ანგარიში - library.iliauni.edu.ge · 2432 - სტუდენტის მიერ 61 - გარეშე პირის მიერ. სერვისის
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar
terhadap stimulus sensori (Dorland, 2002). Definisi lain persepsi adalah
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian
diinterprestasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa
yang diindera.
Proses terbentuknya persepsi didahului adanya
penginderaan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat reseptornya. Namun Proses itu tidak berhenti
sampai disitu saja, Melainkan stimulus tersebut diteruskan ke pusat
susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis,
sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan
sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses
penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses
penginderaan merupakan pendahulu dari persepsi (Walgito, 1994).
Menurut Maramis (1999) persepsi adalah daya mengenal barang,
kualitas atau hubungan dan perbedaan antara lain melalui proses
mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat
rangsang.
8
Sedangkan menurut Sunaryo (2004) persepsi dapat
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera
dengan didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,
mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada
diluar maupun didalam dari individu.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian
persepsi adalah proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus
yang dapat menggambarkan sebagai pandangan pribadi seseorang
terhadap kejadian atau peristiwa yang dapat diorganisasikan,
diinterprestasikan terhadap rangsang melalui proses mengamati,
mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang
sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati
tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun didalam diri
individu.
2. Macam-macam persepsi
Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo (2004) yaitu :
a. External perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang yang datang dari luar individu.
b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek
adalah dirinya sendiri.
9
3. Syarat Terjadinya Persepsi
Agar individu dapat mengadakan persepsi diperlukan beberapa
syarat yang harus dipenuhi yaitu : (Walgito, 1994 dan Sunaryo, 2004).
a. Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor.
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus.
d. Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak kemudian
dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan
respon.
4. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga
proses yaitu :
a. Proses fisik : obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai
alat indera atau reseptor.
b. Proses fisiologis : stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan
oleh saraf sensoris ke otak.
c. Proses psikologis : proses di dalam otak sehingga individu dapat
menyadari stimulus yang diterima.
5. Gangguan Persepsi (dispersepsi)
Persepsi individu dapat mengalami gangguan, hal ini dapat
disebabkan karena adanya gangguan otak (kerusakan otak, keracunan,
obat halusinogenik), gangguan jiwa (emosi yang menyebabkan ilusi) dan
10
pengaruh lingkungan sosial budaya (Sunaryo, 2004).
Adapun macam dan gangguan persepsi menurut Maramis
(1999) dikutip oleh Sunaryo (2004) terdapat tujuh macam gangguan
persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada
reaksi konversi, gangguan psikologik dan agnosia.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Menurut Krech dan Richard (1992) dalam Walgito (1994)
persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural
a. Faktor fungsional
Merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan,
pengalaman, masalah dan hal-hal yang termasuk faktor-faktor
personal yang menentukan persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli
tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli
tersebut.
b. Faktor Struktural
Faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimuli
fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.
Menurut Walgito (1994) faktor lain yang mempengaruhi
persepsi yakni perhatian, didalam pengertiannya perhatian adalah
proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi menonjol
dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Hal ini ketika
perhatian seseorang berdasarkan pada salah satu indera saja dan
mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lainnya.
11
Sama seperti persepsi, perhatian juga dipengaruhi faktor situasional
dari personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai
determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarikan
perhatian ( attention getter ).
7. Faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Persepsi Interpersonal
a. Pengalaman
Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-
hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam
memperbaiki persepsi.
b. Motivasi
Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal
adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil, artinya kita
mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
c. Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi, yaitu usaha
untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar,
orang mengeluarkan perasaan kepada orang lain Melvin (1990)
dalam Walgito (1994).
12
B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segala sesuatu yang dikatakan atau dikerjakan
seseorang dan perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam
diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi
kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 1999).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain,
perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus,
respon ini berbentuk dua macam yaitu pasif dan aktif. Bentuk pasif
adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalya berfikir,
tanggapan atau sikap batin dari pengetahuan. Sedang bentuk aktif yaitu
apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Sarwono,
1993).
2. Macam-macam Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat
dibedakan menjadi:
a. Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (covert) respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
13
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas
oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Sedangkan menurut Purwanto (1999), perilaku manusia
dibedakan :
a. Perilaku refleks
Perilaku refleks terjadi secara otomatis, tanpa dipikir oleh
keinginan, tanpa disadari. Secara umum perilaku ini bertujuan untuk
menghindari ancaman yang merusak keberadaan individu, sehingga
individu tersebut dapat berperilaku dan berkembang secara normal.
b. Perilaku reflek bersyarat
Perilaku ini merupakan perilaku yang muncul karena
adanya perangsang tertentu. Reaksi ini wajar dan merupakan
pembawaan manusia serta bisa dipelajari atau didapat dari
pengalaman.
c. Perilaku yang mempunyai tujuan/perilaku naluri.
Gejala yang menyertainya adalah pengenalan,
perasaan/emosi, dorongan, keinginan/motif.
14
3. Klasifikasi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) klasifikasi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya.
b. Perilaku sakit (iIIness behaviour)
Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab
dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit
Perilaku ini meliputi:
1) tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan /
penyembuhan penyakit yang layak.
