repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/535/1/SKRIPSI_WATERMARK_FIX.pdf · POLA...
Transcript of repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/535/1/SKRIPSI_WATERMARK_FIX.pdf · POLA...
POLA BIMBINGAN TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK
ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PERUM. BTN
(BANK TABUNGAN NEGARA)
LAMPUNG TENGAH
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Oleh
RATNA TAKARINA
NPM. 1341040011
Jurusan : Bimbingan Konseling Islam
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017 M
POLA BIMBINGAN TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK
ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PERUM. BTN
(BANK TABUNGAN NEGARA)
LAMPUNG TENGAH
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Oleh
RATNA TAKARINA
NPM. 1341040011
Jurusan : Bimbingan Konseling Islam
Pembimbing I : Drs. H. Kholidi S, M.Pd.I
Pembimbing II : Sri Ilham Nasution, S.Sos. M.Pd
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H / 2017 M
ii
ABSTRAK
POLA BIMBINGAN TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA
6-12 TAHUN DI PERUM. BTN (BANK TABUNGAN NEGARA)
LAMPUNG TENGAH
Oleh
RATNA TAKARINA
NPM : 1341040011
Pola bimbingan yang dilakukan orang tua sangat penting dan menjadi modal
utama dalam mendidik anak berkaitan dengan akhlaknya. Namun, perhatian orang tua
yang tidak terkoordinasikan dengan baik dalam pendidikan akhlak ini justru akan
mengabaikan hak-hak anak untuk memperoleh kasih sayang, perhatian untuk menjadi
pribadi yang baik dan berakhlakul karimah.
Sehubungan dengan hal di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian, terhadap perumusan masalah, yaitu “Apakah ada hubungan antara pola
bimbingan terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun di Perum. BTN (Bank
Tabungan Negara) Lampung Tengah.”
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola
bimbingan terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun di Perum. BTN (Bank
Tabungan Negara) Lampung Tengah.
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kuantitatif, penenelitian ini merupakan penelitian lapangan
(field research) yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha untuk mengumpulkan data
dan informasi mengenai permasalahan di lapangan.
Populasi yang ada di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah
sebanyak 1.092 kepala keluarga dan yang menjadi sampel sebanyak 50 kepala
keluarga yang mempunyai anak dengan usia 6-12 tahun.
Pola bimbingan yang penulis gunakan adalah pemberian bantuan terarah,
kontinu dan sistematis yang dilakukan orang tua kepada anak, agar ia
mengembangkan potensi dan fitrah beragama. Sedangkan pembentukan akhlaknya
yaitu akhlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, akhlak kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam, akhlak kepada diri sendiri, akhlak dalam keluarga, serta
akhlak bertetangga/bermasyarakat.
Hasil analisa data memberikan kesimpulan bahwa pola bimbingan terhadap
pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah, yang dilakukan memiliki keterkaitan/korelasi antar keduanya.
Kata Kunci : Pola Bimbingan, Pembentukan Akhlak
v
MOTTO
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di
perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
“(QS. At-Tahrim: 6)1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV.
Toha Putra, 1989), h. 951.
vi
PERSEMBAHAN
Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah, Allahu Akbar. Segala puji
hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga,
para sahabat dan pengikutnya semua yang setia sampai akhir zaman. Aamiin.
Karya tulis ini penulis persembahkan sebagai ungkapan terima kasih yang
mendalam kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Paidi Susanto dan Ibu Tati Suherti) yang
telah ikhlas mengasuh dan mendidikku, terima kasih atas kasih sayangnya,
yang selalu mendoakanku, memotivasiku, dan mengajarkanku, semoga Allah
Subhanahu Wa Ta’ala membalasnya dengan kebaikan yang lebih baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
2. Kakakku tersayang Eka Prasetyo dan Asniyati, serta keponakanku Rohman
Habib Hisyam yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi
keberhasilan penulis. Terima kasih atas doa dan dukungannya yang tak
terhitung.
3. Kepada pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat seperjuanganku khususnya Angkatan 2013 jurusan BKI,
terima kasih atas persahabatan dan kebersamaannya, terus semangat dalam
berkarya.
vii
5. Sahabat-sahabat karibku yang kucintai karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Aisa Roskhina Alimah, Annisa Az Zahra Rokhim, Avirni Siska Riani, Helda
Purwaningsih, Isma Nurzeha, Nisa Noviyana, Nurani Jayanti, Nurlita Daeng
Ngai, Susilawati Anggraini, Umi Afifah, Yunila Sari yang sama-sama
memberi semangat, nasehat dan dorongan dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Saudara-saudaraku seperjuangan (ikhwan dan akhwat fillah) di UKM-
BAPINDA, UKMF-RABBANI, FORMASI, ITTIHAD, tetap semangat dalam
berjuang dijalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
7. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung.
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Sakti, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten
Lampung Tengah. Pada tanggal 25 Juni 1995, merupakan anak kedua dari 2 (dua)
bersaudara, dari pasangan suami-istri Bapak Paidi Susanto dan Ibu Tati Suherti.
Adapun pendidikan yang telah ditempuh yaitu:
1. SD Negeri 1 Terusan Nunyai Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
Lampung Tengah, lulus tahun 2007.
2. SMP IT Bustanul Ulum Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
Tengah, lulus tahun 2010.
3. MAN 1 Lampung Tengah Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
Tengah, lulus tahun 2013.
4. Kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung dengan konsentrasi jurusan
Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Penulis juga pernah mengikuti organisasi baik intra maupun ekstra kampus,
adapun organisasi yang pernah penulis ikuti diantaranya :
1. Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF-RABBANI) angkatan 2013.
2. Unit Kegiatan Mahasiwa Bidang Pembinaan Dakwah (UKM-BAPINDA)
angkatan 2013.
3. FORMASI (Forum Mahasiswa Islam) angkatan 2014.
4. ITTIHAD (Ilmi Tarbawi Tafsir Hadits) angkatan 2016.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI). Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,
teladan terbaik dalam segala urusan, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya
semua yang setia sampai akhir zaman. Aamiin
Adapun judul Skripsi ini adalah “POLA BIMBINGAN TERHADAP
PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PERUM. BTN
(BANK TABUNGAN NEGARA) LAMPUNG TENGAH”. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk
itu, segala saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan skripsi ini sangat
penulis harapkan.
Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
baik yang secara langsung membimbing penulisan skripsi ini maupun secara tidak
langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si, selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi (FDIK) IAIN Raden Intan Lampung.
x
2. Ibu Hj. Rini Setiawati. S.Ag, M.Sos.I dan Bapak Mubasit S.Ag, MM sebagai
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Bimbingan Konseling Islam di Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Drs. H. Kholidi S, M.Pd.I sebagai dosen Pembimbing 1 yang telah
banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Sri Ilham Nasution, S.Sos. M.Pd sebagai dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
5. Bapak/Ibu dosen yang telah membekali penulis, dan para staf karyawan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan
akademik dalam pelaksanaan perkuliahan.
6. Kepala Perpustakaan IAIN Raden Intan Lampung dan Kepala Perpustakaan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas diperkenankannya penulis
meminjam buku-buku literatur yang dibutuhkan.
7. Bapak Paidi Susanto dan Ibu Tati Suherti yang senantiasa mendoakan dalam
menempuh pendidikan menggapai cita-cita.
8. Seluruh warga di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah,
terima kasih atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
9. Segenap pihak yang belum disebutkan di atas yang juga telah memberikan
bantuan kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis hanya bisa berdoa semoga amal baik Bapak/Ibu mendapat balasan dan
pahala berlipat ganda dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Aamiin. Penulis berharap
xi
semoga hasil penelitian ini betapapun kecilnya dapat memberikan masukan dalam
upaya pengembangan wacana keilmuan.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak dan manusia tempatnya khilaf dan
kesalahan, kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis sadari
penelitian ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan ilmu atau
teori yang penulis kuasai. Untuk itu, kepada para pembaca yang budiman kiranya
dapat memberikan masukannya sehingga laporan penelitian ini bisa lebih baik.
Bandar Lampung, 13 Maret 2017
Penulis,
Ratna Takarina
NPM. 1341040011
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
RIWAYAT HIDUP viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan Masalah 6
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Penelitian 8
E. Manfaat Penelitian 8
F. Tinjauan Pustaka 9
G. Kerangka Berfikir 13
H. Hipotesis Penelitian 15
BAB II POLA BIMBINGAN TERHADAP PEMBENTUKAN
AKHLAK ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PERUM.
BTN (BANK TABUNGAN NEGARA) LAMPUNG
TENGAH 17
A. Pola Bimbingan 17
1. Pengertian Pola Bimbingan 17
2. Macam-Macam Pola Bimbingan 19
3. Bentuk-Bentuk Bimbingan 23
4. Langkah-Langkah Bimbingan 30
5. Tujuan Bimbingan 32
6. Fungsi Bimbingan 35
B. Pembentukan Akhlak 38
1. Pengertian Akhlak 38
2. Macam-macam Akhlak 41
3. Metode Pembentukan Akhlak 42
xiii
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak 45
C. Anak 47
1. Pengertian Anak 47
2. Metode Pendidikan Anak 50
3. Tugas Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun 54
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Pada
Anak 55
BAB III METODE DAN TEHNIK PENELITIAN 58
A. Penegasan Judul 58
B. Jenis dan Sifat Penelitian 62
1. Jenis Penelitian 63
2. Sifat Penelitian 63
C. Alasan Memilih Judul 64
D. Populasi dan Sampel 65
1. Populasi 65
2. Sampel 66
E. Variabel Penelitian 68
F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Penelitian 69
G. Metode Pengumpul Data 72
1. Angket 73
2. Observasi 74
3. Dokumentasi 75
H. Metode Analisis Data 76
I. Pengolahan Uji Instrumen 79
J. Uji Coba Instrumen Penelitian 80
1. Validitas Instrumen Penelitian 80
2. Reliabilitas Instrumen Penelitian 81
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 84
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 84
1. Sejarah Berdirinya Perum. Kopkar Dwi
Karya/BTN 84
2. Status Badan Hukum Kopkar Dwi Karya 85
3. Visi dan Misi 86
4. Letak Geografis 87
B. Uji Coba Instrumen Penelitian 89
1. Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal 89
2. Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Butir Soal 92
xiv
C. Hasil dan Pembahasan 94
1. Deskripsi Data Responden Penelitian 94
2. Deskripsi Kuesioner Penelitian 100
D. Pengujian Hipotesis Assosiatif (Hubungan) 113
E. Menentukan Besarnya Koefisien Korelasi dengan
Spearmen Rank 120
BAB V PENUTUP 125
A. Kesimpulan 125
B. Saran 127
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian 69
2. Skala Likert Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan
Akhlak 73
3. Skala Likert 78
4. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas 82
5. Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal Pola
Bimbingan 89
6. Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal Pembentukan
Akhlak 91
7. Membimbing Terus Menerus, Membimbing Secara Bertahap,
Memotivasi Anak 100
8. Akhlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala 104
9. Akhlak Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam 106
10. Akhlak Kepada Diri Sendiri 108
11. Akhlak dalam Keluarga 109
12. Akhlak Bertetangga/Bermasyarakat 110
13. Rekapitulasi Rata-Rata Skor Variabel Pembentukan
Akhlak 112
14. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi 113
15. Pola Bimbingan (X) dan Pembentukan Akhlak Anak (Y) 114
16. Penghitungan Manual Analisis Regresi Sederhana 118
xvi
DAFTAR GAMBAR
1. Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan Akhlak Anak
Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah 14
2. Contoh Hubungan Variabel Independen dan Dependen 69
3. Jenis Kelamin Responden 95
4. Usia Responden 96
5. Pendidikan Terakhir Ayah Responden 97
6. Pendidikan Terakhir Ibu Responden 98
7. Pekerjaan Orang Tua Responden 99
8. Penghasilan Orang Tua Responden 100
9. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi dengan Uji Dua Pihak 117
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner.
2. Kisi-Kisi Angket Pola Bimbingan di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah.
3. Angket Pola Bimbingan di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung
Tengah.
4. Kisi-kisi Angket Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN
(Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah.
5. Angket Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN (Bank
Tabungan Negara) Lampung Tengah.
6. Uji Coba Instrumen Penelitian Menggunakan Microsoft Excel.
7. Surat Permohonan Mengadakan Penelitian.
8. Surat Rekomendasi/Penelitian dari KESBANGPOL Teluk Betung.
9. Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL Lampung Tengah.
10. Daftar Nama Orang Tua dan Anak-Anak yang Menjadi Anggota Sampel.
11. Kartu Hadir Munaqosah.
12. Surat Keputusan Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden
Intan Lampung.
13. Surat Keterangan Perubahan Judul Skripsi.
14. Kartu Konsultasi Skripsi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat, serta kehidupan umumnya. Dengan demikian, ia dapat mengecap
kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai
pengembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.1
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam
kehidupan manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.
Bagi anak-anak, keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama yang
dikenalnya. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal
bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.2
Barangkali sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan.
Anak-anak sejak masih bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal,
yaitu keluarga. Makanya tak mengherankan jika Gilbert Highest menyatakan
1 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islami, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 3, h. 6.
2Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 294.
2
bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh
pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur sampai saat akan tidur kembali,
anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga.3
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidik yang
pertama dan pendidikannya adalah kedua orang tua. Orang tua (ibu dan bapak)
adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara
kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang
tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang pada orang tua kepada anak-anak
mereka, hingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk
memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan mereka.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa
keagamaan.4
Peranan lingkungan keluarga sangat penting dalam pembinaan
penghayatan keagamaan ini. Dalam ajaran agama dijelaskan bahwa pada dasarnya
manusia itu baik dan memiliki potensi beragama, maka keluarganyalah yang akan
mewarnai perkembangan agamanya itu. Keluarga hendaknya menciptakan
lingkungan psikologis yang mendukung pembentukan karakter anak dalam
menjalankan ajaran agamanya.5
3Ibid., h. 291.
4Ibid., h. 292.
5Achmad Juntika Nurihsan & Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja,
(Bandung: Refika Aditama, 2013), cet. 2, h. 58.
3
Pendidikan agama pada masa anak-anak seharusnya dilakukan oleh orang
tua, yaitu dengan jalan membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlak yang
diajarkan oleh agama Islam. Dalam menumbuhkan akhlak baik seperti kejujuran,
adil dan sebagainya, orang tua harus memberikan contoh. Apabila si anak biasa
menerima perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat adil, maka akan tertanamlah
rasa keadilan itu kepada jiwanya dan menjadi salah satu unsur dari
kepribadiannya.6
Imam Ghazali mengatakan bahwa anak itu merupakan amanat bagi kedua
orang tuanya, hatinya akan suci dan bersih jika terus menerus diajarkan kebaikan,
dan anak akan tumbuh dengan kebiasaan yang baik.7
Setiap orang tua memiliki harapan dan keinginan yang baik terhadap anak,
sehingga segala cara diusahakan untuk mencapai hal tersebut. Taraf pertumbuhan
dan perkembangan telah menjadikan perubahan pada diri anak. Perubahan
perilaku tidak akan menjadi masalah bagi orang tua apabila anak tidak
menunjukkan tanda penyimpangan. Akan tetapi, apabila anak telah menunjukkan
tanda yang mengarah ke hal negatif akan membuat cemas orang tua. Menurut
Prayitno, sumber-sumber permasalahan pada diri anak banyak terletak di luar
sekolah. Hal ini disebabkan anak lebih lama berada di rumah daripada di sekolah.
6 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995), cet. 21, h. 128.
7Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.
148.
4
Karena anak lebih lama berada di rumah, maka orang tualah yang bertugas
mendidik dan mengasuh anak.8
Pola bimbingan yang dilakukan oleh orang tua dalam rangka mendidik
akhlak anak dengan berlandaskan kepada Al-Qur’an maupun As-Sunnah, dan
mencontoh para sahabat Rasulullah terdahulu, banyak sekali memberikan
pemahaman dan pengajaran mengenai urgensifitas penanaman nilai-nilai agama
pada anak. Betapa besar tanggung jawab orang tua dihadapan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala kelak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6)9
Kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula
secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat
keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan
pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Latihan-latihan
verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat ritualis (praktik) merupakan hal
8Kartini Kartono, Peran Orang Tua dalam Memandu Anak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992),
h. 35. 9 Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit. h. 951.
5
yang berarti dan merupakan salah satu ciri dari tingkat perkembangan agama pada
anak-anak.
Sepintas kedua hal tersebut kurang ada hubungannya dengan
perkembangan agama pada anak di masa selanjutnya, tetapi menurut penyelidikan
hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak di usia dewasa.
Bukti menunjukkan bahwa banyak orang dewasa yang taat karena pengaruh ajaran
dan praktik keagamaan yang dilaksanakan pada masa kanak-kanak mereka.
Sebaliknya belajar agama diusia dewasa banyak sekali mengalami kesukaran.10
Terlebih di era globalisasi saat ini, pembentukan akhlak pada anak dirasa
sangat penting. Peran pengawasaan, pembinaan dan pendidikan orang tua mampu
menjadi dasar dalam pembentukan agama. Memberikan suasana rumah yang
nyaman dan lingkungan yang baik merupakan salah satu sarana efektif, serta
pengamalan nilai-nilai agama merupakan hal utama yang harus dilaksanakan.
Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah diatas,
maka dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan mendapatkan deskripsi
yang dituangkan dalam munaqasyah ini dengan judul “Pola Bimbingan Terhadap
Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun Di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) Lampung Tengah”, dan penelitian ini lebih menekankan kepada orang tua
yang memiliki anak dengan usia 6-12 tahun.
Gambaran umum dari orang tua yang terdapat dalam perumahan ini adalah
sebagian besar orang tua bekerja sebagai pekerja kontrak ataupun karyawan di PT
10
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 73.
6
Humas Jaya Agrotama, dengan kesibukan orang tua inilah yang membuat penulis
ingin meneliti lebih dalam, bagaimana pola bimbingan terhadap pembentukan
akhlak yang dilakukan orang tua kepada anaknya, apakah berjalan secara
semestinya, ataukah anak dititipkan kepada para pengasuh yang sebagian besar
banyak dijumpai di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah ini,
sehingga dapat dilihat apakah ada hubungan antara pola bimbingan orang tua
dengan pembentukan akhlak anak.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak mengalami perluasan masalah, maka masalah
dalam penelitian ini dibatasi pada :
1. Pola bimbingan dalam penelitian ini yaitu pola bimbingan yang diberikan
oleh orang tua kepada anak dalam bentuk perlakuan fisik dan psikis, yang
tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, tindakan. Dalam penelitian ini
yang diukur pola bimbingan yang dilakukan orang tua mengenai
membimbing terus menerus, membimbing secara bertahap dan
memotivasi anak.
2. Pembentukan akhlak dalam penelitian ini yaitu semua hal yang dilakukan
orang tua dalam rangka mendidik anak dalam bentuk keteladanan dan
pembiasan yang baik sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang
berlangsung secara terus-menerus dan melahirkan perilaku yang baik pada
diri anak, apabila tindakan tersebut melahirkan suatu tindakan yang baik
7
sesuai dengan akal dan norma, maka hal tersebut dikatakan sebagai akhlak
yang baik.
3. Subyek dalam penelitian ini adalah orang tua, yang memiliki kriteria
sebagai berikut :
a. Beragama Islam;
b. Memiliki anak yang berusia 6-12 tahun;
c. Bertempat tinggal di Perum. Kopkar Dwi Karya/BTN.
4. Tempat yang menjadi penelitian ini berlokasi di Perum. Kopkar Dwi
Karya, Kelurahan/ Desa Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan,
Kabupaten Lampung Tengah. Tempat yang dijadikan penelitian hanya
dibatasi pada Komplek C. 6, C. 12, C. 13, C. 14, C. 15.
Dengan adanya batasan masalah dalam penelitian ini, diharapkan
dapat mempermudah dan menghindari salah pengertian serta mempertegas
ruang lingkup pembahasan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka yang akan menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pola
bimbingan terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun di Perum. BTN
(Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah ?”
8
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk : “Mengetahui hubungan antara
pola bimbingan terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun di Perum.
BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah.”
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan, khususnya dalam memahami hubungan antara pola
bimbingan dan pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun di Perum. BTN
(Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman empirik serta
memberikan layanan dan pembinaan bagi penulis untuk mencapai
kehidupan yang layak dengan ditunjang melalui sarana dan prasarana
yang memadai, memberikan kesempatan untuk mempraktekkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki tentang pentingnya pola bimbingan terhadap
pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun dan sebagai wawasan ilmu
pengetahuan di bimbingan dan konseling Islam, serta memenuhi tugas
akhir dari program strata satu.
