PERAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PEMBINAAN … · pengawas sekolah juga harus melakukan pembinaan....
Transcript of PERAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PEMBINAAN … · pengawas sekolah juga harus melakukan pembinaan....
PERAN PENGAWAS SEKOLAH DALAM PEMBINAAN
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMA
NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
VIDI SEPTIYANI
1112018200043
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
I EMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINC SKRIPSI
Skripsi bcrjudul Per= Pengws S.ko1ah Dalam Peminaan Kampetensi
Fedgogik Guru Di SMA Negeri 3 Kota Tangcrg Sc1an disusun olch Vidi
Spivani, NIM 111201g2Q043, JuruSan Marialerncn ?cndjdjkan, Fakultas itU
Tiyah dan Kegunan Uriiv-sitas Islam Ncg Syf Hidayatullah Jakarta.
Tel' ah miaJui birnbingan dn dinyazakan sah sebagai karya iirniyah yang berhak
untuk diujikari pada sidat-ig rnirnaqasthi sesuai ketentuan yang ditctapkan okh
U1tS
Jakazt,,7Desember 2016
Yang rnerigeszthkan,
Pcmbimbing I Pembirnbin II
FT5t}TuSfl1 Rthirii
N2. :940323 196512 1 001
Drs.RUSVd' 721,3rv. M. Ed.
NIP. 19560503 19850 102
UJ! REFERENSI
Sc! -uh ref-casi yang digun.kan dalam puiisan skrips.i yang bcjud!.i
'?cr: ?engwz Sekoi D!2m Penibm= KDn1peteni Pedag4k Grirtz
Di SMA Negeri 3 Kot T3ngcrang SeLt", diin Oit1 Vidi Scptiyth,
NtM. 1112018200343, iur Mznajez'en Pdk Fakulias Ilmu Tarbiyah
dan Kegunii, Univsits Islam Negei Syarif II-Edayatuflah Jakt2 telah di uJi
cciarannya oic±i Do-,---,n Pbirnbthg Skripsi paa tgJ 5 Dcmbcr 2016.
Jakazt2., 7 Desembcr 2016
P en-lb mbng I Pnbirnbing U
/1
(7
- - - - --- -
Prof. Di. iusni Rhim si?. 194ô323 196S2 I 1
Drs.Rusz3k;K1. Ed. Mn!! NIl. 19560503 i9803 1 002
iv
ABSTRAK
Vidi Septiyani (NIM : 1112018200043). Peran Pengawas Sekolah Dalam
Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Di SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Selatan
Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peran pengawas
sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru. Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran pengawas sekolah dalam
pembinaan kompetensi pedagogik berjalan dengan cukup baik sesuai dengan tugas
dan fungsinya, namun optimalisasinya perlu ditingkatkan. Hal ini dapat terlihat
dari keberhasilan guru yang mampu menyusun silabus dan merancang RPP
sesuai dengan kebijakan kurikulum, guru mampu membuat program semester
maupun program tahunan serta mampu mengorganisir perangkat administrasi guru
dengan baik, walaupun kunjungan pengawas ke sekolah belum maksimal. Selain
itu guru mampu menentukan strategi atau metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai potensi peserta didik. meskipun masih terdapat
beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas
sekolah dalam meingkatkan kompetensi pedagogik guru.
Kata kunci : Pengawas Sekolah, Kompetensi Pedagogik Guru
ABSTRACK
Vidi Septiyani (NIM : 1112018200043). The Role of School Supervisor in
Constructing the Pedagogic Competence of Teacher at SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan
The objective of the research was to investigate the role of school
supervisor in constructing the pedagogic competence of teacher. The research was
conducted at SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan by employing a descriptive
qualitative method. The research used interview, observation and documentation
in collecting the data.
The research finding showed that the role of school supervisor was
ongoing well and in accordance with its function, however the optimise needs to
be improved. This can be seen from the teachers’ ability in arranging syllabus
and designing lesson plan in accordance with the curriculum policy. Teachers
are able to create a semester or annual programme as well as being able to orginise
teacher administration apparatus properly. Although the average school supervisor
visit have not maximize. Furthermore the teacher were able to determine the
methods and learning strategies that can develop veriety of students potential.
Though there were still some obstacle in the implementation of the contruction
that undertaken by the school supervisor in enhancing the pedagogic competence
of teachers.
Keyword : School Supervisor, Teachers’ Pedagogic Competence
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis
ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan
anugerah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Sebuah karya yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis
khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini.
Shalawat dan salam semoga Allah selalu limpahkan kepada junjungan
Muhammad saw yang telah membimbing umatnya untuk menuju kebahagaian
dunia dan akhirat.
Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak
pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik materil dan moral
kepada penulis. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
yang juga sekaligus dosen pembimbing akademik, yang selalu
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.
3. Prof. Dr. Husni Rahim dan Rusydy Zakarya, M. Ed, M.Phil. Dosen
Pembimbing dalam penulisan skripsi, beliau telah meluangkan banyak
waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing dan
mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Drs. H. P. A Sopandy, M.Pd. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
5. Iis Nurhayati, M.Pd. Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan yang telah bersedia menjadi narasumber untuk
penulisan skripsi ini.
6. Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang telah
memberikan dukungan dalam pengumpulan data sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
7. Kedua orang tua tercinta, Mama (Novita Savitri) dan Papa
(Muhammad Paliami) tersayang, berkat doa beliau, penulis dapat
bertahan sampai saat ini, serta berkat dukungannya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
8. Hafidz, Anggita, Via, Fahri dan Izet yang selalu memberikan
dukungan dalam penulisan skripsi.
9. Hot Chilli (Ainatul, Chaca, Icha, Ira, Ismi, Jannah, Siti, Tien dan
Umdah), sahabat kesayangan yang berjuang bersama semasa kuliah.
10. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan angkatan 2012
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka yang
turut membantu study penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang
disebut maupun yang tidak disebut namanya dalam kata pengantar ini, semoga
Allah membalasnya dan diberikan keberkahan dalam kehidupanya. Penyusunan
skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, saran yang baik sangat penulis
harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan karya ini dapat
bermanfaat pula bagi penulis maupun pembaca sekalian. Amiiinn
Jakarta, 28 Desember 2016
Hormat saya,
Vidi Septiyani
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... ̀ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI ..................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR...................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... ................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................. ................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................................. ................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. ................ 6
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................ .................... 7
A. Pengawas Sekolah ................................................................. .................... 7
1. Pengertian Pengawas Sekolah ............................................ ................ 7
2. Tujuan Pengawasan ............................................................................ 9
3. Tugas Pengawas Sekolah ................................................... ............... 10
4. Fungsi Pengawas Sekolah .................................................. ............... 11
5. Kualifikasi Pengawas Sekolah ........................................................... 12
6. Kompetensi Pengawas Sekolah ......................................................... 14
7. Beban Kerja Pengawas Sekolah ......................................................... 17
x
8. Bentuk – Bentuk Pengawas ................................................................ 18
9. Teknik Supervisi ................................................................................ 20
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik .......................................................... 21
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik ....................................... ............. 22
2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik ................................................ 23
3. Prinaip-Prinsip Kompetensi Pedagogik ................................. ............ 29
4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi
Pedagogik ....................................................................... ...................... 30
C. Penelitian Yang Relavan ......................................................... ................. 32
D. Kerangka Pikir ...................................................................... ................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................... ............... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. ................ 36
B. Metode Penelitian ..................................................................................... 37
C. Sumber Data ............................................................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... ................. 37
E. Teknik Pengolahan Data ......................................................... ................. 38
F. Kisi-Kisi Instrumen ................................................................ .................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................... 45
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... .............. 45
1. Profil Pengawas Sekolah .................................................................... 45
2. Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan .................................. 47
3. Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan .......... ........ 48
4. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ...................... 49
5. Tenaga Pendidik SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ................. 50
6. Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan ............................................................. .................. 51
7. Keadaan Siswa ................................................................. .................. 51
8. Fasiitas ............................................................................................... 51
xi
B. Deskripsi dan Analisis Data ..................................................... ................ 53
C. Temuan Hasil Penelitian ......................................................... ................. 70
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 73
A. Kesimpulan ........................................................................... ................... 73
B. Saran-Saran ............................................................................ . ... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... ............. 79
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Waktu Kegiatan Penelitian ................................................................. 36
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara .......................................... .............. 39
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi ........................................................... 42
Tabel 3.4 : Daftar Ceklis Studi Dokumentasi ........................................ .............. 43
Tabel 4.1 : Keadaan Fasilitan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ... ....... 52
Tabel 4.2 : Tugas dan Beban Pengawas Sekolah .................................... ............. 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Berpikir ............................................ ............... 35
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Tangerang
Selatan .......................................................................... ................... 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Observasi ...................................................... ................ 79
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara .................................................... ............... 80
Lampiran 3 : Daftar Ceklis Studi Dokumentasi .................................... ............. 83
Lampiran 4 : Hasil Observasi ............................................................................. 84
Lampiran 5 : Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah .................... .......... 86
Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ........................ ........... 90
Lampiran 7 : Hasil Wawancara dengan Guru Biologi ........................... ............ 95
Lampiran 8 : Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia .............. ........ 100
Lampiran 9 : Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi ..................... .............. 105
Lampiran 10 : Hasil Wawancara dengan Guru Seni budaya:............ ................. 110
Lampiran 11 : Data Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan ……….. ...... 114
Lampiran 12 :Data Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Selatan ........... ............................................................................. 116
Lampiran 13 : Buku Tamu (Daftar Kunjungan Pengawas Sekolah )................... 117
Lampiran 14 : Surat permohonan Pembimbing .................................................. 122
Lampiran 15 : Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ 123
Lampiran 16 : Daftar Uji Refrensi ...................................................................... 124
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha yang dirancang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut adalah untuk mencerdaskan
bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses
pembelajaran disekolah. Terwujudnya tujuan pendidikan perlu keterlibatan
seluruh komponen pendidikan seperti; kepala sekolah, guru dan pengawas
sekolah. Kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah adalah tiga
serangkaian pelaku pendidikan yang dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya harus bersinergi serta harus saling mendukung demi
terlaksananya peran dan fungsinya masing-masing. Diantara ketiga unsur
tersebut, guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam
pendidikan karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran,
dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik sentral
dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain
salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu
adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang
keprofesionalannya dapat diandalkan.
Namun untuk mewujudkan guru yang berkualitas dan kompeten,
sosok pengawas sekolah sangatlah penting. Pengawas pendidikan
mempunyai kedudukan yang strategis dan penting dalam membina dan
mengembangkan kompetensi guru dengan tujuan agar sekolah yang
dibinanya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya menyebutkan bahwa Pengawas sekolah adalah “Pegawai negeri
1
2
sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik
dan manejerial pada satuan pendidikan”.
Dalam proses pendidikan pengawasan merupakan bagian tidak
terpisahkan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Pengawasan yang
dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan pengawas sekolah
kepada guru yang ditunjukan pada perbaikan dan pembinaan aspek
pembelajaran. Supervisi pendidikan merupakan bimbingan profesional
dengan usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk
berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar murid-murid.1
Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama
para guru, kemampuan supervisor membantu guru-guru tercermin pada
kemampuannya memberikan bantuannya kepada guru. Sehingga terjadi
perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu hasil belajarnya.
Dalam tugasnya selain melakukan pengawasan dan evaluasi,
pengawas sekolah juga harus melakukan pembinaan. Peranan pengawas
sekolah adalah memberi dukungan, membantu, dan mengikut sertakan.
Seorang pengawas sekolah harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan
potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Penjelasan
tersebut telah mengambarkan bahwa pengawas sekolah memberikan peran
penting dalam meningkatkan kualitas guru terutama dalam kompetensi
pedagogik. Semakin baik pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah
maka guru semakin professional sebagai pendidik.
Sebagai pengembang peningkatan kualitas pendidikan dan
pengajaran disekolah tidaklah mudah sebagaimana di amanakan
1 TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 313.
3
Permendiknas No.12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah. Peran
pengawas dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat dilihat pada
proses pembinaan, namun kenyataan dilapangan masih banyak
permasalahan yang kerap terjadi. Pengawas sekolah tidak memenuhi
kriteria sebagai pengawas baik dari sudut kualifikasi, kompetensi maupun
jenjang karier. Mengenai kinerjanya terlihat tidak efektif, mereka hanya
mampu melakukan pengawasan dalam aspek manajerial sementara aspek
akademik diabaikan. Selain itu pada saat melakukan kunjungan ke
sekolah, pengawas sekolah tidak memberikan pembinaan kepada guru. hal
ini terjadi karena guru lebih kompeten dibidang akademik dibanding
pengawasnya.2
Tidak jarang pula pengawas sekolah hanya melakukan
penilaian sepihak dalam pelaksanaan kunjungannya. Sikap pengawas
seperti itu hanya akan menjadikan kesan menakutkan bagi pihak sekolah
terutama guru, karena guru akan merasa tertekan sehingga tidak dapat
bekerjasama dengan pengawas untuk memecahkan masalah yang di
hadapinya. Tidak kompetennya pengawas sekolah dalam melaksanakan
tugasnya dalam pengawasan akan mengakibatkan tidak maksimalnya
pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah. Hal ini juga menjadi
kendala yang besar bagi peningkatan kompetensi pedagogik guru.
Kurang optimalnya pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh
pengawas sekolah akan berdampak pada layanan belajar yang diberikan
guru kepada peserta didik. Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan
tinggi rendahnya kualitas layanan belajar. Namun dalam penerapannya,
masih banyak ditemukan kualitas guru yang rendah, terutama dalam
mencangkup kompetensi pedagogik. Dalam proses pembelajaran masih
dijumpai guru disekolah-sekolah khususnya SMA cenderung tidak
memiliki perencanaan yang matang sehingga berpengaruh dalam
pelaksanaan pembelajaran dikelas serta dalam melakukan penilaian dalam
2 Dosen FITK Institusi Agama Islam Palu, Kinerja Pengawas Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru PAI di Kota Palu, 2014, Vol.2 No.2, h. 365.
4
pembelajaran. Dalam hal penyusunan perencanaan pembelajaran belum
semua guru dapat menyusun program perencanaan baik program tahunan,
program bulanan maupun program pembelajaran lainnya. begitu pula
dengan RPP, belum semua guru dapat membuat RPP dengan benar.3
Selanjutnya dengan adanya pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam
membuat guru lelah dan berakibat tidak optimal dalam melaksanakan
pembelajaran. Guru mengalami kekurangan waktu dan tenaga untuk
belajar mendalami ilmu bidang keahliannya atau meningkatkan
keprofesionalannya.4
Selain itu aktivitas pembelajaran dikelas masih
kurang kepedulian guru dalam menetapkan teknik dan metode
pembelajaran serta penggunaan media pada materi-materi ajar tertentu. 5
Dalam proses pembelajaran, banyak guru yang hanya melaksanakan
pembelajaran tanpa melakukan penilaian dan menganggap bahwa dirinya
telah selesai melaksanakan tugas mengajar.
Apabila keadaan guru seperti ini maka kualitas pendidikan akan
semakin rendah. Siswa akan semakin banyak yang tidak aktif dalam
proses pembelajaran bahkan sekolah akan melahirkan lulusan-lusan yang
tidak kompeten. Realitas tersebut telah menunjukan bahwa masih banyak
guru yang belum kualitasnya masih rendah, terutama dalam kompetensi
pedagogiknya. Oleh sebab itu peran pengawas dalam memberikan
pembinaan pada guru sangat dibutuhkan. Fenomena ini sangat menarik
bagi peneliti untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian dengan judul
“Peran Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Profesionalisme Guru di
SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN”
3
Muh. Yusuf, dkk, Pembinaan Pengawas Pada Guru Dalam Merencanakan,
Melaksanakan dan Melakukan Penilaian Pembelajaran, 2015, h. 2, Vol 1 No.1 4
Lufri, Mengungkap Permasalahan Guru Profesional Di Sumatera Barat Berdasarkan
Tinjauan Beban Mengajar 24 Jam, 2013. 5
Muh.Yusuf, Op.Cit., h. 2
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat di identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Jumlah sekolah yang dibina terlalu banyak sehingga munculnya
masalah tidak terpenuhinya target kunjungan ke sekolah binaan sesuai
jadwalnya.
