perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
“PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA PADA
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN
KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011”
SKRIPSI
Oleh:
ROHMAT YULIANTO
X 7109094
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
“PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA PADA
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN
KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2010/2011”
Oleh:
ROHMAT YULIANTO
X 7109094
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendididkan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRAK
Rohmat Yulianto. PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA
PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KWANGSAN
KEC. JUMAPOLO KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret, April 2011.
Tujuan penelitian ini adalah: meningkatkan keterampilan menulis aksara
jawa melalui penerapan model quantum learning pada siswa kelas III SD Negeri
02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari 4 tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek
adalah siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan Jumapolo yang berjumlah 14
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
deskriptif interaktif (Miles & Hubermen) yang terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi
data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model quantum
learning dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara jawa siswa kelas III
SD Negeri 02 Kwangsan Jumapolo tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan
keterampilan menulis aksara jawa tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya nilai keterampilan menulis huruf Jawa siswa pada setiap siklus
yaitu; sebelum tindakan (prasiklus) nilai rata-rata keterampilan menulis huruf
Jawa siswa 58,2 dimana siswa mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimum
KKM yaitu 60 hanya 6 siswa (42,8%), siklus I nilai rata-rata keterampilan
menulis huruf Jawa siswa meningkat menjadi 68,43 dimana sebanyak 9 (64,28%)
siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 60, dan siklus II nilai rata-rata
keterampilan menulis huruf Jawa siswa meningkat lagi menjadi 86,36 dengan 12
siswa memperoleh nilai di atas KKM (85,71%).
Kata kunci : keterampilan menulis, aksara Jawa, model quantum learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRACT
Rohmat Yulianto. APPLYING OF MODEL QUANTUM LEARNING
TO INCREASE THE JAVANESE LETTER WRITING SKILL OF THE
STUDENTS IN GRADE III OF STATE PRIMARY SCHOOL 02 OF
KWANGSAN, JUMAPOLO, KARANGANYAR IN THE ACADEMIC
YEAR OF 2010/2011. Skripsi : The Faculty of Teacher Training and Education,
Sebelas Maret University, April 2011.
The objective of the research is to improve the Javanese letter writing skill
the use of applying of model quantum learning of students in Grade III of State
Primary School 02 of Kwangsan, Jumapolo in the academic year of 2010/2011.
The research used a Classroom Action Research approach with 2 cycles.
Each cycle consited of two meetings, and each meeting consisted 4 phases,
namely : planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of
the research were the 14 students in Grade III of State Primary School 02
Kwangsan, Jumapolo. Its data werw gathered trough observation, test, and
documentation. The data were then analysed by using an interactive model of
descriptif analysis (Milles & Hubermen) comprising three phase, namely; data
reduction, data display, and conclusion drawing.
The result of the research shows that the use of applying of model
quantum learning can improve the Javanese letter writing skill of the students in
Grade III of State Primary School 02 Kwangsan, Jumapolo in the academic year
of 2010/2011. The improvement is verified by the improved score in the Javanese
letter writing skill of the students in each cycle.Prior to the treatment, the average
score is 58,2 is just 6 students got score more than minimum criteria is 60
(42,8%). The average scores respectively improve to 68,43 wich 9 students got
score more than minimum criteria (64,28%) following the treatment of Cycle I
and 86,36 wich 12 students got score more than minimum criteria (85,71%)
following the treatment of Cycle II.
Keyword: writting skill, the javanese letter, model quantum learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah
urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada ALLOH kamu berharap”
(QS. Al-Insyirah:6-8)
“Nguri-nguri budaya jawi”
“Alon-alon waton kelakon”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
Bapak Yahman S.Pd. dan Ibu Sugiyatmi tercinta yang telah memberikan
motivasi, kasih dan sayangnya yang begitu besar serta ketulus ikhlasannya
dalam mendoakan dan mendukung setiap langkah jejak kehidupanku. Semoga
ALLOH SWT senantiasa memberikan kesehatan dan mengabulkan doa-
doamu. Amin
Kakek dan Nenekku Warno Soegito-Lanjar yang selalu mendoaakan dan
memberikan motivasi serta dukungan moril
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta almamaterku tercinta tempatku
belajar dan menimba ilmu untuk masa depan yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLOH SWT yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas ridhoNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapat gelar
Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Seblas Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan
kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Dra. Yulianti, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan, bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang
sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Sularmi, S.Pd.SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 Kwangsan yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu Warsini, S.Pd.SD. selaku guru kelas III SD Negeri 02 Kwangsan yang
dengan ikhlas membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
9. Guru-guru SD Negeri 02 Kwangsan yang telah memberikan motivasi dan
bantuan dalam melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan
kerjasamanya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berupaya untuk berbuat yang
terbaik, namun demikian disadari hasil yang dicapai masih jauh dari
kesempurnaan. Semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis dalam
pengetahuan maupun pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca yang budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak
tersebut mendapat balasan yang sesuai dari ALLOH SWT. Amin
Surakarta, Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengajuan ....................................................................................... ii
Persetujuan ..................................................................................................... iii
Pengesahan ..................................................................................................... iv
Abstrak ........................................................................................................... v
Abstract .......................................................................................................... vi
Motto .............................................................................................................. vii
Persembahan .................................................................................................. viii
Kata Pengantar ............................................................................................... ix
Daftar Isi ........................................................................................................ xi
Daftar Tabel ................................................................................................... xiv
Daftar Gambar ............................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Kajian Teori ............................................................................... . 6
1. Hakikat Model QuantumLearning
.........................................
6
a. Pengertian Model QuantumLearning .............................. 6
b. Karakteristik Umum Quantum Learning ........................ 7
c. Prinsip Quantum Learning .............................................. 10
d. Faktor Pendukung Model QuantumLearning ................. 12
e. Penerapan Model Quantum Learning Dalam
Pembelajaran ................................................................... 13
f. Kelemahan dan Kelebihan Model Quantum Learning ... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Hakikat Keterampilan Menulis Aksara Jawa
.........................
18
a. Pengertian Keterampilan ................................................. 18
b. Pengertian Menulis ......................................................... 19
c. Pengertian Keterampilan Menulis ................................... 19
d. Pengertian Aksara Jawa .................................................. 21
e. Keterampilan Menulias Aksara Jawa .............................. 22
f. Sejarah Terciptanya Aksara Jawa ................................... 23
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
........................................
26
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 28
C. Kerangka Berfikir ...................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 32
B. Subjek Penelitian ......................................................................... 32
C. Sumber Data ................................................................................ 32
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 33
E. Validitas Data .............................................................................. 34
F. Tehnik Analisis Data ................................................................... 35
G. Indikator Kinerja ......................................................................... 37
H. Rancangan Penelitian .................................................................. 37
I. Prosedur Penelitian ..................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 45
A. Diskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 45
B. Diskripsi Kondisi Awal ................................................................ 45
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian .............................................. 50
1. Siklus I ................................................................................... 50
2. Siklus II .................................................................................. 62
D. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 75
E. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 80
A. Simpulan ...................................................................................... 80
B. Implikasi ...................................................................................... 80
C. Saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85
LAMPIRAN ................................................................................................. . 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Aksara Jawa Nglegena .................................................... 23
Tabel 2. Penerapan Model Quantum Learning Tipe TANDUR ................ 42
Tabel 3. Daftar Nilai Sebelum Tindakan ............................................... 47
Tabel 4. Hasil Evaluasi Siswa Pada Kondisi Awal ..................................... 48
Tabel 5. Daftar Nilai Siklus I ................................................................... 54
Tabel 6. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus I .............................................. 55
Tabel 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I .............................. 57
Tabel 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I .......................... 59
Tabel 9. Daftar Nilai Siklus II ............................................................... 66
Tabel 10. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus II ....................................... 67
Tabel 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II .......................... 70
Tabel 12. Lembar Obervasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II ........................ 71
Tabel 13. Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Pada Siklus I dan II ..................... 76
Tabel 14. Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I dan II 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir ............................................. 30
Gambar 2. Empat Langkah dalam PTK ...................................................... 37
Gambar 3. Empat Langkah dalam PTK ...................................................... 39
Gambar 4. Grafik Hasil Evaluasi Sebelum Tindakan .................................... 49
Gambar 5. Grafik Hasil Evaluasi Pada Siklus I ............................................. 56
Gambar 6. Grafik Hasil Evaluasi Pada Siklus II ............................................ 69
Gambar 7. Grafik Peningkatan Setiap Siklus ............................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nilai Sebelum Tindakan ............................................ 88
Lampiran 2. Hasil Evaluasi Sebelum Tindakan ......................................... 89
Lampiran 3. RPP Siklus I Pertemuan I .................................................. 90
Lampiran 4. RPP Siklus I Pertemuan II .................................................... 96
Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I ......................... 102
Lampiran 6. Lembar Obervasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ..................... 103
Lampiran 7. Lembar Penilaian Siklus I .................................................... 105
Lampiran 8. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus I ........................................ 106
Lampiran 9. RPP Siklus II Pertemuan I ................................................... 107
Lampiran 10. RPP Siklus II Pertemuan II ................................................ 113
Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II ................... 119
Lampiran 12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II ................. 120
Lampiran 13. Lembar Penilaian Siklus II ................................................. 122
Lampiran 14. Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus II ................................... 123
Lampiran 15. Daftar Nilai Tiap Siklus ..................................................... 124
Lampiran 16. Satu Set Kartu Aksara Jawa ............................................... 125
Lampiran 17. Hasil Photo ....................................................................... 126
Lampiran 18. Tabel Waktu Penelitian ..................................................... 129
Lampiran 19. Hasil Pekerjaan Siswa ........................................................ 130
Lampiran 20. Surat Keputusan Dekan ..................................................... 134
Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian .......................................................... 135
Lampiran 22. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ........................... 136
Lampiran 23. Surat Keterangan Penelitian .............................................. 137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu
bangsa terletak pada kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Proses pendidikan
dapat terjadi di dalam tiga lingkungan pendidikan yaitu pendidikan keluarga
(pendidikan informal), pendidikan sekolah (pendidikan formal), dan pendidikan
masyarakat ( pendidikan non formal).
Sekolah yang merupakan lembaga penyelenggara pendidikan formal
sangat berperan penting terhadap kemajuan tingkat pendidikan suatu bangsa.
Pendidikan di sekolah seharusnya secara seimbang dan serasi mencakup aspek
pembudayaan, penguasaan, pengetahuan, dan pemilikan keterampilan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman
pendidikan yang bermakna.
Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal ( Bahasa Jawa ) berdasarkan
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 423.5/5/2010 yang tertuang dalam
silabus, disebutkan bahwa salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai
oleh siswa adalah menulis aksara Jawa nglegena.
Menulis aksara Jawa merupakan hal yang sangat penting bagi siswa karena
sebagai salah satu usaha meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap kebudayaan
bangsa dan juga sebagai usaha menanamkan rasa memiliki terhadap kebudayaan
Jawa yang semakin dilupakan oleh para generasi muda saat ini. Menurut Adipati
Bumiayu (http://putupondokbalong.blogmalhikdua.com) (29-12-2010)
menyatakan bahwa sejak 2 Oktober 2009, dunia telah mengakui huruf Jawa (ha,
na, ca, ra, ka) yang disahkan oleh UNICODE (lembaga dalam naungan UNESCO
yang menangani standar kode aksara pada komputer di dunia). Dengan demikian
huruf atau aksara Jawa kini memiliki kedudukan yang sama dengan huruf Latin,
China, Arab, Jepang, dan sebagainya. Dengan kenyataan tersebut sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
seharusnya sebagai bangsa yang memiliki huruf Jawa harus bisa menulis aksara
Jawa. Sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan bangsa.
Keterampilan berbahasa khususnya bahasa Jawa sesuai dengan Kurikulum
Mata Pelajaran Muatan Lokal ( Bahasa Jawa ) berdasarkan Keputusan Gubernur
Jawa Tengah Nomor : 423.5/5/2010 terdiri atas empat, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan
satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran di sekolah keterampilan berbahasa
diajarkan secara terintegrasi.
Menulis adalah melakukan berbagai keterampilan menulis baik sastra
maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi berupa karangan sederhana, surat, dialog, laporan,
ringkasan, parafrase, geguritan, dan huruf Jawa ( Keputusan Gubernur Jawa
Tengah, 2010:18 ). Menulis aksara Jawa merupakan salah satu pelajaran yang
tidak disukai para siswa disekolah, karena umumnya mereka tidak dibiasakan dan
tidak dikenalkan dengan akasara Jawa sejak kecil sehingga siswa kesulitan dalam
membaca maupun menulis.
Masih banyak sistem pengajaran yang diterapkan dalam pembelajaran
menulis aksara Jawa saat ini masih bersifat konvensional. Hal ini karena guru
hanya memberikan ceramah yang monoton serta kurangnya penggunaan media
dalam pembelajaran sehingga anak tidak tertarik dan kurangnya keaktifan
terhadap pembelajaran yang diajarkan yang mengakibatkan rendahnya
keterampilan menulis aksara Jawa. Hal demikian juga dialami oleh siswa-siswi di
SD Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran
2010/2011. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melihat bahwa kegiatan
belajar mengajar kurang aktif karena siswa terlihat malas menjalani kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Ulangan Umum Semester
(UUS) Semester Dua Tahun Pelajaran 2009/2010 yang hasilnya masih jauh
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60. Dari 14 Siswa, hanya
sekitar 30% yang mendapat nilai diatas 60 dan sisanya sekitar 70% mendapatkan
nilai dibawah 60. Hal yang demikian merupakan bukti nyata bahwa keterampilan
menulis aksara Jawa masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Quantum learning merupakan suatu model pembelajaran yang
menekankan pada learning with fun. Sugiyanto (2009:67) menyatakan bahwa
pembelajaran kuantum merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan,
kreatif, tidak membosankan yang menjadi pilihan para guru/ fasilitator.
Sedangkan menurut Bobbi DePorter (dalam Sugiyanto 2009:71) menyatakan
bahwa istilah pembelajaran kuantum bermakna “interaksi-teraksi yang mengubah
energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Dari pernyataan
DePorter itulah pembelajaran kuantum lahir. Pembelajaran yang berprinsip untuk
membawa dunia pembelajar kedunia pengajar, dan mengantarkan dunia pengajar
kedunia pembelajar yang lebih kita kenal dengan konsep TANDUR ( Tanamkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).
Keterampilan menulis aksara jawa dengan model quantum learning
dengan konsep tandur adalah anak bisa ditanya pengetahuan dasar mereka tentang
aksara jawa yang mereka ketahui (Tanamkan), anak diminta menuliskan macam-
macam aksara jawa kedepan kelas dan anak yang lain menyebutkan namanya
(Alami dan Namai), anak diminta menyusun kartu kata menjadi kata-kata dalam
aksara jawa (Demonstrasikan), dan yang terakhir anak diberi evaluasi dan
penghargaan atas prestasi mereka (Ulangi dan Rayakan). Jadi penerapan konsep
TANDUR dalam keterampilan menulis aksara jawa yang menekankan pada
keaktifan, partisipasi, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
tersebut akan dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa.
