Peran Radikal Bebas Pada Reperfusi Cerebral Atau Miokardium

download Peran Radikal Bebas Pada Reperfusi Cerebral Atau Miokardium

of 24

description

peran radikal bebas

Transcript of Peran Radikal Bebas Pada Reperfusi Cerebral Atau Miokardium

  • 1

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    P R O D I A D I A G N O S T I C S E D U C A T I O N A L S E R V I C E S

    Rita Kurniasih dan Andi WijayaLaboratorium Kimia Klinik, FMIPA, Universitas Padjadjaran Bandung

    Laboratorium Klinik Prodia

    Abstrak

    Iskemia serebral atau miokardium dapat menyebabkan kerusakan neuron danmiosit yang fatal dan irreversible, sedangkan reperfusi atau reoksigenisasijaringan tersebut dapat memperburuk dan memperluas kerusakan jaringan.Selama iskemia, terutama pada saat reperfusi, sejumlah radikal bebas dibentukmelalui beberapa mekanisme. Peningkatan pembentukan radikal bebasbersamaan dengan penurunan perlindungan antioksidan tubuh akanmenyebabkan terjadinya stress oksidatif yang dapat merusak membran maupunDNA sel.

    Peningkatan kadar kalsium selama iskemia dapat meningkatkan aktivitasbeberapa enzim yang diketahui dapat mendegradasi sitoskeleton proteinmembran sel. Adanya hubungan antara produksi radikal bebas, influks kalsiumke dalam sel maupun efluks kalsium menunjukkan bahwa radikal bebasmerupakan faktor penting pada homeostasis kalsium.

    Peran Nitric Oxide (NO) pada iskemia adalah kompleks. NO dapat memiliki peranprotektif maupun merusak sel. NO yang dihasilkan oleh eNOS memiliki sifatprotektif pada saat ataupun setelah iskemia serebral dan miokardium melaluipeningkatan vasodilatasi, mencegah agregasi trombosit dan ekspresi VascularCell Adhesion Molecule (VCAM-1) serta mengatur kontraktilitas miokardium. Efektoksiknya dimediasi oleh reaksi NO dengan radikal superoksida membentukperoksinitrit, suatu oksidan kuat yang dapat menitrosilasi protein dan merusakDNA sel.

    Dari beberapa penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwakerusakan oksidatif pada membran lipid dan protein membran sel meningkatselama iskemia dan reperfusi, tetapi untuk menentukan kerusakan yangdisebabkan oleh iskemia atau reperfusi bukanlah hal yang mudah.

    Aktivitas antioksidan diketahui dapat menetralisir kerusakan yang disebabkanoleh aktivitas radikal bebas pada keadaan patologis, seperti iskemia-reperfusiserebral-miokardium.

    Pemeriksaan status antioksidan dapat digunakan untuk memperkirakanterjadinya stress oksidatif, sehingga dapat dilakukan intervensi denganpemberian antioksidan.

    3451

    ForumDiagnosticum

    ISSN 0854-7173 | No. 1/2002

    LABORATORIUM KLINIK

    PERAN RADIKAL BEBAS PADAISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU

    MIOKARDIUM

  • 2

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    PENDAHULUANTrombo-emboli merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas di beberapa negara maju danberkembang. Infark miokardium dan serebral merupakan bentuk gangguan trombo-emboli yang disebabkan olehproses patologis pada aliran darah di otak maupun miokardium (9).Otak dan miokardium memerlukan suplai oksigen dan glukosa secara terus menerus untuk melakukan fungsinya.Iskemia terjadi bila aliran darah menurun sampai pada satu titik di mana substrat metabolik yang tersedia gagaluntuk memenuhi kebutuhan metabolisme normal pada jaringan. Stroke dan disfungsi kontraktilitas, kebanyakandisebabkan oleh adanya trombus atau emboli yang dapat menyebabkan oklusi pada arteri di otak maupun miokardiumserta kerusakan pada sel-sel di jaringan tersebut (1,2,3,4,5).

    Gambar 1. Peran oksigen dalam kerusakan sel

    Respon awal jaringan terhadap iskemia adalah terjadinya

    peningkatan kecepatan degradasi glikogen dan glikolisis,

    yang menyebabkan produksi asam laktat meningkat dan

    terjadinya asidosis. Kadar ATP mulai menurun dan AMP

    mengalami degradasi, mengakibatkan adanya akumulasi

    hipoxantin disertai dengan peningkatan kadar Ca2+

    intraselular. Ca2+ yang teraktivasi akan menstimulasi pro-

    tease, fosfolipase, NOS dan terjadi kerusakan membran

    maupun DNA sel (8).

    Gambar 2. Sumber dan konsekuensi peningkatan kadar kalsiumterhadap kerusakan sel

    Efek iskemia adalah reversibel jika iskemia yang terjadi

    dalam waktu singkat, di mana sel dapat kembali menjadi

    normal setelah adanya reoksigenisasi. Namun bila iskemia

    yang terjadi berlangsung lama maka sel akan mengalami

    iskemia irreversible dan terjadi nekrosis maupun apoptosis

    walaupun telah terjadi reperfusi kembali (6).

    Kerusakan baru pada proses reperfusi atau reoksigenisasi

    dapat terjadi karena sel-sel yang mengalami iskemia tidak

    menjadi nekrotik tetapi hanya terjadi penyesuaian secara

    biokimiawi dan sel akan kehilangan integritasnya pada saat

    reperfusi (6).

  • 3

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Mekanisme lain terjadinya kerusakan baru pada sel akibat

    reperfusi adalah melalui peningkatan pembentukan spesies

    oksigen reaktif (ROS) pada saat reoksigenisasi sel-sel

    parenkim dan endotel. Anion superoksida dapat diproduksi

    oleh jaringan yang mengalami reperfusi sebagai hasil reduksi

    oksigen yang tidak tuntas oleh mitokondria yang rusak. Selain

    itu pada sel yang mengalami iskemia-reperfusi terjadi

    penurunan perlindungan antioksidan dalam sel (6).

    Efek merusak radikal bebas terutama disebabkan oleh

    kemampuan radikal bebas dalam melakukan perubahan

    pada organel sel serta menginduksi peningkatan kadar Ca2+

    intraselular (10).

    METABOLISME ENERGI DI OTAK

    Otak membutuhkan sekitar 20% dari pemakaian oksigen

    tubuh setiap hari. Neuron menggunakan banyak oksigen

    untuk menghasilkan ATP guna memelihara gradien ion (K+

    intraselular yang tinggi, Na+ rendah, dan Ca2+ bebas yang

    sangat rendah). Influks Na+ dibutuhkan dalam reaksi

    propagasi sebagai bagian dari aktivitas potensial dan

    selanjutnya ion tersebut harus dipompa keluar sel

    menggunakan pompa Na+-K+-ATPase. Secara normal, otak

    membutuhkan glukosa untuk menghasilkan energi melalui

    proses glikolisis dan siklus Krebs serta membutuhkan 4 x

    1021 ATP per menit. Jadi jaringan otak sangat rentan terhadap

    gangguan suplai glukosa maupun oksigen. Kebutuhan akan

    oksigen dan glukosa diantarkan melalui aliran darah secara

    konstan. Metabolisme otak merupakan proses yang tetap

    dan berkesinambungan, tanpa ada periode istirahat (7).

    Neuron juga menggunakan energi dalam sekresi : adanya

    aktivitas potensial pada terminal saraf dapat membuka

    saluran ion yang menyebabkan influks Ca2+ dan berakibat

    pelepasan neurotransmiter ke dalam sinapsis melalui

    eksositosis. Neurotransmiter tersebut kemudian berikatan

    dengan reseptor pada neuron target, meliputi reseptor

    neurotransmiter dopamin, asetilkolin, serotonin, noradrena-

    lin, glisin dan glutamat (7).

    Glutamat disimpan dalam vesikel sinapsis pada neuron.

    Setelah dilepaskan, dapat ditangkap oleh neuron dan sel

    glia. Sel glia akan mengubah glutamat menjadi glutamin

    melalui aktivitas enzim glutamin sintetase. Glutamin dapat

    dilepaskan dan diambil kembali oleh neuron untuk dihidrolisis

    menjadi glutamat. Dalam keadaan normal glutamat

    berfungsi sebagai neurotransmiter eksitatori di otak.

    Glutamat berikatan dengan reseptor NMDA (N-Methyl-D-

    Aspartate), AMPA (a-Amino-3 Hidroxy-5 Methyl-4 Isoxazole-4-Propionate) dan KA (Kainic Acid) dalam melakukan

    fungsinya. Dalam keadaan iskemia, aktivasi reseptor glutamat

    dapat menyebabkan kematian neuron. Ikatan glutamat

    terutama dengan reseptor NMDA menyebabkan depolarisasi

    membran sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ sitosolik.

    Dalam keadaan normal, glutamat dengan cepat diklirens

    dari sinapsis dan kadarnya kembali normal, tetapi pada

    iskemia terjadi pelepasan glutamat yang berlebihan dan

    adanya kegagalan pengambilan glutamat. Peningkatan

    kadar Ca2+ menyebabkan kematian neuron melalui aktivasi

    protease, lipase, endonuklease dan sitokin (7,16).

    NO yang dihasilkan oleh enzim NOS (Nitric Oxide Synthase)

    digunakan sebagai pembawa pesan interselular oleh neu-

    ron dalam sistem saraf perifer dan sebagian kecil oleh neu-

    ron di otak. NO berperan pada perkembangan kelenturan

    sinaptik yang terutama penting pada memori jangka panjang.

    Sebagian neuron mengandung nNOS (neuronal NOS) yang

    diregulasi oleh Ca2+ dan calmodulin (7).

    Eksitotoksisitas merupakan kerusakan neuron yang

    disebabkan oleh peningkatan glutamat dan aspartat yang

    berlebihan. Kadar normal glutamat pada cairan ekstraselular

    di otak adalah ~ 1mM, sedang kadar di dalam neuron adalah

    milimolar. Adanya kematian sel atau kolaps pada gradien

    ion (misalnya pada pemakaian energi yang berlebihan) dapat

    menyebabkan pelepasan glutamat yang berlebihan dan

  • 4

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    berakibat terjadinya peningkatan Ca2+ dan Na+ intraselular

    pada neuron disekitarnya dan berperan pada kematian sel

    (7).

    Otak dan jaringan saraf sering dikatakan sangat rentan

    terhadap kerusakan oksidatif, untuk beberapa alasan :

    1. Tingginya lalu lintas Ca2+ melewati membran neuron;

    interferensi dengan transport ion dapat menyebabkan

    peningkatan Ca2+ bebas intraselular dengan cepat, sering

    menyebabkan stress oksidatif .

    2. Adanya asam amino eksitotoksik.

    3. Tingginya kecepatan konsumsi oksigen per unit massa

    jaringan. Seperti mitokondria di jaringan lain, mitokondria

    di otak dapat menghasilkan radikal superoksida dan 8-

    hydroxy diguanosine (8-OhdG), mutasi dan penurunan

    fungsi meningkat sesuai dengan pertambahan usia.

    4. Banyak neurotransmiter merupakan senyawa yang

    mudah dioksidasi

    5. Lipid membran neuron mengandung banyak asam

    lemak tidak jenuh (PUFA) terutama asam

    eikosapentaenoat dan dokosaheksaenoat.

