PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H. ABDURRAHMAN …
Transcript of PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H. ABDURRAHMAN …
PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H. ABDURRAHMAN WAHID
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIV ERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
Oleh:
RIZA APRILIANA NIM. 07370031
PEMBIMBING:
1. Drs. MAKHRUS MUNAJAT, M.Hum. 2. Hj. FATMA AMILIA, M.Si.
JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2011
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
ii
ABSTRAK
K.H. Abdurrahman Wahid, yang akrab dengan panggilan Gus Dur, adalah seorang pemikir dan pejuang pluralisme, tokoh anti kekerasan, membela orang-orang yang termajinalkan sekaligus pelindung kaum minoritas agama, gender, keyakinan, etnis dan bahkan kalangan sendiri. Dari perjuangan ini satu hal yang menarik adalah bagaimana pluralisme sebagai politik kultur K.H. Abdurrahman Wahid.
Ada beberapa alasan mengapa ketokohan Gus Dur perlu diangkat yaitu: pertama, gerakan perjuangan Gus Dur yang selalu menuai kontroversial, dan selalu berbeda dengan politisi lain, baik kawan maupun lawannya; kedua, gaya politiknya yang unik, dan selalu multitafsir yang mengakibatkan kebanyakan orang sulit memahaminya; ketiga, isu tentang ketokohan Gus Dur yang muncul dan menjadi perdebatan setelah kepergiannya.
Dalam menemukan sisi ketokohan Gus Dur dalam dunia politik di Indonesia salah satunya mensyaratkan penelitian pada buku-buku yang ditulisnya, serta buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang menjelaskan tentang perjalanan politik yang dilakoninya.
Setelah dilakukan penelitian secara mendalam, Penulis berpandangan bahwa ada tiga nilai politik yang diperjuangkannya di dunia politik Indonesia yaitu: demokrasi, pluralisme dan nasionalisme. Namun, dari ketiga nilai politik tersebut diatas, Penulis hanya mengambil dan membahas tentang salah satu nilai yang diperjuangkan Gus Dur yaitu pluralisme.
Dalam menjaga dinamisasi keagamaan Gus Dur menolak pluralisme indifferent, paham relatifisme yang menganggap semua agama sama. Tetapi Gus Dur menghargai pluralisme nonindifferent yang mengakui dan menghormati keberagaman agama. Dalam memperjuangkan pluralisme di Indonesia, Gus Dur menandaskan perlunya tiga nilai universal yaitu: kebebasan, keadilan, dan musyawarah untuk menghadirkan pluralisme sebagai agen pemaslahatan bangsa. Kesamaan hak dan martabat semua penganut dan kepercayaan di bumi nusantara menjadi hal mutlak yang diayomi oleh pandangan inklusifnya.
Selama ini kajian tentang politik banyak berbicara tentang budaya politik (Political Culture), namun sebaliknya, berbicara tentang politik kultur atau politik budaya (Cultural Politics) masih terbilang sedikit bahkan jarang yang membahasnya. Disini Penulis ingin memaparkan tentang pluralisme sebagai politik kultur K.H. Abdurrahman Wahid.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Riza Apriliana
NIM : 07370031
Jurusan : Jinayah Siyasah
Fakultas : Syari'ah dan Hukum
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Pluralisme Sebagai Politik Kultur
K.H. Abdurrahman Wahid” Adalah benar-benar merupakan hasil karya
penyusun sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya orang lain kecuali
pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam footnote atau daftar pustaka.
Apabila dilain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka
tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 Robi'ul Awal 1432 H
2 Maret 2011 M
RIZA APRILIANA NIM. 07370031
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
iv
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal : Skripsi
Lamp : -
Kepada: Yth. Bapak Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengkoreksi serta menyarankan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Riza Apriliana NIM : 07370031 Judul Skripsi : PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H.
ABDURRAHMAN WAHID
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum jurusan/prodi studi Jinayah Siyasah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 Rabiul Awal 1432 H 02 Maret 2011 M
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
v
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal : Skripsi
Lamp : - Kepada: Yth. Bapak Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengkoreksi serta menyarankan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Riza Apriliana NIM : 07370031 Judul Skripsi : PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H.
ABDURRAHMAN WAHID
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum jurusan/prodi Jinayah Siyasah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 Rabiul Awal 1432 H 02 Maret 2011 M
Pembimbing II
Hj. Fatma Amilia, M.Si. NIP. 19720511 199603 2002
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
vi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-07/RO
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Nomor : UIN.02/K.JS.SKR/PP.00.9/074/2011
Skripsi/Tugas Akhir dengan judul : Pluralisme Sebagai Politik Kultur K.H.
