Petunjuk Teknis Penyusunan RKM/CAP - NUSP2
-
Upload
bagus-ardian -
Category
Government & Nonprofit
-
view
152 -
download
32
Transcript of Petunjuk Teknis Penyusunan RKM/CAP - NUSP2
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSalah satu komponen NUSP-2 yang tertuang dalam Loan Agreement adalah “Pembangunan Permukiman Kumuh” sebagai upaya meningkatkan kualitas kawasan permukiman kumuh. Pelaksanaan pembangunan kawasan harus selaras dengan rencana pembangunan kota. Kegiatan pembangunan permukiman kumuh dilakukan melalui 2 (dua) penanganan, yaitu penanganan dengan skala lingkungan dan skala kawasan.
Pelaksanaan pembangunan permukiman kumuh skala lingkungan dilaksanakan sendiri oleh masyarakat melalui BKM/LKM. Sebelum pelaksanaan pembangunan terlebih dahulu dilakukan serangkaian kegiatan pelatihan dan pendampingan perencanaan untuk menghasilkan Dokumen Rencana Aksi Perbaikan Lingkungan/RAPL (Neigborhood Upgrading Action Plan/NUAP). Dokumen RAPL/NUAP harus dikonsolidasikan terlebih dahulu dengan Rencana Aksi Penanganan Kumuh Kota/RAPKK (Slum Improvement Action Plan/SIAP).Dokumen RAPL/NUAP yang telah dikonsolidasikan dan telah diverifikasi oleh LCO disepakati oleh masyarakat melalui forum Musyawarah Kelurahan III. Kesepakatan tersebut juga terkait dengan penetapan kegiatan prioritas penanganan setiap tahunnya. Dokumen RAPL/NUAP selanjutnya disampaikan kepada Project Management Unit (PMU) dan Asian Development Bank (ADB) untuk mendapat persetujuan.
Berdasarkan dokumen RAPL/NUAP dan kegiatan prioritas penanganan yang telah disepakati oleh masyarakat, ditindaklanjuti dengan menyusun dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) atau Community Action Plan(CAP). Dokumen ini berisi rencana pelaksanaan pembangunan, Rencana Anggaran Biaya (RAB), serta desain dan rencana operasi dan pemeliharaannya. Dokumen ini disusun secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat, termasuk kaum perempuan, yang dikoordinasikan oleh BKM/LKM melalui Tim Inti Perencanaan Partisipatif(TIPP) bersama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) dan perwakilan masyarakat lainnya dengan pendampingan dari Community Advisor (CA).
1
1.2 TujuanTujuan disusunnya petunjuk teknis penyusunan RKM ini adalah untuk menjadi panduan bagi pelaku ditingkat masyarakat dalam merencanakan kegiatan penanganan kawasan kumuh skala lingkungan yang selaras dengan rencana penanganan kumuh skala kawasan dan skala kota.
1.3 SasaranSasaran yang diharapkan dengan adanya petunjuk teknis penyusunan RKM yaitu:a. Tersusunnya dokumen RKM sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur di tingkat kelurahan;b. Tersusunnya dokumen DED dan RAB;c. Tersusunnya rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan infrastruktur;d. Tersusunnya rencana penggunaan dana untuk pekerjaan infrastruktur;e. Tersusunnya rencana pengadaan barang dan jasa masyarakat;f. Tersusunnya rencana kontribusi (swadaya) masyarakat, baik dalam bentuk in-kind
maupun in-cash;g. Tersusunnya penapisan awal dan dokumen safeguard yang dibutuhkan;h. Rencana pemanfaatan dan pemeliharaan (O&P) infrastruktur.
1.4 Ruang LingkupPetunjuk teknis penyusunan RKM mencakup penyepakatan jadwal penyusunan RKM, perancangan teknis rinci, penyusunan rencana anggaran biaya, pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan rencana pengadaan barang penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan.
1.5 ManfaatManfaat petunjuk teknis penyusunan RKM bagi para pelaku dijelaskan pada Tabel 1.1 di bawah ini.
2
Tabel 1.1Manfaat Petunjuk Teknis Penyusunan RKM
No. Pelaku Manfaat1 BKM/LKM Acuan dalam penyusunan dokumen RKM2 Community Advisor (CA) Acuan dalam memberikan pendampingan
kepada BKM/LKM3 City Coordinator (CC) Acuandalam koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan 4 Regional Management Consultant
(RMC)Acuan dalam melakukan pengawasan, pemantauan dan pemeriksaan dokumen
5 National Management Consultant (NMC)
Acuan dalam melakukan pengawasan, pemantauan dan pemeriksaan dokumen
6 Satker Kota/Kabupaten Acuan dalam pencairan dana dan pengawasan pelaksanaan infrastruktur
7 Local Coordinating Office (LCO) Acuan dalam pemeriksaan dan penyelarasan rencana pembangunan denganrencana penanganan kumuh
8 Project Managament Unit (PMU) Acuan dalam pengendalian dan penyaluran dana bantuan
3
BAB IIPENGERTIAN DAN KETENTUAN
2.1 PengertianRencana Kerja Masyarakat (RKM) merupakan dokumen perencanaan pembangunan penanganan kumuh skala lingkungan untuk satu tahun yang disusun oleh masyarakat. Dokumen RKM berisi tentang penjelasan kegiatan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan, DED dan RAB, rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan, rencana penggunaan dana, rencana pengadaan barang dan jasa masyarakat, rencana kontribusi (swadaya) masyarakat, baik dalam bentuk in-kind maupun in-cash, serta rencana pemanfaatan dan pemeliharaan (O&P) infrastruktur.
Pemilihan kegiatan yang menjadi prioritas untuk ditangani pada setiap tahunnya didasarkan pada hasil analisis kebutuhan penanganan kumuh skala lingkungan yang selaras dengan rencana penanganan kumuh skala kota dan kesepakatan masyarakat.
2.2 KetentuanBeberapa ketentuan yang dimuat dalam dokumen Rencana Kerja Masyarakat (RKM) adalah sebagai berikut:a. Jenis infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur yang
menjadiprioritas dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan hasilanalisis kebutuhan/verifikasi NUAP oleh LCO dan PMU NUSP-2.
b. RKM disusun untuk setiap paket kontrak kegiatan masyarakat dengan batasan nilai kontrak untuk 1 (satu) paket adalah sebesar US$ 40.000 atau ekivalen dengan Rp. 500.000.000. Paket kontrak tersebut untuk membiayai pembangunan infrastruktur termasuk biaya administrasi pelaksanaan kegiatan sebesar 1,5% dari nilai kontrak.
c. Kegiatan pembangunan infrastruktur dibiayai oleh dana pinjaman ADB yang disalurkan kepada masyarakat sebagai dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM).
d. Analisa harga satuan pekerjaan menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28 Tahun 2016.
e. Kegiatan yang diusulkan memenuhi persyaratan penapisan awal dan tersedia dokumen safeguard yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan konstruksi; dan
f. Tipologi konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.1.
4
No Aspek Penanganan Skala Kawasan Skala LingkunganKumpulan Perumahan kumuh yang mempunyai karakteristik dan tipologi permasalahan permukiman yang sama dlam satu kawasan deliniasi atau antar kawasan yang mempunyai fungsi yang sama dalam satu sistem jaringan infrastruktur
Kelompok rumah dalam deliniasi permukiman kumuh yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan
1 Lingkup LayananSatu kesatuan Komponen infrastruktur bangunan gedung dan pelengkapnya (sarana dan prasarana) yang berada satu atau menghubungkan antar kawasan permukiman
Komponen infrasturktur bangunan gedung dan pelengkapnya untuk memenuhi kebutuhan hunian dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (UPTD/BLUD) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi NSD, Rusun, Rusus dan Relokasi Rumah Tidak Layak Huni
1 Lingkup Layanan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan antar kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Jalan : 2 m s/d 5 m Jalan : 0,8 m s/d 3 m
1 Lingkup Layanan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan antar kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Drainase : 0,6 m s/d 2 m Drainase : 0,3 m s/d 0,6 m
1 Lingkup Layanan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan antar kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Minimal layanan 150 s/d 1000 KK Minimal layanan 20 s/d 150 KK
1 Lingkup Layanan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan antar kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Minimal layanan 150 s/d 1000 KK Minimal layanan 10 s/d 150 KK
Jenis Infrastruktur Drainase
Pengertian
Jenis Infrastruktur Bangunan Perumahan
Jenis Infrastruktur Air Bersih
Jenis Infrastruktur Jalan
Jenis Infrastruktur Air Limbah (IPAL)
Tabel 2.1Tipologi Konstruksi
5
No Aspek Penanganan Skala Kawasan Skala LingkunganKumpulan Perumahan kumuh yang mempunyai karakteristik dan tipologi permasalahan permukiman yang sama dlam satu kawasan deliniasi atau antar kawasan yang mempunyai fungsi yang sama dalam satu sistem jaringan infrastruktur
Kelompok rumah dalam deliniasi permukiman kumuh yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan
1 Lingkup Layanan
Sebagai komponen infrastruktur pelengkap IPAL atau infrastruktur lainya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Minimal layanan 150 s/d 1000 KK Minimal layanan 10 s/d 150 KK
1 Lingkup Layanan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan antar kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Minimal layanan 250 s/d 2500 KK Minimal layanan 30 s/d 250 KK
1 Lingkup Layanan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang berada dalam satu kawasan deliniasi permukiman kumuh atau menghubungkan antar kawasan permukiman yang membentuk sistem jaringan secara langsung dan terhubung ke eksisting sistem perkotaan
Komponen infrastruktur dan pelengkapnya yang melayani kumpulan rumah dan terhubung kedalam sistem jaringan kawasan, dalam kawasan deliniasi permukiman kumuh
2 Lingkup Perencanaan Komplek berupa Masterplan kawasan dan Design Teknis Sederhana berupa Siteplan dan Design Teknis3 Pengelolaan Oleh pemda (sistem jaringan Kota) Oleh masyarakat4 Pelaksanaan Dilaksanakan secara kontraktual Dilaksanakan secara swakelola5 Jenis Konstruksi Spesifikasi dan Teknis Khusus Mudah dilaksanakan oleh masyarakat6 Klasifikasi Minimal layanan 250 s/d 2500 KK Minimal layanan 30 s/d 250 KK
Jenis Infrastruktur Persampahan (TPS)
Jenis Infrastruktur Pengaman Kebakaran
Pengertian
Jenis Infrastruktur Air Limbah (MCK)
g. Pemanfaatan biaya administrasiBiaya administrasi pelaksanaan kegiatan adalah sebesar 1,5% dari nilai kontrak (RAB dana BPM) hanya untuk membiayai administrasi kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh BKM selama pelaksanaan konstruksi, meliputi:1. Biaya penyelenggaraan musyawarah/rapat;2. Pembuatan papan nama proyek dan papan informasi;3. Pelaporan (mingguan/bulanan/pertanggungjawaban);4. Penggandaan/photocopy (dokumen,
laporanmingguan/bulanan/pertanggungjawaban, dll);5. Pengadaan alat tulis kantor/ATK (kertas, pensil, pena, map dll);6. Dokumentasi kegiatan (0%, 50%, dan100%), hanya untuk proses pencetakan
foto;
6
7. Administrasi seperti materai; dan8. Biaya trasportasi lapangan.(Catatan: tidak boleh untuk membeli alat seperti komputer, mesin ketik, kamera dll).
h. Swadaya masyarakat ditentukan minimal sebesar 6% dari nilai paket kontrak kegiatan, dapat berupa in-kind (dalam bentuk material dan tenaga kerja), dan in-cash (dalam bentuk uang).
7
BAB IIITAHAPAN PENYUSUNAN RKM
Tahapan penyusunan RKM dimulai dari musyawarah kelurahan III, dimana pada saat itu sudah disepakati prioritas kegiatan yang akan ditangani, jadwal penyusunan RKM, dan pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP). Secara rinci tahapan penyusunan RKM ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 3.1 Tahapan Penyusunan RKM
8
MUSKEL III PENYEPAKATAN USULAN KEGIATAN TAHUNAN
PENAPISAN AWAL
PENYUSUNAN DED/RAB
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN
PEMAKETAN BARJAS
VERIFIKASI RMC
VERIFIKASI DAN LEGALISASI OLEH SATKER
KAB./KOTA
Penetapan harga satuan material/bahan/alat/tenaga kerja hasil survei
Kesepakatan swadaya masyarakat
Peta Keterpaduan Profil Kegiatan Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan/Kurva – S Kesiapan Tenaga Kerja dan
Material/bahan
Taha
p Pe
rsia
pan
Taha
p Pe
nyus
unan
Taha
p Ve
rifika
si
RENCANA O & M
3.1 Tahap Persiapan3.1.1. Musyawarah Kelurahan III
Kegiatan penyusunan dokumen RKM dimulai dengan pelaksanaan Musyawarah Kelurahan III. Agenda musyawarah kelurahan III adalah:
a. Pemaparan hasil revisi NUAP yang telah disetujui LCO;b. Penyepakatan rencana kegiatan prioritas tahunan;c. Penyepakatan jadwal kegiatan penyusunan Rencana Kegiatan Masyarakat
(RKM) yang akan dilaksanakan pada tahun berjalan sesuai alokasi dana yang telah disetujui;
d. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM);e. Pemilihan dan pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
Pada kegiatan ini juga disepakati jadwal penapisan awal terhadap rencana kegiatan yang akan disusun RKMnya. Proses dan pendokumentasian kegiatan Musyawarah Kelurahan III menggunakan Format RKM-1, RKM-2, dan RKM-3.