    6. Adanya sitokrom P450 di otak (7).

    Stress oksidatif dapat merusak neuron dan glia melalui

    beberapa mekanisme, yaitu : 1) Peningkatan peroksidasi

    lipid, 2) Kerusakan oksidatif pada DNA, 3) Kerusakan pada

    protein dan 4) Induksi apoptosis dan nekrosis

    Pertahanan antioksidan di otak terutama untuk menjaga

    agar kadar oksigen intraselular serendah mungkin, konsisten

    dengan fungsi normalnya. Kadar oksigen yang rendah akan

    menurunkan reaksi auto-oksidasi, kebocoran elektron dari

    rantai transport elektron dari mitokondria dan aktivitas

    monoamin oksidase. Jadi tekanan parsial oksigen

    intraselular di otak adalah cukup rendah, tetapi hal ini

    menyebabkan otak sangat rentan terhadap adanya

    gangguan suplai darah (7).

    METABOLISME ENERGI DI MIOKARDIUM

    Salah satu fungsi jantung sebagai suatu pompa adalah dapat

    menyediakan darah secara optimal ke seluruh jaringan

    dalam tubuh (12). Untuk melakukan fungsi tersebut, di

    jantung terjadi reaksi coupling eksitasi-kontraksi dan

    relaksasi yang merupakan suatu proses untuk mengubah

    energi kimia dalam bentuk senyawa fosfat berenergi tinggi

    (ATP/Adenosin Triphosphate) menjadi energi mekanik

    dalam bentuk kontraksi-relaksasi otot jantung (14).

    Di miokardium, energi dibutuhkan baik pada saat kontraksi

    maupun relaksasi, walaupun energi tersebut digunakan

    dengan cara dan struktur yang berbeda pada kedua proses

    tersebut (13).

    ATP berfungsi untuk menyediakan energi bagi kontraksi otot

    jantung, terutama dibentuk dalam mitokondria, yang terletak

    pada serat otot sarkoplasma antara miofibril. Walaupun

    dalam keadaan istirahat, miokardium tetap membutuhkan

    ATP untuk mempertahankan homeostasis miokardium. ATP

    secara konstan diresintesis dari ADP dan fosfat anorganik

    dalam mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif, yang

    mengambil energi dari oksidasi asam lemak, glukosa dan

    laktat, terutama melalui bentuk tereduksi dari nicotinamide

    adenine dinucleotide (NADH) dan memompa H+ keluar dari

    matriks mitokondrial. ATP mengalami resintesis pada saat

    oksigen dikonsumsi dan H+ masuk kembali dalam matriks

    mitokondria. Penurunan ATP tidak terjadi pada jantung yang

    sehat dan normal karena proses sintesis ATP dan

    pemecahannya berlangsung seimbang, walaupun dapat

    terjadi peningkatan kardiak output seperti pada saat olahraga

    (12).

  • 5

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Selama kontraksi, ATP dilepaskan oleh protein kontraktil yang

    akan mempengaruhi pemendekan otot dan pembentukan

    tensi, sedangkan selama relaksasi, ATP dihidrolisis oleh

    pompa ion yang akan memindahkan aktivator Ca2+ dari

    sitosol ke sarkoplasma retikulum (13).

    Pada miokardium yang normal, aksi potensial pada T tubu-

    lus akan membuka VDCC (Voltage Dependent Sensitive

    Calcium) pada membran T tubulus, menyebabkan kalsium

    berdifusi dari cairan ekstraselular melalui VDCC ke dalam

    sel. Ca2+ selanjutnya berikatan dengan reseptor Ca2+ pada

    permukaan bagian dalam membran sarkoplasma retikulum.

    Reseptor ini memiliki channel Calcium intrinsik dan aktivasi

    pada reseptor tersebut akan membuka channel sehingga

    Ca2+ dapat terdifusi dari sarkoplasma retikulum ke sitosol

    yang menyebabkan kontraksi miokardium melalui interaksi

    Ca2+ dengan troponin C. Ikatan ini akan menyebabkan aktin

    dan miosin berinteraksi dan terbentuk jembatan silang di

    antara keduanya (12,15).

    Kontraksi akan berakhir apabila Ca2+ mengalami disosiasi

    dari kompleks aktin-miosin dan kadar kalsium sitosol

    mengalami penurunan melalui transport aktif Ca2+ kembali

    ke dalam sarkoplasma retikulum. Jumlah kalsium yang

    masuk ke dalam sel selama eksitasi dan ditransport ke luar

    sel adalah sebanding sehingga kadar Ca2+ tetap konstan

    (transport Ca2+ terutama diatur oleh Ca2+ - ATPase dan

    penukar Na+/Ca2+ ) (12,15).

    Iskemia miokardium dapat mengubah metabolisme miosit

    di mana terjadi penurunan aliran darah koroner yang akan

    menyebabkan penurunan konsumsi oksigen dan produksi

    ATP. Hal ini dapat mengganggu homeostasis miosit dan

    terjadi disfungsi kontraktilitas miokardium.

    Banyak penelitian menunjukkan bahwa fungsi miosit juga

    dipengaruhi oleh oksidatif stress, terutama efek radikal bebas

    pada organel subselular miokardium (10).

    MEKANISME BIOKIMIA KERUSAKAN SELDAN NEKROSIS

    Mekanisme biokimiawi yang bertanggung jawab terhadap

    kerusakan sel reversibel maupun kematian sel sangat

    kompleks, masing-masing penyebab dapat berinteraksi satu

    sama lain. Mekanisme nekrosis ini tumpang tindih dengan

    apoptosis.

    Beberapa mekanisme umum adalah sebagai berikut :

    1. Kelangkaan dan penurunan sintesis ATP sebagai akibat

    iskemia atau keracunan.

    ATP adalah senyawa fosfat yang dibutuhkan oleh sel

    dalam proses sintesis dan degradasi, yang meliputi trans-

    port membran, sintesis protein, lipogenesis dan reaksi

    deasilasi-reasilasi yang diperlukan untuk turnover

    fosfolipid.

    2. Oksigen dan radikal bebas

    Sel menghasilkan energi melalui reaksi reduksi oksigen

    menjadi air. Selama proses ini berlangsung, senyawa

    oksigen reaktif dibentuk sebagai hasil sampingan dari

    proses respirasi mitokondrial. Radikal bebas dapat

    merusak lipid, protein dan asam nukleat. Sel memiliki

    sistem pertahanan terhadap aktivitas radikal bebas

    melalui sistem scavenging. Keseimbangan antara

    pembentukan radikal bebas dengan sistem scavenging

    menghasilkan suatu keadaan yang disebut stress

    oksidatif dan dapat menyebabkan kerusakan sel

    Gambar 3. Metabolisme energi dalam keadaan normal padamiokardium

  • 6

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    3. Kalsium sitosolik

    Iskemia menyebabkan peningkatan kadar kalsium

    sitosolik, disebabkan oleh peningkatan influks kalsium

    melewati membran sel dan pelepasan kalsium dari

    mitokondria dan retikulum endoplasmik. Peningkatan

    kalsium ini selanjutnya dapat mengaktifkan sejumlah

    enzim yang memiliki efek perusak sel. Enzim tersebut

    adalah fosfolipase, protease, ATPase dan endonuklease.

    4. Gangguan pada permeabilitas membran.

    Kerusakan membran merupakan gambaran kerusakan

    sel. Gangguan permeabilitas diakibatkan oleh

    kelangkaan ATP dan modulasi aktivasi fosfolipase.

    5. Kerusakan mitokondrial irreversible.

    Membran mitokondrial bagian dalam merupakan

    membran impermeable yang berfungsi mempertahankan

    gradien proton untuk sintesis ATP. Mitokondrial dapat

    rusak karena adanya peningkatan Ca2+ sitosolik, stress

    oksidatif, pemecahan fosfolipid melalui fosfolipase A2(PLA

    2) dan pemecahan produk lipid seperti asam lemak

    bebas dan ceramid. Kerusakan ini biasanya ditunjukkan

    dengan adanya pembentukan saluran yang memiliki

    konduktivitas tinggi sehingga disebut permeabilitas

    mitokondria transisi (MPT) yang terletak pada membran

    mitokondria bagian dalam. Terbukanya pori-pori

    membran mitokondrial menyebabkan molekul dengan

    berat molekul (BM) lebih kecil dari 1500 keluar dari

    mitokondrial sehingga sintesis ATP terhenti. MPT

    menyebabkan peningkatan kadar Ca2+, keseimbangan

    osmotik terganggu dan mitokondrial menjadi

    mengembang (swelling). Kerusakan mitokondria juga

    berhubungan dengan lolosnya sitokrom c dalam sitosol.

    Sitokrom c merupakan komponen integral dari rantai

    transport elektron dan dapat mencetuskan apoptosis (6).

    ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAUMIOKARDIUM

    Defisiensi oksigen dapat merusak jaringan di otak maupun

    jantung. Hal ini terutama terkait dengan aterosklerosis dan

    merupakan penyebab kematian utama di negara maju

    maupun berkembang. Aterosklerosis pada pembuluh darah

    baik di otak maupun jantung memiliki gambaran morfologis

    yang sama (1,9).

    Adanya penurunan atau gangguan aliran darah ke otak atau

    miokardium umumnya disebabkan oleh trombosis atau

    adanya emboli, hal ini dapat menyebabkan sel-sel otak atau

    miokardium mengalami kekurangan nutrisi vitalnya, seperti

    oksigen dan glukosa (4,12).

    Iskemia miokardium dan serebral terjadi akibat adanya

    kelangkaan suplai oksigen melalui pembuluh darah baik ke

    otak maupun miokardium, yang dapat juga disebabkan oleh

    gangguan perfusi vaskuler lain seperti spasm, ateroma,

    vaskulitis dan hiperviskositas. Efek iskemia bersifat reversibel

    jika iskemia terjadi dalam waktu singkat tetapi apabila

    iskemia berlangsung lama, iskemia menjadi bersifat irre-

    versible yang akan menyebabkan kerusakan sel berlanjut

    dan sel mengalami nekrosis walaupun telah dilakukan

    reperfusi (3).

    Infark merupakan kematian jaringan (nekrosis) sebagai

    akibat adanya iskemia. Infark merupakan kerusakan yang

    irreversible, tetapi kemampuan jaringan untuk memperbaiki

    atau mengganti sel yang rusak sangat bervariasi. Infark

    biasanya merupakan akibat adanya oklusi total dari trombosis

    atau emboli (9).

    Ada dua tipe iskemia serebral maupun miokardium yaitu :

    1. Iskemia global yang terjadi bila ada penurunan perfusi

    serebral dan miokardium secara umum, misalnya akibat

    adanya cardiac arrest atau hipotensi yang berat atau

    shock

    2. Iskemia focal/regional, akibat terjadinya penurunan atau

    penghambatan aliran darah pada daerah tertentu di otak

  • 7

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Gambar 4. Keadaan yang terjadi akibat iskemia secara umum pada serebral dan miokardium

    atau miokardium misalnya adanya plak yang koyak atau

    rontoknya pembuluh darah (stroke/miokardium

    hemoragik) atau adanya trombus/emboli (stroke

    trombotik atau angina tidak stabil). Pada serebral, sel di

    pusat zona iskemik akan mengalami kerusakan dengan

    cepat tetapi sel di daerah sekeliling zona akan menerima

    oksigen dari pembuluh darah lain yang membuat sel ini

    menjadi kurang hipoksik (iskemik penumbra) (5,17).