2. Pengawas hanya melakukan pemeriksaan dan penilaian secara sepihak.
3. Pengawas tidak melakukan pembinaan saat melakukan kunjungan ke
sekolah.
4. Masih terdapat pengawas sekolah yang tidak kompeten.
5. Pengawas dan guru tidak kooperatif pada saat pembinaan, karena
kurangnya sikap terbuka guru kepada pengawas sekolah dalam
menyampaikan kendala dalam mengajar.
6. Kualitas mengajar guru tidak sesuai dengan standar kompetensi guru.
7. Masih terdapat guru yang menjadikan mengajar hanya sebagai rutinitas
sehingga guru tidak pernah mengevaluasi proses mengajarnya.
8. Guru tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan teknologi.
9. Guru tidak melakukan pengembangan diri atau mengupdate ilmunya.
10. Guru tidak kreatif dalam proses mengajar sehingga tidak menciptakan
siswa yang aktif belajar.
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya keterbatasan waktu, pikiran, dana dan sarana yang
ada maka peneliti merasa perlu memberikan batasan permasalahan agar
hasil penelitian lebih fokus. Peneliti hanya membatasi penelitian ini
mengenai peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi
pedagogik guru. Pengawas dalam penelitian ini adalah pengawas yang
diangkat dan ditugaskan oleh Dinas Pendidikan.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi
pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan masalah maka penelitian ini bertujuan:
Untuk menjelaskan peran pengawas sekolah dalam pembinaan
kompetensi pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan untuk menarik minat peneliti lain agar meneliti peran
pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik guru.
2. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain dalam hal penelitian mengenai
peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi pedagogik
guru.
3. Sebagai masukan bagi sekolah dalam pembinaan kompetensi
pedagogik guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengawas Sekolah
1. Pengertian Pengawas Sekolah
Pengawasan merupakan bagian dari tugas keagamaan dan termasuk
perintah kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar. Untuk jabatan
ini, penguasa harus memilih orang yang memiliki kompetensi. Sehingga ia
memiliki kewajiban karena wilayah kekuasaan yang diamanatkan
kepadanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,
و بالمعروف و إلى الخير ويأمرن ولتكن منكم أمة يدعن
و ع المنكر وأولئك هم المفلحن و ن وينهن
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar,
mereka adalah orang-orang yang beruntung” (Ali Imran : 104)
Hal yang sama juga dituliskan dalam surat Al-Fajr ayat 14
إ ربك لبالمرصاد ن
“Sesungguhnya tuhanmu benar-benar mengawasi”
Begitu pula dalam proses pendidikan, pengawasan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar
dan mutu sekolah. Salah satu jabatan resmi bidang pendidikan yang ada di
Indonesia untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan manajemen
sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar dikelas dikenal dengan
pengawas sekolah.
7
8
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 2
Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya,
dijelaskan bahwa Pengawas sekolah adalah “Pegawai negeri sipil (PNS)
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan
manejerial pada satuan pendidikan”.6
Pengawas Sekolah sebagaimana
dimaksud pada pasal (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki
oleh Guru yang berstatus sebagai PNS
Selain itu, Syaiful Sagala dalam buku Supervisi Pembelajaran
mengatakan bahwa pengawas sekolah adalah “Tenaga kependidikan
profesional yang diberi tugas dan tanggung jawab secara penuh oleh
pejabat berwewenang untuk melaksanakan tugas pembinaan dan
pengawasan pada satuan pendidikan.”7
Dalam perspektif lain menurut Sudarwan Danim Pengawas sekolah
adalah:
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan anak usia dini formal (PAUD, yang dulu sering disebut sebagai pendidikan
prasekolah), dasar dan menengah.8
6 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 1 Ayat 2 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya. 7
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung,: Alfabeta,
2012), Cet. II, h.142 8
Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012) Cet. III,
h.116-117
9
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pengawas sekolah adalah tenaga profesional yang bertugas melakukan
pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan memberikan
pembinaan, penilaian dan bantuan untuk merencanakan, melaksanakan dan
menilai proses pembelajaran, kinerja serta perilaku dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas sekolah dan kinerja pendidik serta tenaga
kependidikan.
2. Tujuan Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang berupaya
memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan ketentuan
sehingga tujuan atau target yang telah ditetapkan dapat dicapai. Menurut
Nur Aedi pengawasan pendidikan utamanya memiliki dua tujuan, yaitu:
a) Untuk memastikan pelaksanaan kegiatan pendidikan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
b) Memastikan tujuan, target dan sasaran dari program, kegiatan atau
kebijakan pendidikan dapat tercapai.9
Sedangkan menurut Harsono, tujuan pengawasan pendidikan dan
kebudayaan adalah:
Untuk mendeteksi sedini mungkin segala bentuk penyimpangan serta menindaklanjutinya dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pendidikan. prioritas pendidikan yang dimaksud adalah pemerataan kesempatan belajar, relevansi, peningkatana mutu, dan kesangkilan
dan kemangkusan. 10
Secara lebih luas, Kaho menyebutkan bahwa terdapat 4 tujuan
pengawasan, yaitu;
a) untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan atau tidak. b) untuk mengetahui kesulitan-
kesulitan apa yang dijumpai oleh para pelaksana sehingga demikian
9
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2014) Cet. I, h.9-
10 10
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012)
Cet.III, h. 221
10
dapat diambil langkah-langkah perbaikan dikemudian hari. c) mempermudah atau memperingan tugas pelaksana, karena para pelaksana tidak mungkin dapat melihat kemungkinan-kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dibuatnya karena kesibukan sehari-hari; dan d) pengawasan bukanlah untuk mencari-cari kesalahan, akan tetapi
untuk memperbaiki kesalahan.11
Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa
pengawasan dalam pendidikan bertujuan untuk memastikan tujuan dan
target pendidikan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan lancar.
3. Tugas Pengawas Sekolah
Sebagai tenaga profesional, pengawas sekolah mempunyai tugas yang
cukup luas. Nana Sudjana mengemukakan bahwa tugas pokok pengawasan
sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan
fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi
manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas menurut Nana
Sudjana minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni
:
a) Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan kinerja seluruh staf sekolah. b) Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya. c) Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan
pemangku kepentingan sekolah.12
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 Tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan tugas pokok
pengawas sekolah adalah:
Melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada
satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan,
pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan
11 Aedi, Op.Cit,. h.10
12
Danim, Op.Cit., h.117
11
professional guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan
dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus.13
Selain itu, menurut Nur Aedi seorang pengawas sekolah wajib
melaksanakan tugas sebagai berikut:
a) Menyusun program pengawasan, melaksanakan program
pengawasan, melaksanakan hasil evaluasi hasil pelaksanaan program
pengawasan dan membimbing dan melatih profesional guru. b)
Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. c) Menjunjung tinggi peraturan
perundang-undangan, hukum, nilai agama dan etika. d) Memelihara
dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.14
Dari beberapa penjelasan mengenai tugas pengawas sekolah yang
telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga tugas pokok
yang harus dijalankan oleh pengawas sekolah, yakni: Pertama, Melakukan
Pemantauan. Pada kegiatan ini, seorang pengawas melakukan pemantauan
mengenai pelaksanaan program sekolah yang sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan serta proses perkembangannya. Kedua, seorang
pengawas wajib melakukan pembinaan. Pada tahap ini pengawas sekolah
memberikan pembinaan berupa bimbingan dan pelatihan bagi kepala
sekolah, guru dan staf sekolah dalam rangka memperbaiki mutu sekolah dan
meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikannya. Ketiga,
pengawas sekolah melakukan evaluasi. Setelah melakukan pemantauan dan
pembinaan, seorang pengawas perlu melakukan evaluasi untuk melihat hasil
dari program pengembangan sekolah.
4. Fungsi Pengawas Sekolah
Secara umum, pengawas berfungsi sebagai pemerbaik dan
peningkatan kualitas pendidikan, dengan demikian segala aktifitas sekolah
yang berkaitan dengan upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
13 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 5 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya. 14
Aedi, Op.Cit., h. 131-132
12
pendidikan menjadi bagian bidang garapan pengawas. Dalam
Kepmendiknas Nomor 097/u/2002 Pasal 5, fungsi pengawas meliputi:
a) Pengamatan dan pemantauan terhadap kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, pembinaan untuk mengetahui permasalahan, hambatan dan kendala pelaksanaan pendidikan. b)
Pemeriksaan terhadap satuan kerja di lingkungan dinas.15
Sedangkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 4 Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah dijelaskan bahwa pengawas
madrasah mempunyai fungsi melakukan:
a) program pengawasan di bidang akademik dan manajerial. b) pembinaan dan pengembangan madrasah. c) pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru madrasah. d) pemantauan penerapan standar nasional pendidikan. e) penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan f) pelaporan pelaksanaan tugas
kepengawasan.16
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawas, yakni:
Pertama, sebagai pemeriksa dan penilai jalannya penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan di sekolah. Kedua, sebagai pembimbing untuk
memperbaiki kualitas dan kompetensi kepala sekolah, guru dan staf sekolah.
Ketiga, sebagai pelapor atas hasil pelaksanaan tugas kepengawasan.
5. Kualifikasi Pengawas Sekolah
Dasar pemikirannya kualifikasi pendidikan pengawas sekolah adalah
persyaratan minimal mengenai tingkat pendidikan formal dan
keahlian/keilmuan, pangkat/golongan, jabatan, pengalaman kerja dan usia
yang harus dipenuhi.17
Hal ini ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 39 Ayat 2 Tentang Standar Nasional
15 Engkoswara, Op.Cit., h. 225
16 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 4 Tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah. 17
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012) h.158
13
Pendidikan, bahwa dijelaskan kriteria minimal untuk menjadi pengawas
satuan pendidikan meliputi:
a) Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang
pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi.
b) Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan
pendidikan.
c) Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.18
Secara lebih luas dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah dijelaskan bahwa Kualifikasi pengawas
sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah
menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) dan sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK sebagai berikut:
a) Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan
berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada
perguruan tinggi terakreditasi.
b) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c.
c) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas
satuan pendidikan.
d) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat
diperoleh melalui uji kompetensi dan atau satuan pendidikan dan
pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan
pemerintah.
e) Lulus seleksi pengawasan satuan pendidikan.19
Dari penjelasan diatas maka dapat ditegaskan bahwa untuk menjadi
seorang pengawas dipersyaratkan memiliki diantaranya berpendidikan
minimum magister (S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan, berstatus sebagai guru sekurang-
kurangnya 8 tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 tahun,
memiliki pangkat minumum penata, golongan III/c, setinggi-tingginya
18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 39 Ayat 2
Tentang Standar Nasional Pendidikan. 19
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007
Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
14
berusia 50 tahun, memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan
pendidikan dan lulus seleksi pengawasan satuan pendidikan.
6. Kompetensi Pengawas Sekolah
Kualifikasi pengawas sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah
(SMA/MA) dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/MAK sebagai berikut:
a) Kompetensi Kepribadian
1) Memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan pendidikan
2) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah, baik yang
berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas
jabatannya.
3) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok
dan tanggung jawabnya.
4) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder
pendidikan.
b) Kompetensi supervisi manajerial
1) Menguasai metode, tekhnik dan prinsip-prinsip supervisi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan disekolah menengah yang
sejenis.
2) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan
program pendidikan sekolah menengah yang sejenis.
3) Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan disekolah
menengah yang sejenis.
4) Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan menindak lanjutinya
untuk perbaikan program pengawasan berikutnya disekolah
menengah yang sejenis.
5) Membina kepala sekolah dalam pengelolaan administrasi satuan
pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan
disekolah menegah yang sejenis.
6) Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling disekolah menengah yang sejenis.
7) Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil
yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya disekolah menengah yang sejenisnya.
8) Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan da
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam
mempersiapkan akreditasi sekolah menengah sejenisnya.
15
c) Kompetensi Supervisi Akademik
1) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan disekolah menengah yang sejenis.
2) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan disekolah
menengah yang sejenisnya.
3) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI
berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar,
dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
4) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat
mengembangkan berbagai potensi siswa melalui bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.\
5) Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan di TK/RA
atau mata pelajaran di SD/MI.
6) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di
lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
menggunakan media pendidikan dan fasilitas
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di SD/MI. Memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran SD/MI.
d) Kompetensi Evaluasi Pendidikan
1) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan di sekolah.
2) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting
dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
3) Menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan tiap
bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
4) Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan hasil belajar
siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan di TK/RA atau
mata pelajaran di SD/MI.
16
5) Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI.
6) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala
sekolah, kinerja guru dan staf sekolah.
e) Kompetensi Penelitian Pengembangan
1) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam
pendidikan.
2) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk
keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karirnya
sebagai pengawas.
3) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian
kualitatif maupun penelitian kuantitatif.
4) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah
pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat
bagi tugas pokok tanggung jawabnya.
5) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik
data kualitatif maupun data kuantitatif.
6) Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau
bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu
pendidikan.
7) Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah.
8) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan
kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah.
f) Kompetensi Sosial
1) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan
kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
2) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan
kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya.20
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi
pengawas sekolah untuk menguasai kompetensi tersebut untuk
menghasilkan kinerja yang berkualitas
20
Ibid
17
7. Beban Kerja Pengawas Sekolah
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Pasal 6 Tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dijelaskan bahwa
Beban Kerja Pengawas Sekolah adalah 37,5 (tiga puluh tujuh setengah) jam
perminggu didalamnya termasuk pelaksanaan pembinaan, pemantauan,
penilaian dan pembimbingan disekolah pembinaan.21
Senada dengan penjelasan tersebut, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Pasal 4 Tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan menjelaskan bahwa beban kerja
guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan, adalah
melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan
pengawasan. Pembimbingan dan pelatihan profesional guru yang dimaksud,
meliputi:
a) membimbing dan melatih profesionalitas guru dalam melaksanakan
tugas pokok untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai proses
pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan
lainnya, yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga
laboratorium, tenaga perpustakaan, baik pada satuan pendidikan
maupun melalui KKG/MGMP/MKKS atau bentuk lain yang dapat
meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya. b)
menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok untuk
merencankan, melaksanakan, menilai proses
pembelajaran/pembimbingan, dan membina tenaga kependidikan
lainnya yaitu tenaga administrasi sekolah/madrasah, tenaga
laboratorium, dan tenaga perpustakaan pada satuan pendidikan.22
Adapun sasaran pengawasan untuk sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas/madrasah
aliyah/sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan paling sedikit
21 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21
Tahun 2010 Pasal 4Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 22
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Pasal 4Tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
18
7 satuan pendidikan dan/atau 40 guru mata pelajaran/kelompok mata
pelajaran.23
Dari uraian mengenai beban kerja pengawas sekolah, dapat diketahui
bahwa seorang pengawas sekolah mengemban beban kerja yang cukup
berat, setiap minggunya ia wajib melakukan pengawasan, pembinaan dan
penilaian dengan waktu 37,5 jam perminggunya. Satu orang pengawas
wajib melakukan pengawasan 7 hingga 10 sekolah dengan jumlah guru
binaan sebanyak 40.