Abdurrahman Wahid
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama : Riza Apriliana
NIM : 07370031
Telah dimunaqasyahkan pada : 07 Maret 2011
Nilai Munaqasyah : A-
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga
TIM MUNAQASYAH :
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
vii
MOTTO
Berusahalah Berusahalah Berusahalah Berusahalah dengan sungguhdengan sungguhdengan sungguhdengan sungguh----sungguhsungguhsungguhsungguh dan sertailah dengan do’adan sertailah dengan do’adan sertailah dengan do’adan sertailah dengan do’a
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua saya
Seluruh anggota keluarga besar Almarhum MbahKasrun
Dan orang yang selalu memberikan semangat dan kasih
sayang tanpa lelah dan tanpa merasa pamrih.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
Alif
ba’
ta’
sa’
jim
ha’
kha
dal
Ŝal
ra’
zai
sin
syin
sad
dad
t a
za
‘ain
gain
fa
Tidak dilambangkan
b
t
s
j
h
kh
d
z|
r
z
s
sy
s
d
t
z
‘
g
f
Tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik di bawah)
koma terbalik
ge
ef
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
x
ق
ك
ل
م
ن
و
�
ء
ي
qaf
kaf
lam
mim
nun
waw
ha’
hamzah
ya
q
k
l
m
n
w
h
'
Y
qi
ka
‘el
‘em
‘en
w
ha
apostrof
ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap
"! �دة
$�ة
ditulis
ditulis
Muta'addidah
‘iddah
C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h
%&'(
%)$
ا/و.-,ء آ*ا"%
ا.01* زآ,ة
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
H�ikmah
'illah
Karāmah al-auliyā'
Zakāh al-fit�ri
D. Vokal Pendek
_____
3 4
_____
ذآ*
fath�ah
kasrah
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
A
fa'ala
i
Ŝukira
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xi
_____
:9ه7
d�ammah ditulis
ditulis
u
yaŜhabu
E. Vokal Panjang
Fathah + alif
ه���
Fathah + ya’ mati
� ��
Kasrah + ya’ mati
آ���
Dammah + wawu mati
��وض
Ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
A
jāhiliyyah
ā
tansā
i
karim
ū
furūd�
F. Vokal Rangkap
Fathah + ya’ mati
�����
Fathah + wawu mati
��ل
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
Ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan
Apostrof
اا>!;
ا$�ت
=>. ;?*'@
Ditulis
ditulis
ditulis
a’antum
u’iddat
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan
huruf "al".
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xii
ا.A*ان
ا.A-,س
ا.B&,ء
C&D.ا
Ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
al-Qur’ān
al-Qiyās
al-Samā’
al-Syam
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
ا.1*وض ذوى
ا.FB% اه3
Ditulis
Ditulis
Ŝawi al-furūd�
ahl al-sunnah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xiii
KATA PENGANTAR
شهد ان لا اله الا أ .نالحمد الله رب العالمين وبه نستعين علي امورالدنيا والدي
ف الأنبياء اشرىالصلاة والسلام علو. رسول اهللاشهد ان محمدأاالله و
. امابعد. اله وصحبه اجمعينىسيدنا محمد وعل المرسلينو
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan
kepada kita kenikmatan-kenikmatan-Nya yang agung, terutama kenikmatan iman
dan Islam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam, segenap keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh
umatnya yang konsisten menjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran yang
dibawanya.
Barang siapa diberi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada
seorang pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan Allah,
maka tidak seorang pun yang dapat menunjukinya. Aku bersaksi bahwasanya
tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam, adalah hamba dan Rasul-Nya.
Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya
Alhamdulillah penyusun mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk
melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul: “Pluralisme
Sebagai Politik Kultur K.H. Abdurrahman Wahid”
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xiv
Meskipun demikian penyusun adalah manusia biasa yang tentu banyak
kekurangan, semaksimal apapun usaha yang dilakukan tentunya tidak pernah
lepas dari kekurangan dan pastinya kesalahan. Oleh karenanya, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan.
Terselesainya skripsi ini tentunya tidak bisa lepas dari berbagai faktor.
Banyak motifasi, inspirasi maupun dorongan yang telah diberikan dari berbagai
pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati dan rasa hormat yang tinggi, dalam
kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musya As’ary selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum, Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi,
M.A., Ph.D.
3. Bapak Drs. Makhrus Munajat, M.Hum dan Ibu Hj. Fatma Amilia, M.Si
Selaku Pembimbing, di sela-sela kesibukannya beliau berdua dengan
ikhlas memberikan arahan dan bimbingan serta kritik membangun
terhadap hasil penulisan skripsi ini. Serta di sela-sela kesibukannya beliau
berdua dengan penuh rasa tulus mendoakan saya supaya penyelesaian
Tugas Akhir ini berjalan dengan lancar dan hasil dari Skripsi ini
harapannya bisa memberikan konstribusi dengan penuh kemaslahatan bagi
umat.
4. Ketua Jurusan Jinayah Siyasah, Bapak Dr. H. M. Nur. M.A. selaku
Kepala jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum.
5. Panasehat Akademik saya Drs. Oktoberinsyah, M.Ag., yang telah
meluangkan waktu dan kontribusi pemikirannya dalam skripsi ini.
6. Kepada segenap dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum, atas kuliah-kuliah
yang diberikan kepada saya, sehingga menumbuhkan kesadaran
intelektual.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xv
7. Kepada Abah Munawardji dan Ibu Umiyatik yang saya Cintai, yang telah
melahirkan, merawat, mendidik, dan melakukan segala-galannya bagi
Risa. Terima kasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya, semoga
Abah dan Ibu selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Amin ya Robbal
Aalamin…
8. Kepada Kakak saya satu-satunya Cak Irwan dan istrinya Mbak Suci yang
Bibi’ cintai, Bibi’ bersyukur dan bahagia bisa memiliki kakak-kakak
seperti kalian. Tak lupa buat kedua keponakan saya yang pintar, Robby
dan Romy. Bibi’ akan selalu memberikan yang terbaik buat kalian semua.
Terima kasih yang sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya. Bibi’
sayang kalian semua, semoga selalu dalam Ridho-Nya. Amin ya Robbal
Aalamin…
9. Kepada Mas Hasan Aftori Haelul Afni, yang selalu memberikan cinta dan
kasih sayang kepada Ade’, yang selalu memberikan motivasi, semangat,
support yang tiada henti-hentinya sehingga Ade’ bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan tepat. Terima kasih Ade’ ucapkan kepada Mas
Hasan atas kesabarannya dan kesetiaannya kepada Ade’ selama ini.
