PERAN SEKRETARIS SEBAGAI PUBLIC RELATIONS (PR) PERUSAHAAN ...
Transcript of PERAN SEKRETARIS SEBAGAI PUBLIC RELATIONS (PR) PERUSAHAAN ...
1
PERAN SEKRETARIS
SEBAGAI PUBLIC RELATIONS (PR) PERUSAHAAN
Oleh :
Anastasia Lipursari, S.Kom., MPd.
Dosen pada ASM Santa Maria Semarang
Abstrak
Sekretaris adalah seseorang yang diberi kepercayaan untuk menjaga rahasia atau segala
hal penting oleh pimpinan atau perusahaan, yang tugasnya membantu dan meringankan
beban tugas pimpinan. Seorang sekretaris juga menjadi Public Relations (PR) bagi
perusahaannya.
Setiap harinya sekretaris selalu berkomunikasi dengan tamu-tamu dengan berbagai
tingkatan atau golongan, baik tamu internal perusahaan maupun tamu dari luar perusahaan.
Sekretaris harus mampu berkomunikasi dengan baik dan menguasai bahasa Indonesia dan
beberapa bahasa asing dengan baik dan menyenangkan semua pihak yang berkomunikasi
dengannya serta mampu membantu pimpinan dalam bernegosiasi.
PR atau humas adalah usaha yang direncanakan secara terus menerus dengan sengaja,
guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan
masyarakatnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa humas dianggap sebuah proses atau
aktiviitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar
organisasi.
Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang
atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi
kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan
menggabungkan berbagai faktor produksi, yaitu manusia, alam dan modal.
Tujuan utama PR adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu ataupun
kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, serta persepsi,
sikap dan opininya terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan.
Kata kunci : Sekretaris, Public Relations (PR), Perusahaan
A. Pendahuluan
Sekretaris adalah seseorang yang diberi kepercayaan untuk menjaga rahasia atau segala
hal penting oleh pimpinan atau perusahaan, yang tugasnya membantu dan meringankan
beban tugas pimpinan. Tugas-tugas sekretaris sangat penting, karena tanpa adanya sekretaris,
pimpinan akan merasa kesusahan dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Pekerjaan sekretaris
2
tidak dapat dianggap remeh dan mudah, karena membutuhkan keahlian dan keterampilan
khusus yang dapat diperoleh dengan mengikuti jenjang pendidikan formal.
Seorang sekretaris juga menjadi Public Relations bagi perusahaannya, setiap harinya
berkomunikasi dengan tamu-tamu dengan berbagai tingkatan atau golongan. Untuk itu
seorang sekretaris harus mampu berkomunikasi dengan baik dan menguasai bahasa Indonesia
dan beberapa bahasa asing dengan baik. Ia pun dituntut untuk memilih kata dan menyususn
kalimat secara baik dan jelas, menyenangkan semua pihak yang berkomunikasi dengannya.
Untuk meningkatkan kualitas dalam berkomunikasi, seorang sekretaris harus meningkatkan
kuaitas berkomunikasi dengan meningkatkan bahasa yang dimiliki seperti bahasa Inggris atau
bahasa asing lainnya sehingga dapat berkomunikasi dengan tamu- tamu tingkat eksekutif,
agar seorang sekretaris mampu membantu pimpinan dalam bernegosiasi .
Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini hidup dalam kondisi saling tergantung
dengan orang lain maupun lembaga lain, kita sebagai individu maupun mewakili
sekolah/instansi. Untuk itu kita membutuhkan hubungan yang dilandasi oleh sikap saling
percaya demi terpenuhinya kebutuhan fisik material maupun spiritual.
Dengan harapan hubungan yang harmonis akan dapat menimbulkan kepuasan, sehingga
menjadi rekanan atau pelanggan. Sebaliknya hubungan yang kurang harmonis dapat
menimbulkan konflik atau ketegangan (PHK, Demo, Kerusuhan, dsb). Agar terjadi hubungan
timbal balik yang sama-sama menguntungkan, diperlukan komunikasi yang mempunyai ciri-
ciri khusus atau tertentu yaitu PR.