Berdasar dari pernyataan dan permasalahan yang ada dilapangan untuk
meningkatkan keterampilan menulis aksra Jawa, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Quantum Learning
untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara Jawa pada Siswa Kelas
III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar
Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagi berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
“Apakah Penerapan Model Quantum Learning dapat Meningkatkan
Keterampilan Menulis Aksara Jawa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri
02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara Jawa pada Siswa
Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar
Tahun Pelajaran 2010/2011 Melalui Penerapan Model Quantum Learning.
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah keilmuan sebagai
bahan rujukan bagi penulis yang akan menulis hal yang sama atau hampir
sama.
b. Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran bahasa Jawa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatnya ketertarikan siswa dalam belajar aksara jawa melalui
penerapan model quantum learning sehingga nilai siswa menjadi lebih
baik.
2) Meningkatnya keterampilan siswa dalam menulis aksara jawa.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya wawasan dan kemampuan guru tentang model quantum
learning dalam pembelajaran.
2) Bertambahnya pengetahuan dan pengalaman dalam membimbing anak
dalam menulis aksara jawa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran menilis aksara Jawa dengan
diterapkannya model quantum learning dalam pembelajaran.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Model Quantum Learning
a. Pengertian Model Quantum Learning
Model Quantum Learning pertama dipraktekan di sebuah sekolah bernama
Super Camp. Penggagasnya adalah seorang wanita kelahiran Amerika bernama
Bobbi DePorter. Bobbi DePorter dkk menganalogikan prinsip relativitas Einstein
yaitu E= mc2. Dalam fisika quantum istilah quantum memang diberi konsep
perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketidakteraturan dan
indeterminisme alam semesta. Sedangkan DePorter (dalam Sugiyanto, 2009:71)
menjelaskan bahwa istilah quantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran quantum bermakna “interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah
energi”. DePorter mengaplikasikan hal ini dalam kegiatan pembelajaran. Beliau
menyatakan bahwa sebagai pelajar, belajar bertujuan untuk meraih sebanyak
mungkin cahaya, interaksi, hubungan, dan inspirasi. Quantum Learning
merupakan salah satu pendekatan penbelajaran yang mengaktifkan siswa.
Keaktifan siswa dalam hal ini dilakukan dengan senang, nyaman, mudah serta
dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Sugiyanto (2009:71) menjelaskan bahwa istilah quantum memang diberi
konsep suatu perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya
ketidakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Hernowo (2005:8) juga
memaknai Quantum Learning sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar
niscaya mampu mengubah berbagai potensi yang ada didalam diri manusia
menjadi pancaran atau ledakan-ledakan gairah (dalam memperoleh hal-hal baru)
yang dapat ditularkan (ditunjukkan) kepada orang lain.
Menurut Bobbi DePorter (2006: 16) Model Quantum Learning merupakan
penggabungan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori,
keyakinan, dan metode ciptaannya sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti teori otak kanan
dan kiri, pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic, belajar
berdasarkan pengalaman, simulasi atau permainan. Pengertian lain dari Quantum
Learning dalam (http://Learningforum.com) (20-12-2010). “Quantum Learning is
a Comprehensive model that covers both educational theory and immediate
classroom implementation. Into integrates research-based best practices in
education into a unified whole, making content more meaningful and relevant to
students’ lives”. Artinya Quantum Learning merupakan keseluruhan model yang
mencakup kedua teori pendidikan dan pelaksanaan dikelas dengan cepat. Ini
menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan
ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi
kehidupan siswa. Lebih dari itu, Bobbi DePorter (2005:18) juga menyatakan
bahwa Quantum Learning adalah suatu model yang komprehensif yang mencakup
baik teori pendidikan dan implementasi kelas. Hal mengintegrasikan praktik
terbaik berbasis penelitian dalam pendidikan menjadi suatu kesatuan yang utuh,
konten yang lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat peneliti
simpulkan bahwa quantum learning mengambil konsep dasar bahwa dalam
quantum learning menekankan pada interaksi antara pembelajar dengan
pembelajar dan interaksi pengajar dengan pembelajar. Dengan menekankan pada
pengajar yang harus mengkondisikan pembelajar pada situasi yang
menyenangkan, menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi, pengalaman
langsung dan penghargaan atas usaha pembelajar. Dengan kata lain model
quantum learning adalah suatu model pembelajaran yang memberikan trik,
strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman, daya
ingat, serta belajar sebagai proses menyenangkan dan bermakna, sehingga
membuat siswa nyaman dan berusaha untuk memperbaiki hasil belajarnya.
b. Karakteristik Umum Quantum Learning
Pembelajaran quantum mempunyai karakteristik umum yang dapat
memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karekteristik umum yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tampak membentuk sosok pembelajaran quantum yang dirangkum dari Sugiyanto
(2009:73) sebagai berikut:
1) Pembelajaran quantum sebagai pangkal pada psikologi kognitif bukan
fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum
dipakai.
2) Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivis-
empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3) Pembelajaran quantum lebih bersifat kontruktivis(tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis.
4) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
5) Pembelajaran quantum sangat menekan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
6) Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-
buat.
7) Pembelajaran quantum sangat menekankan pada kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
8) Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan
isi pembelajaran.
9) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal
atau material.
10) Pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran.
11) Pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban.
12) Pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat Sugiyanto diatas yang menejelaskan karateristik
quantum learning sebanyak 12 bagian terpenting, Joko Adi Yulianto dalam
(http:// pandidikan. .com/ 2010/ 05 sejaran-dan-pengertian-quantum-learning.
html) (06-05-2011) juga menjelaskan bahwa karakteristik quantum learning
adalah sebagai berikut:
1)Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai;
2)Pembelajaran kuantum berupaya memadukan [mengintegrasikan],
menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku
pembelajar dengan lingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks
pembelajaran; 3)Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada
interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna;
4)Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi; 5)Pembelajaran kuantum
sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan
keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat; 6)Pembelajaran kuantum
menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran
Joko Saryono dalam (http:// lubisgrafura. wordpress. com/ 2007/ 09/ 11/
pembelajaran-kuantum-sebagai-model-pembelajaran-yang-menyenangkan/) (06-
05-2011) juga menjelaskan karakteristik umum yang dapat memantapkan dan
menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk
sosok pembelajaran kuantum sebagai berikut:
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-
empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis.
4) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan [mengintegrasikan],
menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia
selaku pembelajar dengan lingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks
pembelajaran.
5) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-
buat.
8) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan
isi pembelajaran.
10) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan [dalam] hidup, dan prestasi fisikal
atau material.
11) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran.
12) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban.
13) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran.
Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik quantum
learning adalah suatu sistem pembelajaran yang memusatkan perhatian siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pada situasi pembelajaran yang menyenangkan dan menekankan pada
pemercepatan pembelajaran dengan tingkat keberhasilan tinggi yang
mengutamakan keberagaman dan pengintegrasian tubuh dan fikiran.
c. Prinsip Quantum Learning
Prinsip dapat berarti sebuah aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau
dikenal dan sebuah hukuman, aksioma, atau doktrin fundamental. Ada tiga macam
prinsip utama yang membangun sosok Quantum Learning. Ketiga prinsip utama
yang dirangkum dalam Sugiyanto (2009:78) adalah sebagai berikut:
1) Prinsip utama quantum learning berbunyi: “Bawalah Dunia Mereka
(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia
Kita (pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar)”.
2) Dalam quantum learning juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki
lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord.
Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran
quantum yang antara lain sebagai berikut:
a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
b) Ketahuilah bahwa segalanya betujuan
c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran.
e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.
3) Dalam quantum learning juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus
berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain,
pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung
fondasi quantum learning. Keunggulan tersebut antara lain:
a) Terapkanlah hidup dalam integritas
b) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
c) Berbicaralah dengan niat baik
d) Tegaskanlah komitmen
e) Jadilah pemilik
f) Tetaplah lentur
g) Tetaplah lentur pertahankanlah keseimbangan.
Selain itu Herdian dalam (http:// herdy07. wordpress. com/ 2009/ 04/ 29/
model-pembelajaran-quantum/) (06-05-2011) juga menjelaskan beberapa prinsip
dasar yang dalam quantum learning, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan
dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan
kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru; dari lembar kerja atau
kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan
pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.
b) Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran
mempunyai tujuan semuanya.
c) Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik
adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa
yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika
adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan
rasa keingintahuan.
d) Akuilah setiap usaha. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya
dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar
diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari
kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.
e) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu
yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya.
DePorter (2010:36) menyatakan ada lima prinsip tetap, prinsip-prinsip
tersebut adalah: a)Segalanya Berbicara; b)Segalanya Bertujuan; c)Pengalaman
sebelum Pemberian Nama; d)Akui Setiap Usaha; e)Jika Layak Dipelajari, Maka
Layak Pula Dirayakan!.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
pembelajaran quantum berprinsip pada pola pembelajaran yang membawa dunia
pembelajar ke dalam dunia pengajar, dan kemudian mengantarkan dunia pengajar
ke dalam dunia pembelajar. Proses pembelajaran juga diartikan sebagai permainan
orkestra simfoni dimana pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya
keunggulan.
d. Faktor Pendukung Model Quantum Learning
DePorter (2008: 14) menjelaskan model quantum learning melihat
kesuksesan siswa pada unsur-unsur terkait yang tersusun dengan baik dalam sudut
pandang yang berbeda. Diantaranya adalah suasana, landasan, lingkungan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
rancangan nilai-nilai, dan keyakinan. Unsur-unsur tersebut harus benar-benar
dimengerti oleh guru.
Penjelasan dari pendapat diatas secara singkat dapat peneliti uraikan sebagai
berikut:
1) Suasana
Didalam model quantum learning guru harus menciptakan suatu kegiatan
pembelajaran yang nyaman dan gembira, dapat memilih dan menerapkan
bahasa dengan baik dan benar, menjalin rasa simpati dengan siswa, karena
suasana tersebut akan membawa kegembiraan siswa dalam suasana
pembelajaran. Suasana yang menyenangkan seperti itu bisa membuat siswa
nyaman dalam belajar dan tidak membosankan.
2) Landasan
Landasan didalam model quantum learning ada beberapa hal, diantaranya
adalah kerangka kerja yang mendasari dalam pembelajaran yang akan
dilakukan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, keyakinan yang
dimiliki pembelajar akan pembelajaran yang dilakukan, kesepakatan yang
dilakukan antara pengajar dengan pembelajar, kebijakan yang dimiliki
pengajar, prosedur yang akan diterapkan dalam pembelajaran, dan aturan
bersama yang memberikan pedoman bagi siswa dan guru untuk bekerja dalam
komunitas belajar.
3) Lingkungan
Lingkungan yang harus dipersiapkan dalam proses model quantum learning
salah satunya adalah dengan cara guru mengatur tatanan ruang kelas. Hal ini
meliputi pengaturan meja dan kursi, penerangan yang cukup, warna, serta
iringan musik yang membuat suasana belajar lebih santai dan nyaman.
Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran seperti itu akan membuat
pembelajaran lebih menyenangkan sehingga tujuan dari pembelajaran yang
ingin dicapai akan mudah tercapai dengan baik.
4) Rancangan
Didalam model quantum learning yang dimaksudkan dengan rancangan
adalah suatu penciptaan unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
belajar siswa secara menyeluruh dan terarah. Selain itu rancangan juga
berfungsi agar siswa dapat lebih mendalami makna pembelajaran, dan
memperbaiki proses tukar-menukar informasi. Rancangan yang jelas dan
terarah akan menjadikan pembelajaran lebih jelas dan bermakna sehingga
akan mempermudah tujuan yang ingin dicapai.
5) Nilai-nilai dan keyakinan
Nilai-nilai dan kepercayaan merupakan hal yang faktor yang juga berpengaruh
pada tingkat keberhasilan suatu pembelajaran. Jika semua aspek telah ditata
dan dipenuhi maka akan tercipta suatu kejaiban yang akan menciptakan suatu
komunitas belajar yang menyenangkan. Tempat belajar yang menyenangkan
akan menjadikan siswa belajar secara senang bukan karena unsur
keterpaksaan.
Quantum learning menciptakan lingkungan fisik yang mendukung yang
akan meningkatkan dan memperkuat belajar. Ideal lingkungan belajar meliputi
pencahayaan yang memadai, warna tujuan, poster, tanaman, alat peraga dan
musik. Elemen ini mudah dimasukkan dalam satu kelas, dan siswa menikmati
belajar lebih dalam lingkungan yang nyaman.
e. Penerapan Model Quantum Learning Dalam Pembelajaran
Didalam model quantum learning terdapat pola pembelajaran yang berbeda
dari pembelajaran yang biasa atau konvensional. Didalam penerapan
pembelajaran model quantum kita dikenalkan dengan konsep TANDUR yang
merupakan akronim dari; Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
dan Rayakan. Unsur-unsur tersebutlah yang telah membentuk basis struktur yang
mendasari model quantum learning. Konsep TANDUR akan membawa siswa
pada kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan mengesankan.
Sugiyanto (2009:83) menyatakan bahwa kerangka TANDUR dapat
membawa siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran apapun mata
pelajarannya, tingkat kelas, dengan beragam budayanya, jika pada guru betul-
betul menggunakan prinsip-prinsip atau nilai-nilai pembelajaran model quantum.
Kerangka perencanaan model quantum learning tipe TANDUR dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Tumbuhkan : Menumbuhkan minat dengan memuaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dan menyertakan diri mereka, memikat
mereka, puaskan keingin tahuan mereka.
Buatlah mereka tertarik atau penasaran
tentang materi yang kana kita ajarkan.
2) Alami : Menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat memberikan
mereka pengalaman belajar, tumbuhkan
“kebutuhan untuk mengetahui”.
3) Namai : Menyediakan kata kunci, konsep, model,
rumus, strategi, dan memberikan “data”
tepat saat minat memuncak mengenalkan
konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.
4) Demonstrasi
kan
: Memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru
sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi
dan menunjukkan bahwa mereka tahu.
5) Ulangi : Merekatkan gambaran keseluruhannya. Ini
dapat dilakukan melalui pertanyaan postest,
ataupun penugasan, atau membuat iktisar
hasil belajar. Menegaskan bahwa “aku tahu
bahwa aku memang tahu ini”.
6) Rayakan : Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi,
dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan serta menegaskan bahwa jika
layak dipelajari maka layak pula dirayakan.
Perayaan menambahkan dengan asosiasi
positif.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka model quantum learning konsep
TANDUR adalah penjelasan dari akronim TANDUR yaitu menumbuhkan minat
yang tinggi terhadap materi yang akan dipelajari dengan melibatkan siswa pada
iklim pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dengan melibatkan siswa dalam
mengalami dan menamai proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa juga
diajak untuk mendemonstrasikan materi yang dipelajari dengan menggunakan
media pembelajaran yang konkrit dan menarik yang akan menjadikan proses
pembelajaran yang telah berlangsung akan lebih berkesan. Selain itu juga perlu
diadakan proses evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran
yang telah berlangsung, dan juga diberikannya suatu reward atau penghargaan
atas keberhasilan yang telah dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
f. Kelemahan dan Kelebihan Model Quantum Learning
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran sekarang ini, model pembelajaran
quantum learning termasuk baru diterapkan dalam pembelajaran. Melalui model
ini siswa tidak hanya diajar banyak tentang teori dan praktek, tetapi mereka juga
membangun rasa percaya diri, merasa berhasil dalam hidup mereka dan
bergembira, yang semuanya dalam waktu yang bersamaan (DePorter, 2005 : 2).
Tiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengan model pembelajaran Quantum Learning.
Di dalam (http://www.masbied.com/ 2010/ 11/ 21/ penerapan- metode-
quantum- learning-dalam-upaya-meningkatkan-hasil-belajar/#more-3909) (01-04-
2011) kelebihan model quantum learning adalah; a. Menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan; b. Mengembangkan rasa percaya diri pada siswa; c.
Menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar; d. Meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan.
Dari pendapat diatas, dapat penulis uraikan sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Dalam metode quantum learning, guru memberikan kebebasan kepada siswa
untuk belajar menyesuaikan diri dan belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka masing-masing pembelajaran yang sesuai menjadikan belajar sebagai
sesuatu yang menyenangkan sehingga mengoptimalkan proses belajar dan
meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
2. Mengembangkan rasa percaya diri pada siswa.
Melalui metode ini, juga dapat menunjukkan gaya belajar terbaik dari setiap
orang, sehingga siswa mampu mengoptimalkan cara belajarnya untuk
menjadi pegangan mencapai keberhasilan.
3. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam belajar.
Model quantum learning ini mencoba memberikan siswa kebebasan
berekspresi dalam belajar sesuai dengan tipe belajar masing-masing dan
memasang musik latar untuk menciptakan suasana yang santai. Musik sangat
penting untuk lingkungan quantum learning, karena sebenarnya berhubungan
dan mempengaruhi kondisi fisiologi kita. Selama melakukan pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mental yang berat, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Gelombang
otak semakin cepat dan otot-otot menegang, sedangkan jika dengan musik
yang tepat akan mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah menurun,
gelombang otak melambat dan otot-otot relaks
4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang
menyenangkan.
Melalui pembelajaran yang menyenangkan dapat merangsang kemampuan
komunikasi siswa dalam pembelajaran, siswa akan lebih aktif dalam
pembelajaran, misalnya pada pembelajaran kelompok siswa yang
menggunakan model quantum learning siswa akan berdiskusi dengan
temannya secara otomatis hal itu akan membuat siswa berkomunikasi dengan
temannya dan juga dengan guru sehingga akan tercipta komunikasi yang
multi arah.
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa quantum learning
merupakan suatu model dalam pembelajaran yang menyenangkan dengan
berusaha mengombinasikan pekerjaan mental yang menekankan dengan fisiologi
relaks, sehingga siswa merasa gembira dalam belajar yang nantinya melahirkan
pelajar-pelajar yang istimewa.
Selain memiliki kelebihan-kelebihan tersebut model quantum learning juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu:
1. Tidak semua guru mampu mengkondisikan kelas menjadi suasana yang
menyenangkan untuk belajar
2. Kemampuan guru dalam menguasai model quantum learning masih terbatas
sehingga pelaksanaan model quantum learning tersebut tidak maksimal
3. Guru harus selalu berinovasi dan kreatif dalam menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan supaya siswa tidak cepat bosan.
4. Dengan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan/ menggunakan
permainan dalam pembelajaraanya, kadang sulit untuk mengaitkan dengan
materi pembelajaran sehingga siswa cenderung lebih menikmati
permainannya daripada materinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dengan melihat pada kelebihan-kelebihan dan menganalisa kelemahan-
kelemahannya maka untuk mengatasi kelemahan-kelemahannya dapat penulis
uraikan sebagai berikut:
1. Guru harus bisa membiasakan suasana pembelajaran yang membuat siswa
menjadi aktif dan membuat siswa terlibat dalam pembelajaran sehingga siswa
tidak bosan berada di kelas, selain itu guru juga bisa menggunakan media
yang menarik perhatian siswa dan melibatkan siswa dalam penggunaanya hal
itu akan membuat siswa lebih tertarik dan menenangkan bagi siswa.
2. Terbatasnya kemampuan guru dalam menguasai model quantum learning
dapat diatasi dengan mengikuti pelatihan, workshop, ataupun seminar
pelaksanaan model – model pembelajaran inovasi yang di dalamnya terdapat
model pembelajaran quantum learning sehingga pengetahuan guru akan
bertambah dalam penguasaan pelaksanaan model pembelajaran quantum
learning.
3. Guru harus lebih kreatif dan bisa berinovasi dalam menciptakan permainan –
permainan yang menyenangkan bagi siswa.
4. Mengaitkan permainan dengan materi pembelajaran supaya tanpa sadar saat
melakukan permainan, siswa juga sedang mempelajari materi pelajaran.
Misalnya dengan permainan team, siswa dalam kelompok saling bertanding
untuk menjawab petanyaan dari guru dengan permainan seperti itu
pembelajaran akan lebih menyenangkan.
Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa guru sebaiknya selalu belajar dan
mengembangkan diri untuk memperbaiki pembelajaran yang ada di kelasnya,
berusaha berinovasi menciptakan suasanan pembelajaran yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan menerapkan
model dalam pembelajaran diharapan siswa tidak merasa bosan dan tertarik pada
pembelajaran yang diajarkan.
2. Hakikat Keterampilan Menulis Aksara Jawa
a. Pengertian Keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan
kecepatan dalam melakukan suatu pekerjaan. Kata keterampilan mempunyai arti
yang hampir sama dengan kata cekatan yaitu kepandaian melakukan sesuatu.
Sejalan dengan hal itu, pendapat dari Soemarjadi, dkk (1992:2) menyatakan
bahwa pengertian keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan
dengan cepat dan benar. Jadi bila seseorang melakukan sesuatu dengan cepat
tetapi tidak benar maka ia tidak dapat dikatakan terampil. Pengertian lain dari
ketrampilan ialah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Aksay juga menambahkan tentang pengertian keterampilan dalam
(Http://pengertian-keterampilan-belajar.blogspot/2009/20/03/html) (15-12-2010).
Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat
dalam menghadapi permasalahan. Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang
sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat,
cepat dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu.
“Keterampilan adalah kemampuan mengubah sesuatu yang ada menjadi
apa yang dikehendaki sesuai dengan rencana. Keterampilan menyangkut
pengenalan bahan, input, atau apa yang dapat diolah. Keterampilan juga
terkait dengan tahap-tahap pelaksanaan pengolahan, serta bobot atau
jumlah energi yang dibutuhkan, bahkan kemungkinan-kemungkinan
penyimpangan dan perkecualian.” (http://lead.sabda.org) (16-12-2010).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah
suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara
efisien dan efektif dalam mengerjakan sesuatu agar menghasilkan sesuatu dengan
cepat dan tepat. Keterampilan dalam pembelajaran mencakup berbagai aspek.
Salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan
menulis.
b. Pengertian Menulis
Menulis berasal dari kata dasar tulis. Menurut H. G. Tarigan (dalam
Sugiyanto 2008: 99) menulis adalah melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang untuk dibaca orang lain
yang dapat memahami bahasa dan lambang-lambang grafik tersebut. Menulis juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bisa diartikan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak
kepada orang lain secara tertulis. Menurut Soemarmo Markam (1989: 7) dalam
(http://untungsdrazat.blogspot.com/2007/08/metode-pengembangan-bahasaanak.
html) (28-12-2010). Pengertian menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam
bentuk simbol gambar.
ST. Y. Slamet (2008:97) juga menjelaskan bahwa pada dasarnya menulis itu
bukan hanya melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan
pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam
bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang
sederhana dan tidak perlu dipelajari tetapi justru dikuasai.
Menurut jurnal internasional yang berjudul Experiences with Poetry,
Pedagogy and Participant Observation: Writing with Students in a Study Abroad
Program yang diunduh tanggal 31 Desember 2010, dijelaskan Many
anthropologists have turned to creative writing as they struggle to represent
experiences/encounters with other cultures. Artinya banyak ahli antropologi telah
mengarahkan ke penulisan kreatif saat mereka menggelut keluar mewakili
pengalaman / menghadapi dengan budaya lain. Hal ini dapat diartikan bahwa
menulis merupakan suatu bentuk pergaulan dengan dunia luar, yaitu menulis
menulis kreatif tercipta karena pengalaman.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa menulis
adalah kegiatan melukiskan lambang-lambang grafik sebagai upaya untuk
mengungkapkan pikiran dan berkomunikasi.
c. Pengertian Keterampilan Menulis
Didalam keterampilan berbahasa, terdapat beberapa macam keterampilan
berbahasa. ST. Y. Slamet (2008:1) menyebutkan bahwa keterampilan berbahasa
mencakup empat aspek, yakni; keterampilan menyimak; keterampilan berbicara;
keterampilan menyimak; keterampilan menulis.Keterampilan yang harus dikuasai
tersebut salah satunya adalah keterampilan menulis. Keterampilan ini mulai
diajarkan kepada anak dari sebelum masuk kedalam lingkungan pendidik oleh
orang tua dan dilanjutkan oleh guru setelah mereka memasuki lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
pendidikan. Walaupun keterampilan ini sudah diajarkan sejak dini, tetapi
keterampilan menulis adalah keterampilan yang kompleks dan sulit. Heaton
(dalam ST. Y. Slamet 2008:96) menyatakan bahwa menulis merupakan
keterampilan yang sukar dan kompleks. ST. Y. Slamet (2008:99) juga
menjelaskan bahwa suatu tulisan dikatakan baik dapat dilihat dari segi bahasa
yang digunakan, isi tulisan, dan bentuk atau cara penyajiannya.
Keterampilan menulis menurut Bryne (dalam ST. Y. Slamet 2008:106)
menyatakan :
Pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis
sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut
peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan
menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat
yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran
tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca yang berhasil.
Dengan kata lain, keterampilan menulis menuntut kemampuan berfikir yang
baik bukan hanya sekedar menulis simbol-simbol sederhana karena keterampilan
menulis mencakup berbagai kecakapan yang kompleks.
ST. Y. Slamet (2008:107) menyatakan bahwa sehubungan dengan
komplektisitas kecakapan keterampilan menulis yang diperlukan, maka tidak
heran jika kegiatan menulis dikatakan bukan suatu kegiatan yang mudah. Artinya,
tidaklah mudah bagi seseorang untuk menghasilkan tulisan yang baik. Walaupun
demikian, bukan berarti bahwa keterampilan menulis tersebut hanya bisa dimiliki
oleh orang yang ahli atau orang-orang tertentu yang dianugrahi bakat yang
istimewa. Keterampilan menulis dapat dikembangkan dengan membiasaan
ataupun latihan yang terus-menerus. ST. Y. Slamet (2008:107) menyatakan bahwa
keterampilan menulis dapat dimiliki oleh setiap orang asalkan mau belajar dan
berlatih dengan sungguh-sungguh sebab menulis merupakan keterampilan yang
dapat dipelajari.
Berdasarkan dari berbagai pengertian di atas, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa keterampilan menulis adalah suatu kecakapan menulis yang dimiliki
seseorang yang timbul karena proses belajar yang secara kontinue dan terarah
bukan terjadi karena faktor kebetulan dan instan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Pengertian Aksara Jawa
Aksara dalam Bahasa Indonesia berarti huruf. Huruf Jawa dapat diartikan
simbol aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang
melambangkan bunyi bahasa, aksara Jawa. Aksara merupakan salah satu
peninggalan budaya bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Bentuk aksara
dan seni pembuatannya pun menjadi salah satu peninggalan yang patut
dilestarikan. Dalam (http://www.trulyjogja.com) (01-12-2010), menjelaskan
bahwa aksara jawa tidak hanya di Jawa, rupanya aksara Jawa ini juga digunakan
di Sunda dan Bali. SISKS Paku Buwono IX dalam Imam Sutarjo (2008:25)
menjelaskan bahwa wonten ing aksara jawi sanyatanipun, warahdalem menika
ngemu raos ngelmi ingkang salangkung lebet. Artinya adalah didalam aksara
Jawa sebenarnya didalamnya mengandung pemahaman ilmu yang sangat dalam.
Aksara Jawa nglegena adalah aksara yang masih murni yang belum
mendapat imbuhan atau sandhangan apapun. R.T Suryadipura (2008: 10)
mengatakan bahwa aksara Jawa nglegena berarti huruf Jawa yang telanjang
(Jawa:”wuda”), maksudnya yang belum diberi/ mendapat tambahan sandhangan.
Dalam abjad Jawa akan dikenal dengan aksara carakan, aksara carakan berarti
seluruh huruf yang berjumlah 20 buah itu masih nglegena dan semuanya masih
ditulis “a” dan berbunyi [o],.
Berdasarkan uraian dari berbagai pendapat di atas, maka interaksi yang
terjadi antara model quantum learning dengan aksara Jawa adalah suatu interaksi
model pembelajaran quantum untuk pembelajaran aksara jawa yang
mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran aksara jawa yang
menyenangkan, aktif, dan bermakna. Dan juga tidak meninggalkan makna dari
aksara jawa yaitu simbol aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad
yang melambangkan bunyi bahasa dalam Bahasa Jawa yang didalamnya
terkandung makna ilmu yang sangat dalam.
e. Keterampilan Menulis Aksara Jawa
Salah satu keterampilan dari empat keterampilan berbahasa adalah
keterampilan menulis. Menulis adalah melakukan berbagai keterampilan menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
baik sastra maupun nonsastra dalam berbagai ragam bahasa untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi berupa karangan sederhana,
surat, dialog, laporan, ringkasan, parafrase, geguritan, dan huruf Jawa (Keputusan
Gubernur Jawa Tengah, 2010:18). Soemarjadi, dkk (1992:2) menyatakan bahwa
pengertian keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan
cepat dan benar. Jadi bila seseorang melakukan sesuatu dengan cepat tetapi tidak
benar maka ia tidak dapat dikatakan terampil. Pengertian lain dari ketrampilan
ialah memiliki keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Keterampilan menulis menurut Bryne (dalam ST. Y. Slamet 2008:106)
menyatakan :
Pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis
sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut
peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan
menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat
yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran
tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca yang berhasil.
R.T Suryadipura (2008: 10) mengatakan bahwa aksara Jawa nglegena
berarti huruf Jawa yang telanjang (Jawa:”wuda”), maksudnya yang belum diberi/
mendapat tambahan sandhangan. Dalam abjad Jawa akan dikenal dengan aksara
carakan, aksara carakan berarti seluruh huruf yang berjumlah 20 buah itu masih
nglegena dan semuanya masih ditulis “a” dan berbunyi [o],.
Menurut Gorys Keraf (1984: 46), huruf adalah lambang atau gambaran dari
bunyi.” Tulisan Jawa merupakan abjad suku kata, bermakna bahwa setiap unit
terkecil (huruf) adalah suku kata (terdiri dari satu bunyi konsonan dan satu bunyi
vokal iringan). Suku kata ini boleh diubah sesuai dengan tanda – tanda yang
dinamakan oleh orang Jawa sebagai sandhangan.
(http://wapedia.mobi/ms/Tulisan_Sunda) (28-01-2011).