8. Bentuk-Bentuk Pengawasan
Terdapat banyak istilah yang berkaitan dengan pengawasan yaitu
monitoring, correcting, evaluating dan supervision. Sutisna menyatakan
bahwa “pengawasan ialah fungsi administratif dimana administrator
memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.24
Pengawasan ditunjukan pada dua aspek, yakni:
a) Pengawasan Akademik
Pengawasan akademik merupakan bidang pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan akademik yang dilaksanakan pada satuan
pendidikan. Glickman mendefinisikan supervisi akademik sebagai: “...
a series of activities in assissting teachers to develop their ability to
manage teaching learning process in order to reach the objectives”.25
Kemudian, Syaiful Sagala mengatakan supervisi akademik sama
maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan.26
Sedangkan Sahertian
menegaskan pengawasan atau supervisi pendidikan adalah “usaha
memberikan pelayanan kepada stakeholder pendidikan terutama kepada
23 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21
Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. 24
Aedi, Op.Cit,. h. 2 25
Ibid, h. 182 26
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012) Cet. II, h.156
19
guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha
memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran”.27
Pendapat lain
dikemukakan oleh Mukhtar, bahwa:
Supervisi pendidikan merupakan suatu usaha mengkoordinasi
dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru
disekolah baik secara individu maupun kelompok. Hakekatnya
segenap bantuan yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan
pembinaan aspek pengajaran.28
Menurut Ofsted, fokus pengawasan akademik meliputi:
a) Standar dan prestasi yang diraih siswa. b) kualitas layanan
siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program
kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa). c) kepemimpinan
dan manajemen sekolah yang efektif mengenai pembelajaran.29
Dari beberapa pengertian pengawasan akademik diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa pengawasan akademik ialah pengawasan
yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan,
pemantauan, dan penilaian kinerja guru dalam proses perencanaan,
pelaksanaan proses pembelajaran.
b) Pengawasan Manajerial
Menurut Nur Aedi Pengawasan manajerial esensinya adalah
Berupa kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah lainnya di dalam mengelola, mengadministrasikan dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan sekolah serta
memenuhi standar pendidikan nasional.30
Sedangkan Syaiful Sagala mengatakan bahwa;
h.41
27 Ibid, h. 156
28 Mukhtar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2009) Cet. I,
29
Sagala, Op.Cit., h.156 -157 30
Aedi, Op.Cit., h.193
20
Pengawasan manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan mulai dari penyusunan rencana program sekolah berbasis data sekolah, proses pelaksanaan program berdasarkan sasaran, sampai dengan penilaian program dan hasil
yang ditargetkan.31
Dari beberapa pengertian pegawasan manajerial diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Pengawasan Manajerial adalah pengawasan
yang berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pembinaan,
pemantauan dan penilaian kepala sekolah beserta seluruh elemen
sekolah dalam rangka peningkatan dan pengembangan mutu sekolah.
9. Teknik Supervisi
Dalam melakukan pembinaan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran, ada beberapa teknik supervisi yang dilakukan oleh
pengawas sekolah yaitu :
a) Teknik Individu
1) Mengadakan kunjungan kelas, yang dimaksud adalah kunjungan
yang dilakukan untuk melihat guru yang sedang mengajar atau
ketika kelas sedang kosong.
2) Mengadakan observasi kelas, yaitu melakukan kunjungan ke
sebuah kelas untuk mencermati situasi/peristiwa yang sedang
berlangsung di dalam kelas.
3) Mengadakan wawancara, yang dilakukan apabila supervisor
mengkhendaki jawaban dari individu tertentu.
b) Teknik Kelompok
1) Mengadakan pertemuan rapat. Dalam kegiatan ini supervisor dapat memberikan pengarahan, pengkoordinasian dan
mengkomunikasikan segala informasi kepada guru/staf. 2) Mengadakan diskusi kelompok 3) Mengadakan seminar
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan teknik-
teknik supervisi yang diterapkan diharapkan dapat menunjang peningkatan
kualitas kinerja guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
.
31 Sagala, Op.Cit., h.155
21
B. Pembinaan Kompetensi Pedagogik
Pembinaan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara
baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi
semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan
sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-
guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.32
Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya
pengendalian secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-
unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk
mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.33
Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai
serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud
layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan
pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar.34
Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui
pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru.
Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai
visi terwujud penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara
dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.35
32
TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) Cet III, h. 315 33
Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000), hlm. 233 34 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: PT DUNIA PUSTAKA JAYA, 1995)
hlm.9 35 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010),
Cet I, hlm.29
22
Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan
tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki seperangkat
kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan perilaku) yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Kompetensi yang harus dimiliki guru berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan
bahwa “kompetensi guru meliputi; Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.36
Namun sesuai dengan kebutuhan penelitian,
penulis hanya akan membahas mengenai Kompetensi Pedagogik.
1. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Sesuai dengan UU NO. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa guru profesional harus menguasai kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional,
namun kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang
mutlak perlu dikuasai oleh guru.
Dalam PP RI No. 19 Tahun 2005, Pasal 28 Ayat 3 dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik guru adalah “kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.”37
Sedangkan menurut Yunus Abu Bakar, yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogis adalah:
Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi (a)
pemahaman terhadap peserta didik. (b) perencanaan pembelajaran. (c)
pelaksanaan pembelajaran. (d) mengevaluasi hasil belajar dan; (e)
36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
BAB IV Pasal 10 37
Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
23
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.38
Sejalan dengan pengertian tersebut Lukmanul Hakiim mengatakan,
kompetensi pedagogik atau akademik ini merujuk kepada “kemampuan
guru untuk mengelola proses belajar mengajar, termasuk didalamnya
perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mengajar dan
pengembangan siswa sebagai individu-individu.”39
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan dan keterampilan guru
dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Dalam kompetensi ini
guru dituntut untuk dapat memahami peserta didiknya serta dapat membuat
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang benar pada peserta didik.
2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No. 16 Tahun 2007, terdapat sepuluh kompetensi inti guru dalam bidang
pedagogik, yaitu sebagai berikut:
a) Menguasai Karakteristik Siswa dari Aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. b) Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik,
yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran yang diampu. f) Memfasilitasi pengembangan potensi
siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan siswa. g)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. h)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i)
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
38
Yunus Abu Bakar, dkk, Profesi Keguruan, (Learning Assitance Program For Islamic
Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009) h. 4- 10-11 39 Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009)
h.243
24
pembelajaran. j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.40
Selain itu menurut Sulton Masyhud, kompetensi pedagogik ini
mencangkup hal-hal sebagai berikut :
a) Memahami perkembangan peserta didik dan dapat mengaplikasikan
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. b)
Memahami berbagai teori pendidikan dan dapat mengaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. c) Dapat
merancang pembelajaran yang mendidik. d) Dapat mengelola
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik. e) Dapat menilai proses dan hasil pembelajaran sesuai
dengan prinsip-prinsip penilaian yang benar. f) Dapat
mengembangkan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan peserta didik. g) Dapat melaksanakan
penelitian pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
penelitian yang benar. h) Dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitian
untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran yang
dilaksanakan.41
Namun dalam RPP tentang guru yang dikutip oleh E. Mulyasa,
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. b) pemahaman terhadap peserta didik. c) pengembangan kurikulum/silabus. d) perancangan pembelajaran. e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. f) pemanfaatan teknologi pembelajaran. g) evaluasi hasil belajar (EHB). h) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.42
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
garis besar aspek-aspek kompetensi pedagogik meliputi; Pertama,
pemahaman terhadap peserta didik. Kedua, menguasai perencanaan dan
40 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru. 41
Sulton Masyhud, Manajemen Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2014) Cet I, h. 17 42
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.75
25
pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, mampu mengembangan potensi siswa
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Berikut ini akan dijabarkan masing-masing aspek kompetensi
pedagogik tersebut.
a) Pemahaman terhadap peserta didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan hal utama dalam
kompetensi pedagogik yang harus dikuasai oleh seorang guru.
Sukmadinata mengatakan bahwa “Guru harus mengenal dan
memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang
telah dicapainya, kemampuannya keunggulan dan kekurangannya,
hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang
memengaruhinya”.43
Selanjutnya, Lang dan Evans yang dikutip oleh Musfah, merinci
keragaman pada peserta didik meliputi “siswa berbeda dalam gaya
belajar, kemampuan, ras, asal geografis, jenis kelamin, pilihan
seksual, status ekonomi, pengaruh budaya, kesehatan, pengaruh
agama, pengaruh keluarga, pengaruh lain dan modal belajar”44
Pendapat lain dikemukakan E.Mulyasa, bahwa “setiap peserta didik
memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan,
kelemahan, minat dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang
keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan kreatifitas, intelegensi
dan kompetensinya.”45
Dalam bukunya yang lain, E.Mulyasa menjelaskan bawa
sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta
didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan
43 Musfah, Op.Cit,. h.31
44 Ibid, h.32-33
45 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2008) Cet
VII, h.27
26
perkembangan kognitif.46
Dengan memahami potensi dan
keberagaman peserta didik, guru dapat mendesain strategi pelayanan
belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik.47
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru
harus mampu memahami berbagai karakteristik peserta didik yang
meliputi kemampuan berfikir, aspek fisik, minat serta latar belakang
lingkungannya. Apabila guru dapat memahami peserta didiknya maka
guru akan mudah untuk menentukan strategi pengajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
b) Menguasai perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Kemampuan merencanakan program belajar mengajar bagi
profesi guru sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi
seorang arsitek.48
Menurut Hunt, untuk membuat perencanaan yang
baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal,
setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan yang baik,
antara lain; “Mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak
dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk
mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi.”49
Selain itu untuk menciptakan pembelajaran yang baik
dibutuhkan rancangan pembelajaran efektif dengan memperhatikan
unsur teknik, pendekatan dan metode-metode penyampaian
pembelajaran yang dapat mempengaruhi peserta didik lebih untuk
termotivasi pada kegiatan pembelajaran dikelas yang dilaksanakan
46 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.79 47
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenanga Kependidikan, (Bandung;
Alfabeta, 2013) h. 32 48
Ali Mudlofir, Pendidik Pofesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012) Cet. I, h.78 49 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Cet, V,
h.94
27
oleh pendidik atau guru.50
bukan hanya memahami metode
pembelajaran yang baik, guru juga harus memahami tiga prinsip
pembelajaran yaitu “hubungan, pengulangan dan penguatan”.
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu
membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran
sesuai metode-metode yang telah ditentukan dan melakukan evaluasi
sebagai feedback untuk melihat hasil dari apa yang telah ia ajarkan
dalam proses belajar mengajar. hal ini harus dilakukan oleh guru agar
tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
c) Mampu mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
Belajar merupakan proses dimana pengetahuan, konsep,
keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan dan
dikembangkan. Menurut Musfah, “ Guru harus bisa menjadi motivator
bagi para muridnya, sehingga potensi mereka berkembang
maksimal”.51
Mulyasa mengatakan, pengembangan peserta didik
dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui
kegiatan ekstrakulikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan
dan konseling.52
Ketiga cara pengembangan peserta didik tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
Pertama, melalui kegiatan ekstrakulikuler. Menurut Mulyasa,
“Kegiatan ekstra kurikuler yang sering disebut juga ekskul merupakan
kegiatan tambahan disuatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan
diluar kegiatan kurikuler.”53
50 Iskandar Agung, dkk, Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya Meningkatkan
Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru, (Jakarta: Bee Media Pustaka, 2014) Cet I, h.40 51
Musfah, Op.Cit,. h.42 52
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009) Cet IV, h.111 53
Ibid, h. 111
28
Kedua, melalui pengayaan atau remedial. Remedial merupakan
suatu sistem belajar yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang
komprehensif (menyeluruh), yang dimaksudkan untuk menemukan
kekurangan-kekurangan yang dialami peserta didik dalam belajar
sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar. dengan kata lain,
kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang
dilaksanakan untuk mengidentifikasikan jenis-jenis dan sifat-sifat
kesulitan belajar, menemukan faktor-faktor penyebabnya, dan
kemudian mengupayakan alternatif-alternatif pemecahan masalah
kesulitan belajar, baik dengan cara pencegahan maupun
penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan
objektif.54
Ketiga, melalui bimbingan dan konseling. Menurut Jones,
“Guidance is the help given by one person to another in making
choice and adjustments and in solving problems”.55
Ini senada dengan
pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja
yang dikutip oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi:
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinyasehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat.56
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Soetjipto, konseling
adalah:
Suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana
yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya
dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya
54
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010) Cet. VI, h.237 55
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h.61 56
Ibid, h.62
29
dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan
pada waktu yang akan datang.57
3. Prinsip-Prinsip Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran.
Hamzah B. Uno dalam buku Perencanaan Pembelajaran, menjelaskan
prinsip-prinsip yang dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a) Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. b) Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. c) Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. d) Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. e) Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. f)
mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.58
Pandangan lain dikemukakan Wina Sanjaya, menurutnya prinsip-
prisip mengajar yakni:
1. Berorientasi pada tujuan
2. Aktifitas
3. Individualitas
4. Integritas
5. Interaktif
6. Inspiratif
7. Menyenangkan
8. Menantang
9. Motivasi.59
Dari urian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penting bagi guru
untuk memperhatikan prinsip-prinsip mengajar. hal ini dilakukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu guru wajib
memperhatikan bagaimana siswa mendapatkan persepsi yang benar
terhadap proses pembelajaran yang akan, sedang maupun yang telah
dilakukan.
57
Ibid, h. 63 58
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Bumi Aksara, 2012) h. 7 59
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011) h.224-228
30
4. Bentuk Pengawasan dalam Pembinaan Kompetensi Pedagogik
Pengawasan dalam bidang pendidikan menunjukan karakteristik khas
mengandung konsep supervisi yang kental dengan adanya tugas pembinaan.
Menjadi keliru dan menyalahi aturan, apabila mekanisme kerja pengawas
hanya memantau, memeriksa dan melaporkan saja karena esensi
pengawasan dibidang pendidikan terletak pada unsur pembinaan.60
Dalam
praktik pengawasan pendidikan, pengawas fungsional memiliki tugas
membina dan mengembangkan karier para guru dan staf lainnya serta
membantu memecahkan masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara
professional.61
Pengawas sekolah memiliki banyak kegiatan dalam rangka
menjalankan tugas profesinya sebagai pengawas. Kegiatan pengawas
sekolah diantaranya terdiri atas pengembangan profesionalitas, pengawasan
akademik dan manajerial, pengembangan profesi dan pelaksanaan kegiatan
penunjang pengawas sekolah.62
Pembinaan yang diberikan pengawas
sekolah kepada guru binaannya harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam.
Dasar pengawas melakukan pembinaan adalah silabus dan
perencanaan program pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sendiri oleh
guru. Dalam praktiknya pengawas mampu mereview silabus dan RPP yang
disusun oleh guru. Pengawas mampu menempatkan model dan strategi
mengajar yang tepat untuk mencapai kompetensi yng tertuang dalam RPP
guru. Kemudian pengawas mampu membantu guru memperhatikan
keragaman potensi peserta didiknya.63
Ada beberapa teknik pengawasan
yang dilakukan pada saat melakukan pembinaan kompetensi pedagogik,
yaitu :
60 Engkoswara, Op.Cit., h.225.
61 Ibid, hlm.228
62 Aedi, Op.Cit., h.133
63 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012) Cet II, h.157
31
Pertama, melakukan kunjungan kelas. Menurut Yahya, kunjungan
kelas adalah:
Suatu kunjungan yang dilakukan supervisor ke dalam suatu kelas pada
saat guru sedang mengajar, dengan tujuan untuk membantu guru yang
bersangkutan mengatasi masalah/kesulitan dalam mengadakan
kegiatan pembelajaran. kunjungan kelas dilakukan dalam upaya
supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai
kemampuan dan keterampilan guru tersebut mengajar.64
Selanjutnya Sagala menjelaskan, teknik kunjungan kelas bertujuan
“untuk membantu guru yang belum berpengalaman mengatasi kesulitan
dalam mengajar. kemudian membantu guru yang berpengalaman untuk
mengetahui kekeliruan yang dibuatnya dalam mengajar”.65
Kedua, melakukan Pertemuan Pribadi. Individual conference atau
percakapan pribadi adalah percakapan antara seorang supervisor dengan
seorang guru.66
Secara lebih luas, Sagala menjelaskan “percakapan pribadi
adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru dengan
mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru.” Pertemuan
pribadi antara supervisor dengan guru membicarakan masalah-masalah
khusus yang dihadapi guru.67
Menurut Engkoswara, setelah melakukan observasi kelas, supervisor
melakukan pertemuan pribadi berupa percakapan, dialog atau tukar pikiran
tentang temuan-temuan observasi.68
Ketiga, Melakukan rapat antara supervisor dan para guru di sekolah.
