PPT ISBD

20
Tentang : Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan Praktek Kebidanan Disusun Oleh : Agustina Sadononi Alfysyahrini Christintya Oktetya Cyntya Putri Dewi Eka Sintya Made Kartika Ovitaloka Rosi Ulfah Sari Tuty Lestari Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palangka Raya

description

TUGAS

Transcript of PPT ISBD

Page 1: PPT ISBD

Tentang : Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan Praktek Kebidanan

Disusun Oleh :

Agustina SadononiAlfysyahrini Christintya OktetyaCyntya PutriDewi

Eka SintyaMade KartikaOvitalokaRosi Ulfah SariTuty Lestari

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palangka Raya

Page 2: PPT ISBD

2. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan

4. Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan (kala I,

II, III & IV)

3. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Trimester Kehamilan

1. Pendahuluan

Page 3: PPT ISBD

PENDAHULUAN

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.

Page 4: PPT ISBD

Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apa lagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak. Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.

Untuk itu  seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

Lanjutan...

Page 5: PPT ISBD

1. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Perkawinan

Perkawinan merupakan wujud menyatukan dua sejoli ke dalam satu tujuan yang sama.

Salah satu tujuan perkawinan adalah mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama

pasangan hidup. Namun, jalan menuju kebahagiaan tak selamanya mulus. Banyak

hambatan, tantangan, dan persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya rumah tangga.

Perbedaan latar sosial, budaya, ataupun faktor lainnya merupakan penyebab munculnya

hambatan dan konflik dalam proses komunikasi dalam membina hubungan perkawinan,

sebab karakter tiap individu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sehingga hal itu

dapat berpengaruh pada cara pandangnya. Dalam aspek sosial budaya perkawinan, ada

faktor pendukung dan penghambat.

Faktor Pendukung

Faktor Penghambat

Page 6: PPT ISBD

Faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami dan istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami-istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagiaan dalam hidup berumah tangga akan tercapai

Faktor Pendukung

Page 7: PPT ISBD

Faktor Penghambat

Faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan mayoritas

subjek terletak dalam hal baik suami maupun istri tidak dapat menerima

perubahan sifat dan kebiasaan di awal perkawinan, suami maupun istri

tidak berinisiatif menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama di

antara suami dan istri, suami maupun istri tidak tau peran dan tugasnya

dalam rumah tangga. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan

suami istri menyikapi perubahan, perbedaan, pola penyesuaian yang

dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan, yang

kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah

tangga, sehingga masing-masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri

satu sama lain.

Page 8: PPT ISBD

2. Aspek Sosial Budaya Pada Setiap Trimester Kehamilan

Faktor sosial budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku menanggapi kehamilan, kelahiran serta perawatan bayi dan ibunya. Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk perilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyakinan yang melandasi siap dan perilaku tersebut itu secara mendalam pada kebudayaan komuniti tersebut.

Trimester I

Kehamilan

Aspek Sosial

Budaya

Trimester II

Kehamilan

Trimester III

Kehamilan

Page 9: PPT ISBD

•Budaya-budaya nusantara Budaya masyarakat :

•Upacara dua bulanan (trimester pertama)Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap-urap lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis aturan yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang berbeda.

•Pandangan BidanTumpeng ini merupakan salah satu cara penyajian makanan bersama yang menggugah selera yang sangat baik untuk meningkatkan selera makan ibu hamil. Tumpeng juga memberikan sebuah perlambangan adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga bersama mengadakan do’a syukuran bagi ibi hamil.

Trimester Pertama

Kehamilan

Page 10: PPT ISBD

Trimester Kedua Kehamilan

Upacara lima bulanan (trimester kedua)

Pada masa kehamilan ini dilakukan upacara selamatan dengan kudapan khasnya yakni ketan aneka warna dengan ditaburi enten-enten yang terbuat dari bahan kelapa parutdiberi gula. Sebagai hidangan yang dibagikan untuk tetangga adalah urap-urap terbuai dari sayur mayur hijau. Hidangan urap-urap ini lengkap dengan nasi dan diletakkan dalam bentuk takir atau daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk dengan jepit lidi. Hantaran hidangan ada yang diberikan dengan alas tampah atau tambir kecil dari anyaman bambu atau bisa pula dengan cobek tanah liat. Pelengkapnya adalah rujak 7 jenis buah.

