Periodontal Abses Dan Nekrotik
-
Upload
marsha-rindu-ckinthana -
Category
Documents
-
view
1.655 -
download
6
Transcript of Periodontal Abses Dan Nekrotik
MAKALAH PERIODONTOLOGI
Penyakit Periodontal Nekrotik & Periodontal Abses
Kelas : B
Kelompok : 2
Kartika Larasati 2008-11-079Kartika Wulandari 2008-11-080Khayunda Tiara 2008-11-081Lady Andrea 2008-11-082Lia Khairunnisa 2008-11-083Linda Wibi Sri Handayani 2008-11-084Lirgaty Wideaztyarini Al Fatah 2008-11-085M. Adityo Imam 2008-11-086Maesa Uswa Eastyqoma 2008-11-087Marsha Rindu Ckinthana 2008-11-088Marha Shabrina 2008-11-089Mega Prawita Sari 2008-11-090
Melisa 2008-11-091Mettasari Puspa Wardoyo 2008-11-092Miranti 2008-11-094Mita Agustin Syukur 2008-11-095Mohammad Maulana 2008-11-096Nik Ahmad Fahmi 2008-11-102Norazila Mohomed Ali 2008-11-104Nor Farizza Bte Khairil Anuar 2008-11-105Nur Anisah Bte Mohd Ishadi 2008-11-107Nur Izan Bazlina Bte Aznordin 2008-11-108Nur Izanti Bte Mohd Surai 2008-11-109Nur Khalilah Bt. Ramli 2008-11-110Nur Syafirah Bte Mohmad Nor 2008-11-111
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)Fakultas Kedokteran GigiTahun Ajaran 2010 / 2011
Bab I
Pendahuluan
Infeksi adalah masuknya kuman patogen atau toksinnya kedalam tubuh manusia serta
menimbulkan gejala penyakit, sedangkan inflamasi adalah reaksi lokal dari tubuh terhadap
adanya infeksi/iritasi dalam berbagai bentuk. Penyakit itu sendiri timbul setelah mengalami
beberapa proses fisiologi yang telah dirubah oleh kuman yang masuk. Sehingga tubuh
mengadakan reaksi atau perlawanan yang disebut peradangan/inflamasi.
Peradangan adalah reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat
terlarut dan sel-sel darah dari darah yang bersirkulasi kedalam jaringan interstitial pada daerah
yang cederaatau yang mengalami nekrotik. Peradangan akut adalah reaksi segera dari tubuh
terhadap cedera atau kematian sel. Tanda tanda pokok peradangan adalah dolor (rasa sakit),
rubor (merah), kalor (panas), tumor (pembengkakan) dan fungsio laesa (perubahan fungsi).
Secara harfiah abses merupakan suatu lobang yang berisi nanah dalam jaringan yang
sakit. Abses ini merupakan suatu lesi yang bagi tubuh sulit ditangani karena kecenderungannya
untuk meluas dengan mencairnya lebih banyak jaringan, kecenderungan untuk menggali dan
resistennya terhadap penyembuhan. Sebenarnya jika sudah terbentuk suatu abses, maka sulit
mengirimkan agen-agen teurapetik kedalam abses itu melalui darah.
Bab II
Isi
2.1. Dental Abses
2.1.1. Definisi
Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya lobang yang berisi
nanah (pus) dalam jaringan yang sakit. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran
infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan
otot dekat permukaan. Dental abses artinya abses yang terbentuk didalam jaringan periapikal
atau periodontal karena infeksi gigi atau perluasan dari ganggren pulpa. Abses yang terbentuk
merusak jaringan periapikal, tulang alveolus, tulang rahang terus menembus kulit pipi dan
membentuk fistel.
2.1.2. Etiologi
Abses gigi terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam
gigi. Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu bakteri
coccus aerob gram positif, coccus anaerob gram positif dan batang anaerob gram negatif.
Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-
gakteri tersebut dapat menyebabkan karies dentis, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai
jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan
terjadi infeksi odontogen.
Abses dental ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, karies dentis,
invasi bakteri (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophilis influenzae), inpaksi makanan
atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga
terjadi gigi goyang.
2.1.3. Patofisiologi (Perkembangan Infeksi Marginal Menjadi Abses Periodontal)
Abses dental sebenarnya adalah komplikasi daripada karies gigi. Bisa juga disebabkan
oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi patah atau hancur).