Saat supervisor menemukan beberapa permasalahan yang sama dihadapi
hampir seluruh guru, maka sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan
64
Yahya, Supervisi Pendidikan Metamorfosis Kepemimpinan (to Help to Change),
(Padang: UNP Press Padang, 2011) h.72 65
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012) h.187 66
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) Cet. I, h.73 67
Sagala, Op.Cit,. h. 190 68 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012)
h.230
32
individual, oleh karena itu akan dibahas dalam rapat guru.69
Rapat antara
supervisor dan para guru biasanya untuk membicarakan masalah-masalah
umum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu
pendidikan.70
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengawasan dalam pembinaan kompetensi pedagogik mengarah pada
kegiatan pengajaran yang dilakukan guru. Proses pembinaan ini meliputi
bimbingan kepada guru dalam memahami berbagai macam karakteristik
peserta didik serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta
didik. Selain itu, proses pembinaan ini juga mengarah kepada proses
pembuatan RPP dan pelaksanaan pengajaran yang dilaksanakan dikelas.
Untuk memulai pembinaan, pengawas sekolah dapat mengumpulkan data
tersebut dengan melakukan teknik pengawasan yaitu melakukan kunjungan
kelas, pertemuan pribadi dan rapat guru. Apabila pembinaan ini dilakukan
secara baik maka dapat dipastikan kompetensi pedagogik guru pun akan
menunjukan kualitasnya.
C. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis terhadap penelitian
terdahulu, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan, referensi tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Latif Rusdi yang berkaitang dengan
pengawas sekolah yang berjudul “Peran Pengawas Madrasah dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5 Cilincing Jakarta Utara.”
Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini ini
telah menunjukan perbedaan denga penelitian penulis, perbedaanya terletak
pada fokus penelitiannya. Pada penelitian Latifa Rusdi, ia membahas
69 Ibid, h.230
70 TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) h.317
33
mengenai bagaimana Peran Pengawas Madrasah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini mencangkup secara
luas yaitu bagaimana peran pengawas madrasah untuk meningkatkan mutu
sekolah dan mutu tenaga pendidik dan kependidikan. selain itu, penelitian
ini tertuju hanya pada sekolah berbasis madrasah. sedangkan penlitian yang
penulis buat hanya terfokus pada peran pengawas dalam pembinaan
kompetensi pedagogik guru saja.71
2. Penelitian yang dilakukan Anas Rupaedi yang berjudul “Peran Pengawas
Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Kabupaten Indramayu”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Departemen Ilmu Administrasi Program Pasca Sarjana, Universitas
Indonesia. Seperti pada penelitian yang sebelumnya, penelitian ini juga
terfokus pada peningkatan mutu pendidikan. namun penelitian ini tertuju
pada Sekolah Menengah Kejuruan. Berbeda dengan penelitian yang penulis
tulis, fokus penelitian tertuju pada pembinaan kompetensi pedagogik guru
yang dilakukan oleh pengawas sekolah.72
3. Penelitian yang dilakukan David Ragil Saputra yang berjudul “Pengelolaan
Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah Dasar Se-Kabupaten
Temanggung. Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini terfokus untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas sekolah, namun
berbeda dengan penelitian penulis terfokus untuk mengetahui bagaimana
peran pengawas dalam pembinaan kompetensi pedagogik.73
71
Latif Rusdi, Peran Pengawas Madraah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN 5
Cilingcing, Jakarta Utara, Skripsi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
72 Anas Rupaedi, Peranan Pengawas Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kabupaten Indramayu, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Departemen Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Jakarta, 2012. 73
David Ragil Saputra, Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah Dasar Se-
Kabupaten Temanggung, Skripsi Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta, 2011.
34
D. Kerangka Berpikir
Agar lebih terarah, penulis membuat kerangka pikir sebagai pedoman
dalam melaksanakan penelitian tentang Peran Pengawas Sekolah dalam
Pembinaan Kompetensi Pedagogik.
Kondisi nyata SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN
dalam pembinaan pedagogik yang dilakukan pengawas sekolah meliputi masih
terlihat jarangnya pengawas sekolah melakukan kunjungan karena terlalu
banyak sekolah yang dibina, pengawas hanya melakukan pemeriksaan tanpa
melakukan pembinaan pada saat kunjungan ke sekolah, dan kualitas mengajar
guru yang tidak sesuai dengan standar kompetensi guru.
Dalam peningkatan kompetensi guru, pengawas sekolah adalah
pemegang peran paling penting. Salah satu kegiatan pengawasan yang
dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu dengan melakukan
pembinaan. Dengan melakukan pembinaan, pengawas sekolah diharapkan
dapat melakukan bimbingan kepada guru yang ditujukan pada perbaikan dan
pembinaan aspek pembelajaran.
Namun dengan melihat perbedaan kondisi nyata dari harapan di atas,
maka diduga masih adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, yaitu
belum optimalnya peran pengawas sekolah dalam pembinaan kompetensi
pedagogik, sehingga membutuhkan strategi-strategi untuk mengoptimalkan
pembinaan kompetensi pedagogik, diantaranya:
1. Mengikuti pelatihan atau workhop
2. Melakukan kunjungan kelas
3. Melakukan Individual Conference
4. Mengadakan rapat antara pengawas dan para guru
Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir yang dipaparkan di atas, diutarakan lagi
dalam bentuk diagram sebagai berikut:
35
GAMBAR 2.1
Diagram Kerangka Berpikir
INPUT Proses Output
Kondisi nyata
1. Jumlah sekolah yang dibina
terlalu banyak.
2. Pengawas hanya melakukan
pemeriksaan tanpa
melakukan pembinaan pada
saat kunjungan ke sekolah.
3. Terdapat pengawas yang
tidak kompeten.
4. Pengawas dan guru tidak
kooperatif.
5. Kualitas mengajar guru tidak
sesuai dengan standar
kompetensi guru.
6. Bagi guru mengajar hanya
menjadi rutinitas tanpa
melakukan evaluasi.
7. Guru tidak memiliki waktu
untuk mengikuti
perkembangan teknologi.
8. Guru tidak mengupdate
ilmunya.
9. Guru tidak kreatif dalam
proses mengajar
Masalah Belum
optimalnya
peran
pengawas
sekolah dalam
pembinaan
kompetensi
pedagogik
Strategi 1. Mengadakan workshop
atau pelatihan.
2. Meningkatkan jumlah
observasi kelas
3. Meningkatkan supervisi
akademik dan
manajerial.
4. Mengadakan seminar
atau lokakarya
5. Melakukan studi
banding.
Hasil Meningkatnya
kompetensi
pedagogik guru
FEEDBACK
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG
SELATAN yang beralamat di Jalan Benda Timur XI Komplek Pamulang
Permai II, Pamulang-Tangerang Selatan, Banten. Adapun waktu penelitian
direncanakan mulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan November 2016
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Waktu Kegiatan Penelitian
NO
KEGIATAN
BULAN KET
F
E
B
R
U
A
R
I
M
A
R
E
T
A
P
R
I
L
M
E
I
J
U
N
I
J
U
L
I
A
G
U
S
T
U
S
S
E
P
T
E
M
B
E
R
O
K
T
O
B
E
R
N
O
V
E
M
B
E
R
D
E
S
E
M
B
E
R
J
A
N
U
A
R
I
1 Observasi awal
2 Bimbingan Bab 1-3
3 Pengumpula n data
4 Pelaksanaan
Penelitian
5 Pengolahan data
6 Bimbingan Bab 4-5
7 Uji Referensi
8 Munaqosah
36
37
B. Metode Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian dan sifat masalah yang ada, maka fokus
penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana peran pengawas sekolah
dalam pembinaan kompetensi pedagogik. Dengan demikian penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan bentuk metode
deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh
pemahaman dan penafsiran mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang
relevan.
C. Sumber Data
Sesuai fokus dan sifat penelitian maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan dua sumber data yaitu :
1. Sumber data primer yaitu, merupakan data langsung yang dikumpulkan
oleh peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah, kepala sekolah
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan 4 Guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan
data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian
ini, dokumen SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, buku, jurnal dan
peraturan perundang-undangan merupakan sumber data sekunder.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan pada penelitian ini, penulis
mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan
studi dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh data/informasi terkait
dengan tujuan dan manfaat pengawasan, sasaran pengawasan, ruang
38
lingkup pengawasan, materi dan metode pengawasan, kualifikasi
pengawas, manfaat pengawasan, dan tugas pokok pengawas.
Wawancara dilakukan dengan Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dan 4 Guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan yang terdiri dari guru biologi, guru ekonomi, guru
bahasa indonesia dan guru seni budaya.
2. Observasi
Metode observasi yang digunakan yakni observasi langsung
dengan menggunakan panduan pengamatan. Observasi digunakan untuk
memperoleh data mengenai bentuk-bentuk kegiatan pembinaan
kompetensi pedagogik, kehadiran pengawas sekolah, strategi
pengawasan yang diterapkan, saran dan media yang digunakan, penilaian
secara langsung serta sikap dan perilaku pengawas dan guru yang dibina.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai
hal-hal berupa catatan kegiatan pembinaan, pedoman pengawasan dan
laporan hasil pengawasan. Studi dokumentasi digunakan untuk
memperoleh tentang profil sekolah, visi dan misi, data kepala sekolah
dan data tentang keadaan guru, data pengawas sekolah, jadwal kunjungan
pengawas sekolah dan kegiatan pembinaan, instrumen kegiatan
pembinaan, dokumen/hasil laporan pembinaan pengawasan. Dokumen-
dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga
dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, peneliti melakukan
analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang dilakukan secara
rinci adalah sebagai berikut :
39
1. Reduksi Data
Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi,
memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan
mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian.
Peneliti mengelompokkan data berdasarkan hasil yang di dapat dari para
informan.
2. Penyajian Data
Dalam penyajian data peneliti dapat dianalisis oleh peneliti untuk
disusun secara sistematis, atau simultan sehingga data yang diperoleh
dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti.
3. Penarikan kesimpulan
Peneliti mengambil kesimpulan melalui analis lanjutan dari reduksi
data dan penyajian data sehingga terdapat persamaan dan perbedaan lalu
data dapat disimpulkan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat
diuji kembali dengan data dilapangan, dengan cara merefleksikan
kembali.74
F. Kisi-Kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
1 Peran Pengawas 1.1 Pengawas 1.1.1 Latar belakang pengawas
74 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Ciputat: Mega Mall, 2013) h.
224-225
40
Sekolah Sekolah sekolah ( latar belakang
pendidikan, pengalaman
kerja, beban kerja)
1.1.2 Tugas pokok pengawas
sekolah
a. Melakukan pengawasan
(Supervisi akademik &
supervisi manajerial)
b. Melakukan pembinaan
( Pembinaan struktur dan
tidak struktur, frekuensi
pembinaan, metode
pembinaan, materi-materi
pembinaan)
c. Melakukan
penilaian/evaluasi
( kinerja guru, penilaian
terhadap rpp)
1.1.3 Strategi pengawasan yang
dilakukan.
1.1.4 Hambatan dan tantangan
pengawasan.
2 Kompetensi
Pedagogik
2.1 Guru 2.1.1 Latar belakang guru (latar
belakang pendidikan,
pengalaman kerja)
41
2.1.2 Aspek utama kompetensi
pedagogik
a. Pemahaman terhadap
peserta didik.
( mengenali sifat dan
karakter siswa, dapat
menemukan bakat dan
potensi siswa)
b. Keterampilan membuat
RPP dan keterampilan
menerapkan RPP dalam
proses pembelajaran.
( mampu merumuskan
indikator, dapat membatasi
ruang lingkup materi,
penguasaan pemilihan
metode pembelajaran serta
pemilihan sumber dan
media belajar, penentuan
jenis evaluasi).
d. mampu mengembangkan
potensi siswa untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang
42
dimiliki.
( menjadi model bagi
siswa, memberi ruang atau
kesempatan agar potensi
dan bakat dapat
berkembang, mendorong
siswa untuk mengikuti
berbabagi olimpiade).
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Intrumen Observasi
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
1 Peran Pengawas
Sekolah
1.1 Kegiatan
Pembinaan
1.1.1 Bentuk-bentuk kegiatan
pembinaan kompetensi
pedagogik
(supervisi akademik dan
supervisi manajerial,
pembinaan struktur dan tidak
terstruktur)
1.1.2 Kehadiran pengawas ke
sekolah untuk melakukan
pengawasan.
1.1.3 Tujuan dan manfaat
pembinaan.
1.1.4 Kinerja pengawas dan guru
yang dibina ( Konsistensi
kehadiran, kesungguhan
43
bekerja dan tanggung jawab)
2 Kompetensi
Pedagogik
2.1 Strategi
Pembinaan
2.1.1 Strategi yang diterapkan
dalam melakukan
pembinaan.
( mengadakan
workshop/pelatihan,
meningkatkan supervisi
akademik dan manajerial,
meningkatkan jumlah
observasi kelas)
Tabel 3.4
Daftar Ceklis Studi Dokumentasi
NO DOKUMEN ADA TIDAK
ADA
KET
1 Dokumen profil sekolah
2 Data profil pengawas sekolah
3 Data profil kepala sekolah
4 Data keadaan guru
5 Jadwal kunjungan pengawas
sekolah
6 Program kerja pengawas
7 Daftar hadir pengawas sekolah
8 Jadwal kegiatan pembinaan
44
9 Instrumen kegiatan pembinaan
10 Dokumen/hasil laporan
pembinaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Profil Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Pengangkatan seorang pengawas sekolah dilaksanakan melalui
penunjukan yang dilakukan oleh pejabat yang berwewenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangangan. Pejabat yang
berwenang tersebut ialah Bupati atau Walikota di daerah tersebut. Sesuai
dengan kebijakan pemerintah yang tertuang di dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Pasal 1 menyatakan bahwa
untuk dapat diangkat sebagai pengawas sekolah/madrasah, seseorang
wajib memenuhi standar pengawas sekolah/madrasah yang berlaku
secara nasional. Standar pengawas sekolah/madrasah tersebut
mencangkup kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah.
Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas sekolah merupakan
perpanjangan tangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten atau
Kota. Ditinjau dari struktur keorganisasian, kedudukan pengawas
sekolah merupakan kelompok jabatan fungsional yang langsung
dibawah garis komando kepala Dinas Pendidikan. Berikut ini adalah
struktur organisasi Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan :
45
46
Gambar 4.1
Struktur Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan
Khusus pendidikan tingkat menengah atas, Dinas Pendidikan Kota
Tangerang Selatan memiliki 4 pengawas sekolah. Namun sesuai dengan
fokus penelitian hanya 1 pengawas sekolah yang akan diteliti sesuai
dengan sekolah binaannya yang menjadi lokasi penelitian. Berikut ini
adalah profil pengawas sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan :
Nama Pengawas : Iis Nurhayati, M.Pd
NIP : 19690429 1999201 2 001
Pangkat/Golongan : Pengawas Madya/IV a
Jabatan : Pengawas SMA
Unit Kerja : Dinas Pendidikan Tangerang Selatan
Latar belakang Pendidikan :
47
a. S1 Pendidikan Biologi (Universitas Negeri Jakarta)
b. S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Universitas Negeri
Jakarta)
c. S3 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Sedang Berjalan
Karier dimulai pada tahun 1990 menjadi Guru Biologi lalu
diangkat menjadi pengawas sekolah pada tahun 2009-Sekarang. Selain
melaksanakan tugasnya sebagai pengawas sekolah, Iis Nurhayati juga
berkontribusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
Pengembang dan Narasumber untuk workshop dalam tingkat nasional.
2. Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NPSN / NSS : 20603368 / 301300409004
Status Akreditasi : A
Alamat Lengkap : Jl. Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai
II, RT 7/RW 14, Kelurahan Benda Baru,
Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan-
Banten, 15416.
No. Telp : 021 – 74633772
Website : http://www.sman3tangsel.sch.id
Secara geografis SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan berlokasi
dalam lingkungan yang padat dan cukup ramai. SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan berada dalam lingkungan pemukiman penduduk.
Jarak SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sekitar ±20m dari
jalan raya Pamulang Permai II, sehingga lingkungan sekolah cukup
ramai dari banyaknya kendaraan yang lewat ataupun kegiatan
penduduk sekitar yang terkadang mengganggu kegiatan proses KBM.
