Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

25
Peran Tes Inteligensi dalam Dunia Pendidikan diposting oleh tommy_firmanda-fpsi09 pada 16 April 2012 di Tugas - 0 komentar A. PENDAHULUAN Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang pendidikan. Selain perkembangan, juga tidak bisa dikesampingkan bahwa masih ada permasalahan-permasalahan pendidikan yang belum dapat diselesaikan atau dioptimalkan. Perlu adanya pemetaan permasalahan pendidikan di Indonesia sehingga bisa dilakukan evaluasi dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Di balik perkembangan pendidikan yang cukup pesat ini, ternyata masih ada beberapa hal yang masih belum berubah seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu hal yang dalam aplikasi pendidikan masih belum berubah adalah pendidikan di Indonesia masih mengedepankan faktor inteligensi. Inteligensi memang menjadi isu yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Contohnya inteligensi yang masih menjadi bahan pertimbangan dalam bidang pendidikan masih mengutamakan inteligensi analitik atau dalam teori multiple intelligence Gardner disebut sebagai Logical Mathematical Intelligence, sedangkan inteligensi lain dikesampingkan. Kenyataannya, intelegensi analitik tidak melahirkan banyak selain dari konsep-konsep pengetahun, sementara karakter individu berbeda antar satu dan yang lainnya dalam hal kemampuan. Banyak individu yang berkompetensi dari intelegensi kreatif dan praktis, namun jika disekolah tidak diseimbangkan penerapan intelegensi-intelegensi tersebut pada peserta didik, maka perubahan progressif pendidikan akan mengalami perubahan yang sangat lambat. Intellgensi harus diterapkan dalam proses pembelajaran dalam setiap tingkatan di sekolah bahkan sampai perguruan tinggi, baik itu intelegensi umum (analitis, kreatif, praktis), maupun 8 intelegensi khusus dan intelegensi emosional. Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling keterkaitan. Di mana biasanya anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan memiliki prestasi yang baik di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan. Sejalan dengan penjelasan di atas, inteligensi menjadi sebuah indikator yang valid terkait dengan kecerdasan akademik / verbal, namun bukan kecerdasan dalam arti yang umum (Weiten, 1992) karena itu inteligensi masih menjadi aspek utama atau trend dalam bidang pendidikan di samping aspek- aspek lainnya. Inteligensi yang dideskripsikan dalam bentuk IQ dalam dunia pendidikan digunakan untuk : 1. Untuk mempredikasi kemampuan belajar peserta didik 2. Untuk menentukan apakah seorang anak termasuk gifted atau retardasi mental 3. Untuk prediksi kesulitan belajar peserta didik 4. Skor individu dalam tes masuk Perguruan Tinggi seperti skor MCAT, GRE, dan LSAT berkorelasi positif dengan skor inteligensi 5. Skor tes inteligensi dapat memprediksi waktu dalam menyelesaikan pendidikan seseoranng 6. Dalam lingkkup yang lebih kecil, dapat memprediksi status pendidikan dan pendapatan Terkaitt dengan penjelasan di atas, alasan sekolah menggunakan inteligensi sebagai prediktor melalui tes inteligensi adalah karena anak-anak dengan skor yang tinggi pada tes inteligensi akan dapat belajar lebih baik dibanding anak-anak yang memiliki skor yang lebih rendah. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar . Meskipun begitu, pembelajaran yang sukses tergantung pada banyak karakteristik dari individu selain inteligensi, meliputi memori,

description

dunia pendidikan

Transcript of Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Page 1: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Peran Tes Inteligensi dalam Dunia Pendidikan

diposting oleh tommy_firmanda-fpsi09 pada 16 April 2012di Tugas - 0 komentarA. PENDAHULUANIndonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang pendidikan. Selain perkembangan, juga tidak bisa dikesampingkan bahwa masih ada permasalahan-permasalahan pendidikan yang belum dapat diselesaikan atau dioptimalkan. Perlu adanya pemetaan permasalahan pendidikan di Indonesia sehingga bisa dilakukan evaluasi dan perbaikan ke arah yang lebih baik.Di balik perkembangan pendidikan yang cukup pesat ini, ternyata masih ada beberapa hal yang masih belum berubah seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu hal yang dalam aplikasi pendidikan masih belum berubah adalah pendidikan di Indonesia masih mengedepankan faktor inteligensi. Inteligensi memang menjadi isu yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Contohnya inteligensi yang masih menjadi bahan pertimbangan dalam bidang pendidikan masih mengutamakan inteligensi analitik atau dalam teori multiple intelligence Gardner disebut sebagai Logical Mathematical Intelligence, sedangkan inteligensi lain dikesampingkan.  Kenyataannya,  intelegensi analitik tidak melahirkan banyak selain dari konsep-konsep pengetahun, sementara karakter individu berbeda antar satu dan yang lainnya dalam hal kemampuan. Banyak individu yang berkompetensi dari intelegensi kreatif dan praktis, namun jika disekolah tidak diseimbangkan penerapan intelegensi-intelegensi tersebut pada peserta didik, maka perubahan progressif pendidikan akan mengalami perubahan yang sangat lambat.Intellgensi harus diterapkan dalam proses pembelajaran dalam setiap tingkatan di sekolah bahkan sampai perguruan tinggi, baik itu intelegensi umum (analitis, kreatif, praktis), maupun 8 intelegensi khusus dan intelegensi emosional. Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling keterkaitan. Di mana biasanya anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan memiliki prestasi yang baik di kelasnya, dan dengan prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan.Sejalan dengan penjelasan di atas, inteligensi menjadi sebuah indikator yang valid terkait dengan kecerdasan akademik / verbal, namun  bukan kecerdasan dalam arti yang umum (Weiten, 1992) karena itu inteligensi masih menjadi aspek utama atau trend dalam bidang pendidikan di samping aspek-aspek lainnya. Inteligensi yang dideskripsikan dalam bentuk IQ dalam dunia pendidikan digunakan untuk :

1. Untuk mempredikasi kemampuan belajar peserta didik2. Untuk menentukan apakah seorang anak termasuk gifted atau retardasi mental3. Untuk prediksi kesulitan belajar peserta didik4. Skor individu dalam tes masuk Perguruan Tinggi seperti skor MCAT, GRE, dan LSAT berkorelasi positif

dengan skor inteligensi5. Skor tes inteligensi dapat memprediksi waktu dalam menyelesaikan pendidikan seseoranng6. Dalam lingkkup yang lebih kecil,  dapat memprediksi status pendidikan dan pendapatan

Terkaitt dengan penjelasan di atas, alasan sekolah menggunakan inteligensi sebagai prediktor melalui tes inteligensi adalah karena anak-anak dengan skor yang tinggi pada tes inteligensi akan dapat belajar lebih baik dibanding anak-anak yang memiliki skor yang lebih rendah. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar . Meskipun begitu, pembelajaran yang sukses tergantung pada banyak karakteristik dari individu selain inteligensi, meliputi memori, ketekunan, minat sekolah, dan kemauan untuk belajar atau motivasi dan faktor-faktor lainnya seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.Namun perlu diperhatikan bahwa intelegensi itu tidak sama dengan apa yang disebut IQ (Intelligence Quotient) di mana masyarakat masih sering salah interpretasi. Menurut Claparde dan Stern (dalam Sutrisna, 2011), inteligensi merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru. Sedangkan