Terjadinya abses periodontal diawali oleh infeksi dan inflamasi yang berasal dari
marginal, bakteri plak masuk melalui sulkus gusi. Secara klinis regio gigi yang dikeluhkan oleh
pasien tidak menunjukkan adanya lesi karies, tetapi mungkin terlihat deposit kalkukus
supragingiva atau adanya tambalan yang overhang. Biasanya pasien datang dengan eksaserbasi
lokal akut yang diawali dengan poket periodontal yang dalam.
Secara klinis, diagnosis dari abses periodontal dapat ditegakkan dengan melihat gejala
klinisnya yaitu adanya inflamasi dan infeksi akut, hal ini tidak terlihat secara radiografi.
Pemeriksaan radiografi dilakukan sebagai penunjang untuk menegakkan diagnosis. Kerusakan
tulang pada abses periodontal dapat dibedakan dari penyakit periodontal lain. Pada gigi tidak
terlihat adanya lesi karies, tanda panah menunjukkan daerah kerusakan tulang yang luas.
Diagnosis penyakit periodontal ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
radiografi, keduanya saling melengkapi. Melalui radiograf dapat dilihat morfologi gigi yang
terinfeksi, selain itu yang terpenting untuk diagnosis penyakit periodontal adalah pola dan
derajat kehilangan tulang alveolar. Pada jaringan periodontal yang sehat, puncak tulang
alveolar berada 2-3 mm dibawah CEJ, namun pada jaringan periodontal yang tidak sehat akan
terjadi penurunan puncak tulang alveolar sampai kehilangan tulang alveolar dengan derajat
yang berbeda-beda.
Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan menginfeksi bagian
tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan tulang yang menyokong gigi.
Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah (terdiri dari jaringan tubuh yang
mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan pembengkakan
jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi. Jika struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin
hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus menerus sehingga mejalar kejaringan yang lain.
2.1.4. Pembentukan Abses
Terjadi melalui beberapa stadium dengan masing-masing stadium mempunyai gejala-
gejala tersendiri, yaitu :
1. Stadium subperiostal dan periostal
Pembengkakan belum terlihat jelas
Warna mukosa masih normal
Pemeriksaan perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat
Pemeriksaan palpasi sakit dengan konsistensi keras
2. Stadium serosa
Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika serosa dari tulang dan
pembengkakan sudah ada
Mukosa mengalami hiperemi dan merah
Rasa sakit yang mendalam
Palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi
3. Stadium sub mukous
Pembengkakan jelas tampak
Rasa sakit mulai berkurang
Mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat
Perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit
Palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi
4. Stadium subkutan
Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit
Warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat
Konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah
Turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata
2.1.5. Gejala Umum Dento-Alveolar Abses
Gigi terasa sensitif kepada air sejuk atau panas.
Rasa pahit di dalam mulut.
Nafas berbau busuk.
Kelenjar leher bengkak.
Sebagian rahang bengkak (sangat serius).
Suhu badan meningkat tinggi dan kadang-kadang menggigil
Denyut nadi cepat/takikardi
Nafsu makan menurun sehingga tubuh menjadi lemas (malaise)
Bila otot-otot perkunyahan terkena maka akan terjadi trismus
Sukar tidur dan tidak mampu membersihkan mulut
Pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis
2.1.6. Prognosis
Prognosis dari dento-alveolar abses adalah baik terutama apabila diterapi dengan
segera menggunakan antibiotika yang sesuai. Apabila menjadi bentuk kronik, akan lebih sukar
diterapi dan menimbulkan komplikasi yang lebih buruk dan kemungkinan amputasi lebih besar.
2.2. Periodontal Abses
Periodotal abses ialah suatu inflamasi yang mengandung nanah dijaringan periodontal
yang terlokalisasi dan mempunyai daerah purulen, bisa bersifat kronis atau akut, sering kali
abses menjadi kronis dan abses kronis menjadi akut. Suatu abses dari jaringan periodontal
disebut abses periodontal ketika lokal, infeksi bernanah melibatkan dimensi yang lebih besar
dari jaringan gusi, memperpanjang apically dan berdekatan dengan saku periodontal
Periodontal abses merupakan lokalisasi infeksi purulen pada jaringan periodontal
hingga pocket periodontal sehingga dapat mengakibatkan kerusakan pada ligamen periodontal
dan tulang alveolar.(1)
Terlihat adanya pengumpulan pus sepanjang akar gigi hal ini terjadi akibat adanya faktor
iritasi, seperti plak, kalkulus, infeksi bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi)
yang biasanya terdapat pada leher gigi, impaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini
dapat menyebabkan kerusakan alveolar sehingga gigi goyang.