9
b. Bagi akademis, diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran
mengenai pola bimbingan terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-12
tahun dan khususnya bagi jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI).
c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat, khususnya mengenai pola bimbingan terhadap pembentukan
akhlak anak usia 6-12 tahun.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini diadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa
skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat,
diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gunarto, Mahasiswa Fakultas Agama
Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013. Dengan judul Pola
Asuh Single Parent dalam Pembinaan Akhlak Anak di Desa Plembutan
Kecamatan Playen Gunung Kidul. Penelitian ini membahas tentang pola
asuh single parent dalam pembinaan akhlak anak di Desa Plembutan
Playen Gunung Kidul, kualitas akhlak anak yang mengalami pembinaan
akhlak pola asuh single parent, dan faktor-faktor yang menghambat
pembinaan akhlak. Adapun hasil dari penelitian ini adalah pola asuh
single parent memiliki kualitas ibadah kepada Allah dengan baik
sebanyak 7 anak, kadang-kadang beribadah dengan baik sebanyak 5 anak,
dan tidak pernah beribadah dengan baik sebanyak 10 anak. Sehingga
10
mayoritas anak yang mengalami pola asuh single parent tidak beribadah
dengan baik. Adapun akhlak kepada sesama manusia anak single parent
memiliki akhlak yang mulia sebanyak 8 anak, kadang-kadang mulia
sebanyak 3 anak, dan tidak tidak pernah berjalan dengan baik sebanyak
11 anak. Sehingga mayoritas anak yang mengalami pola asuh single
parent memiliki akhlak yang kurang baik dengan sesama. Sedangkan
anak yang memiliki akhlak baik terhadap orang tua sebanyak 6 anak,
kadang-kadang baik terhadap orang tua sebanyak 4 anak, dan tidak
pernah baik terhadap orang tua sebanyak 12 anak. Sehingga mayoritas
anak yang mengalami pola asuh single parent memiliki akhlak yang
kurang baik terhadap orang tua.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mazlan, Mahasiswa Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013. Dengan judul
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Ismuba Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 7
Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang pola asuh orang tua dan
motivasi belajar siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta,
serta prestasi belajar ISMUBA siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 7
Yogyakarta. Variabel pola asuh orang tua berada pada tingkat sedang. Hal
ini bisa dilihat dari hasil analisa deskriptif pada pembahasan sebelumnya
dengan jumlah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta
sebanyak 41 siswa berada pada kriteria sedang dengan persentase
11
32,28%. Variabel motivasi belajar siswa berada pada tingkat tinggi. Hal
ini bisa dilihat dari hasil analisa deskriptif dengan jumlah siswa kelas XI
SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta sebanyak 87 siswa berada pada
kriteria tinggi dengan persentase 68,50%. Variabel prestasi belajar
ISMUBA berada pada tingkat baik. Hal ini bisa dilihat dari analisa
deskriptif yang mana jumlah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 7
Yogyakarta terbanyak yaitu 106 siswa dengan persentase sebesar 83,46%.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tedapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
ISMUBA, dan terdapat pula pengaruh yang positf dan signifikan antara
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar ISMUBA.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Winarti, mahasiswa Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Universitas Islam Negeri (Syarif Hidayatullah Jakarta),
2011. Dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Pembentukan Akhlak Anak Usia 7-12 Tahun di Ketapang Tangerang.
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini adalah pola asuh orang tua
kepada anaknya dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang
tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan. Adapun hasil
dari penelitian kuantitatif ini mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua
berpengaruh positif terhadap pembentukan akhlak.
12
4. Penelitian yang dilakukan oleh Wildana Husada, Mahasiswa Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2013. Dengan
judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan
Remaja Pada Siswa Kelas XI MAN Wonokromo Pleret Bantul
Yogyakarta. Peneltian ini membahas tentang pola asuh orang tua dan
tingkat kenakalan remaja. Dari analisis data variabel pola asuh orang tua
dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua berkategori tidak baik 20,89%,
sedangkan pola asuh orang tua berkategori baik 79, 11%. Maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua siswa kelas XI MAN
Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta baik. Sedangkan dari analisis data
variabel tingkat kenakalan remaja maka terdapat 195 jawaban sangat
setuju, 698 jawaban setuju, 703 jawaban kurang setuju, dan 979 jawaban
tidak setuju. Setelah di prosentase maka tingkat kenakalan remaja sebesar
32,31% dan tingkat remaja tidak nakal 67,69%. Maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat kenakalan remaja kelas XI MAN Wonokromo Pleret
Bantul Yogyakarta rendah. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan tidak
ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kenakalan
remaja pada siswa kelas XI MAN Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta.
Dengan mencermati hasil dari penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yakni ketiga-tiganya membahas tentang pola asuh dari orang
tua. Akan tetapi penelitian diatas tidak menganalisis secara rinci
13
mengenai dampak pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan keagamaan
remaja seperti halnya yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini, akan diungkapkan dampak pola asuh orang tua terhadap
kedisiplinan keagamaan remaja dan analisis dari hasil penelitian, baik
dalam permasalahan aqidah, ibadah serta muamalah keseharian remaja di
lingkungan masyarakat.
G. Kerangka Berfikir
Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.
Ketika pola diberi arti bentuk/ struktur yang tetap, maka hal itu semakna dengan
istilah “kebiasaan.”11
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan yang
diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian
yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung
bebannya sendiri.12
Pola bimbingan yang dilakukan oleh orang tua kepada
anaknya sebagai proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada
setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
11
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Upaya
Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak), (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), cet. 1, h. 50. 12
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet. 3, h. 94.
14
terkandung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah, dan fitrah beragama itu akan berkembang secara
optimal kepada individu tersebut. Jika orang tua berupaya untuk mendidik dan
melatih anaknya dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak
atau orang-orang yang baik akhlaknya. Dan begitupun sebaliknya, ketika orang
tua tidak mampu menerapkan perilaku positif dengan akhlak yang baik, maka
akan berakibat buruk pada anak tersebut.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, jika pola bimbingan orang tua
diterapkan dengan baik, maka akan mempengaruhi baiknya pembentukan akhlak
anak. Namun, jika pola bimbingan orang tua tidak diterapkan dengan baik, maka
akan mempengaruhi buruknya pembentukan akhlak anak. Sehingga ada hubungan
antara pola bimbingan orang tua terhadap pembentukan akhlak anak.
Adapun kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam merumuskan
masalah ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum.
BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah
Pola Bimbingan Orang Tua
(Variabel X)
Pembentukan Akhlak Anak
(Variabel Y)
15
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.13
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan salah
satu kesimpulan ataupun dugaan sementara dari permasalahan yang diajukan serta
dibuktikan kebenarannya, untuk mendukung hipotesis maka terlebih dahulu perlu
penulis kemukakan bahwa, apabila orang tua dapat memberikan pola bimbingan
yang baik, maka pembentukan akhlaknya akan terbentuk dengan baik.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis kemukakan hipotesisnya
yaitu “Adanya Hubungan Pola Bimbingan Orang Tua Terhadap Pembentukan
Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah.”
Hasil dari kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari rumusan masalah
yang telah dibuat. Dan pada akhirnya berpedoman pada hipotesis yang telah
diajukan. Untuk melakukan uji hipotesis, penulis menggunakan hipotesis
assosiatif yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yang
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. 13, h. 64.
16
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Adapun hipotesis statistik
ini adalah :
Hipotesis nol : Tidak ada hubungan antara X dan Y
Hipotesis alternatif : Terdapat hubungan antara X dan Y
Ho: ρ = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha: ρ ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-)
dari nol berarti ada hubungan, ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang
dihipotesiskan.14
14
Ibid, h. 69.
17
BAB II
POLA BIMBINGAN TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA
6-12 TAHUN DI PERUM. BTN (BANK TABUNGAN NEGARA)
LAMPUNG TENGAH
A. Pola Bimbingan
1. Pengertian Pola Bimbingan
Pola menurut Syaiful Bahri Djamarah berarti corak, model, sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk/struktur yang
tetap, maka hal itu semakna dengan istilah “kebiasaan.”15
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai
dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya
sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.16
Sertzer dan Stone mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide
yang mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan,
mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan.
15
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Upaya
Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak), (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), cet. 1, h. 50. 16
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet. 3, h. 94.
18
Menurut Frank Parson, 1951, bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu untuk memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu
jabatan, serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.
Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau
beberapa individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Tujuannya adalah
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.17
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.”18
Menurut Rachman Natawidjaja menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta
kehidupan umumnya. Dengan demikian dapat mengecap kebahagiaan hidup dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.
17
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 13-14. 18
Ibid, h. 15.
19
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal
sebagai makhluk sosial.19
Dari beberapa pendapat di atas, menurut hemat penulis dapat disimpulkan
bahwa pola bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal
memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan
konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku,
agar mereka memperkembangkan potensi-potensi yang dimilikinya sendiri dalam
upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat menentukan
sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada
orang lain, dan bantuan itu dilakukan secara terus-menerus.
2. Macam-Macam Pola Bimbingan
Dalam pelaksanaan bimbingan, terdapat 3 macam pola bimbingan, yaitu :
a. Membimbing Terus Menerus
Anak, sebagaimana manusia lazimnya, juga sering salah dan lupa.
Dibanding dengan semua makhluk hidup, masa kanak-kanak manusia adalah
yang paling panjang. Ini semua kehendak Allah, agar cukup sebagai waktu
mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syari’at).
Saat itu, pena malaikat belum digunakan untuk mencatat amalnya,
sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, “Pena (malaikat pencatat
19
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islami, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 3, h. 6.
20
amal) diangkat dari tiga golongan,…(diantaranya) anak kecil sehingga baligh
(telah bermimpi basah).” (HR. Abu Dawud)
Mendidik dan membina anak itu perlu waktu, kesabaran dan
kesinambungan. Dengan begitu apa yang diajarkan dan latih akan secara
perlahan-lahan terserap ke dalam pikirannya, tertanam dalam jiwanya dan
terbiasa dalam perilakunya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah memilihkan waktu
pengajaran dan praktek shalat, sebagai perkara utama dalam Islam di waktu-
waktu istimewa dari usia anak. Itupun tidak sebentar, bermula dari usia tujuh
tahun hingga usia sepuluh tahun adalah saat orang tua mengajar dan
menyuruh anak-anaknya menunaikan shalat dengan benar. Tiga tahun
lamanya perkara itu harus ditanamkan. Barulah ketika usia sepuluh tahun
orang tua harus bersikap tegas terhadap anaknya yang mengabaikan shalat.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُىهُمْ وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ سِنِينَ
Artinya: “Perintahlah anakmu shalat ketika berusia tujuh tahun
dan pukullah mereka (jika enggan shalat) ketika berumur sepuluh
tahun.” (HR. Abu Dawud)
Ditegaskan lagi dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
نَسْأَلُكَ لا عَلَيْهَا وَاصْطَبِرْ بِالصَّلاةِ أَهْلَكَ وَأْمُرْ رِزْقًا نَرْزُقُكَ نَحْنُ لِلتَّقْىَي وَالْعَاقِبَتُ
Artinya: “Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha:
132)
21
Orang tua harus sabar dalam membina anak, jangan bosan-bosan
mengulang-ulang anjuran shalat kepada anak, selama tiga tahun. Sehingga
jika setiap waktu shalat orang tua mengingatkan anaknya agar shalat akan
terjumlah angka: 5 x 365 x 3 = 5475. Sebanyak 5475 kali orang tua menyuruh
anaknya untuk shalat, begitu juga perkara lainnya.
Inilah yang dipahami oleh sahabat mulia, Ibnu Mas’ud yang berkata
kepada para orang tua, “Biasakanlah mereka (anak-anak) dengan kebaikan,
karena kebaikan itulah yang akan menjadi adat (kebiasaan)!”20
b. Membimbing Secara Bertahap
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “Perintahlah anakmu
untuk shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika enggan
shalat) ketika berumur sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud). Didapatkan
sebuah dasar panduan utama yang cukup berkesan untuk membentuk akhlak
anak, ialah pendidikan secara bertahap. Karena setiap persoalan itu ada waktu
dan tempatnya sendiri-sendiri. Shalat yang merupakan tiang agama melewati
tiga fase dalam hidup anak :
1. Usia Dini
Ketika anak masih baru bisa melihat dan menyaksikan orang
tuanya shalat. Saat itu merekapun sudah berusaha menirukan gerakan-
20
Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak, (Jakarta: Al-I’tishom,
2004), h.102-103.
22
gerakan shalat. Sejak itu mereka sudah mulai bisa dibimbing dan diajari
cara shalat.
2. Usia Perintah
Yaitu saat menginjak usia tujuh tahun dan berlangsung hingga
usia sepuluh tahun, anak-anak sudah harus diperintah oleh orang tuanya
untuk menjalankan shalat.
3. Usia Boleh Dipukul
Yaitu setelah anak berusia sepuluh tahun hingga baligh. Jika
enggan shalat, orang tua boleh memukulnya.
Pembinaan secara bertahap jika dilakukan dan ditempuh dengan baik,
sabar dan kontinu oleh orang tua, anak-anak mereka akan tumbuh dan dewasa
sebagai manusia mulia.21
c. Memotivasi Anak
Menurut Muhammad Qutb dalam Manhajut Tarbiyah Al-Islamiyah,
motivasi adalah unsur penting dalam pembinaan dan tidak boleh disepelekan,
namun tidak boleh berlebihan. Memberi dorongan kepada anak memainkan
peranan penting dalam jiwa, memicu gerak positif konstruktif dan
mengungkap potensi dan jati dirinya yang terpendam. Sebagaimana ia dapat
meningkatkan kontinuitas kerja dan mendorongnya untuk terus maju ke arah
yang benar.
21
Ibid, h. 103.
23
Itulah yang dilakukan oleh Umar bin Khattab r.a. yang mendorong
anaknya agar berani berbicara dihadapan orang tua. Setelah diberitahu
Abdullah bahwa dia bisa menjawab pertanyaan Nabi tentang pohon di
lembah, Umar r.a. berkata “Kenapa kamu tadi tidak mengatakannya ? Kalau
tadi kamu mengatakannya saya lebih menyukainya daripada ini dan itu…”
“Saya tidak berani karena saya lihat Bapak dan Abu Bakar tadi diam.”
Kata Abdullah. (Fathul Bari, 13/153).22
3. Bentuk-Bentuk Bimbingan
Pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk membantu klien atau
anak bimbing untuk mengatasi peroblematikanya dalam berbagai bidang yang
dihadapinya. Pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan perkembangan
kehidupan manusia yang semakin kompleks, maka bimbingan dan konseling pun
berkembang sesuai kehidupan masyarakat.
Jika dilihat dari segi bidangnya, bimbingan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
a. Vocational Guidance
Vocational guidance yaitu bimbingan dalam memilih lapangan
pekerjaan atau jabatan/profesi, dalam mempersiapkan diri untuk memasuki
lapangan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan
22
Ibid, h. 94.
24
dalam bidang pekerjaan tertentu.23
Dewasa ini kerap digunakan “bimbingan
jabatan” atau “bimbingan karier.”
Bimbingan bidang vocational guidance merupakan bimbingan yang
berhubungan dengan masalah jabatan atau pekerjaan yang perlu dipilih oleh
klien sesuai dengan bakat dan kemampuannya untuk masa sekarang maupun
mendatang. Pemilihan dan pengambilan keputusan tentang jenis jabatan atau
pekerjaan didasari atas kesadaran masing-masing pribadi terbimbing terhadap
kemampuan serta personalitas seperti apa yang sesuai dengannya. Hal
tersebut perlu mendapatkan tekanan perhatian dari yang bersangkutan agar di
kemudian hari tidak mengakibatkan frustasi serta kegagalan dalam
pelaksanaan tugas hidupnya.
Bimbingan pekerjaan cukup berarti dalam kehidupan manusia,
sebagian besar dari pikiran dan waktu tercurahkan pada kepentingan
pekerjaan. Biasanya individu akan merasa frustasi dan tegang apabila tidak
merasa puas dalam pekerjaannya. Beberapa individu memutuskan untuk
mengganti bidang pekerjaannya karena alasan tersebut. Dalam masyarakat
tradisional, “memilih pekerjaan” kerap bukan masalah, karena anak biasanya
mengikuti tradisi keluarganya, di samping itu pula tidak banyak variasi dalam
bidang pekerjaan. Namun, lain halnya dengan masyarakat modern, kehidupan
masyarakat lebih kompleks dan bidang pekerjaan pun beraneka ragam.
23
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramedia, 1989),
h. 30.
25
Sehingga tidak cukup mempersiapkan anak-anak untuk bidang pekerjaan
yang begitu banyak jenis dan tuntutannya hanya dalam keluarga.
b. Educational Guidance
Educational guidance ialah bimbingan dalam hal menemukan cara
belajar yang tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan juga memilih
jenis/jurusan sekolah lanjutan yang sesuai.
Bimbingan dan konseling dalam bidang pendidikan (educational
guidance), berkenaan dengan pemberian bimbingan yang menyangkut
tentang pengambilan keputusan mengenai bidang studi yang akan dipilih
memiliki hubungan dengan kurikulum atau perguruan tinggi, serta fasilitas
lainnya.
Dalam bimbingan dan konseling edukasional tersebut, si pembimbing
perlu mendapatkan informasi-informasi dari para guru dan kepala sekolah
mengenai berbagai hal yang menyangkut minat, bakat, tingkat kemampuan,
serta kegiatan anak dalam belajar di dalam kelas maupun di luar kelas dan
sebagainya. Informasi tersebut sangat besar sekali gunanya.
Jelaslah kiranya bahwa pembimbing harus memiliki pengetahuan
yang sangat luas dan mengikuti perkembangan pendidikan sekolah.
Mendapat gambaran yang jelas mengenai situasi pendidikan memang bukan
hal mudah, tetapi klien mengandaikan bahwa pembimbing lebih tahu
daripada dirinya sendiri.
26
Di samping itu, seorang pembimbing yang membantu anak-anak
dalam studi mereka harus pandai menyelami jiwa anak-anak itu, jarang ada
anak yang hanya memperhatikan studinya di sekolah. Anak harus pula
memikirkan pergaulan dengan teman-teman sebayanya, hubungan dengan
orang tua, cita-cita hidup. Oleh karena itu, bimbingan belajar (educational
guidance) juga berhubungan dengan personal-social guidance.
c. Personal-Social Guidance
Personal-social guidance ialah bimbingan dalam menghadapi dan
mengatasi kesulitan dalam diri sendiri, apabila kesulitan tertentu berlangsung
terus dan tidak mendapat penyelesaiannya, terancamlah kebahagiaan hidup
dan akan timbul gangguan-gangguan mental. Di samping itu, juga kesukaran-
kesukaran yang timbul dalam pergaulan dengan orang lain (pergaulan sosial),
karena kesukaran semacam ini biasanya dirasakan dan dihayati sebagai
kesulitan pribadi.24
Perlunya jenis bimbingan ini kiranya tidak perlu dibuktikan, setiap
manusia, muda dan tua, mengetahui dari pengalaman sendiri bagaimana
perasaannya apabila permasalahan tertentu tidak diselesaikan. Menemukan
berbagai kesukaran sudah menjadi “nasib” manusia, semakin bertambah usia
seseorang maka semakin banyak pula permasalahan yang harus dihadapi.
Yang terpenting bukanlah menghindari kenyataan suatu masalah, melainkan
24
W.S. Winkel, Op.Cit. h. 35.
27
bagaimana sikap dan tindakan dalam menghadapi masalah tersebut. Jenis
bimbingan ini bisa juga disebut sebagai “bimbingan pribadi.”
Dalam memberikan personal-social guidance, seorang pembimbing
membutuhkan fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran yang besar. Disatu
pihak ia harus menunjukkan pengertian terhadap situasi konkret dari klien
(anak bimbing), dan dipihak lain ia harus membantu klien untuk mengambil
suatu manfaat dari berbagai pengalaman yang lampau dan melihat ke depan,
ke masa yang akan datang. “Bimbingan pribadi” termasuk dalam usaha-usaha
berikut ini.
1. Memberikan informasi kepada klien mengenai beberapa fase
perkembangan dan berbagai hal yang lazim dialami oleh anak-anak.
2. Mengatur dan memimpin diskusi kelompok mengenai masalah atau
kesulitan yang dialami oleh kebanyakan klien. Akan sangat
bermanfaat apabila ini disertai dengan tanggapan dari ahli bimbingan.
3. Membuka kesempatan yang luas untuk berwawancara dengan
konselor. Lajur pelayanan ini sangat bermanfaat.
4. Mengumpulkan data mengenai sifat-sifat kepribadian klien dan
mengenai pergaulan sosialnya di lingkungannya.
d. Mental Health Guidance
Mental health guidance (bimbingan dalam bidang kesehatan jiwa),
yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor
28
yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia akan memperoleh
ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti yang diharapkan.25
Di dalam usaha memperoleh “klasifikasi” ruhaniah, konselor kadang-
kadang memerlukan pendekatan psikoterapis (penyembuhan jiwa),
psikoanalitis (penganalisaan jiwa), klinis, dan juga pendekatan yang berpusat
pada keadaan pribadi klien (client centered approach).
Pendekatan client centered ini mula-mula dikenalkan oleh Carl
Rogers pada tahun 1942 dalam bukunya yang berjudul “Counseling and
Psychotherapy” yang menentang metode directive, karena menurut
pendapatnya, konseling yang baik dan efektif adalah apabila bertujuan tidak
untuk memecahkan suatu problem khusus, melainkan untuk membantu
seseorang agar mampu bertumbuh. Pendekatan yang demikian ini lebih
banyak menekankan pada unsur perasaan (emosional), atau aspek perasaan
dari situasi seseorang daripada aspek intelektual. Jadi, pendekatan semacam
ini sebenarnya lebih menekankan perhatian kepada sumber pola pandangan
hidup dalam pribadi masing-masing individu (internal and personal frame of
reference).
e. Religious Guidance
Religious guidance (bimbingan keagamaan) yaitu bimbingan dalam
rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan
25
Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), h. 46.