Page 2: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

menurut Weschler (1980) mendefinisikan intelegensi sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya pada awalnya. Namun pada perkembangannya ia mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Lalu apakah perbedaan antara inteligensi dan IQ?Tes inteligensi sebenarnya sudah sejak lama ditemukan, tepatnya Cattel pada tahun 1890, menemukan cikal bakal tes inteligensi yang disebutnya tes mental. Pada dasarnya tes mental temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton, namun menurut Cattel tidak mungkin dibedakan antara energi mental dan energi jasmani. Oleh karena itu Cattel membuat tes sendiri yang kemudian hal ini mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan tes psikologi di masa-masa berikutnya.Alfred Binet merupakan tokoh yang pertama kali menciptakan tes intelegensi. Ia dan rekannya Henry menerbitkan sebuah ulasan riset mengenai perbedaan individu di Amerika dan Jerman, yang kemudian menghasilkan kesimpulan bahwa cara terbaik untuk melihat kepandaian adalah dengan melihat proses mental yang lebih tinggi yaitu memori, penalaran dan penilaian praktis. Tahun 1905, Binet dan Simon mengembangkan penggunaan tes intelegensi di Paris, dengan 30 aitem  yang berfungsi mengidentifikasi kemampuan sekolah anak. Tahun 1908, Binet dan Simon mengadakan revisi, selanjutnya tahun 1911. Tahun 1912, Stren membagi mental age dengan cronological age sehingga muncul konsep IQ hingga direvisi pada tahun 1916 oleh L.M. Terman (Stanford University – USA) dengan tes inteligensi yang kita kenal saat ini dengan nama Tes Stanford-Binet.Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ inilah yang merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang dimaksud Binet sebagai konsep IQ. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.Jika dalam pembahasan sebelumnya telah dipaparkan mengnai fungsi IQ yang sangat berguna dalam dunia pendidikan, namun di Indonesia pandangan tersebut tidak dapat begitu saja diterima karena  menurut pendapat Haditono (2004) yang mengatakan jika inteligensi yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan pendidikan di sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Kurangnya fasilitas belajar2. Kurangnya stimulasi mental dari orangtua, terutama orangtua yang berpendidikan rendah3. Kurangnya gizi selama masa prenatal maupun postnatal

Meskipun banyak faktor lain yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap IQ seseorang, namun saat ini sekolah-sekolah umum terutama formal, masih menggunakan IQ sebagai standar agar seorang siswa dapat bersekolah atau masuk ke dalam sekolah tersebut. Bagaimana dengan pendidikan khusus? B.     PERAN TES INTELIGENSI DALAM PENDIDIKAN KHUSUSInteligensi tidak hanya berperan dalam pendidikan formal maupun informal yang diperuntukkan anak-anak ‘normal’ saja, namun juga bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Melalui pendidikan khusus baik Sekolah Khusus maupun inklusi, pemerintah berusaha memberi fasilitas atau layanan lhusus agar para penyandang disabilitas ini bisa memperoleh hak yang sama dalam pendidikan. Lalu bagaimana inteligensi dapat berperan dalam pendidikan khusus ini?Jika kita bayangkan, tanpa adanya tes inteligensi lalu kita menerima semua anak tanpa tersaring dalam sebuah sekolah. Apa yang terjadi? Mereka yang berkebutuhan khusus akan mengalami kesulitan dalam proses belajar karena guru maupun sekolah tidak mengetahui jika mereka berkebutuhan khusus. Karena itu tes inteligensi menjadi satu aspek yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan anak-anak yang berkebutuhan khusus tersebut.Beberapa jenis kebutuhan khusus memasukkan tingkat inteligensi atau IQ sebagai dasar untuk menentukan diagnosa. Misalnya saja pada anak berkesulitan belajar (learning disabilities), tuna grahita/retardasi mental, atau

Page 3: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

anak-anak berbakat/cerdas istimewa (gifted/talented). Beberapa kasus di sekolah menunjukkan jika anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (misalnya tunagrahita/RM ringin atau anak slow learner) sepintas tampak tidak berbeda dengan anak-anak normal lainnya terutama dalam hal fisik. Akibatnya anak-anak dengan jenis kebutuhan khusus ini tidak terlayani pendidikannya padahal mereka juga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus untuk mengoptimalkan potensi mereka. Kesimpulannya, tes inteligensi dalam pendidikan khusus bermanfaat untuk mengidentifikasi anak-anak berkebutuhan khusus sehingga dapat diketahui jenis kebutuhan khususnya dan pihak sekolah dapat memberikan layanan yang sesuai untuk anak tersebut. C.     PERAN INTELIGENSI DALAM PENDIDIKAN USIA DINIMasa usia emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada masa usia prasekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Sesuai dengan hasil penelitian Depdiknas  yang menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun, kecerdasan anak mencapai 50 persen. Sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas kecerdasan anak yang sudah terbangun mencapai 80 persen. Kecerdasan baru mencapai 100 persen setelah anak berusia 18. Karena itu, pendidikan pada usia dini sangat penting untuk membantu anak mengembangkan kecerdasannya dan erkembangan kognitif anak harus mendapat stimulasi agar dapat berkembang secara optimal.Berbagai penelitian juga menyimpulkan, perkembangan yang diperoleh pada masa usia dini sangat memengaruhi perkembangan anak pada tahap-tahap perkembangan  berikutnya dan meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasanya. Pendidikan usia dini bukan hanya memiliki fungsi strategis, tetapi juga mendasar dan memiliki andil memberi dasar kepribadian anak dalam sikap, perilaku, daya cipta dan kreativitas, serta kecerdasan kepada calon-calon SDM masa depan. Sejak lahir seorang anak telah memiliki lebih kurang 100 miliar sel otak, sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan agar terus berkembang jumlahnya. Pertumbuhan otak anak ditentukan bagaimana cara orangtua mengasuh dan memberikan gizi serta memberikan stimulasi pendidikan.IQ dapat diukur dengan mengggunakan alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal, termasuk memori, bahasa, problem solving, pemahaman konsep, persepsi, pengolahan infomasi, kemampuan berhitung dan kemampuan abstraksi. Namun, semua hasil tes ini bersifat sementara/temporer karena hasil tes IQ yang baik juga bergantung pada beberapa faktor lain, misalnya latihan stimulasi dan kondisi fisik yang dialami anak.Pada perkembangannya, IQ tinggi bukan menjadi jaminan keberhasilan seorang anak di masa depan. Karena tes IQ hanya mengukur kapasitas kecerdasan logika dan bahasa atau verbal anak. Bahkan, para ahli memperkirakan IQ hanya menyumbang 20 persen dari keberhasilan seseorang menjalani profesinya setelah lulus sekolah, sedangkan faktor lainnya lebih banyak dipengaruhi leh faktor kecerdasan emosi, kepribadian dan hal lainnya.Berdasarkan penjelasan di atas, dalam pendidikan anak usia dini atau prasekolah, inteligensi yang terkait dengan perkembangan kognitif anak merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus distimulasi agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Tes IQ bermanfaat untuk mengukur sejauh mana perkembangan inteligensi atau kognitif anak telah berkembang sehingga bisa dilakukan tindakan atau layanan pendidikan yang sesuai jika ditemukan adanya hambatan maupun kelebihan seperti yang dimiliki oleh anak gifted.