Pada dasarnya, PR merupakan bidang ilmu atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh
setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi
yang non komersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan
lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren dan usaha bersama seperti Gerakan Nasional
Orang Tua Asuh (GN-OTA) pun memerlukan humas.
Humas, merupakan terjemahan bebas dari istilah public relations atau PR. Humas
adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan
dalam rangka menciptakan dan memelihara khalayaknya. Kegiatan humas sama sekali tidak
bisa dilakukan secara sembarangan atau dadakan. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk
memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti
oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan (khalayak).
3
Humas saat ini sudah menjadi suatu disiplin ilmu yang banyak digeluti beberapa
kalangan. Fungsi dan posisi Humas di suatu institusi masih dalam taraf belum memuaskan,
karena peranan dan kedudukannya masih belum diterapkan sebagaimana mestinya, bahkan
masih dianggap sebagai pemborosan bukan sebagai badan yang seharusnya mendatangkan
keuntungan.
B. Pengertian PR
Dalam bahasa Indonesia Public Relations sama artinya dengan Humas. Secara etimologis
Public adalah masyarakat atau umum, sedangkan Relations adalah hubungan. Jadi Public
Relations artinya adalah setiap hubungan komunikasi yang terjadi secara timbal balik dan
saling menguntungkan “ Two Way Traffic “.
PR adalah usaha yang direncanakan secara terus menerus dengan sengaja, guna
membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan
masyarakatnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa humas dianggap sebuah proses atau
aktiviitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar
organisasi.
Dari definisi di atas, bahwa pada prinsipnya PR menekankan pada fungsi manajemen.
Dalam hal ini terlihat bahwa PR erat kaitannya dengan manajemen, setiap ada suatu sistem
manajemen, sudah pasti di dalamnya terkandung kegiatan PR.
Sebagai fungsi manajemen, PR mempunyai kontribusi yang sangat penting untuk
membantu lancarnya kegiatan manajemen khususnya dalam membantu hal-hal yang
berkaitan dengan upaya untuk menilai sikap publik terhadap komponen-komponen yaitu:
(1) Aspek kognitif, dalam hal ini PRO (Public Relation Office) harus dapat mengamati,
seberapa jauh pengetahuan publik terhadap organisasi/lembaganya. Contoh : program-
program yang dijalankan, kualitas dan kuantitas produk, dan lain sebagainya.
(2) Aspek Afektif. Dalam aspek ini, PRO harus mengetahui bagaimana perasaan publik
terhadap organisasi/lembaga yang dinaunginya. Seperti : apakah mereka peduli, peka dan
perhatian pada perusahaan kita mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan lain
sebagianya.
(3) Aspek Konatif. Dalam hal ini PRO harus dapat megamati dan menilai bagaimana
perilaku publik terhadap organisasi/lembaganya. Contohnya seperti apakah mereka mau
4
bekerjasama dengan organisasi/lembaga kita, membantu melaksanakan dan melakukan
program-program perusahaan, dan lain sebagainya.
C. Tujuan PR
Tujuan utama PR adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu ataupun
kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, serta persepsi,
sikap dan opininya terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan.
Secara keseluruhan, tujuan PR adalah menciptakan citra baik perusahaan sehingga
dapat menghasilkan kesetiaan publik terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan
(Mulyana, 2007).
Selain itu, PR bertujuan menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang
menyenangkan bagi lembaga atau organisasi pada satu pihak dan dengan publik pada pihak
lain dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik. (Maria, 2002).
D. Fungsi PR
Dalam praktiknya PR mempunyai fungsi dan peranannya masing-masing. PR
mempunyai dua fungsi yaitu fungsi konstruktif dan fungsi korektif.
(1) Fungsi Konstruktif, fungsi ini mendorong PR untuk membuat aktivitas ataupun
kegiatan-kegiatan terencana, berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. Dan
tentunya dengan tujuan untuk membangun image dan citra yang baik di mata publik.