Kelainan ini paling banyak didapat adalah kelainan dari gingiva karena gingiva terletak
pada bagian permukaan sedangkan penyebab yang paling menonjol adalah plak dan kalkulus
(karang gigi). Di dalam mulut penuh dengan bakteri, yang dengan mudah akan membentuk
plak. Bentuk plak tipis dan tidak berwarna, dan kadang tidak disadari bahwa plak telah
terbentuk. Plak harus dibersihkan dengan menyikat gigi teratur, karena plak lama kelamaan
akan mengeras membentuk kalkulus (karang gigi), pada kondisi ini hanya bisa dibersihkan oleh
dokter gigi.
Gejala klinis periodontal abses pada umumnya asymptomatic, walaupun sering
mengarah ke abses akut. Jika abses telah menyangkut kedua-duanya pada periodontal dan
jaringan sekelilingnya. Karakteristik klinis dan gejala kedua-duanya mungkin muncul secara
bersamaan.
Periodontal abses didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiography.
Gambaran radioghrapy pada periodontal abses pada umumnya tampak radio luncent pada
samping permukaan gigi, secara khas nampak di apex dari akar. Walau bagaimanapun karena
lokasi anatomi, kadang-kadang tidak ada perubahan gambaran radiography, kerusakan tulang
yang luas dapat terlihat. Gambaran radiography tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya
pembantu diagnosa periodontal absesm karena variasi lokasi dan langkah-langkah
perkembangan dari abses. Prognosis gigi pada periodontal abses tergantung pada jumlah dan
jenis kerusakan tulang, posisi gigi dan abses dan mobilitas dari gigi Prognosis untuk regenerasi
tulang yang mengalami infeksi akut adalah lebih baik dari pada regenerasi tulang yang
mengalami lesi kronis.
2.2.1. Etiologi
Abses periodontal dapat dihubungkan dengan poket periodontal meskipun abses dapat
terjadi tanpa didahului oleh periodontitis. Perkembangan suatu abses periodontal terjadi ketika
poket menjadi bagian dari sumber infeksi.
Penyebab terjadinya abses periodontal adalah adanya plak, kalkulus, food debris, benda
asing dan pembuatan drainase yang salah yang merupakan penyebab eksogen. Bakteri plak
pada poket periodontal menyebabkan iritasi dan inflamasi, sehingga terjadi produk pus di
dalam poket yang menyebabkan abses periodontal.
Etiologi periodontal abses berdasarkan ukuran dari absesnya, sulit untuk ditentukan,
kemungkinan yang dapat timbul ialah karena infeksi purulent dan infeksi bakteri yang luas.
Biasanya saat pemeriksaan factor penyebab,penyebab eksogen sperti tertusuk duri ikan,dan
saat calculus menusuk jaringan lunak saat dilakukannya scaling, penyebabnya sudah tidak dapat
dilihat,atau tidak dapat dideteksi lagi.
Kantung periodontal yang berliku, khususnya berhubungan dengan defek percabangan. Hal
itu menimbulkan sebuah lingkungan yang terisolasi, dan cenderung untuk membentuk
sebuah abses (2)
Penutupan jarak kantung periodontal dapat menambah infeksi jaringan sekitarnya yang
membuat tekanan supuratif (tekanan karena terbentuknya pus atau nanah) dari kantung
periodontal. Sekresi fibrin akan mengakumulasi daerah setempat dari nanah yang
mendukung terjadinya penutupan jarak gingival pada permukaan gigi.(3)
Perubahan komposisi dari mikroflora, bakteri, virus atau pertahanan tubuh inang dapat
juga membuat lumen dari kantung menjadi tidak efisien dalam mendrainase peningkatan
nanah tersebut.(4)
Impaksi dari foreign body (atau benda asing) seperti serpihan bulu sikat gigi,makanan
seperti tulang ikan pada jaringan gingival.(4)
Setelah prosedur seperti scaling dimana calculus terlepas dan menekan jaringan lunak juga
dapat terjadi pada scaling yang tidak adekuat dimana akan membuat calculus tertanam di
bagian terdalam kantung periodontal.semetara itu,resolusi dari inflamasi pada daerah
kantung bagian coronal akan menghalangi dari drainase atau saluran darah normal,dan
akan menjebak flora pada subgingival pada bagian dalam kantung dan akhirnya terjadi
abses. (5)
Pengobatan dengan antibiotic sistemik tanpa pencabutan dari subgingival pada pasien
dengan periodontitis atau radang periodontal pada tingkat berat, yang membawa
perubahan komposisi dari microbiota subgingival,dan nantinya akan terjadi infeksi lanjutan
dan pembentukan abses.(6)
Sebagai akibat dari konsekuensi dari bolong nya dinding lateral gigi, akibat alat-alat
endodontik selama terapi kanalisasi akar gigi.(2)
Kemungkinan predisposisi local pada pembentukan abses periodontal
resorpsi eksternal akar gigi (11)
gigi yang tidak terlapisi (8)
gigi yang patah (9)
factor local yang mempengaruhi akar gigi seperti robekan dari cementum (10)
2.2.2. Manifestasi Klinis
Gingiva bengkak, mukosa sekitarnya kebiru-biruan, dan terasa sangat sakit.