    Selama iskemia dapat terjadi perubahan patologis sel

    tergantung dari lamanya iskemia yang terjadi. Pada

    kerusakan iskemia reversibel, sel kembali normal jika

    tersedia lagi oksigen dan substrat metabolik melalui restorasi

    aliran darah dalam waktu singkat. Bila iskemia terjadi cukup

    lama, pada satu saat tertentu terjadi suatu keadaan di mana

    kerusakan sel semakin parah dan progresivitas kerusakan

    berlangsung terus menerus sehingga terjadi iskemia irre-

    versible. Oksidasi yang terjadi di mitokondria dan alur

    glikolisis mengalami gangguan yang tidak dapat diperbaiki

    dan terjadi kelangkaan ATP walaupun telah direperfusi

    kembali (6,7,8,16,18). (Gambar 4)

    Efek awal dari iskemia adalah terhadap proses respirasi

    aerobik di mitokondria di mana terjadi penurunan tekanan

    oksigen dalam sel, menyebabkan kelangkaan ATP.

  • 8

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    perubahan tersebut pada awalnya disebabkan oleh

    penurunan pH, tetapi beberapa penelitian menunjukkan

    bahwa penurunan pH diikuti dengan perubahan suasana ke

    netral atau basa merupakan proses terjadinya kerusakan

    irreversible. Penurunan pH juga menyebabkan clumping

    kromatin nuklear.

    Komponen sel akan mengalami degradasi setelah sel mati,

    menyebabkan lolosnya enzim sel ke ekstraselular dan

    sebaliknya makromolekul ekstraselular dari interstisial masuk

    ke dalam sel yang mati (6). Lolosnya enzim tersebut ke dalam

    plasma merupakan parameter klinik yang penting, seperti

    terjadi pada otot jantung, peningkatan kadar kreatinin kinase

    MB isoform (CK-MB) dan troponin merupakan parameter

    untuk diagnosis infark miokard (6).

    Kerusakan sel irreversible terutama ditandai dengan

    ketidakmampuan sel memperbaiki disfungsi mitokondria

    yang menyebabkan terjadinya kelangkaan ATP dan

    kerusakan fungsi membran. Beberapa mekanisme

    penyebab kerusakan membran yang merupakan faktor

    sentral patogenesis kerusakan irreversible yaitu :

    1. Disfungsi mitokondria. Peningkatan kalsium sitosolik

    berhubungan dengan kelangkaan ATP, berakibat

    peningkatan pengambilan Ca2+ oleh mitokondria,

    aktivasi fosfolipase dan menyebabkan terjadinya

    akumulasi asam lemak bebas. Efek dari kejadian

    tersebut adalah terjadi perubahan permeabilitas

    membran mitokondria bagian dalam (MPT)

    2. Hilangnya fosfolipid membran sel. Pada jaringan yang

    mengalami iskemia irreversible berkaitan dengan

    penurunan kandungan fosfolipid membran sel, yang

    diinduksi oleh aktivasi fosfolipase melalui peningkatan

    kalsium sitosolik.

    3. Abnormalitas sitoskeleton. Aktivasi protease melalui

    peningkatan kalsium sitosolik menyebabkan kerusakan

    elemen sitoskeleton.

    4. Senyawa oksigen reaktif (ROS). ROS merupakan

    molekul radikal bebas yang sangat reaktif dan dapat

    menyebabkan kerusakan pada membran sel dan

    Kelangkaan ATP memiliki efek pada beberapa sistem dalam

    sel :

    1. Terjadi penurunan aktivitas pompa Na+,K+-ATPase.

    Kegagalan pada sistem transport aktif akibat penurunan

    kadar ATP ini akan menyebabkan natrium terakumulasi

    dalam sel disertai dengan difusi kalium, ke luar dari sel.

    Hal tersebut selanjutnya dapat menyebabkan

    pembengkakan sel dan dilatasi retikulum endoplasmik.

    Selain itu, terjadi peningkatan tekanan osmotik

    intraselular yang ditimbulkan oleh akumulasi senyawa

    katabolit seperti fosfat anorganik, laktat dan nukleotida

    purin.

    2. Adanya perubahan metabolisme energi dalam sel.

    Apabila kadar oksigen mengalami penurunan, maka

    sel mengandalkan proses glikolisis anaerobik untuk

    menghasilkan energi, akibatnya cadangan glikogen

    menurun dengan cepat. Glikolisis anaerobik

    menyebabkan akumulasi asam laktat dan fosfat

    anorganik dari hidrolisa ester fosfat, dan akan

    menurunkan pH intraselular (6,18,19,20).

    Bila proses hipoksia terus berlanjut, kelangkaan ATP akan

    menambah kerusakan morfologi sel. Sitoskeleton

    mengalami penguraian menyebabkan sel kehilangan

    mikrovili, pembentukan blebs pada permukaan sel, retikulum

    endoplasma mengalami swelling (mengembang) dan my-

    elin figures (6).

    Jika iskemia berlangsung lama, kerusakan irreversible akan

    terjadi yang berhubungan dengan swelling mitokondria,

    lisosom dan kerusakan membran plasma. Influks kalsium

    terjadi dalam sel terutama jika sel mengalami reperfusi,

    selanjutnya sel akan kehilangan protein, enzim, koenzim dan

    asam ribonukleat membran sel. Sel juga akan kehilangan

    metabolit yang penting untuk sintesis ATP. Pada tahap ini

    terjadi kerusakan pada lisosom yang diikuti dengan lolosnya

    enzim ke sitoplasma. Lisosom mengandung RNase, DNase,

    protease, fosfatase, glukosidase dan Cathepsin. Aktivasi

    enzim-enzim tersebut dapat menyebabkan sel kehilangan

    ribonukleoprotein, deoksiribonukleoprotein, glikogen serta

    terjadi berbagai perubahan pada nukleus. Meskipun

  • 9

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    komponen sel lainnya. Radikal bebas kadarnya rendah

    pada saat sel mengalami iskemia, tetapi pada reperfusi

    akan terjadi peningkatan produksi dengan cepat.

    5. Senyawa hasil pemecahan lipid, meliputi asam lemak

    bebas, asil karnitin dan lisofosfolipid, yang terakumulasi

    dalam sel yang mengalami iskemia sebagai hasil dari

    degradasi fosfolipid. Senyawa tersebut memiliki efek

    sebagai penurun tegangan permukaan (detergent) pada

    membran sel, mengubah elektrofisiologik dan

    permeabilitas membran sel.

    6. Kehilangan asam amino intraselular. Asam amino

    intraselular terutama glisin dapat melindungi sel iskemik

    dari kerusakan membran irreversible secara in vitro,

    menunjukkan bahwa hilangnya asam amino yang terjadi

    pada iskemia, menyebabkan kerusakan pada struktur

    membran (6).

    Hilangnya integritas membran sel, berakibat peningkatan

    influks kalsium dari cairan ekstraselular. Kalsium yang

    diambil oleh mitokondria setelah reoksigenisasi akan

    merusak mitokondria, menghambat kerja enzim selular,

    mendenaturasi protein, menyebabkan perubahan sitologik

    dan terjadilah nekrosis (6).

    Pada miokardium, akumulasi fosfor anorganik dan asidosis

    juga dapat menurunkan responsitivitas miofilamen terhadap

    kalsium sehingga terjadi disfungsi kontraktilitas (21).

    Jadi iskemia atau hipoksia akan berpengaruh pada fosforilasi

    oksidatif dan berakibat pada penurunan sintesis ATP.

    Kerusakan membran merupakan faktor kritis pada kerusakan

    sel dan kalsium merupakan mediator penting pada

    perubahan biokimiawi maupun morfologi pada terjadinya

    nekrosis (6).

    Mekanisme kerusakan otak iskemik :

    1. Efek primer dari iskemia, terutama adalah penurunan

    suplai substrat untuk metabolisme energi di otak (oksigen

    dan glukosa) dan penurunan kemampuan

    menyingkirkan asam laktat. Hal ini menyebabkan

    kematian sel-sel neuron dan glia pada daerah yang

    mengalami iskemia paling parah (inti iskemik dari iskemia

    fokal). Hal ini juga akan terjadi pada daerah di sekitarnya

    (penumbra), setelah terjadi reperfusi.

    2. Efek sekunder dari iskemia, meliputi terjadinya pelepasan

    neurotransmiter, influks Ca ke dalam sel, aktivasi pro-

    tease dan lipase, produksi radikal bebas dan molekul-

    molekul inflamasi, aktivasi messenger intraselular

    sekunder, dan induksi gen yang menyebabkan kematian

    sel melalui apoptosis

    Apabila iskemia atau hipoksia terjadi untuk waktu yang tidak

    terlalu lama, kerusakan jaringan yang terjadi, dapat kembali

    normal dengan reoksigenisasi atau reperfusi melalui

    perbaikan aliran darah. Namun Parks, Granger, Mc Cord

    dkk, pada awal tahun 1980 menyatakan bahwa reoksigenasi

    pada jaringan yang mengalami iskemia dapat memperburuk

    keadaan jaringan (kerusakan karena reoksigenisasi atau

    reperfusi), yang sebagian besar dimediasi oleh ROS.

    Kerusakan reperfusi ini tergantung dari lamanya iskemia,

    jaringan yang rusak dan kemudian reperfusi tersebut akan

    melepaskan xantin oksidase dan ion logam katalitik transisi

    ke dalam sirkulasi sistemik menyebabkan terjadinya

    masalah pada jaringan di sekitarnya, sehingga kerusakan

    jaringan akan meluas, xantin oksidase dapat berikatan

    dengan sel endotel, yang akan menghasilkan radikal

    superoksida, peroksinitrit dan hidrogen peroksida (8).

    Mediator-mediator penting yang berperan pada iskemia-

    reperfusi serebral dan miokardium meliputi : ROS/RNS

    (terutama O2._, H2O2, NO

    . dan ONOO_), kadar glutamat yang

    tinggi menyebabkan eksitotoksisitas, perubahan

    metabolisme miokardium dan serebral, pelepasan ion

    katalitik, peningkatan Ca2+ intraselular, disfungsi endotel dan

    mikrovaskular serta akumulasi asam lemak bebas karena

    aktivasi enzim fosfolipase A2 (7,17).

    Disfungsi endotel dan mikrovaskuler akibat iskemia dapat

    mempermudah ekspresi protrombin, ditandai dengan

    aktivasi neutrofil dan trombosit, yang merupakan mediator

  • 10

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    penting pada reperfusi. Neutrofil akan teraktivasi dan

    bermigrasi ke dalam jaringan melalui gap junction sel

    endotel. Pada akhirnya hal ini dapat menyebabkan kerusakan

    membran sel (17).

    Manifestasi reperfusi serebral dan miokardium adalah

    nekrosis, miokardium stunning dan fenomena no reflow

    (pada miokardium) (17).

