Perpajakan i
-
Upload
dipa-wahyoe -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Perpajakan i
PERPAJAKAN I“ Pemeriksaan Pajak ”
Oleh :
Kadek Yoga Aditya ( 1306205156 ) I Made Adi Wiasta Putra ( 1406205078 ) Ni Kadek Nusanti Putri ( 1406205154 )
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS UDAYANA
2015BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melakukan pemeriksaan pada pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib
pajak adalah suatu ketetapan dalam peraturan perundang-undangan. Memeriksa dan
menguji untuk validasi adalah hal yang melekat pada proses pemeriksaan. Sehingga
dengan pemeriksaan ini kita akan terjadi suatu kesahan dalam laporan tersebut.
Maka untuk mencegah kesalahan dan kemungkinan terburuk dari laporan yang ada
pemeriksaan patut dilaksanakan. Karena penyelewengan dalam pembaaran pajak
akan terkenak sanksi pidana. Melihat semua keadaan ini, maka penulis mencoba
memaparkannya dalam paper ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dan ruang lingkup dari pemeriksaan?
1.2.2 Apa pedoman dari pemeriksaan, norma pemeriksaan dan pelaksanaan
pemeriksaan?
1.2.3 Apa pengertian dari tindak pidana pajak?
1.2.4 Bagimana penuntutan tindak pidana pajak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa pengertian dan ruang lingkup dari pemeriksaan
1.3.2 Untuk mengetahui apa pedoman dari pemeriksaan, norma pemeriksaan dan
pelaksanaan pemeriksaan
1.3.3 Untuk mengetahui apa pengertian dari tindak pidana pajak
1.3.4 Untuk mengetahui bagimana penuntutan tindak pidana pajak
BAB IIPEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup dari Pemeriksaan
2.1.1 Pengertian Pemeriksaan
Pemeriksaan pajak merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh fiskus.
Landasan dari pemeriksaan pajak adalah Undang-undang no 6 tahun 1983 tetang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang no 28 Tahun2007 (sekarang UU KUP No.16 Thn 2009 ). Pemeriksaan
pajak dilakukan oleh pemeriksa pajak yang telah memiliki tanda pengenal pemeriksa
serta dilengkapi surat perintah pemeriksaan yang harus diperlihatkan kepada wajib
pajak yang akan diperiksa. Pasal 1, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pemeriksaan adalah:
“Serangkaian kegiatan menghimpun dana mengolah data, keterangan, dan atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan”.
2.1.2 Proses Pemeriksaan
Dalam proses pemeriksaan dapat diawali dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Kepala kantor KPP memberikan usulan pemeriksaan/ daftar altermatif
kepada KANWIL.
2. Kanwil membrikan LP2 (lembar penugasan pmeriksan) kepada Kepala KPP.
3. Kepala KPP membuat nota dinas dan menunjuk tim pemeriksa.
4. Nota dinas digunakan oleh tim pemeriksa sebagai dasar persiapan perencanan
pemeriksaan.
5. Kepala KPP menerbitkan SP2 (surat perintah pemeriksan) dan digunakan
oleh tim pemeriksa sebagai dasar melaksanakan pmeriksaan pajak.
Sasaran dalam proses pemeriksaan pajak adalah :
1. Interpretasi Undang-Undang yang tidak benar.
2. Kesalahan hitung.
3
3. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.
4. Pemotongan dan pengurangan yang tidak sesungguhnya, yang dilakukan
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
Dari pengertian yang telah dibahas tadi dapat diketahui tujuan dari adanya
pemeriksaan dapat dibagi menjadi dua macam, antara lain:
1. Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberi kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak. Dalam
tujuan ini, pemeriksaan dilakukan apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:
1) Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
2) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi.
3) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu
yang telah ditetapkan.
4) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
5) Ada indikasi kewajiban perpajakan yang tidak dipenuhi.
2. Untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, yaitu sebagai berikut :
1) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan.
2) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
3) Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4) Wajib Pajak mengajukan keberatan.
5) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto.
6) Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
2.2 Pedoman dari Pemeriksaan, Norma Pemeriksaan dan Pelaksanaan
Pemeriksaan
4
Menurut Undang-Undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
TatacaraPerpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no
28 Tahun 2007, pengertian penyidikan adalah sebagai berikut :
“Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian
tindakan yangdilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itumembuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya”.