Akses jalan menuju SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan cukup
strategis. Jika dari arah jalan raya Ciputat dapat mengikuti jalur
menuju ke arah Pamulang II. Apabila menggunakan akses/rute tol, maka
dapat menggunakan jalur tol Jakarta-BSD. Letak SMA Negeri 3
48
Kota Tangerang Selatan hanya sekitar 5 km setelah keluar tol BSD.
Tidak jauh dari SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sekitar 2 km
terdapat Kantor Walikota Tangerang Selatan yang menjadi pusat
pemerintahan Kota Tangerang Selatan.
3. Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Pada tahun 1987 wilayah pamulang masih termasuk bagian
wilayah Kecamatan Ciputat, masih merupakan wilayah Kemantren
Pamulang. Saat itu dibangun pemukiman penduduk berskala luas yaitu
Perumahan Pamulang Permai II. Pertambahan kepadatan penduduk
Kecamatan Ciputat khususnya disekitar wilayah Pamulang menuntut
bertambahnya pula sarana pendidikan khususnya Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas. Dengan bantuan berbagai pihak dan rekomendasi dari
pemerintah Kabupaten Tangerang (Surat Persetujuan Penggunaan Tanah
Fasilitas Sosial No. 593.3/1515_UM/1988 tertanggal 2 Juli 1988)
akhirnya pihak pengembangan Perumahan Pamulang Permai II
menyetujui sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah sekolah.
Diatas tanah kurang lebih seluas 4870 m2 mulailah dibangun
sebuah sekolah dan pada tanggal 17 Oktober 1991 bernama SMA
Negeri 2 Ciputat filial atau kelas jauh SMA Negeri 1 Pamulang.
Dipimpin oleh Ibu Hj. Siti Aisyah, BA (alm) dengan pelaksana
hariannya adalah Bapak Drs. A. Rifaie’ Sirath. Waktu itu baru
berjumlah 12 kelas yaitu 4 Kelas I, 4 Kelas II dan 4 Kelas III.
Tahun 1991-1992 terjadi pemekaran wilayah dimana wilayah
pamulang telah menjadi kecamatan tersendiri yaitu Kecamatan
Pamulang. Nama SMA Negeri 2 Ciputat filial menjadi tak cocok lagi
karena berada di wilayah Kecamatan Pamulang. Berkat dukungan
beberapa pihak akhirnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0216/O/1992 tertanggal 5 Mei 1992, SMA Negeri
2 Ciputat filial berubah namanya menjadi SMA Negeri 1 Pamulang. SK
Pendirian ini ditandatangani baru pada tanggal 5 Juni 1992 dan
49
dijadikan landasan berdirinya SMA Negeri 1 Pamulang yaitu bulan Juni
1992. SMA Negeri 1 Pamulang berturut-turut dipimpin oleh Saeran,
BA (1992-1995), Dra. Hj. Sudarsih Ishak (1995-1998), Drs. Suhaya,
MM (1998-2001), Drs. Suparjo Adang Afandi (2001-2003), dan
Drs. Dedi Rafidi (2003-2009).
Setelah adanya pemekaran tahun 2008, pemerintah Kota
Tangerang Selatan mengubah seluruh nama sekolah negeri dan
diurutkan berdasarkan kelahirannya. Oleh karena itu SMA Negeri 1
Pamulang yang merupak sekolah tingkat atas tertua ke-3 di wilayah
Kota Tangerang Selatan berganti menjadi SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan sesuai peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor
10 tahun 2009 tentang Perubahan Nama Sekolah Pada Jenjang
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan Sekolah
Menengaj Kejuruan Negeri (SMKN) di lingkungan Pemerintahan Kota
Tangerang Selatan.75
4. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Di bawah ini dapat dilihat visi dan misi SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan sebagai berikut :
a. Visi :
Menjadi sekolah terunggul berwawasan nasional, bersaing secara
internasional dan religius.
b. Misi :
1) Mewujudkan pencapaian delapan standar nasional pendidikan.
2) Melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien
berbasis global (berbasis ICT) dan berpijak pada budaya bangsa.
3) Menerapkan Information dan Communication Technology dan
bahasa internasional dalam proses pembelajaran dan
75
Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Tahun 2010 , h. 18
50
pengelolaan sekolah.
4) Menyelenggarakan pendidikan sekolah bertaraf internasional
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
5) Menyiapkan peserta didik untuk mampu bersaing secara
nasional dan internasional.
6) Mengembangkan jejaring nasional dan internasional yang luas.
7) Menyelenggarakan pendidikan untuk meningkatkan IPTEK dan
IMTAK.
8) Menumbuhkan proses internalisasi ajaran agama dan budaya
bangsa serta implementasinya dalam kehidupan nyata.
9) Menumbuhkan sikap belajar sepanjang hayat bagi warga
sekolah. 76
5. Tenaga Pendidik SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Dalam pembelajaran ataupun kegiatan belajar mengajar tidak bisa
lepas dari keberadaan guru, karena guru merupakan faktor penentu
proses pendidikan yang berkualitas.
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tenaga pendidik yang
kompeten sesuai dengan bidangnya masing-masing. Total jumlah tenaga
pendidiknya adalah 64 orang yang rata-rata lulusan S1 dan S2, dengan latar
belakang pendidikan lulusan S1 sebanyak 48 orang dan lulusan S2
sebanyak 19 orang. Selain yang berpendidikan S1 dan S2 terdapat juga yang
berlatar belakang lulusan D3 dan SMA, masing- masing berjumlah 1 orang.
Dengan banyaknya jumlah guru yang ada di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan, diharapkan guru dapat membimbing dan memberi teladan
bagi siswa. Adapun secara rinci mengenai data pendidik dapat dilihat pada
lampiran 10.77
76 Ibid, h.3
77
Soft File Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
51
6. Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Di dalam penyelenggaraan pendidikan dibutuhkan tenaga yang
berperan dalam manajemen sekolah yaitu tenaga kependidikan. SMA
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki tenaga kependidikan yang
kompeten dalam bidang manajemen sekolah. Jumlah tenaga kependidiknya
yaitu total 24 orang, dengan latar belakang pendidikan S1 sebanyak 6 orang,
lulusan SMA sebanyak 12 orang, lulusan SMP 3 orang dan lulusan SD 1
orang. Sebanyak 22 orang menjadi tenaga administrasi sekolah sedangkan 2
orang lainnya berlatar belakang pendidikan S1 menjabat sebagai pustakawan
di Perpustakaan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Adapun secara
rinci mengenai data pendidik dapat dilihat dilampiran 11.78
7. Keadaan Siswa
Adapun jumlah siswa pada tahun ajaran tahun 2016/2017 di SMA
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yaitu sebanyak 869 siswa. Yang terdiri
dari jumlah siswa kelas X sebanyak 360 siswa, siswa kelas XI 291 siswa dan
siswa kelas XII 272 siswa. Untuk jumlah rombongan belajar setiap angkatan
di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yaitu terdiri dari 8 kelas. Setiap
kelasnya teridiri dari 23-44 siswa.79
8. Fasilitas
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan memiliki sarana prasarana yang
cukup memadai dan menunjang proses pendidikan. Keberadaan sarana
prasarana ini sangat mendukung kegiatan belajar siswa sehingga siswa
merasa nyaman dan dapat menyerap pelajaran dengan baik. Adapun kondisi
sarana prasarana dapat dilihat sebagai berikut :
79
Ibid
78 Ibid
52
Tabel 4.1
Keadaan Fasilitas di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NO RUANG JUMLAH BAIK KURANG KETERANGAN
1 Masjid 1 √ Memadai, Bersih.
2 Ruang Kepala
Sekolah
1 √ Sangat Luas dan
Rapih
3 Ruang Wakasek 1 √ Bersih dan terawat
4 Ruang Guru 1 √ Luas dan Rapih
5 Ruang Tata Usaha 1 √ Luas dan Rapih
6 Ruang Bimbingan
dan Konseling
1 √ Memadai dan Terawat
7 Aula 1 √ Tidak terlalu luas
namun bersih.
8 Perpustakaan 1 √ Memadai dan rapih
9 Koperasi 1 √ Ruangannya kecil
namun bersih
10 Kantin 1 √ Memadai dan bersih
11 Lab. IPA 1 √ Terawat
12 Lab. Bahasa 1 √ Terawat
13 Lab. Komputer 2 √ Terawat
14 Lapangan Olahraga 1 √ Cukup Luas
15 Ruang Kelas 24 √ Luas dan Bersih
53
16 Ruang Osis 1 √ Tidak terlalu luas
namun rapih
17 Ruang Seni 1 √ Luas dan lengkap
18 Ruang Ekskul 1 √ Terawat
19 Ruang UKS 1 √ Memadai dan bersih
20 TRRC 1 √ Rapih dan bersih
21 Ruang Unit Produksi 1 √ Terawat
22 Ruang Arsip 1 √ Terawat dan Rapih
23 Ruang Penjaga /
Keamanan
1 √ Terawat
24 Toilet Siswa 4 √ Bersih
25 Toilet Guru 2 √ Bersih
26 Dapur 1 √ Bersih dan Rapih
27 Gudang 1 √ Kurang Rapih
Sumber : Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Tahun 2015
B. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber data yang dilengkapi
dengan hasil observasi dan studi dokumentasi maka diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut :
1. Tugas dan Beban Kerja Pengawas Sekolah
Jabatan pengawas sekolah merupakan jabatan fungsional yang
mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk
melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada
satuan pendidikan. Pengawas sekolah juga memiliki kedudukan sebagai
pelaksana teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan
54
manajerial dengan sejumlah tugas pokok dan rinciannya pada sejumlah
sekolah binaan yang telah ditetapkan.80
Senada dengan uraian diatas, Iis Nurhayati selaku Pengawas
Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan menjelaskan bahwa
Tugas pengawas itu yang terpenting adalah supervisi akademik dan
manajerial. Sedangkan tinjauan kegiatannya yaitu adalah pemantauan,
pembinaan, penilaian dan pembimbingan pelatihan profesional.81
Selaku kepala sekolah, Bapak Sopandy berpendapat bahwa secara
ekstern pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dari Dinas
Pendidikan itu harusnya sesuai mata pelajaran.82
Namun hal ini tidak
didukung dengan jumlah ketersedian pengawas sekolah yang dimiliki
Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan yang hanya memiliki 4
Pengawas Sekolah untuk tingkat Sekolah Menengah Atas. Oleh karena
itu, tugas kepengawasan tidak terlalu menukik kepada mata pelajaran dan
cenderung ke manajemen sekolah. Selanjutnya Bapak Sopandy
menambahkan :
Mekanismenya tugas pengawas sekolah memantau berbagai
kegiatan yang ada disekolah serta memantau dan menilai kinerja
kepala sekolah dan guru. selain itu, membimbing guru juga
termasuk dalam kegiatan pengawasan. Contohnya, menjelang
ujian nasional pengawas sekolah mengarahkan supaya sekolah
membuat program sesuai dengan Peraturan Menteri yang berlaku.
Kemudian setiap semester guru-guru diwajibkan untuk membuat
RPP, yang kemudian kelengkapan administrasi guru tersebut akan
di check oleh pengawas sekolah.83
Apabila berbicara mengenai tugas maka akan ada kaitannya
dengan beban kerja. Beban kerja pengawas sekolah adalah 37,5 (tiga
puluh tujuh setengah) jam perminggu di dalamnya termasuk pelaksanaan
80
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Kerja
Pengawas Sekolah, (Jakarta: 2015) h. 5 81
Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis
Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016 82
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H.
P. A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 83
Ibid
55
pembinaan, pemantauan, penilaian dan pembimbingan di sekolah binaan.
Jumlah sekolah yang harus dibina untuk setiap pengawas satuan
pendidikan paling sedikit 7 dengan jumlah guru yang harus dibina paling
sedikit 40 guru mata pelajaran.84
Faktanya dilapangan, Iis Nurhayati selaku pengawas sekolah
menjelaskan bahwa :
Mengenai banyaknya sekolah yang dibina maka merujuk pada
beban kerja. Karena pengawas itu adalah PNS dengan beban
kerjanya 37,5 jam sama dengan PNS yang lain, namun sasaran
pengawasan kita itu dasarnya adalah jumlah sekolah. secara
aturan jumlah sekolah yang harus dibina oleh pengawas itu
adalah minimal 7 sekolah dan minimal 40 guru. Kebetulan di
Kota Tangerang Selatan jumlah pengawas sekolah itu sedikit
sehingga saya harus membina 15 sekolah dengan guru
seluruhnya yang ada di 15 sekolah tersebut ditambah dengan
kegiatan saya juga berkontribusi di Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan sebagai narasumber dan pengembang,
sehingga beban kerja cukup tinggi.85
Selanjutnya, akan ditampilkan perbandingan mengenai tugas
dan beban pengawas sekolah berdasarkan TUPOKSI pengawas sekolah
dengan penerapan disekolah. Data yang terdapat pada kolom penerapan
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.
Tabel 4.2
Tugas dan Beban Pengawas Sekolah
NO TUPOKSI PENERAPAN DI SEKOLAH
1 Tugas Pengawas Sekolah :
Secara umum tugas pokok
Pengawas Sekolah meliputi tugas
pengawasan akademik dan
Tugas pengawas sekolah sesuai di
lapangan :
a. Pengawas sekolah telah
melaksanakan pembuatan program
84
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Pasal 5 Ayat 1 & 2 85
Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
56
manajerial yang meliputi:
a. penyusunan program
pengawasan;
b. pelaksanaan pembinaan;
c. pemantauan pelaksanaan
delapan Standar Nasional
Pendidikan;
d. penilaian;
e. pembimbingan dan
pelatihan profesional Guru;
f. evaluasi hasil pelaksanaan
program pengawasan; dan
g. pelaksanaan tugas
kepengawasan di daerah
khusus.
kepengawasan yang terdiri dari
program pengawasan tahunan,
program pengawasan semester,
rencana kepengawasan akademik,
dan rencana kepengawasan
manajerial.
b. Pengawas sekolah telah
melaksanakan kegiatan pembinaan
melalui dialog kajian masalah
pendidikan dan perkembangannya
serta implementasinya dalam
upaya meningkatkan kemampuan
profesional guru.
c. Pengawas sekolah melakukan
kunjungan ke SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan untuk
melakukan monitoring dan
evaluasi 8 Standar Nasional
Pendidikan.
d. Pengawas sekolah melaksanakan
penilaian dengan sasaran menilai
kinerja kepala sekolah, guru dan
staff
e. Pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dilaksanakan
pengawas sekolah dengan
memberikan arahan, bimbingan
dan pelatihan, contoh atau saran
dalam pelaksanaan pendidikan
disekolah.
f. Pengawas sekolah membuat
57
laporan perkembangan
kepengawasan untuk dilaporkan ke
Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, Dinas
Pendidikan Provinsi dan
Depdiknas sebagai hasil evaluasi
program pendidikan.
g. Pengawas sekolah melakukan
pengawasan di 15 sekolah.
2 Beban Kerja :
Dalam melaksanakan tugas,
Pengawas Sekolah harus mampu
mengelola waktu secara efektif
dan efisien dan sesuai beban kerja
sebanyak 37,5 jam per minggu @
60 menit.Beban kerja tersebut di
dalamnya termasuk penyusunan
program pengawasan, pelaksanaan
program pengawasan,
melaksanakan evaluasi program
pengawasan dan pelatihan
profesional guru dan/atau kepala
sekolah. Beban kerja selama 37,5
jam per minggu dapat dipenuhi
melalui kegiatan tatap muka dan
non tatap muka.
Beban sesuai di lapangan :
Sesuai dengan kebijakan, beban kerja
sebanyak 37,5 jam perminggu telah
dilaksanakan oleh pengawas sekolah.
Menurut pengawas sekolah, 37,5 jam
perminggu itu bukan by school tetapi
sesuai dengan minimal sasaran
sekolah binaan yaitu 7 sekolah.
namun untuk perminggunya,
pengawas sekolah dapat melakukan
kunjungan kepengawasan terhadap 4
sekolah.
3 Sasaran pengawasan :
Untuk tingkat sekolah menengah
Sasaran pengawasan sesuai di
lapangan :
58
atas maka sasaran pengawasannya
yaitu minimal 7 sekolah binaan
dengan jumlah guru sebanyak 40.