Page 4: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

1. Jenis-Jenis Tes InteligensiAda berbagai jenis tes inteligensi. Ada tes inteligensi untuk anak, ada tes inteligensi untuk orang dewasa. Ada yang diberikan secara individual, ada yang secara kelompok. Ada yang diberikan secara lisan dan ada yang secara tertulis.Dalam kenyataannya, apa yang diukur oleh suatu tes inteligensi belum tentu sama dengan apa yang diukur tes inteligensi yang lain, sekalipun keduanya bermaksud mengukur inteligensi. Hal ini disebabkan karena ada kemungkinan landasan teori tentang inteligensi dari tes inteligensi yang satu berbeda dengan landasan teori dari tes inteligensi yang lain. Ada kemungkinan juga dasar pengukuran yang digunakan berbeda.Sehubungan dengan apa yang diukur oleh tes inteligensi ada beberapa jenis tes inteligensi:

1. Tes inteligensi umum yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum yang mengenai taraf inteligensi umum dari seseorang.

2. Tes inteligensi khusus yang hanya memberikan keterangan yang satu segi atau faktor yang spesifik dari inteligensi (tes bakat khusus)

3. Tes inteligensi differensial yang memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang di dalam berbagai-bagai segi atau faktor inteligensi yang memungkinkan didapatnya profil atau gambaran segi-segi kekuatan dan kelemahan dari berfungsinya inteligensi seseorang.Dengan demikian jelas bahwa tes inteligensi yang biasanya dianggap hanya mengukur inteligensi umum, tidak demikian adanya.Tes inteligensi umum yang bertujuan memberikan gambaran tentang taraf inteligensi umum seseorang pada umumnya berdasarkan pada teori Spearman. Menurut Spearman pengukuran kemampuan umum yang terbaik adalah melalui persoalan-persoalan yang membutuhkan kemampuan menalar yang abstrak. Tes inteligensi defferensial memberikan keterangan tentang

Page 5: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

kemampuan di dalam satu atau berbagai segi atau faktor intilegensi yang pada umumnya di dasarkan pada teori.Berbeda dengan tes inteligensi umum yang hanya memberikan keterangan tentang taraf inteligensi umum, maka tes inteligensi differensial memungkinkan untuk mengukur segi atau faktor inteligensi yang bermacam-macam sehingga dapat memperhatikan segi-segi kekuatan dan kelemahan dari berfungsinya inteligensi seseorang. Sehingga dapat dilihat bahwa si A kemampuan inteligensinya tingga, tetapi kemampuan mengenai angka rendah. Si B kemampuan mengenai angka tinggi, kemampuan ingatannya juga tinggi, tetapi kemampuan verbalnya rendah.Di atas telah dikemukakan bahwa dasar pengukuran yang digunakan dapat berbeda-beda dari tes inteligensi yang satu dengan tes inteligensi yang lain. Misalnya tes inteligensi umum ada yang mendasarkan pengukurannya pada:

1. Usia mental (MA) = Mental Age.2. Skor atau nilai standar, berkisar 0 – 60 dan 0 – 100, dan

sebagainya.3. IQ (Inteligensi Quotient)

Mengenai IQ ini, harus berhati-hati dalam menafsirkannya, karena ada dua macam IQ yang berbeda, yaitu developmental IQ atau ratio IQ dan Deviation IQ, yang dasar pengukurannya berbeda. Mengenai hal IQ ini akan dibicarakan tersendiri dari dalam uraian selajutnya.Uraian-uraian mengenai tes inteligensi di atas menunjukkan bahwa jenis tes inteligensi, landasan teori, serta dasar pengukuran tes inteligensi dapat berbeda dari tes inteligensi yang satu dengan tes inteligensi yang lain, sehingga dalam penafsiran hasil tes inteligensi kita harus hati-hati.Untuk mencegah kekeliruan penafsiran harus diketahui norma dari tes inteligensi yang digunakan dalam pengukuran tersebut untuk dapat mengetahui landasan teori beserta dasar pengukurannya.Beberapa jenis tes inteligensi antara lain:

Page 6: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

1. Tes Binet Simon2. Tes WAIS (Wechsher Adult Intelligence Scale) dan WISC

(Wechsher Inteligence Scale For Children)3. Tes Progressive Matrices (Coloured Progressve Matrices, Standard

Progressive Matrices, dan Advance Progressve Matrices)4. CFIT (Culture Fair Inteligence Tes) dari Cattel.5. TIKI (Tes Inteligensi Kolektif Indonesia)6. Tes mengambar orang dari Florence L Gooddenough, ( DAM), dan

sebagainya.1. IQ (Intelligence Quotient)

Pada umumnya laporan dari hasil tes inteligensi akan dinyatakan dalam bentuk skala IQ. IQ adalah suatu skala atau nilai yang diperoleh melalui pengukuran tes inteligensi. Penafsirannya akan tergantung dari cara pengukuran yang dilakukan. Mengukur inteligensi tidaklah sama dengan mengukur panjang atau berat suatu benda, karena skala yang dipakai pada pengukuran panjang dan berat adalah skala ratio, sedangkan skala yang dipakai untuk mengukur ter IQ adalah skala interval.Skala interval mempunyai ciri-ciri:

1. Mempunyai satuan ukuran yang berjarak sama;2. Memupunyai titik nol perjanjian (titik nol yang relatif).

Pada skala interval memeng dapat dilakukan penjumlahan dan pengurangan skor akan tetapi karena titik nol-nya relatif, maka tidak dapat dilakukan perkalian dan pembagian. Nilai IQ tidak mempunyai arti mutlak, artinya tidak dapat dikatakan bahwa seorang yang mempunyai IQ = 150, berarti mempunyai inteligensi dua kali lipat dari seseorang yang IQnya = 75. Tidak juga dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengalami kenaikan IQ dari 100 menjadi 120, inteligensinya bertambah 20 %. IQ sebagai norma relatif sifatnya, ia menyatakan perbandingan hasil tes seseorang dengan persetasi rata-rata atau kelompok standar (IQ penyimpangan) atau ia menyatakan perbandingan hasil tes seseorang dengan presetasi kelompok yang sebaya (IQ