Penderita merasa sakit bila giginya beradu. Terkadang disertai demam.
Sekeliling ginggiva jadi membesar, merah, edema, dengan permukaan yang lembut dan
mengkilat
Gigi sensitive bila diperkusi
Eksudat purulent bias dikeluarkan dengan pembukaan pocket
Efek sistemik termasuk malaise, demam, dan pembengkakan kelenjar limph regional
Abses bisa tampak sebagai peninggian yang melingkar pada ginggiva
Sakit berdenyut, dan menyebabkan sakit yang menyebar
Periodontal pocket sering dalam dan biasanya berhubungan dengan abses itu. Ini dapat
dicatat dengan pemeriksaan periodontal
2.2.3. Karateristik Klinis
Abses periodontal Akut:
Sekitar gingiva membesar, berwarna merah, oedem dan ada rasa sakit dengan sentuhan
yang lembut, permukaan gingiva mengkilat.
Biasanya terjadi kegoyahan gigi
Gigi sensitive terhadap perkusi
Ada eksudat purulen
Secara sistemis memperlihatkan adanya malaise, demam dan pembengkaan limponodi.
Kadang-kadang wajah dan bibir juga terlihat membengkak
Adanya rasa sakit pada daerah yang membengkak
Abses Periodontal Kronis:
Biasanya asimtomatik meskipun kadang-kadang merupakan lanjutan dari fase akut.
2.2.4. Gejala Klinis
Gejala umum General
Sehat atau tidaknya seseorang : gejala dapat menunjukkan adanya penyakit sistemik yang
sedang terjadi, kemampuansistem imun, umur yang ekstrim, distress,kelelahan.
Gejala atau tanda diluar mulut
Wajah yang simetris, bengkak, kemerahan, tidak tetap, sinus, trismus dan pemeriksaan
nodus nodus limfa pada bagian leher
Tanda tanda didalam gigi termasuk pemeriksaan mukosa oral dan dentin :
bengkak gingival kemerahan, adanya nyeri tekanan
spontan supurasi (pernanahan secara spontan), tekanan pada bagian sinus
gigi yang bergerak, peninggian dan perkusi gigi ditemukan perlunakkan (1,13)
Nilai status kebersihan gigi
Periksa bagian periodontium termasuk pemeriksaan screening bagian periodontal.
2.2.4.1. Tes Radiografi (X-Ray)
Radiografi bagian dalam gigi, termasuk dibagian periapical dan pandangan vertikal sisi
sayap kunyahan, digunakan untuk menilai hilangnya tulang marginal dan menilai kondisi
periapikal pada gigi-gigi yang terlibat. Titik gutta percha terdapat pada tembusan sinus
memungkinkan untuk terdapat sumber abses.
Radiografi gigi(periapikal,bitewing dan OPG) biasanya figunakan untuk mensurvey
secara umum dari hilang tulang marginal pada seluruh gigi(12)
Gambaran radiologis Abses Periodontal :
Gambaran radiolusen berbatas difus di sekitar akar gigi.