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
keterampilan menulis aksara Jawa adalah suatu kepandaian atau kemampuan
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik abjad aksara Jawa
(nglegena) secara visual dengan cepat dan benar sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
f. Sejarah terciptanya aksara Jawa
Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya bangsa Indonesia
yang tidak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi
salah satu peninggalan yang patut dilestarikan. Dalam
(http://www.trulyjogja.com) diunduh tanggal 1 Desember 2010, menjelaskan
bahwa aksara jawa tidak hanya di Jawa, rupanya aksara Jawa ini juga digunakan
di Sunda dan Bali. Aksara Jawa murni atau yang belum mendapat sandhangan
yang terdiri dari 20 huruf tersebut sering disebut aksara nglegena. R.T
Suryadipura (2008: 10) mengatakan bahwa aksara Jawa nglegena berarti huruf
Jawa yang telanjang, maksudnya yang belum diberi/ mendapat tambahan
sandhangan. Aksara yang belum mendapat sandhangan inilah yang disebut
aksara carakan (Hidup, Jawa:”urip”) yang berjumlah 20 huruf. Aksara yang
belum mendapatkan sandhangan ini yang dinamakan aksara jawa nglegena.
Untuk lebih jelas tentang aksara jawa nglegena dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tabel aksara Jawa Nglegena
Aksara Jawa nglegena yang jumlahnya 20 huruf tersebut mempunyai
pasangan setiap suku katanya yang fungsinya sebagai pendamping, yakni kata
yang berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup dengan suku kata
berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan, cecak dan layar.
Tulisan Jawa bersifat silabik atau merupakan suku kata. Sebagai tambahan, di
HA NA CA RA KA
DA TA SA WA LA
PA DHA JA YA NYA
MA GA BA THA NGA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dalam huruf Jawa juga dikenal huruf kapital yang dinamakan Aksara Murda.
Penggunaannya untuk menulis nama gelar, nama diri, nama geografi, dan nama
lembaga.
Asal usul aksara Jawa sangat identik dengan cerita Empu Sangkala atau
yang lebih dikenal dengan nama Aji Saka, berikut ini adalah ringkasan cerita yang
peneliti baca dari buku karangan Purwadi yang berjudul History of Java dan buku
karangan Budiono Herusatoto yang berjudul Simbolisme Jawa. Banyak kalangan
yang percaya bahwa aksara Jawa diciptakan oleh Aji Saka untuk mengenang
kedua hambanya yang mati karena kesetiaannya kepadanya. Menurut suatu cerita
yang diyakini banyak kalangan tulisan Jawa ini untuk mengenang utusannya yang
bertengkar karena mempertahankan kebenarannya. Kedua utusan Aji Saka
tersebut bernama Dora dan Sembada. Dikisahkan pada suatu hari Sang Empu
mendengar bahwa di negara Medangkamulan bertahta raja raksasa yang sakti dan
punya kegemaran memakan daging manusia. Sang raja itu bernama
Dewatacengkar. Empu Sangkala merasa terpanggil jiwanya untuk bisa
membebaskan rakyat Medangkamulan dari cengkeraman Dewatacengkar.
Kemudian Empu Sangkala menyamar sebagai pemuda bernama Aji Saka dan
mengajak Dora pergi sedangkan Sembada diperintahkan untuk menjaga keris
pusaka Empu Sangkala sembari berpesan bahwa “tidak seorang pun boleh
mengambil keris pusaka itu kecuali Empu Sangkala sendiri”. Sembada pun
berjanji akan menjaga baik-baik keris pusaka itu sampai Empu Sangkala kembali.
Empu Sangkala memilih Sembada karena yakin akan kejujuran dan kesetiaan
Sembada kepada janjinya, dan seyakin pula ia terhadap sifat Dora yang tidak
dapat dipercaya dan selalu ingkar kepada janji.
Sampai pada suatu ketika Empu Sangkala yang menyamar menjadi Aji Saka
berhasil mengalahkan Dewatacengkar yang dalam sahibul hikayat dikisahkan
ternyata sebuah siluman buaya putih. Atas kemenangan itu Aji Saka diangkat dan
naik tahta menjadi raja di Medangkamulan. Sebagai kemenangan bersejarah,
maka mulai saat penobatan Aji Saka sebagai raja dihitung sebagai tahun pertama
dari tarikh tahun jawa yang disebut sebagai tahun I Caka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Setelah lama di istana Aji Saka mengutus Dora kembali ke padepokan untuk
menjemput Sembada dengan membawa serta keris pusaka kembali ke
Medangkamulan. Akan halnya dengan Dora yang berarti “dusta atau penipu”
mengubah pesan Aji Saka ke padhepokanKarena kesibukannya, maka ia
mengubah pesan Aji Saka bahwa dia (Dora) diutus Empu Sangkal yang kine telah
menjadi raja di Medangkamulan bergelar Aji Saka untuk mengambil keris pusaka
untuk dibawanya sendiri dan memerintahkan Sembada untuk memimpin
padepokan menggantikan kedudukan Empu Sangkala. Karena Sembada yang
selalu ingat pesan Empu Sangkala bahwa tidak ada yang mengambil keris itu
selain Empu Sangkala sendiri maka Sembada tidak percaya akan perkataan Dora
sehingga terjadilah perkelahian yang terjadi sampai berhari-hari sehingga mereka
lupa bahwa mereka berdua adalah saudara kandung. Sampai pada suatu ketika
Dora berhasil merebut keris pusaka dan menghujamkan ke perut Sembada. Dalam
keadaan luka parah Sembada mencabut keris yang menghujam di perutnya dan
menghujamkan pula ke tubuh Dora hingga akhirnya mereka berdua tewas oleh
kesaktian keris pusaka majikan yang mereka hormati bersama.
Setelah lama Dora dan Sembada tidak kembali ke istana, Aji Saka teringat
akan pesannya kepada Sembada dan sadar pula akan sifat Dora yang tidak jujur.
Dengan rasa khawatir Aji Saka menuju padepokan dan menemukan kedua
pengiringnya telah menjadi mayat dengan keris pusaka tergeletak diantara
keduanya. Dengan penuh rasa sesal, duka, dan haru yang mendalam mengingat
akan kesetiaan kedua pengiringnya itu, secara spontan terucaplah kata-kata :
HANA CARAKA
DATA SAWALA
PADHA JAYANYA
MAGA BATHANGA
yang artinya :
ada abdi abdi yang setia
terlibat dala perkelahian
mereka sama kuat
dan telah menemui ajalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Huruf Jawa tersebut hingga kini tetap digunakan untuk pelajaran di sekolah-
sekolah. Dalam pembelajaran menulis huruf Jawa dikenal huruf nglegena,
pasangan, murdha, dan sandhangan. Namun dalam penelitian ini hanya akan
membahas tentang huruf Jawa nglegena. R.T Suryadipura (2008: 10) mengatakan
bahwa huruf Jawa nglegena berarti huruf Jawa yang telanjang, maksudnya yang
belum diberi/ mendapat tambahan sandhangan. Darusuprapta et all (1996: 5)
mengemukakan bahwa carakan yang digunakan di dalam ejaan bahasa Jawa pada
dasarnya terdiri atas 20 aksara pokok yang bersifat silabik (kesukukataan).
Dari cerita di atas maka dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah terciptanya
aksara jawa berasal dari cerita Aji Saka dan dua abdinya yang bernama Dora dan
Sembada yang meninggal karena kesetiaanya kepada Aji Saka, untuk
menghormati kedua abdinya kemudian Aji Saka mengucap kalimat
HANACARAKA DATASAWALA PADHAJAYANYA MAGABATHANGA yang
berarti ada abdi abdi yang setia terlibat dalam perkelahian mereka sama kuat dan
telah menemui ajalnya, mereka adalah Dora dan Sembada.
3. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Didalam memahami karakteristik anak usia Sekolah Dasar (SD) memang
cukup sulit karena setiap anak usia Sekolah Dasar (SD) mempunyai karakteristik
yang berbeda dari anak usia SMP, SMA, dst. Supandi dalam (http://www.google.
co.id/#hl=id&source=hp&biw=1366&bih=580&q=karakteristik+siswa+sd&aq=o
&aqi=&aql=&oq=&fp=65637c177da1b125) (13-02-2011) menjelaskan bahwa
tingkatan kelas di sekolah dasar dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas
atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas
tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia,
kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia
siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun.
Makmun (1995:50) dalam (http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&
biw=1366&bih=580&q=karakteristik+siswa+sd&aq=o&aqi=&aql=&oq=&fp=65
637c177da1b125) (13-02-2011), mengemukakan bahwa usia 9-12 tahun memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun
dengan ciri perkembangan sosial yang pesat.
Sedangkan menurut Piaget dalam Heruman (2008:1), anak sekolah dasar
berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini
adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia
perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat
ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran yang abstrak, siswa memerlukan
alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang
disampaikan oleh guru sehingga siswa mudah mengerti. Proses pembelajaran pada
fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan
selanjutnya abstrak.
Dalam pembelajaran bahasa jawa khususnya materi menulis aksara jawa
nglegena, setiap konsep yang abstrak harus dipahami siswa dan segera diberi
penguatan agar bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam
pola pikir dan pola tindakannya. Untuk itu, maka diperlukan adanya pembelajaran
melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat
fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa siswa SD
umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun yang dalam
perkembangan kognitifnya masih terikat dengan objek konkret. Berkaitan ini, di
dalam melaksanakan penelitian, peneliti menyesuaikan dengan karakteristik anak
kelas III. Karena usia anak kelas III dalam fase operasional konkret, maka peneliti
dalam pembelajaran bahasa jawa materi menulis aksara jawa nglegena juga akan
menggunakan media konkret berupa kartu aksara dan papan planel yang akan
mempermudah siswa dalam memahami materi menulis aksara jawa.
B. Penelitian yang Relevan
Nurul Widyaningrum (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
”Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Metode Quantum Learning Anak
Tunanetra Kelas VII SMP-YKAB Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Prestasi Belajar IPS setelah
dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode Quantum Learning. Hal
tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran semakin
meningkat dalam setiap siklusnya. Dilihat dari hasil tes kondisi awal diketahui 4
dari 8 siswa belum mencapai nilai KKM, sedangkan tes akhir dari penelitian
menunjukan semua siswa Kelas VII SMP-YKAB yaitu 8 siswa telah berhasil
mencapai nilai KKM. Jadi setelah diterapkanya Metode Quantum Learning pada
anak tunanetra kelas VII SMP-YKAB Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009
terjadi peningkatan prestasi belajar IPS, yaitu 8 siswa telah berhasil mencapai
nilai KKM.
Alvany Rufaida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Permulaan Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa
Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010” menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan Keterampilan Menulis
Permulaan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode
Quantum Learning. Hal tersebut dapat terlihat dari kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 62,5 dengan prosentase ketuntasan
klasikal sebesar 53,3%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,2 dengan prosentase
ketuntasan klasikal sebesar 68,9% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat
menjadi 70,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 71,1%. Pada siklus III
nilai rata-rata kelas 73,7 dengan prosentase ketuntasan 82,2%. Jadi setelah
diterapkan Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Negeri
Karangasem 1 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 terjadi peningkatan
keterampilan menulis permulaan, yaitu nilai rata-rata kelas 73,7 dengan
prosentase ketuntasan 82,2%.
Desi Ana Hapsari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Huruf Jawa Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas
III SDN 01 Paseban Jumapolo Karanganyar Tahun Ajaran 2009 / 2010.”
menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang
dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan menggunakan media kartu huruf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dapat meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada siswa kelas III SD
Negeri 01 Paseban Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar tahun ajaran
2009/2010. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan
nilai rata-rata siswa 62,33 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 50%,
siklus I nilai rata-rata kelas 79 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65%
dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 84 dengan persentase
ketuntasan klasikal sebesar 85%. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media kartu huruf dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Jawa di kelas III sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis huruf Jawa.
Penelitian Nurul Widyaningrum , Alvany Rufaida, dan Desi Ana Hapsari
tersebut relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu
penerapan Quantum Learning dan Aksara Jawa. Selain memiliki persamaan,
kedua penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian yang dilakukan
Nurul Widyaningrum untuk meningkatkan prestasi belajar IPS pada anak
tunanetra. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alvany Rufaida adalah
untuk meningkatkan keterampilan menulis permulaan, dan Desi Ana Hapsari
dengan menggunakan Kartu Huruf. Sedangkan pada penelitian ini untuk
meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa nglegena pada siswa kelas III
dengan model Quantum Learning.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut diatas maka dapat
peneliti tarik simpulan bahwa model dan media pembelajaran yang sesuai dapat
meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, peneliti
merasa perlu untuk mengembangkan supaya keterampilan menulis siswa
meningkat dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam
penelitian ini penulis menekankan peningkatan keterampilan menulis aksara jawa
pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo Kab.
Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Bahasa Jawa pada kelas III Sekolah Dasar Negeri 02
Kwangsan, khususnya materi menulis aksara Jawa sampai saat ini masih
menggunakan metode yang konvensional, yaitu dengan ceramah monoton, minim
metode, tanpa media, dan lain-lain. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang
melibatkan siswa untuk aktif belajar dan cenderung pasif. Hal itu menyebabkan
rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dari rendahnya
motivasi tersebut menyebabkan siswa tidak antusias dalam mengikuti pelajaran
sehingga sebagian besar siswa tidak menguasai pelajaran yang diajarkan
khususnya menulis aksara Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil sebelum
tindakan yaitu hanya sebesar 48,2% siswa yang mendapat nilai di atas KKM (60)
Model quantum learning merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
masalah yang disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Model
quantum learning dipilih karena model pembelajaran ini mengaktifkan siswa
tanpa mereka merasa terbebani, mereka dapat dengan bebas belajar sesuai
kemampuan dan gaya belajar mereka, karena dalam model ini dianut sistem
keberagaman, bukan keseragaman. Pola belajar seperti ini sangat menyenangkan
bagi siswa. Selain itu juga akan menuntut siswa aktif dan kreatif dalam
memecahkan masalah pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada kondisi akhir dapat diperoleh bahwa
dengan model quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis
aksara jawa pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan, Kec.
Jumapolo, Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.
Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 1 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penerapan
Model Quantum Learning dapat Meningkatkan Keterampilan Menulis Aksara
Jawa pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar Negeri 02 Kwangsan Kec. Jumapolo
Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.
Tindakan
Kondisi Akhir
Kondisi Awal
Guru menggunakan
model pembelajaran
yang konvensional pada
pembelajaran aksara
jawa
Menerapkan model
quantum learning dalam
pembelajaran aksara
jawa
Setelah diterapkan model
quantum learning
keterampilan menulis
aksara jawa siswa
meningkat
Siklus I
Keterampilan menulis
Aksara Jawa pada siklus
I diharapkan meningkat
hingga 60% > KKM
Keterampilan siswa
dalam menulis aksara
jawa rendah yaitu
sebesar 48,2% di atas
KKM (60)
Siklus II
Keterampilan menulis
Aksara Jawa pada siklus
II diharapkan meningkat
hingga 70% > KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Kwangsan Kecamatan
Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Alasan yang mendasari penelitian
dilaksanakan di SD Negeri 02 Kwangsan, yaitu:
a. Pengajaran dengan menggunakan metode Quantum Learning belum pernah
diteliti di SD Negeri 02 Kwangsan.
b. Keterampilan menulis aksara Jawa siswa di SD tersebut masih rendah.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester genap tahun pelajaran
2010-2011, yaitu mulai bulan Januari sampai April atau selama 4 bulan. Persiapan
survei awal sampai penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan januari, Seleksi
informasi, menyiapkan instrumen dan alat juga dilaksanakan pada bulan yang
sama. Sedangkan pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II dilaksanakan pada
bulan pebruari. Analisi data dilaksanakan selama bulan Maret dan untuk
penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan April (lampiran 19 halaman 127).