Semoga Ade’ Risa dan Mas Hasan selalu bersama seia sekata. Amin ya
Robbal Aalamin…
10. Kepada teman-teman seperjuangan Jinayah Siyasah angkatan 2007 (Ella,
Teteh, Iyal, Ani, Nay, Yuli, Irfan, Johan, Arif, Fauzi, dan semuanya yang
tidak bisa Risa sebutkan satu per satu). Terima kasih teman-teman atas
support dan persahabatan kita selama ini, Semoga persahabatan kita tak
lekang oleh waktu dan tak habis di telan zaman dan semoga cita-cita kita
semua tercapai. Amin...
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xvi
11. Kepada teman-teman jajaran BEM-J JS periode 2009-2011 yang telah
berjuang bersama-sama untuk memajukan jurusan tercinta, Jinayah
Siyasah.
12. Kepada teman-teman seperjuangan PMII Rayon Ashram Bangsa Fakultas
Syari’ah Dan Hukum, yang telah berjuang dan menyisingkan lengan baju
demi terwujudnya kedaulatan mahasiswa di almameter tercinta.
13. Kepada teman-teman GerGet (Gerakan Gender Transformatif) Komsat
PMII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas emansipasinya selama ini
dalam memajukan gerakan keperempuanan di Indonesia.
14. Kepada teman-teman Pusat Studi Dan Konsultasi Hukum (PSKH), yang
telah bersama menaungi dan berusaha untuk menegakkan hukum.
15. Segenap pihak yang tidak mungkin tersebutkan satu persatu, atas
bantuannya baik moril maupun materiil secara langsung atau tidak dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan imbalan yang berlipat ganda
dan meridhai semua amal baik yang telah diberikan. Penyusun sadar bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu sumbangan
saran, dan kritik yang membangun sangat penyusun nantikan dengan harapan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Wallaahu Muwaafiq ilaa Aqwaamit Thariq…
Yogyakarta, 28 Rabiul Awal 1432 H 02 Maret 2011 M
Penyusun,
Riza Apriliana NIM. 07370031
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK....................................................................................................... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN............................................. ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xvii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 3
D. Telaah Pustaka ............................................................................... 3
E. Kerangka Teoritik .......................................................................... 8
F. Metode Penelitian........................................................................... 10
G. Sistematika Pembahasan ................................................................ 12
BAB II: BIOGRAFI K.H. ABDURRAHMAN WAHID ................................ 14
A. Gus Dur Dan Keluarga................................................................... 15
B. Perjalanan Intelektual Gus Dur ...................................................... 18
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
xviii
C. Perjalanan Karir Gus Dur............................................................... 24
D. Karya-karya Gus Dur ..................................................................... 25
E. Gus Dur wafat ................................................................................ 32
BAB III: PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H.
ABDURRAHMAN WAHID ............................................................... 33
A. Pengertian Politik Kultur ............................................................... 33
B. Bentuk Politik Kultur K.H. Abdurrahman Wahid ......................... 35
1. Mengaku Sebagai Orang China ............................................... 35
2. Merangkul Megawati Soekarno Putri Sebagai Wakil Presiden 63
C. Pluralisme Sebagai Nilai Politik Kultur K.H. Abdurrahman
Wahid ............................................................................................. 67
BAB IV: ANALISIS PLURALISME SEBAGAI POLITIK KULTUR K.H.
ABDURRAHMAN WAHID ............................................................... 75
A. Analisis Bentuk Politik Kultur K.H. Abdurrahman Wahid ........... 75
B. Analisis Pluralisme Sebagai Nilai Politik Kultur K.H.
Abdurrahman Wahid...................................................................... 82
BAB V: PENUTUP ......................................................................................... 86
A. Kesimpulan .................................................................................... 86
B. Saran-saran..................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. BIOGRAFI ULAMA
2. CURRICULUM VITAE
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ini kajian politik banyak dipengaruhi oleh struktur sosial,
budaya, dan ideologi, yang mana kajian ini didalam ranah politik disebut
Budaya Politik (Political Culture). Sedangkan nilai yang dipergunakan
seseorang dalam berpolitik disebut Politik Kultur (Cultural Politics).
Kecenderungan kaijian politik selama ini lebih banyak yang mengkaji
tentang Budaya Politik ketimbang Politik Kultur. Dalam hal ini Penulis ingin
menjelaskan tentang Politik Kultur yang diperankan oleh K.H. Abdurrahman
Wahid, dimana salah satu nilai yang digunakan yaitu Pluralisme.
Adapun perbedaan Budaya Politik (Political Culture) dengan Politik
Kultur (Cultural Politics), Penulis akan menjelaskan dalam bentuk kerangka
konsep sebagai berikut:
Budaya (Culture)
Jawa
Sunni
NU
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
Nilai yang digunakan
(System Value) Pluralisme
Cultural Politics Political Culture
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
2
Dari keterangan kerangka konsep di atas, Penulis menjelaskan bahwa
definisi antara Budaya Politik (Political Culture) dengan Politik Kultur
(Cultural Politics) itu sangat berbeda. Budaya Politik (Poltical Culture) yaitu
sesuatu yang membentuk nilai atau kepribadian dari seseorang, sedangkan
Politik Kultur (Cultural Politics) yaitu nilai yang dipergunakan seseorang
dalam berpolitik.