3.1.2. Penapisan Awala. Prinsip dasar pengamanan lingkungan
Program NUSP-2 diklasifikasikan dalam kategori B, hal ini berarti bahwa:1. Potensi dampak negatif yang muncul akibat pelaksanaan program tidak
begitu signifikan, bersifat lokal, kebanyakan dapat diperbaiki; dan2. Langkah mitigasi/pencegahan dampak sudah dirancang dan disiapkan
dalam kebanyakan kasus.Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada saat pelaksanaan pendampingan kegiatan dimasyarakat, konsultan (RMC, terutama CC dan CA) harus menjamin bahwa prinsip dasar pengamanan lingkungan harus menjadi perhatian utama.Prinsip-prinsip dasar pengamanan lingkungan program NUSP-2 adalah:1. Usulan kegiatan harus menghindari atau meminimalkan dampak
lingkungan negatif, dan harus mencari desain dan material alternatif untuk meminimalkan dampak lingkungan negatif;
2. Usulan kegiatan harus menghindari wilayah-wilayah yang dilindungi yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan; dan
3. Setiap usulan kegiatan yang akan memiliki dampak lingkungan harus dilengkapi dengan rencana pengelolaan lingkungan sebagai langkah mitigasi dampak.
9
b. Penapisan AwalTahapan kegiatan penapisan awal dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. BKM dengan pendampingan oleh CC dan CA melakukan penapisan awal
untuk memastikan kegiatan yang ada dalam RKM tidak termasuk dalam negative list. Penilaian terhadap daftar kegiatan terlarang (negatif list) menggunakan Format RKM-31;
2. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji identifikasi dampak lingkungan dan sosial menggunakan Format RKM-32;
3. Laporan hasil kegiatan penyaringan lingkungan dituangkan dalam Format RKM-33;
4. Dokumen penapisan awal ini selanjutnya menjadi kelengkapan dokumen RKM yang akan di verifikasi oleh RMC dan PPK Kab/Kota sebelum dilegalisasi.
3.2 Tahap Penyusunan3.2.1 Penyusunan DED dan RAB
a. Penyusunan DED 1). Penyediaan Tanah/Lahan
BKM-TIPP, KSM dan KPP dengan melibatkan masyarakat dan pendampingan oleh CA melakukan survei terhadap tanah/lahan yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Tanah/lahan disiapkan oleh masyarakat dan harus sudah mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah yang dilengkapi dokumen hibah/izin pakai yang dituangkan dalam surat pernyataan hibah/izin pakai (Format RKM-4). Izin pakai atas tanah/lahan masyarakat untuk pembangunan infrastruktur sedikitnya dengan jangka waktu 20 tahun dan dituangkan dalam Format RKM-4.
2). Survei TeknisSurvei teknis dilakukan untuk memperoleh data kondisi dan situasi lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun. Data/informasi tersebut selanjutnya akan digunakan dalam menentukan desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun. Jenis data/informasi yang diperlukan, antara lain:
10
a) Jalan Kondisi tanah: keras, lunak, dll; Jenis pengguna jalan: orang, motor, mobil, dll; Lebar rata-rata dan panjang jalan yang rusak (sesuaikan dengan
hasil SKS); dan Kemiringan jalan: datar, landai dan curam.
b) Drainase Kesesuaian dengan master plandrainase; Fungsi drainase untuk mengalirkan air hujan, limbah rumah tangga
serta sebagai saluran tepi jalan (sesuaikan dengan hasil SKS); Arah aliran air; Interkoneksi dengan drainase perkotaan; Elevasi dasar saluran pada titik awal dan akhir; Dimensi/ukuran saluran (sesuaikan dengan hasil SKS); dan Luas genangan (sesuaikan dengan hasil SKS).
c) AirMinum Kesesuaian dengan rencana induk sistem air minum; Sumber air minum: PDAM, sungai, mata air, dll; Elevasi titik awal sumber dengan daerah pelayanan; Jarak antara sumber air minum dengan daerah pelayanan; dan Debit sumber air minum.
d) Persampahan Kesesuaian dengan strategi sanitasi kota; Sumber sampah; Keberadaan pengelola sampah (sesuaikan dengan hasil SKS); Lokasi TPS/transfer depo; Kapasitas TPS/transfer depo; Kepemilikan wadah sampah; Rute truk pengangkut sampah; dan Frekuensi pengangkutan sampah.
e) IPAL Sesuai hasil SKS, survei rumah tangga, dan sinkronisasi dengan strategi sanitasi kota/kabupaten.
f) PeneranganJalan Umum (PJU)Keberadaan PJU dan Dimensi dan konstruksi PJU disekitar lokasi.
11
Pelaksanaan survei ini dilakukan oleh BKM-TIPP, KSM dan KPP dengan melibatkan masyarakat dan pendampingan oleh CA. Apabila jenis kegiatan yang akan disurvei cukup banyak maka sebaiknya dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survei dapat berlangsung lebih efektif. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil survei dan pengukuran ini harus dicatat dan disimpan atau diarsipkan. Sebelum pelaksanaan survei harus dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak kelurahan untuk mengurangi kendala yang terjadi pada saat melakukan survei.
Kegiatan survei teknis ini, sekaligus membuat dokumentasi atau foto awal (0%), dan pengambilan titik koordinat pada lokasi yang akan dibangun infrastrukturnya. Pengambilan foto awal dan jumlah titik koordinat disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan dibangun, misalnya untuk jalan, drainase, saluran irigasi, dan air minumperpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan akhir, dan tempat lain yang dianggap penting).
Bangunan seperti MCK, air minum non-perpipaan, cukup diambil dari sisi yang berbeda, yaitu sisi depan, samping, atau belakang. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini nantinya akan menjadi lokasi pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu kondisi 25%, 50%, 75% dan 100%.
3) Perancangan Teknis Rinci Perancangan teknis rinci didasarkan atas analisis hasil survei dan spesifikasi atau ketentuan teknis. Kemudian dilakukan penggambaran dan perhitungan biaya pembangunan yang dituangkan dalam bentuk Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang mencakup jenis pekerjaan, volume, dan jumlah harga pekerjaan. Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu infrastruktur sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya adalah:a) Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa
banyak yang menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya;
12
b) Diketahuinya kelengkapan sistem/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan tersebut;
c) Sistem jaringan infrastruktur (sistem aliran drainase, sistem jaringan jalan, sistem perpipaan, sistem persampahan);
d) Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk bila kondisi tanah dasar tidak memadai;
e) Diketahuinya tata letak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai kebutuhan;
f) Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti tebal plesteran, ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, dinding pasangan ½ bata/batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;
g) Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman, lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan (bila ada);
h) Diketahuinya orientasi bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;
i) Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1 semen : 4 pasir, pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton bertulang campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil, pasangan bata/batako campuran 1 semen : 5 pasir, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan; dan
j) Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas II, atap seng/genteng beton, pipa air minum kelas AW, dll.
Berdasarkan analisis hasil survei kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat, dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan desain harus mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan. Bila bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah kurang memadai, harus dibuat perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi guna menjamin keamanan bangunan.
13
Perencanaan infrastruktur perlu mempertimbangkan estetika lingkungan, hasil desain ini kemudian dituangkan dalam gambar teknik/gambar perencanaan. Selain kegiatan yang telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan menjadi bagian dari proses perancangan, yaitu: a) Menentukan lingkup pekerjaan konstruksi
Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan infrastruktur yang memenuhi persyaratan mutu sesuai standar teknis yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui kuantitas/volumenya, metode pelaksanaannya dan urutan pelaksanaannya.
b) Menentukan/mengidentifikasi jenis pekerjaan konstruksiJenis pekerjaan konstruksi dapat diketahui dari gambar perencanaan infrastruktur yang berisikan informasi mengenai gambar denah, potongan, detail setiap bagian konstruksi dan spesifikasi teknisnya.Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada tahap ini, meliputi lingkup aktivitas dari setiap jenis pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya, dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya. Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk tabel, seperti contoh tabel berikut untuk pekerjaan pembuatan jalan sirtu.
Tabel 3.1Contoh Data Identifikasi Pekerjaan
No. Item Pekerjaan Satuan
1 Pekerjaan penyiapan tanah dasar/badan jalan m²2 Penimbunan badan jalan m³3 Lapis pondasi bawah Kelas C (sirtu) m³4 Galian tanah parit m³5 Pekerjaan beton m³6 Pekerjaan pasangan batu kali m3
14
Catatan: Perlu dipahami cakupan lingkup aktivitas dalam setiap jenis
pekerjaan, sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan/tumpang tindih pembiayaan, misalnya pekerjaan galian tanah. Pekerjaan galian tanah ini mencakup kegiatan membersihkan lokasi pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja dan peralatan kerja, melaksanakan penggalian tanah, membuang tanah bekas galian, dan pengamanan pekerjaan. Dengan demikian, dalam daftar hasil identifikasi pekerjaan tidak ada item pekerjaan pembuangan tanah bekas galian, tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan galian tanah (tidakakan terjadi tumpang tindih pembiayaan).
Pekerjaan pembersihan lapangan harus dicantumkan sebagai item pekerjaan tersendiri. Pembiayaannya diharapkan merupakan kontribusi masyarakat.
Pengadaan kantor/direksi keet, barak tenaga kerja, gudang material dll, harus disediakan melalui swadaya masyarakat.
c) Menentukan kuantitas/volume jenis pekerjaanLangkah-langkah perhitungan kuantitas atau volume pekerjaan adalah sebagai berikut:1) Persiapkan gambar rencana detail yang telah dibuat;2) Persiapkan formulir perhitungan kuantias atau volume
pekerjaan;3) Buat daftar inventarisasi jenis-jenis (item) pekerjaan atau
kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum pada gambar rencana detail, termasuk satuan atau unitnya. Jenis pekerjaan disusun berdasarkan urutan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, seperti pada Tabel 3.1;
4) Lakukan perhitungan kuantitas atau volume pekerjaan5) Volume pekerjaan adalah besaran pekerjaan yang dihitung
menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Ketentuan perhitungan kuantitas atau volume tiap item pekerjaan adalah:
15
Kuantitas pekerjaan harus dihitung berdasarkan rumus untuk menghitung volume/isi (satuan m³, cm³ dll), luasan (m², ha), dan berdasarkan harga satuan yang lazim dipakai (misalnya per m’);
Dimensi/ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan ukuran pada gambar; dan
Perhitungan kuantitas pekerjaan harus mudah dipahami oleh masyarakat. Cara melakukan perhitungan dapat dibuat format sederhana sebagaimana diperlihatkan pada Format RKM-6.
6) Buat rekapitulasi daftar kuantitas/volume seluruh pekerjaanDaftar rekapitulasi ini berupa tabel yang mencantumkan jenis pekerjaan, volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan proyek, dan harus diverifikasi oleh CA bidang teknik. Contoh tabel rekapitulasi daftar kuantitas pekerjaan dapat dilihat pada Format RKM-7.
d) Menentukan metode/cara pelaksanaan pekerjaanMetode atau cara kerja adalah cara bagaimana setiap kegiatan atau pekerjaan akan dilaksanakan berdasarkan kondisi lokasi pekerjaan, ketersediaan tenaga kerja, dan peralatan.Data kondisi lokasi pekerjaan, ketersediaan tenaga kerja, dan peralatan dapat diperoleh dari hasil survei yang telah dilakukan. Berdasarkan kondisi lokasi, ketersediaan tenaga kerja, dan peralatan, dapat ditentukan metode kerja yang akan dipakai, misalnya apakah pelaksanaan kegiatan akan menggunakan tenaga manusia (tenaga kerjamanual), atau mekanik, atau kombinasi dari tenaga manusia dan mekanik. Penentuan metode kerja harus mempertimbangkan volume pekerjaan dan waktu yang tersedia, sehingga metode kerja yang dipilih dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya tanpa mengurangi mutu pekerjaan.Dalam pelaksanaan program NUSP-2, metode kerja secara manual merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pekerjaan. Penggunaan tenaga kerja harus sesuai kualifikasi pekerjaan dengan tetap memprioritaskan pencapaian kualitas pekerjaan yang baik. Pemanfaatan tenaga mekanik dapat dipakai jika pekerjaan tidak dapat
16
dilakukan secara manual dengan pertimbangan utama pencapaian mutu pekerjaan.
e) Menentukan urutan pekerjaan konstruksiPelaksanaan pembangunan infrastruktur dilakukan berdasarkan logika konstruksi bangunan, dimana pekerjaan dilakukan secara berurutan agar tercapai mutu konstruksi sesuai spesifikasi teknis, efisiensi biaya dan waktu. Untuk mengecek urutan kegiatan pembangunan infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan: Apakah kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya? Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya?
Pada tabel berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak berurutan dan berurutan pada pembuatan saluran drainase.
Tabel 3.2Contoh Menentukan Urutan Kegiatan
No. Kegiatan Tidak Berurutan Kegiatan Berurutan1 Pembersihan lapangan Pembersihan lapangan2 Pemasangan bouwplank Pemasangan bouwplank3 Urugan pasir dasar saluran Galian tanah4 Galian tanah Urugan pasir dasar saluran5 Urugan kembali bekas galian Pasangan batu kali6 Pasangan batu kali Urugan kembali bekas galian7 Meratakan dan pemadatan
uruganMeratakan dan pemadatan urugan8 Plesteran dan acian Plesteran dan acian
f) Gambar TeknisBerdasarkan desain dan spesifikasi yang dirancang, dibuat gambar teknis bangunan dengan mencantumkan spesifikasi berkenaan dengan mutu dan dimensi bangunan yang akan dibangun. Semua desain/gambar-gambar teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus diverifikasi oleh LCO dan RMC (CC dan CA). Hasil verifikasi ini sekurang-kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga miskin, kaum perempuan dan kaum difabel, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal), menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak
17
menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat, serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan/infrastruktur.Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:1) Gambar peta rencana kebutuhan penanganan
Gambar 3.2 Contoh Peta Kebutuhan Penanganan
2) Gambar Peta Integrasi dengan sistem jaringan eksisting
18
Gambar 3.3 Contoh Peta Integrasi dengan sistem jaringan eksisting3) Siteplan, dibuat untuk mengetahui tata letak, termasuk awal dan
akhir pekerjaan atau menjelaskan keadaan sekitar dimana sarana dan prasarana akan dibangun dalam lingkup kewilayahan maupun kawasan.