Page 7: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

perbandingan). Karena IQ merupakan suatu hasil pengukuran, ia juga dipengaruhi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran antara lain, tester yang melakukan pengukuran, alat tes yang dipakai, testi (anak yang mengerjakan tes) dan situasi pada saat pelaksanaan tes. Karena itu dalam mengartikan kemampuan umum (IQ) seseorang harus dilakukan dengan hati-hati, maka banyak faktor yang mempengaruhi pengukuran suatu IQ makin kurang dapat dipercaya.Dalam tes-tes psikologis (termasuk tes inteligensi), yang dijadikan skala untuk mengukur perbedaan-perbedaan individu disebut dengan norma. Norma dibuat berdasarkan prestasi dari suatu kelompok standar pada suatu tes psikologis tertentu sehingga norma antara tes yang satu dengan tes yang lain dapat berbeda-beda. Menghubungkan hasil tes seseorang dengan kelompok standar dimana ia dapat digolongkan ke dalam kelompok tersebut, merupakan suatu cara untuk dapat menafsirkan hasil tes (skor tes) anak. Namun suatu hal yang harus diingat bahwa kelompok yang prestasi hasil tesnya yang dijadikan norma haruslah betul-betul standar yang artinya kelompok tersebut harus mempunyai ciri-ciri yang sama/mewakili dari populasi yang menjadi tujuan penyusunan norma tersebut.

1. Macam-Macam Norma Tes Inteligensi  Pada umumnya dikenal dua macam norma pada tes inteligensi yaitu:

1. Norma perkembangan (developmental norms)Norma perkembangan dipakai pada tes-tes yang bertujuan untuk mengukur tingkat perkembangan seorang anak sebagai contoh norma yang dipakai dalam tes Binet Afired mengemukakan istilah umum mental untuk mengutahui tingkat perkembangan mental anak. Istilah tersebut menjadi populer dan kemudian oleh L.M.Terman (1911) di perkenalkan IQ perbandingan atau ratio IQ dengan cara membandingkan umum mental dengan umum kalender dengan rumus sebagai berikut:

Page 8: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

IQ sama dengan MA per CA kali 100, berdasarkan rumus anak yang umum mentalnya sama dengan umum kalendernya akan mendapatkan IQ= 100, Sehingga dapat dikatakan anak tersebut berkembang mentalnya normal. Konsep IQ perbandingan ternyata mempunyai beberapa kelemahan, sehingga perkembangan selanjutnya diganti IQ penyimpangan

2. Norma dalam kelompok (within group norms)Norma ini antara lain menghasilkan penyimpangan (deviation IQ). Disebut deviasi IQ karena perhitungannya berdasarkan besarnya penyimpanan seorang dari nilai rata-rata kelompok akan mendapatkan IQ =100, sedangkan anak yang hasil tesnya satu deviasi standar di atas nilai rata-rata akan mendapat IQ = 130 dan seterusnya. Seorang yang hasil tesnya satu deviasi standar di bawah rata-rata akan mendapat IQ = 85 dan seterusnya. Untuk jelasnya skala IQ penyimpangan dari Wechsler misalnya dapat digambarkan hubungan diantara berbagai jenis skor tes dalam distribusi norma sebagai berikut.Persentase terbesar di dalam kelompok terdapat pada IQ antara 85 dan 115, yaitu sebesar 68,26 %. Mereka itu dapat digolongkan orang-orang yang norma. Persentase terkecil terdapat pada kedua daerah diujung grafik, yaitu sebesar 0,13% atau hanya 13 orang dari 10.000 orang di mana mereka dapat digolongkan orang-orang luar biasa, yaitu orang-orang yang mendapat IQ = 145 ke atas orang-orang jenius, sedangkan orang-orang yang mendapat IQ = 65 ke bawah adalah orang-orang yang sangat terbelakang.Skala penyimpangan tersebut diatas dipergunakan pada tes WAIS maupun WISC berdasarkan pada skala ini, inteligensi dapat digolongkan seperti tabel berikut:Pengolongan IQ menurut Wechsier dan Depdikbud

Batas IQ pada setiap golongan

Pengolongan menurut wechsier

Pegolongan menurut depdikbud

128-ke atas Very supiori Sangat supior

Page 9: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

120-127 Supiori supior

111-119 Bring normal Di atas rata-rata

91-100 Average Rata-rata

80-90 Duil,normal Dibawah rata-rata

66-7965 ke bawah

BordelineMental defective

Lambat belajarKeterbelakangan mental

Apabila dilihat pengolongan inteligensi dari Wechsler tidak mengikuti batas-batas daerah seperti tertera pada grafik, tetapi penyimpangannya tidaklah banyak. Tiga golongan, yaitu Dull norma, Average dan Bright norma (dari IQ 80-IQ 119) mencakup daerah tengah 68,26% lebih sedikit. Jadi dalam populasi orang-orang yang termasuk ke dalam tiga golongan inteligensi tersebut adalah yang terbanyak.Disamping skala IQ dari Wechsler masih banyak tes inteligensi lain yang mempunyai skala IQ yang berbeda-beda misalnya skala IQ dari Terman, sehingga penafsiran IQ pada suatu tes tidak sama dengan penafsiran IQ pada tes yang lain.Berdasarkan pembahasan norma dan skala IQ dapat disimpulkan bahwa IQ sifatnya relatif, karena:

1. Skala IQ dibuat berdasarkan prestasi kelompok standar tertentu pada suatu tes inteligensi. Hal ini berarti bahwa skala IQ hanya berlaku pada populasi yang diwakili oleh kelompok standar tertentu.

2. Skala IQ tergantung dari tes yang digunakan.3. Norma tes termasuk skala IQ pada suatu saat dapat menjadi usang.

Misalnya karena adanya perubahan-perubahan sosial lainnya. Sehingga perlu sekali norma tes diteliti kembali setelah dipakai dalam jangka waktu tertentu.

1. Kegunaan Tes Inteligensi

Page 10: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Pada tahun 1905 di Paris, tes inteligensi anak yang pertama dari Alfred Binet dan Theodore Simon di susun berdasarkan kebutuhan guna membedakan anak-anak sekolah ke dalam golongan anak-anak norma dan anak-anak terbelakang materi. Sampai saat ini tes inteligensi umum masih digunakan untuk tujuan tersebut, yaitu utnuk mengadakan seleksi pendahuluan. Dengan seleksi ini dapat ditemukan secara disini anak-anak ini.Akhir-akhir ini, di samping anak-anak yang terbelakang mental, tes inteligensi juga mulai banyak digunakan untuk menemukan anak-anak yang memiliki kecerdasan yang sangat tinggi, jauh di atas anak rata-rata. Karena anak yang tinggi taraf inteligensinya cepat menangkap dan mengerti pelajaran-pelajaran, maka banyak waktu luang yang sering kali digunakan untuk mengganggu anak-anak lain. Untuk anak-anak golongan ini membutuhkan kelas khusus atau sekolah khusus.Tes inteligensi dapat pula digunakan untuk mendaignosis apa yang menjadi penyebab dari kegagalan anak di sekolah. Guru dan para orang tua anak di sekolah dasar yang pelajaranya kurang lancar dan prestasinya rendah sering menghadapi problema yang cukup membingungkan dan sulit, yaitu apakah prestasi rendah tersebut disebabkan oleh inteligensi anak yang rendah ataukah oleh faktor-faktor lain. Seperti kurangnya motivasi belajar, keadaan lingkungan yang buruk, baik keluarga maupun sekolah, atau kelainan-kelainan fisik seperti kelainan ketajaman penlihatan, pendengaran dan sebagainya.Untuk memecahkan persoalan-persoalan dan keluhan-keluhan semacam ini tes inteligensi dapat membantu menemukan penyebab rendahnya prestasi, khususnya kelainan terdapat pada bidang mental. Selain itu, tes inteligensi juga banyak di gunakan dalam seleksi misalnya dalam seleksi masuk suatu sekolah, baik pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Seleksi penerimaan murid baru ini dibutuhkan karena dalam kenyataannya:

1. Masih kekurangan sekolah, sehingga jumlah lulusan tidak sebanding dengan jumlah sekolah atau kelas yang tersedia.

Page 11: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

2. Mutu dan kriteria nilai rapor dari sekolah yang satu berbeda dengan sekolah yang lain.Untuk keperluan seleksi, tujuan utama adalah memilih anak yang terbaik sesuai kebutuhan sekolah di antara pelamar dengan mengunakan alat yang telah distandardisir, valid, dan variabel, dalam hal ini tes inteligensi umum, dengan mencari suatu patokan nilai yang akan menentukan anak yang dapat diterima dan anak yang tidak dapat diterima.Untuk keperluan penjurusan atau penyaluran dalam pendidikan, seperti dalam jurusan IPA,IPS, dan Bahasa di SMU dan sekolah kejurusan (SMK) serta penentuan apakah seseorang sesuai atau kurang sesuai untuk suatu pekerjaan tertentu sebaiknya tidak hanya menggunakan tes inteligensi umum saja, tetapi menggunakan tes psikologis lain seperti tes inteligensi differensial yang memberikan gambaran tentang kemampuan didalam faktor-faktor interligensi yang bermacam-macam, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, dan sebagainya.Keberhasilan seseorang di dalam pendidikan atau pekerjaan tidak hanya ditentukan oleh taraf inteligensi saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor lingkungan, kepribadian, motivasi, dan minat. Memang secara umum dikatakan bahwa kemungkinan berhasil pada suatu pendidikan bagi seseorang yang mempunyai taraf inteligensi yang tinggi adalah lebih besar dari pada kemungkinan keberhasilan bagi anak yang mempunyai taraf inteligensi yang lebih rendah, tetapi tidak selalu taraf inteligensi searah dengan prestasi belajar. Karena itu taraf inteligensi yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan seseorang, bila tidak didukung oleh kecerdasan emosional dan faktor-faktor lainya. Dari hasil-hasil penelitian terbukti hanya sekitar 20% sumbangan faktor inteligensi terhadap keberhasilan seseorang dalam studinya, maupun dalam pekerjaanya.

Page 12: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

.BAB IIIPENUTUP

1. KesimpulanAdapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pengertian inteligensi merupakan salah satu konsep yang mempelajari psikologi mencakup istilah yang meliputi: pandai, cakap, pintar dan cerdas.

2. Faktor-faktor yang terdapat dalam inteligensi menurut para ahli yaitu adalah sebagai berikut:

3. Charles Spearman4. Burt5. Thurstone6. Thomson7. Sejarah perkembangan tes inteligensi ini ada seorang ilmuwan dari

negara prancis yang bernama Alfred Binet ia meneliti pengukuran inteligensi seorang anak yang cerdas dengan anak yang keterbelakangan mental.

8. Jenis-jenis tes inteligensi ada berbagai jenis tes inteligensi untuk anak, ada tes inteligensi untuk orang dewasa. Ada yang diberikan secara individual, ada yang secara kelompok

9. IQ adalah suatu skala atau nilai yang diperoleh melalui pengukuran tes inteligensi. Penafsirannya akan tergantung dari cara pengukuran yang dilakukan

10. Ada dua macam norma pada tes inteligensi yaitu:11. Norma perkembangan (developmental norms).12. Norma dalam kelompok (within group norms).13. tes inteligensi juga mulai banyak digunakan untuk

menemukan anak-anak yang memiliki kecerdasan yang sangat tinggi, jauh di atas anak rata-rata.

14. SaranSebagai saran dari makalah tersebut adalah sebagai berikut:

Page 13: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

1. Apabila seorang guru atau konselor sudah menemukan inteligensi peserta didik maka harus memberikan bimbingan belajar yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap peserta didik dapat belajar dengan efisien dan mencapai pertimbangan yang optimal.

2. Seorang guru konselor harus meningkatkan pendidikan untuk anak didik demi masa depan yang lebih baik.

3. Seorang guru harus bisa mengetahui latar belakang peserta didik karena salah satu faktor membuat siswa bermasalah.

4. Seorang guru harus mampu membangun komunikasi dengan baik sehingga inteligensinya peserta didik dapat bertumbuh dan berkembang positif.DAFTAR PUSTAKA

Penggolongan Legkap Tingkat Intelegent Quotient (IQ) ManusiaPosted on Maret 16, 2014by The Children Indonesia

Intelegent quotient atau IQ ialah angka yang mana menjelaskan tingkat kecerdasan seseorang yang dibandingkan dengan sesamanya dalam satu populasi. Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (bahasa Inggris:intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis.Bagaimana caranya mengetahui tingkat IQ (Intellegent Quotient) seseorang ? Umumnya dilakukan melalui psikotest yang memiliki banyak metode atau cara. Namun, para ahli berbeda pendapat dalam menentukan ukuran soal tingkatan IQ manusia. Berikut ini klasifikasi tingkatan IQ manusia menurut pendapat beberapa ahli:

Klasifikasi IQ berbeda untuk setiap metode test yang digunakan.

Page 14: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Stanford-Binet mengklasifikasikan nilai IQ normal yang berkisar diantara 85 – 115.

Lewis Terman mengklasifikasikan nilai IQ normal pada kisaran 90 – 109. Wechsler mengklasifikasikan IQ normal pada angka 100 dengan nilai toleransi

15 (berarti 85 – 115).Dikarenakan perbedaan ini, maka selain nilai IQ yang didapat, harus diperhatikan pula metode test apa yang digunakan.

Klasifikasi umum Tingkat kecedasan modifikasi dari ketiga di atas 0 – 29 Idiot IQ (0-29)   Idiot merupakan kelompok individu terbelakang paling rendah. Tidak

dapat berbicara atau hanya mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya tidak dapat mengurus dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, makan dan sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal ditempat tidur seumur hidupnya. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama dengan anak normal 2 tahun. Sering kali umurnya tidak panjang, sebab selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang tahan terhadap penyakit

30 – 40 Imbecile IQ (30-40)   Kelompok Anak imbecile setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia dapat belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung kepada orang lain, tidak dapat mandiri. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3 sampai 7 tahun.Anak-anak imbecile tidak dapat dididik di sekolah biasa.