Biasanya melibatkan penurunan (resorbsi) tulang alveolar
Lamina Dura melebar
Terjadi pelebaran membran periodontal
2.2.4.2. Test Vitalitas Pulpa
Tes pulpa dengan panas atau dengan kelistrikan dapat dilakukan untuk mengukur
vitalitas kinerja dari pulpa (7)
2.2.4.3. Tes Mikronial
Sample dari nanah di sinus,di abses atau dari sulkus gingival dapat dikirim ke bagian
mikrobiologi untuk dikultur dan diuji sentivitasnya (12)
2.2.4.4. Lainnya
Pengukuran status diabetika dengan menggunakan tes gula darah acak,gula darah puasa
atau glikosalisilat jika ada indikasi.(12)
2.2.4.5. Pengobatan & Perawatan
Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gigi adalah mengikuti perawatan gigi.
Dokter gigi akan mengobati abses dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dokter
gigi akan mengeluarkan nanah (pus), dan secara menyeluruh membersihkan periodontal
pocket. Kemudian melicinkan permukaan akar gigi dengan scaling dan garis gusi untuk
membantu penyembuhan dan mencegah infeksi/peradangan lebih lanjut
Jika infeksi berulang, anda harus mengunjungi dokter ahli bedah untuk yang dapat
membentuk kembali jaringan gusi untuk selamanya dan memindahkan periodontal pocket.
Pada pengobatan periodontal abses ada beberapa langkah yaitu :
Diagnosa yang benar adalah penting sebab periodontal abses mungkin juga salah diagnosa
seperti periapical abses dan oleh karena itu salah therapy. Diagnosa yang bergantung pada
penemuan klinis, penemuan radiography, dan pemeriksaan pulpa.
Prinsip terapi pada periodontal abses yaitu menstabilkan drainase inflamasi. Drainase pada
periodontal abses lebih mudah dikeluarkan, dapat menggunakan sonde tumpul. Sonde
tumpul dimasukkan perlahan pada ruang periodontal gigi sampai ke tempat abses. Pada
saat memasukkan sonde tumpul dibutuhkan anestesi untuk menghlangkan rasa sakit
selama menjalani prosedur tersebut. Tindakan bedah dapat dilakukan dengan menginsisi
gusi pada daerah periodontal untuk mempermudah drainase. Tindakan bedah ini harus
dilakukan hati-hati dan menghindari kerusakan dari jaringan periodontal yang lain. Hal ini
harus diperhatikan karena jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap
tertanam pada tulang rahang. Jadi diusahakan insisi pada daerah periodontal tidak
dilakukan secara sembarangan.
Terapi yang dilakukan :
Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat besarnya kerusakan tulang dan melihat
prognosisnya
Drainase pus
Pemberian antibiotik
Pembersihan plak dan kalkulus
Memperbaiki kerusakan jaringan periodontal dan meningkatkan kebersihan mulut
2.2.5. Dental Procedures
Managemen abses periodontal termasuk menghilangkan debridemen dan pembuatan
drainase untuk pus. Terapi antimikrobial adalah penting ketika terjadi penyebaran penyakit
secara lokal maupun sistemik .Pencabutan gigi mungkin perlu dilakukan jika terapi antimikrobial
gagal dilakukan. Tahap perawatan abses periodontal adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : tahap pertama yang paling penting dalam penatakalaksanaan abses adalah
mengurangi abses dan radang yang akut itu dengan cara melakukan kuretase atau membuat
garis insisi pada abses dan didrainase nanah yang berisi bakteri. Prosedur ini pada umumnya
dilakukan apabila sudah di anaestesi lokal terlebih dahulu, sehingga area yang sakit akan mati
rasa. Pencabutan gigi diperlukan untuk melengkapi drainase eksudat purulen. Terapi antibiotic
adalah indikasi dimana demam atau lymphadenopathy servical terjadi.
Tahap 2 : tahap kedua yaitu pengurangan pocket untuk mengangkat jaringan granulasi
yang menyebabkan abses. Biasanya dengan cara bedah flap periodontal. Hal ini dapat
menyelesaikan secara efisien pada perawatan periodontal. Penyesuaian oclusal dan splinting
perlu dilakukan. Jika abses telah melibatkan jaringan periodontal dan apex dari gigi, edodontic
seperti halnya perawatan periodontal diperlukan untuk berlangsungnya penyembuhan.
Pembersihan plaque dan kalkulus. Memperbaiki kerusakan jaringan periodontal dan
meningkatkan kebersihan mulut.
Tahap 3 : Terapi dengan antibiotik bila abses menyebabkan demam atau limfadenopati.