Gambar 3.4 Contoh Siteplan Kawasan
Gambar 3.5 Contoh Siteplan Jalan
19
4) Gambar Situasi – detail digunakan untuk mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok (panjang dan lebar) bangunan, termasuk bangunan pelengkap (bila ada);
Gambar 3.6 Contoh Gambar Denah – Detil
5) Gambar potongan – detil digunakan untuk mengetahui bidang-bidang mana yang terletak dimuka, samping kiri/kanan dan belakang bangunan atau infrastruktur;
20
Gambar 3.7 Contoh Gambar Potongan – Cross Section
Gambar 3.8 Contoh Gambar Potongan – Long Section Plat Duiker
Gambar…..Contoh Gambar Potongan – Long Section
21
Gambar 3.9 Contoh Gambar Tampak - Potongan Plat Duiker
a. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah kebutuhan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu bangunan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Pada program NUSP-2, pembiayaan usulan kegiatan infrastruktur yang akan dibangun oleh masyarakat berasal dari dana NUSP-2/dana BPM dan swadaya masyarakat. Dengan demikian, perhitungan RAB harus mencantumkan besarnya sumber pembiayaan dari NUSP-2/dana BPM dan swadaya masyarakat. Besaran dana swadaya masyarakat ditentukan minimal sebesar 6% dari dana BPM. Dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) harus memperhatikan: Penetapan harga satuan material/bahan dan tenaga kerja hasil survei; Swadaya masyarakat yang telah disepakati dan ditandatangani bersama
dalam Berita Acara kesepakatan.
Adapun manfaat dari RAB yaitu:1. Untuk mengetahui berapa besar rencana biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan pembangunan infrastruktur;2. Mengetahui jumlah/volume kebutuhan tenaga kerja, bahan, dan alat
yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan;3. Sebagai pedoman pada saat pelaksanaan kegiatan pembangunan
prasarana, khususnya pada saat melakukan pengadaan tenaga kerja, bahan dan alat, baik menyangkut jumlah, jenis, maupun harga satuannya masing-masing; dan
4. Untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dibuat dalam dokumen proposal usulan pelaksanaan kegiatan BKM.
Sedangkan Keluaran dari penyusunan RAB adalah sebagai berikut:1. Tersedianya harga hasil surveiyang tidak melebihi harga satuan
kota/kabupaten sebagai acuan dalam perhitungan RAB proyek/sub-proyek;
2. Tersedianya keseluruhan perhitungan/analisa volume tiap jenis kebutuhan pekerjaan (tenaga kerja/bahan/alat) sesuai dengan
22
volumenya (termasuk kualitas) dan menggunakan referensi analisa harga (koefisien) yang dapat dipertanggungjawabkan;
3. Tersedianya nilai kebutuhan dana (RAB) per paket kegiatan sesuai dengan volume kebutuhan (tenaga kerja/bahan/alat) setiap pekerjaan, termasuk administrasi yang diperlukan;
4. Tersedianya nilai swadaya masyarakat yang disepakati; dan5. Tersedianya informasi bagi masyarakat terkait dengan volume/kuantitas
kebutuhan dana (BPM dan swadaya), tenaga kerja, bahan, alat termasuk administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan/menyelesaikan seluruh pembangunan infrastruktur.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAB yaitu:1. RAB disusun oleh TIPP, yang dikoordinasikan oleh UPL, dengan
pendampingan dari CA;2. RAB harus disusun secara teliti/hati-hati dan benar sehingga diperoleh
nilai RAB yang seimbang dengan biaya pelaksanaan pembangunan prasarana yang telah direncanakan (RAB realistis), yaitu perhitungan yang tidak berlebihan (pemborosan) atau kekurangan dana (kualitas atau kuantitas pekerjaan tidak dapat dipenuhi);
3. RAB bersifat terbuka, artinya siapapun warga boleh mengetahui RAB;4. Dana BPM tidak dapat digunakan untuk membiayai ganti rugi pengadaan
tanah/lahan, tanaman, bangunan, dan lain-lain;5. Untuk memperbesar nilai manfaat infrastruktur, masyarakat dapat
melakukan penambahan volume pekerjaan dengan pembiayaan melalui swadaya;
6. Kontribusi masyarakat dalam bentuk bahan/alat/tenaga kerja (in-kind) harus dikonversikan menjadi bentuk dana/biaya (uang) guna perhitungan RAB.
Langkah-langkah kegiatan penyusunan RAB adalah sebagi berikut:1. Survei harga satuan bahan/alat dan upah
Tata cara pelaksanaan survei harga satuan bahan/alat dan upah yaitu:a) Ketua TIPP membentuk tim pelaksana survei yang berasal dari
anggota TIPP, KSM dan KPP. Jumlah anggota tim pelaksana survei minimal 3 (tiga) orang dan ganjil;
23
b) Tim pelaksana survei melakukan pendataan harga satuan kota/kabupaten sebagai acuan harga satuan bahan/alat dan upah (Format RKM-8);
c) Tim pelaksana survei melakukan survei harga satuan material/bahan dan alat minimal di3 (tiga) toko/pemasok;
d) Tim pelaksana survei melakukan survei harga satuan upah tenaga kerja di 3 (tiga) lokasi/kelompok masyarakat (Format RKM-9);
e) Tim pelaksana survei mencatat semua informasi yang diperlukan untuk penentuan harga satuan; dan
f) Tim pelaksana survei melakukan rekapitulasi hasil survei yang telah dilaksanakan (Format RKM-10 dan Format RKM-11).
Data hasil survei harga satuan material/bahan, alat dan upah tenaga kerja selanjutnya ditetapkan melalui rembug warga, dengan tahapan sebagai berikut:a) Ketua TIPP menentukan waktu dan tempat pelaksanaan rembug serta
menyampaikan undangan kepada lurah, BKM, anggota TIPP, anggota KSM, anggota KPP, tokoh masyarakat dan CA (Format RKM-12);
b) Rembug dibuka oleh ketua TIPP sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan yang hendak dicapai;
c) Ketua TIPP selanjutnya menyampaikan laporan hasil survei harga satuan yang telah dilakukan oleh tim survei, dan membagikannya kepada seluruh peserta rembug sebagai panduan mengikuti pembahasan dan penyepakatan harga satuan;
d) Pembahasan dan penyepakatan harga satuan per jenis material/bahan, alat dan upah dipandu oleh BKM dan CA untuk memperlancar jalannya rembug;
e) Kesepakatan harga satuan dituangkan dalam berita acara menggunakan Format RKM-13 dan dibacakan kembali sebelum ditandatangani;
f) Acara rembug ditutup oleh ketua TIPP; dang) Peserta rembug harus mengisi daftar hadir yang telah disiapkan
(Format RKM-14).
2. Survei swadaya masyarakat
24
a) Swadaya masyarakat merupakan kontribusi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap kondisi wilayahnya dan rasa memiliki terhadap infrastruktur yang telah dibangun;
b) Sasaran dari survei swadaya masyarakat adalah untuk mengetahui dan meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan pembangunan infrastruktur wilayahnya;
c) Indikator keluaran dari survei swadaya masyarakat adalah diketahuinya siapa, apa saja bentuknya, dan berapa besarnya swadaya yang akan diberikan oleh masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan infrastruktur. Jenis dan nilai dari swadaya yang dikontribusikan oleh masyarakat tidak dibatasi;
d) Jenis swadaya masyarakat yang diperhitungkan dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB), berupa komponen tenaga kerja, bahan/material bangunan, peralatan kerja, dan dana tunai; dan
e) Waktu pelaksanaan survei swadaya masyarakat dapat dilaksanakan bersamaan dengan survei calon tenaga kerja dan harga satuan upah/bahan/alat.
Adapun tata cara pelaksanaan survei swadaya masyarakat yaitu:a) Tim survey melakukan survei swadaya masyarakat dengan
mendatangi atau mengadakan rembug terutama bagi warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi kegiatan;
b) Tim survey mengidentifikasi jenis kontribusi yang dapat disumbangkan oleh masyarakat dalam pembangunan infrastruktur;
c) Tim surveimemastikan bahwa masyarakat yang akan berkontribusi benar-benar dapat berkontribusi; dan
d) Tim survei mencatat semua informasi yang diperlukan.
Adapun tata cara pelaksanaan rembug warga untuk survei swadaya adalah sebagai berikut:a) Ketua TIPP menentukan waktu dan tempat pelaksanaan rembug serta
menyampaikan undangan kepada lurah, BKM, anggota TIPP, anggota KPP, tokoh masyarakat dan pendamping masyarakat/CA (Format RKM-18);
25
b) Rembug dibuka oleh ketua TIPP sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan yang hendak dicapai;
c) Ketua TIPP selanjutnya menyampaikan laporan hasil survey swadaya masyarakat yang telah dilakukan oleh tim survei, dan membagikannya kepada seluruh peserta rembug sebagai panduan mengikuti pembahasan dan penyepakatan swadaya masyarakat;
d) Pembahasan dan penyepakatan swadaya masyarakat dipandu oleh BKM dan CA untuk memperlancar jalannya rembug;
e) Rembug kesepakatan kesanggupan keswadayaan masyarakat dituangkan dalam berita acara dan dibacakan kembali sebelum ditandatangani (Format RKM-19);
f) Acara rembug ditutup oleh ketua TIPP;g) Peserta rembug harus mengisi daftar hadir yang telah disiapkan; danh) Hasil rembug warga kesanggupan swadaya masyarakat
disosialisasikan pada musyawarah kelurahan III.
3. Perhitungan RAB pekerjaanPerhitungan RAB dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:a) Menyiapkan daftar harga satuan upah/bahan/alat yang telah
disepakati;b) Menyiapkan daftar hasil kesapakatan kesanggupan keswadyaan
masyarakat;c) Melakukan perhitungan volume kebutuhan bahan/material, tenaga
kerja dan peralatan yang diperlukan (swadaya dan dana BPM);d) Melakukan perhitungan RAB pekerjaan (swadaya dan dana BPM).
Perhitungan volume dan RAB pada poin c) dan d) secara rinci dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :a) Perhitungan volume kebutuhan bahan/material, tenaga kerja dan
peralatan, yaitu:1) Perhitungan volume kebutuhan total pekerjaan;
Melakukan perhitungan kebutuhan tenaga kerja/bahan/alat tiap jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan mengacu pada daftar kuantitas pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. “Koefisien” dari setiap jenis/macam tenaga kerja, material/bahan dan peralatan kerja berdasarkan “koefisien” yang tercantum pada analisa harga
26
satuan pekerjaan (Permen PU no 28 Tahun 2016) dan gunakan Format RKM-20;
2) Rekapitulasi kebutuhan total tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan/proyek (format RKM-21). Prinsip perhitungannya adalah jumlah total masing-masing kebutuhan tiap jenis/macam tenaga kerja, bahan dan alat yang dibutuhkan pada tiap jenis pekerjaan dijumlahkan untuk seluruh jenis pekerjaan yang ada. Hasil perhitungan dibuat dalam satu daftar rekapitulasi kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat.
b) Perhitungan volume swadaya masyarakat1) Perhitungan jenis swadaya masyarakat berdasarkan hasil rembug
kesepakatan kesanggupan keswadayaan masyarakat dan musyawarah kelurahan III;
2) Jenis swadaya masyarakat yang diperhitungkan dalam penyusunan RAB, seperti contoh pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.3Contoh Jenis Pekerjaan dan Jenis Swadaya
No. Jenis Pekerjaan Jenis Swadaya1 Penyiapan dan pembersihan
lahanTanah/lahan, tenaga kerja, alat dan konsumsi
2 Pengangkutan material Tenaga kerja, alat dan konsumsi
3 Pengawasan Tenaga kerja (mandor)4 Pelaporan Tenaga kerja5 Dst…………..
3) Nilai swadaya masyarakat harus diperhitungkan dalam bentuk uang, sehingga tenaga kerja, bahan/material bangunan, peralatan kerja harus dikonversikan dalam bentuk uang;
4) Satuan untuk tiap jenis tenaga kerja (mandor, tukang, dan pekerja) adalah dalam satuan HOK. Volume tenaga kerja dihitung berdasarkan kesepakatan awal antara tenaga kerja dengan BKM. Kesepakatan ini tidak perlu diformatkan, tetapi perlu diarsipkan.Contoh:
27
(a) Koefisien selalu dinyatakan dalam bentuk angka bulat (1, 2, dst) atau angka pecahan (0,002 atau 0,03 dst);
(b) Angka koefisien dapat berbeda-beda untuk setiap jenis tenaga kerja, bahan, alat serta untuk tiap jenis pekerjaan;
(c) Paket pekerjaan jalan memerlukan pekerja 50 HOK dan waktu selama 7 hari;
(d) Berdasarkan survei tenaga kerja swadaya, terdapat 10 orang pekerja;
(e) Tiga (3) orang pekerja bersedia bekerja satu (1) hari penuh (7-8 jam), tapihanya selama 2 hari. Berarti jumlah pekerja dihitung = (8 jam : 8jam) x (2 hari : 7 hari) x 3 orang = 0,86pekerja;
(f) Tujuh (7) orang pekerja dalam satu (1) hari hanya bersedia bekerja selama 4 jam sampai pekerjaan selesai (selama 7 hari). Jumlah pekerja dihitung = (4 jam : 8jam) x (7 hari: 7 hari) x 7 orang = 3,5 pekerja;
(g) Total pekerja yang tersedia dari swadaya masyarakat adalah 4,36 pekerja untuk pekerjaan jalan dari jenis pekerjaan lapis pondasi bawah.