Berdasarkan pengertuan di atas sangat jelas dapat kita simpulkan bahwa
tujuan utama daridilakukanya proses penyidikan adalah untuk menemukan
tersangka yang melakukan tindak pidana dalam perpajakan. Dengan dilakukannya
penyidikan, barang bukti untuk menemukan tersangaka diharapkan dapat
ditemukan untuk kemudian segera menjadi dasar dalam menetapkan tersangka
Dalam Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, pihak yang
berwenang untukmelakukan proses penyidikan adalah Pejabat pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus
sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan. Wewenang tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporanberke
naan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan
atau laporan tersebutmenjadi lebih lengkap dan jelas.
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadiatau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badansehubungan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
4. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidanadi
bidang perpajakan
5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencata
tan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut
6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikantindak
pidana di bidang perpajakan
5
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atautem
pat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda,dan/atau dokumen yang dibawa
8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidangPerpajakan.
9. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaitersangka
atau saksi.
10. Menghentikan penyidikan;dan/atau melakukan tindakan lain yang perlu
untukkelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pidana dimaksudkan agar dalam proses penyidikan terdapat
kepastisan hukumyang jelas. Ketentuan pidana tersebut, sesuai dengan pasal 41B
Undang-Undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-Undang no 28 Tahun
2007, pengertian penyidikan bebunyi sebagai berikut
“Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit
penyidikantindak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahundan denda paling banyak Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh
limajuta rupiah).”
Sementara itu, apabila tindak pidana di bidang perpajakan dilakukan oleh
pegawai Direktorat Jenderal Pajak (dalam hal ini melakukan korupsi), maka
pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang terbukti melakukan tindak korupsi tersebut
akan diproses sesuai denganUndang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang no 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, wewenang untuk menghentikan proses
penyidikan dimilki oleh Menteri Keuangan. Apabila Wajib Pajak telah melunasi
utang pajak yang tidak atau kurang dibayar,atau yang tidak seharusnya
dikembalikan ditambah dengan sanksi administrasi berupa dendasebesar empat kali
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak
seharusnyadikembalikan, maka Menteri Keuangan dapat meminta Jaksa Agung
untuk segeramenghentikan penyidikan. Selanjutnya, Jaksa Agung dapat melakukan 6
penghentian penyidikan sesuai yang diminta mentri keuangan paling lama enam
bulan setelah Menteri Keuangan menyampaikan surat permintaanya
2.3 Pengertian dari Tindak Pidana Pajak
2.3.1 Pengertian Tindak Pidana Pajak
Tindak pidana di bidang perpajakan adalah suatu perbuatan yang melanggar
peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara
dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana. Ketentuan yang mengatur
tindak pidana pajak terdapat dalam hukum pidana pajak yang berisi peraturan-
peraturan tentang :
1. perbuatan-perbuatan apa yang dapat diancam dengan hukuman,
2. siapa-siapa yang dapat dihukum.
3. hukuman apa yang dapat dijatuhkan.
2.3.2 Unsur-unsur Tindak Pidana Perpajakan
Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpjakan (UU No. 28 Tahun 2007), yang
termasuk ke dalam unsur-unsur tindak pidana perpajakan adalah :
1) Siapa saja, baik pribadi maupun badan hukum.
Yang termasuk ke dalam kategori unsur “siapa saja” tersebut adalah Wajib
Pajak dan Pegawai Pajak. Menurut ketentuan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 28 Tahun
2007, wajib pajak adalah pribadi atau badan hukum, meliputi pembayaran pajak,
pemotongan pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bukan hanya wajib pajak, tetapi juga pegawai pajak dapat dijatuhi hukuman
tindak pidana di bidang perpajakan. Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana
perpajakan meliputi pidana kurungan dan pidana denda kekurangan pembayaran
pajak, yang diatur dalam ketentuan Pasal 37A, 38, 39, 39A, 41, 41A, 41B, dan
41C UU No. 28 tahun 2007.
2) Melakukan perbuatan yang melanggar kewajiban perpajakan.
7
Sebagai contoh ketentuan pidana kepada wajib pajak yang melanggar
kewajiban pajak adalah ketentuan Pasal 38 UU No. 28 Tahun 2007. Dalam pasal
tersebut disebutkan, setiap orang (wajib pajak) yang karena kealpaannya : tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan,
tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang
pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, denda paling sedikit satu
kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kuarang dibayar dan paling banyak
dua kali jumlah pajak berhutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.
3) Menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Pajak adalah salah satu pendapatan negara dimana pajak dibayarkan oleh
wajib pajak ke negara.
2.3.3 Aspek Pidana dalam UU Perpajakan
Sanksi Pidana dalam bidang perpajakan dibagi dalam beberapa katagori
yaitu:
1. Delik Kealpaan Oleh Wajib Pajak
1) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan.
2) Menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap.
2. Delik Kesengajaan Oleh Wajib Pajak
1) Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau NPPKP.
2) Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPKP.
3) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan.
4) Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap.
5) Menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
8
6) Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
7) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain.
8) Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan
secara program aplikasi on-line di Indonesia.
9) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
10) Dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda
paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang bayar setiap orang yang dengan sengaja sehingga
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
3. Setiap orang yang dengan sengaja:
1) Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak
berdasarkan transaksi yang sebenarnya.
2) Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6
(enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
2.4 Penentuan Tindak Pidana Pajak
Penuntutan pajak adalah kelanjutan dari rangkaian hukum setelah penyidikan
berjalan tuntas. Proses penuntutan dalam tindak pidana pajak sebenarnya sama
dengan tindak pidana umum lainnya. Setelah proses penyidikan dilakukan, maka
penyidik pajak akan menyampaikan hasil penyidikan pada penuntut umum. Secara
hukum acara pidana, penuntut umumlah yang menetukan kebijakan suatu penuntut,
termasuk penuntut tindak pidana di bidang perpajakan.9
Dengan kata lain, penuntut umum menentukan apakah hasil penyidikan yang
dilakukan penyidik pajak (Penyidik Pegawai Negeri Sipil/ PPNS Ditjen Pajak)
sudah lengkap atau belum. Apabila penuntut umum mengatakan belum lengkap,
maka penyidik pajak harus melengkapi berkas penyidikannya. Pertanyaan, siapa
yang dimaksud dengan penuntut umum?
Sesuai Pasal 1 butir 6 KUHAP, penuntut umum dan jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk melaksanakan penuntutan dan melaksanakan
penetapan hakim. Jaksa adalah penjabat yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuasaan hukum tetap. Dan dalam Pasal 40
UU KUP, tindak pidana di bidang perpajakan itu sendiri daluwarsa (tidak dapat
dituntut) setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal terutang pajak,
berakhirnya masa pajak berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun
pajak yang bersangkutan.
Dengan demikian, yang bertindak melakukan penuntutan tindak pidana
perpajakan adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang. Pengertian
penuntutan itu sendiri adalah tindakan penuntutan untuk melimpajkan perkara ke
pengadilan negeri yang tindak penuntutan umum untuk melimpahkan perkara ke
pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di
sidang pengadilan. (Wirawan, 2014; 204)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Pemeriksaan adalah keseluruhan kegiatan, menghimpun, mengumpulkan
semua data dan keterangan yang digunakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban
perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Ruang lingkup pemeriksaan
dimulai dari proses awal pemeriksaan yang memiliki tujuan untuk menguji
ketepatan dari suatu data dan guna menjalankan peraturan perundang-undangan
2. Tujuan utama daridilakukanya proses penyidikan adalah untuk menemukan
tersangka yang melakukan tindak pidana dalam perpajakan. Dalam Penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan, pihak yang berwenang untukmelakukan
proses penyidikan adalah Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik
tindak pidana di bidang perpajakan
3. Tindak pidana pajak adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara
dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana.
4. Penuntutan pajak dilakukan setelah dilaksanakan proses penyidikan. Disini
penuntut umum akan menyampaikan apakah data yang diterima sudah lengkap
atau belum. Penuntutan itu sendiri adalah tindakan penuntutan untuk
melimpajkan perkara ke pengadilan negeri yang tindak penuntutan umum
untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan
11
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Wirawan. B. 2014. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
Anonim. Tindak Pidana Pajak. Tersedia pada: http://elpardani.blogspot.co.id/2013/10/tindak-pidana-perpajakan.html. Diakses tanggal 8 November 2015
Anonim. Pidana Perpajakan. Tersedia pada: http://ekstensifikasi423.blogspot.co.id/2014/12/tindak-pidana-perpajakan.html. Diakses tanggal 8 November 2015
12