    Miokardium stunning merupakan suatu keadaan disfungsi

    mekanik pada miokardium yang terjadi setelah jaringan

    direperfusi walaupun jaringan tidak mengalami kerusakan

    irreversible dan kembali normal setelah reperfusi (22).

    Keadaan klinik yang berhubungan dengan miokardial stun-

    ning dapat ditemukan setelah reperfusi baik pada iskemia

    regional maupun global (17), sedangkan no reflow diduga

    sebagai tipe yang spesifik dari kerusakan vaskuler setelah

    jaringan mengalami reperfusi. Fenomena ini meliputi plug-

    ging neutrofil yang menyebabkan edema sel endotel,

    pembentukan mikrotrombin dan kontraktur miokardium

    iskemik yang berlebihan disertai dengan kompresi

    mikrovaskulatur (20).

    Miokardium dapat bertahan terhadap iskemia sampai 15

    menit tanpa terjadi kematian miosit. Walaupun miosit

    mengalami iskemik, kerusakan dapat direstorasi dengan

    reperfusi arteri dengan cepat, keadaan ini dianjurkan pada

    saat angina atau vasospasm koroner. Dengan meningkatnya

    durasi dan keparahan iskemia, kerusakan miosit semakin

    besar, yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan

    reperfusi miokardium, disebabkan oleh terapi reperfusi

    koroner seperti trombolisis, PCI (Percutaneous Coronary In-

    tervention), CABG (Coronary Arterial bypass Grafting) dan

    transplantasi jantung (17). Mekanisme protektif endotel pada

    miokardium terhadap iskemia-reperfusi meliputi produksi

    adenosin, pelepasan NO dan terbukanya channel KATP-ase.

    Selain itu dapat diperbaiki dengan terapi antioksidan, inhibi-

    tor Na+-H+ cariporide dan stimulasi metabolik dengan insu-

    lin (17).

    Pada serebral, cara termudah untuk memperbaiki kerusakan

    jaringan otak yang mengalami iskemia adalah dengan

    secepat mungkin memperbaiki aliran darah yang tersumbat.

    Namun hal ini tidak selalu berhasil, karena kerusakan

    reperfusi dapat terjadi pada daerah penumbra iskemik (pada

    iskemia fokal). Akhir-akhir ini fokus pengobatan lebih

    ditujukan untuk mencegah kematian neuronal. Intervensi

    terapi dengan Calcium blocker, NOS inhibitor, senyawa yang

    dapat mencegah ikatan glutamat dengan reseptor NMDA,

    antioksidan seperti SOD dapat menurunkan kerusakan neu-

    ronal pada percobaan binatang (7).

    MIOKARDIUM STUNNING DAN HIBERNASI

    Miokardium StunningPenelitian pada hewan menunjukkan bahwa oklusi total pada

    arteri koroner proksimal sampai 15 menit akan menyebabkan

    kerusakan reversibel, sehingga dapat diasumsikan bahwa

    Gambar 5. Mekanisme dan mediator pada reperfusi miokardium

  • 11

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    miosit dapat bertahan sampai 15 menit. Meskipun iskemia

    selama 15 menit dapat menyebabkan terjadinya berbagai

    perubahan pada miokardium, termasuk beberapa keadaan

    yang akan berlangsung berhari-hari. Salah satu bentuk

    keadaan tersebut adalah miokardium stunning yang

    merupakan perpanjangan disfungsi kontraktil miokardium

    paska iskemia setelah direperfusi. Mekanisme stunning

    diduga karena terbentuknya ROS, gangguan pada homeo-

    stasis kalsium dan perubahan pada struktur protein kontraktil

    (30).

    Keadaan tersebut membutuhkan discrete episode dari

    iskemia transient. Menurut ilmu klinik, iskemia transient dapat

    disebabkan oleh oklusi total koroner, yang terjadi pada

    spasme koroner yang berat, rontoknya plak aterosklerotik

    dengan pembentukan trombus, atau iskemia yang diinduksi

    oleh peningkatan kebutuhan oksigen seperti pada saat

    berolahraga disertai dengan penurunan aliran darah yang

    disebabkan oleh stenosis parsial arteri koroner. Sementara

    itu, selama discrete episode terjadi disfungsi ventrikel kiri

    pada daerah iskemia yang disebabkan oleh penghentian

    kontraksi miosit dalam beberapa detik pada saat iskemia

    akut. Jika jantung mengalami iskemia global, yang juga

    terjadi pada saat bypass kardiopulmoner, maka jantung akan

    mengalami disfungsi kontraktilitas global (30,32).

    Walaupun setelah iskemia dilakukan relaksasi spasme, lisis

    trombus dengan cepat, penghentian kegiatan berolahraga

    atau restorasi aliran darah setelah bypass kardiopulmoner,

    miokardium tetap membutuhkan waktu yang lama sebelum

    fungsinya kembali normal. Restorasi fungsi jantung setelah

    iskemia yang memerlukan waktu lama disebut juga stun-

    ning (30).

    Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi

    miokardium menjadi normal tergantung kepada durasi

    iskemia, tingkat keparahan iskemia dan ketersediaan aliran

    darah arteri yang tepat selama reperfusi (30,32).

    Heyndrickx dan kawan-kawan menyatakan bahwa

    miokardium stunning adalah disfungsi ventrikel kiri transient

    yang berlangsung lama setelah jaringan direperfusi

    walaupun jaringan tidak mengalami kerusakan irreversible

    dan aliran darah koroner dalam keadaan normal (28,30).

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa disfungsi

    kontraktilitas paska iskemik dapat disebabkan oleh

    pembentukan radikal bebas pada saat jaringan mengalami

    reperfusi dan bersifat sitotoksik (27). Walaupun mekanisme

    disfungsi kontraktilitas yang disebabkan oleh radikal bebas

    masih belum jelas, kerusakan oksidatif pada membran sel

    dan protein kontraktil berperan penting pada miokardium

    stunning (27).

    Peningkatan kadar Ca2+ intraselular dapat disebabkan oleh

    peningkatan influks kalsium selama iskemia-reperfusi dan

    gangguan pengambilan Ca2+ oleh sarkoplasma retikulum.

    Miokardium stunning paska iskemik ditandai dengan

    penurunan sensitivitas miofilamen terhadap Ca2+, yang

    diduga melibatkan proteolisis dan degradasi troponin I.

    Abnormalitas homeostasis Ca2+ juga dapat diinisiasi oleh

    kerusakan pada sarkolema, sarkoplasma retikulum dan pro-

    tein kontraktilitas akibat aktivitas radikal bebas (27).

    Gambar 6. Efek iskemia dan reperfusi miokardium pada sampelcanine (anjing)

  • 12

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Miokardium HibernasiKonsep awal miokardium hibernasi dinyatakan oleh

    Rahimtoola. Miokardium hibernasi adalah gangguan fungsi

    miokardium yang berlangsung lama yang disertai dengan

    penurunan aliran darah koroner. Hal ini merupakan adaptasi

    miokardium terhadap iskemia kronik untuk mempertahankan

    viabilitas miokardium (22,29). Pada penelitian klinis, ia

    mendapatkan adanya perbaikan secara progresif pada

    gangguan kontraktilitas ventrikel kiri setelah CABG tanpa

    adanya nekrosis transmural.

    Beberapa penelitian menyatakan bahwa miokardium

    hibernasi adalah penurunan fungsi ventrikel kiri dan aliran

    darah koroner yang bersifat kronik (22,28).

    Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi

    miokardium hibernasi tergantung pada durasi dan

    keparahan iskemia, keberhasilan revaskularisasi dan

    banyaknya miosit yang mengalami dediferensiasi dalam

    daerah hibernasi. Recovery yang terjadi dalam beberapa

    hari hingga minggu setelah revaskularisasi segment

    hibernasi menggambarkan adanya stunning. Recovery yang

    terjadi lebih lama menggambarkan regenerasi miofibril dan

    perbaikan perubahan struktur, yang terjadi selama fase

    hibernasi kronik (22,31).

    Penelitian juga menunjukkan bahwa miokardium hibernasi

    yang ditandai dengan disfungsi kontraktilitas regional dapat

    mengawali penurunan aliran darah koroner. Stenosis dapat

    menghubungkan antara miokardium stunning dan hibernasi

    yang bersifat kronik dengan iskemia. Perkembangan

    Gambar 7. Hubungan antara iskemia, stunning dan hibernasi pada miokardium

  • 13

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    miokardium stunning kronik menjadi miokardium hibernasi

    ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian dan merupakan

    paradigma baru dalam perkembangan disfungsi

    miokardium. Pada mulanya, terjadi periode iskemia yang

    berulang menyebabkan miokardium stunning semakin

    bertambah tingkat keparahan stenosis, iskemia reversibel

    dapat membuat program untuk kematian sel dan sebagai

    akibatnya terjadi hipertrofi miosit selular. Pada saat yang

    sama, iskemia reversibel menginduksi perubahan pada

    ekspresi gen regional yang menyebabkan penurunan

    pengambilan kalsium pada sarkoplasma retikulum Ca2+-

    ATPase. Perubahan ini terjadi tepat pada saat aliran

    subendokardial mengalami penurunan yang menyebabkan

    perubahan miokardium stunning kronik menjadi miokardium

    hibernasi kronik (22,29,32). (Gambar 7).

    STRESS OKSIDATIF PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL-MIOKARDIUM

    Pada iskemia, terjadi peningkatan produksi radikal bebas,

    terutama selama reperfusi, dibuktikan dengan adanya

    oksidasi protein, oksidasi lipid dan penurunan status

    antioksidan. Radikal bebas selama reperfusi dihasilkan oleh

    mitokondria yang rusak (MPT), xantin oksidase, ion logam

    transisi katalitik, neutrofil dan NOS (3,16,17).

    Dalam keadaan normal, radikal bebas dihasilkan oleh sel

    selama proses oksidasi. Perubahan oksigen menjadi air dan

    ATP pada rantai transport elektron mitokondria menghasilkan

    O2

    -, hidrogen peroksida (H2O

    2), radikal hidroksil (OH-).

    Hidrogen peroksida bukan suatu radikal, tetapi interaksi H2O

    2

    dengan O2 dan ion logam katalitik terutama besi,

    menghasilkan senyawa yang sangat reaktif yaitu radikal

    hidroksil. Radikal superoksida juga dapat dihasilkan oleh

    enzim seperti xantin oksidase, sitokrom P450, sitosol atau

    mitokondria yang dikatalisis oleh SOD. Oksidasi fosfolipid

    menjadi asam arakidonat dan metabolitnya, autooksidasi

    flavin, katekolamin, dopamin, dan aksi kalsium pada PLA2dan NOS, juga merupakan sumber radikal bebas. Radikal

    bebas yang dihasilkan selama proses metabolisme aerobik

    tersebut bersifat sangat reaktif yang dapat mengganggu

    integritas sel tubuh. Tubuh memiliki sistem perlindungan

    antioksidan untuk menetralisir aktivitas radikal bebas tersebut

    (16,17,23).

    Ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan

    pertahanan anti oksidan menyebabkan satu keadaan yang

    disebut sebagai stress oksidatif. Stress oksidatif dapat

    merusak sel atau sel dapat beradaptasi terhadap keadaan

    tersebut. Sel dapat bertoleransi terhadap stress oksidatif yang

    bersifat ringan melalui pengaturan kembali sintesis

    antioksidan untuk mempertahankan keseimbangan antara

    radikal bebas dengan antioksidan. Contoh lain dari adaptasi

    yaitu prekondisi iskemik, suatu keadaan di mana episode

    iskemia yang singkat dan berulang akan menyebabkan

    miokardium lebih tahan terhadap episode iskemia

    selanjutnya (23). .

    Mekanisme prekondisi iskemik melibatkan stimulasi

    reseptor bradikinin, adenosin, noradrenalin dan opioid yang

    akan mengaktivasi protein kinase C (PKC) melalui G pro-

    tein-coupled receptors, yang selanjutnya dapat menginisiasi

    alur signal transduksi intraselular. PKC dapat mengaktivasi

    tirosin kinase, yang selanjutnya dapat mengaktivasi mitogen

    activated protein kinase (MAP kinase) menyebabkan ekspresi

    protein stress oksidatif dan perlindungan kedua (second win-

    dow). Selain itu, aktivasi tirosin kinase dapat menyebabkanGambar 8. Peran radikal bebas pada proses peroksidasi lipid,

  • 14

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    terbukanya KATP

    channel pada mitokondria dan sarkolema.

    Efek KATP

    channel sarkolema merupakan efek proteksi pada

    prekondisi iskemik yang harus disertai dengan efek pada

    KATP

    channel mitokondrial. Beberapa penelitian

    menunjukkan bahwa KATP

    channel mitokondrial merupakan

    true efector dalam memediasi efek proteksi pada prekondisi

    iskemik (25).

    Dengan terbukanya KATP channel pada sarkolema, durasi

    aksi potensial miokardium dapat diperpendek sehingga

    terjadi penurunan konsumsi energi dan kelebihan Ca2+ pada

    miokardium selama iskemia, sedangkan efek terbukanya

    KATP

    channel pada mitokondria, melalui penurunan

    membran potensial mitokondria, dapat menurunkan

    kemampuan influks kalsium ke dalam mitokondria. Selain

    itu, penurunan membran potensial mitokondria dapat

    mengawali ikatan IF1 inhibitor endogen mitokondrial ATPase,

    yang akan mencegah berkurangnya ATP selama iskemia

    dan mencegah osmotic swelling. Hal tersebut dapat

    melindungi miokardium selama iskemia-reperfusi (26).

    Second window merupakan suatu keadaan di mana terjadi

    peningkatan toleransi terhadap iskemia selama 24 jam atau

    lebih setelah episode prekondisi iskemia yang dicetuskan

    melalui pembentukan NO (22).

    Stres oksidatif dapat mempengaruhi fungsi serebral dan

    miokardium serta merusak sel neuron, glia dan miokardium

    melalui beberapa mekanisme sebagai berikut :

    1. Peningkatan peroksidasi lipid pada membran sel. Produk

    oksidasi ini merupakan senyawa neurotoksik, misalnya

    aldehid HNE, F2-isoprostan

    2. Kerusakan oksidatif DNA , menyebabkan modifikasi dan

    kehancuran susunan DNA dan menyebabkan aktivasi poli

    (ADP-ribosa) sintetase

    3. Kerusakan protein, menyebabkan perubahan

    konformasi, polimerisasi dan fragmentasi protein.

    4. Induksi apoptosis dan nekrosis (7,10).

    Stress oksidatif juga mempengaruhi influks dan efluks

    kalsium baik melalui oksidasi protein atau lipid membran

    sel. Radikal bebas dapat merusak sarkolema (membran sel)

    sehingga sel kehilangan permeabilitas selektifnya, gangguan

    aktivitas Ca2+-ATPase dan Na+ / K+-ATPase. Hal tersebut

    dapat meningkatkan influks Ca2+-transsarkolema. Peroksida

    juga dapat merusak sistem pengambilan dan pelepasan

    Ca2+ pada sarko(endo)plasma retikulum melalui oksidasi

    gugus SH (sulfhidril) pada saluran transmembran serta

    reseptor ryanodine dan IP3 yang akan mengubah homeosta-

    sis Ca2+ dan terjadi proses uncoupling eksitasi-kontraksi pada

    miokardium. Struktur lain yang dipengaruhi oleh ROS pada

    miokardium adalah matriks kolagen (dengan konsekuensi

    kehilangan energi mekanik pada proses coupling) dan pro-

    tein kontraktil (dengan konsekuensi penurunan responsivitas

    terhadap kalsium) (10,22,23). ROS juga dapat meningkatkan

    permeabilitas membran mitokondrial yang menyebabkan

    efluks kalsium dari mitokondria (15,24).

    Peningkatan kadar Ca2+ menyebabkan membran blebbing

    karena terjadi kerusakan pada sitoskeleton. Penurunan ATP

    yang terjadi selama iskemia juga dapat memudahkan

    terjadinya membran blebbing. Jika proses ini terus berlanjut,

    akan menyebabkan rupture bleb, sel kehilangan gradien

    ionnya dan akan mengalami kematian dan nekrosis (23).

    NITRIC OXIDE (NO) PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL-MIOKARDIUM

    Radikal bebas NO dihasilkan oleh tiga isoform Nitric Oxide

    Synthase (NOS) yaitu neuronal NOS (nNOS), inducible NOS

    (iNOS), dan endotelial NOS (eNOS). eNOS dan nNOS

    merupakan enzim yang aktivitasnya tergantung pada kalsium

    dan stimulasi terhadap enzim tersebut dapat menghasilkan

    NO dalam jumlah kecil. iNOS adalah enzim yang tidak

    tergantung pada kalsium dan diinduksi oleh sitokin yang akan

    menghasilkan NO dalam jumlah besar (33).

  • 15

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Peran NO pada iskemia serebral adalah kompleks. NO dapat

    memberikan efek protektif atau merusak sel. Dalam keadaan

    iskemia, NO yang dihasilkan oleh nNOS melalui aktivasi

    Ca2+ dapat merusak sel-sel otak dan miokardium melalui

    reaksi NO dengan superoksida menghasilkan peroksinitrit

    yang sangat reaktif, sedangkan iNOS yang dihasilkan oleh

    makrofag terlibat dalam proses inflamasi dan bersifat

    sitotoksik yang menyebabkan kematian sel. Sebaliknya, NO

    yang dihasilkan oleh aktivasi eNOS mempunyai efek protektif

    menurunkan agregasi trombosit, mencegah adhesi lekosit

    dan meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah arteri dan

    aliran darah serta mengatur kontraktilitas, coupling reseptor-

    efektor pada miokardium. Produksi NO yang berlebihan

    biasanya dihasilkan oleh iNOS (34,35,36,37).

    Dalam keadaan normal, otak dan kardiak miosit dapat

    menghasilkan NO yang berperan pada pengontrolan aliran

    darah, perfusi jaringan, irama vaskular, trombogenesis dan

    modulasi aktivitas neuronal (33,34).

    Beberapa mediator yang dapat mengaktifkan eNOS yaitu

    asetilkolin, substansi P, histamin, arginin vasopresin,

    bradikinin, prostaglandin F dan reseptor endotelin. Aktivasi

    eNOS menghasilkan peningkatan produksi NO di dalam sel

    endotel. NO berdifusi keluar dari sel endotel ke dalam sel

    otot polos di mana NO mengaktifkan GMP, dapat

    menurunkan kadar Ca2+ intraselular, relaksasi sel otot,

    vasodilatasi dan peningkatan aliran darah serebral.

    Pelepasan NO juga dapat menurunkan agregasi dan

    perlekatan trombosit dan lekosit serta menghambat Vascu-

    lar Cell Adhesion Molecule-1 (VCAM-1) (11,37).

    Pada tempat inflamasi akan dihasilkan iNOS dan seperti

    halnya nNOS, NO yang dihasilkan oleh iNOS dapat bereaksi

    dengan radikal superoksida membentuk peroksinitrit yang

    kemudian bereaksi dengan protein menyebabkan

    fragmentasi protein. Xu dkk menyatakan bahwa penurunan

    glukosa dan oksigen dapat menginduksi ekspresi iNOS pada

    sel endotel. Sementara itu, sejumlah besar NO yang

    dihasilkan oleh iNOS dapat menyebabkan kematian sel

    endotel melalui mekanisme apoptosis, selain itu juga

    menyebabkan disfungsi sel endotel yang menghasilkan

    disregulasi vaskular dan mempercepat iskemia (35).

    Melalui pengukuran kadar metabolit NO di cairan otak (CSF)

    Castillo dkk (34) menunjukkan bahwa pada stroke iskemik

    akut, peningkatan kadar metabolit NO berkorelasi dengan

    keparahan kerusakan sel-sel otak. Meskipun penurunan

    aliran darah serebral pada daerah sentral (core) selama

    iskemia merupakan faktor utama yang bertanggung jawab

    terhadap kerusakan nekrotik, faktor lain yang juga terlibat

    adalah derajat metabolik, densitas kapiler, eksitotoksisitas

    asam amino dan mungkin perbedaan dari aktivitas NOS lokal.

    Ashwal dkk (37) menunjukkan bahwa, aktivitas NOS yang

    lebih besar di daerah sentral dapat menerangkan kerentanan

    daerah itu terhadap iskemia, dan aktivitas NOS selama

    iskemia-reperfusi serebral membutuhkan kofaktor lain.

    Fang dkk menunjukkan bahwa iNOS diekspresikan pada

    miokardium setelah infark miokard dan gagal jantung.

    Peningkatan NO dari iNOS ikut terlibat dalam disfungsi

    miokardium dan mortalitas setelah infark miokard pada tikus

    (33).

    Gambar 9. Tempat-tempat produksi NO

  • 16

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Pada miokardium, walaupun tidak terjadi gangguan

    hemodinamik akut , yang berhubungan dengan kadar tinggi

    NO, tetapi kehilangan miosit masih tetap dapat terjadi melalui

    peran NO dalam menginduksi stress oksidatif, pembentukan

    peroksinitrit dan induksi apoptosis (33).

    KALSIUM PADA ISKEMIA-REPERFUSISEREBRAL DAN MIOKARDIUM

    Selama iskemia, dapat terjadi peningkatan eksitabilitas atau

    depolarisasi persisten terhadap sel, yang akan menyebabkan

    peningkatan abnormal kadar Ca2+ intraselular. Peningkatan

    kadar Ca2+ ini dapat merusak sel melalui aktivasi protease,

    lipase, endonuklease dan adanya pelepasan sitokin dan

    faktor-faktor lain yang secara langsung maupun tidak

    langsung dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel

    (16)

    Hipotesis yang menyatakan bahwa Ca2+ memiliki peran

    terhadap sel iskemik, pada awalnya digunakan untuk

    menerangkan hubungan antara peningkatan influks Ca2+

    dengan kerusakan sel, yang terjadi pada iskemia miokardial

    (24). Pada tahun 1977, Nicholson dkk menyatakan bahwa

    anoksia dapat menyebabkan terjadinya translokasi Ca2+ dari

    ekstrasel ke intrasel pada jaringan serebral dengan cepat.

    Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian lain, sehingga

    timbullah suatu hipotesis bahwa kalsium dapat memediasi

    kerusakan neuronal pada keadaan iskemia/hipoksia,

    hipoglikemia dan status epileptikus.