Komitmen K.H. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Gus Dur, dalam memperjuangkan pluralisme melewati ujian yang tak
mudah namun menghasilkan suatu tindakan yang luar biasa. Dalam hal ini,
Penulis mengambil dua contoh tindakan yang dilakukan oleh Gus Dur, yaitu:
Pertama, Gus Dur yang beragama Muslim dan dilahirkan dikalangan
Nahdlatul Ulama (NU) mengakui sebagai keturunan orang Cina dan
menjadikan Kong Hu Cu sebagai agama resmi negara. Gus Dur juga mencabut
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 1967 yang melarang kegiatan
warga Tionghoa dan menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Kedua,
merangkul dan mendukung Megawati sebagai Wakil Presiden Wanita Pertama
di Indonesia, terkait dengan pencalonannya yang menimbulkan kontroversi
dari berbagai pihak.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dianggap
penting untuk mempertegas dan memperjelas dalam pembahasan skripsi ini
sehingga muncul masalah sebagai berikut:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
3
Bagaimana pluralisme sebagai politik kultur K.H. Abdurrahman Wahid?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam sebuah penelitian ilmiah, mengenai tujuan dan kegunaan
penelitian adalah hal yang tidak bisa dipisahkan, karena suatu penelitian jika
tidak ada tujuan dan kegunaan, maka patut dipertanyakan ulang penelitian
tersebut atau dengan kata lain absurd. Adapun tujuan dan kegunaan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan pluralisme sebagai politik kultur K.H.
Abdurrahman Wahid.
2. Kegunaan Penelitian
a. Diharapkan mampu memberi kontribusi, memperluas wawasan, dan
menambah wacana bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya yang tertarik dengan ketokohan K.H. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur);
b. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi penulis-
penulis selanjutnya yang berkaitan dengan K.H. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur).
D. Telaah Pustaka
Penelitian tentang politik Gus Dur, sebenarnya sudah banyak yang
meneliti, sebagaimana oleh Khoirul Rosyadi tentang “Mistik Politik Gus Dur,”
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
4
Listiyono Santoso; “Teologi Politik Gus Dur,” Tim INCReS; “Beyond The
Symbols: Jejak Antropologi Pemikiran dan Gerakan Gus Dur pada tahun
2000,” dan masih banyak sekali tokoh-tokoh yang lainnya. Akan tetapi
pembahasan mengenai Politik Kultur (Cultural Politic) K.H. Abdurrahman
Wahid, dalam hal ini mengenai pluralisme, masih perlu dikaji serta diteliti
lebih dalam lagi. Sebagaimana disertasi yang ditulis oleh Munawar Ahmad,1
yang berjudul “Kajian Kritis Terhadap Pemikiran Politik K.H. Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) 1970-2000,” dimana dalam disertasi tersebut Munawar
Ahmad mencoba untuk mengkaji dan menelaah kembali terhadap pemikiran
politik K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Oleh karena itulah, penting
untuk dikaji serta diteliti kembali.
Untuk mendukung kajian yang lebih integral seperti yamg telah
dikemukakan pada latar belakang masalah, maka Penulis akan berusaha untuk
melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya yang lebih
mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti, diantaranya literatur
berupa buku, meliputi:
Abdurrahman Wahid, “Islamku Islam Anda Islam Kita,” (Jakarta: The
WAHID Institute, 2006), membahas tentang ‘Pluralisme Dan Pembelaan’.
Buku tersebut berangkat dari perspektif korban, terutama minoritas agama,
gender, keyakinan, etnis, warna kulit, posisi sosial.
1 Disertasi dengan judul Kajian Kritis terhadap Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) 1970-2000, itu dipertahankan dalam rapat terbuka Senat Pascasarjana UGM tanggal 18 Desember 2007 lalu di depan delapan dari sembilan penguji, yaitu Yahya Muhaimin, Mohtar Mas'oed, Purwo Santoso, Joko Suryo, Moh Mahfud MD, Yudian Wahyudi, I Ketut Putra Ernawan, dan Edi Martono. Bachtiar Effendi yang juga menjadi penguji berhalangan hadir.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
5
Abdurrahman Wahid, “Tuhan Tidak Perlu Dibela,” (Yogyakarta:
LKiS, 1999), dalam buku ini menjelaskan tentang ‘Tuhan tidak perlu dibela’
tapi umat-Nya atau manusia pada umumnya justru perlu dibela. Salah satu
konsekuensi dari pembelaan adalah kritik, dan terkadang terpaksa harus
mengecam, jika sudah melewati ambang toleransi.
Greg Barton, Biografi Gus Dur, judul asli Gus Dur: “The Autorized
Biography of Abdurrahman Wahid,” Terj. Lie Hua (Yogyakarta: LKiS, 2003),
membahas tentang perjalanan hidup Gus Dur dari semasa kecilnya dan
perlawanannya atas rezim Orde Baru (Orba) serta menjelaskan pula tentang
kebijakannya selama membawa Republik Indonesia. Buku biografi hasil karya
Greg Barton, terbilang tidak seperti biografi yang lainnya, karena biografi
yang ditulisnya, Greg Barton sendiri mempunyai ikatan yang dekat dengan
Gus Dur, sehingga terkesan obyektif. Akan tetapi, inilah yang menarik dari
penulis biografi, Greg Barton, yang menulis dengan empati dan memilki
kedekatan nyaris sangat intim dibanding dengan penulis manapun atas Gus
Dur, menyuguhkan pribadi Gus Dur apa adanya, atau Gus Dur yang rasional,
atau Gus Dur yang kasatmata.