29
masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya. Dengan
menggunakan pendekatan keagamaan dalam bimbingan tersebut, klien dapat
diberi insight (kesadaran terhadap dialaminya) dalam pribadinya yang
dihubungkan dengan nilai keimananya yang mungkin pada saat itu telah
lenyap dari dalam jiwa klien.
Menurut Prof. H. M. Arifin, M.Ed., secara umum dapat disimpulkan
bahwa sebenarnya hanya ada tiga kategori pelayanan dalam bimbingan
tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Pelayanan yang membantu siswa agar dapat lebih memahami tentang
dirinya, terhadap kemungkinan perkembangannya, agar dapat dengan
mudah mengungkapkan perasaan tertekan dan harapan ke alam
sadarnya, serta melihat hal tersebut tanpa distorsi.
b. Pelayanan yang membantu kepada pertumbuhan/perkembangan
hidup sosial dan keterampilannya ke arah sikap dan perasaan senang
hidup bermasyarakat (berkelompok). Dalam hubungannya ini,
organisasi siswa akan dapat membantu sosialitas, individualitas,
perkembangan moralitas, dan sebagainya. Dengan bimbingan melalui
apa yang disebut group guidance (bimbingan kelompok), pertemuan-
pertemuan orientasi bagi siswa baru, pertemuan-pertemuan di
asrama-asrama, student centre, olahraga serta karyawisata dan
sebagainya, juga sangat membantu kepada pengembangan rasa sosial
mereka.
30
c. Pelayanan terhadap kebutuhan siswa dibidang kesehatan mental dan
fisik, keuangan dalam bentuk koperasi pinjam-meminjam, beasiswa,
student employment service (bagian urusan penempatan kerja) adalah
penting artinya bagi perkembangan studi mereka lebih lanjut.26
4. Langkah-Langkah Bimbingan
Dalam memberikan bimbingan kepada anak, terdapat pula beberapa
langkah-langkah yang mesti dilaksanakan. Adapun langkah-langkah memberikan
bimbingan sebagai berikut:
a. Langkah Identifikasi Anak
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejala
yang tampak. Dalam langkah ini, pembimbing mencatat anak-anak yang perlu
mendapat bimbingan dan memilih anak yang perlu mendapat bimbingan lebih
dahulu.
b. Langkah Diagnosis
Langkah diagnosis, yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang
dihadapi anak beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini, kegiatan yang
dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi terhadap anak,
menggunakan berbagai studi terhadap anak, menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data. Setelah data terkumpul, ditetapkan masalah yang dihadapi
serta latar belakangnya.
26
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 3, h.
58-60.
31
c. Langkah Prognosis
Langkah prognosis, yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan
yang akan dilaksanakan untuk bimbingan anak. Langkah prognosis ini
ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah
ditetapkan masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini,
ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan
berbagai faktor.
d. Langkah Terapi
Langkah terapi, yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah
prognosis. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu, proses yang
kontinu dan sistematis, serta memerlukn pengamatan yang cermat.
e. Langkah Evaluasi dan Follow-Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai dan mengetahui sejauh
manakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam
langkah follow-up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya
dalam jangka waktu yang lebih jauh.27
27
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet. III, h. 95-
96.
32
5. Tujuan Bimbingan
Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan.
b. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat.
c. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-
individu yang lain.
d. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan
kemampuan yang dimilikinya.
Secara lebih khusus, sebagaimana diuraikan Minalka (1971). Program
bimbingan dilaksanakan dengan tujuan agar anak bimbing dapat melaksanakan
hal-hal berikut:
a. Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuan
dirinya.
b. Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan
kerja, serta rasa tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja
tertentu.
c. Memperkembangkan kemampuan untuk memilih, mempertemukan
pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang
ada secara bertanggung jawab.
33
d. Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang
lain.28
Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan Islami membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.29
Menurut hemat penulis, tujuan bimbingan agama juga menjadi tujuan
dakwah Islam. Karena dakwah yang terarah adalah memberikan bimbingan
kepada umat Islam untuk betul-betul mencapai dan melaksanakan keseimbangan
hidup di dunia dan akhirat. Dengan demikian bimbingan agama Islam adalah
bagian dari dakwah Islam.
Dengan demikian, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga
menduduki fungsi sebagai konselor agama di tengah-tengah umatnya, demikian
pula para sahabat Nabi, para ulama, dimana mereka juga merupakan pembimbing
keagamaan dalam kehidupan masyarakat.
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar klien
atau peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih
lanjut. Sebagai manusia yang normal, di dalam setiap diri individu selain
memiliki hal-hal yang positif tentu juga memiliki hal-hal yang negatif. Pribadi
yang sehat yaitu apabila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya, dan
28
Ibid, Samsul Munir Amin, cet. 3, h. 39. 29
Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), h.
35.
34
mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan dirinya itu.
Jika seorang peserta didik mengenal dirinya kurang berprestasi dibandingkan
dengan kawan-kawannya, maka hendaknya ia tidak menjadi putus asa, rendah
diri, dan sebagainya, melainkan justru hendaknya ia harus lebih bersemangat
untuk mengejar ketertinggalannya itu, dan meraih prestasi pada bidang yang
diminatinya. Sebaiknya, bagi mereka yang tahu akan dirinya dalam satu hal lebih
baik dari kawan-kawannya, hendaknya tidak bersikap sombong atau berhenti
berusaha.
Demikian juga kita menemukan keadaan jasmani dan ruhani yang kurang
menguntungkan hendaknya tidak menjadi alasan untuk bersedih hati, merasa
rendah diri, dan sebagainya. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan
manusia dengan sebaik-baiknya, dan adanya kelebihan seseorang dari yang lain
memiliki maksud-maksud tertentu.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin: 4)30
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta
mengenal lingkungannya secara objektif, baik lingkungan sosial ekonomi,
lingkungan budaya yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma,
maupun lingkungan fisik dan menerima berbgai kondisi lingkungan itu secara
30
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit. 1076.
35
positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah
dan lingkungan alam dan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas
diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan
lingkungan dimana ia berada dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan itu
secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap dan berkelanjutan,
sebagaimana halnya dengan pengenalan diri, individu juga harus mampu
menerima lingkungannya sebagaimana adanya.31
6. Fungsi Bimbingan
Fungsi-fungsi yang terdapat dalam bimbingan adalah fungsi pemahaman,
fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan,
dan fungsi advokasi, yakni sebagai berikut:
a. Fungsi Pemahaman
Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini
meliputi:
1. Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta
didik sendiri, guru pada umumnya, dan guru pembimbing.
2. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di
dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta
31
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islami, (Jakarta: Amzah, 2015), cet. 3, h.
40-41.
36
didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru
pembimbing.
3. Pemahaman tentang lingkungan yang luas (termasuk di dalamnya
informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi
sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.
b. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan koseling yang akan
menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,
menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu
dalam proses perkembangannya. Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat
berfungsi pencegahan antara lain: program orientasi, program bimbingan
karier, program pengumpulan data, dan program kegiatan kelompok.32
c. Fungsi Pengentasan
Istilah fungsi pengentasan ini digunakan sebagai pengganti isilah
fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau
penyembuhan. Tidak digunakannya kedua istilah tersebut karena istilah itu
berorientasi bahwa peserta didik yang dibimbing (klien) adalah orang yang
“sakit” untuk mengganti istilah “fungsi perbaikan” yang mempunyai
konotasi bahwa peserta didik yang dibimbing (klien) adalah orang yang
“tidak baik” atau “rusak”.
32
Samsul Munir Amin, Op. Cit., h. 45-46.
37
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling pemberian label atau
berasumsi bahwa peserta didik atau klien adalah orang “sakit” atau “rusak”
sama sekali tidak boleh dilakukan. Pelayanan bimbingan dan konseling
berusaha membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan
dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan
terkembangkannya beberapa potensi dan kondisi positif peserta didik dalam
rangka perkembangan dirinya secara terarah, menetap, dan berkelanjutan.
Dalam fungsi ini, hal-ha yang dipandang sudah bersifat positif dijaga agar
tetap baik dan dimantapkan. Dengan demikian, peserta didik diharapkan
dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal.
e. Fungsi Advokasi
Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pembelaan (advokasi) terhadap peserta didik dalam rangka
upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk
mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing
fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan yang dilaksanakan
harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi
38
tersebut agar hasil yang hendak dicapai dapat diidentifikasi dan dievaluasi
dengan jelas.
Secara keseluruhan, jika semua fungsi tersebut telah terlaksana
dengan baik, dapatlah dikatakan bahwa peserta didik akan mampu
berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara optimal
pula.33
B. Pembentukan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Akhlak menurut bahasa adalah perangai, tingkah laku dan tabiat. Namun,
secara istilah makna akhlak adalah tata cara pergaulan atau bagaimana seorang
hamba berhubungan dengan Allah sebagai Khaliknya, dan bagaimana seorang
hamba bergaul dengan sesama manusia lainnya.34
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia akhlak adalah budi pekerti atau kesopanan.35
Menurut perspektif Islam, akhlak adalah salah satu perkara penting yang
harus diajarkan kepada anak-anak, sejak masa kanak-kanak hingga mereka
dewasa, semuanya sebagai bentuk kepedulian dan kepatuhan kepada ajaran yang
pernah dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
33
Ibid., h. 47. 34
Ummu Anas Sumayyah Bintu Muhammad Al-Ansyariyyah, Menggapai Surga Tertinggi
dengan Akhlak Mulia, (Bogor: Darul Ilmi, 2003), h. 17. 35
Helmawati, Pendidikan Keluarga (Teoritis dan Praktis), (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), cet. 1, h. 160.
39
“Menurut Miqdad Yaljan, akhlak adalah setiap tingkah laku yang
mulia, yang dilakukan oleh manusia dengan kemauan yang mulia dan
untuk tujuan yang mulia pula.”
“Menurut Ahmad bin Mohd Salleh, akhlak bukanlah tindakan yang
lahir (nyata), akan tetapi meliputi pemikiran, perasaan, dan niat baik
secara individu maupun kelompok masyarakat. Dan semua itu
mempunyai nilai etika dan prinsip-prinsipnya masing-masing
sebagaimana yang telah ditetapkan Allah terhadap manusia melalui
wahyu yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.”
“Menurut Ahmad Khamis, akhlak adalah ajaran sekumpulan peraturan
dan ketetapan, baik secara lisan ataupun tulisan yang berkenaan tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak sehingga dengan setiap
tindakandan perbuatan yang dilakukan itu menjadikannya sebagai
manusia yang baik.”
“Imam Al-Ghazaly mengatakan, bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguh-
sungguh, seandainya akhlak itu tidak bisa menerima perubahan, maka
batalah fungsi wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada pula
fungsinya hadits Nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu
sekalian”.”36
“Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai apakah perbuatannya baik atau buruk,
selanjutnya dia dapat memilih baik untuk melakukannya atau
meninggalkannya.”37
Para ulama juga menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki akhlak yang
baik, yakni: pemalu, jarang menyakiti, suka berbuat kebaikan, jujur, sedikit
bicara, banyak beramal, sedikit kesalahan, tidak banyak menonjolkan diri,
berbakti, menyambung kekerabatan, tenang, sabar, suka berterima kasih, ridha,
santun, menepati janji, dan menjaga harga diri. Tidak suka melaknat, mencela,
36
Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, juz, III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 54. 37
Muhammad Abdurrahman, Op. Cit, h. 8.
40
mengadu domba ataupun menggunjing. Tidak gegabah, dengki, bakhil, dan tidak
pula iri hati. Berwajah gembira dan murah senyum, mencintai karena Allah,
membenci karena Allah, ridha karena Allah dan marah karena Allah. Semua itu
termasuk definisi orang yang memiliki akhlak yang mulia dilihat dari sebagian
sifat-sifatnya.38
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memuji Nabi-Nya dengan kebaikan
akhlaknya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti
yang luhur.” (QS. Al-Qalam: 4)
Allah juga memerintahkan beliau agar berakhlak dengan akhlak yang
baik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
...
Artinya: “…Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah teman yang sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34)
Allah telah menjadikan akhlak mulia sebagai penyebab untuk
mendapatkan syurga yang tinggi.
38
Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy, Op. Cit, h. 307-309.
41
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:39
Artinya: “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari
Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang yang
berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali-Imran: 133-134)40
2. Macam-Macam Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para
Nabi dan orang-orang shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupakan sifat
syaithan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak dibagi menjadi dua
macam, antara lain:
a. Akhlak baik atau terpuji, dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Akhlak terhadap Tuhan, dibedakan menjadi dua yaitu:
a.) Akhlak terhadap Tuhan yang meliputi bertaubat, bersabar,
bersyukur, bertawakal, ikhlas, raja’, dan takut.
39
Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy, Minhajul Muslim (Pedoman Hidup Harian Seorang
Muslim), (Jakarta: Ummul Qura, 2014), cet. 1, h. 305-306. 40
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit, h. 98, 778 & 960.
42
b.) Akhlak buruk terhadap Tuhan yang meliputi takabur, musyrik,
murtad, munafiq, riya’, boros atau berfoya-foya, dan rakus atau
tamak.
2. Akhlak terhadap manusia, dibedakan menjadi dua yaitu:
a.) Akhlak baik terhadap sesama manusia, yang meliputi belas
kasihan atau sayang, rasa persaudaraan, memberi nasehat, suka
menolong, menahan amarah, sopan santun, dan suka memaafkan.
b.) Akhlak buruk terhadap sesama manusia, yang meliputi mudah
marah, iri hati atau dengki, mengadu-adu, mengumpat, bersikap
congkak, bersikap kikir, dan berbuat aniaya.41
3. Metode Pembentukan Akhlak
Dalam pembentukan akhlak, ditemukan metode yang berbeda,
diantaranya:
a. Metode yang berasal dari hasil analisis Muhammad Al-Ghazali terhadap
lima rukun Islam, yaitu rukun Islam telah menunjukkan dengan jelas,
bahwa dalam rukun Islam itu terkandung konsep pembentukan akhlak.
Rukun Islam yang pertama adalah mengucap dua kalimat syahadat, yaitu
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah. Kalimat ini mengandung pernyataan
bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk kepada aturan dan
tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan
41
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), h. 9-32.
43
Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang baik. Selanjutnya
rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat
yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan yang
keji dan mungkar, seperti firman Allah:42
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut: 45)43
b. Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan untuk
membentuk akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat
membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri dan
membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin dan
seterusnya. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat
adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke
jenjang yang lebih mulia.44
42
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), cet. 11, h.160. 43
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit. h. 635. 44
Abuddin Nata, Op.Cit. h. 161.
44
c. Rukun Islam yang keempat mengajarkan ibadah puasa, bukan hanya
sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas,
tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan
melakukan perbuatan keji yang dilarang. Selanjutnya rukun Islam yang
kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji ini pun nilai pembentukan
akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembentukan
akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya. Hal ini bisa
dipahami karena ibadah haji dalam Islam bersifat komprehensif yang
menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping harus menguasai
ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam
menjalankannya dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, serta
rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.
d. Metode pembentukan akhlak lainnya yaitu dengan cara senantiasa
menganggap diri ini lebih banyak kekurangannya daripada kelebihannya.
Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki
dirinya berakhlak mulia, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui
kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh
mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak
terwujud dalam kenyataannya.
e. Pembentukan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil
penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut
45
perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak, mereka lebih menyukai
kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran
akhlak dapat disajikan dalam bentuk permainan.45
f. Pembentukan akhlak juga bisa ditempuh dengan pembiasaan yang
dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus-menerus. Imam Al-
Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat
menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia
membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk itu
Al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara
melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika
seseorang menghendaki agar menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan
dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati
dan murah tangan menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.46
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah
amat popular. Pertama aliran nativisme, kedua aliran empirisme, dan ketiga aliran
konvergensi, yaitu sebagai berikut:
45
Ibid, h. 162-166. 46
Imam al-Ghazali, Kitab al-Arba’in fi Ushul al-Din, (Kairo: Maktabah al-Hindi, t.t.), h.190-
191.
46
1. Aliran nativisme, menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan akhlak seseorang adalah faktor pembawaan dari
dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-
lain.
2. Aliran Empirisme, menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan akhlak adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
3. Aliran konvergensi, menurut aliran ini, pembentukkan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan anak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang
baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui
berbagai metode.47
Pemikiran aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran Islam, hal
ini dapat dipahami dari ayat di bawah ini:
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl,
78)48
47
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) h. 166-167. 48
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit.h. 413.
47
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut harus
disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.
C. Anak
1. Pengertian Anak
Anak adalah sosok yang lemah, ia membutuhkan perlindungan dari orang
dewasa di sekitarnya, baik orang tua, kerabat, sekolah, lingkungan, hingga
pemerintah.49
“Al-Imam Al-Ghazali berkata di dalam Al-Ihya’, “Anak adalah
amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang suci merupakan permata tak
ternilai harganya, masih murni dan belum terbentuk. Dia bisa menerima
bentuk apapun yang diinginkan dan corak manapun yang diinginkan. Jika
dia dibiasakan pada kebaikan dan diajarinya, tentu dia akan tumbuh pada
kebaikan itu dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat.
Pahalanya juga bisa dinikmati orang tuanya, guru dan pendidiknya. Jika
dia diabaikan dibiarkan seperti layaknya hewan, maka dia akan menderita
dan rusak. Dosanya juga ada di pundak orang yang bertanggung jawab
mengurusnya.”50
Anak adalah amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak semua
orang mendapatkan anugerah tersebut, kecuali hanya orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Amanah tersebut harus dipelihara secara baik dan terus
menerus dengan memberinya pendidikan yang baik dan benar.51
49
Ayu Agus Rianti, Cara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Mendidik Anak, (Jakarta:
PT Elex Media, 2013), h. 185. 50
Haya Binti Mubarok Al-Barik, Op. Cit, h. 247. 51
Nurhasanah Namin, Kesalahan Fatal Keluarga Islami Mendidik Anak (Parenting Book
Islam), (Jakarta: Niaga Swadaya, 2016), cet. 1, h. 59.
48
Anak adalah buah hidup dan bunga yang harum dari rumah tangga,
harapan dan tujuan utama dari suatu pernikahan yang sah. Sabda Nabi berikut ini
menyatakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan telah terbentuk di dalam
dirinya suatu kemampuan dasar beragama yang disebut “fitrah”. Akan tetapi
perkembangannya bergantung pada usaha pendidikan yang dilakukan oleh para
pendidik, terutama orang tuanya.
Orang tua hendaknya memandang ke masa depan anak-anaknya. Bila
generasi masa depan tidak mengenal agama Islam, dapat dibayangkan betapa
kehidupan mereka akan dikuasai oleh hawa nafsu dan akhirnya merekapun
terjerumus ke jurang kehancuran dan kehinaan. Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam sendiri amat memperhatikan kehidupan masa depan sebagaimana
pesannya, “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu dijadikan untuk
menghadapi masa yang bukan masamu (yakni masa depan, sebagai generasi
pengganti).”
Di masa permulaan Islam, pengetahuan yang sangat diperlukan oleh
masyarakat saat itu adalah menulis, berenang, dan memanah. Bukan berarti
hanya tiga hal ini saja yang harus diajarkan kepada anak-anak kita. Namun hadits
ini memberikan pengertian bahwa hendaknya orang tua memberikan pendidikan
yang diperlukan dan dikehendaki masa dan keadaan,52
agar anak-anaknya
sanggup menjalani hidup dengan ilmu dan keterampilan terarah. Lebih lanjut
52
M. Fauzi Rachman, Op. Cit, h. 4.
49
dijelaskan bahwa dalam hal memberikan pendidikan ini, ibu harus memegang
peranan penting, karena ibulah sesungguhnya guru pertama bagi anak-anak kita.
Imam Al-Ghazali mengemukakan tentang thariqah al-tarbiyah (sistem
pendidikan) yang harus dilalui dalam mendidik anak yakni menyelamatkan anak-
anak dari neraka dunia dan neraka akhirat. Beliau berkata, “Anak itu amanat
Allah yang dipertaruhkan kepada kedua orang tua. Jiwa anak yang suci murni itu
bagai permata indah yang sangat sederhana, yang belum dibentuk. Ia menerima
segala bentuk rupa. Karena itu anak yang masih murni jika kita biasakan berjalan
ke jalan kebajikan, tentu sampai dewasa ia akan selamat. Sebaliknya jika anak-
anak kita dibiasakan ke jalan kejahatan dan melengahkan pendidikannya sebagai
pendidikan binatang, celaka dan sesatlah akhirnya.
Anak-anak hendaknya diawasi sejak permulaan tumbuhnya, sejak
dilahirkan hingga selesai masa menyusui. Apabila tanda-tanda tamyiz (baligh)
telah mulai tampak pada seorang anak, keadaannya perlu diawasi. Ketika itu sang
anak mulai memiliki perasaan malu dan berarti cahaya akal mulai bersinar
padanya. Dan inilah anugerah Allah dan berita gembira yang menyatakan bahwa
anak itu akan menjadi anak yang normal, yang seimbang antara kebersihan jiwa
dengan akhlaknya.