B. Subjek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri 02
Kwangsan, Jumapolo, Karanganyar sebanyak 14 siswa. Dengan pertimbangan
bahwa keterampilan menulis aksara Jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan
dalam pembelajaran Bahasa Jawa masih rendah.
C. Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya
keterampilan menulis aksara Jawa siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa, dan
kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran (termasuk penggunaan model pembelajaran) di kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 02 Kwangsan.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Bahasa Jawa
dan aktivitas lainnya yang bersangkutan.
3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana
Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.
4. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Quantum
Learning.
D. Teknik Pengumpulan data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat
diuraikan berikut ini:
1. Pengamatan/Observasi
Ngalim Purwanto (2001:149) menjelaskan bahwa observasi ialah
metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu
atau kelompok secara langsung. Observasi yang dilaksanakan dalam
penelitian tindakan ini adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah
observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang
diamati. Observasi langsung ini dilakukan pada guru dan siswa kelas III SD
Negeri 02 Kwangsan untuk mengetahui keterampilan menulis aksara Jawa
pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Djemari Mardapi (2008:67) menjelaskan bahwa tes diartikan sebagai
sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan
yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan
seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Jadi
dapat diartikan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki
jawaban yang benar tau salah. Nurkancana dan Sumartana (dalam Srawiji
Suwandi 2009:39) menjelaskan bahwa tes adalah suatu cara untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk
mendapat data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat
dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang
diterapkan.
Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis
aksara Jawa siswa kelas III SDN 02 Kwangsan setelah model diterapkan. Tes
yang diberikan yaitu tes tertulis menulis aksara Jawa. Tes atau evaluasi
dilaksanakan pada tahap ulangi dalam penerapan TANDUR. Dengan
diketahui hasil tes, maka peneliti dapat merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu, tes
digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan
tindakan.
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data lengkap yang berupa
data audio visual. Metode ini akan digunakan sebagai perekam data-data
penelitian yang terdapat selama proses penelitian baik data yang berupa
gambar/ foto maupun video yang memuat siswa kelas III SD Negeri 02
Kwangsan saat penelitian berlangsung.
E. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dan dapat
dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, teknik yang digunakan
untuk memeriksa validitas data antara lain trianggulasi. Menurut Lexy J.
Moleong (dalam Sarwiji Suwandi 2009:60) Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Selain
Triangulasi Data, penelitian ini juga menggunakan Triangulasi Metode untuk
dijadikan dasar pengecekan dan perbandingan. Adapun maksud dari kedua
Triangulasi tersebut adalah sebagi berikut :
1. Triangulasi Data. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh
lalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Informasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber
lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data keterampilan
menulis aksara jawa yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus pertama
dan data tes siklus kedua.
2. Trianggulasi Metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan
informasinya. Peneliti akan menggunakan metode pengumpulan data yang
berupa observasi dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan teknik tes dan dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data
yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda
tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih
kuat validitasnya. Seperti data tentang siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan
dalam belajar tentang materi menulis aksara jawa di kelas dan data nilai
keterampilan menulis aksara jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan
yang dihasilkan dari observasi, tes, dan dokumentasi.
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Taylor (dalam Iskandar 2009: 74) mendefinisikan analisis
data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema
dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan ide itu. Menurut Gay (dalam Iskandar 2009:
74) ”Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with
responses on other data.” Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian
antara data yang satu dengan data yang lain. Teknik analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif interaktif. Tahapan
yang terdapat pada analisis deskriptif interaktif menurut Iskandar (2009: 75) yaitu
reduksi data, penyajian data dan penyimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Agar hasil penelitian terwujud susuai dengan tujuan maka dalam
menganalisis data ini menggunakan analisa model Milles dan Hubberman. Milles
dan Hubberman (dalam Iskandar 2008: 75) menjelaskan bahwa kegiatan pokok
analisis model Milles dan Hubberman adalah meliputi reduksi data, display atau
penyajian data, dan mengambil kesimpulan kemudian diverifikasi.
1. Reduksi Data
Data- data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.
Reduksi adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan / diverifikasi.
Dalam penelitian ini ada beberapa data yang tidak diperlukan sehingga peneliti
mereduksi data tersebut. Data yang direduksi dalam penelitian ini yaitu pada
bab II tentang materi pasangan dan sandhangan, pada bab IV yaitu data
tentang kondisi fisik sekolah seperti jumlah ruang kelas.
2. Penyajian Data
Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam
bentuk paparan naratif, representasi tabular (data tersusun dalam bentuk tabel)
termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Pada penelitian
ini memaparkan tentang teori-teori pendukung penelitian dan hasil dari
penelitian keterampilan menulis huruf Jawa siswa kelas III SDN 02
Kwangsan. Hasil penelitian disusun dalam bentuk tabel dan digambarkan
melalui diagram batang.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian
selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan
kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh
sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverivikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
hasil dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di
lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul
dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya
yaitu yang merupakan validitasnya.
Secara lebih jelasnya, kita dapat melihat siklus analisis data tersebut
pada gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Empat langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas
G. Indikator Kinerja
Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas adalah adalah peningkatan
keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SDN 02 Kwangsan yaitu
ketercapaian tujuan penelitian pada siklus I sekurang-kurangnya 60% siswa
mencapai ketuntasan belajar (minimal atau sama dengan KKM yaitu 60), pada
siklus II atau yang terakhir sekurang-kurangnya 70% siswa mencapai ketuntasan
belajar (minimal atau sama dengan KKM 60). Dasar penetapan KKM sebesar 60
adalah karena kondisi siswa yang memungkinkan dan adanya faktor pendukung
lain seperti kriteria dalam penilaian.
H. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya
direncanakan terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua kali tatap
muka dan siklus kedua terdiri dari dua tatap muka, masing-masing kegiatan tatap
muka adalah dua jam pelajaran (2x35 menit). Dalam penelitian ini peneliti
berperan sebagai pengajar yang berkolaborasi dengan melibatkan guru kelas untuk
Pengumpulan Data
Kesimpulan – Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
Display Data
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
bersama-sama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini tiap siklus terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan dalam kegiatan ini meliputi identifikasi masalah melalui
observasi awal, analisis penyebab masalah dan menetapkan solusi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan suatu kegiatan dilaksanakannya skenario
pembelajaran yang telah direncanakan.
3. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk
memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan
model Quantum Learning pada pokok bahasan menulis aksara Jawa.
4. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis pemahaman
konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi saat pembelajaran. Jika siswa
yang berhasil saat evaluasi sebanyak 14 anak atau mencapai indikator
ketercapaian kinerja sebesar 60%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
Model Quantum Learning tersebut telah berhasil. Namun, jika siswa yang
mengalami peningkatan pemahaman konsep secara klasikal belum mencapai
indikator ketercapaian kinerja sebesar 60%, maka proses pembelajaran dengan
penerapan Model Quantum Learning tersebut perlu diperbaiki lagi dan
disempurnakan pada siklus II, dst.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti
menggunakan model spiral tindakan kelas yang diadapatasi dari Hopkins
(48:1993) (dalam Zainal Aqib 2009:31) yang digambarkan pada gambar 3 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 3. Empat langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas
Dari gambar diatas dapat diuraikan diatas, tahapan penelitian yang akan dilakukan
dapat dijelaskan sebagai berikut; Tahap Refleksi awal, yaitu mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi siswa dalam mempelajari materi menulis aksara
jawa. Berdasarkan data hasil evaluasi yang diadakan oleh Guru. Setelah itu, baru
mengadakan perencaan untuk siklus I.
Penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari dua tahap yaitu persiapan
dan pelaksanaan penelitian :
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui
wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Jawa bersama-sama
Identifikasi
Masalah
Refleksi
Perencanaan
Refleksi
Aksi
Observasi
Aksi
Observasi
Perencanaan
ulang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
untuk menentukan bentuk pemecahan masalah berupa penerapan
pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning pada
pokok bahasan menulis aksara Jawa.
b. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (rencana pembelajaran)
(terlampir)
c. Menyusun lembar observasi untuk siswa dan guru (terlampir)
d. Menyusun soal-soal tes (terlampir)
e. Melakukan uji coba soal tes yang akan digunakan sebagai alat ukur
keterampilan menulis aksara Jawa siswa, uji coba dilakukan di luar
sampel penelitian. Uji coba dilaksanakan di kelas III dengan item soal
50.
2. Pelaksanaan Penelitian
Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Langkah-langkah
penelitian yang dilakukan pada tiap tahap ini adalah :
a. Siklus I
1) Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana
kegiatan yang menentukan langkah-langkah untuk memecahkan
masalah sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses
pembelajaran menulis aksara Jawa selama ini. Pada tahap perencanaan
ini disiapkan rencana pembelajaran menulis aksara Jawa dengan
menggunakan model Quantum Learning. Dengan menggunakan
rencana pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran akan terarah.
Selain rencana pembelajaran peneliti juga menyiapkan instrumen
penelitian yang terdiri dari menyusun soal pretes dan postes sebagai
alat ukur keterampilan menulis siswa, menyusun lembar observasi
aktivitas siswa untuk mengamati aktivitas dan interaksi siswa pada saat
pembelajaran berlangsung, menyusun lembar observasi kinerja guru
untuk mengamati kegiatan guru pada saat melaksanakan pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menyusun kisi–kisi soal tes dan menyusun soal tes untuk mengetahui
peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa.
2) Pelaksanaan Tindakan Kelas
Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat berdasar rencana
pembelajaran. Adapun langkah –langkah pembelajaran dengan
menggunakan model Quantum Learning adalah sebagai berikut
a) Kegiatan awal
(1) Penyiapan kondisi fisik
Aktivitas guru pada tahap ini mengabsen siswa dan
menyiapkan bahan pelajaran.
(2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menginformasikan media pembelajaran yang akan dilakukan.
(3) Apersepsi
Guru bertanya jawab tentang materi yang berkaitan dengan
aksara Jawa.
b) Kegiatan inti
(1) Pengembangan materi
Dalam kegiatan inti aktivitas guru menyampaikan
materi pelajaran tentang 20 aksara Jawa Nglegena serta
memberi contoh menulis menggunakan aksara Jawa.
Masing-masing siswa diberi lembaran berisi 20 aksara Jawa
Nglegena dengan garis putus-putus, siswa menebalkan.
(2) Penerapan menggunakan model Quantum Learning
Penerapan model Quantum Learning menggunakan
TANDUR dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Penerapan Model Quantum Learning tipe TANDUR
Tanamkan : Anak ditanya secara global tentang
aksara jawa yang mereka ketahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Alami : Anak diminta menebalkan aksara jawa
putus-putus.
,dst
Namai : Anak diminta memberi nama aksara
jawa yang telah ditebalkan.
: Ha
: Na
: Ca
: Ra
: Ka, dst.
Demonstrasikan : Anak secara berkelompok menyusun
kata menggunakan media kartu aksara
jawa yang telah disediakan.
Ulangi : Anak ditanya kembali tentang
pembelajaran yang telah berlangsung.
Anak diminta menuliskan aksara jawa
yang didiktekan oleh guru
Rayakan : Anak diberi reward berupa point,
pujian, dan tepuk tangan
(3) Menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja kelompok
Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil kerja
kelompok, kemudian guru memberikan penguatan materi
terhadap hasil kerja kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c) Kegiatan akhir
Guru memberikan penguatan dan membimbing siswa
untuk menyimpulkan materi pelajaran keterampilan menulis
aksara jawa, selanjutnya guru meminta siswa untuk belajar di
rumah mengulang materi dan memberikan pekerjaan rumah.
3) Pengamatan
Pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencatat keterampilan menulis aksara Jawa siswa meliputi : (1)
melakukan kegiatan yang terkait dengan pembelajaran, (2) berinteraksi
satu sama lain, saling bertanya, saling menjelaskan, (3) mengerjakan
soal menulis kata menggunakan aksara Jawa, (4) menyimpulkan
materi diakhir pelajaran. Pengamatan dalam kegiatan belajar mengajar
dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan
jalannya proses belajar mengajar melalui lembar observasi. Urut-
urutan penyajian kegiatan guru dan kegiatan siswa dicatat melalui
lembar observasi. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana
sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran sehingga guru dapat memperoleh data tentang tingkat
keterampilan menulis siswa.
4) Analisis dan refleksi
Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses
pembelajaran pada tiap pertemuan, kemudian direfleksikan sebagai
acuan dalam pelaksanaan siklus selanjutnya sebagai penyempurnaan.
b. Siklus II
1) Perencanaan tindakan siklus 2 dikaitkan dengan hasil yang telah
diperoleh pada siklus 1 sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
yaitu dengan merevisi dan menyempurnakan lagi pembelajaran dengan
penerapan model Quantum Learning untuk meningkatkan
keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa.
2) Perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi, analisis dan
refleksi juga mengacu pada siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
3. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan pada
siklus I dan II. Peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa saat
pembelajaran dengan penerapan model Quantum Learning.
4. Tahap Penyusunan Laporan
Peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang dilakukan
selama proses penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Kwangsan Kecamatan
Jumapolo Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Sekolah ini berdiri pada
tahun 1963 dan berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu
101031303012. Kepala SD Negeri 02 Kwangsan saat ini adalah Sularmi, S.Pd.SD.
Saat ini SD Negeri 02 Kwangsan telah terakreditasi dengan nilai B. Hal ini
mendorong pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang lebih optimal. Secara geografis SD Negeri 02 Kwangsan
terletak di desa Jumapuro Kelurahan Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten
Karanganyar. Letak SD Negeri 02 Kwangsan cukup strategis karena berada di
tengah-tengah pemukiman penduduk.
Data personil ketenagaan SD Negeri 02 Kwangsan terdiri dari satu kepala
sekolah, enam guru kelas, satu guru agama Islam, satu guru Penjaskes, satu guru
Bahasa Inggris, satu guru komputer, dan satu penjaga sekolah. Semua personil
telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
tanggungjawabnya. Jumlah siswa SD Negeri 02 Kwangsan pada tahun 2010/ 2011
adalah 92 siswa. Siswa kelas I terdiri atas 17 siswa , siswa kelas II terdiri atas 14
siswa, siswa kelas III terdiri atas 14 siswa, siswa kelas IV terdiri atas 17 siswa,
Siswa kelas V terdiri atas 15 siswa dan siswa kelas VI terdiri atas 15 siswa. Siswa
di SD Negeri 02 Kwangsan berasal dari berbagai latar belakang sosial yang
berbeda-beda.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Ketersediaan tenaga pendidik yang memadai serta sarana dan prasarana
yang ada diharapkan pembelajaran bisa berjalan dengan lancar. Akan tetapi,
rendahnya kesadaran guru dalam pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut
membuat pembelajaran kurang menarik dan kurang berjalan seperti yang
diharapkan. Dengan demikian para siswa SD Negeri 02 Kwangsan belum mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
mencapai prestasi belajar yang optimal, baik secara akademik maupun non
akademik
Bahasa Jawa yang merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di
mana antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Muatan lokal Bahasa Jawa
merupakan muatan lokal yang disarankan oleh Tingkat Propinsi Jawa Tengah.