50 – 69 Moron atau Debil IQ / Mentally retarted (50-69)   Kelompok ini sampai tingkat tertentu masih dapat belajar membaca, menulis, dan membuat perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan dan pemecahan. Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa.

70 – 79 = Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental. Kelompok bodoh IQ dull/ bordeline (70-79)Kelompok ini berada diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai batas). Secara bersusah paya dengan beberapa hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP

80 – 90 = Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull Normal).Normal rendah (below avarage), IQ 80-89.   Kelompok ini termasuk kelompok normal,rata-rata atau sedang tapi pada tingakat terbawah, mereka agak lambat dalam belajarnya, mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tapi agak kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA

Page 15: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

91 – 110 = Tingkat IQ normal atau rata-rata. Normal sedang, IQ 90-109. Kelompok ini merupkan kelompok normal atau rata-rata, mereka merupkan kelompok terbesar presentasenya dalam populasi penduduk.

111 – 120 = Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal). Normal tinggi (above average) IQ 110-119 Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat yang tinggi.

120 – 130 = Tingkat IQ superior. Cerdas (superior) ,IQ 120-129.   Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka seringkali terdapat pada kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini

131 atau lebihTingkat IQ sangat superior atau jenius. Sangat cerdas (very superior/ gifted) IQ 130-139 Anak-anak very superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang bilangan, perbendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan lebih menonjol dibandingkan anak normal.

140 atau lebih   Genius IQ > 140   Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu yang baru meskipun dia tidak bersekolah. Kelompok ini berada pada seluruh ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi baik laki-laki maupun perempuan. Contoh orang-orang genius ini adalah Edison dan Einstein.

Tingkat intelegensi dalam ukuran secara kognitif, pandangan lama menunjukkan bahwa kualitas intelegensi atau kecerdasan yang tinggi dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam belajar dan meraih kesuksesan.

Telah berkembang pandangan lain yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual, tapi oleh faktor kemantapan emosional yang ahlinya yaitu Daniel Goleman disebut Emotional Intelegence (kecerdasan emosional).

Banyak orang yang gagal dalam hidupnya bukan karena kecerdasan intelektualnya rendah, namun mereka kurang memiliki kecerdasan emosional mekipun intelegensinya berada pada tingkatan rata-rata. Tidak sedikit orang yang sukses dalamnya hidupnya karena memilki kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional ini semakin perlu di pahami, dimilki dan diperhatikan dalam pengembangannya karena mengingat kehidupan dewasa ini semakin kompleks. Kehidupan yang sangat kompleks ini memberikan dampak yang sangat buruk terhadap konstelasi kehidupan emosional individu. Dalam hal ini Daniel Goleman mengemukakan hasil survei terhadap para orang tua dan guru yang hasilnya bahwa ada kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang banyak mengalami kesulitan emosional daripada

Page 16: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

generasi sebelumnya, mereka lebih kesepian dan pemurung, lebih bringasan dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif.

PEMBAHASANA.    Pengertian Intelegensi

Intelegensi berasal dari kata latin “intelligece” yang berarti mengorganisasikan, menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain. (to organize, to relate, to bind together). (Prof. Dr. Bimo Wagito, 2004). Jadi intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. (Abdul Rahman Shaleh, 2009). Istilah intelegensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang salah, yang memandang intelegensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan tunggal. Padahal menurut para ahli intelegensi mengandung bermacam-macam kemampuan. Namun demikian intelegensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi para ahli.Pengertian intelegensi menurut para ahli :

1)      Menurut William Stern, intelegensi adalah kesanggupa untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya

2)      Andrew Crider mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, gampang diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan

3)      Alfred Binet dan Theodore Simon mendefinisikan intelegensi terdiri atas 3 komponen yaitu :a.       Kemampuan untuk mengarahkan pikiran / mengarahkan tindakanb.      Kemampuan untuk mengubah tindakanc.       Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri / melakukan autocriticism4)      Lewis Madison Terman, intelegensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak5)      H.H. Goddard, intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-

masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang6)      V.A.C Henmon, menyatakan bahwa intelegensi terdiri atas dua faktor yaitu :a.       Kemampuan untuk memperoleh pengetahuanb.      Pengetahuan yang telah diperoleh7)      Edward Lee Thorndibe, intelegensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan

kebenaran atau fakta8)      George de Stoddard, intelegensi adalah kemampuan untuk memahami masalah-masalah9)      David Wechsles, intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir

secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif10)  Ebbinghaus, intelegensi adalah kemampuan untuk membuat kombinasi11)  Terman, intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak12)  Thorndike, intelegensi adalah hal yang dapat dinilai dengan taraf ketidaklengkapan daripada kemungkinan-

kemungkinan dalam perjuangan hidup individu. (Drs. Saifuddin Azwar, MA : 1996)B.     Macam-macam Intelegensi1.      Intelegensi praktis (practical intellegence)

Page 17: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Adalah nama lain untuk intelegensi motor – indera yang tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan motor – indera (usia 0 – 2 tahun) dan merupakan dasar dari semua intelegensi yang berkembang kemudian. Dengan intelegensi praktis, seorang anak dapat belajar untuk berbuat sesuatu sekalipun ia belum mampu memikirkan perbuatan itu. Ia tahu bagaimana cara mengerjakan sesuatu akan tetapi ia tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dikerjakan itu apalagi untuk mengerti akibat perbuatan tersebut.

2.      Intelegensi pra operasional (preoperational intellegence)Anak memasuki periode perkembangan praoperasi (usia 2 – 7 tahun). Ciri dari anak pada masa

periode ini adalah :a.       Cara berpikir anak bersifat egosentris (egocentric) yaitu berupa pandangan sempit dan mengacu pada diri

sendiri serta tidak mampu melihat masalah dari sudut pandang orang lain.b.      Cara berpikir kompleksif (compexive thinking)

Yaitu berpikir tidak dengan jalan menyatukan beberapa pemikiran ke dalam satu konsep yang berarti akan tetapi justru meloncat dari satu gagasan ke gagasan yang lain.

c.       Kecenderungan yang kuat dalam diri anak untuk menempatkan sifat-sifat manusia pada benda matid.      Ketidakmampuan anak untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut pengarahan dan koordinasi pikiran, yang

mana anak memerlukan petunjuk luar (external cues) yang langsung dapat membimbing dan memantapkan perilakunya untuk dapat melaksanakan tugas tertentu.

3.      Intelegensi operasional (operational intellegence)Di sekitar usia 5 – 7 tahun anak mulai memahami apa yang disebut sebagai operasi nyata ( concrete

operation). Pada tahap ini apa yang dihadapi anak terbatas pada karakteristik-karakteristik nyata yang terjadi dalam situasi-situasi nyata.

4.      Intelegensi operasional formal (formal operational intellegence)Perkembangan intelegensi ini diawal pada masa awal remaja. Dalam penyelesaian masalah anak

mampu menyisihkan berbagai penyebab kejadian. Di tahap ini anak mulai mampu menyelesaikan masalah. Hal itu merupakan suatu kemampuan yang sangat penting dalam mempelajari berbagai informasi yang harus diterimanya dari lingkungan.