(2) Fungsi Korektif, fungsi korektif lebih menekankan pada memperbaiki apabila suatu
organisasi/lembaga/sekolah terjadi masalah-masalah (krisis) dengan publik. Artinya
peran PR di sini adalah untuk mengatasi dan menangani masalah yang ada, agar
semuanya kembali berjalan dengan baik sesuai rencana.
Fungsi yang kedua ini memang menjadi berat, sama halnya dengan suatu penyakit,
ketika orang sudah dalam keadaan sakit, maka upaya selanjutnya adalah mengobati
menuju upaya kesembuhan. Karena mengobati adalah salah satu upaya penyembuhan,
maka dapat jadi upaya ini gagal total sehingga menyebabkan kematian. (Kusumastuti,
2004 : 23)
Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya “Hubungan Masyarakat”
mengemukakan ada empat fungsi yang dimiliki PRO yakni:
5
(1) Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.
(2) Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik, baik publik eksternal
maupun internal.
(3) Menciptakan komunikasi dua arah/timbal balik dengan menyebarkan informasi dari
organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi.
(4) Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.
E. Tugas PR
Tugas PR dibagi menjadi lima bagian meskipun sebenarnya semuanya merupakan satu
kesatuan tak terpisahkan. Lima pokok tugas humas sehari-hari sebagai berikut:
(1) Menjaga citra perusahaan agar tetap baik di mata masyarakat luas.
(2) Menciptakan dan memelihara citra serta kebijakan organisasi yang benar termasuk
produk, pelayanan dan para pegawainya.
(3) Memonitor pendapat masyarakat serta menyampaikannya kepada manajemen.
(4) Memberikan saran kepada manajemen mengenai masalah komunikasi, perumusan dan
tekniknya.
(5) Memberikan informasi kepada publik mengenai kebijaksanaan, kegiatan, produk-produk
dan kepegawaian sehingga publik mengenal dan mengerti benar tentang perusahaan
tersebut.
Agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan sesuai dengan harapan dari suatu
lembaga/sekolah, PRO haru mempunyai beberapa kemampuan antara lain:
(1) Ability to Communicate ( Kemampuan berkomunikasi )
Kemampuan berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulisan.
Harus mampu berbicara di depan umum
Harus mampu melakukan presentasi
Harus mampu mewawancarai dalam rangka mengumpulkan fakta dan data
Mampu dijadikan sumber bagi pers atau wartawan untuk dijadikan berita.
Mampu membuat press release untuk dikirim ke media masa
Mampu membuat berita aktual
Mampu membuat brosur, konsep atau layanan masyarakat.
6
(2) Ability to Organize ( Kemampuan manajerial atau kepemimpinan )
Kemampuan manajerial atau kepemimpinan
Kemampuan mengantisipasi masalah dalam dan luar organisasi
Kemampuan menyusun rencana
Kemampuan mengorganisasi berbagai public relations.
Membuat laporan
Berpikir jernih
(3) Ability to Get On Write People ( Kemampuan bergaul atau membina relasi )
Kemampuan bergaul atau membina relasi dengan baik
Mampu berinteraksi dengan berbagai macam orang
Mampu menjaga komunikasi yang baik dengan orang berbeda-beda
Mampu memberi janji yang luas ( networking )
Mampu personal approves
(4) Personality Integrity ( Memiliki kepribadian yang utuh dan jujur )
Dapat dipercaya oleh orang lain
Dapat dierima sebagai orang yang berkepribadian
Sumber berita bagi pers
Menerapkan etika profesi
Mempunyai citra positif
(5) Imaginations ( Banyak ide dan kretif ).
Mempunyai wawasan yang luas, mudah memecahkan masalah.
Mampu berfikir kreatif dalam mengambil keputusan atau tindakan cukup diplomatis
“ Hitam putih atau harus abu-abu “
F. Ruang Lingkup PR
Dalam PR, ada dua sasaran yang menjadi ruang lingkup PR yakni Publik Internal dan
Publik Eksternal. Keduanya memiliki peran penting dalam berjalannya sebuah organisasi
7
atau lembaga. Publik internal adalah publik yang berada dalam sebuah organisai/lembaga,
sedangkan publik eksternal adalah publik yang berada di luar organisasi/lembaga.