Listiyono Santoso, “Teologi Politik Gus Dur, “ (Yogyakarta: Ar-Ruzz,
2004), menjelaskan tentang pola relasi antara agama dengan negara atau
politik dalam berbagai perspektif yang di dalamnya banyak menyinggung
tentang peta pemikiran politik Gus Dur. Sebagaimana tentang sekularisasi
Islam yang menurut Gus Dur, bahwa agama dan negara tidak boleh dipisahkan
akan tetapi harus dibedakan. Agama adalah salah sesuatu yang sakral
sedangkan politik adalah profan, ketika sesuatu yang sakral (agama)
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
6
diformalisasikan akan berujung pada pelanggaran hak-hak yang paling asasi
pada manusia khususnya non-muslim.
Mujamil Qomar, “NU Liberal,” (Jakarta: Mizan, 2003), adalah
merupakan sebuah tesis yang kemudian menjadi buku yang cukup
menghebohkan. Didalamnya berisi tentang sejumlah tokoh-tokoh NU yang
dianggapnya memiliki gagasan-gagasan yang liberal, termasuk di dalamnya
K.H. Abdurrahman Wahid. Mujamil Qomar (2003: 168-174) menemukan
setidak-tidaknya ada 6 (Enam) gagasan liberal K.H. Abdurrahman Wahid,
yaitu yang berkaitan dengan wacana kesempurnaan Islam, sikap orang
Yahudi-Nasrani dan konsep kafir, wawasan keadilan dan pluralisme, martabat
wanita dan pribumisasi Islam.
M. Hanif Dhakiri, “41 Warisan Kebesaran Gus Dur,” (Yogyakarta:
LkiS, 2010), buku ini menjelaskan tentang kebesaran-kebesaran Gus Dur yang
berjumlah sedikitnya 41 warisan kebesaran Gus Dur diantaranya yaitu:
pluralisme, liberalisme dan humanisme.
Adapun literatur buku tentang pluralisme adalah sebagai berikut:
Dr. Anis Malik Thoha, “Tren Pluralisme Agama,” (Jakarta: Perspektif,
2005), yang menjelaskan tentang definisi, sejarah perkembangan, dan latar
belakang pluralisme. Kemudian menjelaskan tentang tren-tren pluralisme dan
dasar-dasarnya. Serta implikasi dan konsekuensi pluralisme agama saat ini.
Nurcholis Madjid dkk, “Passing Over: Melintasi Batas Agama,”
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998), buku tersebut merupakan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
7
kumpulan tulisan yang ditulis oleh beberapa Penulis, yang menjelaskan
tentang pluralisme dan hubungan antar agama.
Elza Peldi Taher, “Merayakan Kebebasan Beragama: Bunga Rampai
70 tahun Djohan Effendi,” (Jakarta: ICRP, 2009), yang menjelaskan tentang
pluralisme agama, toleransi, dan dialog antar agama. Dimana dalam buku ini
sebagai salah satu apresiasi dan bentuk persembahan kepada Djohan Effendi
atas sumbangsihnya.
Selain literatur yang tersebut diatas, ada beberapa literatur berupa
skripsi yang bisa dijadikan rujukan maupun perbandingan dalam pembahasan
skripsi ini, walaupun tidak secara spesifik membahas tentang Politik Kultur
(Cultural Politics), akan tetapi cukup menjadi rujukan dalam penyusunan
skripsi ini.
Adapun skripsi yang membahas tentang politik Gus Dur. Di antaranya
skripsi yang berjudul: “K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sebagai
Political Man (Studi Ketokohan Gus Dur Tahun 1999-2000)”, dalam skripsi
ini membahas tentang ide-ide interaksi sosial politik Gus Dur sebagai Political
Man dan bagaimana ketokohan Gus Dur dalam dunia politik di Indonesia.2
Skripsi yang berjudul: “Orientasi Kiri Islam Pemikiran Politik
Abdurrahman Wahid (Gus Dur)”, dalam skripsi ini membahas tentang
indikator pemikiran politik Gus Dur, sehingga dapat digolongkan kedalam
2 Moh. Ishamuddin, Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2010.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
8
mainstream tokoh kiri Islam dan basis gagasan kiri Islam Gus Dur dalam
pemikiran politiknya.3
E. Kerangka Teoritik
Untuk memecahkan persoalan atau menjawab pokok-pokok masalah
yang Penulis kemukakan di atas, maka diperlukan pemaparan kerangka dan
landasan teori untuk mengarah pada suatu tujuan yang jelas.
Dalam sebuah negara demokrasi4, disyaratkan adanya (1) open-class
society, (2) communicative society, (3) mass comsumption society, (4)
pluralist society5 dan dijaminnya kebebasan individu untuk melaksanakan
hak-haknya. Sebagaimana dikatakan oleh S. I Benn dan R. S. Paters;
…that they suggest some of egalitarianism…a person as “Democratic” meant that he was “a person of simple and friendly spirit and genial manners. ‘a good mixer and who’, whatever his wealth or status, makes no assumption of superiority”.6
3 Nur Hatta, Jurusan Aqidah Dan Filsafat Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, Dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. 4 Demokrasi muncul sejak dikeluarkannya demokratia pada abad kelima SM untuk
menerangkan sistem demokrasi yang berlaku di negara-kota Yunani-Kuno. Istilah ini berasal dari 2 kata yaitu “Pemerintahan (Kratia) dan rakyat (Demos)”. Syamsuddin Haris, Demokrasi Di Indonesia: Gagasan dan Pengalaman, cet. I, (Jakarta: LP3ES, 1995), hlm. 4. Secara umum demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Perdebatan yang timbul dan sangat kuno adalah demokrasi langsung atau demokrasi perwakilan. Pengertian demokrasi mengalami perkembangan karena negara-kota telah punah dan muncullah negara-bangsa, sementara dalam transformasi demokrasi kedua ini, gagasan demokrasi telah dipindahkan dari negara-kota menuju negara-bangsa (Nation-State) yang skalanya jauh lebih luas. Transformasi inilah yang menyebabkan timbulnya seperangkat lembaga politik yang baru. Kumpulan lembaga baru inilah yang secara keseluruhan sekarang dinamakan ‘Demokrasi’. Robert Dahl, Demokrasi Dan Para Pengkritiknya, alih bahasa Tim Yayasan Obor Indonesia, Jilid I, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), hlm. 4.