Karena keterbatasan pengawas
sekolah yang ada di Kota Tangerang
Selatan maka pengawas sekolah harus
membina 15 sekolah dengan jumlah
seluruh guru yang dimiliki sekolah
tersebut.
Sumber :
Buku Kerja Pengawas Sekolah tahun 2015
Sumber :
Hasil wawancara dan observasi tahun 2016
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa secara garis
besar tugas pengawas sekolah telah terlaksana dengan baik berdasarkan
TUPOKSI. Dengan adanya pekerjaan tambahan diluar tugas
kepengawasan, pengawas sekolah terus berusaha untuk mengatur waktu
agar tugasnya sebagai pengawas sekolah terutama dalam melakukan
pembinaan bagi guru dapat tercapai sesuai target dan ketentuan beban
kerja.
2. Strategi Pembinaan Kepengawasan
Dalam proses pembinaan, strategi merupakan faktor penting dalam
pelaksanaannya guna menghasilkan pembinaan yang berkualitas. Strategi
tersebut antara lain melalui :
a) Supervisi akademik
Pengawas sekolah melakukan supervisi akademik dalam
rangka membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran. Ada beberapa hal penting yang
dapat dilihat sebagai keberhasilan dari kegiatan supervisi akademik
ini, yaitu guru mampu memahami karakteristik peserta didik, guru
mampu merancang perencanaan pembelajaran serta mampu
mengembangkan potensi siswa.
59
Karakteristik siswa merupakan bagian-bagian pengalaman
siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar. Selaku
Guru Biologi, ibu Juriah berpendapat :
Setelah terjadi pertemuan beberapa kali dalam proses KBM,
saya dapat membaca karakteristik anak-anak. Ada yang kalau
kita sedang menjelaskan materi mereka mendengarkan namun
pura-pura diam itu sudah terbaca berarti anak itu tidak suka
kalau belajar dengan mendengar, dia lebih senang kalau
dengan mengamati langsung namun ada juga yang suka
dengan cara mendengar belajarnya, jadi karakteristik anak itu
bervariatif karakteristiknya. Oleh karena itu saya sebagai guru
tidak boleh menggunakan metode ceramah saja.86
Sedangkan menurut Guru Bahasa Indonesia, Ibu Kamron
menjelaskan bahwa Karakteristik siswa dapat dilihat dari
kemampuan awal siswa, latar belakang budaya siswa, gaya belajar
siswa, dan sebagainya.87
Penguasaan guru dalam memahami
karakterik siswa diharapkan dapat mendeskripsikan bagian-bagian
kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan
rancangan pembelajaran.
Hal ini dikarenakan perencanaan pembelajaran dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah dan
mata pelajaran. dengan kemampuan tersebut guru akan mudah
menentukan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Selaku Guru Ekonomi, Ibu Tri Wuriyatini
menuturkan:
Kemampuan guru dalam menguasai perencanaan dan
pelaksaan pembelajaran dapat dilihat dalam pembuatan
RPP. Di dalam RPP guru mampu menetapkan berbagai
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik
secara kreatif dan efektif yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan dapat memotivasi mereka untuk belajar.
Selain itu Ibu Juriah menambahkan :
86
Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
87 Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016
60
Sesuai dengan tuntutan KD, dalam pelaksanaan pembelajaran
tidak terfokus dengan satu metode saja. Oleh karena itu saat
proses KBM ada beberapa metode pengajaran yang saya
gunakan sesuai kegiatan pembelajaran biologi. Ini salah satu
langkah pengembangakan proses KBM yang saya lakukan
agar siswa tidak mudah bosan pada saat belajar. biasanya saya
menerapkan metode diskusi selain itu juga ada metode
eksperimen seperti pengamatan lingkungan atau turun
kelapangan untuk melihat ekosistem. Model pembelajaran
yang saya terapkan juga berbeda-beda, seperti Discover
Lerning atau Project Based Learning.88
Selanjutnya, dalam pengembangan potensi siswa, guru-guru
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan juga menjadi motivator
terbesar bagi siswanya sehingga siswa semaksimal mungkin dapat
mengembangkan potensinya. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah
dengan cara guru menggiring siswa untuk mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler yang ada disekolah. Selain itu, di SMA Negeri 3
Kota Tangerang Selatan juga memiliki Program Bakat Istimewa,
yang dilaksanakan pada saat seleksi masuk sekolah. Program ini
dibuat sebagai salah satu kegiatan pengembangan potensi, dimana
siswa yang memiliki bakat maka mereka diberikan kesempatan
untuk masuk ke SMA Negeri 3 Tangerang Selatan melalui jalur
Bakat Istimewa.
Hal ini senada dengan apa yang dijelaskan oleh Ibu Kamron
selaku guru Bahasa Indonesia, menurut beliau untuk mengenali
potensi siswa, kita dapat melihatnya pada proses pembelajaran, akan
banyak terlihat siswa-siswa yang aktif dan pasif. Selain itu bisa juga
dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.89
Selanjutnya, selaku guru Seni Budaya, Ibu Rusmanelly
menambahkan menurut beliau :
Karena saya guru seni dan saya mengajarnya seni budaya,
dalam hal ini saya paling mudah menemukan potensi anak.
88 Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
89 Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016
61
Karena dalam setiap materi seni saya dapat melihat
bakat- bakat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam
materi seni lukis, maka saya bisa melihat siswa mana yang
pandai melukis, begitu pula pada materi seni tari atau musik,
dalam proses pembelajarannya saya dapat mengenali potensi
siswa yang memiliki bakat menari dan bernyanyi.90
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dijelaskan bahwa
kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan di SMA Negeri 3
Kota Tangerang Selatan sudah dapat berjalan dengan baik. Hal ini
dapat terlihat dari kualitas yang dimiliki guru-guru SMA Negeri 3
Kota Tangerang Selatan yang mampu mengenali karakteristik siswa
sehingga guru dapat merancang perencanaan pembelajaran yang
dapat mengembangkan potensi peserta didik.
b) Supervisi Manajerial
Pengawas sekolah melakukan supervisi manajerial untuk
memberikan pembinaan, penilaian dan bimbingan mulai dari rencana
program, proses sampai dengan hasil. Supervisi manajerial
menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan
dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
terlaksananya pembelajaran.
Supervisi manajerial dilakukan terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan perangkat administrasi guru
seperti RPP. Menurut Ibu Juriah :
Setiap semester guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Selatan wajib untuk membuat RPP, paling tidak RPP
yang sebelumnya diperbarui atau di modifikasi. Dalam proses
pembuatannya kami juga sharing bersama guru-guru MGMP.
Pada saat mengajar RPP juga wajib dibawa namun
RPP tersebut tidak dicetak melainkan berbentuk file yang
disimpan di laptop atau flashdisk.91
Selaku guru Seni Budaya, Ibu Rusmanelly menambahkan
bahwa RPP ini tidak kami cetak dikarenakan untuk menghemat
90 Wawancara dengan Guru Seni Budaya (Rusmanelly, S.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
91 Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
62
biaya, namun kami juga diwajibkan untuk mencetak RPP melainkan
untuk diserahkan ke bagian kurikulum. 92
Mekanismenya pengorganisasian RPP ini dimulai ketika
guru- guru membuat RPP kemudian RPP tersebut di cetak dan
diserahkan ke bagian kurikulum, sehingga ketika mengajar guru-guru
hanya membawa RPP tersebut dalam bentuk file yang disimpan di
laptop atau flashdisk. Di bagian kurikulum RPP tersebut di simpan di
dalam rak-rak khusus penyimpanan dokumen, di tata dengan rapih
dan di kategorikan sesuai mata pelajaran. hal ini dilakukan agar
mempermudah pencarian pada saat pemeriksaan kelengkapan
adminitrasi guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah.93
Selain melihat pengelolaan perangkat administrasi guru,
dalam supervisi manajerial penting pula untuk melihat keterampilan
guru dalam memanajemen kelas. Hal ini dilakukan untuk melihat
sejauh mana interaksi guru dengan siswa sehingga mampu
menciptakan suasana yang kondusif di dalam kelas.
Menurut Ibu Kamron, untuk skenario manajemen kelas
saya sesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, siswa duduk dalam
barisan mengarah papan tulis, namun ketika bekerja secara
kelompok maka saya akan mengatur tempat duduk siswa menjadi
beberapa bagian sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.94
Sedangkan ibu Juriah berpendapat :
Pada saat proses pembelajaran saya menata posisi duduk
siswa berbentuk letter U sehingga pada saat saya menjelaskan
materi semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas.
Selain itu, pada saat praktik atau kerja kelompok posisi
duduk siswa juga ditata berkelompok dan membentuk letter
O.95
Keberhasilan guru dalam aspek manajerial juga tidak luput
92
Wawancara dengan Guru Seni Budaya (Rusmanelly, S.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016 93
Hasil observasi di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Pada Tanggal 12 Agustus 2016 94
Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016 95
Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
63
dari kegiatan supervisi manajerial yang dilakukan oleh
pengawas sekolah. Hal ini bisa dilihat dari frekuensi kunjungan
pengawas sekolah yang cukup baik. Kehadiran pengawas sekolah
untuk melakukan pengawasan atau pun pembinaan di SMA Negeri 3
Kota Tangerang Selatan bisa dikatakan cukup baik, karena dalam
satu semester pengawas bisa melakukan kunjungan 2-3 kali bahkan
bisa lebih.
Pernyataan tersebut juga di perkuat dengan hasil wawancara
dengan Ibu Tri Wuriyantini selaku guru ekonomi, beliau mengatakan
bahwa :
Pengawas itu sering datang ke sekolah, karena selain untuk
mengawasi guru juga mengawasi sekolahan, kalau ada
kegiatan monitoring dan evaluasi kita diberikan pengarahan,
selanjutnya kalau awal tahun ajaran baru pengawas datang
untuk memonitoring keadaan sekolah, melihat kehadiran guru
pada hari pertama masuk sekolah serta mengecek kelengkapan
administrasi guru. namun kalau khusus pembinaan guru
biasanya hanya 2-3 kali dalam satu semester, sisanya
datang karena ada kepentingan dengan pimpinan sekolah.96
Sedangkan Ibu Juriah mengatakan mengenai kehadiran
pengawas sekolah, tidak menentu kehadirannya. Dalam satu
semester kemungkinan pengawas sekolah hanya hadir 2 kali untuk
melakukan kunjungan. Dalam kunjungannya pengawas sekolah
melakukan proses pengawasan dan pembinaan.
Bapak Sopandy selaku Kepala Sekolah juga menambahkan
mengenai kehadiran pengawas sekolah itu tidak ditentukan
kehadirannya karena kehadiran pengawas sekolah itu disesuaikan
dengan kebutuhannya saja. Kira-kira dalam satu semester pengawas
sekolah bisa berkunjung sebanyak 2-3 kali.97
Pernyataan tersebut juga di perjelas oleh Pengawas
96 Wawancara dengan Guru Ekonomi (Tri Wuriyantini, S.E) pada tanggal 25 Juli 2016
97 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P. A
Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016
64
Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yaitu Ibu Iis
Nurhayati. Beliau menjelaskan bahwa:
Untuk kunjungan, kalau ukurannya spm sekurang-kurangnya
sebulan itu 1 kali dengan minimal kunjungan 3 jam,
tetapi kalau terjemahannya 37,5 jam itu salah. Acuannya itu
bukan by school tetapi by 7 sekolah itu. Jadi kalau bertanya
apakah saya melakukan kunjungan ke SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan itu berapa kali tidak harus setiap minggu
atau setiap bulan karena harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Kebutuhannya adalah pertama mereka merasa butuh dengan
saya terkait dengan KTSP misalnya, maka saya akan janjian
dengan teman-teman untuk melakukan verifikasi itu. Jadi
semuanya itu tergantung kebutuhannya, tapi totally beban
kerja saya 37,5 itu adalah bukan hanya di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan tapi untuk semua sekolah yang lainnya.
contohnya, bisa saja dengan 37,5 itukan perminggu, nah 37,5
perminggu itu saya bisa saja dengan melakukan pemantauan
terhadap 4 sekolah dulu sementara yang lainnya saya bisa
melakukan penilaian dan disekolah lainnya saya
melakukan pembimbingan.98
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui pada kegiatan
supervisi manajerial di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan,
kegiatan pembuatan ataupun pengorganisasian RPP oleh guru-guru
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sudah dilaksanakan atau
dikelola dengan baik. Selain itu mengenai kehadiran pengawas
sekolah dalam melaksanakan pengawasan ataupun pembinaan telah
berjalan cukup baik dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
sekolah.
3. Program Penunjang Lainnya
Selain melakukan supervisi akademik dan supervisi manajerial,
ada beberapa kegiatan penunjang lainnya yang dilakukan pengawas
sekolah sebagai program pembinaan, yakni:
a) Workshop
Dalam rangka peningkatan kompetensi guru khususnya
mengenai kompetesi pedagogik, pembinaan yang biasanya
98
Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis
Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
65
diberikan oleh pengawas sekolah yaitu melalui kegiatan workshop.
Kegiatan workhsop ini paling efektif dilakukan di SMA Negeri 3
Kota Tangerang Selatan karena dalam kegiatan ini pengawas sekolah
dan guru dapat saling berinteraksi untuk memecahkan suatu
permasalahan tertentu.
Selain dapat berdiskusi dengan pengawas sekolah, dalam
kegiatan workshop ini pengawas sekolah juga dapat memberikan
informasi dalam rangka mengupdate pengetahuan guru serta
banyak memberikan motivasi bagi guru-guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan sehingga dengan adanya workshop, kegiatan
pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan dapat berjalan dengan baik. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Kamron Henilawati:
Kegiatan pembinaan yang paling sering dilakukan
pengawas yaitu dalam kegiatan workshop. Biasanya dalam
kegiatan ini ditekankan kalau guru itu harus bagaimana.
Misalnya dalam perubahan kurikulum, pengawas sekolah akan
mengarahkan guru-guru bagaimana
mengimplementasikan kurikulum yang baru disekolah.99
Senada dengan itu, Ibu Tri Wuriyantini pun menjelaskan :
Kalau pembinaan yang menyangkut kompetensi pedagogik
biasanya pengawas sekolah sering melakukan workshop.
Sistemnya disekolah ini kan ada guru senior atau apabila
dalam MGMP kita saling berdiskusi apa saja hambatan dan
keluh kesah yang kita rasakan, selanjutnya guru senior akan
menyampaikan ke Wakasek Kurikulum setelah itu ke kepala
sekolah, selanjutnya kepala sekolah yang akan menghubungi
pengawas sekolah untuk mengundang pengawas sekolah
sebagai narasumber dari workshop tersebut, pada saat itulah
pengawas sekolah melakukan pembinaan. Jadi biasanya
pembinaan dilakukan pada saat workshop tidak bisa secara
individual karena pengawas sekolah di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan ini jadwalnya sangat sibuk, beliau juga
berkecimpung di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
99 Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016
66
sering keluar kota untuk menjadi narasumber nasional.100
Pernyataan ini pun diperkuat dengan keterangan kepala
sekolah berikut ini:
Banyak upaya yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam
melaksanakan pembinaan. Contohnya saja pengawas sekolah
hadir dalam berbagai kegiatan workshop. Dalam kegiatan ini
pengawas menjadi narasumber untuk menginformasikan
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan atau mengupdate kemampuan guru-guru, banyak
kegiatan diskusi juga yang dilakukan oleh pengawas
sekolah.101
Sependapat dengan kepala sekolah, Ibu Iis Nurhayati selaku
pengawas sekolah menyatakan :
Biasanya kegiatan pembinaan yang saya lakukan itu dalam
bentuk workshop. Seperti hari ini, workshop mengenai
kurikulum 2013. Kebutuhan sekolah ini adalah upgrade
pengetahuan. Disini sudah paham banget semua guru-gurunya
terkait kurikulum 2013 tetapi kebijakan berubah maka
pengetahuan mereka harus di update.102
Dari observasi yang dilakukan peneliti pula terlihat bahwa
melalui workshop pengawas sekolah dapat menyampaikan
informasi mengenai kebijakan-kebijakan yang baru. Hal ini
dilakukan dalam rangka mensosialisasikan perubahan kurikulum
yang ditunjukan untuk mengupdate pengetahuan guru-guru di SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan. Agar pendidik tidak keliru atau
mengalami kendala dalam implementasinya, maka pengawas sekolah
melakukan workshop sebagai bentuk bimbingan agar pendidik
dapat terarah dalam menjalankan tugasnya.103
Sebagai kegiatan penunjang, program workshop adalah
100 Wawancara dengan Guru Ekonomi (Tri Wuriyanti, S.E) pada tanggal 25 Juli 2016
101 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P.