(1) Internal PR
Internal relations (hubungan internal) adalah kegiatan PR untuk membina hubungan
dengan publik internal, seperti karyawan, para manajer, top manajement, dan para
pemegang saham (stakeholders) agar citra dan reputasi organisasi atau perusahaan tetap
positif di mata publik internal. Melalui kegiatan Internal Publik Relations diharapkan
juga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan publik internal dari organisasi/
perusahaan. Dengan hubungan yang harmonis antara pihak-pihak yang terkait dalam
perusahaan maka akan tercipta iklim kerja yang baik. Dengan begitu kegiatan
operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.
Publik internal bergantung pada sifat, jenis atau karakter dari organisasi/lembaganya dan
dalam hal ini publik internal bergantung pada bentuk daripada organisasi yang
bersangkutan, apakah itu berbentuk suatu perusahaan dagang, instansi pemerintah
ataupun lembaga pendidikan. (Yulianita, 2012 : 61).
Dalam publik internal suatu lembaga pendidikan, misalnya sebuah sekolah/perguruan
tinggi, mencakup sebagai berikut:
(a) Publik pimpinan (manager public)
(b) Publik staf/pegawai (staff public/employe public)
(c) Publik yayasan (foundation public)
(d) Publik dewan penyantun/komite ( trustee public)
(e) Publik guru/dosen (lecture public)
(f) Publik siswa/mahasiswa (student public), dan lain sebagainya.
Dalam hal ini ada beberapa hubungan yang dibina dalam publik internal agar tercipta
hubungan yang baik dan harmonis dalam bekerjasama di antara orang-orang yang
menjadi bagian dari lembaga pendidikan, sehingga masing-masing mendapat kepuasan
yang diharapkan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain dengan:
(a) Pimpinan
Pimpinan adalah orang-orang yang berandil besar dalam menentukan kebijakan
dalam mengelola lembaga, sehingga hubungan yang baik harus dijaga. Dalam hal ini
8
dapat dibangun hubungan yang baik dengan cara memberikan tunjangan jabatan,
fasilitas kendaraan, rumah dinas dan lain sebagainya.
(b) Pegawai/staff
Pegawai/staff harus diberikan informasi yang cukup, supaya memperoleh hubungan
komunitas yang baik. Kegagalan yang serius dalam komunikasi karyawan
menciptakan kelambanan pegawai, ketidakdisiplinan, timbul pemogokan atau
masalah lain yang timbul. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
memberikan upah yang cukup/sesuai, perlakuan yang adil, ketenangan bekerja,
perasaan diakui, penghargaan atas hasil kerja, penyalur perasaan (kotak saran,
buletin), dan lain-lain.
(c) Hubungan dengan sesama manusia
Hubungan ini merupakan hubungan yang dibina dengan seluruh warga (anggota
lembaga) secara informal sebagai manusia. Tujuannya adalah untuk mempererat rasa
persaudaraan, kesetiakawanan, dan meningkatkan rasa kesejahteraan serta
kebahagiaan demi kepuasan bersama. Hubungan ini meliputi hubungan dengan para
karyawan/pegawai, pimpinan, dan lain-lain.
(2) Eksternal PR
Eksternal relation (hubungan eksternal) dari PR adalah hubungan dengan publik yang
berada di luar lembaga pendidikan. Publik yang di luar lembaga diberikan informasi/
penerangan untuk membina hubungan dan kerja sama yang baik. Dalam hubungan
eksternal juga harus menyesuaikan bentuk atau sifat, jenis dan karakter dengan
organisasi yang bersangkutan., sama halnya dengan internal relations juga harus
menyesuaikan dengan organisasi yang bersangkutan.