5 Kuntowijoyo, Demokrasi dan Budaya Birokrasi, cet. I, (Yogyakarta: Bentang, 1994) hlm. 76.
6 S.I. Benn dan R.S. Paters, The Principle of Political Thought, (New York: Colliers Book, 1959), hlm. 394.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
9
Dan yang paling penting adalah pluralist society dalam artian bahwa
harus ada persamaan (equality) diantara mereka dan tidak ada diskriminasi.7
Pra-syarat menjadi negara demokratis sudah terpenuhi dalam negara
Indonesia atau paling tidak bahwa demokrasi yang diasumsikan oleh Robert
Dahl sudah bisa dipraktekkan dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini,
sebab Indonesia merupakan nation-state yang sangat luas.8
Dalam suasana demokratis, kebebasan, perbedaan pendapat sangat
dihormati demi kemajuan dan tujuan yang dituntut oleh warga negara. Konsep
saling mengawasi dan berkompetensi dijunjung tinggi, Sartori mengatakan:
“Demokrasi adalah suatu sistem politik, dimana pengaruh kelompok mayoritas dijamin oleh kelompok minoritas yang dipilih dan berkompetisi dan kepadanyalah sistem ini dipercayakan.”9
Negara Indonesia, sebagaimana yang diketahui, berasaskan pancasila,
bersistemkan demokrasi, dan bersemboyankan “Bhinneka Tunggal Ika” yang
berarti “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu Jua”. Dimana Negara Indonesia
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, yang terdiri dari
7 Prinsip persamaan (Equality) inilah yang menjadi fokus penting dalam negara
demokrasi. Harvey Whecler, Democracy in Revolutionary Era: The Political Order Today, (Hammorsworth: Penguin Book, 1971), hlm. 68. Sementara Kai Nielsen tidak memasukkan persamaan (Equality) itu sebagai syarat tersendiri akan tetapi secara tidak langsung jika kebebasan (Egalitarianism) sudah menjadi pra-syarat maka secara otomatis equality sudah menjadi bagiannya karena persamaan dan kemerdekaan merupakan bentuk final untuk menghadapi egalitarianism. Kai Nielsen, Equality and Liberty: A Defence of Radical Egalitarianism, (New Jersey USA: Rowman & Allandheild Publishers, 1985), hlm. 281.
8 Nation-state merupakan transformasi kedua “Demokrasi” yang menghasilkan tradisi Republikanisme, Perwakilan, dan Logika Persamaan. Robert Dahl, Demokrasi Dan Para Pengkritiknya, alih bahasa Yayasan Obor Indonesia, Jilid I, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), hlm. 24. Sebenarnya perdebatan tentang nation-state sudah usang, apalagi pada masa sekarang dimana nation-state merupakan motor dari pengrusakan dan penghancuran dunia modern. Padahal munculnya nation-state adalah sebuah upaya untuk masuk ke dalam alam modern.
9 S.P. Varma, Teori Politik Modern, alih bahasa, Yohanes Kristianto SI dkk, cet. III, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 217.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
10
beraneka ragam suku, agama, budaya, ras, bahasa, dan masih banyak lagi.
Disinilah K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memaparkan arti penting dari
sebuah kata pluralisme.
Adapun teori yang digunakan Penulis yaitu teori yang dikemukakan
oleh Stament, Penulis akan menjelaskan dalam bentuk kerangka konsep
sebagai berikut:
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
Maksudnya supaya kegiatan praktis terlaksanakan secara rasional dan terarah,
agar mencapai hasil maksimal.10 Metode penelitian merupakan cara utama
yang dipakai untuk mencapai tujuan, mengisi serangkaian hipotesa dengan
alat-alat tertentu. Dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan di atas
penyusun menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
10 Anton Bakker, Metode-metode Filsafat (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986) hlm. 10.
Kerangka Konsep Tindakan Politik Gus Dur
Sistem Politik Sistem Nilai
Budaya / Simbol Ide-ide Politik
Disimpulkan Dipolitisasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
11
1. Jenis Penelitian
Metode atau cara dalam penyusunan proposal ini adalah penelitian
pustaka (Library Research) dengan menggunakan data-data atau informasi
yang diperlukan berdasarkan literatur atau rujukan yang bersifat primer
dan sekunder. Literatur primer yang dimaksud dalam skripsi ini adalah
karya-karya K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), baik dalam bentuk
buku, jurnal, dll. Sedangkan literatur sekunder merupakan literatur
pembantu yang merupakan karya-karya orang lain yang membahas tentang
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), baik berupa buku, artikel, seminar,
atau dialog yang berkaitan dengan penelitian pembahasan skripsi ini.
2. Sifat Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan penelitian
yang bersifat deskriptif analisis,11 deskriptif yaitu menggambarkan serta
menguraikan secara tepat tentang pemikiran atau konsep tokoh tersebut.
Sedangkan analisis yaitu jalan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baik
melalui jalan primer atau sekunder.
3. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
pendekatan Politik Kultur (Cultural Politics). Pendekatan Politik Kultur
(Cultural Politics) dimaksudkan sebagai pendekatan dengan menggunakan
diagnosa dan analisa dari definisi tentang Politik Kultur itu sendiri.
11 Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III (Jakarta: UI Press, 1986)
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
12
4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang menggunakan pola deskriptif analisis,12 yaitu
data yang diperoleh dari responden, baik yang berupa lisan ataupun
tulisan, dan perilaku nyata yang dapat dipelajari secara utuh.
Metode kualitatif ini juga tidak semata-mata bertujuan untuk
mengungkap kebenaran belaka, akan tetapi juga untuk memahami apa
yang menjadi latar belakang hal tersebut.
G. Sistematika Pembahasan
Suatu penelitian, sangat diperlukan sekali yang namanya sistematika
pembahasan, agar penelitian tersusun secara sistematis dan terkait antar bab
satu dengan bab yang lainnya. Dalam isi pembahasan skripsi ini, Penyusun
membagi menjadi lima bab, yang mana masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
Bab Pertama, yaitu pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Telaah
Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab Kedua, yaitu Biografi K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang
akan menguraikan tentang Riwayat Hidup, Karier Gus Dur Serta Perjalanan
Intelektualnya, Dan Karya-karyanya.
12 Ibid., hlm. 250.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
13
Bab Ketiga, pada bab ini penyusun akan menguraikan tentang
Pluralisme Sebagai Politik Kultur K.H. Abdurrahman Wahid yang terdiri dari
tiga Sub-Bab, yaitu: Pertama, Pengertian Politik Kultur. Kedua, Bentuk Politik
Kultur K.H. Abdurrahman Wahid. Dan ketiga, Nilai Pluralisme Sebagai
Politik Kultur K.H. Abdurrahman Wahid.
Bab Keempat, yaitu Analisis Pluralisme Sebagai Politik Kultur K.H.
Abdurrahman Wahid, dimana dalam Bab ini akan menganalisis tentang
Bentuk Politik Kultur dan Pluralisme Sebagai Nilai Politik Kultur K.H.
Abdurrahman Wahid.
Bab Kelima, yaitu kesimpulan yang dapat diambil dari pemaparan-
pemaparan yang dijelaskan pada bab pertama sampai pada bab keempat.
Kesimpulan ini sekaligus merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
pada rumusan masalah, untuk kemudian menjadi pijakan dalam memberikan
saran-saran yang dibutuhkan.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian antara
budaya politik (Political Culture) dengan politik kultur atau politik budaya
(Cultural Politics) sangat berbeda. Adapun Pengetian diantara keduanya yaitu:
1. Budaya Politik yaitu suatu hal yang melatarbelakangi terbentuknya suatu
pemikiran dari seorang tokoh dalam merealisasikan ide-ide politiknya.
2. Sedangkan Politik Kultur atau Politik Budaya yaitu nilai yang digunakan
seorang tokoh dalam merealisasikan ide-ide politiknya.
Sedangkan pengertian pluralisme yaitu:
Pluralitas berasal dari kata plural yang mempunyai jamak, lebih dari
satu. Pluralis kategori jumlah yang menunjukkan lebih dari satu atau lebih dari
dua, bahan yang mempunyai dualis. Pluralisme adalah keadaan masyarakat
yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya), meliputi
kebudayaan dengan berbagai ragam dan perbedaan di dalam sebuah
masyarakat. Dalam hal ini tentang pluralitas keberagaman dan keterbudayaan
yang berkembang di Indonesia.
Sedangkan secara etimologis, pluralisme memiliki banyak arti, tetapi
pada dasarnya memiliki kesamaan makna. Sebagian ada yang mengatakan
bahwa pluralisme adalah sebuah pengakuan akan hukum Tuhan yang
menciptakan manusia yang tidak hanya terdiri dari satu kelompok, suku,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
87
warna kulit, dan agama saja. Jadi, menurut pengertian ini, pluralisme
mengakui perbedaan-perbedaan sebagai sebuah realitas yang pasti ada di mana
saja.
Ketika hak kaum minoritas ditindas oleh kaum mayoritas, Gus Dur
selalu membawa ke arah yang lebih baik serta membela kaum minoritas.
Gus Dur selalu mengajarkan bahwasannya suatu perbedaan adalah rahmat
bukan suatu alasan menuju perpecahan. Disinilah terbukti bahwa Gus Dur
selalu membawa suatu nilai untuk dipolitisasi dengan ide-ide politiknya.
Gus Dur beranggapan bahwa untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden
tidak hanya berdasarkan pada jenis kelamin saja, melainkan lebih
ditekankan pada kemampuan seorang pemimpin bangsa dalam
mengemban amanat rakyat dan membawa bangsa Indonesia lebih baik
kedepannya.
B. Saran-Saran
Setelah berusaha dengan semampu dan sekuat tenaga yang penyusun
miliki dalam membahas pluralisme sebagai politik kultur K.H. Abdurrahman
Wahid. Maka penyusun ingin menyampaikan beberapa poin yang diharapkan
akan mempunyai manfaat-manfaat di masa-masa yang akan datang demi
terciptanya masyarakat yang bermoral dan bermartabat, saran-saran tersebut
adalah:
1. Pluralisme yang dikembangkan oleh Gus Dur seharusnya dipahami
sebagai suatu bentuk kekeluargaan yang erat, toleran dan menghargai
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
88
kaum minoritas, bukan pluralisme yang mempunyai faham bahwa semua
agama itu sama.