Selanjutnya, apabila telah nampak suatu budi pekerti yang utama dari
anak tersebut, hendaknya orang tua bergembira, baik dengan ucapan maupun
perbuatan. Jika sang anak melakukan kesalahan dan berusaha menutupinya,
janganlah orang tua membesar-besarkan kesalahan, hendaklah orang tua
50
menasihatinya dengan cara bijaksana. Tegasnya, anak-anak hendaknya dididik
dengan akhlak yang baik. Saat anak menjelang tamyiz, hendaklah diarahkan
untuk melakukan salat lima waktu, dilatih berpuasa, serta diperkenalkan kepada
hukum syara’ yang ringan-ringan.53
2. Metode Pendidikan Anak
Mendidik seorang anak merupakan suatu bentuk pekerjaan yang harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan bukan merupakan pekerjaan yang
mudah. Jangan pernah melalaikan dan melupakan pentingnya pendidikan agama,
akhlak pada anak-anak. Karena hal tersebut merupakan kewajiban sebagai orang
tua. Adapun metode pendidikan anak, yaitu sebagai berikut:
a. Mendidik dengan Keteladanan (al-tarbiyah bi al-qudwah)
Pengembangan metode keteladanan (al-tarbiyah bi al-qudwah) dalam
pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh untuk
mengembangkan kecerdasan anak baik emosional, moral, spiritual, dan etos
sosialnya. Dalam bidang pendidikan, dapat mengimplementasikan
keteladanan ke dalam pola-pola sebagai berikut:
1. Menumbuhkan teladan akhlak mulia anak.
2. Menumbuhkan teladan kerendahan hati anak.
3. Menumbuhkan teladan terhadap kekuatan fisik.
4. Menumbuhkan teladan dalam memegang prinsip.
53
Ibid., h. 5-6.
51
b. Mendidik dengan Adat Kebiasaan (al-tarbiyah bi al-‘adah)
Pembiasaan dalam mendidik anak mempunyai peranan untuk
menumbuhkan serta mengembangkan kecerdasan jiwa dalam menemukan
nilai-nilai ketauhidan yang murni, budi pekerti yang mulia, rohani yang
luhur, dan etika religious yang lurus. Dalam mendidik anak melalui kebiasaan
terdapat dua faktor yang mempengaruhi yaitu lingkungan keluarga dan
lingkungan sosial, kedua lingkungan tersebut mempunyai peran strategis
untuk mengubah perilaku atau kepribadian anak. Adapun metode yang dapat
mengambangkan kepribadian anak yaitu dengan pengajaran dan pembiasaan.
c. Mendidik dengan Nasihat (al tarbiyah bi al-mau’idzhah)
Metode nasihat (tausiah) dapat digunakan untuk mendidik akidah
anak dan mempersiapkan anak baik secara moral, emosional maupun sosial.
Nasihat mempunyai pengaruh yang besar dalam menumbuhkan kesadaran
diri anak terhadap hal-hal yang dapat mndorong anak menuju harkat dan
martabat yang luhur, mempunyai akhlak mulia serta tumbuhnya jiwa yag
didasari dengan nilai-nilai Islam.
Pada surat Al-Luqman, ayat 12-19 yang menceritakan pola
pendidikan anak dengan nasihat. Metode nasihat dalam Al-Qur’an
mengandung beberapa faktor pengajaran, antara lain:
52
1. Seruan untuk menyenangkan dengan upaya dan penolakan yang
lembut.
2. Nasihat dalam bentuk cerita atau perumpamaan yang mengandung
pelajaran.
3. Nasihat dalam bentuk wasiat.
d. Pendidikan dengan Pengawasan (al-tarbiyah bi al-muldhazah)
Metode pengawasan yang merupakan mencurahkan perhatian penuh
dan mengikuti perkembangan anak dalam aspek akidah dan moral anak,
memantau kesiapan mental dan sosial anak serta mendampingi anak dalam
berbagai situasi lingkungan sosialnya.54
Landasan pola pendidikan
pengawasan tersebut dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang menyatakan:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-
Tahrim: 6)55
54
Nurhasanah Namin, Kesalahan Fatal Keluarga Islami Mendidik Anak (Parenting Book
Islami), (Jakarta: Niaga Swadaya, 2015), cet. 1, h. 63-64. 55
Departemen Agama Republik Indonesia, Op.Cit. h. 951.
53
Metode pengawasan dapat mengembangkan kecerdasan anak menuju
manusia yang sempurna (insan kamil). Selain itu, Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam mengembangkan metode pengawasan dan perhatian
terhadap anak-anak melalui beberapa hal, sebagai berikut:
1. Perhatian pada aspek keimanan anak.
2. Perhatian pada aspek moral anak.
3. Perhatian pada aspek jasmani anak.
4. Perhatian pada aspek sosial anak.
5. Perhatian pada aspek spiritual anak.
e. Metode Pemberian Hukuman (al-tarbiyah bi al-uqubah)
Metode pemberian hukuman pada anak berbeda dengan pemberian
hukuman pada orang-orang secara umumnya. Hukuman untuk anak bersifat
memotivasi dalam mengembangkan potensi sehingga penerapan metode
hukuman tersebut diperbolehkan dengan mengikuti beberapa syarat sebagai
berikut:
1. Bersikap lemah lembut dan kasih sayang dalam membenahi
kesalahan anak.
2. Menerapkan hukuman secara bertahap dari yang ringan hingga yang
paling keras.
3. Menunjukkan kesalahan anak dengan berbagai pengarahan.
4. Menunjukkan kesalahan anak dengan memberikan isyarat.
5. Menunjukkan kesalahan anak dengan kecaman.
54
6. Tidak menunjukkan kesalahan anak dengan memutuskan hubungan
(tidak mengacuhkan).
7. Menunjukkan kesalahan dengan memukul.56
3. Tugas Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun
Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan
penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan
intelektual di samping emosional juga mengalami perkembangan. Tugas
perkembangan hidup keagamaan pada anak tingkat usia sekolah dasar nampak
sebagai berikut:
1. Pada usia 6 tahun pengertiannya terhadap agama menjadi makin kuat,
apalagi apabila praktik ibadah selalu diberikan kepada mereka, maka
sikap tersebut akan semakin kuat. Hubungannya dengan Tuhan sangat
bersifat pribadi (personal), mereka senang berdoa dengan sepenuh hati.
Mereka berusaha menyesuaikan tingkah lakunya menurut kehendak
Tuhan, juga menurut kehendak orang tuanya.
2. Pada usia 7 s.d 10 tahun, mereka mulai memperoleh sikap yang lebih
matang. Mereka lebih ingin mengetahui tentang Tuhan, dan banyak
mengajukan tentang hal tersebut. Mereka telah mengerti bahwa orang
yang baik akan masuk surga dan orang yang jahat akan masuk neraka.
Dan periode ini merupakan masa-masa peka terhadap bimbingan agama,
oleh karenanya sangat mudah dipengaruhi oleh pembimbing agama.
56
Nurhasanah Namin, Op Cit. h. 65.
55
3. Pada usia 10 s.d 12 tahun, anak telah benar-benar dapat menghayati cerita
serta peristiwa-peristiwa yang mengandung keghaiban (spiritual) seperti
kematian dan sebagainya. Dan dia senantiasa berusaha mengakrabkan
dirinya dengan Tuhan melalu doa atau sembahyang.57
4. Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian.
5. Pandangan dan paham ketuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan
kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta
sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya.
6. Penghayatan secara rohaniah makin mendalam, melaksanakan kegiatan
ritual diterima sebagai keharusan moral.58
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Agama pada Anak
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu
melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development of Relis on
Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui
tiga tingkatan, yaitu:
a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada
tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi
dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke-
57
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden
Terayon Press, 1982), cet. 1, h. 51. 58
Achmad Juntika Nurihsan, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja (Tinjauan
Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011), cet. 2, h. 57.
56
Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan
masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi, hingga dalam
menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantasi yang
diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.
b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga ke usia
(masa usia) adolesense. Pada masa ini, ide ke-Tuhanan anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas).
Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran
agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide keagamaan anak
didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep
Tuhan yang formalis.
Berdasarkan hal itu, maka pada masa ini anak-anak tertarik dan
senang pada lembaga keagamaan yang mereka lihat dikelola oleh orang
dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan
mereka ikuti dan pelajari dengan penuh minat.
c. The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling
tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang
individualistis ini terbagi atas tiga golongan, yaitu :
57
1. Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan
dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh
pengaruh luar.
2. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam
pandangan yang bersifat personal (perorangan).
3. Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistic. Agama telah menjadi
etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor intern, yaitu
perkembangan usia dan faktor ekstern berupa pengaruh luar yang di
dalamnya.
Dorongan keberagamaan merupakan faktor bawaan manusia. Apakah
nantinya setelah dewasa seseorang akan menjadi sosok penganut agama yang
taat, sepenuhnya tergantung dari pembinaan nilai-nilai agama oleh kedua
orang tua. Keluarga merupakan pendidik dasar bagi anak-anak, sedangkan
lembaga pendidikan hanyalah sebagai pelanjut dari pendidikan rumah
tangga.59
59
Jalaludin, Psikologi Agama (Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip
Psikologi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 16, h. 66-67.
58
BAB III
METODE DAN TEHNIK PENELITIAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul “Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan Akhlak
Anak Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung
Tengah.” Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami maksud dan
tujuan serta ruang lingkup pembahasan, terlebih dahulu akan penulis jelaskan
beberapa kata istilah yang terkandung dalam judul tersebut, hal ini selain
dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman, juga untuk mengarahkan pada
pengertian yang jelas sesuai dengan yang dikehendaki penulis.
Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah:
Pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap.
Keika pola diberi arti bentuk/struktur yang tetap, maka hal itu semakna dengan
istilah “kebiasaan.”60
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai
dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya
60
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Upaya
Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak), (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), cet. 1, h. 50.
59
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya
sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.61
Pola bimbingan yang penulis maksudkan di sini adalah pola bimbingan
yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya mengenai membimbing terus
menerus, membimbing secara bertahap dan memotivasi anak agar individu
tersebut dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ke dalam
dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan Sunnah, serta fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka
individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi
dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga berfungsi
untuk mengabdi kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga penulis hanya
berfokus untuk melakukan penelitian terhadap warga Muslim yang terdapat di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah.
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh
dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-
61
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), cet. 3, h. 94.
60
sungguh dan konsisten.62
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi
bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan dengan sendirinya. Potensi
rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah,
nafsu syahwat, fitrah, kata hati, dan hati nurani dibina secara optimal dengan cara
pendekatan yang tepat.
Pembentukan akhlak yang penulis maksudkan di sini adalah pembentukan
akhlak yang dilakukan oleh orang tua, mencakup ibu dan bapak kepada anaknya
dengan cara pembinaan akhlak terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan akhlak
kepada manusia yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, jika orang tua
berupaya untuk mendidik dan melatih anaknya dengan sungguh-sungguh, maka
akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya. Karena
pada pelaksanaannya pembinaan akhlak ini lebih mendahulukan pembinaan jiwa
daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan menghasilkan
perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah
menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan seorang anak.
Menurut Supraptini, anak usia 6-12 tahun adalah masa kanak-kanak akhir
dan anak sekolah.63
Anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang berada
dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki lingkungan lain
62
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 158. 63
Achmad Juntika Nurihsan dan Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja
(Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan), (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), cet. 2, h. 19.
61
selain keluarga. Sedangkan menurut Santrock, anak usia sekolah biasa disebut
anak usia pertengahan. Periode usia tengah merupakan periode usia 6-12 tahun.64
Pada fase ini, anak mulai memiliki kemampuan kemandirian ketika berada
di luar lingkungan rumah terutama di sekolah akan semakin besar. Beberapa
masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan anak sudah mampu
menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada. Rasa tanggung
jawab dalam menyelesaikan tugas sudah mulai ada, anak lebih banyak
mengembangkan kemampuannya dalam interaksi sosial, belajar tentang nilai
moral dan budaya dari keluarga serta mulai mencoba untuk mengambil bagian
peran dalam kelompok bermain dan lingkungannya. Oleh sebab itu, ruang lingkup
kehidupan bertetangga penulis banyak terdapat anak-anak usia sekolah, baik laki-
laki maupun perempuan, sehingga penulis ingin meneliti semaksimal mungkin,
bagaimana perkembangan anak usia sekolah di lingkungan perumahan yang
penulis tempati saat ini.
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah adalah
perumahan yang terdapat di Lampung Tengah, berdekatan dengan PT. Humas
Jaya Agrotama, dan pada pelaksanaannya penulis lebih menekankan untuk
meneliti pada orang tua yang memiliki anak dengan usia 6-12 tahun, dikarenakan
sumber data yang akan diteliti tersedia, dan faktor utamanya adalah karena
64
“Konsep Anak Usia Sekolah” (On-line), tersedia di:
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1002106034-3-BAB%202.pdf (30 Oktober 2016).
62
sumber yang akan diteliti masih berada didalam lingkungan dari kediaman
penulis saat ini.
Dengan demikian, maksud judul skripsi ini adalah untuk melakukan
penelitian mengenai bagaimana proses membimbing terus-menerus, membimbing
secara bertahap, dan memotivasi anak agar ia dapat mengembangkan potensi atau
fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ke dalam dirinya, sehingga ia dapat
hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, setelah
fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat
menciptakan hubungan yang baik dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan
manusia dan alam semesta. Yang kemudian akan penulis teliti pada orang tua
yang memiliki anak dengan usia 6-12 tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) Lampung Tengah.
B. Jenis dan Sifat Penelitian
Metode adalah “cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan.” Sedangkan
penelitian adalah “pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah
yang pemahamannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.”65
65
Cholid Norobuko dan Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997), h. 1.
63
Untuk mendapatkan data yang diinginkan, agar dapat mendukung kesempurnaan
penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Apabila dilihat dari jenis tempat penelitian dilaksanakan, maka
penelitian ini digolongkan pada penelitian (field research) yaitu penelitian
lapangan, disebut juga penelitian kancah. Suatu penelitian kancah
kehidupan atau lapangan kehidupan masyarakat yang mempunyai tujuan
mengumpulkan data dan informasi tentang masalah tertentu mengenai
kehidupan masyarakat yang menjadi objek penelitian.66
Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan (field research) dengan metode kuantitatif
(quantitative research) yaitu jenis penelitian yang mempergunakan data
angka dengan berbagai klasifikasi dalam bentuk persentase, frekuensi,
nilai rata-rata, dan sebagainya yang diolah secara matematis dengan
rumus-rumus statistik.67
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari segi sifatnya penelitian ini bersifat inferensial, artinya
penelitian yang mengungkapkan masalah, keadaan atau peristiwa, disertai
dengan penilaian secara menyeluruh dan mendalam dari sudut pandangan
ilmu yang relevan, dihubungkan dengan teori, hukum atau prinsip-prinsip
yang berlaku. Ada pengujian hipotesis, sehingga dari bahan-bahan yang
66
Wardi Bahtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.t.), h. 14. 67
Marzuki, Metodologi Riset (Panduan Penenelitian Bidang Bisnis dan Sosial), (Yogyakarta:
Ekonisia, 2005), cet. 1, h. 15-16.
64
diperoleh dapat ditarik kesimpulan umum yang dapat dijadikan dasar
deduksi untuk menghadapi hal-hal khusus.68
Sedangkan subjek yang diteliti yaitu Warga di Perum. BTN (Bank
Tabungan Negara) Lampung Tengah, dengan keluarga yang memiliki
anak dengan usia 6-12 tahun.
C. Alasan Memilih Judul
Ada beberapa alasan yang melatar-belakangi sehingga penelitian ini
dilakukan, yaitu :
1. Penduduk yang bertempat tinggal di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) sebagian besar bekerja sebagai karyawan atau pekerja kontrak di
PT. Humas Jaya Agrotama. Di Perum. BTN sendiri banyak terdapat
pasangan suami isteri yang memiliki anak dengan usia 6-12 tahun. Ini
yang membuat penulis tertarik untuk meneliti, dikarenakan penulis ingin
mengetahui lebih dalam bagaimana cara orang tua mengasuh, dan
mendidik anak-anaknya terkait dengan pembentukan akhlaknya. Apakah
pendidikan dasar tersebut diajarkan langsung oleh kedua orang tuanya,
ataukah dilimpahkan kepada pengasuh/penitipan anak yang mayoritas
banyak dijumpai di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung
Tengah.
68
Ibid, h. 15.
65
2. Ketertarikan penulis mengenai pola bimbingan dalam mendidik akhlak
anak dan memilih anak usia 6-12 tahun dalam penelitian, karena peranan
bimbingan sangat dibutuhkan dalam pembentukan kepribadian seorang
anak, terlebih seorang anak mampu menyerap secara maksimal apabila
bimbingan mengenai pembentukan akhlak tersebut diajarkan sejak
dini/anak-anak.
3. Tersedianya referensi, data, dana, waktu, dan lain sebagainya yang ada
kaitannya dengan judul yang penulis teliti, terlebih lagi judul yang penulis
teliti ada relevansinya dengan jurusan yang penulis ambil selama kuliah di
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.69
Populasi
dalam penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai-nilai karakteristik tertentu
dalam penelitian.70
69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. 14, h. 80. 70
Hadiri Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1997), h. 141.
66
Adapun populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik tertentu,
yaitu: (1) Orang tua yang beragama Islam, (2) Orang tua yang memiliki anak
dengan usia 6-12 tahun, sehingga populasi dalam penelitian ini sebanyak 611
kepala keluarga. Dan karakteristik selanjutnya, yaitu: (1) Anak-anak yang
beragama Islam, (2) Anak-anak dengan usia 6-12 tahun, sehingga populasi
dalam penelitian ini sebanyak 604 anak dengan usia 6-12 tahun di Perum.
BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 20 Februari-20 Maret 2017 di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) Lampung Tengah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dari suatu penelitian.71
Dengan kata lain teknik pengambilan
sampel adalah menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.72
Mengingat jumlah orang tua yang memiliki anak usia 6-12 tahun di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah cukup banyak dan
karena keterbatasan waktu maka penarikan sampel dilakukan dengan metode
cluster sampling (area sampling), yaitu digunakan untuk menentukan sampel
bila yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Untuk menentukan
71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 95. 72
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 82.
67
penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Teknik
sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang
yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara
bergerombol (cluster), dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub
popuasi yang lebih kecil. Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara
acak sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini jumlah sampel
ditentukan dengan menetapkan sampel penelitian untuk meneliti Pola
Bimbingan Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum.
(BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah. Perum. BTN dibagi
menjadi 5 Blok, terdiri dari Blok B (B1-B4), Blok C (C1-C15), Blok D (D1-
D10), Blok E (E1-E5). Dari 5 Blok dipilih 1 Blok, yakni Blok C sebagai
populasi dari sampling. Dari Blok ini dipilih Blok C6, C11, C12, C13, C14,
C15 sebagai populasi dari sampel. Dari 6 Blok C dipilih 50 kepala keluarga
yang mempunyai anak dengan usia 6-12 tahun sebagai sampel penelitian.73
73
Sugiyono, Op.Cit. h. 83-84.
68
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Sugiyono adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel independen
(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Menurut Sugiyono :
1. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).
2. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.74
Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah pola
bimbingan (Variabel X) yang terdiri dari :
1. Membimbing terus menerus (X1).
2. Membimbing secara bertahap (X2).
3. Memotivasi anak (X3).
74
Ibid, h. 38-39.
69
b. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah
pembentukan akhlak (Variabel Y) yang terdiri dari :
1. Akhlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (Y1).
2. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (Y2).
3. Akhlak kepada diri sendiri (Y3).
4. Akhlak dalam keluarga (Y4).
5. Akhlak bertetangga/ bermasyarakat (Y5).
6.