Bahasa Jawa khususnya menulis aksara Jawa dianggap sebagai mata pelajaran
yang tidak penting dan sulit untuk dipelajari karena memang aksara Jawa
mempunyai bentuk huruf yang hampir sama. Ketidaksukaan terhadap Bahasa
Jawa yang dialami siswa sering membuat mereka kesulitan dalam mengenali
bentuk huruf Jawa yang mereka pelajari. Siswa cenderung malas dan kurang aktif
dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai Bahasa
Jawa siswa yang cukup rendah pada kondisi awal (lampiran 1 halaman 80 ). Pada
materi menulis aksara Jawa khususnya tentang pengenalan bentuk aksara Jawa
nglegena yang dijelaskan melalui ceramah dan sedikit contoh membuat siswa
kesulitan mengenali bentuk aksara Jawa yang berakibat siswa kurang terampil
dalam menulis aksara Jawa. Siswa hanya mampu meniru dari contoh tanpa
mengenali bentuk dari aksara - aksara tersebut. Selain itu guru hanya menerapkan
metode ceramah dengan sedikit latihan yang berakibat siswa tidak cepat
mengenali dan kurang aktif. Seiring dengan permasalahan tersebut maka
diperlukan suatu pembelajaran Bahasa Jawa yang sesuai dengan kebutuhan siswa
dan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa sehingga siswa terampil menulis
aksara Jawa yang sedang mereka pelajari secara terbimbing dengan mudah.
Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah menerapkan model Quantum Learning dalam
pembelajaran Bahasa Jawa khususnya pada materi menulis aksara Jawa. Untuk
mengantisipasi hal di atas, peneliti mengadakan penelitian di kelas III dengan
menerapkan model Quantum Learning yang menekankan pada keaktifan siswa,
mengkondisikan pembelajaran siswa dalam pola pembelajaran yang
menyenangkan dalam rangka membantu siswa mengenali bentuk-bentuk aksara
Jawa secara nyata sehingga keterampilan siswa dalam menulis aksara Jawa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
ditingkatkan. Dari lampiran 1 dapat dibuat tabel 3 distribusi frekuensi sebagai
berikut :
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Aksara Jawa
Sebelum Tindakan
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 24 – 34 2 29 58 14
2 35 – 45 0 40 0 0
3 46 – 56 5 51 255 36
4 57 – 67 2 62 124 14
5 68 – 78 3 73 219 21
6 79 – 89 1 84 84 7
7 90 – 100 1 96 96 7
Nilai rata – rata kelas 59.71
Dari Tabel 3 hasil keterampilan menulis aksara jawa sebelum diterapkan
model quantum learning pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan yang telah
diterangkan di atas dapat disajikan dalam bentuk Gambar 4 sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Sebelum Tindakan
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 4 di atas, nilai keterampilan menulis
aksara jawa siswa kelas III sebelum diterapkan model quantum learning
diperoleh diperoleh rata – rata kelas sebesar 59,71. Siswa yang memperoleh nilai
24-34 sebanyak 2 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 35-45 sebanyak
0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 46-56 sebanyak 5 siswa atau 36%.
0
1
2
3
4
5
6
24-34 35-45 46-56 57-67 68-78 79-89 90-100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Siswa yang memperoleh nilai 57-67 sebanyak 2 siswa atau 14%. Siswa yang
memperoleh nilai 68-78 sebanyak 3 siswa atau 22%. Siswa yang memperoleh
nilai 79-89 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang mendapat nilai 90-100
sebanyak 1 siswa atau 7%. Berdasarkan lampiran 1 siswa yang mendapat nilai di
bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 8 siswa atau 57%, dan siswa yang mendapat
nilai sama atau di atas KKM yaitu 6 siswa atau 43%. Hal ini dapat diartikan
bahwa ketuntasan klasikal sebesar 43% masih berada di bawah ketuntasan belajar
yang ditetapkan yaitu sebesar 60% siswa mendapat ≥ 60 (KKM), dengan kata lain
keterampilan menulis aksara jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan masih
rendah. Dari lampiran 1 dapat dibuat Tabel 4 berikut tentang ketuntasan belajar
siswa :
Tabel 4. Hasil Nilai Pemahaman Konsep Sebelum Tindakan
Keterangan Sebelum tindakan
Nilai Terendah 24
Nilai Tertinggi 94
Rata – rata Nilai 59,71
Siswa belajar Tuntas 43%
Analisis hasil keterampilan menulis aksara jawa dari nilai siswa sebelum
tindakan diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa menulis aksara jawa dengan
benar adalah 59,71 di mana hasil tersebut masih di bawah rata – rata nilai yang
diinginkan dari pihak guru atau peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 60. Sedangkan
besarnya persentase siswa tuntas pada materi menulis aksara jawa adalah sebesar
43%. Dari hasil analisis nilai sebelum tindakan tersebut, maka dilakukan tindakan
lanjutan untuk meningkatkan keterampilan menulis aksara jawa.
Berdasarkan hasil nilai yang masih rendah dan banyak siswa yang belum
dapat mencapai KKM yang ditentukan menunjukkan bahwa keterampilan siswa
terhadap menulis aksara Jawa masih rendah. Maka dari itu diperlukan suatu
inovasi pembelajaran dalam bahasa Jawa yaitu dengan menerapkan model
Quantum Learning. Dengan menerapkan model Quantum Learning diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
keterampilan siswa khususnya pada materi menulis aksara Jawa akan mengalami
peningkatan sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 7 Pebruari sampai 19 Februari 2011. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
Bahasa Jawa yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui model
pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran yang di laksanakan. Di samping itu untuk mencatat hasil belajar siswa
berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Jawa.
Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran dan hasil belajar diperoleh
informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan
sebanyak 14 siswa terdapat 8 anak atau 57% yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata
sebagian besar siswa belum paham aksara - aksara Jawa dan belum dapat
memahami konsep menulis aksara Jawa dengan benar. Bertolak dari kenyataan
tersebut diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif
peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa dengan menerapkan model
Quantum Learning.
Adapun penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator
yang sesuai dengan menulis aksara Jawa di kelas III. Alasan memilih
Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a) Kompetensi dasar atau indikator tentang menulis aksara Jawa sangat
sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada
indikator tersebut.
b) Kompetensi Dasar atau indikator menulis aksara Jawa tersebut
nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
c) Pemilihan kompetensi dasar atau indikator menulis aksara Jawa
didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat
terhadap hasil belajar siswa.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 2 × pertemuan. Masing-masing
pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus pertama dilaksanakan
selama 2 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, langkah-langkah/skenario pembelajaran, media,
metode dan sumber pembelajaran serta kriteria penilaian. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terlampir pada lampiran 3 halaman 82.
3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan
pembelajaran adalah:
a) Ruang belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa
digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, bisa perindividu
atau bisa dibuat kelompok, sehingga siswa dapat belajar dengan
nyaman, tenang, dan menyenangkan.
b) Kartu aksara Jawa
Kartu aksara Jawa dibuat untuk perkelompok tanpa diberi nama.
Digunakan selama pelajaran, baik dalam permaian maupun kerja
kelompok dengan tujuan pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih
riil.
c) Buku pelajaran
Buku pelajaran Bahasa Jawa digunakan sebagai buku acuan belajar.
Adapun buku tersebut yaitu Remen Basa Jawa oleh Tim Karya Guru (
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2006 : 18), Mengenal Huruf dan Bahasa Jawa oleh Oni (2007 : 1), dan
Widya Basa Jawa oleh Parkin S.Pd. ( 2006: 23), LKS Mandiri oleh
KKG Kec. Jumapolo Th.2011.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model
Quantum Learning (Pembelajaran yang Menyenangkan).
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan tanggal 11 Pebruari 2011 dengan materi aksara
Jawa adalah tentang menulis aksara Jawa.
Kegiatan awal meliputi penyiapan kondisi fisik yaitu aktivitas guru pada
tahap ini mengabsen siswa dan menyiapkan bahan pelajaran, guru menyampaikan
tujuan pelajaran, menentukan pokok bahasan serta apersepsi yaitu guru bertanya
jawab untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi aksara
jawa yang akan dipelajari. Dan juga siswa diceritakan asal-usul aksara jawa
untuk meningkatkan minat dan rasa ingin tahu terhadap aksara jawa yang akan
dipelajari.
Pertemuan pertama siklus pertama didapatkan kondisi siswa yang masih
kurang semangat mempelajari aksara jawa, hal ini terlihat dari siswa yang
menjawab pertanyaan guru hanya sebagian dan menjawabnya dengan ragu-ragu,
suara siswa juga terdengar pelan. Siswa masih kurang berani dalam menjawab
pertanyaan maka guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bersemangat
dan tertarik mengikuti pelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu
sesuai dengan indikator pada siklus I pertemuan I. Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan inti yaitu guru menceritakan sedikit tentang asal-usul aksara jawa
yang ada dan akan dipelajari saat ini. Menceritakan ini ditujukan agar anak lebih
tertarik terhadap pembelajaran yang akan dilakukan dan juga menamkan pada diri
anak akan budaya bangsa yang beraneka ragam yang harus senantiasa dijaga dan
dilestarikan. Kemudian guru memberikan penjelasan terhadap materi aksara Jawa
nglegena, Guru mengarahkan pembelajaran serta memberi petunjuk untuk
kegiatan pelajaran. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6 orang, guru membagikan lembar diskusi individu yaitu dimana setiap anak
mendapat selembar lembar kerja untuk menebalkan aksara jawa putus-putus
dengan tujuan anak dikenalkan aksara jawa dan dibiyasakan menulis aksara jawa
yang mungkin sebelumnya belum terbiasa menulisnya. Setelah selesei
menebalkan masing-masing kelompok mendiskusikan untuk memberi nama
aksara - aksara yang telah mereka tebalkan. Setelah itu, setiap kelompok diminta
menyusun kata-kata dari aksara jawa yang telah ditebalkan dan diberi nama untuk
kemudian saling ditukarkan dengan kelompok lain untuk diartikan. Kelompok
yang paling banyak mengerjakan dengan benar mendapat pujian atau reward.
Siswa diberi latihan menulis aksara jawa nglegena yang didiktekan. Guru
melakukan pembahasan terhadap latihan yang diberikan dan memberikan soal
evaluasi.
Kegiatan akhir guru dan siswa melakukan refleksi. Guru memberikan
pemantapan materi dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa apabila ada
yang kurang jelas. Guru juga memberikan pesan moral dan menutup pelajaran.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan tanggal 18 Pebruari 2011 dengan materi yang
sama yaitu aksara Jawa nglegena.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
Setelah itu guru melakukan presensi. Guru memberikan apersepsi memberikan
pertanyaan mengenai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang ada
kaitannya aksara jawa. Guru juga menggali pengalaman siswa dalam pertemuan
yang lalu dengan beberapa pertanyaan lisan dan mengaitkannya dengan materi
hari ini. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator
pada siklus I pertemuan II. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I namun
dalam pembentukan kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang, dan juga
pada pertemuan ini guru menggunakan media kartu aksara. guru membagikan
satu set kartu aksara kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok bebas
menyusun beberapa kata menggunakan kartu tersebut untuk kemudian ditukarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
0
2
4
6
8
10
12
30-43 44-57 58-71 72-85 86-99
F
R
E
K
U
E
N
S
I
INTERVAL
dengan kelompok lain untuk didiskusikan latinnya. Setiap kelompok menuliskan
hasil diskusi dipapan tulis untuk kemudian dibahas bersama-sama. Setiap siswa
dalam kelompok mengerjakan latihan menulis aksara jawa yang didiktekan oleh
guru. Siswa bersama guru membahas latihan yang diberikan. Siswa yangt paling
banyak mengerjakan dengan benar mendapat reward. Siswa bersama guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru membagikan soal evaluasi.
Sebagai kegiatan penutup, guru memberi pemantapan materi. Guru
memberikan sanjungan dan tepuk tangan atas usaha yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang kurang jelas. Guru menutup pembelajaran.
Berdasarkan lampiran 7 halaman 97 tentang nilai keterampilan menulis
aksara dapat dibuat tabel 5 distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Menulis Aksara Jawa
Siklus I
No Interval
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 30 – 43 3 36.5 109.5 21
2 44 – 57 1 50.5 50.5 7
3 58 – 71 3 64.5 193.5 21
4 72 – 85 3 78.5 235.5 21
5 86 – 99 4 92.5 370 30
Nilai rata – rata kelas 68.5
Dari Tabel 5 dapat disajikan dengan Gambar 5 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 5. Grafik Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Setelah Menerapkan Model
Quantum Learning Pada Siklus I
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 5 di atas, nilai keterampilan menulis aksara
jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan pada siklus I mendapat rata – rata
sebesar 68.5. Siswa yang memperoleh nilai 30-43 sebanyak 3 siswa atau 21%.
Siswa yang memperoleh nilai 44-57 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang
memperoleh nilai 58-71 sebanyak 3 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh
nilai 72-85 sebanyak 3 siswa atau 21%. Siswa yang memperoleh nilai 86-99
sebanyak 4 siswa atau 30%. Berdasarkan lampiran 7 siswa yang mendapat nilai di
bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 5 siswa atau 36%, dan siswa yang mendapat
nilai sama atau di atas KKM yaitu 9 siswa atau 64%. Hal ini dapat diartikan
bahwa ketuntasan klasikal sebesar 64%.
a. Observasi
Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa
dengan menerapkan model Quantum Learning. Dalam tahap ini peneliti
mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai aktivitas
peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu observasi juga dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
untuk dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan
tentang keterampilan menulis aksara jawa. Hasil observasi lebih rinci dapat
dilihat pada lampiran 5 halaman 94.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari lampiran 5 halaman 94 tentang observasi kinerja guru dapat dibuat
Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
N
o
Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan
1 Apresepsi 2 C Keterangan :
a = baik sekali ( =4 )
b = baik ( < 3 )
c = kurang ( < 2 )
d = kurang sekali
(<1)
2 Penjelasan Materi 2.5 C
3 Penerapan Model Quantum
Learning 2.5 C
4 Menentukan Nilai 2.5 C
5 Menyimpulkan Materi 3 B
6 Menutup Pembelajaran 3 B
Jumlah Nilai 15.5
Nilai rata-rata 2.58 B
Dari Tabel 6 di atas atau untuk lebih jelas dilihat pada lampiran 5 halaman
94, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Guru belum baik dalam mempersiapkan
siswa dalam kondisi pembelajaran; 2) Guru dalam menyampaikan materi belum
cukup baik karena cenderung cepat dalam penyampaiannya sehingga kurang dapat
dipahami oleh siswa; 3) Guru dalam penerapan tahap-tahap TANDUR; a)
Tanamkan: guru belum dapat menerapkan secara maksimal karena dalam
penanaman guru masih bersifat global, b) Alami: guru sudah cukup baik karena
sudah melibatkan siswa secara aktif, c) Namai: guru dalam tahap namai sudah
cukup baik dalam mengajak siswa memberi nama-nama aksara jawa secara aktif
dan menyenagkan, d) Demonstrasikan: guru dalam tahap ini kurang baik dan
dalam pembagian kelompok diskusi masih kurang maksimal karena terlalu banyak
anggota dalam setiap kelompok sehingga kurang kondusif, e) Ulangi: guru cukup
baik dalam evaluasi tetapi untuk tingkat kesulitan harus perlu diperhatikan, f)
Rayakan: guru tahap rayakan sudah cukup baik; 4) Guru cukup baik dalam
menentukan nilai individu maupun dalam kelompok, karena mempunyai kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang jelas dan baik; 5) Guru dalam menyimpulkan materi pembelajaran sudah
cukup baik karena melibatkan siswa dalam pembuatan kesimpulan; 6) Guru dalam
menutup pembelajaran sudah baik; 7) Rata-rata hasil observasi kinerja Guru pada
pembelajaran siklus I yaitu 2,58 (baik).