5) Untuk memudahkan proses perhitungannya dapat menggunakan formulir perhitungan rekapitulasi volume swadaya masyarakat (Format RKM-22);
6) Hasil akhir dari seluruh kegiatan perhitungan swadaya adalah diperolehnya gambaran tentang besarnya rencana swadaya masyarakat yang akan diberikan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
c) Perhitungan volume dari dana BPMVolume kebutuhan dana BPM dihitung dengan cara kebutuhan total pekerjaan dikurangi kebutuhan swadaya masyarakat untuk masing-masing komponen tenaga kerja, bahan dan alat yang sesuai (Format RKM-23).
d) Perhitungan RABPerhitungan RAB mencakup perhitungan RAB infrastruktur yang dirinci untuk masing-masing sumber dana, yaitu swadaya masyarakat
28
dan dana BPM. Proses perhitungan RAB mencakup 6(enam) langkah, yaitu: Analisa harga satuan pekerjaan; Analisa harga satuan pekerjaan swadaya masyarakat; Analisa harga satuan pekerjaan dana BPM; Perhitungan RAB swadaya masyarakat; Perhitungan RAB dana BPM; dan Rekapitulasi RAB (swadaya dan dana BPM);
Adapun prinsip dasar perhitungan RAB yaitu:
= x
Perlu diperhatikan: Setiap jenis infrastruktur (jalan lingkungan, jalan setapak, drainase, persampahan, air limbah, air minum dan penerangan jalan umum), harus memiliki RAB swadaya dan dana BPM. Misal: pembangunan jalan lingkungan dan drainase, RAB swadaya dan dana BPM harus dibuat masing-masing untuk jalan lingkungan dan drainase.
Setiap langkah perhitungan RAB dapat dijelaskan sebagai berikut:a) Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Analisa harga satuan pekerjaan dibutuhkan untuk mengetahui harga satuan setiap jenis pekerjaan per satuan volume, luas, panjang dan sebagainya sesuai dengan analisa harga satuan pekerjaan Permen PU no 28 tahun 2016 Bidang Cipta Karya, yang terdiri dari komponen tenaga kerja (mandor, tukang dan pekerja), bahan dan alat (Lihat Format RKM-24).Cara perhitungan:1) Tentukan “koefisien” komponen tenaga kerja, bahan dan alat
berdasakan jenis pekerjaan sesuai AHSP (Analisa Harga Satuan Pekerjaan Permen PU No 28 tahun 2016 Bidang Cipta Karya);
2) Isi harga satuan berdasarkan hasil kesepakatan;3) Jumlah harga = koefisien x harga satuan;4) Harga satuan pekerjaan = jumlahkan seluruh jumlah komponen.
29
HARGA SATUANVOLUMERAB
b) Analisa harga satuan pekerjaan swadaya masyarakatSecara prinsip perhitungan, analisa ini sama dengan AHSP secara keseluruhan. Perbedaannya pada harga satuan upah tenaga kerja, dimana harga satuan swadaya masyarakat berdasarkan kesepakatan antara BKM dan tenaga kerja (warga) yang berkontribusi berupa swadaya tenaga (Lihat Format RKM-25).
c) Analisa harga satuan pekerjaan dana BPMHarga satuan untuk tenaga kerja, bahan dan alat berdasarkan hasil survei yangtelah disepakati (Lihat Format RKM-26).
d) Rencana Anggaran Biaya (RAB) swadaya masyarakat1) Harga satuan sesuai AHSP swadaya masyarakat (Lihat Format
RKM-27).2) Volume kegiatan pekerjaan dihitung berdasarkan jumlah
ketersediaan tenaga kerja swadaya.Misal: untuk mengerjakan 100 m³ jenis pekerjaan tanah dibutuhkan 50 HOK, sedangkan ketersediaan tenaga kerja swadaya hanya 10 HOK. Maka volume kegiatan pekerjaan untuk swadaya masyarakat = (10 HOK : 50 HOK) x 100 m³ = 20 m³;
3) Format RAB swadaya masyarakat dapat dilihat pada Format RKM-27.
30
FORMAT RKM-27 Rencana Anggaran Biaya (RAB) SWADAYA
Gambar 3.10 Contoh RAB Swadaya
e) Rencana Anggaran Biaya (RAB) dana BPM1) Volume RAB dana BPM dihitung dengan cara volume rekapitulasi
RAB dikurangi volume RAB swadaya masyarakat, sedangkan harga satuan sesuai harga satuan pada Format RKM-26;
2) Jumlah RAB dana BPM ditambah dengan 1,5% dari jumlah biaya keseluruhan (Lihat Format RKM-28).
31
FORMAT RKM-28
Rencana Anggaran Biaya (RAB) BPM
Gambar 3.11 Contoh RAB BPM
Gambar 3.12 Lanjutan Contoh RAB BPM
f) Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB)Perhitungan RAB dapat memakai Format RKM-29, dengan penjelasan sebagai berikut:1) Kolom No: diisi nomor jenis pekerjaan;
32
2) Kolom jenis pekerjaan: diisi jenis pekerjaansesuai Format RKM-6 (misal: pekerjaan tanah) dan kegiatan pekerjaan (galian tanah, mengangkut tanah, urugan kembali dll) serta pekerjaan lain-lain yang didalamnya dicantumkan biaya administrasi sebesar 1,5% dari jumlah biaya keseluruhan;
3) Kolom satuan dan volume diisi sesuai Format RKM-7;4) Kolom harga satuan diisi sesuai Format RKM-24;5) Kolom jumlah diisi hasil perkalian volume dan harga satuan.
Gambar 3.13 Lanjutan Contoh Rekapitulasi RAB BPM
3.2.2 Penyusunan Rencana Pembangunana. Peta Keterpaduan
33
FORMAT RKM-29
Rekapitulasi RAB BPM
Penanganan permukiman kumuh dilakukan secara tuntas dengan mempertimbangkan seluruh aspek dalam satu sistem kawasan yang melibatkan berbagai pihak dan sumberdaya baik material, biaya, maupun tenaga. Keterpaduan program berdasarkan hasil perumusan kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh digambarkan melalui peta keterpaduan yang komprehensif. Melalui peta keterpaduan tergambarkan penanganan yang tidak parsial, efisien dan terskenario dengan baik. Peta keterpaduan memuat informasi: Deliniasi Kumuh; Segmentasi penanganan kumuh; Jenis dan lokasi penanganan; Sumber pembiayaan; dan Tahun pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Gambar 3.14 Contoh Peta Keterpaduan Penanganan Kumuh
b. Profil KegiatanBentuk uraian dapat berupa tabulasi yang berisikan aspek: Administratif: Provinsi, kota/kabupaten, kelurahan, RW/RT/lingkungan;
34
Karakteristik fisik: luas kumuh, jenis kawasan, jenis lingkungan kawasan, tipologi, kepemilikan lahan dan kesesuaian dengan RTRW;
Kependudukan; Infrastruktur: jalan lingkungan, jalan setapak, drainase lingkungan,
penyediaan air minum, persampahan, air limbah rumah tangga dan penerangan jalan umum.
Peta deliniasi kawasan kumuh yang memuat rencana pembangunan infrstruktur yang akan dilaksanakan;
c. Jadwal pelaksanaan KegiatanSecara sederhana jadwal pelaksanaan pekerjaan menggambarkan rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur. Jadwal pelaksanaan pekerjaan pada dasarnya memberikan gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur.
Sasaran kegiatan ini adalah diketahuinya jangka waktu pelaksanaan proyek atau keseluruhan pekerjaan yang paling realistis dan tidak melampaui batasan yang telah ditetapkan oleh program. Indikator keluarannya adalah: Adanya rencana waktu pelaksanaan tiap pekerjaan sesuai dengan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan (tidak terlampau lama atau cepat); dan
Adanya jadwal pelaksanaan proyek (keseluruhan pekerjaan) yang tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan dalam master schedule program.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini berisi: Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan; Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat; Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (durasi); dan Bobot kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai
suatu jenis kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan makin besar bobot suatu kegiatan maka makin besar pula nilai
35
pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya atau waktunya.
Bentuk jadwal pelaksanaan kegiatan dapat menggunakan bentuk jadwal yang sangat sederhana dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Pada prinsipnya kegiatan yang akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu. Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:1) Tentukan/identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;2) Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut;3) Tentukan volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);4) Tentukan/perkirakan “lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa
disebut juga durasi)”. Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;
5) Tentukan bobot masing-masing jenis kegiatan; dan6) Gambarkan “waktu pelaksanaan” dari tiap jenis kegiatan dalam bentuk
bagan balok pada skala waktu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan1) Urutan kegiatan
Dalam penyusunan jadwal pekerjaan, cara penulisan urutan kegiatan lazimnya disusun/ditulis dari atas kebawah, sehingga secara sederhana susunan tersebut dapat memberikan gambaran bahwa suatu kegiatan dilaksanakan setelah selesai kegiatan sebelumnya (kegiatan nomor diatasnya), kemudian dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya (kegiatan nomor dibawahnya).
Secara detail penjelasan bagaimana menentukan urutan pekerjaan konstruksi dapat dilihat pada penjelasan menentukan lingkup pekerjaan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
2) Waktu pelaksanaan kegiatanWaktu pelaksanaan kegiatan (durasi) adalah jumlah waktu (satuannya dapat berupa hari, minggu dan seterusnya), yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan. Untuk menentukan waktu pelaksanaan
36
dari suatu jenis kegiatan maka harus diketahui terlebih dahulu volume kegiatan yang akan dibuat (volume rencana), kemudian tentukan metode kerja apa yang akan dipakai.Peranan metode kerja cukup penting karena akan mempengaruhi durasi pekerjaan. Kemampuan kerja (produktivitas) antara tenaga manusia (metode padat karya) dengan peralatan (metode mekanis) akan sangat berbeda. Metode mana yang akan digunakansangat tergantung pada kondisi yang ada dilapangan, seperti ketersediaan tenaga kerja atau peralatan, apakah memungkinkan bila menggunakan peralatan besar, bisa dipilih tenaga kerja, atau peralatan, atau kombinasi antara keduanya (tenaga kerja dan peralatan).
Oleh karena kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya adalah kegiatan yang sederhana, maka penentuan waktu tiap jenis kegiatan disarankan untuk dapat dilakukan dengan cara perkiraan, dan sebaiknya dilakukan oleh orang yang mempunyai pengalaman seperti tukang atau mandor bangunan agar taksiran waktunya lebih mendekati kenyataan dilapangan (lebih realistis).
Untuk menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan (durasi) untuk setiap jenis kegiatan, dilakukan dengan memperkirakan langsung durasi setiap item pekerjaanatau dapat dilakukan dengan langkah-langkah pendekatan perhitungan sederhana sebagai berikut:a) Perlu diketahui volume dari tiap jenis kegiatan, volume kegiatan yang
besar tentu akan memerlukan waktu penyelesaian yang lebih lama dibandingkan dengan volume yang lebih sedikit (dalam kondisi jumlah tenaga kerja/alat yang tetap/sama);
b) Perlu ditentukan metode kerja yang akan digunakan, apakah dengan tenaga kerja atau peralatan. Dari metode kerja yang dipilih, selanjutnya perlu diketahui produktivitas/kemampuan kerja dari setiap tenaga kerja atau peralatan yang akan digunakan. Kemampuan kerja disini dapat diartikan sebagai jumlah volume pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seorang tenaga kerja atau satu unit peralatan persatuan waktu tertentu. Satuan waktu tertentu ini bisa dipakai satuan hari atau jam kerja.
37
Sebagai contoh, kemampuan seorang tenaga kerja untuk menggali tanah adalah 3m3 perhari (6 jam kerja). Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan galian tanah dapat diperhitungkan dengan membagi volume galian dengan jumlah pekerja dan produktivitas perhari. Perlu ditentukan berapa jumlah tenaga kerja (tukang) atau peralatan yang akan digunakan atau yang tersedia. Dari jumlah tenaga kerja atau peralatan ini dapat diketahui berapa volume pekerjaan yang akan dihasilkan secara berkelompok dalam satu satuan waktu tertentu (produktivitas kelompok). Misalnya, 4 orang tenaga kerja melakukan pekerjaan galian, maka dalam satu hari, volume galian yang bisa dihasilkan adalah 12 m3 (4 org x 3 m3).
c) Lakukan langkah sesuai cara poin 2 diatas untuk semua jenis kegiatan proyek. Hal yang perlu diperhatikan adalah satuan waktu (durasi) untuk semua jenis kegiatan harus dibuat sama, apakah hari atau minggu.
3) Bobot kegiatanManfaat dengan diketahuinya bobot tiap kegiatan adalah dapat dibuat prioritas pilihan terhadap kegiatan yang bobotnya besar untuk dijadikan sebagai fokus atau pusat perhatian pengendalian supaya pelaksanaan kegiatan nantinya tidak terlambat, kualitas bangunan baik, dan biaya yang digunakan efisien (pengendalian perjenis kegiatan). Manfaat lainnya adalah pada tahap pelaksanaan pembangunan infrastruktur, dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemajuan (atau progres) kegiatan dilapangan.
Cara menentukan bobot tiap kegiatan pada pekerjaan konstruksi/infrastruktur lazimnya dihitung dengan mengacu pada jumlah biaya kegiatan, yaitu biaya kegiatan dibagi jumlah total biaya, kemudian hasil tersebut dikalikan dengan 100 (angka 100 digunakan karena satuan bobot adalah prosen/per seratus). Jumlah keseluruhan bobot kegiatan (proyek) harus sama dengan 100%.
Catatan: Penting untuk diperhatikan bahwa bila pendekatan waktu digunakan sebagai acuan perhitungan bobot kegiatan maka “perkiraan waktu setiap kegiatan (durasi)” agar dibuat oleh orang yang cukup
38
paham seperti tukang/mandor sehingga durasi lebih realistis dan dapat menghasilkan bobot yang juga realistis.
4) Menggambarkan bagan balokMenggambarkan bagan balok atau diagram batang pada prinsipnya adalah menggambarkan durasi setiap kegiatan secara horizontal/mendatar pada skala waktu untuk tiap jenis kegiatan. Langkah ini dilakukan mulai dari kegiatan pertama kemudian diikuti oleh kegiatan berikutnya sampai kegiatan terakhir.