Gambar 2. Contoh hubungan variabel independen dan dependen
F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator
Pola
Bimbingan
Orang Tua
(Variabel X)
(1)
Membimbing
1. Mengajarkan akhlak kepada anak
2. Membiasakan anak mengucapkan
“terima kasih” ketika diberi sesuatu
oleh orang tua maupun orang lain
3. Menanamkan kepada anak untuk cinta
Pola Bimbingan Orang Tua
(1) Membimbing Terus
Menerus (X1)
(2) Membimbing Secara
Bertahap (X2)
(3) Memotivasi Anak
(X3)
(Variabel Independen)
Pembentukan Akhlak Anak
(1) Akhlak kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala (Y1)
(2) Akhlak kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam (Y2)
(3) Akhlak kepada Diri Sendiri (Y3)
(4) Akhlak dalam Keluarga (Y4)
(5) Akhlak Bertetangga/
Bermasyarakat (Y5)
(Variabel Dependen)
70
Terus Menerus kepada Allah dan Rasul-Nya
4. Membiasakan anak untuk selalu
berdoa setiap melakukan aktivitas
5. Mengajarkan anak mengenai bacaan
atau ayat Al-Qur’an, akhlakul karimah
sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam
6. Membiasakan bersikap adil kepada
anak dalam pemberian
7. Membiasakan anak untuk melakukan
shalat ketika usianya mencapai 7 tahun
8. Mengajarkan anak-anak untuk selalu
berdoa setiap saat, sehingga tertanam
rasa takut dan harap hanya kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala
9. Melatih anak untuk menghormati
orang tua
10. Memberi nafkah yang halal dan thoyib
(baik) kepada anak
11. Membimbing anak dengan penuh
kasih sayang
12. Mengajarkan anak mengenai adab
meminta izin
13. Orang tua berbuat adil kepada semua
anaknya
(2)
Membimbing
Secara Bertahap
1. Mengajarkan dan menanamkan pada
diri anak untuk membiasakan menutup
aurat, dan berpenampilan sesuai
dengan syari’at Islam
2. Menjadikan anak sebagai teladan yang
baik bagi lingkungan disekitarnya
3. Mengajarkan kepada anak untuk
menghidupkan tradisi dalam
bermusyawarah
4. Memberikan rasa sayang dalam
mendidik anak
5. Orang tua semestinya memiliki dasar
pengetahuan akhlak yang baik, agar
mampu mengarahkan dan
membimbing anaknya
(3) 1. Mengajarkan anak cara berbicara yang
santun
71
Memotivasi Anak 2. Membiasakan anak berkata jujur
3. Mengajarkan kepada anak untuk
menjaga rahasia orang lain
4. Mengajarkan kepada anak untuk
menjauhkan diri dari perilaku dengki
dan iri hati
Pembentukan
Akhlak Anak
(Variabel Y)
(1)
Akhlak Kepada
Allah Subhanahu
Wa Ta’ala
1. Membiasakan anak untuk
mengerjakan ibadah shalat, puasa, dan
sedekah
2. Mengajarkan anak membaca Al-
Qur’an
3. Mengingatkan anak, bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta’ala selalu melihat
perbuatan kita
4. Mengajarkan anak untuk berusaha
semaksimal mungkin mendapatkan
apa yang diinginkan dengan berdoa
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
5. Membiasakan anak untuk membaca
“Basmalah”, jika hendak makan atau
minum sesuatu
(2)
Akhlak Kepada
Rasulullah
Shallallahu Alaihi
Wasallam
1. Membiasakan anak untuk bershalawat
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam
2. Mengajarkan anak berwudhu
3. Membiasakan anak untuk makan dan
minum dengan menggunakan tangan
kanan
(3)
Akhlak Kepada
Diri Sendiri
1. Mengajak anak untuk mendengarkan
ceramah agama
2. Mengajarkan sikap disiplin kepada
anak
3. Mengajarkan anak untuk bersabar
dalam menghadapi kesulitan
4. Mengajarkan anak untuk menjadi
pemaaf
(4) 1. Menanamkan dalam diri anak rasa
saling menyayangi dalam keluarga
2. Membiasakan anak untuk mencintai
72
Akhlak dalam
Keluarga
kedua orang tuanya
(5)
Akhlak
Bertetangga/
Bermasyarakat
1. Memilihkan teman atau lingkungan
yang Islami kepada anak
2. Menanamkan pada anak rasa saling
menyayangi kepada temannya
3. Membiasakan anak untuk berkata
sopan dan baik
4. Mengajak anak untuk bersilaturahmi
ke rumah kerabat atau saudara
5. Mengajarkan anak untuk bersikap
ramah tamah
6. Mengingatkan kepada anak agar tidak
berlebihan ketika bersenda gurau,
sehingga tidak menyakiti hati orang
lain
7. Mengajarkan anak untuk mengunjungi
orang yang sedang sakit
8. Mengajarkan anak agar senantiasa
meminta izin ketika hendak memasuki
rumah, meminjam sesuatu dan lain
sebagainya
Sumber: Penulis
G. Metode Pengumpul Data
Metode pengumpul data adalah teknik yang dipakai dalam mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini. Karena penelitian ini
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mencari sumber data warga, maka
untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini penulis
menerapkan metode pengumpul data sebagai berikut :
73
Pengumpulan data adalah suatu langkah dalam suatu aktifitas, sebab
kegiatan ini sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian, karena validitas
nilai sebuah penelitian sangat ditentukan oleh data. Penulis mencari data yang
dibutuhkan dengan menggunakan tiga cara yaitu:
1. Angket
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.75
Yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah para orang tua yang mempunyai anak dengan usia 6-12
tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah.
Tabel 2
Skala Likert Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan Akhlak
Kategori Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
75
Ibid, h. 142.
74
2. Observasi
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki, tanpa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan meskipun obyeknya orang, misal melihat cara pelayan
toko meladeni calon pembeli, kesibukan karyawan di suatu pabrik, dan
sebagainya.76
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi:
1. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
2. Observasi Non Partisipan (Non Participant Observation)
Peneliti dalam hal ini menggunakan metode observasi berperan serta
(participant observation) merupakan metode yang digunakan oleh peneliti,
dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data dan ikut merasakan suka dukanya.77
Metode observasi berperan
serta (participant observation) ini penulis gunakan sebagai metode utama
karena disini penulis terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian, dengan
76
Marzuki, Metodologi Riset (Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial), (Yogyakarta:
Ekonisia, 2005), cet. 5, h. 62. 77
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), cet. 13, h. 145.
75
observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,
dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak
untuk memperoleh data tentang Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan
Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan ke objek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan, buku
harian, notulen rapat, majalah, buletin dan sebagainya.78
Penelitian lapangan yang akan dilaksanakan, informasi yang
berbentuk dokumen sangat relevan karena tipe informasi ini bisa
menggunakan berbagai bentuk dan dijadikan sebagai sumber data yang
eksplisit. Adapun jenis-jenis dokumen tersebut seperti surat, memorandum,
pengumuman resmi, penelitian yang sama, kliping-kliping yang baru dan
artikel yang muncul di media masa, maupun laporan peristiwa lainnya.79
Dalam mencari data profil Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah, sarana dan prasarana, serta laporan kegiatan, penulis
menggunakan alat pengumpul data berupa dokumen.
78
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.
70. 79
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain Metode, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h. 103-105.
76
H. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang telah dikumpulkan
diolah melalui beberapa tahap yaitu dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Maka langkah
berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman inti,
proses dan peryataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada didalamnya,
maksudnya untuk melihat porsi setiap pendapat atau alternatif jawaban yang
dihitung dengan persentase.80
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Dalam menganalisa hasil penelitian metode yang digunakan adalah metode
statistik inferensial yaitu statistik yang mencakup semua metode yang
berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada
peramalan atau penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan gugus data
induknya.81
Metode analisis statistik inferensial ini yang akan penulis gunakan untuk
mengetahui pola bimbingan terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-12 tahun
di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah. Di samping itu
penulis juga menggunakan rumus Spearman Rank dalam menganalisa data yang
telah didapatkan dari responden, untuk menentukan korelasi antara faktor pola
80
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 64. 81
Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.
5.
77
bimbingan (X) dan pembentukan akhlak (Y). Adapun rumus untuk mencari
korelasi dengan Spearman Rank, yaitu jika pengamatan dari 2 variabel X dan Y
adalah dalam bentuk skala ordinal, maka derajat korelasi dicari dengan koefisien
korelasi Spearman Rank. Dalam hal ini, penulis menggunakan program SPSS
17,0, maka langkah pengerjaannya sebagai berikut :
1. Buka program SPSS 17,0, buat dua buah variabel yaitu variabel Pola
Bimbingan dan Pembentukan Akhlak, kemudian input datanya.
2. Klik dari menu bar Analyze – Correlate – Bivariate, masukan variabel
Pola Bimbingan dan variabel Pembentukan Akhlak ke kotak variabel,
kemudian tandai Spearman pada kotak pilihan Correlation Coefficients.
3. Kemudian klik OK, maka akan muncul outputnya.82
Selain itu, penulis juga menggunakan skala likert yaitu untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai
82
Rostina Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 208-
209.
78
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, untuk keperluan analisis
kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor misalnya :83
Tabel 3
Skala Likert
Sangat Tidak
Setuju (STS)
Tidak Setuju
(TS)
Netral / Ragu
(N)
Setuju
(S)
Sangat Setuju
(SS)
1 2 3 4 5
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan
skala 1-5, dengan dimensi yang tercermin dalam daftar pertanyaan
memungkinkan orang tua (responden) mengekspresikan tingkat pendapat
mereka. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi
keandalannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau “tidak”.84
Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, dimana
hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel dianalisis berdasarkan variabel
bimbingan yang selanjutnya dapat dilihat polanya terhadap pembentukan akhlak
anak usia 6-12 tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah.
83
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
cet. 13, h. 93-94. 84
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung : CV. Alfabeta, 2008), h. 261.
79
Selain itu, penulis juga menggunakan instrument penelitian untuk
menjaring data ordinal, dengan memberikan rangking pada skor yang telah
dihitung oleh penulis berdasarkan hasil yang didapatkan dari skala likert.85
I. Pengolahan Uji Instrumen
Data yang diperoleh dari bab ini merupakan data primer yang diperoleh
melalui metode kuesioner, jadi data yang dianalisa berupa jawaban angket yang
telah disebar pada orang tua yang mempunyai anak dengan usia 6-12 tahun di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah. Adapun populasi
dalam penelitian ini memiliki karakteristik tertentu, yaitu: (1) Orang tua yang
beragama Islam, (2) Orang tua yang memiliki anak dengan usia 6-12 tahun,
sehingga populasi dalam penelitian ini sebanyak 611 kepala keluarga. Dan
karakteristik selanjutnya, yaitu: (1) Anak-anak yang beragama Islam, (2) Anak-
anak dengan usia 6-12 tahun, sehingga populasi dalam penelitian ini sebanyak
604 anak dengan usia 6-12 tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah.
Sedangkan sampelnya ditentukan dengan menetapkan sampel penelitian
untuk meneliti Pola Bimbingan Terhadap Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12
Tahun di Perum. (BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah. Perum. BTN
dibagi menjadi 5 Blok, terdiri dari Blok B (B1-B4), Blok C (C1-C15), Blok D
(D1-D10), Blok E (E1-E5). Dari 5 Blok dipilih 1 Blok, yakni Blok C sebagai
85
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Op. Cit, h. 101.
80
populasi dari sampling. Dari Blok ini dipilih Blok C6, C11, C12, C13, C14, C15
sebagai populasi dari sampel. Dari 6 Blok C dipilih 50 kepala keluarga yang
mempunyai anak dengan usia 6-12 tahun sebagai sampel penelitian.86
J. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Validitas Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Untuk menguji validitas alat ukur digunakan rumus korelasi Product
Moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus :
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 𝛴 𝑋𝑌 ‒ 𝛴 𝑋 (𝛴 𝑌)
(𝑛 𝛴 𝑥2 ‒ (𝛴 𝑋)2). (𝑛 𝛴 𝑌2 ‒ (𝛴 𝑌)2)
r xy = Koefisien korelasi
X = Skor item butir soal
Y = Jumlah skor total tiap soal
N = Jumlah responden87
86
Sugiyono, Op.Cit. h. 83-84. 87
Rostina Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 59-60.
81
Dengan kriteria pengujian bahwa analisis faktor dilakukan dengan cara
mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi faktor
tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka faktor tersebut merupakan
construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa
instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak,
dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total
(Y). jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung.
Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir
instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.88
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2007 dengan criteria uji coba bila correlated item-total
correlation lebih besar dibandingan dengan 0,3 maka data merupakan construck
yang kuat (valid).
2. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil
yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif
sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan
oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan tempat yang berbeda pula.
88
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
cet. 13, h. 126.
82
Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya
tinggi disebut alat ukur yang reliabel.
Analisis reliabilitas dapat diartikan dengan dua cara, yaitu teknik non
belah dua (Non Split-Half Technique) dan teknik belah dua (Split-Half
Technique). Dalam menguji reliabilitas instrumen penelitian uraian, penulis
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha (ɑ ) untuk tipe soal uraian, dan rumus
Spearman-Brown untuk tipe soal obyektif.
Rumus Cronbach’s Alpha (ɑ ) :
r11 = n
n − 1 1 −
Σ 𝑆𝑖2
𝑆t2
r11 = Reliabilitas instrument
n = Banyaknya butir pertanyaan
Σ Si2 = Jumlah varians item
St2
= Varians total89
Koefisien reliabilitas yang dihasilkan, selanjutnya kita interpretasikan
dengan menggunakan kriteria dari Guilford (Russeffendi), yaitu :
Tabel 4
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
89
Rostina Sundayana, Op. Cit., h. 69.
83
Koefisien Reabilitas (r) Interpretasi
0,80 < r11 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r11 0,80 Tinggi
0,40 < r11 0,60 Sedang/Cukup
0,20 < r11 0,40 Rendah
‐ 0,80 r11 0,20 Sangat Rendah90
90
Ibid, h. 70.
84
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Perum. Kopkar Dwi Karya/BTN
Perumahan Kopkar Dwi Karya dirintis sekitar tahun 1981 oleh beberapa
karyawan. Dengan beranggotakan 10 orang, maka mulailah didirikan satu wadah
yang berbentuk koperasi. Inilah merupakan embrio dari koperasi di PT Great
Giant Pineapple, PT. Great Giant Livestock dan PT UJA. Ternyata apa yang
dirintis beberapa karyawan tersebut mendapat sambutan yang positif dari pihak
manajemen perusahaan terutama oleh Bapak Setiawan Ahmad sebagai Direksi
pada waktu itu yang memberikan dorongan dan dukungan penuh terhadap ide
untuk mendirikan Koperasi Karyawan dilingkungan perusahaan. Pada bulan Juli
1982, dengan didasari pemikiran untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
karyawan maka wadah koperasi karyawan tersebut dideklarasikan dengan nama
“DWI KARYA”, dengan modal awal Rp. 6.120.550,- (enam juta seratus dua
puluh ribu lima ratus lima puluh rupiah), dan jumlah anggota sebanyak 210
orang.
Keberadaan kompleks Perum. Kopkar Dwi Karya/ BTN ini cukup dikenal
dibanding dengan desa lainnya yang terdapat di lingkup wilayah Way
Pengubuan. Karena kompleks tersebut terkenal sebagai salah satu kawasan
permukiman elit yang berada di Lampung Tengah, sebagai tempat tinggal dari
85
sebagian besar para pekerja di PT. Great Giant Pineapple, maupun masyarakat
pada umumnya yang memiliki mata pencaharian lain di luar PT. Great Giant
Pineapple tersebut.
Unit Usaha Perumahan di Kopkar Dwi Karya ini merupakan salah satu
unit usaha yang dimiliki koperasi karyawan Dwi Karya yang bertempat di Jl.
Arah Menggala, Lintas Timur, km 78, Kelurahan Lempuyang Bandar,
Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan perumahan bagi anggota Kopkar Dwi Karya. Bekerja sama
dengan Bank Koperasi Dwi Karya dapat memenuhi kebutuhan anggota
khususnya dibidang perumahan, dengan bunga yang kecil dan tenaga kerja ahli
dibidangnya, Koperasi Dwi Karya mempunyai beberapa produk dibidang
perumahan antara lain: Rumah type 27, Rumah type 36, Rumah type 45 dan
Rumah type 54.
2. Status Badan Hukum Kopkar Dwi Karya
Koperasi Karyawan Dwi Karya telah berbadan hukum dengan Akta
Pendirian oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi Propinsi Lampung
nomor 593/BH/7/1985 tertanggal 10 September 1985. Dengan dimilikinya status
hukum ini telah menambah kepercayaan karyawan, anggota dan pihak luar
(bank) sehingga dari tahun ke tahun koperasi mengalami perkembangan jumlah
anggota, modal usaha maupun aktivitas usaha sampai dengan sekarang. Dengan
semakin berkembangnya Kopkar Dwi Karya, untuk mengantisipasi
perkembangan ke depan, Kopkar Dwi Karya telah melakukan beberapa kali
86
perubahan AD/ART dan telah disahkan Akta Perubahannya pada tahun 1997
dengan nomor 08/BH/PAD/KWK.7/III/1997 tertanggal 20 Maret 1997. Dan
terakhir telah disahkan perubahan PAD tahun 2010 dengan nomor
02/PAD/BH/X.2/I/2010 tertanggal 11 Januari 2010. Perubahan PAD tersebut
menjadi dasar atau pegangan Kopkar dwi Karya dalam menjalankan setiap
aktivitasnya, baik aktivitas usaha maupun aktivitas keorganisasian.91
3. Visi dan Misi
Setiap lembaga Koperasi memiliki visi dan misi guna mencapai
kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya. Begitu pula dengan
Koperasi Dwi Karya, sebagai tonggak awal adanya pembangunan Perumahan
Kopkar Dwi Karya ini berupaya mensejahterakan para pegawai-pegawai dengan
memberikan fasilitas yang sangat memadai sebagai sarana dan prasarana untuk
kesejahteraan para pegawai dan warganya.
1. Adapun visi Koperasi Dwi Karya adalah sebagai berikut :
Menjadi Koperasi profesional yang mempunyai kinerja tinggi untuk
kesejahteraan anggota dan berdasarkan prinsip Koperasi menjadikan anggota
menjadi mandiri, bekerja sama dan sejahtera.
91
Koperasi Karyawan Dwi Karya. (Online) (http://www.dwikaryaggp.com/), (diakses tanggal
15 Januari 2017).
87
2. Sedangkan misi Koperasi Dwi Karya adalah sebagai berikut :
Melalui pelatihan, pelayanan, kreativitas, perbaikan terus-menerus,
dan kerja sama mendorong anggota untuk meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan.
4. Letak Geografis
Komplek Perumahan Kopkar Dwi Karya terletak di Jl. Arah Menggala,
Lintas Timur, KM. 78, Kelurahan Lempuyang Bandar, Kecamatan Way
Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah. Lokasi Komplek Perumahan Kopkar
Dwi Karya berdekatan dengan PT. Great Giant Pineapple.
Lokasi penelitian di Perumahan Kopkar Dwi Karya yang memiliki batas
wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Timur : Berbatasan dengan kampung Lempuyang Bandar
2. Sebelah Utara : Berbatasan dengan kampung Lempuyang Bandar
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan kampung Divisi 1, 2, 3
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan kampung Ketiau
Sumber mata pencaharian penduduk di Perum. Kopkar Dwi Karya/BTN
bermacam-macam. Ada yang berprofesi sebagai pedagang, penjahit,
menyewakan kontrakan, guru karyawan swasta dan sebagian besar di dominasi
oleh para pekerja di PT Great Giant Pineapple. Selain berprofesi seperti yang
telah disebutkan diatas, ada juga sebagian penduduk yang mempunyai pekerjaan
tambahan dengan membuka warung di depan rumah mereka dengan
88
memanfaatkan sebuah ruangan yang ada di rumah mereka. Pekerjaan ini,
biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Kekerabatan yang terjalin antar penduduk di Perum. Kopkar Dwi Karya
cukup baik, untuk bapak-bapak rutin mengadakan ronda malam disekitaran
rumah permasing-masing blok perumahan dan mengadakan kerja bakti secara
bergotong-royong. Sedangkan ibu-ibunya rutin mengadakan arisan bergilir setiap
3 pekan sekali, dan mengadakan rapat PKK antar 1 blok dengan blok lainnya.
Penduduk di Perum. Kopkar Dwi Karya/ BTN terkenal cukup religious.
Sebagian besar penduduknya beragama Islam, jadi tak heran jika penduduknya
sering mengadakan kegiatan keagamaan yang dapat menunjang ruhiyah para
penduduk permasing-masing blok. Kegiatan keagamaan yang dilakukan tidak
jauh berbeda dengan kegiatan keagamaan yang terdapat di wilayah lainnya.
Adapun kegiatan keagamaan yang terdapat di Perum. Kopkar Dwi Karya/
BTN diantaranya sebagai berikut:
1. Pengajian Akbar (umum) yang dilakukan di Masjid Al-Fattah,
dilaksanakan pada hari minggu per-3 pekan sekali, dimulai pada pukul
07.30 sampai selesai.
2. Pengajian bapak-bapak (ceramah agama) yang dilakukan di beberapa
Masjid atau Mushola, dimulai setelah maghrib sampai menjelang isya, dan
setelah shubuh sampai menjelang fajar.
3. Pengajian bapak-bapak yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke
rumah, pada malam jumat setelah isya sampai selesai.
89
4. Pengajian ibu-ibu yang dilakukan secara bergantian dari rumah ke rumah
warga, dilaksanakan pada hari minggu, dua kali per-4 pekan (sebulan dua
kali), dimulai pada pukul 16.30 WIB sampai selesai.
5. Rutinitas mengaji diberbagai Masjid dan Mushola yang dilakukan oleh
anak-anak, dengan tenaga pengajar ibu-ibu, dilaksanakan setiap hari Senin
sampai Jum’at, dimulai setelah ashar sampai selesai.
6. Program Tahfidzh Qur’an (menghafal Al-Qur’an) bagi anak-anak dan
remaja, dilaksanakan setiap hari senin-kamis, dimulai setelah ashar sampai
selesai, berlokasi di Sekolah PAUD Jabarani.
Selain beberapa kegiatan yang dilakukan di atas, kemudian pada saat
acara-acara besar agama Islam, sebagian warga BTN rutin merayakan dengan
membuat kegiatan-kegiatan seperti maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam, perayaan Isra’ Mi’raj, serta halal bi halal bersama pada saat Idul Fitri,
dan lain sebagainya.
B. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal
Tabel 5
Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal Pola Bimbingan
No.