Jika terdapat abses gigi, dan tidak sempat ke dokter gigi dengan segera. Dalam kasus ini, dokter
dapat memberi nasihat tentang obat penghilang sakit (analgesics)
Analgesics (Painkillers)
Abses gigi sangat nyeri, tetapi dapat digunakan obat penghilang sakit (analgesics), yang
tersedia di apotik, untuk mengurangi nyeri ketika menunggu perawatan dari dokter gigi. Selalu
membaca dan mengikuti informasi pada paket tentang berapa banyak untuk mengambil dan
seberapa sering, dan hati-hati untuk penggunaan dosis maximum.
Perlu diketahui bahwa obat penghilang sakit tidak bisa menyembuhkan abses gigi.
Analgesics ini biasanya digunakan untuk penundaan perawatan abses gigi.
Ikuti petunjuk di bawah tentang cara pemakaian analgesics dengan aman.
Jangan memakai ibuprofen jika menderita asma, atau jika kamu mempunyai, atau pernah
mempunyai ulcergastric.
Jangan terlalu sering memakai obat penghilang sakit di satu waktu tanpa lebih dulu
berkonsultasi dengan dokter, perawat, healthcare profesional lainnya. Ini dapat berbahaya
sebab banyak orang over-the-counter ( OTC) produk berisi obat penghilang sakit serupa,
seperti paracetamol atau ibuprofen dengan atau tanpa codeine, dan terlalu banyak
kombinasi produk.
Ibuprofen dan paracetamol, kedua-duanya tersedia dalam bentuk sirup untuk anak anak.
Aspirin tidak cocok untuk anak-anak di bawah [umur/zaman] 16
Untuk ibu hamil dan menyusui baik digunakan paracetamol
Jika nyeri hebat, dokter boleh menentukan analgesics yang lebih kuat, seperti codeine
fosfat. Sebagai alternatif, jika sedang mengkonsumsi codeine dosis rendah, dokter boleh
menyarankan meningkatkan dosis itu. Bagaimanapun, anda tidak boleh meningkatkan
dosis obat penghilang sakit kecuali jika disuruh oleh dokter.
Ada beberapa yang dapat dilakukan untuk membatasi nyeri dan tekanan
pada abses gigi sampai anda dapat mengunjungi dokter gigi, meliputi :
Hindari makanan dan minuman yang terlalu dingin atau terlalu panas,
Makan makanan lunak,
Makan dengan menggunakan sisi yang berlawanan dari abses, dan
penggunaan sikat gigi yang lembut dan serat halus seperti sutra di sekitar gigi yang sakit.
Antibiotics
Antibiotik untuk abses gigi digunakan untuk mencegah penyebaran infeksi, dan dapat
dipakai bersama anaigesics (painkiller).
Dapat diberikan antibiotik, seperti amoxicillin atau metronidazole, jika :
wajah bengkak, ini menunjukkan infeksi atau peradangan menyebar ke area sekelilingnya,
terlihat tanda-tanda dari infeksi berat, seperti demam atau pembengkakan kelenjar,
Daya tahan tubuh menurun, seperti orang yang telah dichemotherapi, atau seperti infeksi
HIV positif,
Peningkatan faktor resiko, seperti diabetes millitus, dan resiko endocarditis.
Antibiotik tidak harus digunakan untuk penundaan perawatan gigi. Anda harus
mengunjungi dokter gigi jika anda mempunyai abses gigi.
Dalam stadium periostal meningkat tinggi dan sub periostal dilakukan trepanasi untuk
mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk, kemudian diberikan obat-obatan
antibiotika, anti inflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia. Dengan cara ini diharapkan
abses tidak meluas dan dapat sembuh
Dalam stadium serosa dianjurkan untuk kumur-kumur air garam hangat kuku dan
kompres panas, supaya abses masuk kearah rongga mulut.
Dalam stadium submukosa dan subkutan dimana sudah terjadi fluktuasi maka dilakukan
insisi dan dimasukkan kain gaas steril atau rubber-dam sebagai drainase, kemudian diberikan
obat-obatan antibiotika, antiinflamasi, antipiretika, analgesika dan roboransia.
Pencabutan gigi yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya dilakukan sesudah
pembengkakan sembuh dan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang
akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dapat
menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis.
2.2.6. Pencegahan & Penyuluhan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada periodontal abses yaitu :
Pasien diabetes mellitus dengan periodontitis perlu mendapat perawatan medis pasti yang
cepat dan terapi periodontal, sebab mereka khusus yang peka terhadap perkembangan
periodontal abses.