Untuk menggambarkan bagan balok dari setiap jenis kegiatan, maka terdapat beberapa hal yang perlu dipahami, antara lain:a) Skala waktu, adalah semua kolom-kolom satuan waktu yang ada
pada kolom jadwal pelaksanaan. Setiap kolom mewakili satu satuan waktu, dan jumlah kolom dibuat sesuai jumlah satuan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan semua jenis kegiatan proyek. Sebagai contoh, suatu proyek akan dilaksanakan selama 4 minggu dengan menggunakan satuan waktu minggu, maka jumlah kolom mingguan dibuat 4 kolom, masing-masing kolom secara berurutan ke kanan mewakili minggu I, minggu II, minggu III dan minggu IV;
b) Durasi, atau lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tiap jenis kegiatan, digambarkan sebagai panjang balok yang dibuat;
c) Waktumemulai, setiap jenis kegiatan atau kapan suatu jenis kegiatan dapat dimulai pelaksanaannya dan merupakan titik awal membuat bagan balok kegiatan tersebut;
d) Waktu selesai suatu kegiatan atau kapan berakhirnya pelaksanaan suatu jenis kegiatan, adalah ujung akhir dari bagan balok kegiatan tersebut;
e) Cara penggambaran; Berdasarkan urutan kegiatan yang telah dibuat, maka
waktumemulai suatu kegiatan adalah sama dengan waktu berakhirnyakegiatan sebelumnya atau memulai suatu penggambaran balok suatu kegiatanadalah sejajar akhir/ujung balok kegiatan sebelumnya (lihat contoh pekerjaan pasangan bouwplank dengan pekerjaan galian tanah); atau
39
Pada suatu proyek yang terdiri dari banyak jenis kegiatan, namun waktu pelaksanaan proyek sangat terbatas atau ada percepatan penyelesaian, maka terkadang waktu memulai suatu kegiatan tidak harus menunggu selesainya seluruh kegiatan sebelumnya (biasa disebut pelaksanaan bertahap), tetapi dapat dimulai menjelang berakhirnya kegiatan sebelumnya. Apabila kondisi seperti inidipilih maka penggambaran baloknya akan terlihat seperti berlapis (lihat contoh pekerjaan galian dengan urugan pasir).
Contoh:
5) Menggambar Kurva “S”KurvaS adalah kurva yang disusun untuk menunjukkan hubungan antara nilai komulatif biaya atau jam-orang (man hours) yang telah digunakan atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian, pada kurva S dapat digambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek.
Dengan membandingkan kurva S rencana dengan realisasi, maka akan segera terlihat dengan jelas apabila terjadi penyimpangan (deviasi)
40
kemajuan proyek. Oleh karena kemampuannya yang dapat diandalkan dalam melihat penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan proyek, maka kurva S sering kali digunakan dalam pengendalian suatu proyek.
Pada kurva S, sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, dansumbu vertikal menunjukkan nilai komulatif biaya atau jam-orang atau persentase penyelesaian pekerjaan.
Contoh cara membuat kurva “S” pada pekerjaan pondasia) Siapkan RAB pekerjaan pondasi
Pekerjaan persiapan = Rp100.000,00; Pekerjaan galian = Rp150.000,00; Pekerjaan lantai kerja = Rp200.000,00; Pekerjaan Pasir urug = Rp150.000,00; Pekerjaan pasangan batu kali = Rp400.000,00; Pekerjaan urugan kembali = Rp100.000,00; Total harga seluruh pekerjaan pondasi = Rp1.100.000,00.
b) Perkirakan waktu penyelesaian pekerjaan pondasi Pekerjaan persiapan = 6 hari; Pekerjaan galian = 2 hari; Pekerjaan lantai kerja = 2 hari; Pekerjaan Pasir urug = 1 hari; Pekerjaan pasangan batu kali = 3 hari; Pekerjaan urugan kembali = 1 hari.
c) Hitung bobot pekerjaan Pekerjaan persiapan = (harga pekerjaan persiapan/harga total)
x 100%= (100.000/1.100.000) x 100% = 9,09%; Pekerjaan galian = (150.000/1.100.000) x 100% = 13,64%; Pekerjaan lantai kerja = 18,18%; Pekerjaan Pasir urug = 13,64%; Pekerjaan pasangan batu kali = 36,36%; Pekerjaan urugan kembali = 9,09%.
41
d) Membuat kurva SKurva S dibuat berdasarkan jumlah komulatif bobot pekerjaan yang direncanakan dapat diselesaikan pada suatu skala waktu (hari, minggu atau bulan). Contoh di bawah ini adalah skala hari;
Kurva S
Gambar 3.15 Contoh Kurva S
c. Penyiapan Tenaga kerjaInformasi ketersediaan tenaga kerja proyek sangat penting diketahui dalam perencanaanpelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur. Hal ini terutama karena akan menjadi dasar pemilihan teknologi/metode kerja pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Selain jumlah, kualifikasi tenaga kerja juga sangat penting diketahui dari hasil survei, terutama untuk memperoleh kepastian apakah kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ada, dan dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah direncanakan. Pengalaman/keterampilan yang dimiliki calon tenaga kerja (seperti mandor/ketua regu kerja, tukang, dan pekerja), perlu
42
dipertimbangkan guna menjamin cara pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan secara benar sehingga dapat memenuhi kualitas infrastruktur yang baik.
Sasaran dari survei calon tenaga kerja adalah untuk memperoleh calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan kebutuhan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Adapun indikator keluarannya adalah diketahuinya atau tercatatnya jumlah calon tenaga kerja sesuai kualifikasi dan kebutuhan pekerjaan (swadaya maupun tenaga kerja yang akan dibayar).
Daftar calon tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur dikelola oleh BKM yang diperoleh berdasarkan hasil survei calon tenaga kerja (Format RKM-15 dan Format RKM-16).
Tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan diprioritaskan dan diharapkan sebanyak mungkin dari masyarakat setempat, baik laki-laki maupun perempuan. Kehadiran tenaga kerja dari luar lokasi/kelurahan dibatasi, kecuali bilamana berdasarkan hasil survei dilokasi kelurahan tersebut tidak cukup tersedia tenaga kerja yang dibutuhkan.
Dengan mempertimbangkan ketersediaan tenaga kerja dan efektifitas pelaksanaan, maka BKM dapat menggunakan peralatan berat yang didahului dengan survei dan menyampaikan daftar peralatan berat yang akan dipergunakan kepada masyarakat melalui rembuk warga.
Adapun tatacara pelaksanaan survei calon tenaga kerja yaitu:a) Survei calon tenaga kerja dilakukan bersamaan dengan survei harga
satuan oleh tim survei yang sama;b) Tim survei mengidentifikasi kebutuhan tenaga terampil atau dengan
kemampuan tertentu yang nantinya akan dibiayai oleh dana BPMNUSP-2;
c) Tim survei mendatangi secara langsung calon tenaga kerja yang berasal dari warga penerima manfaat dan menanyakan kesediannya menjadi tenaga kerja;
d) Pada survei calon tenaga kerja swadaya, tim survei mendatangi secara langsung calon tenaga kerja dari warga pemanfaat yang berkenan secara
43
sukarela membantu dalam pembangunan infrastruktur yang direncanakan; dan
e) Tim survei mencatatkan informasi/data yang diperoleh (Format RKM-17).
3.2.3 Penyusunan Rencana Pemaketana. Cara Pemaketan
1. Pemaketan harus sudah dilakukan pada waktu penyiapan dan penyusunan RAB/RKM.
2. Tim pengadaan hanya memverifikasi dan memvalidasi kembali kembali hasil survei dan pemaketan pada saat penyiapan dan penyusunan RAB/RKM, apakah masih valid: Mengidentifikasi ketersediaan barang di toko/pemasok (dari
jumlah barang, jenis-jenis barang, spesifikasi barang); Mengidentifikasi jarak lokasi toko/pemasok ke lokasi proyek untuk
menghitung biaya pengiriman yang include dalam harga barang.
b. Menyusun Pemaketan1. Mengelompokkan material yang dapat diadakan pada satu
toko/pemasok, Misal : semen, pasir, batu, besi dikelompokkan dalam 1 (satu) paket dengan nilai 250 juta, maka metode yang dipilih adalah pelelangan sederhana.
2. Menyusun justifikasi (apabila rencana pemaketan lebih dari satu paket), apabila : Material tidak dapat disediakan dalam satu pemasok; Material pabrikan yang mempunyai spesifikasi khusus; Material galian C yang dapat disediakan pemasok.
Contoh Pemaketan:Paket Pengadaan Pemilihan Metode Justifikasi1. Semen,
Pasir, Batu, Besi
Nilai 250 juta: metode lelang sederhana
Material dapat disediakan pada satu toko dengan spesifikasi yang sesuai dan harga yang relatif murah
2. Paving Nilai 100 juta: metode penunjukan langsung
Paving tidak menjadi satu paket dengan semen, pasir, batu, besi (walaupun tersedia ditoko), tetapi spesifikasinya tidak memenuhi, sehingga paving akan
44
dibeli langsung ke pabrik tetapi dengan pembanding.
3. Paku, ember, benang, dll
Nilai 5 juta: belanja langsung
Material pendukung dengan nilai total dibawah 1 juta.
Pengadaan material dilakukan melalui mekanisme yang telah diatur dalam buku petunjuk teknis pengadaan barangdan jasa. Rencana pengadaan barang harus dicantumkan dalam dokumen RKM dengan format seperti yang ditunjukkan pada Format RKM-30.
3.2.4 Rencana Operasi dan Pemeliharaan a. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan adalah sebagai berikut:
a) Agar infrastruktur yang dibangun tetap berfungsi sesuai dengan kualitas dan umur pelayanan yang direncanakan;
b) Menjamin terlaksananya kegiatan pemeliharaan secara tepat waktu dan tepat sasaran, serta penghematan terhadap biaya pemeliharaan yang dibutuhkan;
c) Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok/lembaga masyarakat untuk mengoperasikan dan mengoptimalkan keberadaan infrastruktur yang telah dibangun oleh masyarakat sebagai sumberdaya serta untuk meningkatkan kapasitas masyarakat melalui kegiatan pelatihan teknis maupun non-teknis.
b. Hasil yang DiharapkanHasil yang diharapkan dengan dilakukannya penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan adalah sebagai berikut:a) Diterapkannya prinsip-prinsip program NUSP-2 dalam pelaksanaan
pembangunan secara partisipatif di masyarakat;b) Terjaminnyafungsi infrastruktur yang telah dibangun secara
berkelanjutan, guna meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh;
c) Tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber pembiayaan untuk pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur;
d) Meningkatnya fungsi kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan dalam pengelolaan hasil kegiatan/pembangunan;
45
e) Tumbuhnya rasa memiliki terhadap hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.
c. Tata Kelola Pengoperasian dan Pemeliharaan Infrastruktur1) Ketentuan umum
a) Pembangunan infrastruktur dilokasi permukiman kumuh untuk memenuhi kebutuhan masyarakat harus didukung dengan penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan yang realistis agar menghasilkan efektivitas dan pelayanan yang berkelanjutan;
b) Penyelenggaraan kegiatan operasi dan pemeliharaan mengacu pada jenis dan kegunaan sarana yang dibangun;
c) Operasi dan pemeliharaan infrastruktur harus terorganisasi dengan baik dan ditunjang dengan tertib administrasi untuk menciptakan pelayanan yang berkelanjutan;
d) Pengelolaan infrastruktur harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat pengguna dalam wadah kelembagaan dan pengambilan keputusan agar menghasilkan partisipasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan;
e) Kemudahan teknologi dan ketersediaan material didalam perencanaan pembangunan sarana ditujukan untuk membantu masyarakat agar mudah melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
2) Pengorganisasian kegiatan operasi dan pemeliharaan infrastrukturPembentukan kelompok masyarakat (KPP) melalui rembug warga tingkat RT/RW/lingkungan yang akan mengatur penyelenggaraan kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana yang dibangun.
d. Rencana operasi dan pemeliharaan yang tertuang dalam dokumen RKM, meliputi:1) Penjelasan lembaga penanggungjawab operasional dan pemeliharaan
beriukut struktur organisaisi dan peranya;2) Rencana kerja operasional dan pemeliharaan infrastruktur/ prasarana
dan sarana: Rumusan kesepakatan mekanisme operasi dan pemeliharaan; Program kerja KPP berbasis pemberdayaan masyarakat dan
kemitraan dengan berbagai pihak;
46
Rencana pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
3.3 Tahap Verfikasi dan LegalisasiTahap verifikasi dan legalisasi merupakan tahapan penilaian kelayakan dan persetujuan oleh RMC dan Satker Kab/Kota agar RKM yang disusun layak secara teknis dan sesuai dengan skenario penuntasan kumuh yang ada pada dokumen NUAP.
3.3.1. Verifikasi RMCMaksud dari verifikasi adalah menilai kelayakan dokumen RKM baik dari aspek kelengkapan maupun teknis serta kesesuaian dengan prioritas dan skenario penuntasan kumuh yang ada pada dokumen NUAP. Verifikasi menggunakan instrumen penilaian kelayakan dokumen NUAP, meliputi: Pendahuluan; Manfaat pembangunan infrastruktur dalam pengurangan kumuh; keintegrasian infrastruktur; Peta lokasi kegiatan & Peta Keterpaduan; Perencanaan teknis (DED) dan Rencanan Anggaran Biaya (RAB) paket
kegiatan; Rencana Pemaketan bahan/alat; Jadwal pekerjaan; Operasi dan pemeliharaan; Penapisan awal; dan Dokumen pendukung.
Hasil verifikasi oleh RMC berupa catatan perbaikan dan disampaikan kepada CC yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh CA untuk dilakukan perbaikan dokumen RKM. Pada proses perbaikan CC melakukan pemantauan untuk memastikan dilakukan proses perbaikan dokumen RKM sesuai hasil verifikasi RMC dan selesai tepat waktu.