Soal Koef. Korelasi ® thitung ttabel Keterangan
1 0,485530381 3,238435 2,0336 Valid
2 0,396218772 2,516274 2,0336 Valid
90
3 0,55269711 3,867074 2,0336 Valid
4 0,414899487 2,658914 2,0336 Valid
5 0,54886043 3,828598 2,0336 Valid
6 0,70668651 5,824027 2,0336 Valid
7 0,879049073 10,75174 2,0336 Valid
8 0,774752326 7,145018 2,0336 Valid
9 0,65757915 5,089443 2,0336 Valid
10 0,684243876 5,471067 2,0336 Valid
11 0,729600699 6,220839 2,0336 Valid
12 0,684088432 5,46873 2,0336 Valid
13 0,514495755 3,498571 2,0336 Valid
14 0,451976488 2,954445 2,0336 Valid
15 0,464353258 3,057214 2,0336 Valid
16 0,676331595 5,353885 2,0336 Valid
17 0,440469946 2,860829 2,0336 Valid
18 0,54886043 3,828598 2,0336 Valid
19 0,70668651 5,824027 2,0336 Valid
20 0,398693506 2,53495 2,0336 Valid
21 0,478870959 3,180681 2,0336 Valid
22 0,384502075 2,428723 2,0336 Valid
Sumber: Microsoft Excel 2007
Dari tabel 5 itu dapat dibaca bahwa, korelasi antara skor butir 1 dengan
skor total = 0,485530381 antara butir 2 dengan skor total = 0,396218772 dan
seterusnya. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Moment yang
rumusnya penulis pakai dengan menggunakan program software Microsoft Excel
2007 sebagai aplikasi dalam penghitungan rekapitulasi validitas butir soal pola
bimbingan.
Seperti telah dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi koefisien sama
dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3). Maka butir instrument dinyatakan valid.
Dari uji coba tersebut ternyata koefisien korelasi semua butir dengan skor total
91
ada yang masuk dalam kriteria valid. Butir yang mempunyai validitas tinggi
adalah butir nomor 7, dengan koefisien korelasi 0,879049073 dan paling rendah
adalah butir nomor 22, dengan koefisien korelasi 0,384502075.
Tabel 6
Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal Pembentukan Akhlak
No.
Soal Koef. Korelasi ® thitung ttabel Keterangan
1 0,511728944 3,473058 2,0336 Valid
2 0,724873261 6,135593 2,0336 Valid
3 0,7987873 7,741997 2,0336 Valid
4 0,680932718 5,421599 2,0336 Valid
5 0,737552388 6,368572 2,0336 Valid
6 0,664034898 5,178477 2,0336 Valid
7 0,680932718 5,421599 2,0336 Valid
8 0,855670935 9,640928 2,0336 Valid
9 0,800769435 7,795427 2,0336 Valid
10 0,833219789 8,786573 2,0336 Valid
11 0,787212688 7,443386 2,0336 Valid
12 0,853341124 9,543997 2,0336 Valid
13 0,933613531 15,19434 2,0336 Valid
14 0,933613531 15,19434 2,0336 Valid
15 0,94003365 16,07032 2,0336 Valid
16 0,793034916 7,590823 2,0336 Valid
17 0,652261205 5,017589 2,0336 Valid
18 0,710966799 5,89514 2,0336 Valid
19 0,752786175 6,668225 2,0336 Valid
20 0,781905262 7,313558 2,0336 Valid
21 0,787054799 7,439463 2,0336 Valid
22 0,47972417 3,188041 2,0336 Valid
Sumber: Microsoft Excel 2007
92
Dari tabel 6 itu dapat dibaca bahwa, korelasi antara skor butir 1 dengan
skor total = 0,511728944 antara butir 2 dengan skor total = 0,724873261 dan
seterusnya. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson Moment yang
rumusnya penulis pakai dengan menggunakan program software Microsoft Excel
2007 sebagai aplikasi dalam penghitungan rekapitulasi validitas butir soal pola
bimbingan.
Seperti telah dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi koefisien sama
dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3). Maka butir instrument dinyatakan valid.
Dari uji coba tersebut ternyata koefisien korelasi semua butir dengan skor total
ada yang masuk dalam kriteria valid atau tidak valid. Butir yang mempunyai
validitas tinggi adalah butir nomor 15, dengan koefisien korelasi 0,94003365 dan
paling rendah adalah butir nomor 22, dengan koefisien korelasi 0,47972417.
2. Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Butir Soal
Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Pola Bimbingan
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
Σ 𝑠𝑖2
𝑠𝑖2
r11 = Reliabilitas Instrumen
n = Banyaknya Butir Pertanyaan
Σ Si2 = Jumlah Varians Item
Si2 = Varians Total
93
Dari perhitungan yang telah penulis lakukan dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007, maka didapatkan hasil dengan cara berikut :
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
Σ 𝑠𝑖2
𝑠𝑖2
𝑟11 = 22
22 − 1 1 −
79,37796
79,378
𝑟11 = 22
21 1 − 0,999
𝑟11 = 1,047 0,001
𝑟11 = 0,0010
Dari hasil perhitungan tersebut, maka koefisien reliabilitas sebesar 0,0010
sehingga termasuk kategori sangat rendah.
Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Pembentukan Akhlak
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
Σ 𝑠𝑖2
𝑠𝑖2
r11 = Reliabilitas Instrumen
n = Banyaknya Butir Pertanyaan
Σ Si2 = Jumlah Varians Item
Si2 = Varians Total
94
Dari perhitungan yang telah penulis lakukan dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007, maka didapatkan hasil dengan cara berikut :
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
Σ 𝑠𝑖2
𝑠𝑖2
𝑟11 = 22
22 − 1 1 −
102,5506
102,551
𝑟11 = 22
21 1 − 0,999
𝑟11 = 1,047 0,001
𝑟11 = 0,0010
Dari hasil perhitungan tersebut, maka koefisien reliabilitas sebesar 0,0010
sehingga termasuk kategori sangat rendah.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Deskripsi Data Responden Penelitian
Dari hasil analisis mengenai profil responden diperoleh data mengenai
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain :
a. Jenis Kelamin
Mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 27 orang
atau 54% dan sisanya responden laki-laki sebanyak 23 orang atau 46%.
95
Gambar 3
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh dari responden
b. Usia
Usia responden 6 tahun sebanyak 6 orang atau 12%, usia
responden 7 tahun sebanyak 9 orang atau 18%, usia responden 8 tahun
sebanyak 3 orang atau 6%, usia responden 9 tahun sebanyak 12 orang
atau 24%, usia responden 10 tahun sebanyak 9 orang atau 18%, usia
responden 11 tahun sebanyak 10 orang atau 20%, usia responden 12
tahun sebanyak 1 orang atau 2%.
54%
46%
Jenis Kelamin Perempuan
Perempuan
Laki-laki
96
Gambar 4
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh dari responden
c. Pendidikan Terakhir
1. Pendidikan terakhir Ayah
Lulusan SD sebanyak 2 orang atau 4%, lulusan SMP sebanyak
3 orang atau 6%, lulusan SMA sebanyak 12 orang atau 24%, lulusan
SMK sebanyak 5 orang atau 10%, lulusan SMEA sebanyak 1 orang
atau 2%, lulusan MAN sebanyak 2 orang atau 4%, lulusan SLTA
sebanyak 9 orang atau 18%, lulusan STM sebanyak 11 orang atau
22%, lulusan D3 sebanyak 1 orang atau 2%, lulusan S1 sebanyak 4
orang atau 8%.
12%
18%
6%
24%
18%
20%
2%
Usia Responden
6 tahun
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
97
Gambar 5
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh dari responden
2. Pendidikan terakhir Ibu
Lulusan SD sebanyak 2 orang atau 4%, lulusan SMP sebanyak
5 orang atau 10%, lulusan SMA sebanyak 13 orang atau 26%, lulusan
SMU sebanyak 3 orang atau 6%, lulusan SMK sebanyak 3 orang atau
6%, lulusan SLTA sebanyak 9 orang atau 18%, lulusan SMEA
sebanyak 7 orang atau 14%, SLTP sebanyak 1 orang atau 2%, lulusan
SPG sebanyak 1 orang atau 2%, lulusan D2 sebanyak 1 orang atau 2%,
lulusan Diploma sebanyak 1 orang atau 2%, lulusan D3 sebanyak 2
orang atau 4%, lulusan S1 sebanyak 2 orang atau 4%.
4%6%
24%
10%
2%
4%
18%
22%
2%8%
Pendidikan Terakhir Ayah
SD
SMP
SMA
SMK
SMEA
MAN
SLTA
STM
D3
S1
98
Gambar 6
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh dari responden
d. Pekerjaan Orang Tua Responden
Mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah Karyawan Swasta
yaitu sebanyak 26 orang atau 52%, sisanya bekerja sebagai pekerja Swasta
sebanyak 5 orang atau 10%, Wiraswasta sebanyak 5 orang atau 10%,
Buruh sebanyak 6 orang atau 12%, Pedagang sebanyak 1 orang atau 2%,
Supir Truk sebanyak 2 orang atau 4%, Pelaksana sebanyak 1 orang atau
2%, PNS sebanyak 1 orang atau 2%, Asisten Manager sebanyak 1 orang
atau 2%, Petani sebanyak 1 orang atau 2%, Tekhnisi sebanyak 1 orang
atau 2%.
4%
10%
26%
6%6%
18%
14%
2% 2%
2% 2%
4%
2%
Pendidikan Terakhir Ibu
SD
SMP
SMA
SMU
SMK
SLTA
SMEA
SLTP
SPG
D2
Diploma
99
Gambar 7
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh dari responden
e. Penghasilan Orang Tua Responden
Penghasilan orang tua responden mayoritas 1.000.000-2.500.000
sebanyak 29 orang atau 58%, sisanya berpenghasilan 3.000.000-4.500.000
sebanyak 17 orang atau 34%, 5.000.000-6.500.000 sebanyak 3 orang atau
4%, responden berpenghasilan >7.000.000 sebanyak 2 orang atau 4%.
52%
10%
10%
12%
2% 4%
2% 2%
2%2% 2%
Pekerjaan Orang Tua Responden
Karyawan Swasta
Swasta
Wiraswasta
Buruh
Pedagang
Supir Truk
Pelaksana
PNS
Asisten Manager
Petani
100
Gambar 8
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh dari responden.
2. Deskripsi Kuesioner Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah maka diperoleh data
responden sebagai berikut :
a. Pola Bimbingan
Tabel 7
Membimbing Terus Menerus, Membimbing Secara Bertahap, Memotivasi Anak
No Pertanyaan SS S N TS STS Skor Rangking
1
Orang tua menanamkan
kepada anak untuk cinta
kepada Allah dan Rasul-
43 7 0 0 0 243 1
58%
34%
4%4%
Penghasilan Orang Tua Responden
1.000.000-2.500.000
3.000.000-4.500.000
5.000.000-6.500.000
>7.000.000
101
Nya
2
Orang tua memiliki
kewajiban mengajarkan
akhlak kepada anak
39 11 0 0 0 239 2
3
Orang tua melatih anak
untuk menghormati orang
tua
38 12 0 0 0 238 3
4
Orang tua memberi nafkah
yang halal dan thoyib
(baik) kepada anak
39 10 1 0 0 238 3
5 Orang tua membiasakan
anak berkata jujur 37 13 0 0 0 237 4
6
Orang tua membiasakan
anak untuk selalu berdoa
setiap melakukan aktivitas
36 14 0 0 0 236 5
7
Orang tua membiasakan
anak untuk melakukan
shalat ketika usianya
mencapai 7 tahun
37 12 1 0 0 236 5
8
Orang tua mengajarkan
anak-anak untuk selalu
berdoa setiap saat,
sehingga tertanam rasa
takut dan harap hanya
kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala
36 14 0 0 0 236 5
9 Orang tua membiasakan
anak mengucapkan 35 15 0 0 0 235 6
102
“terima kasih” ketika
diberi sesuatu oleh orang
tua maupun orang lain
10
Orang tua mengajarkan
anak mengenai bacaan
atau ayat Al-Qur’an,
akhlakul karimah sesuai
tuntunan Rasulullah
Shallallahu Alaihi
Wasallam
36 13 1 0 0 235 6
11
Orang tua membimbing
anak dengan penuh kasih
sayang
33 17 0 0 0 233 7
12
Orang tua mengajarkan
dan menanamkan pada diri
anak untuk membiasakan
menutup aurat dan
berpenampilan sesuai
dengan syari’at Islam.
33 16 1 0 0 232 8
13
Orang tua mengajarkan
anak cara berbicara yang
santun
32 18 0 0 0 232 8
14
Orang tua mengajarkan
kepada anak untuk
menjauhkan diri dari
perilaku dengki dan iri hati
30 20 0 0 0 230 9
15 Orang tua memberikan
rasa sayang dalam 30 20 0 0 0 230 9
103
mendidik anak
16 Orang tua berbuat adil
kepada semua anaknya 30 20 0 0 0 230 9
17
Orang tua semestinya
memiliki dasar
pengetahuan akhlak yang
baik, agar mampu
mengarahkan dan
membimbing anaknya
31 17 2 0 0 229 10
18
Orang tua mengajarkan
anak mengenai adab
meminta izin
26 24 0 0 0 226 12
19
Orang tua membiasakan
bersikap adil kepada anak
dalam pemberian
24 24 2 0 0 222 14
20
Orang tua mengajarkan
kepada anak untuk
menjaga rahasia orang lain
24 23 3 0 0 221 15
21
Orang tua menjadikan
dirinya sebagai teladan
yang baik
25 21 4 0 0 221 15
22
Orang tua mengajarkan
kepada anak untuk
menghidupkan tradisi
dalam bermusyawarah
22 21 7 0 0 215 16
104
Dari tabel 7 dapat diketahui, pola bimbingan orang tua dalam membimbing
terus menerus, membimbing secara bertahap dan memotivasi anak terhadap variabel
pola bimbingan yang menempati rangking pertama dan kedua yaitu orang tua
menanamkan kepada anak untuk cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan orang tua
memiliki kewajiban mengajarkan akhlak kepada anak.
Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) Lampung Tengah ingin selalu membimbing anaknya dengan cara
menanamkan terlebih dahulu untuk cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sejak
dini, dan menanamkan kepada anak-anaknya untuk cinta kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Nabi dan Rasul utusan-Nya. Serta orang tua
menyadari bahwa akhlak amatlah penting diterapkan sejak dini kepada anak-anak.
Sedangkan pola bimbingan yang menempati rangking terakhir yaitu orang tua
mengajarkan kepada anak untuk menghidupkan tradisi dalam bermusyawarah, hal ini
diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah kurang menghidupkan tradisi dalam bermusyawarah kepada anak-
anaknya.
b. Pembentukan Akhlak
1. Akhlak Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Tabel 8
No Pertanyaan SS S N TS STS Skor Rangking
1 Orang tua mengajarkan
anak membaca Al-Qur’an 39 10 1 0 0 238 1
105
2
Orang tua mengingatkan
anak, bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta’ala
selalu melihat perbuatan
kita
36 14 0 0 0 236 2
3
Orang tua membiasakan
anak untuk membaca
“Basmalah”, jika hendak
makan atau minum sesuatu
28 20 2 0 0 229 3
4
Orang tua mengajarkan
anak untuk berusaha
semaksimal mungkin
dalam mendapatkan
apa yang diinginkan
dengan berdoa kepada
Allah Subhanahu Wa
Ta’ala
30 18 2 0 0 228 4
5
Orang tua membiasakan
anak untuk mengerjakan
ibadah shalat, puasa dan
sedekah
26 20 4 0 0 222 5
Dari tabel 8 dapat diketahui, pembentukan akhlak kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala yang menempati rangking pertama dan kedua yaitu orang tua mengajarkan
anak membaca Al-Qur’an dan Orang tua mengingatkan anak, bahwa Allah
Subhanahu Wa Ta’ala selalu melihat perbuatan kita, hal ini diduga bahwa mayoritas
orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah telah
106
mengetahui akan keutamaan dan pentingnya membaca Al-Qur’an, terlebih ketika
anak-anak di didik sejak dini, hal tersebut akan mendatangkan banyak manfaat baik
bagi diri anak itu sendiri maupun orang tua yang senantiasa mendidik dengan baik
mengenai perkara ini, serta orang tua ingin mengajarkan dan memberikan kesadaran
kepada anak bahwa ada Allah yang senantiasa memperhatikan gerak-gerik kita, meski
kita tidak dapat melihatnya, namun yakinlah bahwa Allah senantiasa memperhatikan
gerak-gerik hambanya-Nya.
Sedangkan pembentukan akhlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
menempati peringkat terakhir yaitu hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah yaitu orang tua
membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa dan sedekah, hal ini
diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah kurang membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah shalat, puasa
dan sedekah, namun tidak secara keseluruhan, hanya beberapa orang tua saja yang
kurang membiasakan.
2. Akhlak Kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Tabel 9
No Pertanyaan SS S N TS STS Skor Rangking
1 Orang tua mengajarkan
anak berwudhu 30 19 1 0 0 229 1
2 Orang tua membiasakan
anak untuk makan dan 25 19 6 0 0 219 4
107
minum dengan
menggunakan tangan
kanan
3
Membiasakan anak untuk
bershalawat kepada
Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam
20 27 3 0 0 217 5
Dari tabel 9 dapat diketahui, pembentukan akhlak kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam yang menempati peringkat pertama dan kedua yaitu
orang tua mengajarkan anak berwudhu dan orang tua membiasakan anak untuk
makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan, hal ini diduga bahwa
mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah sadar
akan pentingnya mengajarkan berwudhu kepada anak sejak dini, baik berwudhu
ketika akan melaksanakan shalat, membaca Al-Qur’an, ketika belum bersuci, dan lain
sebagainya. Serta mengajarkan dan membiasakan anak untuk makan dan minum
dengan menggunakan tangan kanan.
Sedangkan pembentukan akhlak kepada Rasulullah Shallalahu Alaihi
Wasallam yang terakhir yaitu membiasakan anak untuk bershalawat kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah kurang memiliki kesadaran
mengajarkan dan membiasakan anaknya untuk bershalawat kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam.
108
3. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Tabel 10
No Pertanyaan SS S N TS STS Skor Rangking
1
Orang tua mengajarkan
anak untuk bersabar dalam
menghadapi kesulitan
31 17 2 0 0 229 1
2
Orang tua mendidik anak
untuk bersikap pemaaf
kepada orang lain yang
berbuat salah
26 23 1 0 0 225 2
3
Orang tua mengajak anak
untuk mendengarkan
ceramah agama
27 20 3 0 0 224 3
4 Orang tua membiasakan
anak untuk menepati janji 26 21 3 0 0 223 4
Dari tabel 10 dapat diketahui, bahwa pembentukan akhlak kepada diri sendiri
yang menempati rangking pertama dan kedua yaitu orang tua mengajarkan anak
untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan dan orang tua mendidik anak untuk
bersikap pemaaf kepada orang lain yang berbuat salah. Hal ini diduga bahwa
mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah
memiliki kesadaran untuk mengajarkan supaya bersabar ketika menghadapi kesulitan
yang dialami dalam hidupnya, serta orang tua mendidik anak untuk bersikap pemaaf
kepada orang lain yang berbuat salah.
109
Sedangkan pembentukan akhlak kepada diri sendiri yang menempati rangking
terakhir yaitu orang tua membiasakan anak untuk menepati janji, hal ini diduga
bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung
Tengah kurang membiasakan anaknya untuk menepati janji.
4. Akhlak dalam Keluarga
Tabel 11
No Pertanyaan SS S N TS STS Skor Rangking
1
Orang tua membiasakan
anak untuk mencintai
kedua orang tuanya
41 9 0 0 0 241 1
2
Orang tua menanamkan
dalam diri anak rasa saling
menyayangi dalam
keluarga
29 21 0 0 0 229 2
Dari tabel 11 dapat diketahui, bahwa akhlak dalam keluarga yang menempati
rangking pertama yaitu orang tua membiasakan anak untuk mencintai kedua orang
tuanya. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) Lampung Tengah sangat setuju untuk membiasakan anak mencintai kedua
orang tuanya. Sedangkan akhlak dalam keluarga yang menempati rangking terakhir
yaitu orang tua menanamkan dalam diri anak rasa saling menyayangi dalam keluarga.
Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah setuju dalam hal ini.