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas peneliti sebagai guru
tetapi juga ditujukan pada siswa dalam setiap proses pembelajaran. Dari lampiran
6 halaman 100 tentang observasi aktivitas siswa dapat dibuat tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
N
o
Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan
1 Perhatian 1.8 R Keterangan :
R = Rendah ( <2 )
S = Sedang ( <3 )
T = Tinggi ( =3 )
2 Kerjasama 1.5 R
3 Ketekunan 1.7 R
4 Keaktifan 1.5 R
5 Tanggung Jawab 1.7 R
Jumlah Nilai 8.2
Nilai rata-rata 1.64 R
Dari tabel 7 di atas, dapat dilihat secara global bahwa aktifitas siswa dapat
dikatakan cukup, hal tersebut dapat dilihat dalam rata-rata aktifitas siswa sebesar
1.64. Dari data diatas diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Siswa banyak yang
kurang memperhatikan penjelasan guru dan banyak melakukan kegiatannya
sendiri saat pembelajaran berlangsung, walaupun demikian siswa juga
menunjukkan rasa senang dan antusias yang baik; 2) Siswa banyak cukup baik
dalam melakukan kegiatan dalam berdiskusi, walupun juga tidak sedikit anak
kurang baik dalam megiatan berdiskusi; 3) Kemauan siswa untuk menerima
pelajaran sudah terlihat di awal pembelajaran, rasa keingintahuan dan keantusisan
muncul di tengah-tengah pembelajaran, misalnya pada saat penggunaan kartu
huruf dan menjawab soal di papan tulis; 4) Keaktifan siswa dalam mengerjakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tugas masih dapat dikatakan rendah; 5) Kreatif dan inisiatif siswa masih kurang
karena belum berani mengungkapkan pendapat yang ia miliki; 6) Hasrat untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat
takut dan malu-malu; 7) Tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan
baik individu maupun kelompok sudah cukup baik; 8) Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat takut dan malu-
malu; 9) Siswa sudah cukup mempunyai kemauan untuk berdiskusi dengan teman
kelompok walaupun harus mendapat banyak bimbingan dari guru; 10) Kreatif dan
inisiatif siswa masih kurang karena belum berani mengungkapkan pendapat yang
ia miliki; 11) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran masih rendah; 12)
Siswa mempunyai kemauan yang tinggi untuk menerapkan hasil pelajaran; 13)
Siswa cukup sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan; 14)
Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa adalah 1.64 dengan kriteria rendah.
b. Refleksi
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan,
peneliti melakukan refleksi sebagai berikut:
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Hasil evaluasi rata – rata
Bahasa Jawa siswa pada siklus I yaitu 68.5.
2) Berdasarkan lampiran 8 halaman 98 , hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I
siswa yang memperoleh nilai ≤ 60 (KKM) ada 5 siswa atau 36 % dan siswa
yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 64%. Jadi rata-rata
hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus I yaitu 68.5 dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 9 siswa atau ketuntasan klasikal 64.5 %.
3) Guru mengurangi jumlah anggota kelompok dari 4 orang menjadi 2 siswa tiap
kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam
kelompoknya.
4) Guru memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,
mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban
sehingga pembelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
5) Guru melakukan pendekatan awal dan memberikan motivasi dengan yel-yel
yang membangkitkan semangat pembelajaran di awal pelajaran dan
memberikan penghargaan baik secara verbal maupun nonverbal.
Dari hasil penelitian siklus I, maka peneliti dapat mengulas secara cermat
bahwa dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Bahasa Jawa tentang keterampilan
menulis aksara jawa yang diperoleh siswa dengan menerapkan model Quantum
Learning sudah dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini dikarenakan menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III
SD Negeri 02 Kwangsan. Tetapi apabila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal
masih ada 5 siswa yang belum tuntas. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor,
maka dari itu pembelajaran Bahasa Jawa perlu dilanjutkan untuk siklus II dengan
berpedoman pada hasil refleksi siklus I.
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 21 Pebruari sampai 05 Maret 2011. Pada siklus II
ini peneliti mengkaji hasil renungan dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang
dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa
sudah menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis huruf Jawa pada
siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/2011 tetapi belum
maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 5 siswa yang belum tuntas dalam
pembelajaran Bahasa Jawa materi menulis aksara jawa nglegena.
Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan di ruang kelas III SD Negeri
02 Kwangsan pada tanggal 21 Pebruari 2011 . Peneliti dan Guru kelas III
mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini.
Diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada
hari Jumat tanggal 25 Pebruari 2011 dan tanggal 04 Maret 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hal-hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran Bahasa Jawa
menerapkan model Quantum Learning sebagai upaya untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang ada adalah sebagai berikut:
1) Memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap, mengarahkan, dan
membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban sehingga
pembelajaran lebih aktif, efektif dan tidak menghabiskan waktu
2) Mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2-3 siswa tiap kelompok.
3) Memberikan motivasi dengan yel-yel yang membangkitkan semangat
pembelajaran di awal pelajaran dan memberikan penghargaan baik secara
verbal maupun nonverbal.
4) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang
menarik siswa.
Mengingat hasil analisis terhadap unjuk kerja siswa pada siklus I, sebagian
besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran
Bahasa Jawa. Meskipun demikian pembelajaran Bahasa Jawa pada siklus I
dikatakan belum berhasil. Dengan berpedoman pada Kurikulum Mata Pelajaran
Muatan Lokal (Bahasa Jawa) Untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI Berdasar
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2010, peneliti melakukan langkah-
langkah perencanaan pembelajaran Bahasa Jawa pada siklus II dengan
menerapkan model Quantum Learning adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari Silabus Kelas III SD dan menyiapkan sumber belajar yang
terdiri dari buku bahasa Jawa kelas III semester II dan materi dari internet.
Standar Kompetensi. Mampu menulis karangan dengan pikiran sendiri dalam
berbagai ragam dan jenis karangan sesuai kaidah bahasa serta mampu menulis
kalimat berhuruf jawa.
Kompetensi Dasar. Menulis kata sederhana menggunakan huruf Jawa
nglegena.
Alasan pemilihan yaitu peneliti ingin meningkatkan keterampilan menulis
aksara Jawa nglegena pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan.
2) Peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan indikator, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
a) Menulis huruf Jawa
b) Menulis kata
c) Menulis kalimat menggunakan huruf Jawa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilaksanakan dua kali
pertemuan dan masing-masing pertemuan dalam waktu dua jam pelajaran (2 x
35 menit). Adapun RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 99.
3) Peneliti dan guru membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu lembar kerja
untuk diskusi kelompok dan lembar kerja mandiri yang dikerjakan selama
pelajaran.
4) Menyediakan media berupa kartu aksara jawa yang berbentuk segiempat
seperti pada lampiran 16 halaman 117.
5) Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan
menerapkan model Quantum Learning sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan tanggal 25 Pebruari 2011 dengan materi aksara
Jawa nglegena adalah menulis huruf dan menulis kata menggunakan aksara jawa
nglegena.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum memulai pelajaran guru
memotivasi siswa dan melakukan yel-yel. Guru menentukan masalah yang
berkaitan dengan aksara jawa nglegena. Guru memberikan tanya jawab tentang
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, apakah sudah bisa menulis dan
membaca aksara jawa nglegena untuk mempersiapkan siswa mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan menerapkan model Quantum Learning
menggunakan media kartu aksara jawa. Siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan guru. Guru mengarahkan siswa untuk mencari tulisan yang
menggunakan huruf Jawa dalam kehidupan sehari-hari baik yang ada di rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
maupun di sekolah. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan
indikator pada siklus II pertemuan I. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti, siswa bersama guru mengulang kembali materi 20
aksara Jawa nglegena. Guru mengulang kembali 20 aksara jawa nglegena, Guru
memberikan permainan tebak 20 aksara jawa. Siswa didiktekan 20 aksara jawa
dan menulis aksara jawanya dengan mencari aksara jawa yang telah ditempel
dipapan planel. Siswa bersama guru mencocokkan hasil permainan, siswa yang
benar semua mendapat reward dari guru. Siswa membentuk kelompok diskusi
dengan anggota 3-4 orang, tiap kelompok memperoleh satu set kartu huruf Jawa.
Kelompok diskusi masing-masing menerima lembar kerja. Siswa bersama guru
membahas soal diskusi, perwakilan tiap kelompok maju menuliskan hasil kerja
masing-masing kelompok di papan tulis. Siswa menulis jawaban yang benar di
buku masing-masing. Guru memberi pemantapan materi kemudian membagi soal
evaluasi. Siswa mengerjakan evaluasi
Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Siswa kemudian
mengumpulkan hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas. Guru menyampaikan
pesan moral. Guru menutup pembelajaran Bahasa Jawa..
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan tanggal 04 Maret 2011 dengan materi menulis
huruf, menulis kata, dan menulis kalimat.
Pada kegiatan awal guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa.
Setelah itu guru melakukan presensi. Sebelum memulai pembelajaran guru
memotivasi siswa dengan memberi yel-yel semangat. Guru memberikan apersepsi
dengan menggali pengalaman siswa dalam pertemuan yang lalu dengan beberapa
pertanyaan lisan dan mengkaitkannya dengan materi hari ini. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu sesuai dengan indikator pada siklus II pertemuan II.
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pada kegiatan inti, guru mengulang kembali aksara jawa nglegena 20
aksara, siswa diminta maju dua-dua untuk diadakan tanya jawab dan menuliskan
dipapan tulis. Siswa membentuk kelompok heterogen beranggotakan 2 orang,
masing-masing kelompok dibagikan satu set kartu aksara jawa. Guru
membagikan soal yang sama dan dengan jumlah yang sama kepada masing-
masing kelompok. Kelompok diberi waktu 7 menit untuk mengerjakan, kelompok
yang paling banyak mengerjakan dengan benar akan menjadi pemenangnya dan
mendapat reward. Siswa mengerjakan tugas dari guru, menulis menggunakan
aksara Jawa nglegena. Siswa bersama guru membahas tugas. Guru mengulang
kembali materi dan membagikan soal evaluasi. Siswa mengerjakan evaluasi.
Siswa yang mendapat nilai diatas 60 mendapat reward.
Sebagai kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
tentang apa yang telah mereka lakukan dan pelajari. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas.
Guru menyampaikan pesan moral. Guru menutup pembelajaran Bahasa Jawa.
Berdasarkan lampiran 13 halaman 114 tentang nilai keterampilan menulis
aksara jawa dapat dibuat tabel 8 distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 8 . Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Aksara Jawa Siswa Siklus II
No Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi
Persentase
(%)
1 100 – 93 9 96.5 868.5 65
2 92 – 85 0 88.5 0 0
3 84 – 77 0 80.5 0 0
4 76 – 69 1 72.5 72.5 7
5 68 – 61 2 64.5 129 14
6 60 – 53 1 56.5 56.5 7
7 52 – 45 1 49.5 49.5 7
Nilai rata – rata kelas 84
Dari Tabel 8 dapat digambarkan dalam gambar 6 sebagi berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
45-52 53-60 61-68 69-76 77-84 85-92 93-100
F
R
E
K
U
E
N
S
I
NILAI SISWA
Gambar 6. Grafik Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Setelah Menerapkan Model
Quantum Learning Pada Siklus II
Berdasarkan Tabel 8 dan gambar 6 di atas, nilai keterampilan menulis
aksara jawa siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan pada siklus II mendapat rata
– rata sebesar 84. Siswa yang memperoleh nilai 45-52 sebanyak 1 siswa atau 7%.
Siswa yang memperoleh nilai 53-60 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang
memperoleh nilai 61-68 sebanyak 2 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh
nilai 69-76 sebanyak 1 siswa atau 7%. Siswa yang memperoleh nilai 77-84
sebanyak 0 siswa atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 85-92 sebanyak 0 siswa
atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 93-100 sebanyak 9 siswa atau 65%.
Berdasarkan tabel 8 atau lampiran 13 halaman 114 siswa yang mendapat nilai di
bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 2 siswa atau 14%, dan siswa yang mendapat
nilai sama atau di atas KKM yaitu 12 siswa atau 86%. Hal ini dapat diartikan
bahwa ketuntasan klasikal sebesar 86%. Dan penelitian ini sudah dikatakan
berhasil karena susah sesuai dengan indikator keberhasilan yaitu pada siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dapat mencapai ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 70% atau ditingkatkan
10% dari siklus I yang hanya 60%.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap pelaksanaan
tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan
menulis aksara Jawa nglegena dengan penerapan model Quantum Learning.
Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam
melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu
dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk
mendapatkan data mengenai aktivitas peneliti dalam kesesuaian antara rencana
pembelajaran yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan.
Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan keterampilan siswa
kelas III SD Negeri 02 Kwangsan dalam menulis aksara Jawa. Hasil observasi
yaitu dari lampiran 11 halaman 111 tentang observasi kinerja guru yang dapat
dibuat Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
N
o
Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan
1 Apresepsi 3.5 A Keterangan :
a = baik sekali ( =4 )
b = baik ( < 3 )
c = kurang ( < 2 )
d = kurang sekali
(<1)
2 Penjelasan Materi 4 A
3 Penerapan Model Quantum
Learning 3.5 A
4 Menentukan Nilai 3 B
5 Menyimpulkan Materi 3.5 A
6 Menutup Pembelajaran 4 A
Jumlah Nilai 21.5
Nilai rata-rata 3.6 A
Dari tabel 9 di atas, dapat diperoleh hasil kinerja guru sebagai berikut: 1)
Guru sudah baik dalam mempersiapkan siswa dalam kondisi pembelajaran; 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Guru dalam menyampaikan materi sudah baik karena cukup jelas dan tidak terlalu
cepat, selain itu guru dalam menyampaikan dengan bahasa yang komunikatif
sehingga mudah dipahami oleh siswa; 3) Guru dalam penerapan tahap-tahap
TANDUR; a) Tanamkan: guru sudah cukup baik dalam menanamkan konsep-
konsep aksara jawa dan membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar
terhadap materi yang akan diajarkan, b) Alami: guru sangat baik karena sudah
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran bahasa jawa, c) Namai: guru
dalam tahap namai sudah cukup baik dalam mengajak siswa memberi nama-nama
aksara jawa secara aktif dan menyenangkan dengan media yang menarik minat
siswa, d) Demonstrasikan: guru dalam tahap ini sudah cukup baik dan dalam
pembagian kelompok diskusi sudah baik karena setiap kelompok tiap pertemuan
sudah dikurangi sehingga menjadi 2 orang tiap kelompok sehingga kelompok
menjadi lebih kondusif, e) Ulangi: guru sudah baik dalam evaluasi karena
pembagian materi soal sudah terlihat jelas, huruf, kata, kalimat, f) Rayakan: guru
tahap rayakan sudah baik dengan pemberian reward baik verbal maupun non
verbal, 4) Guru cukup baik dalam menentukan nilai individu maupun dalam
kelompok, karena mempunyai kriteria yang jelas dan baik; 5) Guru dalam
menyimpulkan materi pembelajaran sudah cukup baik karena melibatkan siswa
dalam pembuatan kesimpulan; 6) Guru dalam menutup pembelajaran sudah baik;
7) Rata-rata hasil observasi kinerja Guru pada pembelajaran siklus II yaitu 3,6
(baik sekali).