3.3.2. Verifikasi dan Legalisasi Satker Kab/KotaDokumen RKM yang telah diperbaiki selanjutnya dikonsolidasikan oleh CC dan disampaikan kepada Satker Kab/Kota untuk diverifikasi dan mendapat persetujuan. Mekanisme verifikasi melalui pemaparan RKM oleh BKM didampingi CA & CC dan selanjutnya dilakukan pembahasan oleh Satker Kab/Kota. Aspek yang dibahas meliputi:
47
a) Keseuaian dengan kebutuhan penanganan kumuh; b) Skala prioritas penanganan; c) Alokasi dana yang tersedia; d) Kelayakan teknis; dan e) Kontribusi serta tingkat partisipasi masyarakat.
Hasil pembahasan dituangkan dalam berita acara kesepakatan perbaikan dan rencana penyelesaiannya atau dilanjutkan dengan penandatangan oleh Satker apabila dokumen RKM sudah dinyatakan layak.
48
3.4 Outline Dokumen NUAPRencana Kegiatan Masyarakat/RKM (Community Action Plan/CAP) merupakan dokumen perencanaan pembangunan infrastruktur yang disusun secara partisipatif untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman kumuh. Selain itu, RKM merupakan salah satu prasyarat utama dalam rangka pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BPM) untuk pembangunan infrastruktur di tingkat kelurahan. Adapun isi dari dokumen RKM meliputi:1. Pendahuluan
1.1 Latar BelakangUraian singkat mengenai permasalahan dan rencana penanganan kumuh, pemilihan prioritas kegiatan, penjelasan pemilihan jenis konstruksi yang akan dibangun.
1.2 MaksudUraian singkat mengenai maksud dari pembangunan infrastruktur di lokasi kegiatan.
1.3 TujuanUraian singkat mengenai tujuan dari pembangunan infrastruktur di lokasi kegiatan.
2. Manfaat Pembangunan Infrastruktur Dalam Pengurangan KumuhUraian singkat mengenai manfaat pembangunan infrastruktur. Sejauhmana pembangunan infrastruktur dapat mengurangi tingkat kekumuhan di lokasi kegiatan. Misalnya, dari kumuh berat menjadi kumuh sedang, ringan atau tidak kumuh. Dari kumuh sedang menjadi kumuh ringan atau tidak kumuh.
3. Keterintegrasian Infrastruktur Uraian singkat tentang keterintegrasian infrastruktur yang akan dibangun
dengan sistem jaringan infrastruktur kota. Peta Keterpaduan infrastruktur (termasuk rencana pembangunan infrastruktur
tahun berjalan)
49
4. Profil Lokasi Kegiatan
Format Profil Lokasi kegiatan
No. Aspek Profil Lokasi Kegiatan
1 Administratif
Provinsi:…..............................................................................……Kota/kabupaten:……………...........................................................Kecamatan:…………………...............................................................Kelurahan:………………...................................................................RT/RW/lingkungan :………......................................................……
2 Karakteristikfisik lingkungan
Kawasan:………………………..(pusat/pinggiran kota)Lingkungan Kawasan: …………....................................................... (perumahan/perdagangan/perkantoran/industri/pelabuhan)Tipologi: …………………...................................................................(sempadan jalan arteri, sempadan sungai, jalur kereta api, tepi pantai/pesisir pantai)Kepemilikan lahan: sebagian besar milik……………….....................(masyarakat, negara, BUMN , dll)Kesesuaian dengan RTRW: …………….............................................(sesuai/tidak sesuai)
3 KependudukanJumlah penduduk : …......jiwa;…..…KK; …….Laki; ….....PrJumlah penduduk miskin : …..….KK
4 Infrastruktur Jalan setapak: Panjang: …….m Lebar rerata: ……..m Konstruksi (sebagian besar): aspal/beton/paving Kondisi jalan (sebagian besar):- (rusak, baik, sedang)- Ada/tidak ada saluran tepi jalan
Jalan lingkungan: Panjang: …….m Lebar rerata: ……..m Kondisi jalan (sebagian besar):- (rusak, baik, sedang)- Ada/tidak ada saluran tepi jalan
50
No. Aspek Profil Lokasi Kegiatan
Drainase lingkungan: Panjang: ……..m Lebar rerata: …….m Tinggi/dalam rerata: …..m Konstruksi (sebagian besar): batu bata/kali/beton, dll Kondisi drainase (sebagian besar): (rusak, baik, sedang)
Sistem penyediaan air minum: PDAM: ………. Sambungan Rumah (SR) Kran umum: ……..KK Sumur gali: ………KK Sumur bor: ……..KK Lainnya: ……..KKSarana air limbah: Memiliki WC + tangki septik: ……KK Memiliki WC tanpa tangki septik: ……KK Menggunakan WC + ipal komunal: ……..KK Menggunakan MCK komunal: ……KK Tidak memiliki WC dan tidak menggunakan MCK komunal:
……KKPersampahan: Pengelola (Tk. RT/RW): ada/tidak ada Pengumpulan: type, kapasitas dan jumlah unit Pengangkutan: type, kapasitas dan jumlah unit TPS: type, kapasitas dan jumlah unitPenerangan Jalan Umum: Jenis Lampu Merkuri: ………unit; Kondisi:….…(baik, rusak,
hilang) Jenis Lampu TL/LED 40 Watt:………unit;Kondisi:…….........…
(baik, rusak, hilang)
51
Peta Deliniasi Kawasan/Lingkungan Permukiman Kumuh
52
Lampirkan Peta deliniasi kawasan kumuh yang memuat rencana pembangunan infrstruktur yang akan dilaksanakan di
kotak ini
5. Penapisan AwalPenjelasan mengenai penapisan awal dampak sosial dan lingkungan terkait dengan adanya pembangunan infrastruktur. Sesuai format RKM-31, RKM-32 DAN RKM-33.
6. Perancangan Teknis dan Anggaran Biaya Paket Pekerjaan6.1 Perancangan Teknis Rinci (DED)
Memuat penjelasan singkat rancangan sederhana dan gambar DED.
6.2 Data Paket PekerjaanMemuat informasi tentang:a. Kota/kabupaten;b. Kecamatan;c. Kelurahan;d. Nama BKM;e. Nama paket pekerjaan;f. Tipe dan konstruksi infrastruktur;g. Volume pekerjaan;h. Jangka waktu pelaksanaan;i. Rencana Anggaran Biaya (RAB): Rekapitulasi RAB, RAB swadaya masyarakat
dan RAB dana BPM;j. Luas penanganan kumuh;k. Jumlah penerima manfaat;l. Status tanah di lokasi kegiatan.
Format Data Paket pekerjaan
Kota/kabupaten : .........................................
Kecamatan : .........................................
Kelurahan : .........................................
Nama BKM : .........................................
Lokasi pekerjaan : RT/RW/Lingkungan ........................................
53
Nama paket pekerjaan : Jalan dan drainase (isi sesuai paket pek)
Tipe dankonstruksi :1. jalan: tapak ; beton K 225
2. drainase : segi empat ; pasangbatu kali 1:4
Volume pekerjaan
: 1. jalan: panjang = 120 m; lebar = 1,5 m; tebal = 10 cm
: 2. drainase:panjang = 150 m; lebar = 40 cm; tinggi = 50 cm
Jangka waktu pelaksanaan : ............... hari kalender
Rencana anggaran biaya :
Total Rp. …………
Swadaya masyarakat Rp. ……………
DBPM Rp. ……………
Luas penanganan kumuh : ……………….Ha
Penerima manfaat :Jumlah: …………KK
Miskin: ………….; KK Miskin : ………%
Status Tanah/Lahan Lokasi Kegiatan : ………………………………….
6.3 Rencana Anggaran Biaya (RAB)Memuat RAB secara rinci (Format RKM-27, Format RKM-28 dan Format RKM-29)
7. Rencana Pemaketan Bahan/AlatBerisi rencana pengadaan bahan/alat sesuai format RKM-30
8. Rencana Jadwal PekerjaanBerisi rencana jadwal pekerjaan, termasuk kurva-S (Bentuk Tabel, lihat sub Bab III.3)
9. Operasi Dan PemeliharaanUraian singkat mengenai operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang akan dibangun
10. Dokumen safeguard yang dibutuhkan
54
11. PENUTUP
11. LAMPIRANa. Pernyataan Hibah/Izin Pakai/Izin Dilalui/Ganti Rugi (Format RKM-4);b. Daftar Calon Tenaga Kerja (Format RKM-16);c. Berita Acara Hasil Kesepakatan Swadaya Masyarakat (Format RKM-19);d. Daftar Hadir Rembug Kesepakatan Kesanggupan Keswadayaan Masyarakat
(Format RKM-18);e. Rekapitulasi Data Survei Harga Satuan Material/Bahan Dan Alat (Format RKM-
10);f. Rekapitulasi Data Survei Harga Satuan Upah Tenaga Kerja (Format RKM-11);g. Berita Acara Penetapan Harga Satuan (Format RKM-13);h. Daftar Hadir Rembug Penetapan Harga Satuan (Format RKM-14);i. Rekapitulasi Perhitungan Kuantitas/Volume Pekerjaan (Format RKM-7);j. Daftar Rencana Pengadaan (Format RKM-30);k. Harga Satuan Pekerjaan Kota/Kabupaten yang Disahkan oleh Walikota/Bupati;l. Dokumen safeguard yang dibutuhkan.
55
LAMPIRAN
PROGRAM NASIONALPENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
KATALOG PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN
56
a. Jalan SetapakJalan setapak adalah jalan penghubung antar rumah atau kelompok rumah penduduk dengan lebar bervariasi antara 0,8 - 2 m
Varian a1Konstruksi Paving Block
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar rumah atau kelompok rumah di lingkungan permukiman.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki tanpa mengalami kesulitan (lancar) pada saat hujan. Untuk lebar ≤ 1,50 m akan sangat menyulitkan untuk dilewati gerobak sampah sehingga perlu dipikirkan cara pengumpul sampah rumah tangga di lokasi permukimannya.
57
Karakter fisikLebar jalan ≥ 0.8 m, dengan damija 2 - 3 m, fondasi jalan adalah pasir batu (sirtu), konstruksi utamanya adalah paving blok dengan berbagai motif dan ketebalan berkisar antara 6-8 cm dengan karakteristik beton K-250. Konstruksi tepi menggunakan pasangan bata merah atau beton sebagai pembatas (canstein).CatatanKonstruksi ini dipilih karena dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini. Bahan/material mudah didapatkan, tidak membutuhkan tenaga kerja/tenaga ahli yang berpendidikan tinggi.
Varian a2Konstruksi Rabat Beton (1 : 3 : 5)
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar rumah atau kelompok rumah di lingkungan permukiman.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki tanpa mengalami kesulitan (lancar) pada saat hujan. Untuk lebar ≤ 1,50 m akan sangat menyulitkan untuk dilewati gerobak sampah sehingga perlu dipikirkan cara pengumpulan sampah rumah tangga di lokasi permukiman penduduk.
58
19
2
23
8
2
1120
TANAHASLI
TANAH URUG
PASIR URUG
3 %
15
DINDING J EPIT. 1/ 2 . 1:4PAS BATA AD
+ PLESTERAN ACIAN KASAR. 1:4AD
20
1 : 10SKALA
DETAIL C
1/ 1TALI AIR
3
7
15 =
< 1
20l
30
( )P PANJ ANG
200
DINDING J EPIT 2 /1TALI AIR
1/ 1TALI AIR
A
B = 7 (1:3 :5)BETON RABAT T CM FINISHING ACIAN KASAR
DENAH J ALAN RABAT BETON
120 11 9
3 %3 %
AS
6 %6 %
18
2
3
POTONGAN A - A 1 : 20SKALA
1 : 50SKALA
C
6 %
TANAH GALIANDIPADATKAN
URUGANPASIR
. 1:3:5BETON RABAT AD FINISHING ACIAN KASAR
1 : 10SKALA
POTONGAN B - B
2/ 1TALI AIR
BAHU J ALAN
BADAN J ALAN 1/ 1TALI AIR
DINDING J EPIT BAHU J ALAN TANAH ASLI
211 29
Karakter fisikLebar jalan ≥ 0.8 m, dengan damija 2 - 3 m, fondasi jalan adalah pasir batu (sirtu) yang dipadatkan serta ditunjang oleh ballast pasir urug yang dipadatkan. Konstruksi utamanya adalah rabat beton campuran (1 : 3 : 5) dengan ketebalan berkisar antara 10 - 15 cm dengan karakteristik beton B-o. CatatanKonstruksi ini dipilih karena dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini. Bahan/material mudah didapatkan dan tidak membutuhkan tenaga kerja/tenaga ahli yang berpendidikan tinggi.
Varian a3Konstruksi Gertak Gantung
59
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar rumah atau kelompok rumah di lingkungan permukiman dengan karakteristik di daerah rawa, tepian sungai, dan tepi laut yang terpengaruh oleh pasang surut air.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki tanpa mengalami kesulitan (lancar). Untuk lebar ≤ 1,50 m akan sangat menyulitkan untuk dilewati gerobak sampah sehingga perlu dipikirkan cara pengumpulan sampah rumah tangga di lokasi permukiman penduduk.Karakteristik pelayananLebar jalan ≥ 0.8 m. Konstruksi utamanya adalah rangka kayu besi atau bengkirai.CatatanKonstruksi ini dipilih karena lokasi permukiman penduduk berada di daerah rawa-rawa, tepi sungai atau tepi laut dengan pengaruh pasang-surut air yang cukup tinggi. Dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini. Bahan/material mudah didapatkan, dan tidak membutuhkan tenaga kerja/tenaga ahli yang berpendidikan tinggi.