A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 102
Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
103 Hasil Observasi di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada tanggal 12 Agustus 2016
67
kegiatan yang paling sering diadakan sebagai bentuk pembinaan.
Dari kegiatan workshop ini banyak hal yang bisa dimanfaatkan
oleh guru, seperti dapat berdiskusi dengan pengawas sekolah
seperti diskusi mengenai hambatan-hambatan dalam mengajar hingga
berbagi pengalaman dan motivasi.
b) Pelatihan Guru
Selain workshop, kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh
pengawas sekolah yaitu berupa pelatihan guru. Pelatihan ini
ditunjukan kepada guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
sebagai proses memberikan bantuan agar guru maupun kepala
sekolah dapat menguasai keterampilan khusus atau membantu untuk
memperbaiki kekurangan dalam melaksanakan tugasnya dalam
proses pembelajaran. Menurut kepala sekolah:
Selain workshop pengawas sekolah juga melakukan berbagai
pelatihan. Contohnya, pelatihan pembuatan karya guru yaitu
RPP. Mengikuti perubahan kurikulum yang terjadi, maka
kepala sekolah beserta pengawas sekolah bekerjasama untuk
melatih guru-guru dalam pembuatan RPP, hal ini dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merancang RPP
sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan, sehingga guru-guru dapat terarah dalam
mengimplementasikannya. Tidak hanya terfokus dengan
pembuatan RPP melalui pelatihan, guru pun jadi mampu
merancang PROMES maupun PROTA. Pengawas sekolah
banyak memberikan arahan dalam pembuatannya.104
Selaku Guru Ekonomi, Ibu Tri Wuriyantini menjelaskan bahwa :
Sebagai bentuk pembinaan, pengawas sekolah juga sering
melakukan pelatihan. Kegiatan pelatihan yang diberikan bagi
guru-guru bukan hanya didapatkan dari pengawas sekolah,
namun terkadang guru-guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Selatan juga mendapatkan pelatihan dari Dinas Pendidikan
104 Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P.
A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016
68
Kota maupun Provinsi.105
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pelatihan guru sering dilakukan pengawas
sekolah sebagai salah satu bentuk pembinaan. Pelatihan ini dilakukan
pengawas sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Kegiatan
pelatihan juga tidak selalu diadakan oleh pengawas sekolah, biasanya
guru-guru juga mendapatkan pelatihan dari dinas pendidikan.
c) Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas merupakan teknik pembinaan guru oleh
kepala sekolah, pengawas sekolah dan pembina lainnya dalam rangka
mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru.
Kegiatan kunjungan kelas biasanya dilakukan pengawas sekolah pada
saat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi 8 Standar Nasional
Pendidikan. Ibu Juriah memaparkan bahwa :
Saya pernah mendapat pembinaan berupa kunjungan kelas.
Kebetulan pengawas sekolah basicnya sama dengan saya
yaitu guru biologi. Pengawas sekolah masuk ke kelas pada
saat proses belajar mengajar sedang berlangsung dan
memantau kegiatan proses pembelajaran hingga berakhir.
Dari kegiatan ini pengawas sekolah dapat melihat kelebihan
dan kekurangan saya pada saat mengajar sehingga pengawas
sekolah dapat menilai kinerja guru dan mendapatkan data
sebagai bahan pembinaan.106
Sedangkan pendapat lain diungkapkan oleh Ibu Kamron,
menurutnya untuk kegiatan kunjungan kelas pernah dilakukan oleh
pengawas sekolah, namun untuk pelajaran bahasa indonesia terutama
2016
105 Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi (Tri Wuriyantini, S.E) Pada tanggal 29 Juli
106
Wawancara dengan Guru Biologi (Juriah, M.Pd) pada tanggal 25 Juli 2016
69
pada saat saya mengajar, saya belum pernah mendapat kunjungan
kelas.107
Pak Sopandy menambahkan bahwa :
Ketika pengawas sekolah datang untuk melakukan
monitoring dengan sasarannya adalah Standar Tenaga
Kependidikan maka pada saat itulah pengawas sekolah
melakukan kunjungan kelas. Pengawas sekolah mengamati
kegiatan guru dikelas, bukan untuk mencari-cari kesalahan
namun pengawas sekolah menilai dan memantau sejauh mana
kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya
pengawas sekolah dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan guru dalam proses pembelajaran sehingga
pengawas sekolah mendapatkan data sebagai bahan untuk
dilaksanakannya pembinaan.108
Maka dapat diketahui bahwa kegiatan kunjungan kelas perlu
dilakukan agar pengawas sekolah dapat memantau secara langsung
kegiatan guru selama proses pembelajaran sehingga pengawas
sekolah dapat menilai kinerja guru dan mendapatkan data sebagai
bahan acuan untuk melakukan pembinaan.
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
program penunjang, kegiatan kunjungan kelas merupakan salah
satu cara untuk melakukan pembinaan. Dengan melakukan
kunjungan kelas, pengawas sekolah akan mendapatkan bahan untuk
melakukan pembinaan yang pelaksanaanya dilakukan melalui
kegiatan workshop dan pelatihan. Dengan kegiatan workshop
dan pelatihan ini diharapkan dapat menjadi sarana
pengembangan dan peningkatan kualitas guru terutama dalam
aspek pedagogik.
4. Hambatan dalam Pembinaan
Dalam segala suatu apapun yang dikerjakan pasti ada saja
107
Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016 108
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P.
A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016
70
hambatannya terutama dalam upaya meningkatkan kompetensi guru.
Ibu Kamron mengungkapkan bahwa pada saat kegiatan pembinaan,
hambatan yang saya rasakan itu adalah dalam mengoperasikan komputer,
karena saya tidak begitu paham tentang teknologi terutama menyangkut
penggunaan komputer.109
Selain itu hambatan lain juga dirasakan oleh
kepala sekolah, menurutnya :
Ada beberapa hambatan yang terjadi pada saat pembinaan. Seperti
kehadiran guru yang tidak 100% hadir semua karena pada saat
pembinaan ada guru yang sedang mengajar diluar sekolah ini, hal
ini terjadi dikarenakan adanya kewajiban guru mengajar 24 jam,
sedangkan disini beberapa dari mereka ada yang hanya 15 jam
mengajar sehingga mereka harus mengajar diluar. Selain itu ada
juga yang sedang mengambil cuti ibadah atau melahirkan,
sehingga terkadang informasi yang diberikan tidak sampai
kepada orang-orang yang bersangkutan.110
Sebagai pembina, pengawas sekolah juga mengatakan bahwa:
Hambatan yang paling nyata adalah pada saat proses
penilaian, dimana orang rata-rata tidak suka kan ketika di nilai.
Bagi saya hal ini tidak mudah dilakukan dimulai dari
mengkomunikasikannya hingga pelaksanaannya. Mengenai
instrumennya saya paham dan saya pun ikut mengembangkannya
tetapi pada saat pelaksanaannya memang sangat melelahkan,
butuh waktu yang sangat banyak mulai dari tahap persiapan,
penilaian, pengolahan nilai hingga pelaporan dan itu semua saya
lakukan, sedangkan jumlah sekolah dan guru-guru yang dibina
sangat banyak selain itu saya juga memiliki aktivitas lain di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
narasumber dan pengembang.111
C. TEMUAN HASIL PENELITIAN
1. Supervisi akademik dan supervisi manajerial menjadi wujud
peningkatan kompetensi pedagogik guru.
Pelaksanaan supervisi akademik dan supervisi manajerial yang
dilakukan oleh pengawas sekolah telah terlaksana dengan baik. Hal ini
109 Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia (Dra. Kamron Henilawati) pada tanggal 25
Juli 2016 110
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Drs. H. P.
A Sopandy, M.Pd) pada tanggal 22 Agustus 2016 111
Wawancara dengan Pengawas Sekolah SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan (Iis
Nurhayati, M.Pd) pada tanggal 29 Juli 2016
71
terlihat dari keberhasilan guru yang mampu menyusun silabus dan
merancang RPP sesuai dengan kebijakan kurikulum, guru mampu
membuat PROMES dan PROTA serta mengorganisir perangkat
administrasi guru dengan baik. Selain itu guru mampu menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai
potensi peserta didik.
2. Workshop dan pelatihan sebagai sarana efektif pelaksanaan pembinaan
Kegiatan workshop dan pelatihan merupakan kegiatan yang paling
efektif dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebagai
bentuk pembinaan. Pengawas sekolah memanfaatkan kegiatan workshop
sebagai sarana untuk berdialog dengan guru untuk
mendiskusikan berbagai masalah pendidikan serta mengembangkan
pengetahuannya dalam upaya meningkatkan kemampuan profesional
guru. kegiatan workshop ini biasanya dilakukan paling banyak 1-2 kali
dalam satu semester. Begitu pula dengan pelatihan, pengawas sekolah
memberikan pelatihan bagi guru untuk mengembangkan keahlian dan
pengetahuannya.
3. Beban kerja menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembinaan.
Banyaknya sekolah yang harus dibina membuat pengawas sekolah
harus pintar dalam mengatur waktu agar beban kerja 37,5 jam dalam
seminggu dapat tercapai. Selain melakukan kunjungan ke sekolah untuk
melaksanakan pengawasan dan pembinaan, pengawas sekolah juga harus
menyusun program pengawasan satuan pendidikan, melakukan penilaian
dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan. Diluar tugas
kepengawasannya, pengawas sekolah juga berkontribusi di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengembang dan narasumber untuk
melakukan workshop nasional. Dilihat dari gambaran tugasnya,
banyaknya beban kerja pengawas sekolah ini tidak menutup
kemungkinan akan menjadi hambatan dalam terlaksananya kegiatan
72
pembinaan, hal ini menyebabkan pengawas sekolah memiliki
keterbatasan waktu dalam melaksanakan pembinaan. Oleh karena itu,
pengawas sekolah hanya bisa melakukan pembinaan di SMA Negeri
3 Kota Tangerang Selatan sebanyak 1-2 kali dalam satu semester.
Senada dengan hal tersebut, guru-guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan juga merasakan beban kerja menjadi hambatan dalam
pelaksanaan pembinaan. Hal ini dikarenakan adanya syarat pemenuhan
kewajiban mengajar 24 jam, sedangkan beberapa guru di SMA Negeri
3 Kota Tangerang Selatan hanya memiliki 14 jam mengajar di SMA
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan oleh karena itu mereka harus
mengajar di sekolah lain untuk mencapai kewajiban 24 jam mengajar.
Hal ini mengakibatkan pada saat pembinaan tidak 100% guru yang hadir.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di bab-bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa peran pengawas sekolah dalam
pembinaan kompetensi pedagogik guru cukup berjalan dengan baik sesuai
dengan tugas dan fungsinya yaitu untuk melakukan pemantauan, pembinaan
dan penilaian, namun khususnya dalam pelaksanaan pembinaan
optimalisasinya perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari keberhasilan guru
yang mampu menyusun silabus dan merancang RPP sesuai dengan
kebijakan kurikulum, guru mampu membuat format PROMES dan PROTA
serta mengorganisir perangkat administrasi guru dengan baik. Walaupun
rata-rata kunjungan pengawas ke sekolah belum maksimal. Selain itu guru
mampu menentukan strategi atau metode pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai potensi peserta didik. melalui supervisi akademik
dan supervisi manajerial, pengawas sekolah dapat meninjau secara
langsung dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran disekolah serta
memberikan pembinaan untuk peningkatakan kompetensi pedagogik.
Selai itu dengan kegiatan workshop, pelatihan guru dan kunjungan kelas
menjadi program pendukung terlaksananya pembinaan yang dilakukan
pengawas sekolah.
B. SARAN
Berdasarkan paparan dan kesimpulan diatas, maka penulis
menyampaikan beberapa saran semoga bermanfaat untuk perbaikan di masa
yang akan datang, khususnya dalam kegiatan pembinaan kompetensi
pedagogik guru di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan sebagai berikut :
1. Pengawas sekolah diharapkan dapat melakukan penataan waktu yang
berkaitan dengan kegiatan kunjungan ke sekolah agar pengawas
73
74
sekolah dapat meningkatkan frekuensi kunjungan ke sekolah. sehingga
pengawas dapat melaksanakan kegiatan pembinaan secara
berkesinambungan dan dapat mengoptimalkan pembinaan kompetensi
pedagogik guru.
2. Untuk Kepala sekolah dalam mengoptimalkan fungsi pembinaan guru
diharapkan kepala sekolah tetap mempertahankan kegiatan pembinaan
secara internal agar pengawas sekolah terbantu dalam menjalankan
tugasnya.
3. Guru diharapkan untuk menyuarakan tentang apa yang diperlukan dan
yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran. hal ini diharapkan
agar pembinaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh
guru.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Yunus. dkk. Profesi Keguruan. Learning Assitance Program For
Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 2009
Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2014
Agung, Iskandar. dkk. Mengembangkan Profesionalitas Guru Upaya
Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Kinerja Guru.
Jakarta: Bee Media Pustaka. 2014
A Sahertian, Piet. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000
Danim, Sudarwan dan Khairil. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta. 2012
Dosen FITK Institusi Agama Islam Palu. Kinerja Pengawas Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru PAI di Kota Palu. 2014
Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
2012
Hakiim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.2009
Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. 1995
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Ciputat: Mega
Mall.2013
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.2010
Lufri. Mengungkap Permasalahan Guru Profesional Di Sumatera Barat
Berdasarkan Tinjauan Beban Mengajar 24 Jam. 2013.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
75
76
Masyhud, Sulton. Manajemen Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta. 2014
Mudlofir, Ali. Pendidik Pofesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2012
Muh. Yusuf, dkk. Pembinaan Pengawas Pada Guru Dalam Merencanakan,
Melaksanakan dan Melakukan Penilaian Pembelajaran. 2015
Mukhtar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. 2009
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008
Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2009
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009
Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya
Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 01/III/PB/2011 dan Nomor 6 tahun
2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya
77
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
Tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Kerja Pengawas Sekolah.
Jakarta. 2015
Profil SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Tahun 2010
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenanga
Kependidikan.
Bandung; Alfabeta. 2013
Syaiful. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. 2012
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2011
Saputra, David Ragil. Pengelolaan Supervisi Akademik oleh Pengawas Sekolah
Dasar Se-Kabupaten Temanggung. Skripsi Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 2011.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009
Sudjana. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production. 2000
Syaodi, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2005
TIM DOSEN Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta. 2010
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. 2012
78
Yahya. Supervisi Pendidikan Metamorfosis Kepemimpinan (to Help to
Change). Padang: UNP Press Padang. 2011
Yamin, Martinis dan Maisah. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung
Persada. 2010
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Observasi
No Variabel Aspek Pengamatan Ada Tidak Ada Ket
1 Peran Pengawas Sekolah
A. Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan
1. Supervisi Akademik dan
Manajerial
2. Pembuatan RPP
3. Penentuan metode belajar
4. Penentuan sumber belajar
√
√
√
√
B. Volume kehadiran pengawas
ke sekolah untuk melakukan
pengawasan
√
C. Kinerja Pengawas dan Guru yang dibina.
1. Konsistensi Kehadiran
2. Kesungguhan dalam
bekerja
√
√
2 Pembinaan Kompetensi
Pedagogik
D. Strategi yang diterapkan
dalam melaksanakan
pembinaan
1. Mengadakan
workshop/seminar
2. Meningkatkan supervisi
akademik dan manajerial
3. Meningkatkan jumlah
kunjungan kelas
√
√
√
E. Hambatan dan Tantangan 1. Geografis (Tempat atau
jarak sekolah yang dibina
terlalu jauh, waktu
kunjungan yang telalu
padat)
2. Keterbatasan sarana dan
prasarana
3. Psikologis (adanya
senioritas, adanya
hubungan kekerabatan)
4. Penguasaan IPTEK
(kurangnya penguasaan
dalam
mengoperasionalkan
komputer)
√
√
√
√
80
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
A. Untuk Pengawas Sekolah
1. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda?