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas peneliti sebagai guru
tetapi juga ditujukan pada siswa pada setiap proses pembelajaran. Adapun hasil
observasi untuk siswa dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 112 yang dapat
dibuat Tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
N
o
Aspek Yang Diamati Nilai Kategori Keterangan
1 Perhatian 2.5 S Keterangan :
R = Rendah ( <2 ) 2 Kerjasama 2 S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3 Ketekunan 2.2 S S = Sedang ( <3 )
T = Tinggi ( =3 )
4 Keaktifan 2 S
5 Tanggung Jawab 2.6 S
Jumlah Nilai 11.3
Nilai rata-rata 2.26 S
Dari tabel 10 diperoleh hasil aktivitas siswa sebagai berikut: 1) Siswa sudah
baik dalam memperhatikan penjelasan dari guru, dikatakan demikian karena siswa
menunjukkan rasa senang dan antusias yang cukup baik; 2) Siswa sudah cukup
baik dalam melakukan kegiatan dalam berdiskusi, serta terjalinnya interaksi dan
kerjasama yang baik antar teman satu kelompok diskusi; 3) Kemauan siswa untuk
menerima pelajaran cukup baik terlihat di awal pembelajaran, rasa keingintahuan
dan keantusisan muncul di tengah-tengah pembelajaran, misalnya pada saat
penggunaan kartu huruf dan menjawab soal di papan tulis; 4) Keaktifan siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sudah cukup baik; 5) Kreatif dan
inisiatif siswa sudah semakin nampak dengan sudah berani mengungkapkan
pendapat yang ia miliki; 6) Hasrat untuk bertanya masih rendah karena siswa
masih terlihat malu-malu; 7) Tanggung jawab siswa terhadap tugas yang
diberikan baik individu maupun kelompok sudah cukup baik; 8) Siswa sudah
mempunyai kemauan untuk berdiskusi dengan teman kelompok walaupun harus
mendapat banyak bimbingan dari guru; 9) Keaktifan untuk membuat kesimpulan
pelajaran sudah cukup baik; 10) Siswa mempunyai kemauan yang tinggi untuk
menerapkan hasil pelajaran; 11) Siswa cukup sungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas yang diberikan; 12) Rata-rata hasil observasi aktivitas siswa
adalah 2,26 dengan kriteria sedang.
d. Refleksi
Hasil analisis dan diskusi balikan terhadap peningkatan keterampilan
menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan dengan
menerapkan model Quantum Learning pada siklus II, secara umum telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
menunjukkan adanya peningkatan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siklus I dapat diatasi. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
1) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Jawa. Hasil rata – rata klasikal
Bahasa Jawa siswa pada siklus II yaitu 84 ( tabel 8 halaman 88).
2) Berdasarkan tabel 9 pada halaman 66, hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus
II siswa yang memperoleh nilai ≤ 60 (KKM) ada 2 siswa atau 14% dan siswa
yang memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) yaitu 12 siswa atau 86%. Jadi rata-rata
hasil evaluasi Bahasa Jawa pada siklus II yaitu 84 dan siswa yang memperoleh
nilai > 60 (KKM) yaitu 12 siswa atau ketuntasan klasikal 85,71%.
3) Guru sudah mengurangi jumlah anggota kelompok menjadi 2 siswa tiap
kelompok sehingga membuat siswa aktif melakukan kegiatan unjuk kerja dan
tidak bergantung pada anggota lain yang mereka anggap lebih pandai.
4) Guru sudah memberikan beberapa informasi secara tepat dan bertahap,
mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban
sehingga pembelajaran lebih efektif dan tidak menghabiskan waktu.
5) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan
penghargaan baik verbal maupun nonverbal.
6) Guru sudah memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran
yang menarik siswa.
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa
dilihat dari rata-rata hasil evaluasi Bahasa Jawa siswa dengan menerapkan model
Quantum Learning sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya
peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02
Kwangsan. Tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih
ada 2 siswa yang belum tuntas.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang diperoleh
pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran Bahasa Jawa materi menulis
aksara Jawa pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target
pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD
Negeri 02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
D. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pada pengolahan data yang terdapat pada lampiran 1 halaman
88, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Sebelum Digunakan Media
Kartu Huruf.
Dari tabel 3 halaman 82 dan juga daftar nilai yang terdapat pada lampiran 2
halaman 81 dapat diketahui bahwa hasil evaluasi Bahasa Jawa sebelum tindakan
yaitu sebelum diterapkan model Quantum Learning diperoleh rata-rata kelas
sebesar 59.71. Siswa yang memperoleh nilai dibawah 60 (KKM) sebanyak 8
siswa atau sebesar 57% dengan ketuntasan klasikal hanya sebesar 43% dengan
siswa yang memperoleh nilai diatas 60 (KKM) sebanyak 6 siswa. Dengan
demikian nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 59.71. Siswa yang mendapat
nilai di bawah 60 (KKM) sebanyak 8 siswa atau 57% dan siswa yang mendapat
nilai di atas 60 (KKM) sebanyak 6 siswa atau 43% .
2. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Siklus I
Berdasarkan tabel 5 halaman 53 dan data hasil nilai Bahasa Jawa pada
lampiran 7 halaman 97 nilai keterampilan menulis aksara Jawa, siswa yang
memperoleh nilai dibawah 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau sebesar 36% dengan
ketuntasan klasikal sebesar 64% atau 9 siswa yang mendapat nilai diatas 60
(KKM). Nilai rata-rata dari hasil evaluasi siklus I yaitu 68.5. Siswa yang
mendapat nilai ≤ 60 (KKM) sebanyak 5 siswa atau 36% dan siswa yang mendapat
nilai ≥ 60 (KKM) sebanyak 9 siswa atau 64%.
3. Data Hasil Evaluasi Bahasa Jawa Siswa Kelas III Siklus II
Berdasarkan tabel 8 halaman 62 dan juga lampiran 13 pada halaman 114,
hasil nilai Bahasa Jawa materi keterampilan menulis aksara Jawa, siswa yang
memperoleh nilai dibawah 60 (KKM) sebanyak 2 siswa atau sebesar 14% dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
ketuntasan klasikal sebesar 86% atau 12 siswa yang mendapat nilai diatas 60
(KKM). Nilai rata-rata dari hasil evaluasi siklus II yaitu 84. Siswa yang mendapat
nilai ≤ 60 (KKM) sebanyak 2 siswa atau 14% dan siswa yang mendapat nilai ≥ 60
(KKM) sebanyak 12 siswa atau 86%.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat dari hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan
rata-rata nilai dan ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan
keterampilan siswa dalam menulis aksara Jawa setelah mendapatkan
pembelajaran Bahasa Jawa dengan menerapkan model Quantum Learning.
Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan dan setelah tindakan yaitu siklus I dan
siklus II yang masing-masing siklus terdiri atas 2 pertemuan. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 13, sebagai berikut:
Tabel 13. Nilai Rata-Rata Hasil Evaluasi Bahasa Jawa dan Prosentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II.
Kriteria
Ketuntasan
Minimum
(KKM)
Nilai Rata-rata Persentase (%)
Sebelum
Tindakan Siklus I Siklus II
Sebelum
Tindakan Siklus I Siklus II
60 58.71 68.5 84 43 64 86
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata pada tabel 13, siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa yang dilaksanakan guru
dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang berarti, ada peningkatan keterampilan menulis aksara Jawa dengan
menerapkan model Quantum Learning pada siswa kelas III SD Negeri 02
Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.
Dari Tabel 13 diatas dapat digambarkan menjadi gambar 7 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Gambar 7. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Aksara
Jawa dan Ketuntasan setiap Siklus
Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara
klasikal juga mengalami peningkatan. Secara jelas, berikut adalah hasil nilai
observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II.
Tabel 14. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus
Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
28,5 : 11 = 2,59 39 : 11 = 3,54 8,2 : 5 = 1,64 11,3 : 5 = 2,26
Dari Tabel 14 diatas dapat digambarkan menjadi gambar 8 sebagai berikut :
0
20
40
60
80
100
Nilai Rata - rata Pemahaman Konsep Prosentase Ketuntasan
sebelum tindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Dari tabel 14 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I mendapat nilai
hanya 2,59 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,54. Sedangkan
aktivitas siswa yang semula hanya 1,64 meningkat menjadi 2,26. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pelajaran menulis aksara Jawa berlangsung pada siklus I dan siklus II. Dari tabel
14 terlihat adanya peningkatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Walaupun
peningkatannya tidak begitu signifikan, penulis yakin jika penelitian ini
dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus-menerus akan
memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini,
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru masih belum
dapat menyampaikan materi dengan jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa
karena terlalu cepat dalam menjelaskan, guru kurang memberikan motivasi baik
pada individu maupun kelompok sehingga siswa masih belum berani dalam
menjawab pertanyaan atau mengungkapkan gagasannya dalam kelompok, guru
kurang bisa mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang lebih kondusif salah
satunya dalam pembagian kelompok masing terlalu besar yaitu 4-5 siswa tiap
kelompok yang membuat siswa malas cenderung menggantungkan diri pada siswa
yang mereka anggap lebih pandai dan tidak mau melakukan kegiatan diskusi.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang dilaksanakan
di siklus II dalam upaya perbaikan adalah memberikan beberapa informasi secara
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa
sebelum tindakan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
tepat dan bertahap, mengarahkan, dan membimbing kegiatan siswa dalam
menemukan jawaban, mengubah jumlah anggota dalam kelompok dari 4 orang
menjadi 2 orang pada masing-masing kelompok agar pembelajaran lebih kondusif
dan memberikan motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun
nonverbal kepada siswa agar mereka lebih berani lagi dalam menyampaikan
pendapat. Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan
yang berarti.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan keterampilan menulis huruf Jawa pada mata pelajaran bahasa Jawa
pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan Tahun Pelajaran 2010/2011 yaitu
dengan menerapkan model Quantum Learning. Hal ini karena dengan penerapan
model Quantum Learning untuk pembelajaran sangat baik karena selain dengan
konsep yang dijunjung yaitu konsep TANDUR model Quantum Learnign
menekankan pada pembelajaran yang menyenangkan, membebaskan siswa
berekspresi, berkreasi yang dalam pelaksanaannya anak dibawa pada kondisi
pembelajaran yang mereka inginkan dan butuhkan sehingga pembelajaran terasa
sangat menyenangkan. Jadi pembelajaran dengan menerapkan model Quantum
Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas
III SD Negeri 02 Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti
kebenarannya. Dengan menerapkan model Quantum Learning dapat
meningkatkan keterampilan menulis aksara Jawa pada siswa kelas III SD Negeri
02 Kwangsan Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar tahun ajaran Tahun
Pelajaran 2010/2011. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan
tindakan nilai rata-rata siswa 58,2 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar
42,8%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,43 dengan persentase ketuntasan klasikal
sebesar 64,28% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 86,36 dengan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 85,71%. Penerapan pembelajaran dengan
menggunakan model Quantum Learning dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Bahasa Jawa di kelas III sehingga dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menulis huruf aksara Jawa.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa. Model yang dipakai dalam penelitian ini
adalah model siklus yaitu terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada
tanggal 07 sampai 19 Mei Pebruari 201 dan Siklus II dilaksanakan pada tanggal
21 Pebruari sampai 205 Maret 201. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
(1) Menulis huruf aksara jawa nglegena, (2) Menulis kata, (3) Menulis kalimat.
Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini
dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus
perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus
sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu
ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan
peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti bahwa penerapan model
Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis aksara
Jawa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis
siswa pada materi aksara jawa, hal itu dapat ditinjau dari hal-hal sebagai berikut.
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar siswa bisa dan mampu menguasai konsep-konsep
materi dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menerapkan model
Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi aksara
jawa karena pembelajaran ini melibatkan relasi antara guru dengan siswa serta
siswa dengan siswa, siswa diberi kebebasan untuk berekspresi, berkreasi, dan
membuat pembelajaran efektif dan menyenangkan.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa sangat
penting. Motivasi diberikan agar siswa mempunyai rasa percaya diri yang baik
selain itu agar supaya siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai
keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan
yang menunjang dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri
siswa dengan memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap
keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya
penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran terbukti dapat
menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan sehingga terjalin
hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain itu
penerapan model Quantum Learning juga mampu meningkatkan kreativitas dan
kerja sama kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Prosentase keterampilan siswa dalam menulis aksara jawa dan sikap siswa
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan keberanian siswa dalam
mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok, interaksi dengan guru maupun
siswa lain, kemauan kerjasama kelompok meningkat, mampu mendemonstrasikan
hasil diskusi dengan baik, inisiatif dan kreativitas meningkat serta mampu
menyelesaikan soal dengan baik. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran
yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya
keterampilan menulis aksara jawa pada siswa kelas III SD Negeri 02 Kwangsan
meningkat.
Pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning secara tepat
akan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis aksara jawa nglegena.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SDN 02
Kwangsan.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV di atas, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang berkaitan dengan
masalah sejenis ataupun sebagai acuan dalam menerapkan model quantum
learning untuk memecahkan masalah pada pembelajaran yang lain yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran Bahasa Jawa melalui penggunaaan model quantum learning
harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu keaktifan, kreativitas, motivasi
dan kemampuan sangat mendukung keberhasilan pembelajaran khususnya Bahasa
Jawa.
C. Saran
Sesuai dengan implikasi dan hasil penelitian, maka ada beberapa saran
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan
harapan.
2. Bagi Guru
a) Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih
kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan
tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis pada materi setiap
pelajaran.
b) Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan media yang
sesuai karena dapat memberikan kemudahan terhadap peserta didik
untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu,
serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi
sehingga merangsang minat peserta didik sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna.
c) Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran
dengan menggunakan model Quantum Learning pada pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
3. Bagi Siswa
Siswa diharapkan untuk lebih mencintai dan melestarikan Aksara
Jawa sebagai bagian dari kebudayaan daerah sekaligus merupakan akar
kebudayaan nasional.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya
lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan
dengan pembelajaran yang menggunakan model Quantum Learning guna
melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam
meningkatkan keterampilan menulis siswa terhadap materi aksara Jawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih
baik.