C.    Teori-Teori Intelegensi1.      Teori “uni-faktor”

Pada tahun 1911, Welhelm Stern memperkenalkan suatu teori tentang intelegensi yang disebut “uni-factors theory”. Menurut teori ini intelegensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena itu, cara keja intelegensi juga bersifat umum. Kapasitas umum yang ditimbulkan lazim dikemukakan dengan kode G (General Capacity).

2.      Teori “two-factors”Pada tahun 1904 sebelum Stern, seorang ahli matematika bernama Charles Spearman mengajukan

teori ini, yang dikenal dengan sebutan “two kinds of factors theory”. Spearman mengembangkan teori intelegensi berdasarkan suatu faktor mental umum yang diberi kode “G” serta faktor-faktor spesifik yang diberi tanda “S” untuk menentukan tindakan-tindakan mental untuk mengatasi permasalahan. Faktor G lebih tergantung kepada dasar, sedangkan faktor S itu dipengaruhi oleh pengalaman (lingkungan, pendidikan).

3.      Teori “multi-factors”Teori ini dikembangkan oleh E.L Thorndike. Menurutnya teori ini tidak berhubungan dengan konsep

faktor “G” yang mana bahwa intelegensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan neural antara stimulus dan respon hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Intelegensi menurut teori ini jumlah koneksi aktual dan potensial di dalam sistem syaraf. Misal ketika seorang individu menghapus sajak itu

Page 18: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

berarti bahwa ia dapat melakukan itu karena terbentuknya koneksi-koneksi di dalam sistem syaraf akibat belajar atau latihan.

4.      Teori “primary-mental-ability”Di dalam teori ini L. I. Thrustone telah berusaha menjelaskan tentang organisasi intelegensi yang

abstrak. Dengan menggunakan tes-tes mental serta teknik-teknik statistik khusus membagi intelegensi menjadi beberapa kemampuan primer, yaitu :

a.       Kemampuan numerical / matematisb.      Kemampuan verbal / bahasac.       Kemampuan abstraksi berupa visualisasi / berpikird.      Kemampuan untuk menghubungkan kata-katae.       Kemampuan membuat keputusan  5.      Teori “sampling”

Godfrey H. Thomson pada tahun 1916 menyempurnakan teori ini dari berbagai kemampuan sampel. Dunia berisikan berbagai bidang pengalaman itu terkuasai oleh pikiran manusia tetapi tidak semuanya. Masing-masing bidang hanya dikuasai sebagian-sebagian saja. Ini mencerminkan kemampuan mental manusia. (Abdul Rahman Saleh, 2009)Teori intelegensi menurut para ahli :

1.      Alfred Binet (1857 – 1911)Salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang

dari satu faktor satuan atau faktor umum (G). Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen / tidak, dapat diamati dengan cara dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang dimaksudkan dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.

2.      Jean PiagetTeori ini ditekankan pada aspek perkembangan kognitif, tidak merupakan teori yang mengenai struktur

intelegensi semata-mata. Piaget mendefinisikan intelegensi secara kuantitatif sebagaimana umumnya dicerminkan oleh banyaknya jawaban yang benar pada suatu tes akan tetapi ia menyimpulkan dalam prinsip teorinya bahwa daya pikir / kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. (Ginsburg dan Opper, 1969; Lazerson, 1975). Oleh karena itu, masalah utama dan membahas intelegensi adalah masalah cara mengungkapkan berbagai metode berpikir yang digunakan oleh anak-anak dari berbagai tingkatan usia. (Balqiz Ekatri Azalea, 1996)

D.    Ciri-ciri Perbuatan IntelegensiSuatu perbuatan dapat dianggap intelegen bila memenuhi beberapa syarat antara lain :

1.      Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutanMisal : mengapa api jika ditutup dengan sehelai karung bisa padam? Ditanyakan kepada anak yang baru bersekolah menjawab dengan betul maka jawaban itu intelegen, tetapi jika pertanyaan itu dijawab oleh anak yang baru saja mendapat pelajaran ilmu alam tentang api, hak itu tidak dapat dikatakan intelegen.

2.      Perbuatan intelegen, sifatnya serasi tujuan dan ekonomisUntuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya, dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu maupun tenaga.Misal : saudara kehilangan pulpen di suatu lapangan, bagaimana mencarinya?

3.      Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan

Page 19: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Misal : ada suatu masalah, bagi orang dewasa mudah untuk memecahkannya, hampir tiada berpikir, sedang bagi anak-anak harus dijawab dengan otak, tetapi telat, jawaban anak itu intelegen.

4.      Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakatMisal : apa yang harus anda perbuat jika anda lapar? Kalau jawabnya : saya harus mencuri makanan. Tentu saja jawaban itu tidak intelegen.

5.      Dalam berbuat intelegen seringkali menggunakan daya mengabstraksiMisal : apakah persamaan antara jendela dan daun? Jawaban yang benar memerlukan daya mengabstraksi.

6.      Perbuatan intelegen bercirikan kecepatanProses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan masalah yang dihadapi.

7.      Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapiApa yang akan saudara perbuat jika sekonyong-konyong saudara melihat orang yang tertabrak mobil dan pertolongan saudara sangat diperlukan?(Drs. Ngalim Purwanto, MP. 1999)

E.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi IntelegensiFaktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi

seseorang dengan yang lain, yaitu :1.      Pembawaan : pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.2.      Kematangan : tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah menacpai

kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan umur.3.      Pembentukan : pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi

perkembangan intelegensi.4.      Minat dan pembawaan yang khas : minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

5.      Kebebasan : kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi. (Drs. Ngalim Purwanto, MP., 1999)

F.     Konsep-konsep Mengenai IntelegensiKonsep-konsep mengenai intelegensi pada dasarnya digolongkan menjadi lima kelompok yaitu :

1.      Konsepsi-konsepsi mengenai intelegensi yang bersifat spekulatif – filsafatiSpearman dalam bukunya yang terkenal, yaitu “The Abilities of Man” (1927) mengelompokkan konsepsi-konsepsi spekulatif – filsafati itu menjadi 3 kelompok yaitu :

a.       Intelegensi umum1)         Ebbingheus (1897) memberi definisi intelegensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi2)         Termen (1921) memberi definisi intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak3)         Thorndike memberi definisi intelegensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan taraf ketidaklengkapan daripada

kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup individu.b.      Intelegensi sebagai kesatuan dari pada daya-daya jiwa formal

Menurut konsepsi ini intelegensi adalah persatuan (kumpulan yang dipersatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karena itu pengukuran mengenal intelegensi juga dapat ditempuh dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus itu, misalnya daya mengamati, daya memproduksi, daya berpikir dan sebagainya.

c.       Intelegensi sebagai taraf umum daripada daya-daya jiwa khusus

Page 20: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Konsep-konsepsi ini timbul dari keyakinan, bahwa apa yang diselidiki (dites) dengan tes intelegensi itu adalah intelegensi umum. Jadi, intelegensi diberi definisi sebagai taraf umum yang mewakili daya-daya khusus.