Pandangan bidanUpacara untuk kehamilan 5 bulanan ini merupakan dukungan psikologis dan spiritual yang baik bagi ibu hamil.

Page 11: PPT ISBD

Trimester Ketiga Kehamilan

Upacara tujuh bulanan, atau biasa dikenal dengan tingkeban atau Mitoni (trimester ketiga)Upacara tujuh bulanan inilah yang masih sering kita jumpai di masyarakat kita. Hidangan khas yang paling dinantikan para tamu adalah rujak dan dawet atau cendol beras. Menurut tradisi bila rasa dawet dan rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saaat upacara membelah kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak yang dikandung perempuan.

Pandangan bidanUpacara tujuh bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu hamil dengan siraman atau mandi bunga.

Page 12: PPT ISBD

3. Aspek Sosial Budaya Selama

Persalinan

Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat

hidup di luar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan

presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.

Persalinan/partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu kala I, II, III, dan IV.Kala III

Kala IVKala II

Kala I

Page 13: PPT ISBD

Periode persalinan ini dimulai dari pembukaan 1 cm sampai 10 cm

(lengkap). Dalam kala ini ada beberapa fase, yaitu :

a.         Fase laten : pembukaan servik kurang dari 3 cm, servik membuka

perlahan selama fase ini dan biasanya berlangsung tidak lebih dari 8

jam

b.        Fase aktif : kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit, lama kontraksi

40 detik atau lebih dan mulas, pembukaan dari 4 cm sampai 10 cm

(lengkap) dan terdapat penurunan bagian terbawah janin.

Kala I

Page 14: PPT ISBD

Kala II Periode ini dimulai dari ketika pembukaan lengkap

sampai lahirnya seluruh tubuh janin. Tanda dan gejala

persalinan kala II meliputi :

a.         Ibu ingin mengejan.

b.        Perineum menonjol.

c.         Vulva dan anus membuka.

d.        Meningkatnya pengeluaran darah dan lender.

e.         Kepala telah turun didasar panggul.

Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat

dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan

serviks lengkap dan kepala bayi terlihat pada introitus

vagina.

Page 15: PPT ISBD

Kala III Periode ini dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.

Normalnya pelepasan plasenta berkisar 15-30 menit setelah bayi

lahir. Pada persalinan kala III miometerium akan berkontraksi

mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus ini menyebabkan

pula berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena

tempat pelekatan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah, plasenta akan terlepas dari dinding uteri. Setelah lepas,

plasenta akan turun ke segmen bawah rahim.

Tanda-tanda pelepasan plasenta meliputi:

a.         Bentuk uterus globuler.

b.        Tali pusat bertambah panjang (tanda afeld).

c.         Semburan darah tiba-tiba.

Page 16: PPT ISBD

Kala IV Periode ini dimulai setelah lahinya plasenta sampai 1 jam setelah

itu. Pemantauan pada kala IV meliputi:

a.         Kelengkapan plasenta dan selaput ketuban,

b.        Perkiraan pengeluaran darah,

c.         Laserasi atau luka episiotomy pada perineum dengan

pendarahan aktif

d.        Keadaan umum serta tanda-tanda vital ibu

Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena

segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Di

daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong

persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data survey kesehatan rumah tangga tahun 1992

menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang

pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek persalinan oleh dukun yang

dapat membahayakan ibu.

Page 17: PPT ISBD

Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa

alasan antara lain:

1.        Dikenal secara dekat.

2.        Biaya murah.

3.        Mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak.

4.        Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatsan jangkauan pelayanan

kesehatan yang ada.

Lanjutan…

Pantangan atau anjuran yang berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik

misalnya:

1.        Ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI

2.        Ada makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi

kesehatan bayi.

Page 18: PPT ISBD

Secara tradisional ada praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak

untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya;

oMengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi

semula.

oMemasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina

dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar

karena proses persalinan.

oMemberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al, 1996).

Page 19: PPT ISBD

Kesimpulan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran

yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan

anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya,

berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.

Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung

jawabnya.

Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan

penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,

bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan

promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian

atau kebudayaan tradisional tersebut.

Page 20: PPT ISBD