Pasien dengan periodontal pocket atau yang potensial periodontal pocket harus diamati
dan ditetapkan program control dan harus selalau diingatkannya.
Pengurangan pocket secara efektif dan pembasan trauma oclusal seharusnya dilakukan.
Penyuluhan pada pasien tentang periodontal abses penting diberikan meliputi :
Penyebab dan mekanisme kondisi ini harus diterangkan kepada pasien
Antibiotic sistemik mungkin diperlukan dan harus sesuai dengan ketentuan
Pasien harus kerkumur-kumur dengan air hangat setiap 2 jam
2.2.7. Komplikasi
Gigi tercabut.
Infeksi kejaringan lunak (selulitis fasial, angina Ludwig).
Infeksi kejaringan tulang (osteomielitis mandibula atau maksila).
Infeksi ke bagian tubuh lain menyebabkan abses serebral, endokarditis, pneumonia, dll.
Dapat terjadi sepsis
Bab II
Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa periodontal abses
merupakan suatu inflamasi yang mengandung nanah dijaringan periodontal, yang bisa bersifat
kronis atau akut. Penyebab radang yang utama pada abses akut adalah polymorphonuclear
leukocyte dan pada abses kronis adalah lymphosyte. Periodontal abses ini terjadi karena
beberapa factor iritasi yang menyebabkan terjadinya periodontal abses tersebut, termasuk
diantaranya seperti plak, kalkulus, invasi bakteri, impaksi makanan dan trauma jaringan.
Periodontal abses dapat di diagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiography,
dengan pengobatan seperti antibiotic juga dengan tindakan seperti drainase maka periodontal
dapat diatasi walaupun prognosanya tergantung pada jumlah dan jenis kerusakan tulang, posisi
gigi dan abses dan mobilitas dari gigi tersebut.
Daftar Pustaka
1. Consensus report: Abscesses of the periodontium Ann. Periodontol pg. 83, Vol. 4. no. 1.
Dec. 1999
2. Carranza FJ (1990). Glickman’s Clinical Periodontology. 7th edition. Philadelphia: WB,
Saunders Company.
3. Dewitt GV, Cobb CM & Killoy WJ (1985) The acute periodontal abscess: microbial
penetration of tissue wall. Int. J Periodontics & Restorative Dentistry I;39:51
4. Kareha MJ, Rosenberg Es & DeHaven H (1981). Therapeutic considerations in the
management of a periodontal abscess with an intrabony defect. Journal of Clinical
Periodontology 8; 375-386.
5. Dello Russo MM (1985). The post-prophylaxis periodontal abscess: etiology and treatment.
International Journal of Periodontics and Restorative Dentistry1; 29-37.
6. Helovuo H, Hakkarainen K & Paunio K (1993). Changes in the prevalence of subgingival
enteric rods, staphylococci and yeasts after treatment with penicillin and erythromycin.
Oral Microbiology and Immunology 8; 75-79.
7. Jacobsen P. Restorative Dentistry- an integrated approach. Wright, 1998
8. Chen RJ, Yang JF & Chao TC (1990). Invaginated tooth associated with periodontal abscess.
Oral Surgery Oral Medicine Oral Pathology 69; 659.
9. Goose DH (1981). Cracked tooth syndrome. British Dental Journal 150; 224-225.
10. Ishikawa L, Oda S, Havashi I & Arakawa S (1996). Cervical cemental tear in older patients
with adult periodontitis. Case reports. J Periodontol 67,15-20
11. Yusof VZ & Ghazali MN (1989). Multiple external root resorption. Journal of the American
Dental Association 118; 453-455. 12. Wilson TG, Kornman KS, Newman MG. Advances in Periodontics. Quintessence Publishing
Co, Inc 1992
13. Ainamo J, Barmes D, Beagrie G, et al. Development of the World Health Organization
(WHO) Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN). Int Dent J 32:281, 1982.
14. http://dewisuminar.blogspot.com/
15. http://www.scribd.com/doc/37840170/Abses-Periodontal
16. http://www.scribd.com/doc/13081270/Abses-Gigi
17. http://adi-along.blog.friendster.com/2008/07/dental-abses/
18. http://shehae.blogspot.com/2009/01/penyebaran-infeksi-pada-jaringan_28.html