2.      Konsep-konsepsi yang bersifat pragmatisDasar dari konsep ini kiranya adalah yang dinyatakan oleh boring bahwa intelegensi adalah apa yang

dites oleh tes intelegensi.3.      Konsep-konsepsi faktor

Konsep-konsepsi ini dinamakan demikian sebenarnya beralas pada kenyataan bahwa di dalam menyelidiki dan mencari sifat hakikat intelegensi itu orang mempergunakan teknik analisis faktor, suatu teknis yang mula-mula dirintis oleh Spearman dan kemudian cepat berkembang.

4.      Konsepsi yang bersifat operasionalJalan inilah yang ditempuh oleh mereka yang memakai cara pendekatan filsafati. Kaum pragmatis

membeli jalan yang ditempuh oleh para ahli yang memakai cara pendekatan apakah intelegensi itu dan berusaha mengukurnya, melainkan mereka menyusun tes dan menyatakan “intelegensi adalah apa yang diukur oleh tes ini”, tetapi cara pendekatan secara pragmatis ini juga tidak memuaskan dan sebenarnya juga sekehendaknya (semau-maunya).

5.      Konsep-konsepsi fungsionalKonsepsi ini disusun atas pemikiran / analisis mengenai bagaimana berfungsinya intelegensi itu, lalu

dirumuskan sifat-sifat hakikatnya atau definisinya.Salah sato teori yang disusun atas dasar cara seperti yang dikemukakan itu ialah teori Binet. Binet

menyatakan sifat hakikat intelegensi itu ada 3 macam yaitu :a.       Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentub.      Kemampuan untuk mengadakan, menyesuaikan dengan maksud untuk mencapai tujuan ituc.       Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kemampuan untuk belajar dari

kesalahan yang telah dibuatnya. (Drs. Sumardi Suryabrata, 1998)G.    Pendekatan-Pendekatan Intelegensi

Dalam memahami intelegensi, Maloney dan Ward (1976, dalam Groth – Marnat, 1984) mengemukakan empat pendekatan umum. Di antaranya :

1.      Pendekatan teori belajarInti pendekatan teori belajar terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip umum

yang dipergunakan oleh individu untuk memperoleh bentuk-bentuk perilaku baru. Dalam pendekatan ini para ahli lebih memusatkan perhatian pada perilaku yang tampak dan bukan pada pengertian mengenai konsep mental dari intelegensi itu sendiri.

Dalam pendekatan ini perlu ditekankan bahwa hampir semua ahli teori belajar, intelegensi bukanlah sifat kepribadian (trais) akan tetapi merupakan kualitas hasil belajar yang telah terjadi. Lingkungan belajar sendiri menentukan kualitas dan keluasan cadangan perilaku seseorang dan karenanya dianggap menentukan relativitas intelegensi individu.

2.      Pendekatan Neuro biologisBeranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis perilaku intelegen. Menurut

pendekatan ini, dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neuro-fisiologisnya. Oleh karena itu, dalam berbagai riset, selalu dipentingkan untuk melihat korelasi-korelasi intelegensi pada aspek-aspek anatomi, elektrokimia atau fisiologi.

3.      Pendekatan psikometris

Page 21: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak (construct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda keduanya bagi setiap orang.Dalam pendekatan psikometris sendiri terdapat studi yaitu :

a.       Bersifat praktis dan lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving)b.      Lebih menekankan pada konsep dan penyusunan materi

Pendekatan psikometri inilah yang melahirkan berbagai skala-skala pengukuran intelegensi yang menjadi awal skala intelegensi yang banyak dikenal sekarang.

4.      Pendekatan teori perkembanganDalam pendekatan ini intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan intelegensi secara

kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu. Sebagai contoh, Jean Piaget (Girsburg & Opper, 1989 dan Hergenhahn, 1982) mengawali konsepsi mengenai tes intelegensi. Tampak oleh Piaget bahwa terdapat pola respon tertentu yang ada kaitannya dengan tingkatan usia tertentu pula. Studi selanjutnya meyakinkannya bahwa memang terdapat perbedaan kualitatif dalam cara berpikir anak pada masing-masing kelompok usia. (Drs. Saifuddin Azwar, MA., 1996)

H.    Hubungan Intelegensi dengan Kehidupan SeseorangMemang kecerdasan / intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehdiupannya.

Akan tetapi kehidupan adalah sangat komplek intelegensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain.

Faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan, tidak dapat kita abaikan, karena meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat gagal pula juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Akan tetapi intelegensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinanb ergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang. (Drs. Ngalim Purwanto, MP., 1999)

Pandangan soal perbedaan intelegensi ada dua yaitu pandangan yang menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan perbedaan kualitatif.Adapun macam-macam dari tes intelegensi :

1.      Tes Binet Simon  orang yang menemukan yaitu Alfred Binet dan Theodore simon tahun 1908 – 1911 yang diberi nama “chelle matrique del intelegence” atau skala pengukuran kecerdasan yang terdiri dari sekumpulan pernyataan-pernyataan yang dikelompokkan menurut umur.

2.      Tes Weschsler  dibuat oleh Wechsler Bellevue pada tahun 1939. Tes tersebut meliputi dua sub verbal dan performance, sistem scoring tes weschler menggunakan skala angka dan tes dilaksanakan secara individual.

3.      Tes Army Alfa dan Betha   digunakan untuk mengetes calon-calon tentara di Amerika Serikat, tes ini dilaksanakan secara kelompok.

4.      Tes Progressive Matrices  diciptakan oleh L.S. Penrose dan J.C. Laven di Inggris tahun 1938. Tes ini tidak menggunakan IQ tetapi menggunakan percentile. (Abdul Rahman Shaleh, 2009)Kelemahan-kelemahan tes intelegensi itu adalah sebagai berikut :

1.      Tes intelegensi itu tergantung kepada kebudayaan. Tes yang disusun dalam lingkungan kebudayaan tertentu tidak dapat dipergunakan untuk mentes orang-orang yang berasal dari lingkungan kebudayaan yang berlainan.

2.      Tes intelegensi itu hanya cocok untuk tingkah laku tertentu3.      Tes intelegensi hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu

Page 22: Peran Tes Inteligensi Dalam Dunia Pendidikan

4.      Perbandingan kecerdasan atau IQ yang merupakan hasil yang ditunjukkan oleh tes intelegensi tidaklah semata-mata tergantung kepada keturunan / dasar

5.      Perbandingan kecerdasan / IQ seseorang itu tidak konstan6.      Dalam penggolongan-penggolongan manusia menurut IQnya biasanya diikuti suatu pedoman yang

sebenarnya harus diterima dengan hati-hati.7.      Tes intelegensi itu sendiri masih mengandung kekeliruan-kekeliruan (qalaf) (Drs. Sumadi Suryabrata, M.A.,

1998)