Varian a4Konstruksi Gertak Gantung Rabat Beton (1 : 3 : 5)
60
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar rumah atau kelompok rumah di lingkungan permukiman.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda dua dan pejalan kaki tanpa mengalami kesulitan (lancar) pada saat hujan. Untuk lebar ≤ 1,50 m akan sangat menyulitkan untuk dilewati gerobak sampah sehingga perlu dipikirkan cara pengumpulan sampah rumah tangga di lokasi permukiman penduduk. Karakter fisikLebar jalan ≥ 0.8 m, dengan damija 2 - 3 m. Fondasi jalan adalah pasir batu (sirtu) yang dipadatkan serta ditunjang oleh ballast pasir urug yang dipadatkan. Konstruksi utamanya adalah rabat beton campuran (1 : 3 : 5) dengan ketebalan berkisar antara 10 - 15 cm dengan karakteristik beton B-o. CatatanKonstruksi ini dipilih karena dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini. Bahan/material mudah didapatkan, dan tidak membutuhkan tenaga kerja/tenaga ahli yang berpendidikan tinggi.
61
b. Jalan LingkunganAdalah jalan penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor yang mempunyai lebar antara 2 – 6 m dengan damija antara 4 – 9 m.
Varian b1Konstruksi Paving Blok
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih tanpa mengalami hambatan (lancar) pada saat hujan. Dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat dengan dua lajurdua arah tanpa kesulitan.Karakter fisikFondasi jalan adalah pasir batu (sirtu).Konstruksi utamanya adalah paving blok dengan berbagai motif dan ketebalan berkisar antara 6-8 cm dengan karakteristik beton K-250. Konstruksi tepi menggunakan pasangan bata merah atau beton sebagai pembatas
62
(Canstein).CatatanKonstruksi ini dipilih karena dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini. Bahan/material mudah didapatkan, dan tidak membutuhkan tenaga kerja/tenaga ahli yang berpendidikan tinggi.
Varian b2Konstruksi Rabat Beton (1 : 3 : 5)
63
19
2
23
8
2
1120
TANAHASLI
TANAH URUG
PASIR URUG
3 %
15
DINDING J EPIT. 1/ 2 . 1:4PAS BATA AD
+ PLESTERAN ACIAN KASAR. 1:4AD
20
1 : 10SKALA
DETAIL C
1/ 1TALI AIR
3
7
15 = < 120
l30
( )P PANJ ANG
200
DINDING J EPIT 2/1TALI AIR
1/1TALI AIR
A
B = 7 (1:3:5)BETON RABAT T CM FINISHING ACIAN KASAR
DENAH J ALAN RABAT BETON
120 11 9
3 %3 %
AS
6 %6 %
18
2
3
POTONGAN A - A 1 : 20SKALA
1 : 50SKALA
C
6 %
TANAH GALIANDIPADATKAN
URUGANPASIR
. 1:3:5BETON RABAT AD FINISHING ACIAN KASAR
1 : 10SKALA
POTONGAN B - B
2/ 1TALI AIR
BAHU J ALAN
BADAN J ALAN 1/ 1TALI AIR
DINDING J EPIT BAHU J ALAN TANAH ASLI
211 29
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih tanpa mengalami hambatan (lancar) pada saat hujan. Dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat dengan dua lajurdua arah tanpa kesulitan.Karakter fisik:Fondasi jalan adalah pasir batu (sirtu) yang dipadatkan serta ditunjang oleh ballast pasir urug yang dipadatkan. Konstruksi utamanya adalah rabat beton campuran (1 : 3 : 5) dengan ketebalan berkisar antara 10 - 15 cm dengan karakteristik beton B-o. Catatan:Konstruksi ini dipilih karena dari sisi pemeliharaan sangat mudah, tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga masyarakat dapat memelihara asset komponen ini. Bahan/material mudah didapatkan, dan tidak membutuhkan tenaga kerja/tenaga ahli yang berpendidikan tinggi.
Varian b3Konstruksi Lapis Penetrasi (LAPEN)
64
A
LAPISAN PENETRASI
DENAH J ALAN LAPEN 1 : 50SKALA
1 : 10SKALA DETAIL B
= 200 L - 300
( )P PANJ ANG
3 %
200 - 300
POTONGAN A - A
b
15
5
5
6 %
1 : 20SKALA
AS
3 %6 %
= 1 ABU BATU T CM
( )PRIME COAT ASPAL CAIR
BAHU J ALAN
TANAH ASLI
( )PRIME COAT ASPAL CAIR
1/ 2 = 2 SPLIT T CM DIPADATKAN
. 3/ 5 = 5 BATU POKOK UK T CM DIAPDATKAN
. 10/ 15 BATU BELAH UK DIPADATKAN
= 5 URUGAN PASIR T CM DIPADATKAN = 25 TANAH GALIAN T CMDIPADATKAN
2 1
6 %3 %
25
15
5
1
25
1/ 2 = 2 SPLIT T CM DIPADATKAN
= 1 ABU BATU T CM
( )PRIME COAT ASPAL CAIR
( )PRIME COAT ASPAL CAIR
= 25 TANAH GALIAN T CMDIPADATKAN = 5 URUGAN PASIR T CM DIPADATKAN
. 3/ 5 = 5 BATU POKOK UK T CM DIAPDATKAN
. 10/ 15 BATU BELAH UK DIPADATKAN
FungsiBerfungsi sebagai prasarana penghubung antar jalan setapak dengan jalan kolektor.Tingkat pelayananMampu dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih tanpa mengalami hambatan (lancar) pada saat hujan. Dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat dengan dua lajurdua arah tanpa kesulitan.Karakter fisikFondasi jalan adalah agregat base klas B yang dipadatkan serta konstruksi telford, lapisan penutupnya adalah lapis penetrasi dengan ketebalan nominal 5 cm. Penggunaan mesin gilas harus disesuaikan dengan lebar jalan yang ada yaitu antara 1 ton sampai dengan 6 ton. Aspal yang digunakan umumnya adalah aspal jenis PEN 60-70.CatatanKonstruksi lapen ini kurang begitu tahan terhadap air hujan dan mudah ditembus air. Pemadatan konstruksi base kurang baik dan akan cepat sekali menyebabkan konstruksi penutupnya (lapen) hancur. Oleh sebab itu pelaksana pekerjaan lapen harus dikerjakan oleh orang yang sudah berpengalaman (kontraktor). Metode pemeliharaan konstruksi ini agak sulit. Kendala lain adalah masalah kelangkaan aspal
65
di pasaran.
c. JembatanJembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan pembebanan: beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan 1,5 ton dan as belakang 3,5 ton.1. Syarat minimum ruang bebas
a) Tinggi jagaan minimum, tinggi bebas minimum terhadap banjir 50 tahunan direncanakan sebagai berikut:
Kondisi Sifat Aliran Air/Sungai Tinggi Jagaan dari Muka Air Banjir (MAB)
Daerah DatarTenang 0,6 mDeras 1,0 m
Daerah PerbukitanTenang 1,0 mDeras 1,5 m
Irigasi Tenang 0,5 m
b) Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu, dsb).
2. Bangunan bawah jembatanBagian jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas jembatan dan meneruskannya ketanah, pada umumnya berada di dalam tanah, seperti: kepala jembatan, pilar, pondasi dan sayap jembatan. Jembatan untuk kendaraan beban ringan umumnya menggunakan pondasi langsung, kecuali jika tanahnya lembek/gambut menggunakan tiang pancang kayu.
66
a) Pondasi langsung pasangan batu kali
b) Pondasi tiang pancang kayu untuk tanah lembek/gambut.Jika tanahnya lembek/gambut, pondasi jembatan kayu dapat menggunakan tiang pancang kayu.1) Kayu yang digunakan harus kayu mutu klas kuat I. Ukuran kayu:
(a) Ukuran balok kayu persegi 15 x 15 cm s/d 30 x 30 cm;(b) Ukuran kayu gelondongan/bulat, diameter 24cm s/d 34cm;
2) Kedalaman pancang yang disyaratkan minimal 3 m dan maksimum 6m;3) Rumus Engineering News, pemukulan tiang pancang dengan gravitasi:
4) Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang), dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran 30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm;
5) Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan tinggi jatuh 100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm;
6) Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua ujung tiang pada ujungnya setebal ½ tebal tiang dengan panjang sambungan 3 kali tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat dengan kawat diameter 3mm atau diperkuat denganpaku.
7) Diatas tiang dipasang balok kayu 30x30cm yang menghubungkan 2 tiang
67
POTONGAN A - A 1 : 10SKALA
20 SALURAN U CM
PASANGAN ROLLAG BATA
( )P PANJ ANG
20 DENAH SALURAN U CM 1 : 20SKALA
A
22
20
22
64 ( )L
40
3
33
52
5
222022
20 24 20
. 1:3 :5BETON AD = 5 T CM
TANAH GALIANDIPADATKAN
= 2 PASIR URUG T CM
. PAS ROLLAG BATA. 1:4AD
+ PLESTER ACIAN. 1:4AD
= 8 PLAT DEUKER T CM. 1:2 :3 AD 10 - 200 MM
TANAH ASLI
1/2 PASANGAN BATA 2 TALI AIR CM
pancang dengan cara diklem dengan plat atau menggunakan paku pengapit dari besi beton 6mm.
d. Drainase MikroDrainase mikro merupakan komponen kegiatan perbaikan infrastruktur di lingkungan permukiman yang berfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan dari permukaan perkerasan jalan setapak maupun jalan lingkungan, dan bukan sebagai konstruksi pembuangan air limbah rumah tangga.
Varian d1Konstruksi pasangan batu bata
FungsiBerfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan di permukaan jalan setapak.Tingkat pelayananPelayanan tingkat lokal, terutama sepanjang jalan setapak dengan lebar ≤ 2,00 m.Karakter fisikPenggunaan konstruksi ini biasanya digunakan pada jalan setapak dengan lebar ≤ 1,50 m. Pasangan batu bata yang digunakan menggunakan campuran (1 pc : 2 kpr : 3 psr). Konstruksi ini umumnya untuk type 30 cm.CatatanKonstruksi ini sangat mudah dikerjakan (workable) dan tidak memerlukan tenaga kerja dengan skill yang tinggi. Material yang digunakan pada umumnya sangat mudah didapatkan.Pemeliharaannya juga sangat mudah serta tidak memerlukan biaya yang besar. Pada umumnya hanya berupa pembersihan kotoran serta perbaikan kecil secara rutin.
Varian d2
68
= 8 PLAT DEUKER T CM
. 1:2:3 AD 10 - 200 MM
. . PAS BATU BELAH AD
1:4
TANAH GALIAN DIPADATKAN
= 2 PASIR URUG T cm
POTONGAN A - A 1 : 10SKALA
PLAT BETON SALURAN
20
DEN AH SAL BATU BELAHU-30 CM
1 : 20SKALA
( )P PANJ ANG
25
20 30
A
TANAH ASLI
45
15
2
PASANGAN BATU BELAH
2025
5
70 ( )L 30
20
20
+ PLESTERAN ACIAN
. 1:4AD
2 TALI AIR CM
3
Konstruksi pasangan batu kali (1 : 4)
FungsiBerfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan dari permukaan jalan setapak dan jalan lingkungan.Tingkat pelayananPelayanan lokal sepanjang jalan setapak atau jalan lingkungan menuju saluran tersier. Dibangun pada jalan dengan lebar ≥ 1,50 m.Karakter fisikPenggunaan konstruksi umumnya untuk type 50 dan 80. Menggunakan konstruksi batu kali atau batu gunung dengan campuran (1 : 4). Konstruksi ini lebih baik dan lebih kuat dari konstruksi batu bata.CatatanPelaksanaan konstruksi ini tidak memerlukan tenaga kerja dengan skill yang tinggi, cukup menggunakan tukang batu yang ada di wilayah permukiman kumuh. Pemeliharaannya sangat mudah, hanya membersihkan kotoran yang menyumbat saluran serta perbaikan kecil secara berkala dan biaya yang murah.
Varian d3
69
Konstruksi pasangan cor beton
FungsiBerfungsi sebagai penyalur air buangan rumah tangga serta penampung air hujan dari permukaan jalan setapak dan jalan lingkungan.Tingkat pelayananPelayanan lokal sepanjang jalan setapak atau jalan lingkungan menuju saluran tersier. Dibangun pada jalan dengan lebar ≥ 3,00 m. Drainase jenis ini biasanya digunakan pada jalan-jalan dengan volume lalulintas yang cukup padat serta beban ganda yang cukup besar.Karakter fisikKonstruksi ini menggunakan tulangan dengan Ø 12 mm dan campuran beton dengan karakteristik K-125.CatatanKonstruksi ini lebih baik dari konstruksi batu bata maupun konstruksi batu kali, namun memerlukan biaya investasi yang lebih tinggi. Biaya pemeliharaannya lebih rendah. Konstruksi ini memerlukan tenaga kerja/tukang dengan skill yang baik, sehingga diperlukan pengawasan khusus dalam pelaksanaan fisiknya.
d. Sanitasi (MCK, IPAL)1. MCK
Fasilitas sanitasi lingkungan, guna keperluan mandi, cuci dan kakus untuk umum (komunal), type 2 kamar mandi, 3 kamar mandi, sumur dalam/bor untuk sumber air bersih, tower dan tandon fiber kap. 1 m3.
Varian e1Fasilitas Mandi Cuci & Kakus (MCK) Umum
70
FungsiTempat mandi, cuci, dan kakus yang digunakan secara bersama-sama (komunal). Apabila air bersih yang tersedia dapat digunakan sebagai air bersih/minum maka dapat dimanfaatkan/didistribusikan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa distribusi.Tingkat pelayananPelayanan maksimum hingga tingkat Rukun Tetangga (RT).Karakteristik fisikKonstruksi pondasi dari batu kali (1:4), slof, dan kolom beton bertulang sederhana, rangka atap kayu dengan penutup genting atau seng, lantai keramik atau rabat beton (!:3:5). CatatanType MCK harus diperhitungkan dengan jumlah jiwa yang akan memanfaatkan fasilitas MCK tersebut. Komponen kegiatan ini dapat dikerjakan oleh masyarakat setempat dan tidak memerlukan teknologi khusus (tinggi).
