidak berhasil dilakukan masa “altered-state” pasien dapat mengalami penurunan
gejala karena efek relaksasi. Psikoterapi Psikodinamik
Dapat membantu pasien memahami konflik intrapsikis dan simbolisasi
TATALAKSANA
Indikasi: Pemulihan fungsi pseudoneurologik Membedakan gangguan konversi dengan malingering Abreaksi gangguan stress pasca trauma Pemulihan memory akibat fugue psikogenik dan amnesia
Kontraindikasi: Kontraindikasi absolut berupa riwayat alergi dan porfiria Infeksi atau sumbatan saluran pernapasan Gangguan fungsi jantung, liver dan renal yang berat Kecanduan barbiturate Hipotensi atau hipertensi yang significant Minimal 12 jam sesudah minum alkohol terakhir bila ada
kecurigaan keracunan alkohol Pasien paranoid Pasien menolak prosedur
Risiko terapi ini: Risiko utama adalah gangguan pernapasan yang dapat
mengarah kepada apneu, khususnya jika pemberian terlalu cepat (>50mg/min) atau dosis terlalu besar (>500 mg)
Kolaps vasomotor dan laryngospasma, lebih jarang ditemukan
Regresi psikotik
Prognosis lebih baik antara lain onset yang akut, stresor yang teridentifikasi, durasi gejala singkat, level kecerdasan pasien, gejala kelumpuhan, gejala kebutaan.
Semakin lama gejala gangguan konversi ini berjalan, maka semakin buruk juga prognosisnya.
Sebanyak 25-50% pasien akan mempunyai gangguan neurologis ataupun kondisi non-psikiatrik lain yang akan mempengaruhi sistem persarafan di kemudian harinya.
PROGNOSIS
He (unconsciously) realizes that he will never be able to “see” her again
A component of guilt: patient came to USA to earn money to help his mother but could not fulfi ll this obligation because he became addicted to heroin
No physiologic explanation for his blindness Patients seems to be unconcerned about it ( la belle
indifference) LA BELLE INDIFFERENCE: Inappropriate lack of concern
about one’s disability.
Conversion symptoms: physical disorder (result of psychological factors)
Psychodynamic model: symptoms are consequence of emotional confl ict, with the repression of confl ict into the unconscious
Late 1880s: Freud and Breuer hysterical symptoms resulted from intrusion of “memories connected to psychical trauma” into somatic innervation
mid-to-body process = conversion
The following features can help in deciding whether idiopathic physical symptoms may have a psychiatric etiology: The symptoms coexist with major psychiatric disorders such
as depression or panic. The symptoms closely follow traumatic events. The symptoms lead to psychological “gratification” or
“secondary gain.” The symptoms represent predictable personality traits
(coping mechanisms). The symptoms become persistent, join a conglomerate of
other symptoms, and convey such attitudes as overuse of medical services and dissatisfaction with medical care.
The behavioral theory attributes conversion disorder to faulty childhood learning, with the nonadaptive behavioral responses used for secondary gain and control of interpersonal relationships. The psychoanalytic theory, on the other hand, describes symptoms as compromise formations with primary gain of confl ict resolution through partial expression of the confl ict without conscious awareness of its significance. Some have suggested a strong relationship between childhood traumatization by sexual or physical abuse and a later propensity for conversion disorder. Other studies, however, do not confirm such an association.
Although psychological etiology is a requisite of DSM-IV diagnosis, it is often diffi cult to identify it early in treatment and may not reveal itself until extensive additional history is obtained. Screening methods for assessing trauma, dissociative experience, and posttraumatic stress disorder (PTSD) should be helpful in this process.
ICD-10 disosiatif (konversi) gangguan termasuk amnesia disosiatif, fugue disosiatif, stupor disosiatif, gangguan kesurupan dan gangguan disosiatif gerakan dan sensasi (kira-kira setara dengan diagnosis gangguan DSM-IV-TR konversi). Terakhir, mencakup gangguan motorik disosiatif, kejang disosiatif, dan anestesi disosiatif dan kehilangan sensoris.
underlying neurologic diseases to also develop conversion symptoms that do not conform to anatomic or physiologic parameters.
in the diff erential diagnosis are other somatoform disorders such as somatization disorder, undiff erentiated somatoform disorder, and hypochondriasis, as well as factitious disorders and malingering. Somatization disorder is a chronic dis- order that includes many physical symptoms, such as pain in several areas, gas- trointestinal complaints, sexual symptoms, and a conversion symptom. In undiff erentiated somatoform disorder, one or more physical complaints, such as fatigue, gastrointestinal symptoms, or urinary diffi culties, are present that are not physiologic in nature. Hypochondriasis is a chronic fear of having a serious i l lness as a result of misinterpretation of bodily sensations. Factitious disorders involve the intentional production of physical or psychological symptoms in order to assume the sick role (primary gain). Malingering involves the intentional pro- duction or exaggeration of symptoms motivated by external incentives (avoiding a jai l sentence, mil itary duty, or work, or obtaining fi nancial compensation) (secondary gain).
Conversion vs factitious disorder and malingering?? Conversion: unconscious production of symptoms because
of conflicts or stressors Factitious & malingering: conscious production of symptoms