110
5. Akhlak Bertetangga/Bermasyarakat
Tabel 12
No Pertanyaan SS S N TS STS Skor Rangking
1
Orang tua mengingatkan
kepada anak agar tidak
berlebihan ketika bersenda
gurau, sehingga tidak
menyakiti hati orang lain
40 9 1 0 0 239 1
2
Orang tua mengajak anak
untuk bersilaturahmi ke
rumah kerabat atau
saudara
32 18 0 0 0 232 2
3
Orang tua membiasakan
anak untuk berkata sopan
dan baik
32 17 1 0 0 231 3
4
Orang tua mengajarkan
anak untuk bersikap ramah
tamah
30 19 1 0 0 229 4
5
Orang tua menanamkan
pada anak rasa saling
menyayangi kepada
temannya
27 22 1 0 0 226 7
6
Orang tua mengajarkan
anak untuk mengunjungi
orang yang sedang sakit
27 22 1 0 0 226 7
7 Orang tua memilihkan
teman atau lingkungan 24 22 4 0 0 220 9
111
yang Islami kepada anak
8
Orang tua mengajarkan
anak agar senantiasa
meminta izin ketika
hendak memasuki rumah,
meminjam sesuatu dan
lain sebagainya
27 15 6 2 0 217 10
Dari tabel 12 dapat diketahui, bahwa yang menempati peringkat pertama dan
kedua pembentukan akhlak bertetangga/bermasyarakat yaitu orang tua mengingatkan
kepada anak agar tidak berlebihan ketika bersenda gurau, sehingga tidak menyakiti
hati orang lain dan orang tua mengajak anak untuk bersilaturahmi ke rumah kerabat
atau saudara. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank
Tabungan Negara) Lampung Tengah mengetahui akan pentingnya untuk
mengingatkan anak agar tidak berlebihan ketika bersenda gurau sehingga tidak
menyakiti perasaan orang lain. Serta senantiasa menjaga silaturrahim ke rumah
kerabat atau saudara, karena silaturrahim memiliki banyak faedah.
Sedangkan pembentukan akhlak bertetangga/bermasyarakat yang menempati
rangking terakhir yaitu orang tua mengajarkan anak agar senantiasa meminta izin
ketika hendak memasuki rumah, meminjam sesuatu dan lain sebagainya. Hal ini
diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah sebagian besar adalah pekerja PT, sehingga untuk memberikan
pemahaman ini sedikit terabaikan.
112
Tabel 13
Rekapitulasi Rata-Rata Skor Variabel Pembentukan Akhlak
No Variabel Pembentukan Akhlak Rata-Rata Skor Rangking
1 Akhlak dalam Keluarga 235 1
2 Akhlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala 230,6 2
3 Akhlak Bertetangga/Bermasyarakat 227,5 3
4 Akhlak Kepada Diri Sendiri 225,25 4
5
Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam
221,6 5
Dari tabel 13 dapat diketahui, rekapitulasi rata-rata skor variabel pembentukan
akhlak yang menempati rangking pertama yaitu akhlak kepada keluarga. Hal ini
diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah lebih menekankan akhlak kepada keluarga terlebih dahulu
dibandingkan dengan akhlak yang lainnya. Sedangkan rara-rata skor variabel
pembentukan akhlak yang menempati rangking terakhir yaitu akhlak kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah kurang menempatkan
akhlak ini sebagai prioritas kedua setelah akhlak kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
113
D. Pengujian Hipotesis Assosiatif (Hubungan)
Hipotesis assosiatif diuji dengan teknik korelasi. Terdapat berbagai
macam teknik korelasi, yaitu korelasi Pearson Product Moment ®, korelasi Rasio
(η), korelasi Spearman Rank (ρ) korelasi Biserial (rb), korelasi Point Biserial (φ),
korelasi Tetrachoric (rt), korelasi Kontinency ©, dan korelasi Kendall’s Tau (τ),
korelasi Ganda, korelasi Parsial.
Dalam contoh analisis ini data yang akan dikorelasikan berbentuk ordinal,
dan dari sumber data yang sama. Untuk itu teknik korelasi yang digunakan adalah
korelasi Spearman Rank. Dalam contoh ini terdapat satu hipotesis assosiatif, yang
terdiri dari korelasi sederhana (hubungan antara satu variabel independen dan satu
dependen). Hipotesisnya adalah “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara pola bimbingan dan pembentukan akhlak anak”.
Diduga ada hubungan antara pola bimbingan dan pembentukan akhlak
anak. Untuk keperluan itu dari populasi 1.092 kepala keluarga dan 637 anak usia
6-12 tahun, diambil sampelnya sebanyak 50 kepala keluarga yang mempunyai
anak dengan usia 6-12 tahun, untuk ditanya tentang pola bimbingan (X) dan
pembentukan akhlak anak (Y).
Tabel 14
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
114
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat92
Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi Spearman
Rank, dibuat tabel penolong seperti dibawah ini:
Tabel 15
Pola Bimbingan (X) dan Pembentukan Akhlak Anak (Y)
No X Y x y xy x2 y
2
1 96 88 -5.36 -11.98 64.21 28.72 143.52
2 86 87 -15.36 -12.98 199.37 235.92 168.48
3 109 110 7.64 10.02 76.55 58.36 100.40
4 102 92 0.64 -7.98 -5.10 0.40 63.68
5 98 93 -3.36 -6.98 23.45 11.28 48.72
6 101 110 -0.36 10.02 -3.60 0.12 100.40
7 92 93 -9.36 -6.98 65.33 87.60 48.72
8 92 95 -9.36 -4.98 46.61 87.60 24.80
9 93 90 -8.36 -9.98 83.43 69.88 99.60
10 97 93 -4.36 -6.98 30.43 19.00 48.72
11 87 83 -14.36 -16.98 243.83 206.20 288.32
12 92 89 -9.36 -10.98 102.77 87.60 120.56
13 109 108 7.64 8.02 61.27 58.36 64.32
14 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
15 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
16 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
17 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
18 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
19 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
20 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
21 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
92
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
cet. 13, h. 182-184.
115
22 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
23 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
24 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
25 110 109 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
26 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
27 110 109 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
28 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
29 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
30 110 108 8.64 8.02 69.29 74.64 64.32
31 110 110 8.64 10.02 86.57 74.64 100.40
32 91 92 -10.36 -7.98 82.67 107.32 63.68
33 109 101 7.64 1.02 7.79 58.36 1.04
34 88 88 -13.36 -11.98 160.05 178.48 143.52
35 88 103 -13.36 3.02 -40.34 178.48 9.12
36 88 88 -13.36 -11.98 160.05 178.48 143.52
37 91 92 -10.36 -7.98 82.67 107.32 63.68
38 107 109 5.64 9.02 50.87 31.80 81.36
39 105 106 3.64 6.02 21.91 13.24 36.24
40 80 77 -21.36 -22.98 490.85 456.24 528.08
41 101 94 -0.36 -5.98 2.15 0.12 35.76
42 105 106 3.64 6.02 21.91 13.24 36.24
43 96 89 -5.36 -10.98 58.85 28.72 120.56
44 89 88 -12.36 -11.98 148.07 152.76 143.52
45 99 105 -2.36 5.02 -11.84 5.56 25.20
46 95 84 -6.36 -15.98 101.63 40.44 255.36
47 96 89 -5.36 -10.98 58.85 28.72 120.56
48 100 90 -1.36 -9.98 13.57 1.84 99.60
49 105 99 3.64 -0.98 -3.56 13.24 0.96
50 101 92 -0.36 -7.98 2.87 0.12 63.68
Σ 5.068 4.999 0 0 3938.55 3889.04 5063.04
Rata 101.36 99.98
Masukkan angka-angka diatas ke dalam rumus:
𝑟𝑥𝑦 =
Σxy
Σx2 Σy2
=3938.55
3889.04 𝑥 5063.04
116
=3938.55
62.36 𝑥 71.15
= 3938.55
4436 .91
= 0.88
Jadi terdapat korelasi yang positif sebesar 0.88 antara Pola Bimbingan dan
Pembentukan Akhlak Anak. Apakah keduanya signifikan atau tidak maka perlu diuji
signifikansinya dengan rumus t berikut atau membandingkan dengan tabel korelasi.
𝑡 = 𝑟 𝑛 − 2
1 − 𝑟2
𝑡 =0.88 50 − 2
1 − 0.882
𝑡 = 0.88 48
1 − 0.77
𝑡 = 0.88 𝑥 6.92
0.47
𝑡 = 12.93
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan t tabel. Untuk
kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n-2 = 50-2 = 48, maka diperoleh t tabel = 2.4.
hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
117
Daerah Daerah
Penerimaan Penerimaan
Ha Ho
-12.93 -2.4 2.4 12.93
Gambar 9. Uji signifikansi koefisien korelasi dengan uji dua pihak
Berdasarkan hasil tersebut, maka dinyatakan bahwa t hitung jatuh pada daerah
penolakan Ha, maka dapat dinyatakan bahwa korelasi antara pola bimbingan dan
pembentukan akhlak anak sebesar 0,88 adalah signifikan dan sehingga
digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel (Ho : tidak ada hubungan ditolak).
Bila menggunakan r tabel untuk n = 50 dan kesalahan 5% maka r tabel =
0.279, sedangkan untuk r hitung adalah 0.88. ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r
tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar
dari r tabel maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0.88 itu signifikan. Karena
koefisien korelasi adalah positif (sangat kuat), maka dapat dikatakan bahwa koefisien
antara X dan Y bersifat positif (sangat kuat) dan sangat signifikan, artinya makin
tinggi pola bimbingan yang dilakukan orang tua, maka makin tinggi pembentukan
akhlak anak.
Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya.
Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai
variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah).
118
Secara umum persamaan regresi sederhana (dengan satu predictor) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = Nilai yang diprediksikan
A = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefisien regresi
X = Nilai variabel independen
Tabel 16
Penghitungan Manual Analisis Regresi Sederhana
No
Pola
Bimbingan
Pembentukan
Akhlak Anak XY X2 Y
2
X Y
1 96 88 8.448 9.216 7.744
2 86 87 7.482 7.396 7.569
3 109 110 11.990 11.881 12.100
4 102 92 9.384 10.404 8.464
5 98 93 9.114 9.604 8.649
6 101 110 11.110 10.201 12.100
7 92 93 8.556 8.464 8.649
8 92 95 8.740 8.464 9.025
9 93 90 8370 8.649 8.100
10 97 93 9.021 9.409 8.649
11 87 83 7.221 7.569 6.889
12 92 89 8.188 8.464 7.921
13 109 108 11.772 11.881 11.664
14 110 110 12.100 12.100 12.100
15 110 110 12.100 12.100 12.100
16 110 110 12.100 12.100 12.100
17 110 110 12.100 12.100 12.100
18 110 110 12.100 12.100 12.100
19 110 110 12.100 12.100 12.100
20 110 110 12.100 12.100 12.100
119
21 110 110 12.100 12.100 12.100
22 110 110 12.100 12.100 12.100
23 110 110 12.100 12.100 12.100
24 110 110 12.100 12.100 12.100
25 110 109 11.990 12.100 11.881
26 110 110 12.100 12.100 12.100
27 110 109 11.990 12.100 11.881
28 110 110 12.100 12.100 12.100
29 110 110 12.100 12.100 12.100
30 110 108 11.880 12.100 11.664
31 110 110 12.100 12.100 12.100
32 91 92 8.372 8.281 8.464
33 109 101 11.009 11.881 10.201
34 88 88 7.744 7.744 7.744
35 88 103 9.064 7.744 10.609
36 88 88 7.744 7.744 7.744
37 91 92 8.372 8.281 8.464
38 107 109 11.663 11.449 11.881
39 105 106 11.130 11.025 11.236
40 80 77 6.160 6.400 5.929
41 101 94 9.494 10.201 8.836
42 105 106 11.130 11.025 11.236
43 96 89 8.544 9.216 7.921
44 89 88 7.832 7.921 7.744
45 99 105 10.395 9.801 11.025
46 95 84 7.980 9.025 7.056
47 96 89 8.544 9.216 7.921
48 100 90 9000 10.000 8.100
49 105 99 10.395 11.025 9.801
50 101 92 9.292 10.201 8.464
Σ = 5.068 Σ = 4.999 Σ = 510.620 Σ = 517.582 Σ = 504.825
Menentukan konstanta a dan koefisien b, kita ikuti langkah sebagai berikut:
1. Menghitung Konstanta (a) :
a = Σy Σx2 − Σx (Σxy)
n Σx2 − (Σx)2
120
a = 4.999 x 517.582 − (5.068 x 510.620)
8 517.582 − (5.068)2
a = 2.587.392.418 − (2.587.822.160)
4.140.656 − 25684624
a = −429.742
−21.543.968
a = 0,019
2. Menghitung Koefisien Regresi (b) :
b =n Σxy − Σx (Σy)
n Σx2 − (Σx)2
b = 50 510.620 − 5.068 (4.999)
50 517.582 − (5.068)2
b = 25.531.000 − (25.334.932)
25.879.100 − 25.684.624
b =196.068
194.476
b = 1,008
Berdasarkan perhitungan ditemukan nilai a = 0,019 dan nilai b = 1,008.
Persamaan regresi yang digunakan untuk memprediksi pola bimbingan
berdasarkan pembentukan akhlak anak adalah Y’ = 0,019 + 1,008 X.
E. Menentukan Besarnya Koefisien Korelasi dengan Spearman Rank
Menentukan besarnya koefisien korelasi Spearman Rank dengan
menggunakan SPSS 17.0. Jika persoalan tersebut dilakukan dengan SPSS 17.0,
maka langkah pengerjaannya sebagai berikut:
121
1. Buka program SPSS 17.0, buat dua buah variabel yaitu variabel pola
bimbingan dan variabel pembentukan akhlak, kemudian inputkan
datanya.
No Pola
Bimbingan
Pembentukan
Akhlak
1 96 88
2 86 87
3 109 110
4 102 92
5 98 93
6 101 110
7 92 93
8 92 95
9 93 90
10 97 93
11 87 83
12 92 89
13 109 108
14 110 110
15 110 110
16 110 110
17 110 110
18 110 110
19 110 110
20 110 110
21 110 110
22 110 110
23 110 110
24 110 110
25 110 109
26 110 110
27 110 109
28 110 110
29 110 110
30 110 108
31 110 110
32 91 92
33 109 101
122
34 88 88
35 88 103
36 88 88
37 91 92
38 107 109
39 105 106
40 80 77
41 101 94
42 105 106
43 96 89
44 89 88
45 99 105
46 95 84
47 96 89
48 100 90
49 105 99
50 101 92
2. Klik dari menu bar Analyze – Correlate – Bivariate, masukan variabel
pola bimbingan dan variabel pembentukan akhlak kotak variabel,
kemudian tandai Spearman pada kotak pilihan Correlation Coefficients.
3. Kemudian klik OK, maka akan muncul output sebagai berikut:
Correlations
Pola
Bimbingan
Pembentukan
Akhlak
Spearman's rho Pola Bimbingan Correlation Coefficient 1.000 .893**
Sig. (2-tailed) . .000
N 50 50
Pembentukan Akhlak Correlation Coefficient .893** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 50 50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
123
Dari output di atas, N menunjukkan jumlah observasi/sampel sebanyak 50,
sedangkan hubungan korelasi ditunjukkan oleh angka 0,893(**) yang artinya
besarnya korelasi yang terjadi antara variabel pola bimbingan dan pembentukan
akhlak adalah sebesar 0,893. Sedangkan angka sig.(2-tailed) adalah 0,000 nilai ini
lebih kecil daripada batas kritis ɑ = 0,01 (0,000 < 0,01), berarti terdapat hubungan
yang sangat signifikan antara kedua variabel.
Interpretasi Melakukan Uji Signifikansi Menggunakan Uji Z Melalui SPSS
17,0
Tabel “Correlations”, menunjukkan nilai atau besarnya hubungan antara
variabel Pola Bimbingan Orang Tua dengan Pembentukan Akhlak Anak. Besarnya
hubungan antara variabel Pola Bimbingan Orang Tua dengan Pembentukan Akhlak
Anak adalah sebesar 0,893. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel
tersebut mempunyai hubungan yang tinggi. Untuk uji signifikansi, kita harus melihat
nilai ρ value (Sig.):
1. Nilai ρ value ≤ 0,05, maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.
2. Nilai ρ value > 0,05, maka hubungan kedua variabel adalah tidak
signifikan.
Nilai ρ value (Sig.) pada output SPSS menunjukkan nilai sebesar 0,000
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut signifikan (karena ρ value ≤
0,05).
124
Dari hasil jawaban angket dan hasil interpretasi di atas maka penulis pahami
bahwa antara kedua aspek, yakni pola bimbingan (X) dan pembentukan akhlak (Y)
memiliki korelasi yang tinggi dan signifikan antara peran orang tua sebagai
pembimbing, serta anak sebagai terdidik. Hal ini tidak terlepas dari peran kedua
orang tua (ayah, ibu) dalam rangka membentuk akhlak anak. Di antara sekian banyak
metode dalam pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam khususnya, metode
keteladanan adalah salah satu metode yang memiliki dampak pengiring yang sangat
penting dalam pembentukan kepribadian anak.
Oleh karena itu pola bimbingan atau cara yang dilakukan oleh orang tua
menjadi titik sentral dalam pembinaan akhlak kepada anak. Kalau pendidiknya baik,
ada kemungkinan anak didiknya baik, karena anak didik akan meniru pendidiknya.
Sebaliknya, jika pendidiknya buruk, ada kemungkinan anak didiknya juga
berperangai buruk, jadi pola bimbingan atau cara yang dilakukan orang tua
mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa anak, oleh karena itu jadilah teladan yang
baik agar menjadi teladan yang baik bagi diri anak.
125
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian di atas, pembahasan data dan analisa data dari hasil
penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jika dilihat dari rekapitulasi rata-rata skor variabel pola bimbingan yang
menempati rangking pertama dan kedua yaitu orang tua menanamkan
kepada anak untuk cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan orang tua
memiliki kewajiban mengajarkan akhlak kepada anak. Hal ini diduga
bahwa mayoritas orang tua di Perum. BTN (Bank Tabungan Negara)
Lampung Tengah ingin selalu membimbing anaknya dengan cara
menanamkan terlebih dahulu untuk cinta kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala sebagai Tuhan yang berhak disembah, dan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Nabi dan Rasul utusan-Nya. Serta
orang tua menyadari bahwa akhlak amatlah penting diterapkan sejak dini
kepada anak-anak. Sedangkan pola bimbingan yang menempati rangking
terakhir yaitu orang tua mengajarkan kepada anak untuk menghidupkan
tradisi dalam bermusyawarah, hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di
Perum. BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah kurang
menghidupkan tradisi dalam bermusyawarah kepada anak.
126
2. Sedangkan jika dilihat dari rekapitulasi rata-rata skor variabel
pembentukan akhlak yang menempati rangking pertama yaitu akhlak
kepada keluarga. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum.
BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah lebih menekankan
akhlak kepada keluarga terlebih dahulu dibandingkan dengan akhlak yang
lainnya. Sedangkan rara-rata skor variabel pembentukan akhlak yang
menempati rangking terakhir yaitu akhlak kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Hal ini diduga bahwa mayoritas orang tua di Perum.
BTN (Bank Tabungan Negara) Lampung Tengah kurang menempatkan
akhlak ini sebagai prioritas kedua setelah akhlak kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
3. Dari output di atas, N menunjukkan jumlah observasi/sampel sebanyak
50, sedangkan hubungan korelasi ditunjukkan oleh angka 0,893(**) yang
artinya besarnya korelasi yang terjadi antara variabel pola bimbingan dan
pembentukan akhlak adalah sebesar 0,893. Sedangkan angka sig.(2-tailed)
adalah 0,000 nilai ini lebih kecil daripada batas kritis ɑ = 0,01 (0,000 <
0,01), berarti terdapat hubungan yang tinggi dan signifikan antara kedua
variabel, yakni antara pola bimbingan dan pembentukan akhlak anak usia
6-12 tahun.
127
Dengan demikian dapat diketahui bahwa Pola Bimbingan terhadap
Pembentukan Akhlak Anak Usia 6-12 Tahun di Perum. BTN (Bank Tabungan
Negara) Lampung Tengah memiliki hubungan yang positif dan signifikan antara
kedua variabel dalam rangka pembinaan akhlak kepada anak.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan yang disajikan, maka penulis
menyarankan.
1. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam keluarga yang terdiri atas ayah
dan ibu, hendaknya lebih mengutamakan akhlak kepada Allah dan Rasul-
Nya terlebih dahulu, dibandingkan dengan akhlak yang selain dari
keduanya.
2. Orang tua hendaknya tidak terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, hingga
masalah akhlak yang seharusnya diutamakan justru terabaikan.
3. Orang tua hendaknya mendidik anak dengan berlandaskan sesuai Al-
Qur’an dan As-Sunnah, supaya bahagia hidup di dunia dan di akhirat
kelak.
4. Orang tua hendaknya menjadi sosok teladan yang baik bagi anaknya.
128
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ansyariyyah, Ummu Anas Sumayyah Bintu Muhammad. Menggapai Surga
Tertinggi dengan Akhlak Mulia. Bogor: Darul Ilmi, 2003.
Al-Ghazali, Imam. Ihya’ Ulum al-Din, juz, III. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
-------. Imam. Kitab al-Arba’in fi Ushul al-Din. Kairo: Maktabah al-Hindi, t.t.
Al-Jazairy, Syaikh Abu Bakar Jabir. Minhajul Muslim (Pedoman Hidup Harian
Seorang Muslim). Jakarta: Ummul Qura, 2014.
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islami. Jakarta: Amzah, 2015.
Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT
Golden Terayon Press, 1982.
-------. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Bulan Bintang, 1979.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Bahtiar, Wardi. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.t.
Darajat, Zakiah. Kesehatan Mental. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang:
CV. Toha Putra, 1989.
129
Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga
(Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak). Jakarta: Rineka Cipta,
2014.
Helmawati, Pendidikan Keluarga (Teoritis dan Praktis). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Jalaludin. Psikologi Agama (Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-
prinsip Psikologi). Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
-------. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Kartono, Kartini. Peran Orang Tua dalam Memandu Anak. Jakarta: Rajawali Press,
1992.