Varian e2
71
Septik Tank Komunal
FungsiSebagai pengumpul buangan air kotor (limbah tinja manusia) secara komunal.Tingkat pelayananSatu septic tankdapat melayani 10 – 20 jamban keluarga.Karakteristik fisikKonstruksi terbuat dari batu bata kedap air dengan campuran (1 : 3) dan campuran trasram untuk lisan kedap air. Setiap satu septic tankharus dilengkapi dengan satu peresapan. Sambungan pipa distribusi menggunakan pipa PVC Ø 5” dengan sambungan rumah tangga Ø 3”. Sambungan dari rumah tangga ke saluran distribusi harus mempunyai kemiringan ≥ 2%. CatatanKonstruksi ini sama dengan pembuatan konstruksi MCK umum, tidak memerlukan teknologi tinggi, dan masyarakat dapat melaksanakan dengan swakelola.
2. IPALa) Tangki Septik
72
Proses pengolahan air limbah rumah tangga yang memanfaatkan tangki septicmerupakan proses pengendapan dan stabilisasi secara anaerobik. Tangki septik dianggap sebagai pengolahan primer, dikarenakan tangki septik tidak efektif untuk mengurangi bakteri dan virus yang terkandung dalam air limbah rumah tangga. Sehingga perlu adanya pengolahan lanjutan agar air limbah hasil olahan dapat dibuang ke badan air penerima.
Tangki septik terdiri dari dua ruangan, dimana ruang pertama merupakan ruang pengendapan lumpur dengan volume ruang berkisar 40 – 70% dari keseluruhan volume tangki septik. Ruang kedua merupakan ruang pengendapan untuk material padat yang tidak terendapkan di ruang pertama. Perbandingan panjang ruang pertama dan kedua dapat dilihat pada gambar.
Gambar : Tangki Septik Konvensional
Gambar : Tangki Septik Modifikasi
73
b. Tangki Septik Bersusun (Anaerobic Baffled Reactor/ABR)Tangki septik bersusun (Anaerobic Baffled Reactor, ABR) adalah teknologi tangki septik yang diperbaiki dengan menambah dinding penyekat guna memperpanjang waktu kontak. Peningkatan waktu kontak dengan biomas aktif menghasilkan perbaikan pengolahan. Meskipun demikian masih perlu adanya pengolahan sekunder dari efluen tangki septik bersusun (ABR) sebelum dibuang ke badan air penerima. ABR dirancang agar alirannya turun naik seperti terlihat pada gambar.
Gambar Tangki Septik Bersusun (Anaerobic Baffled Reactor/ABR)Beberapa persyaratan perencanaan dan teknis yang harus dipenuhi: 1. Tidak boleh dipasang pada daerah yang memiliki permukaan air tanah tinggi;2. Jalan masuk ke lokasi ABR harus dapat dilalui truk tinja;3. Jumlah minimal ruangan = 4 buah;4. Tinggi/kedalaman = 1 – 3 meter;5. Jarak baffle = 15 – 20 cm;6. Panjang setiap ruangan baffled septic tank (L) = 0,5 – 0,6 tinggi/kedalaman;7. Parameter yang sangat penting pada perhitungan dimensi ABR adalah
kecepatan aliran keatas (up-flow velocity) tidak lebih dari 2 m/jam.
c. Anaerobic Upflow Filter (AUF)Anaerobic upflow filter(AUF) merupakan proses pengolahan air limbah dengan metode mengalirkan air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob. AUF biasanya digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan perlu adanya pengolahan lanjutan untuk menghasilkan efluen standar.
74
Gambar Anaerobic Upflow Filter (AUF)
d. Tangki BiofilterDinamakan tangki biofilter karena proses yang terjadi disebut biofiltrasi yang merupakan pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk “menangkap” polutan dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya. Teknologi biofiltrasi secara umum dapat dibagi menjadi dua (2) kelompok, yaitu: 1. Sistem konvensional, dimana mikroorganisme menempel secara alami pada
media kontak;2. Sistem modern, penempelan mikroorganisme dilakukan secara buatan pada
material polimer. Mikroorganisme ditempelkan pada media kontak atau diperangkap dalam suatu membran, sehingga dapat lebih meningkatkan penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan sistem biofiltrasi konvensional.
Pada saat ini tersedia tangki biofilter fabrikan yang terbuat dari bahan fiberglas. Persyaratan umum, bahan dan konstruksi tangki biofilter adalah sebagai berikut:1. Ketersediaan lahan untuk penempatan tangki biofilter;2. Hasil olahan (efluen) dari tangki biofilter harus dialirkan ke saluran pembuang
atau didaur ulang;3. Lokasi tangki biofilter harus mudah dijangkau dalam pembangunan, operasi
dan pemeliharaan;4. Air limbah yang memiliki kandungan minyak dan lemak tinggi harus
dipasang/dilengkapi unit penangkap lemak sebelum air limbah masuk (inlet) ke bangunan tangki biofilter;
5. Tangki biofilter terbuat dari bahan kedap air dan tahan korosi seperti: fiber gelas, pasangan bata, beton, dan bahan kedap lainnya;
6. Tangki biofilter terdiri dari minimal 3 kompartemen, yang dilengkapi dengan manhole;
7. Di setiap kompartemen diisi dengan media kontaktor, yang masing-masing karakteristiknya berbeda;
75
8. Kompartemen terakhir digunakan untuk menampung air yang akan dialirkan ke pipa outlet;
9. Dinding tangki anaerobik harus berbentuk elips dengan ketentuan sebagai berikut:a) Titik puncak elips berada pada pertengahan dinding.b) Sudut-sudutnya tidak boleh tegak lurus.
10.Biofilter tipe aerobik harus mempunyai dinding segiempat yang datar, kecuali pada sisi lebar bagian bawah dibuat miring kearah dalam tangki dengan ketentuan sebagai berikut:a) Sudut-sudutnya tidak boleh tegak lurus.b) Pada bagian dalam tangki aerobik dilengkapi dengan jaringan pipa penyedia
udara.
Gambar Tangki Biofilter Fabrikane. Persampahan
Fasilitas transportasi dan pengumpulan sampah rumah tangga menuju Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS)
Varian f1Bak Sampah Rumah Tangga
76
FungsiBerfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah sementara tingkat rumah tangga.Tingkat pelayananSatu bak untuk satu keluarga dengan 5 jiwa.Karakter fisikKonstruksi bak sampah rumah tangga ini menggunakan konstruksi batu bata dengan campuran (1 pc : 2 Kpr : 3 Psr). Umumnya untuk menghindari bau yang kurang sedap. Konstruksi ini diberi penutup dari kayu atau seng. Lantai bak sampah dibuat agak miring (2%) untuk menghilangkan air dari sisa-sisa sampah, sehingga tidak menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat. Dapat juga menggunakan konstruksi tong sampah dari plastik bekas yang banyak dipasarkan di pasar barang-barang bekas dengan harga yang cukup murah.CatatanPelaksanaan konstruksi ini sangat mudah dan tidak memerlukan tenaga kerja dengan skil yang tinggi, serta pemeliharaannya juga mudah dan murah.Varian f2Bak Sampah Rumah Tangga Komunal ( 10 – 15 KK)
77
FungsiBerfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah sementara tingkat rumah tangga.Tingkat pelayananSatu bak sampah untuk melayani 10 – 15 KK. Karakter FisikKonstruksi bak sampah rumah tangga ini menggunakan konstruksi batu bata dengan campuran (1 pc : 2 Kpr : 3 Psr). Umumnya untuk menghindari bau yang kurang sedap. Konstruksi ini diberi penutup dari kayu atau seng. Lantai bak sampah dibuat agak miring (2%) untuk menghilangkan air dari sisa-sisa sampah, sehingga tidak menimbulkan bau tidak sedap yang menyengat. CatatanPelaksanaan konstruksi ini sangat mudah dan tidak memerlukan tenaga kerja dengan skil yang tinggi. Pemeliharaannya juga mudah dan murah. Pemilihan varian ini apabila lebar jalan setapak yang ada tidak mampu dilewati oleh gerobak sampah.
Varian f3Gerobak Sampah
78
FungsiBerfungsi sebagai alat pengumpulan/transportasi sampah tingkat rumah tangga.Tingkat pelayananMelayani buangan sementara sampah rumah tangga dengan kapasitas antara 30 – 60 KK atau max 4 m3.Karakter fisikKonstruksi gerobak terbuat dari rangka kayu dan besi, serta roda besi. Di kota-kota besar umumnya masyarakat mendatangkan tukang las untuk membuat rangka besinya, dan tukang kayu yang menyelesaikan bagian penutupnya. CatatanPembuatan gerobak ini cukup mudah dan tidak memerlukan tenga kerja dengan skil yang tinggi. Hanya saat pengelasan (pembuatan rangka besi) yang memerlukan tukang dengan keahlian khusus (tukang las).
Varian f4Tempat Pengumpulan Sampah Sementara (TPS)
79
FungsiBerfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah sementara setingkat kelurahan (300 – 400 KK).Tingkat pelayananMelayani buangan sementara sampah rumah tangga 100 – 200 KK atau max 25 m3.Karakter fisikBak pasangan batu merah terbuka campuran (1 pc : 2 kpr : 3 Psr). Landasan bak terbuat dari konstruksi rabat beton campuran 1: 3: 5 (B0) dengan elevasi dimiringkan 2% untuk mengeringkan air sampah (Leachet) agar tidak cepat busuk dan berbau tidak sedap.CatatanPembangunan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) ini harus mempertimbangkan kemampuan armada pengangkutan milik Dinas Kebersihan kota/kabupaten yang bertugas mengangkut sampah dari TPS menuju Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA). Frekuensi pengangkutan serta jadwal pengangkutannya harus diikuti oleh jadwal pembuangan sampah dari rumah tangga.
80
f. Fasilitas air bersihKomponen kegiatan infratsruktur untuk penyediaan air bersih dapat meliputi bak penampungan air di sumber air (mata air), sumur bor beserta mesin pompa dengan menara air dan tandon fiber untuk menampung air berkapasitas 1 m3 atau dari sumber mata air yg lain seperti telaga atau danau, dan bak penampung air hujan.
Varian g1Bronscaptering Sumber Air
FungsiUntuk menampung air bersih dari mata air untuk disalurkan menuju rumah-rumah penduduk melalui pipa distribusi.Tingkat pelayananPelayanan maksimum hingga tingkat RW. Jumlah KK yang menerima air bersih harus disesuaikan dengan debit air yang tersedia.Karakter fisikTerbuat dari konstruksi batu bata campuran 1 : 4 (trasram atau kedap air) dengan lantai rabat beton kedap air.CatatanKonstruksi ini cukup sederhana sehingga masyarakat dapat melaksanakan kegiatan infrastruktur ini melalui proses swakelola.
81
Varian g2Sumur Dalam Atau Sumur Bor
FungsiSalah satu teknik untuk memperoleh sumber air bersih. Untuk daerah-daerah dengan kedalaman air tanah ≥ 50 m.Tingkat pelayananPelayanan maksimum hingga tingkat Rukun Warga (RW).Karakter fisikTeknik bor ini menggunakan teknologi tinggi, sehingga harus dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor) yang khusus mempunyai keahlian di bidang bor air tanah. Pembuatan menara air dan pengadaan tandon fiber dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat. CatatanKhusus pelaksanaan komponen kegiatan sumur dalam/bor pihak masyarakat harus melakukan KSO dengan pihak ketiga dalam hal pengeboran sumur dalam. Namun pemeliharaan harus dikelola oleh masyarakat.
82
Varian g3Hidran Umum
FungsiKonstruksi ini berfungsi untuk lebih mendekatkan sumber air bersih ke rumah-rumah penduduk secara bersama.Tingkat pelayananPelayanan maksimum hingga tingkat Rukun Warga (RW).Karakter fisikKonstruksi menggunakan pasangan batu bata dengan 2 atau 4 kran. Lantai terbuat dari konstruksi rabat beton (1: 3 : 5). CatatanKonstruksi ini tidak membutuhkan teknologi tinggi sehingga dapat dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola.
83
g. Lampu Penerangan Jalan
Varian h1Lampu TL/Neon 40 watt
FungsiUntuk menerangi jalan setapak atau jalan lingkungan, sehingga pada malam hari dapat dipastikan wanita dan anak-anak dapat melewati jalan tersebut dengan aman. Tingkat pelayananPenerangan jalan setapak, pada lokasi yang dianggap strategis atau rawan dari sisi keamanan.Karakter fisikMenggunakan lampu Neon (TL) 40 watt, dengan tiang dari pipa baja galvanis Ø 2¼” serta pondasi dan perkuatan kaki tiang menggunakan konstruksi pasangan batu kali campuran (1 : 4).CatatanPelaksanaan fisik dapat dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola, penyambungan listriknya menjadi tanggungjawab masyarakat serta retribusi dan pemeliharaannya merupakan tanggungjawab masyarakat pula.
84
Varian h2Lampu Merkuri
FungsiUntuk menerangi jalan setapak atau jalan lingkungan, sehingga pada malam hari dapat dipastikan wanita dan anak-anak dapat melewati jalan tersebut dengan aman.Tingkat pelayananPenerangan jalan lingkungan, pada lokasi yang dianggap strategis atau rawan dari sisi keamanan.Karakter fisikMenggunakan lampu mercury 350 watt, dengan tiang dari pipa baja galvanis Ø 2¼” serta pondasi dan perkuatan kaki tiang menggunakan konstruksi pasangan batu kali campuran (1 : 4).CatatanPelaksanaan fisik dapat dilaksanakan oleh masyarakat secara swakelola. Penyambungan listriknya menjadi tanggungjawab masyarakat serta retribusi dan pemeliharaannya merupakan tanggungjawab masyarakat pula.
85