2. Pluralisme agama merupakan suatu keniscayaan dan tidak bisa
dipaksakan, mengingat keyakinan berasal dari hati setiap umat manusia
dan setiap umat manusia berhak untuk memeluk agama dan
kepercayaanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
3. Berpolitik secara humanis merupakan hal yang patut diperhatikan dan
dilaksanakan. Hindarilah berpolitik hanya untuk kepentingan golongan
apalagi kepentingan pribadi. Politik adalah menggunakan suatu nilai atau
ide-ide politik dengan tujuan untuk saling menghormati, saling
menghargai, dan toleran antar umat bukan untuk menindas antar umat satu
dengan yang lain.
4. Persatuan dan kesatuan untuk menghadapi penindasan harus tetap
dilakukan secara bersama dan tidak melihat kepentingan orang-perorang.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
89
DAFTAR PUSTAKA
A. Kelompok Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Semarang: Thoha Putra, 1990.
B. Kelompok Hadis
Sayyid Qutb, Fi Dilal Al-Qur’an, Cairo, Beirut: Dar al-Suruq.
Shahih al-Bukhari, Surabaya: Ahmad Nabhan, t.t.
C. Kelompok Buku
Abdurrahman Nusantari, Ummat Menggugat Gus Dur, Menelusuri Jejak Penentang Syariat, Bekasi-Jawa Barat: Aliansi Pecinta Syariat, 2006.
Abdurrahman Wahid, “Development by Developing Our Selves,” 1979.
________________, Bunga Rampai Pesantren: Kumpulan Karya Tulis Abdurahman Wahid, Jakarta: CV. Dharma Bhakti, 1978.
________________, Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, Jakarta: The Wahid institute, 2007.
________________, Islamku Islam Anda Islam Kita, Jakarta: The Wahid Institute, 2006.
________________, Muslim Di Tengah Pergumulan, Jakarta: Lappenas, 1983.
________________, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan, Depok: Desantara, 2001.
________________, Tabayun Gus Dur: Pribumisasi Islam, Hak Minoritas, Reformasi Kultural, Yogyakarta: LKiS, 1998.
________________, Tuhan Tidak Perlu Dibela, Yogyakarta: LKiS, 1999.
________________, Membaca Sejarah Nusantara: 25 Kolom Sejarah Gus Dur, Yogyakarta: LkiS, 2010.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
90
________________, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren Yogyakarta: WS, 2001.
________________, Kiai Nyentrik Membela Pemerintah, Yogyakarta: LkiS, 1997.
________________, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LkiS, 1999.
K.H. Abdurahman Wahid, dkk., Islam Tanpa Kekerasan, Yogyakarta: LkiS, 1998.
Anton Bakker, Metode-metode Filsafat Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986.
Greg Barton, Biografi Gus Dur, The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: LKiS, 2002.
H. Fuad Anwar, Melawan Gus Dur, Yogyakarta: Pustaka Toko Bangsa, 2004.
Kuntowijoyo, Demokrasi dan Budaya Birokrasi, cet. I, Yogyakarta: Bentang, 1994.
Moh. Ishamuddin, Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010
Muhammad Ali, Teologi Pembebasan Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan, Jakarta: Penerbit Kompas, 2003.
Muhammad Koderi, “Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara,” Jakarta: Gema Insani, 1999.
Ng. Al-Zastrouw, Gus Dur Siapakah Sampeyan?, Jakarta: Erlangga, 1999.
Nur Hatta, Jurusan Aqidah Dan Filsafat Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, Dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008
Nurcholis Madjid, dkk., “Passing Over: Melintasi batas Agama,” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Qadri Azizi, Eklektisisme Hukum Nasional, Kompetisi Antara Hukum Islam dan Hukum Umum, cet. Ke-1, Yogyakarta: Gama Media, 2002.
Robert Dahl, Demokrasi Dan Para Pengkritiknya, alih bahasa Tim Yayasan Obor Indonesia, Jilid I, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992.
S.I. Benn dan R.S. Paters, The Principle of Political Thought, New York: Colliers Book, 1959.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
91
S.P. Varma, Teori Politik Modern, alih bahasa, Yohanes Kristianto SI dkk, cet. III, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta: UI Press, 1986
Syaifullah Ma’shum, Karisma Ulama, Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, Bandung: Mizan, 1998.
D. Kelompok Kamus
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Kamus Politik CB. N. Marbun, SH., Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
E. Kelompok Internet Dan Surat Kabar
http://artikeltopikconanda.wordpress.com tanggal akses 4 Januari 2010
Kompas, 18 Juli 2005
Kompas, 5 Agustus 2005
Majalah Prisma No. 5 tahun 1978
Tomy Su, “Pasang Surut Tahun Baru Imlek,” Kompas, 8 Februari 2005
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)
LAMPIRAN II
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi:
Nama : Riza Apriliana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 21 April 1988
Alamat : Jl. Semangu RT. 02 RW 01 Blok Balai Desa
Blimbing-Paciran-Lamongan-Jawa Timur 62264
Nama Ayah : Munawardji
Nama Ibu : Umiyatik
Alamat : Jl. Semangu RT. 02 RW 01 Blok Balai Desa
Blimbing-Paciran-Lamongan-Jawa Timur 62264
Motto : Berusahalah dengan sungguh-sungguh dan
sertailah dengan do’a
Riwayat Pendidikan Formal:
1. MIM 04 Blimbing-Paciran-Lamongan 1994-2000
2. SMP M 12 Sendangagung-Paciran-Lamongan 2000-2003
3. MA Al-Ishlah Sendangagung-Paciran-Lamongan 2003-2006
4. Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2007-2011
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (26.07.2019)