Publik eksternal dari lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
(a) Publik pers (Press public)
(b) Publik pemerintahan (Goverment public)
(c) Publik umum (General public)
(d) Publik alumni (Alumni public)
(e) Publik pemberi dana pendidikan (Donor public)
(f) Publik bidang pendidikan (Educational public)
9
Hubungan-hubungan yang dibina hampir sama dengan internal relations, yang berbeda
hanya sasaran publiknya. Hubungan dalam eksternal relations yang dibina dalam suatu
lembaga pendidikan antara lain:
(a) Mengundang pihak pers untuk datang ke sekolah/kampus agar mengenalkan
sekolah/kampus
(b) Mengundang pejabat pemerintah dalam acara-acara resmi (peresmian gedung, dies,
wisuda, perpisahan, dan lain sebagainya)
(c) Mengadakan kegiatan dengan melibatkan masyarakat sekitar (jalan santai, kerja
bakti, dll)
G. Alat-alat PR
Terlepas dari kemampuan berbicara seorang PR itu sendiri, kesuksesannya dalam
mencapai tujuan ditunjang juga dengan alat atau sarana PR. Alat-alat itu antara lain: iklan,
pameran, media internal, internet, dan lain-lain.
(1) Iklan
Iklan merupakan salah satu alat atau media PR/humas, apabila iklan tersebut membawa
nama sekolah/lembaga. Pesan iklan yang menampilkan produk, maka dapat dikatakan
iklan merupakan media/alat marketing, tetapi jika iklan membawa pesan yang berkaitan
dengan lembaga/sekolah, maka iklan merupakan alat atau media PR.
(2) Pameran
Pameran merupakan ajang publikasi yang baik. Pada saat pembukaan pameran biasanya
mengundang beberapa pejabat atau tokoh masyarakat dan mengundang pers. Di sinilah
humas memanfaatkan pameran untuk memperoleh publisitas.
(3) Media internal
Media internal merupakan suatu terbitan yang ditujukan untuk publik internal (karyawan
dan keluarga karyawan), berisi tentang beberapa informasi lembaga/sekolah. Selain
sebagai media antar karyawan, diharapkan pula sampai pada keluarga karyawan. Hal ini
bertujuan mendekatkan lembaga dengan keluarga karyawan.
10
(4) Internet
Informasi mengenai suatu lembaga saat ini tidak lagi hanya melalui media cetak maupun
elektronik (radio, televisi), tetapi ada situs website yang dapat diakses melalui internet
sebagai media baru. Situs website lembaga dapat digolongkan sebagai media internal,
hanya saja sudah lebih canggih, karena dapat diakses di manapun dan kapan pun.
H. Kode Etik Profesi PR
Di tempat kerja ada bermacam-macam ketentuan yang harus dipatuhi. Semua
ketentuan, keharusan, peraturan, dan lain-lain merupakan norma kelakuan, tingkah laku, dan
ukuran-ukuran apakah sikap dan perilaku kehidupan kita betul atau salah. Mentalitas dasar
PR yaitu kejujuran, loyalitas, integritas, dan norma-norma perilaku umum. Norma perilaku
umum, untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk kegiatan yang terbatas, bisa bersifat
langsung atau sementara.
(1) Norma moral norma paling dasar
Norma moral adalah aturan mengenai sikap perilaku manusia sebagai manusia. Norma
moral menjadi tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik buruknya
tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat atau sebagai
orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu. (Sonny Keraf, 1998 : 20)
(2) Tingkat dalam kesadaran moral
Orang akan merasa wajib memilih dan berbuat yang baik, atas kesadaran terhadap
kewajiban. Dalam perkembangannya, merasa wajib itu bisa menjadi kebutuhan karena
seseorang ingin menjadi orang yang bernoral, orang yang baik. Adanya dorongan untuk
memenuhi hak seseorang serta menyelamatkan diri, meskipun menentang kemauannya
dirinya sendiri.
(3) Kemandirian moral
Orang yang mempunyai kemandirian moral, tidak pernah bersikap ikut-ikutan saja, tetapi
membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya.
Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan
untuk bertindak sesuai dengannya. Sikap mandiri, pada hakikatnya merupakan
kemampuan untuk selalu membentuk penilaian sendiri terhadap suatu masalah moral.
Keberanian moral akan tetap setia terhadap suara hati yang menyatakan kebenaran dan
11
keadilan, maka ia menyatakan diri dalam kesediannnya untuk mengambil resiko konflik,
dikucilkan, ataupun dipecat dari jabatannya.