    Apabila dihubungkan antara keadaan jaringan otak dengan

    hipotesis yang menyatakan bahwa kalsium dapat memediasi

    kerusakan sel, ditemukan beberapa keadaan khusus dari

    otak, yaitu sawar darah otak memiliki permeabilitas yang

    sangat rendah terhadap Ca2+, tetapi dapat terjadi translokasi

    kalsium dalam sel dan cairan serebral ekstraselular, sehingga

    timbul suatu dugaan bahwa neuron di otak memiliki sifat

    kerentanan selektif terhadap iskemia, hipoglikemia dan

    epilepsi sebab otak memiliki densitas yang tinggi terhadap

    channel calcium pada membran plasmanya (24)

    Kadar Ca2+ bebas intrasel dalam keadaan normal lebih

    rendah dibandingkan kadarnya dalam cairan ekstraselular

    dan sarko(endo) plasma retikulum, yaitu sekitar 10-7 M.

    Kadar rendah Ca2+ dapat dipertahankan oleh sel tubuh

    melalui berbagai sistem, yaitu :

    1. Kalsium-ATPase membran plasma yang memompa

    kalsium keluar sel. Pompa Ca2+-ATPase memerlukan

    energi untuk menjalankan fungsinya. Energi ini berasal

    dari proses hidrolisis ATP atau melalui hubungan antara

    efluks Ca2+ dengan influks Na+ ke dalam sel. Selanjutnya

    Na+ akan dipompa keluar sel oleh Na+ -K+ -ATPase

    2. Penukar Na+/Ca2+ membran plasma yang akan

    mengefluks kalsium dari sitoplasma sel kecuali jika

    membran mengalami depolarisasi persisten maka fungsi

    penukar Na+/Ca2+ akan mengalami perubahan yang

    akan memompa kalsium ke dalam sel.

    3. Pengambilan Ca2+ ke dalam lumen sarko(endo)plasmik

    retikulum oleh pompa sarko(endo)plasmik retikulum-

    ATPase

    4. Pengambilan Ca2+ oleh mitokondria, yang berhubungan

    langsung dengan penggunaan energi yang dihasilkan

    oleh transport elektron. Sistem ini merupakan back up

    yang hanya berfungsi jika terjadi peningkatan kadar Ca2+

    intrasel.

    5. Ikatan Ca2+ dengan protein, misalnya Calmodulin. Ikatan

    Ca2+dengan Calmodulin menyebabkan perubahan

    bentuk sehingga Calmodulin dapat berikatan dengan

    protein lain dalam sel, termasuk Ca2+-ATPase pada

    membran plasma dan protein kinase (16,23).

  • 17

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Pada serebral, influks kalsium ke dalam neuron presinaptik

    melalui VDCC (voltage dependent calcium channel)

    disebabkan oleh depolarisasi membran. Selanjutnya terjadi

    pelepasan glutamat dari neuron presinaptik melalui proses

    eksositosis sebagai respon terhadap aksi potensial. Glutamat

    tersebut akan berikatan dengan reseptornya pada neuron

    postsinaptik, yaitu reseptor NMDA, KA/AMPA, quisqualate.

    Ikatan glutamat dengan NMDA dapat menyebabkan influks

    Ca2+ dan natrium ke dalam sel melalui salurannya masing-

    masing. Influks kalsium ini dimodulasi oleh zink, glisin, ion

    hidrogen dan reaksi oksidasi reduksi (11,16).

    Gambar 10. Berbagai proses pengangkutan Ca2+ oleh sel

    Ikatan glutamat dengan reseptor KA/AMPA dapat

    menyebabkan influks natrium ke postsinaptik neuron

    sehingga neuron mengalami depolarisasi yang

    menyebabkan influks Ca2+ ke dalam sel melalui VDCC (16).

    Aktivasi glutamat pada reseptor quisqualate akan

    mengaktifkan protein G, menyebabkan modulasi aktivitas

    reseptor NMDA dan KA/AMPA serta mengaktifkan hidrolisis

    fosfolipid inositol dan pelepasan inositol trifosfat yang akan

    berikatan dengan reseptor IP3 pada membran endoplasmik,

    menyebabkan pelepasan Ca2+ yang disimpan dalam

    membran endoplasmik dan kemungkinan dari mitokondria

    (16)

    Demikian pula yang terjadi pada miokardium, aksi potensial

    pada T-tubulus menyebabkan membran plasma mengalami

    depolarisasi sehingga terjadi influks Ca2+ ke dalam sel

    melalui VDCC. Ca2+ ini akan berikatan dengan channel

    pelepasan kalsium intraselular yang akan mencetuskan

    pelepasan kalsium dari sarkoplasmik retikulum untuk proses

    coupling eksitasi-kontraksi sedangkan pengambilan Ca2+ ke

    dalam sarkoplasma retikulum oleh pompa sarkoplasma

    retikulum kalsium akan berperan pada relaksasi miokardium

    (13). Peran reseptor IP3 pada miokardium masih kurang

    jelas. Pada miokardium, pelepasan Ca2+ lebih banyak

    dipengaruhi oleh reseptor ryanodine (13). (Gambar 12).

    Walaupun influks dan efluks kalsium ke mitokondria tidak

    berperan dalam reaksi coupling eksitasi-kontraksi

    miokardium tetapi mitokondria dapat mendapar Ca2+ sitosolik

    dan melindungi miokardium akibat peningkatan kadar Ca2+

    miokardium. Baik pada serebral maupun miokardium, influks

    Ca2+ ke dalam mitokodria terjadi bila influks Ca2+ ke dalam

    sel melebihi kemampuan penukar Na+/Ca2+ untuk

    mengefluks Ca2+ ke ekstraselular dan terjadi peningkatan

    kadar Ca2+ intramitokondrial sehingga Ca2+ akan diambil dan

    disimpan dalam mitokondria (13).

    Gambar 11. Efek peningkatan kadar glutamat pada neuron selamaiskemia serebral

  • 18

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Aktivasi Ca2+ pada calmodulin akan menghasilkan NO karena

    calmodulin banyak mengandung metionin yang mudah

    dioksidasi oleh ROS (24)

    Ca2+ juga dapat mengaktivasi fosfolipase A2 (PLA2), yang

    selanjutnya mengaktivasi pembentukan platelet activating

    factor (PAF). Aktivasi PLA2 menyebabkan produksi ROS sebab

    asam arakidonat yang dihasilkan oleh PLA2 mengalami

    metabolisme siklooksigenase (dan lipoksigenase) yang akan

    menghasilkan berbagai produk degradasi serta radikal

    superoksida (16,40).

    Aktivasi Ca2+ terhadap fosfolipase, endonuklease dan pro-

    tease akan mempengaruhi fosforilasi protein melalui

    perubahan aktivitas protein kinase dan fosfatase yang akan

    meningkatkan produksi ROS dan NO (24). Selain itu, pada

    miokardium aktivitas Ca2+ terhadap protease dapat

    menyebabkan disfungsi miokardium melalui penurunan

    desmin, suatu protein filamen intermediet pada miosit (39)

    Pengambilan Ca2+ ke dalam mitokondria terjadi apabila

    kadar Ca2+ meningkat pada intramitokondrial. Selama

    iskemia dapat terjadi akumulasi berlebihan Ca2+ dalam

    mitokondria yang dapat mencetuskan MPT, produksi

    senyawa oksigen reaktif dan kerusakan mitokondrial (24)

    Pada keadaan iskemia, di mana terjadi kehilangan ATP, tidak

    hanya neurotransmiter dan reseptornya saja yang

    dipengaruhi oleh keadaan ini tetapi juga kadar Ca2+

    intraselular. Peningkatan kadar Ca2+ intraselular disebabkan

    gangguan pada fungsi pompa ATPase membran plasma,

    pompa sarko(endo)plasma retikulum kalsium dan

    perubahan fungsi penukar Na+/Ca2+ . Selain itu, kehilangan

    ATP akan mempengaruhi mekanisme perpindahan

    glutamat dari ekstraselular yang akan menyebabkan

    peningkatan glutamat di ekstraselular karena penukar Na+/

    glutamat mengalami perubahan fungsi sehingga terjadi

    influks natrium dan efluks glutamat yang dapat menyebabkan

    eksotoksisitas (16,24,38)

    Kalsium yang mengalami peningkatan kadar selama iskemia

    dapat mengaktivasi adenil siklase, NOS, calmodulin kinase

    2 (CaM) dan protein kinase C (PKC) melalui aktivasi

    calmodulin. Perubahan CaM dan PKC terjadi pada saat sel

    mengalami iskemia. Fosforilasi faktor transkripsi CaM

    menyebabkan perubahan pada ekspresi gen. Selain itu,

    ekpresi gen dipengaruhi kalsium melalui cAMP respon ele-

    ment (CRE) yang berikatan dengan protein (CREB).

    Perubahan ekspresi gen oleh CREB dan CaM terlibat dalam

    kematian sel akibat iskemia, termasuk induksi apoptosis (16).

    Gambar 12. Peran influks Ca2+ pada proses coupling eksitasi-kontraksi miokardium

    Gambar 13. Efek glutamat terhadap kerusakan sel melalui aktivasimessenger intraselular

  • 19

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Pada miokardium, peningkatan kadar Ca2+ tidak dapat

    dihubungkan dengan peningkatan tekanan sistolik atau

    diastolik, karena pada keadaan ini justru tekanan sistolik dan

    diastolik mengalami penurunan, yang menunjukkan bahwa

    pada proses coupling eksitasi kontraksi terutama dipengaruhi

    oleh kompleks kalsium dengan troponin C (21)

    ANTIOKSIDAN SEBAGAI SUATU SISTEMPERLINDUNGAN TERHADAP ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Antioksidan merupakan suatu sistem perlindungan tubuh

    terhadap aktivitas radikal bebas yang dihasilkan baik secara

    endogen maupun eksogen, yang dimiliki setiap sel normal.

    Pembentukan radikal bebas dan proses peroksidasi lipid

    merupakan suatu faktor penting dalam patogenesis iskemia

    serebral dan miokardium (48).

    Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pembentukan

    radikal bebas selama iskemia-reperfusi serebral atau

    miokardium dapat diukur secara in vivo menggunakan

    beberapa teknik pengukuran, seperti mikrodialisa, trapping

    spin salisilat, resonansi elektron paramagnetik. Peningkatan

    produk peroksidasi lipid dan penurunan kadar antioksidan

    dalam otak dan miokardium selama iskemia-reperfusi

    merupakan kejadian yang menyertai proses stress oksidatif

    (23).

    Banyaknya penelitian farmakologik menunjukkan bahwa

    molekul antioksidan, seperti superoksida dismutase (SOD),

    glutathione peroksidase, katalase, vitamin E dan C, akan

    mengurangi kerusakan iskemia serebral dan miokardium

    (40,45).