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia, 1999.
Marzuki, Metodologi Riset (Panduan Penenelitian Bidang Bisnis dan Sosial).
Yogyakarta: Ekonisia, 2005.
Namin, Nurhasanah. Kesalahan Fatal Keluarga Islami Mendidik Anak (Parenting
Book Islam). Jakarta: Niaga Swadaya, 2016.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Nawawi, Hadiri. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1997.
Nazir, Muhammad, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.
Norobuko, Cholid dan Ahmadi. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1997.
130
Nurihsan, Achmad Juntika dan Mubiar Agustin, Dinamika Perkembangan Anak dan
Remaja (Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan). Bandung: PT
Refika Aditama, 2011.
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta, 2013.
Rahim, Aunur. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press, 2001.
Rianti, Ayu Agus. Cara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Mendidik Anak.
Jakarta: PT Elex Media, 2013.
Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Sundayana, Rostina. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2014.
Suwaid, Muhammad Ibnu Abdul Hafidh. Cara Nabi Mendidik Anak. Jakarta: Al-
I’tishom, 2004.
Ulwan, Abdullah Nasih. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani,
1995.
W.S. Winkel. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia,
1989.
131
Walpole, Ronald E. Pengantar Statistika, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1992.
Yin, Robert K. Studi Kasus Desain Metode. Jakarta: Rajawali Press, 1996.
Situs
“Konsep Anak Usia Sekolah” (On-line), tersedia di:
https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1002106034-3-BAB%202.pdf (30 Oktober
2016).
“Koperasi Karyawan Dwi Karya” (On-line), tersedia di:
http://www.dwikaryaggp.com/ (15 Januari 2017).
Uji Coba Instrumen Penelitian Menggunakan Microsoft Excel
1. Langkah-langkah penggunaan Microsoft Excel menentukan validitas butir soal, secara rinci dilakukan sebagai berikut :
a. Cari jumlah skor dari masing-masing responden (kolom Z) (lihat pada contoh gambar di bawah), pada sel Z2 masukkan
rumus =SUM(B2:AD2) kemudian Enter, untuk jumlah pada baris berikutnya, cukup dengan meng-copy dari sel Z2 tarik
ke bawah sampai sel Z51.
2. Dalam Microsoft Excel, kita juga dapat menganalisis butir soal apakah valid atau tidak dengan cara cepat. Berikut langkah-
langkah mencari butir soal secara cepat :
a. Tempatkan kursor pada sel B53, tuliskan rumus berikut :
=CORREL(B2:B51,$L$2:$L51) kemudian Enter.
b. Setelah dienter, maka muncul nilai koefisien korelasi sebesar 0,48553.
c. Untuk nilai koefisien korelasi lainnya, lakukan perintah copy.
d. Jika benar melakukan langkah-langkah tersebut, maka hasilnya ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Pola Bimbingan
Soal
A B C D E F G H I J K
1 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 1 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
6 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4
7 6 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
8 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
9 8 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
10 9 5 4 4 4 3 4 4 5 3 5
11 10 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5
12 11 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4
13 12 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
14 13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
39 38 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
40 39 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
41 40 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4
42 41 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4
43 42 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5
44 43 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5
45 44 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
46 45 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4
47 46 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5
48 47 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5
49 48 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5
50 49 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
51 50 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4
52
53 0,48553 0,396219 0,552697 0,414899 0,54886 0,706687 0,879049 0,774752 0,657579 0,684244
L M N O P Q R S T U V
1 Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2 1 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5
3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5
6 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5
7 6 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5
8 7 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4
9 8 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5
10 9 5 4 5 5 4 3 5 4 4 5
11 10 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4
12 11 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4
13 12 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4
14 13 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5
34 33 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
39 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
40 39 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
41 40 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
42 41 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
43 42 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
44 43 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
45 44 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
46 45 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5
47 46 5 5 5 4 3 4 5 4 4 4
48 47 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4
49 48 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5
50 49 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
51 50 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
52
53 0,729601 0,684088 0,514496 0,451976 0,464353 0,676332 0,44047 0,54886 0,706687 0,398694
W X Y Z
1 Responden 21 22 Jumlah
2 1 4 4 96
3 2 4 4 86
4 3 5 5 109
5 4 4 4 102
6 5 4 4 98
7 6 5 5 101
8 7 4 4 92
9 8 4 4 92
10 9 4 4 93
11 10 4 4 97
12 11 3 2 87
13 12 4 4 92
14 13 5 5 109
15 14 5 5 110
16 15 5 5 110
17 16 5 5 110
18 17 5 5 110
19 18 5 5 110
20 19 5 5 110
21 20 5 5 110
22 21 5 5 110
23 22 5 5 110
24 23 5 5 110
25 24 5 5 110
26 25 5 5 110
27 26 5 5 110
28 27 5 5 110
29 28 5 5 110
30 29 5 5 110
31 30 5 5 110
32 31 5 5 110
33 32 4 4 91
34 33 5 5 109
35 34 4 4 88
36 35 4 4 88
37 36 4 4 88
38 37 4 4 91
39 38 3 5 107
40 39 5 5 105
41 40 4 3 80
42 41 4 4 101
43 42 5 4 105
44 43 4 4 96
45 44 4 4 89
46 45 4 5 99
47 46 4 4 95
48 47 4 4 96
49 48 4 4 100
50 49 4 5 105
51 50 4 4 101
52
53 0,478871 0,384502 12,57945
Pembentukan Akhlak
Soal
A B C D E F G H I J K
1 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 1 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4
6 5 4 4 5 5 4 3 5 4 5 3
7 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 7 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4
9 8 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4
10 9 5 4 4 5 3 4 4 5 4 4
11 10 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4
12 11 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
13 12 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 13 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4
34 33 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
39 38 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
40 39 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
41 40 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4
42 41 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4
43 42 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5
44 43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
45 44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
46 45 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4
47 46 5 4 5 5 3 3 5 5 3 4
48 47 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4
49 48 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
50 49 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4
51 50 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4
52
53 0,511729 0,724873 0,798787 0,680933 0,737552 0,664035 0,680933 0,855671 0,800769 0,83322
L M N O P Q R S T U V
1 Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
6 5 5 5 4 4 3 4 4 5 4 4
7 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 7 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
9 8 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4
10 9 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4
11 10 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
12 11 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4
13 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
34 33 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4
39 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
40 39 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
41 40 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3
42 41 5 4 4 4 4 5 5 4 3 4
43 42 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5
44 43 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4
45 44 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
46 45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
47 46 5 4 4 4 4 4 5 3 3 3
48 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
49 48 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
50 49 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4
51 50 5 4 4 4 4 5 5 4 3 3
52
53 0,787213 0,853341 0,933614 0,933614 0,940034 0,793035 0,652261 0,710967 0,752786 0,781905
W X Y Z
1 Responden 21 22 Jumlah
2 1 4 4 88
3 2 4 5 87
4 3 5 5 110
5 4 4 4 92
6 5 4 5 93
7 6 5 5 110
8 7 4 5 93
9 8 4 4 95
10 9 4 5 90
11 10 4 5 93
12 11 4 4 83
13 12 4 4 89
14 13 5 5 108
15 14 5 5 110
16 15 5 5 110
17 16 5 5 110
18 17 5 5 110
19 18 5 5 110
20 19 5 5 110
21 20 5 5 110
22 21 5 5 110
23 22 5 5 110
24 23 5 5 110
25 24 5 5 110
26 25 5 5 109
27 26 5 5 110
28 27 5 5 109
29 28 5 5 110
30 29 5 5 110
31 30 5 5 108
32 31 5 5 110
33 32 4 5 92
34 33 4 5 101
35 34 4 4 88
36 35 4 5 103
37 36 4 4 88
38 37 4 5 92
39 38 5 5 109
40 39 5 5 106
41 40 3 4 77
42 41 4 5 94
43 42 5 5 106
44 43 4 4 89
45 44 4 5 88
46 45 5 5 105
47 46 2 1 84
48 47 4 5 89
49 48 4 4 90
50 49 5 5 99
51 50 3 5 92
52
53 0,787055 0,479724 16,69405
3. Untuk pengujian koefisien korelasi yang dihasilkan valid atau tidaknya, lakukan langkah-langkah berikut :
a. Buatkan lembar kerja atau sheet yang baru.
b. Buatkan format seperti pada gambar di bawah.
c. Untuk mengisi kolom B, lakukan perintah copy dari sheet sebelumnya (lihat pada gambar di atas) mulai sel B53 s.d. Y53,
tempatkan kursor di B2, kemudian pilih paste.
d. Untuk menghitung thitung (kolom C) tempatkan kursor di sel C2, kemudian tuliskan rumus =B2*(34/(1-B2^2))^0.5
e. Untuk mengisi ttabel (kolom D), ketikan langsung 2.0336
f. Untuk keterangan/criteria valid atau tidak, pada sel E2 tuliskan rumus berikut =IF(C2>2.0336,”Valid”,”Tidak Valid”)
4. Jika benar melakukan langkah-langkah tersebut, maka hasilnya ditunjukkan pada gambar di bawah :
Rekapitulasi Perhitungan Validitas Menggunakan Microsoft Excel
1. Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal
Pola Bimbingan
A B C D E
No. Soal Koef. Korelasi ® thitung ttabel Keterangan
1 0,485530381 3,238435 2,0336 Valid
2 0,396218772 2,516274 2,0336 Valid
3 0,55269711 3,867074 2,0336 Valid
4 0,414899487 2,658914 2,0336 Valid
5 0,54886043 3,828598 2,0336 Valid
6 0,70668651 5,824027 2,0336 Valid
7 0,879049073 10,75174 2,0336 Valid
8 0,774752326 7,145018 2,0336 Valid
9 0,65757915 5,089443 2,0336 Valid
10 0,684243876 5,471067 2,0336 Valid
11 0,729600699 6,220839 2,0336 Valid
12 0,684088432 5,46873 2,0336 Valid
13 0,514495755 3,498571 2,0336 Valid
14 0,451976488 2,954445 2,0336 Valid
15 0,464353258 3,057214 2,0336 Valid
16 0,676331595 5,353885 2,0336 Valid
17 0,440469946 2,860829 2,0336 Valid
18 0,54886043 3,828598 2,0336 Valid
19 0,70668651 5,824027 2,0336 Valid
20 0,398693506 2,53495 2,0336 Valid
21 0,478870959 3,180681 2,0336 Valid
22 0,384502075 2,428723 2,0336 Valid
2. Rekapitulasi Perhitungan Validitas Butir Soal
Pembentukan Akhlak
A B C D E
No. Soal Koef. Korelasi ® thitung ttabel Keterangan
1 0,511728944 3,473058 2,0336 Valid
2 0,724873261 6,135593 2,0336 Valid
3 0,7987873 7,741997 2,0336 Valid
4 0,680932718 5,421599 2,0336 Valid
5 0,737552388 6,368572 2,0336 Valid
6 0,862967448 9,959083 2,0336 Valid
7 0,680932718 5,421599 2,0336 Valid
8 0,863939071 10,00322 2,0336 Valid
9 0,800769435 7,795427 2,0336 Valid
10 0,833219789 8,786573 2,0336 Valid
11 0,831736797 8,735731 2,0336 Valid
12 0,853341124 9,543997 2,0336 Valid
13 0,933613531 15,19434 2,0336 Valid
14 0,933613531 15,19434 2,0336 Valid
15 0,94003365 16,07032 2,0336 Valid
16 0,793034916 7,590823 2,0336 Valid
17 0,652261205 5,017589 2,0336 Valid
18 0,710966799 5,89514 2,0336 Valid
19 0,752786175 6,668225 2,0336 Valid
20 0,781905262 7,313558 2,0336 Valid
21 0,787054799 7,439463 2,0336 Valid
22 0,47972417 3,188041 2,0336 Valid
Untuk pengolahan reliabilitas, hanya 22 soal tersebut yang diolah, sedangkan soal yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam
pengolahan lebih lanjut, atau dibuang.
1. Dengan bantuan Microsoft Excel, kita akan menganalisis bagaimana tingkat reliabilitas instrument pada kasus 1 tersebut.
Berikut langkah-langkah mencari reliabilitas :
a. Buat lembar kerja seperti tampak pada gambar di bawah.
b. Carilah masing-masing nilai simpangan baku (s) dan varians (s2) dari tiap butir soal dan dari skor total dengan cara :
1). Pada sel B52 tuliskan rumus =STDEV(B2:B51), kemudian copy-kan sampai sel AE52.
2). Pada sel B53 tuliskan rumus =B52^2, kemudian copy-kan sampai sel AE52.
c. Pada sel kosong (misal sel A55) carilah nilai 𝛴 𝑠𝑖2 dengan menuliskan rumus =SUM(B53-AE53)
d. Hitunglah koefisien reliabilitas instrument tipe uraian tersebut dengan rumus Alpha :
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
Σ 𝑠𝑖2
𝑠𝑡2 (𝐉𝐚𝐰𝐚𝐛𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐡𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝟏𝟎𝟖 − 𝟏𝟎𝟗)
Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Menggunakan Microsoft Excel
1. Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Butir Soal
Pola Bimbingan
Pola Bimbingan
Soal
A B C D E F G H I J K
1 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 1 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
6 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4
7 6 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
8 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
9 8 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
10 9 5 4 4 4 3 4 4 5 3 5
11 10 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5
12 11 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4
13 12 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
14 13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
39 38 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
40 39 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
41 40 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4
42 41 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4
43 42 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5
44 43 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5
45 44 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
46 45 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4
47 46 5 3 4 4 4 4 5 5 5 5
48 47 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5
49 48 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5
50 49 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
51 50 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4
52 si 0,40406 0,52528 0,49031 0,53452 0,60609 0,49487 0,49487 0,47121 0,57463 0,47121
53 si2 0,16327 0,27592 0,24041 0,28571 0,36735 0,2449 0,2449 0,22204 0,3302 0,22204
54
55 Σ si2 85,32327 85,16 84,88408 84,64368 84,35796 83,99061 83,74572 83,50082 83,27878 82,94857
L M N O P Q R S T U V
1 Responden 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2 1 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5
3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5
6 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 5
7 6 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5
8 7 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4
9 8 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5
10 9 5 4 5 5 4 3 5 4 4 5
11 10 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4
12 11 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4
13 12 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4
14 13 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5
34 33 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
39 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
40 39 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
41 40 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
42 41 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
43 42 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5
44 43 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
45 44 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
46 45 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5
47 46 5 5 5 4 3 4 5 4 4 4
48 47 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4
49 48 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5
50 49 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
51 50 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5
52 si 0,44309 0,43142 0,32826 0,61146 0,68333 0,57888 0,47638 0,50508 0,49487 0,45356
53 si2 0,19633 0,18612 0,10776 0,37388 0,46694 0,3351 0,22694 0,2551 0,2449 0,20571
54
55 Σ si2 82,72653 82,53021 82,34408 82,23633 81,86245 81,39551 81,06041 80,83347 80,57837 80,33347
W X Y Z
1 Responden 21 22 Jumlah
2 1 4 4 96
3 2 4 4 86
4 3 5 5 109
5 4 4 4 102
6 5 4 4 98
7 6 5 5 101
8 7 4 4 92
9 8 4 4 92
10 9 4 4 93
11 10 4 4 97
12 11 3 2 87
13 12 4 4 92
14 13 5 5 109
15 14 5 5 110
16 15 5 5 110
17 16 5 5 110
18 17 5 5 110
19 18 5 5 110
20 19 5 5 110
21 20 5 5 110
22 21 5 5 110
23 22 5 5 110
24 23 5 5 110
25 24 5 5 110
26 25 5 5 110
27 26 5 5 110
28 27 5 5 110
29 28 5 5 110
30 29 5 5 110
31 30 5 5 110
32 31 5 5 110
33 32 4 4 91
34 33 5 5 109
35 34 4 4 88
36 35 4 4 88
37 36 4 4 88
38 37 4 4 91
39 38 3 5 107
40 39 5 5 105
41 40 4 3 80
42 41 4 4 101
43 42 5 4 105
44 43 4 4 96
45 44 4 4 89
46 45 4 5 99
47 46 4 4 95
48 47 4 4 96
49 48 4 4 100
50 49 4 5 105
51 50 4 4 101
52 si 0,57712 0,64555 8,90943
53 si2 0,33306 0,41674 79,378
54
55 Σ si2 80,12776 79,7947 79,37796
2. Rekapitulasi Perhitungan Reliabilitas Butir Soal
Pembentukan Akhlak
Pembentukan Akhlak
Soal
A B C D E F G H I J
1 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 1 4 4 4 5 4 4 4 4 4
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4
6 5 4 4 5 5 4 3 5 4 5
7 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 7 5 4 4 5 4 4 5 4 4
9 8 5 5 5 5 4 4 5 4 4
10 9 5 4 4 5 3 4 4 5 4
11 10 5 4 4 5 4 4 5 4 4
12 11 4 4 4 4 4 4 4 4 3
13 12 5 4 4 4 4 4 4 4 4
14 13 4 5 5 5 5 4 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 4 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 4 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 4 5 5 5 4 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 5 4 4 4 4 4 5 4 4
34 33 5 4 5 5 4 4 5 5 4
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 5 5 5 5 5 5 5 5 5
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 3 4 4 4 4 4 4 4
39 38 5 5 5 5 5 4 5 5 5
40 39 5 5 5 5 4 4 5 5 5
41 40 3 3 3 4 3 3 4 4 3
42 41 5 4 4 4 5 4 5 4 4
43 42 5 4 5 5 5 5 5 5 4
44 43 4 4 4 4 4 4 4 4 4
45 44 4 4 4 4 4 4 4 4 4
46 45 5 4 5 5 4 4 5 5 4
47 46 5 4 5 5 3 3 5 5 3
48 47 5 4 4 4 4 4 4 4 3
49 48 5 4 5 5 4 4 4 4 4
50 49 5 4 5 5 5 4 5 4 4
51 50 5 4 4 4 5 4 5 4 4
52 si 0,47638 0,57711 0,53031 0,45356 0,61412 0,58693 0,44309 0,49857 0,64175
53 si2 0,22694 0,33306 0,28122 0,20571 0,37714 0,34449 0,19633 0,24857 0,41184
54
55 Σ si2 109,7355 109,5086 109,1755 108,8943 108,6886 108,3114 107,9669 107,7706 107,522
K L M N O P Q R S T U
1 Responden 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
6 5 3 5 5 4 4 3 4 4 5 4
7 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 7 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
9 8 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5
10 9 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2
11 10 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
12 11 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3
13 12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
15 14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
16 15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17 16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
18 17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
19 18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
21 20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
22 21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
23 22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
25 24 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
26 25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
27 26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
28 27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
29 28 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
30 29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
31 30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
32 31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
33 32 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
34 33 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4
35 34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 35 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5
37 36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 37 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5
39 38 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
40 39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4
41 40 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3
42 41 4 5 4 4 4 4 5 5 4 3
43 42 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
44 43 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
45 44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
46 45 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
47 46 4 5 4 4 4 4 4 5 3 3
48 47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
49 48 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
50 49 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5
51 50 4 5 4 4 4 4 5 5 4 3
52 si 0,54361 0,49031 0,50346 0,54398 0,54398 0,58029 0,53795 0,43142 0,57994 0,86756
53 si2 0,29551 0,24041 0,25347 0,29592 0,29592 0,33674 0,28939 0,18612 0,33633 0,75265
54
55 Σ si2 107,1102 106,8147 106,5743 106,3208 106,0249 105,729 105,3922 105,1028 104,9167 104,5804
V W X Y Z
1 Responden 20 26 27 Jumlah
2 1 4 4 4 88
3 2 4 4 5 87
4 3 5 5 5 110
5 4 4 4 4 92
6 5 4 4 5 93
7 6 5 5 5 110
8 7 4 4 5 93
9 8 4 4 4 95
10 9 4 4 5 90
11 10 4 4 5 93
12 11 4 4 4 83
13 12 4 4 4 89
14 13 5 5 5 108
15 14 5 5 5 110
16 15 5 5 5 110
17 16 5 5 5 110
18 17 5 5 5 110
19 18 5 5 5 110
20 19 5 5 5 110
21 20 5 5 5 110
22 21 5 5 5 110
23 22 5 5 5 110
24 23 5 5 5 110
25 24 5 5 5 110
26 25 5 5 5 109
27 26 5 5 5 110
28 27 5 5 5 109
29 28 5 5 5 110
30 29 5 5 5 110
31 30 5 5 5 108
32 31 5 5 5 110
33 32 4 4 5 92
34 33 4 4 5 101
35 34 4 4 4 88
36 35 4 4 5 103
37 36 4 4 4 88
38 37 4 4 5 92
39 38 5 5 5 109
40 39 4 5 5 106
41 40 3 3 4 77
42 41 4 4 5 94
43 42 5 5 5 106
44 43 4 4 4 89
45 44 4 4 5 88
46 45 5 5 5 105
47 46 3 2 1 84
48 47 4 4 5 89
49 48 4 4 4 90
50 49 4 5 5 99
51 50 3 3 5 92
52 si 0,60911 0,67491 0,67128 10,1267
53 si2 0,37102 0,45551 0,45061 102,551
54
55 Σ si2 103,8277 103,4567 103,0012 102,5506