3) mengetahui hak (misalnya hak untuk memperoleh
perawatan,memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban
orang sakit (memberitahukan penyakit kepada orang lain
terutama kepada dokter/petugas kesehatan,tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya.
15
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya:tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, politik, ekonomi dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang dominan yang sering mewarnai
perilaku seseorang.
Sedangkan Menurut Purwanto (1999) faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:
a. Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia
dari Tuhan Yang Maha Esa.Teori Mendel merupakan teori tentang
keturunan yang dikenal dengan hipotesa genetika yang menjelaskan
tentang sifat-sifat mahluk hidup dikendalikan oleh faktor
keturunan.tiap pasangan merupakan penentu alternative bagi
keturunanya dan pada waktu pembentukan sel kelamin; pasangan
keturunan memisah dan menerima pasangan pasangan faktor
keturunan.
b. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala sesuatu yang
berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku.individu mulai
mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya.
16
5. Penyebab Berperilaku
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya enam alasan
pokok, yaitu:
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Sikap
4. Orang penting sebagai referensi
5. Sumber-sumber daya meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga,
dll.
6. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-
sumber dalam masyarakat (budaya) (Notoatmodjo, 2003).
6. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan
Skiner (1990) dalam Notoatmodjo (2003).
17
C. Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bentuk lainya yang dihasilkan dari tanaman Nicotania
Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI
No.19 Tahun 2003) dalam Frans (2004) Secara umum, bahan-bahan
dalam rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen
gas dan komponen padat atau partikel, sedang komponen padat atau
partikel dibagi menjadi nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat
karsinogenik. rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. racun
utama dalam rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida
(Atmanta, 2005).
2. Kandungan Rokok
a. Nikotin
Nikotin adalah zat,bahan senyawa pirolidin yang terdapat
dalam nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya
yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan, Zat ini
mempenggaruhi syaraf dan peredaran darah. Pada awalnya rokok
mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang
masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian
18
jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai
ke otak manusia.
Nikotin di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang
kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergic. Pada
jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem
dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa tenang, daya pikir
serasa cemerlang, dan mampu menahan rasa lapar. Sementara di
jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada
bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin.
Meningkatkan serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang
sekaligus keinginan mencari rokok lagi.
Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit
meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin.
Ketika berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan
berkurang (Mu’tadin, 2002).
b. Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang
bersifat Skarsinogenik (PP No. 19 Tahun 2003). Tar adalah
kumpulan dari ratusan bahkan ribuan bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air, tar dan asap rokok
juga dapat merangsang jalan nafas dan tar tersebut tertimbun
disaluran itu sehingga menyebabkan batuk-batuk atau sesak nafas.
19
c. Karbon monoksida
Karbon monoksida adalah zat yang mengikat Hemoglobin
dalam darah, sehingga darah tidak mampu untuk mengikat oksigen
dan Gas CO juga berpengaruh negatif terhadap jalan nafas dari
pembuluh darah.
3. Rokok dan Kesehatan
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi
sayangnya masih banyak orang yang menikmatinya.efek dari
rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya
tangkap, perasaan, pikiran, tngkah laku. Jika dibandingkan dengan zat-
zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka
ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.
Penyakit yang ditimbul:
a. Jantung
Menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan
peningkatan tekanan darah, kenaikan penggunaan O2 serta
peningkatan denyut jantung.
b. Otak
Menyebabkan terjadinya stroke dan lumpuh.
c. Paru-paru
Menyebabkan terjadinya batuk berdahak, bronchitis, paru-paru,
kanker.
20
4. Bahaya Merokok
Laporan WHO (2003) dalam Utama (2004) juga menyebutkan
beberapa penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, yaitu
kanker paru, bronchitis kronik, penyakit jantung iskemik, penyakit
kardiovaskuler, kangker mulut, kangker tenggorok, penyakit pembuluh
darah otak dan dan gangguan janin dalam kandungan.
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003). menambahkan tiga
sub tipe dampak dari merokok yaitu:
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya menambah atau
meningkatkaan kenikmatan yang sudah didapat, misal merokok
setelah minum kopi atau makan
b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of headling the cigaretee. Kenikmatan yang peroleh dengan
rokok sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedang
untuk menghisapnya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau
perokok lebih senang memainkan dengan jari-jarinya lama sebelum
ia nyalakan dengan api.
5. Perilaku Merokok
a. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh ”perasaan negatife”.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi
perasaan negatif, misalnya bila ia sedang marah, cemas, gelisah,
21
rokok di anggap sebagai penyelamat.
b. Perilaku merokok yang “adiktif” oleh green disebut sebagai
psychological addiction mereka yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok yang dihisapnya berkurang.
c. Perilaku merokok sudah menjadi “kebiasaan”. Mereka
menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan
perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi
kebiasaan rutin. dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok
sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali
tanpa dipikirkan dan tanpa disadari.
6. Tempat Merokok
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok.
Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok,maka
dapat digolongkan atas :
a. Merokok di tempat-tempat umum
1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaanya. Umumnya mereka masih
menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di
smoking area.
2) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain
yang tidak rokok) mereka yang berani merokok ditempat
tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang
22
etis, kurang sopan, dan tidak punya tata krama.
b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih
tempat seperti ini sebagai tempat yang digolongkan kepada
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan
rasa gelisah yang mencekam.
2) Di toilet. Perokok ini dapat di golongkan sebagai orang yang
suka berfantasi, Sepertiga jumlah perokok dunia adalah remaja.
Menurut Kim Farley (1990) dalam Notoatmodjo (2003)
dewasa ini anak-anak dan remaja menjadi ancaman utama bahaya
meningkatnya penggunaan tembakau di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan usia untuk memulai
merokok ternyata lebih muda. Kebanyakan perokok memulainya ketika
masih remaja. Padahal, jika seseorang tidak mulai merokok sampai umur
20 tahun, kemungkinannya kecil untuk menjadi perokok setelah dewasa.
7. Manfaat Merokok
Dibedakan menjadi 2 yaitu sisi negatif dan sisi positif yaitu :
Bila dilihat dari sisi negative merokok dapat merusak kesehatan seperti
stroke. Sedangkan dilihat dari sisi positif dapat membantu ribuan buruh
yang bekerja pada industri rokok Indonesia untuk tetap bertahan hidup
(Atmanta, 2005).
23
8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Merokok
a. Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja merokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak perhatian pada anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras lebih muda untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah
tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif
yang menekan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan
tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok/tembakau/obat-obatan dengan keluarga yang perfisif dengan
penekanan falsafah ”kerjakan urusanmu sendiri” dan yang paling
kuat adalah bila orang tua menjadi figur yaitu contoh sebagai
perokok berat, maka anak cenderung meniru kebiasaan yang
dilakukan oleh orang tua.
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan , makin banyak teman-
teman kita yang sudah pada merokok, makin besar kemungkinan kita
jadi perokok juga.
c. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu
atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan
diri dari kebosanan. Namun satu sifat Kepribadian yang bersifat
24
hanya mencoba-coba pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)
seperti ini justru mangarahkan kepada hal-hal yang negatif.
b. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media cetak dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour, sering kali membuat seseorang terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam halaman iklan tersebut.
9. Waktu Merokok
Biasanya waktu yang digunakan seseorang dapat
menikmati rokok adalah sehabis makan dan setelah minum kopi,
sehabis kerja, perasaan lagi kalut, frustasi dan tidak memperdulikan
waktu entah pagi, siang, sore ataupun malam Green (1990) dalam
Notoatmodjo (2003).
10. Upaya Pencegahan
a. Upaya Kampanye
Memang susah menghentikan/menghilangkan kebiasaan
merokok. Tahap pertama Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri
remaja untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan
membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan
merokok yang datang dari teman, media massa, atau kebiasaan
keluarga/orang tua.
Suatu program kampanye anti merokok buat para remaja
yang dilakukan oleh Evans (1990) dalam Notoatmodjo (2003) dapat
25
dijadikan contoh untuk melakukan upaya pencegahan agar remaja
tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil
yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan
dengan cara membuat berbagai poster, film, dan diskusi-diskusi
tentang berbagai macam aspek yang berhubungan dengan merokok.
Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah,
televisi atau radio.
b. Pesan-pesan dalam Kampanye meliputi:
1) Meskipun orang tuamu merokok, kamu tudak perlu harus
meniru, karena kamu mempunyai akal yang dapat kamu pakai
untuk membuat keputusan sendiri.
2) Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang.
Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan
seperti itu.
3) Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu
merokok. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut
merokok.
4) Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan
secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya
akan ditanggung tidak hanya sajaoleh diri kamu sendiri tetapi
juga akan membebani orang (misal:orang tua).
26
c. Pelatihan Pemahaman Terhadap Pesan
Agar remaja dapat memahami pesan-pesan tersebut maka
dalam kampanye anti merokok perlu disertai dengan beberapa
pelatihan seperti:
1) Ketrampilan berkomunikasi
2) Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri
3) Kemampuan untuk menyesuaiakan diri dengan rasa cemas/ansietas
4) Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dll.
Dengan cara-cara diatas remaja akan diajak untuk dapat
memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai
godaan untuk merokok, baik yang datang dari media massa, teman
sebaya maupun dari keluarga. Melarang, menghukum, atau pun
memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan memberikan
dampak yang relatif singkat karena tidak disadari oleh motivasi
internal remaja (Mu’tadin, 2002).
27
Kerangka Teori
Bagan I : Kerangka Teori modifikasi dari :
(Walgito, 1994; Purwanto, 1999; Notoatmodjo, 2003)
28
Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok:
a. Orang tua b. Teman c. Kepribadian d. Iklan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal:
a. Pengalaman b. Motivasi c. Kepribadian
Persepsi Prilaku Merokok Masyarakat
Perilaku dipengaruhi: a. Internal
Karakteristik bawaan, seperti: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dll.
b. Eksternal Lingkungan: fisik, social, budaya dan politik