    Antioksidan berfungsi dalam mempertahankan kadar opti-

    mal oksigen intraselular secara konsisten. Kadar oksigen

    dapat mempengaruhi proses auto-oksidasi, kebocoran

    elektron pada reaksi rantai transport elektron mitokondrial

    dan aktivitas monoamin oksidase. Penelitian menunjukkan

    fungsi antioksidan (dimetilsulfoksida, salisilat dan L-sistein)

    sebagai inhibitor saluran KATP. Antioksidan tersebut dapat

    menghambat vasodilatasi arteriol serebral yang disebabkan

    oleh H2O

    2 dan ONOO- melalui pembukaan saluran K

    ATP dan

    tidak bertindak sebagai scavenger radikal hidroksil yang

    dihasilkan dari reaksi H2O

    2 dengan ONOO-. Aktivitas saluran

    KATP

    pada sel otot polos terutama mempengaruhi irama

    vaskular. Saluran KATP adalah kompleks protein yang terdiri

    dari subunit pore-forming dan reseptor sulfonilurea.

    Kebanyakan antioksidan dapat berikatan dengan reseptor

    sulfonilurea yang akan menghambat aktivasi saluran KATP(7,42).

    Gambar 14. Mekanisme antioksidan terhadap aktivitas ROS padaberbagai tahap stress oksidatif

  • 20

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Walaupun serebral dan miokardium dilindungi oleh

    antioksidan endogen terhadap aktivitas radikal bebas tetapi

    dalam keadaan tertentu senyawa tersebut tidak cukup karena

    terjadi peningkatan stress oksidatif dan dalam hal ini

    suplemen antioksidan dibutuhkan . Pada gambar 14

    ditunjukkan berbagai interaksi dari berbagai mekanisme

    antioksidan dengan ROS pada berbagai tahap stress

    oksidatif (10). Beberapa sistem yang termasuk dalam

    antioksidan pada serebral dan miokardium adalah enzim,

    vitamin, protein pengikat logam dan pertahanan terhadap

    sawar darah otak (7).

    EnzimEnzim merupakan scavenger radikal bebas dan dapat

    menguraikan H2O2 dan anion superoksida. Contohnya

    adalah superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase

    (GPx) dan katalase (6). CuZnSOD dan MnSOD merupakan

    senyawa endogen utama pada reperfusi serebral,

    sedangkan GPx merupakan enzim utama pada miokardium

    untuk melindungi sel terhadap peroksidasi lipid (7.10,17).

    SOD ditemukan di banyak jenis sel dan dapat mengubah

    superoksida menjadi H2O

    2 (2 O

    2_ + 2 H H

    2O

    2 + O

    2).

    Kelompok ini meliputi MnSOD dalam mitokondria dan

    CuZnSOD yang ditemukan di sitosol (6). Semua daerah di

    otak dan miokardium mengandung CuZnSOD, MnSOD, dan

    GPx. Penelitian menunjukkan pemberian CuZnSOD pada

    serebral dapat menunda apoptosis dan kekurangan MnSOD

    pada tikus dapat menyebabkan neurodegenerasi. Ion

    mangan yang terdapat pada MnSOD berfungsi dalam

    menghambat saluran kalsium dan aktivasi efek inducible

    dan neuroprotektif SOD (7).

    Pada miokardium, SOD dan katalase dapat menurunkan

    ukuran infark, meningkatkan fungsi jantung dan fungsi regu-

    lator sarkoplasma retikulum yang berhubungan dengan Ca2+/

    calmodulin protein kinase. Selain itu, kombinasi SOD dengan

    katalase dapat mencegah penurunan fungsi pompa Ca2+

    sarkoplasma retikulum, penukar Na+/ Ca2+, dan aktivitas Na+-

    K+-ATPase (8, 10).

    Katalase yang terletak pada peroksisom dapat menguraikan

    hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air, sedangkan

    glutation peroksidase (GPx) melindungi sel dengan

    mengkatalisis pemecahan radikal bebas (H2O

    2 + 2 GSH

    GSSG). Rasio intrasel antara GSSG dengan GSH

    menunjukkan keadaan oksidasi pada sel dan menunjukkan

    kemampuan sel menghambat aktivitas ROS (6).

    AskorbatAskorbat dapat berfungsi sebagai antioksidan jika tidak

    terdapat ion logam katalitik transisi karena senyawa kompleks

    askorbat-besi dan askorbat-tembaga dapat menghasilkan

    radikal bebas. Jika terjadi peningkatan kadar besi dan

    tembaga akibat kerusakan di otak maka pemberian askorbat

    tanpa senyawa pengikat besi atau tembaga dapat

    menstimulasi kerusakan otak (7).

    Askorbat sebagai antioksidan merupakan inhibitor

    pembentukan radikal bebas dan scavenger radikal bebas.

    Penelitian menunjukkan bahwa efek pencegahan askorbat

    terhadap stroke melalui penurunan tekanan darah, sebab

    pada kelompok penderita stroke kadar askorbat ditemukan

    berhubungan terbalik dengan tekanan darah serta

    peningkatan tekanan darah akan meningkatkan risiko

    terhadap stroke hemoragik dan infark serebral (41).

    Penelitian juga menunjukkan bahwa askorbat dapat

    merangsang produksi prostasiklin endotel, yang menurunkan

    irama vaskular dan menghambat agregasi trombosit (46).

    Hipotesis lain menyatakan bahwa askorbat sebenarnya tidak

    memiliki efek langsung terhadap stroke tetapi merupakan

    penanda biokimia untuk faktor pencegah yang lain atau

    menunjukkan kondisi tubuh dalam keadaan sehat, yang

    mampu menstimulasi penurunan risiko infark serebral dan

    stroke hemoragik. Kadar askorbat dapat merupakan

    penanda asupan nutrien lain terutama buah-buahan dan

    sayuran seperti magnesium, kalsium, serat dan karoten dan

    nutrien yang dapat mencegah stroke (46).

  • 21

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Penelitian oleh NHANES I (National Health and Nutrition

    Examination Survey) menunjukkan bahwa asupan vitamin

    C dosis tinggi dapat menurunkan risiko terhadap kematian

    terutama yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner (49).

    Antioksidan pemecah reaksi rantai radikal bebasAntioksidan pemecah reaksi rantai seperti vitamin E dan

    ubiquinol merupakan senyawa penting di otak dan

    miokardium, yang berfungsi untuk menurunkan agregasi

    trombosit, menghambat oksidasi asam lemak tak jenuh

    ganda di membran sel dan menghambat pembentukan NO

    (18,48,50). Penelitian menunjukkan bahwa kekurangan a-

    tokoferol dapat terjadi pada penderita sindrom malabsorpsi

    lemak dan menyebabkan kerusakan neuron (7).

    CHAOS (Cambridge Heart Antioxidant Study) menyatakan

    bahwa pemberian vitamin E dalam dosis tinggi yaitu 400

    dan 800 IU/hari dapat menurunkan risiko infark miokard dan

    kematian akibat penyakit kardiovaskular pada penderita

    iskemia miokardium (49,50). Pemberian vitamin E dosis

    tinggi dalam jangka waktu yang lama merupakan antioksidan

    larut lemak utama terhadap reperfusi miokardium (17).

    Protein protektif lain dan protein pengikat logamPenelitian menunjukkan ekspresi gen caeruloplasmin pada

    astrosit tikus dan penderita yang mengalami

    acaeruloplasminemia berhubungan dengan degenerasi

    retina dan ganglia basal. Haptoglobin dapat berikatan dengan

    haemoglobin yang dilepaskan dalam CSF. Otak juga

    mengandung metallothionein (MT) dan isoform MT III

    terutama di hipotalamus, yang berfungsi mengatur

    metabolisme tembaga. Sistem tiol dapat melindungi otak

    terhadap kerusakan oleh radikal tiil dan dapat mengikat ion

    Fe2+ (7).

    Selain itu, pemberian deferoxamin pada penderita thalas-

    semia akan menurunkan risiko penyakit jantung dan diabe-

    tes melitus. Deferoxamin merupakan khelat besi yang

    berperan sebagai scavenger radikal bebas hidroksil pada

    hewan atau radikal superoksida pada manusia, demikian

    pula dengan ceruloplasmin selain sebagai scavenger radikal

    bebas juga dapat mengikat besi dan mengkatalisis oksidasi

    Fe2+ menjadi Fe3+ (10).

    b-karoten (vitamin A)b-karoten adalah antioksidan yang larut lemak yang dapat

    melindungi membran sel terhadap stress oksidatif. Dalam

    tubuh, b-karoten diangkut oleh protein retinol, yang disintesis

    oleh hati dan memiliki waktu paruh yang pendek. Kadar pro-

    tein retinol akan menurun selama respon fase akut jaringan

    dan hal ini menunjukkan bahwa pada keadaan fasa

    hiperakut stroke akan terjadi penurunan b-karotene.

    Penelitian yang selama ini dilakukan terhadap b-karotene

    menunjukkan bahwa b-karotene dapat memiliki efek protektif

    terhadap stress oksidatif, dan tidak menunjukkan efek apapun

    atau memiliki efek berbahaya pada reperfusi serebral

    maupun miokardium (41,43,49,51).

    Pertahanan terhadap sawar otak darahAspek lain yang diduga dapat mempertahankan fungsi nor-

    mal otak adalah resistensi sel endotel kapiler yang

    merupakan sawar darah otak terhadap stress oksidatif (7).

    Penelitian juga menunjukkan adanya senyawa antioksidan

    generasi baru yaitu U101033E, suatu pyrrolopyrimidin yang

    dapat meningkatkan kemampuan penetrasi sawar darah otak

    dan merupakan inhibitor kuat terhadap besi (47).

  • 22

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    DAFTAR PUSTAKA1. Damjanov I. The Nervous System. In Pathology for the Health

    Related Profession, Damjanov , Philadelphia : Saunders. 2000,2rd ed, p 487-489.

    2. Sacco R L, Toni D, Mohr. Classification of Ischemic Stroke. InStroke, Pathophysiology, Diagnosis, and Management, BarnettH J M, Mohr JP, Stein B M, Yatsu F M . Philadelphia : ChurchillLivingstone, 1998, 3th ed, p 341-351

    3. Rubin E. Farber J. Cell Injury. In Essential Pathology, Rubin E.Philadelphia : Lippincott Williamsand Wilkins. 2001; 3th ed. p 4-16.

    4. Nolte J. Blood Supply of the Brain. In The Human Brain. Nolte J.St Louis : Mosby Year Book. 1990; 4th ed. p 132.

    5. Girolami, Anthony, Frosch. The Central Nervous System in Patho-logic Basis of Disease.In Pathologic Basis of Disease. Cotran,Kumar, Collins. Philadelphia : Saunders. 1999. 6th ed. p 1306-1310.

    6. Cotran, Kumar and Colkins. Cellular Pathology I : Cell Injury andCell Death. In Pathologic Basis of Disease , Cotran, Kumar andColkins. Philadelphia : Saunders Co. 1999; 7th ed. p 1 14.

    7. Halliwell B and Gutteridge J M C. Free radicals, other reactivespecies and disease. In Free Radicals in Biology and Medicine,Halliwell B and Gutteridge J M C, New York : Oxford University,1999; 3th ed . p 721-736.

    8. Halliwell B and Gutteridge J M C. Free radicals, other reactivespecies and disease. In Free Radicals in Biology and Medicine,Halliwell B and Gutteridge J M C, New York : Oxford University,1999; 3th ed .p 645-661.