(4) Kepribadian dan profesionalisme
Semakin tingginya persaingan profesionalisme di lapangan bisnis modern, menuntut
kepribadian yang mantap dengan rsa percaya diri yang tinggi. Proses pengembangan
kepribadian meliputi proses penemuan diri dan berfungsi sebagai keseluruhan,
mewujudkan dirinya dan mengembangkan perilaku agar mampu berperan sera secara
aktif dalam masyarakat. Kriteria umum pengembangan kematangan kepribadian antara
lain sebagai berikut: a) kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya agar bisa mandiri,
b) kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif, c) memiliki pandangan hidup
yang dapat membawa tindakannya k arah tertentu, d) menghargai orang lain, e) mampu
membedakan alat dan tujuan, f) memiliki humor falsafi (tidak menyakiti orang lain).
(5) Kode etik
Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditatati bersama
seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi. Kode etik mampu memberikan
sumbangan yang berguna dalam pelayanan nya kepada masyarakat.
(6) Etika profesi
Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran yang
diterima dan ditaati pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan, tatanan yang
ditaati karyawan suatu organisasi, diketahui, dilaksanakan, karena hal tersebut melekat
pada status atau jabatannya. Nilai-nilai sebagai faktor pendukung yang perlu
diperhatikan adalah: a) nilai kepentingan umum, b) nilai kejujuran, keterbukaan,
kebaikan, c) nilai kesejahteraan, d) nilai kesopnan, harga menghargai, e) nilai diskresi,
mampu merahasiakan, daya pikir sehat.
(7) Loyalitas dan integritas
Sikap loyalitas dan integritas dapat ditegaskan dengan seseorang yang memilki sikap
terbuka. Keterbukaan di sini lebih pada keterbukaan hati yang perlu diwujudkan,
direalisasikan pada setiap kegiatan, termasuk lewat sikap dan perilaku kita sesuai dengan
pelaksanaan tugas PR yang menyangkut pola pikir, pandang, sikap dan perilaku.
I. Penutup
Pada zaman revolusi 4.0 ini kehadiran PR dalam suatu lembaga atau perusahaan sangat
dibutuhkan, alasan yang mendasar antara lain karena persaingan antara lembaga atau pun
12
perusahaan semakin ketat, tuntutan, keinginan, dan harapan publik terhadap pelayanan
pemenuhan kebutuhan informasi makin tinggi, publik semakin kritis mereka tidak mau
kepentingannya terganggu dan perkembangan teknologi komunikasi yang luar biasa.
Kegiatan PR adalah mediator yang menjembatani kepentingan perusahaan dengan
publiknya yang terkait dengan kegiatan PR itu sendiri. Kaitannya upaya PR membentuk citra
positif suatu sekolah atau lembaga pendidikan di mata publiknya. Dua sasaran yang menjadi
ruang lingkup PR yakni Publik Internal dan Publik Eksternal. Keduanya memiliki peran
penting dalam berjalannya sebuah organisasi atau lembaga. Publik internal adalah publik
yang berada dalam sebuah organisai/lembaga, sedangkan publik eksternal adalah publik yang
berada di luar organisasi/lembaga.
J. Pustaka
Anggoro, Linggar. 2002. Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indoensia.
Jakarta: Bumi Aksara
Ardianto, Elvinaro. 2009. Public Relations Praktis. Bandung : Widya Padjajaran
Greener, Tony. 1993. Kiat Sukses Public Relations dan Pembentukan Citranya. Jakarta:
Bumi Aksara
Hairunnisa. 2015. Public Relations. Yogyakarta : Graha Ilmu
Jefkins, Frank. 1995. Public Relations. Jakarta : Penerbit Erlangga
Nurjaman, Kadar. Dkk. 2012. Komunikasi & Public Relations. Bandung : pustaka Setia
Rumanti, Sr.Maria Assumpta OSF. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktik.
Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yuliana, Neni. 2012. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : Pusat Penerbit Universitas
Islam Bandung.