    9. Underwood. Ischaemia, infarction and shock. In General andSystematic Pathology. Underwood. London : Churchill Livingstone.2000: 3th ed. p 150-162.

    10. Dhalla, Temsah, Netticadan. Role of oxidative stress in cardio-vascular diseases. Journal of Hypertension. 2000 ; 18:655-673

    11. Ransom B, Waxman S, Fern R. Molecular Pathophysiology ofWhite Matter Anoxic/Ischemic Injury. In Stroke, Pathophysiology,Diagnosis, and Management. Barnett H J M, Mohr JP, Stein B M,Yatsu F M. Philadelphia : Churchill Livingstone, 1998, 3th ed. p51-83

    12. Stanley. Cardiac energetics during ischaemia and the rationalefor metabolic interventions. Coronary Artery Disease. 2001;12:S3-S7

    13. Katz. Myoxcyte structure and function. In Textbook of cardiovas-cular medicine. Topol. Philadelphia : Lipincott Raven. 1998. p2452-2461

    14. Lilly S L. Basic Cardiac structure and function. In Pathophysiologyof Heart Disease. Lilly S L. Philadelphia : Lea Febiger,1993. p9-17

    15. Vander, Sherman, Luciano. Circulation in Human Physiology. InHuman Physiology , Vander, Sherman, Luciano. New York :Graw-Hill Book, 2001, 8th ed. p 394-395

    16. Sharp, Swanson, Honkaniemi, Kogure, Massa. Neurochemistryand Molecular Biology. In Stroke, Pathophysiology, Diagnosis,and Management. Barnett H J M, Mohr JP, Stein B M, Yatsu F M.Philadelphia : Churchill Livingstone,1998, 3th ed, p 51-83

    KESIMPULAN

    Penurunan suplai darah pada serebral maupun miokardium

    akibat aterosklerosis, trombosis atau gangguan vaskular

    lainnya diketahui dapat menginduksi iskemia serebral dan

    miokardium.

    Walaupun reperfusi yang dilakukan terhadap jaringan

    tersebut merupakan hal yang penting untuk mencegah

    kerusakan serebral maupun miokardium lebih lanjut, tetapi

    banyak penelitian menunjukkan bahwa reperfusi memiliki

    efek yang merugikan akibat pembentukan senyawa radikal

    bebas, terutama pada iskemia dengan durasi yang lebih

    lama.

    Ketidak seimbangan antara pembentukan radikal bebas

    dengan penurunan antioksidan dalam tubuh selama

    iskemia-reperfusi serebral atau miokardium akan

    menyebabkan terjadinya stress oksidatif, yang ditunjukkan

    dengan penurunan status antioksidan total (SAT). Efek

    merusak dari stress oksidatif disertai dengan peningkatan

    kadar kalsium dapat merusak membran sel,

    endo(sarko)plasma retikulum, mitokondria dan nukleus.

    Banyak penelitian menunjukan bahwa antioksidan memiliki

    efek protektif terhadap stress oksidatif melalui mekanismenya

    masing-masing, dan pandangan baru tentang peran ROS

    pada patogenesis iskemia-reperfusi serebral maupun

    miokardium akan membuka kemungkinan terapi dengan

    antioksidan pada penderita dengan penurunan status

    antioksidan total.

  • 23

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    17. Verma et al. Fundamentals of Reperfusion Injury for the ClinicalCardiologist. Circulation. 2002; 105: 2332-2336

    18. Lilly S Leonard. Acute Myocardial Infarction. In Pathophysiologyof Heart Disease. Lilly S L. Philadelphia : Lea Febiger,1993, p116-117

    19. Fields , Kusumoto FM. Cardiomyopathies . In CardiovascularPathophysiology. Madison, Connecticut : Fence Creek Pub, 1999,1st ed, p 23-25

    20. Boudoulas H, Gravanis B Michael. Ischemic Heart Disease . InCardiovascular Disorders Pathogenesis and Pathophysiology, StLouis : Mosby, 1993, p 20-47

    21. Morgan P J, Review Article : Mechanisms of Disease : AbnormalIntracellular Modulation of Calcium as a Major Cause of CardiacContractile Dysfunction. N Engl J Med. 1991; 325 : 625-632

    22. Kloner et al. Medical and Cellular Implications of Stunning, Hiber-nation, and Preconditioning. Circulation. 1998; 97:1848-1867

    23. Halliwell B and Gutteridge J M C. Oxidative stress : adaptation,damage, repair and death. In Free Radicals in Biology and Medi-cine, Halliwell B and Gutteridge J M C, New York : Oxford Univer-sity, 1999; 3th ed : 246-257.

    24. Kristian T, Siesjo B K. Calcium in Ischemic Cell Death. Stroke.1998; 29: 705-718.

    25. Ghosh S, Standen N, Galinanes. Evidence for mitochondrial KATP

    channels as effectors of human myocardial preconditioning.Cardiovasc Res. 2000 ; 45 : 934-940.

    26. Liu Y, Sato T, Rourke. Marban E. Mitochondrial ATP-DependentPotassium Channels. Novel Effectors of Cardioprotection ? Circu-lation.1998 ; 97 : 2463-2469

    27. Przyklenk K. Pharmacologic treatment of the stunned myocardium: the concepts and the challenges. Coronary Artery Disease. 2001; 12 : 363-369

    28. Ferrari . Left Ventricular Dysfunction After Myocardial Infarction :Stunning, Hibernation and Remodeling. Medicographia. 1996;18 : 58-61

    29. Canty J, Fallavollita. Lessons from experimental models of hiber-nating mycardium. Coronary Artery Disease. 2001; 12: 371-380

    30. A Robert, Kloner, B Robert, Jennings. Consequences of BriefIschemia : Stunning, Preconditioning, and Their Clinical Implica-tions part 1. Circulation. 2001; 104: 2981-2989

    31. A Robert, Kloner, B Robert, Jennings. Consequences of BriefIschemia : Stunning, Preconditioning, and Their Clinical Implica-tions part 2. Circulation. 2001; 104: 2981-2989

    32. Ambrosio G, Tritto I. Clinical manifestations of myocardial stunning.Coronary Artery Disease. 2001 ; 12 : 357-361

    33. Paulus W, Frantz S. Kelly R. Nitric Oxide and Cardiac Contractilityin Human Heart Failure. Circulation. 2001; 104: 2260-2262

    34. Castillo J, Rama R, Davalos A. Nitric Oxide-Related Brain Dam-age in Acute Ischemic Stroke. Stroke. 2000;31:852-857.

    35. Xu J, He L, et al. Oxygen-Glucose Deprivation Induces InducibleNitric Oxide Synthase and Nitrotyrosine Expression in CerebralEndothelial Cells. Stroke. 2000; 31:1744-1751.

    36. Nanri K, Montecot C, Springhetti V, Seylaz J, Pinard E. The Se-lective Inhibitor of Neuronal Nitric Oxide Synthase, 7-Nitroindazole,Reduces the Delayed Neuronal Damage Due to Forebrain Is-

    chemia in Rats. Stroke. 1998; 29:1284-1254.37. Ashwal S, Tone B, Tian H R, Cole D J, Pearce W J. Core and

    Penumbral Nitric Oxide Synthase Activity During Cerebral Is-chemia and Reperfusion. Stroke. 1998; 29: 1037-1047.

    38. Gravanis B Michael. Calcium Ion and . In Cardiovascular Disor-ders Pathogenesis and Pathophysiology, St Louis : Mosby, 1993,p 492-500

    39. Rappaport. Ischemia-reperfusion associated myocardial contrac-tile dysfunction may depend on Ca2+-activated cytoskeleton pro-tein degradation. Cardiovasc Res. 2000 ; 45 : 810-812

    40. Veirmen G, et al. Review article : Reperfusion injury after focalmyocardial ischaemia : polymorphonuclear leukocyte activationand its clinical implications. Resuscitation. 2000; 45 : 35 61

    41. Hirvonen T, Virtamo J, Korhonen P, Albanes D, Pietinen P. Intakeof Flavonoids, Caretenoids, Vitamin C and E, and Risk of Stroke inMale Smokers. Stroke. 2000;31: 2301-2306.

    42. Wei E P, Kontos H A, Beckman J S. Antioxidants Inhibit ATP-Sensitive Potassium Channels in Cerebral Arterioles. Stroke.1998;29: 817-823.

    43. Cherubini A, et al. Antioxidant Profile and Early Outcome in StrokePatient. Stroke. 2000;31: 2295-2300.

    44. Bidmon H J, Kato K, Schleicher A, Witte O W, Zilles K. TransientIncrease of Manganese-Superoxide Dismutase in Remote BrainAreas After Focal Photothrombotic Cortical Lesion. Stroke. 1998;29: 203-211.

    45. Leinonen J, et al. Low Plasma Antioxidant Activity Is AssociatedWith High Lesion Volume and Neurological Impairment in Stroke.Stroke.2000;31: 33-39.

    46. Yokoyama T, Date C, Kokubo Y, Yoshiike N, Matsumura Y, TanakaH. Serum Vitamin C Concentration Was Inversely Associated WithSubsequent 20-Year Incidence of Stroke in a Japanese RuralCommunity. Stroke. 2000;31 ; 2287-2294.

    47. Soehle M, Heimann A, Kempski O. Postischemic Application ofLipid Peroxidation Inhibitor U-101033E Reduces Neuronal Dam-age After Global Cerebral Ischemia in Rats. Stroke. 1998;29:1240-1247.

    48. Worp H B, Bar P R, Kappelle L J, Wildt D J. Dietary Vitamin ELevels Affect Outcome of Permanent Focal Cerebral Ischemia inRats. Stroke.1998;29:1002-1006.

    49. Tribble D. Antioxidant Consumption and Risk of Coronary HeartDisease : Emphasis on Vitamin C, Vitamin E, b-Carotene. Circu-lation. 1999 ; 99 : 591-595.

    50. Stephens N, et al. Randomised controlled trial of vitamin E inpatients with coronary disease : Cambridge Heart AntioxidantStudy (CHAOS). Lancet. 1996; 347 : 781 786

    51. Hennekens C, et al. Lack of Effect of Long-term Supplementationwith Beta Carotene on the incidence of Malignant Neoplasmasand Cardiovascular Disease. N Engl J Med. 1996; 334: 1145 -1149

  • 24

    PERAN RADIKAL BEBAS PADA ISKEMIA-REPERFUSI SEREBRAL ATAU MIOKARDIUM

    Certificate Number: 403247

    ForumDiagnosticumISSN 0854-7173

    Redaksi KehormatanProf. DR.Dr. Marsetio Donosepoetro, Drs. Andi WijayaProf. DR.Dr. FX Budhianto Suhadi, DR.Dr. Irwan Setiabudi

    Ketua Dewan Redaksi/Penanggung JawabDra. Marita Kaniawati

    Anggota Dewan RedaksiDra. Dewi Muliaty, Dra. Ampi RetnowardaniDra. Evy Liswati, Dra. Indriyanti RSDra. Lies GantiniFaliawati Moeliandari S.Si.

    Alamat RedaksiLaboratorium Klinik ProdiaJl.Wastukencana 38, Bandung 40116Telepon: (022) 4202011, 4219392, 4219394, Fax : (022) 4236461e-mail: [email protected]: www.prodia.co.id