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai
pengawas sekolah?
3. Berapa banyak sekolah yang menjadi binaan Bapak/Ibu?
4. Bagaimana mekanisme Bapak/ibu menjalankan tugas kepengawasan?
5. Apa saja bentuk pembinaan yang Bapak/Ibu berikan kepada guru?
6. Pendekatan atau metode apa yang Bapak/Ibu terapkan dalam
program pembinaan yang dilakukan?
7. Pendekatan atau metode penilaian apa yang Bapak/Ibu terapkan
dalam program pembinaan yang dilakukan terhadap guru?
8. Apa saja tantangan dan hambatan yang Bapak/Ibu alami
dalam melaksanakan pembinaan?
81
B. Untuk Kepala Sekolah
1. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda?
2. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda?
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai kepala
sekolah sekolah?
4. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan bagaimana mekanisme pengawasan
disekolah ini?
5. Bagaimanakah peran Bapak/Ibu sebagai supervisor disekolah?
(Melakukan kunjunngan kelas dan pembinaan individual)
6. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan volume kehadiran pengawas sekolah
untuk melakukan pengawasan? (berapa kali pengawas datang
melakukan pembinaan? Berapa lama berada disekolah?)
7. Upaya apa saja yang dilakukan pengawas sekolah dalam melaksanakan
pembinaan terhadap guru disekolah ini?
8. Kebijakan apa yang Bapak/Ibu berikan dalam kegiatan pembinaan
terhadap guru disekolah ini?
9. Dukungan apa yang Bapak/Ibu berikan dalam kegiatan pembinaan
terhadap guru disekolah ini?
10. Hambatan dan tantangan apa saja yang Bapak/ibu rasakan selama
menjalankan tugas sebagai kepala sekolah?
82
C. Untuk Guru
1. Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan latar pendidikan anda?
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengemban tugas sebagai guru?
3. Mata pelajaran apakah yang anda ajarkan disekolah ini?
4. Dapatkan Bapak/Ibu menjelaskan volume kehadiran pengawas sekolah
untuk melakukan pengawasan dan pembinaan?
5. Pembinaan seperti apakah yang dilakukan oleh pengawas sekolah?
6. Manfaat apa yang Bapak/Ibu dapatkan setelah mengikuti kegiatan
pembinaan?
7. Hambatan dan tantangan apa yang Bapak/ibu rasakan dalam mengikuti
kegiatan pembinaan?
8. Berapa kali Bapak/Ibu mendapatkan pembinaan dari pengawas dan
kepala sekolah?
9. Setiap semester baru apakah Bapak/Ibu membuat RPP baru sesuai
mata pelajaran yang ibu ampu?
10. Setiap mengajar apakah Bapak/Ibu membawa RPP?
11. Apa saja unsur-unsur penting yang Bapak/ibu jelaskan dalam RPP?
12. Bagaimana Bapak/Ibu mengembangkan proses KBM? Bagaimana
memulai pelajaran?
13. Bagaimana skenario yang Bapak/Ibu buat dalam proses KBM? Adakah
hambatan dalam proses mengajar?
14. Bagaimana cara Bapak/Ibu menciptakan suasana belajar?
15. Apakah Bapak/Ibu mengenal potensi setiap anak didik?
83
Lampiran 3
Daftar Ceklis Dokumentasi
NO DOKUMEN ADA TIDAK
ADA
KET
1 Dokumen profil sekolah √
2 Data profil pengawas sekolah √
3 Data profil kepala sekolah √
4 Data keadaan guru √
5 Jadwal kunjungan pengawas
sekolah
√
6 Program kerja pengawas √
7 Daftar hadir pengawas sekolah √
8 Jadwal kegiatan pembinaan √
9 Instrumen kegiatan pembinaan √
10 Dokumen/hasil laporan
pembinaan
√
84
Lampiran 4
HASIL OBSERVASI
Hari/Tanggal : Jumat, 12 Agustus 2016
Waktu : 13.30 -16.00
Sasaran : Pengawas Sekolah dan Guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan
Hasil Observasi :
Hasil observasi memperlihatkan bahwa salah satu program pembinaan yang
dilakukan pengawas sekolah yaitu melalui kegiatan workshop. Melalui workshop
pengawas sekolah dapat menyampaikan informasi mengenai kebijakan-kebijakan
yang baru. Hal ini dilakukan dalam rangka mensosialisasikan perubahan
kurikulum yang ditunjukan untuk mengupdate pengetahuan guru-guru di SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan. Agar pendidik tidak keliru atau mengalami kendala
dalam implementasikan, maka pengawas sekolah melakukan workshop sebagai
bentuk bimbingan agar pendidik dapat terarah dalam menjalankan tugasnya.
Guru-guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan terlihat antusias untuk mengikuti
kegiatan worshop. Pengawas sekolah memberikan informasi dan pengarahan
menggunakan power point, apabila guru-guru merasa kurang paham maka
pengawas sekolah akan memberikan kesempatan untuk bertanya. Selain itu, guru-
guru juga diajak untuk berdiskusi bersam mengenai kendala-kendala yang di
hadapi dalam proses pembelajaran. hal ini dilakukan agar permasalahan mengenai
kendala-kendala tersebut dapat terpecahkan secara bersama-sama. Pada
kesempatan ini, kegiatan workshop mengarah pada pengembangan kurikulum
2013. Pengawas sekolah memberikan arahan agar gutu dapat mengembangkan
dan menerapkan penilaian dengan baik dan sesuai dengan kebijakan kurikulum
2013.
85
Selain mengobservasi kegiatan pembinaan melalui workshop, peneliti juga
melakukan observasi mengenai pengelolaan RPP yang dilakukan oleh guru-guru
SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. Mekanismenya pengorganisasian RPP ini
dimulai ketika guru-guru membuat RPP kemudian RPP tersebut di cetak dan
diserahkan ke bagiam kurikulum, sehingga ketika mengajar guru-guru hanya
membawa RPP tersebut dalam bentuk file yang disimpan di laptop atau flashdisk.
Di bagian kurikulum RPP tersebut disimpan di dalam rak-rak khusus
penyimpanan dokumen, ditata dengan rapih dan dikategorikan sesuai mata
pelajaran. Hal ini dilakukan agar mempermudah pencarian pada saat pemeriksaan
kelengkapan administrasi guru yang dilakukan oleh pengawas sekolah.
Lampiran 5
Hasil Wawancara dengan Pengawas Sekolah
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Nama : Iis Nurhayati, M.Pd
Tanggal : 29 Juli 2016
Tempat : Halaman Sekolah
1. Dapatkah ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda?
Jawaban : Saya Iis Nurhayati, pengawas SMA Dinas Pendidikan
Kota Tangerang Selatan. Karier saya berasal dari guru Biologi diangkat
pada tahun 1990, kemudian diangkat menjadi pengawas sejak tahun
2009. Mengenai pendidikan S1 saya biologi, S2nya saya mengambil PEP
(Penelitian dan Evaluasi Pendidikan) dari Universitas Negeri Jakarta,
sekarang S3nya sedang berjalan dengan prodi yang sama.
2. Sudah berapa lama ibu mengemban tugas sebagai pengawas sekolah?
Jawaban : saya diangkat menjadi pengawas sekolah itu sejak 2009 berarti
hingga sekarang saya sudah menjabat sebagai pengawas sekolah itu sudah 7
tahun.
3. Berapa banyak sekolah yang menjadi binaan Ibu?
Jawaban : Mengenai banyaknya sekolah yang dibina berarti merujuk pada
beban kerja. Karena pengawas itu adalah PNS dengan beban kerjanya
37,5 jam sama dengan PNS yang lain, namun sasaran pengawasan kita itu
dasarnya adalah jumlah sekolah. Secara aturan jumlah sekolah yang harus
dibina oleh pengawas itu adalah minimal 7 sekolah dan minimal 40 guru.
Kebetulan di Kota Tangerang Selatan jumlah pengawas sekolah itu hanya
ada 4 orang sehingga saya harus membina 15 sekolah dengan guru
seluruhnya yang ada di 15 sekolah tersebut ditambah dengan kegiatan saya
juga berkontribusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai
narasumber dan pengembang , sehingga beban kerja saya terlalu tinggi.
4. Dapatkah Ibu menjelaskan volume kunjungan ke sekolah yang anda bina?
Jawaban : Untuk kunjungan, kalau ukurannya spm sekurang-kurangnya
sebulan itu 1 kali dengan minimal kunjungan 3 jam, tetapi kalau
terjemahan 37,5 jam itu salah. Acuannya itu bukan by school tetapi by 7
sekolah itu. Jadi kalau bertanya apakah saya melakukan kunjungan ke SMA
Negeri 3 Kota Tangerang Selatan itu berapa kali tidak harus setiap minggu
atau setiap bulan karena harus di sesuaikan dengan kebutuhan.
Kebutuhannya adalah pertama mereka merasa butuh dengan saya terkait
dengan KTSP misalnya, maka saya janjian dengan teman-teman untuk
melakukan verifikasi itu. Jadi semuanya itu tergantung kebutuhan, tapi
totally beban kerja saya 37,5 itu adalah bukan hanya di SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan tapi untuk semua sekolah yang lainnya. contohnya, bisa
saja dengan 37,5 itukan perminggu, nah 37,5 perminggu itu saya bisa saja
dengan melakukan pemantauan terhadap 4 sekolah dulu sementara yang
lainnya saya bisa melakukan penilaian dan disekolah lainnya saya
melakukan pembimbingan.
5. Bagaimana mekanisme Ibu dalam menjalankan tugas kepengawasan?
Jawaban : Tugas pengawas itu yang terpenting adalah supervisi akademik
dan manajerial. Sedangkan tinjauan kegiatannya yaitu adalah pemantauan,
pembinaan, penilaian dan pembimbingan pelatihan profesional. Mengenai
pemantauan kegiatan yang kita lakukan adalah memantau pelaksanaan
8 Standar Nasional Pendidikan. Seperti kemarin saya datang, itu adalah
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program induksi nah disekolah lain
kegiatan ini tidak dilaksanakan karena tidak punya guru pemula, jadi yang
namanya program setiap sekolah dari pengawas itu tidak sama tergantung
kebutuhan. Dalam Standar Nasional Pendidikan, kegiatan yang saya lakukan
ini termasuk ke dalam Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Kalau
pembinaan itu adalah misalnya kita mengevaluasi hasil karya guru,
contohnya dalam pembuatan RPP guru masih terlihat ada yang salah atau
keliru dalam pembuatannya, oleh karena itu kita perlu melakukan
pembinaan. Pembinaan itu tidak bisa dilakukan dalam satu kegiatan dari
mulai evaluasi sampai tindak lanjut sampai membetulkan dia sampai bisa
membuat RPP, itu namanya pembinaan. Jadi pembinaan itu bentuk
kegiatannya tidak bisa satu, kita harus menghimpun data awal dulu lalu
mentritmen kebutuhannya kemudian sampai dia sesuai harapan. Data awal
bisa dilakukan dalam evaluasi diri dalam instumen penilaian kerja, setelah
data awal sudah ada kemudian kita mentritmen kemudian kita ukur lagi,
barulah itu bisa dikatan pembinaan. Di 15 sekolah yang saya bina itu
kegiatannya dan kebutuhannya variatif jadi mekanisme pengawasannya itu
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. biasanya dalam kunjungannya itu
ada yang melakukan pemantauan atau ada yang melakukan pembinaan.
Sedangkan untuk penilaian, biasanya mengukur kinerja kepala sekolah atau
guru, kegiatan ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan mereka dalam
melaksanakan tugas manajerial maupun akademik.
6. Apa saja bentuk pembinaan yang Ibu berikan kepada guru?
Jawaban : biasanya kegiatan pembinaan yang saya lakukan itu dalam bentuk
workshop. Seperti hari ini, workshop mengenai kurikulum 2013. Kebutuhan
sekolah ini adalah upgrade pengetahuan. Disini sudah paham banget semua
guru-gurunya terkait kurikulum 2013 tetapi kebijakan berubah maka
pengetahuan mereka harus di update. Jadi tadi sifatnya buka pelatihan tetapi
menginformasikan kebijakan-kebijakan yang baru. Kalau pelatihan biasanya
saya butuhkan waktu seharian sampai praktik presentasi mereka. Kalau yang
tadi cenderung mensosialiasikan saja kebijakan-kebijakan yang baru.
7. Apa saja tantangan dan hambatan yang Ibu rasakan dalam
melaksanakan pembinaan?
Jawaban : hambatan yang paling nyata adalah pada saat proses penilaian,
dimana orang rata-rata tidak suka ketika di nilai. Bagi saya hal ini tidak
mudah dilakukan dimulai dari mengkomunikasikannya hingga
pelaksanaannya. Mengenai instrumennya saya paham dan saya pun ikut
mengembangkannya tetapi pada saat pelaksanaannya memang sangat
melelahkan, butuh waktu yang sangat banyak mulai dari tahap persiapan,
penilaian, pengolahan nilai hingga pelaporan dan itu semua saya lakukan,
sedangkan jumlah sekolah dan guru-guru yang dibina sangat banyak selain
itu saya juga memiliki aktivitas lain di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai narasumber dan pengembang.
Mengetahui
Interviewee Interview
Pengawas Sekolah Penulis
Iis Nurhayati, M.Pd Vidi Septiyani
Lampiran 6
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
Nama : Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd
Tanggal : 22 Agustus 2016
Tempat : Ruangan Kepala Sekolah
1. Dapatkah Bapak menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan
bapak?
Jawaban : Pendidikan saya sejak SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi di
IKIP Bandung, karena saya lahir dan besar di Bandung. S1nya saya
mengambil jurusan Biologi, kemudian S2nya di UKI Jakarta dengan
mengambil jurusan Manajemen Pendidikan. Setelah lulus kuliah, pada saat
itu saya mempunya perusahaan konsultan tetapi pada waktu bersamaan saya
juga diangkat menjadi PNS di Cilegon pada tahun 1983, sehingga
menyebabkan saya harus bolak balik Cilegon-Jakarta karena harus mengurus
perusahaan. Pada akhirnya saya memutuskan meninggalkan perusahaan dan
fokus mengajar sebagai guru hinggar akhirnya pada tahun 1997 saya diangkat
menjadi kepala sekolah.
2. Sudah berapa lama Bapak mengemban tugas sebagai kepala sekolah?
Jawaban : saya sudah diangkat menjadi kepala sejak tahun 1997, namun
untuk di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan saya diangkat sebagai
kepala sekolah sejak tahun 2012. Jadi sudah 4 tahun saya mengemban tugas
sebagai kepala sekolah di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
3. Dapatkah Bapak menjelaskan mekanisme pengawasan di sekolah ini?
Jawaban : Secara ekstern pengawasan yang dilakukan oleh pengawas sekolah
dari Dinas Pendidikan itu harusnya sesuai mata pelajaran, jadi menukik pada
guru-guru mata pelajaran namun dikarenakan keterbatasan pengawas sekolah
yang ada di Kota Tangerang Selatan ini yang hanya memiliki 4 Pengawas
Sekolah Tingkat Sekolah Menengah Atas maka pada akhirnya tidak terlalu
menukik ke pelajaran dan cenderung ke manajemen sekolah.
Mekanismenya tugas pengawas sekolah memantau berbagai kegiatan yang
ada disekolah serta memantau kinerja guru-guru dan kepala sekolah. selain
itu, membimbing guru juga termasuk dalam kegiatan pengawasan.
Contohnya menjelang ujian nasional pengawas sekolah mengarahkan
supaya sekolah membuat program sesuai dengan Peraturan Menteri yang
berlaku, kemudian juga pada awal tahun guru-guru wajib membuat RPP,
yang kemudian nantinya kelengkapan administrasi guru tersebut akan di
check oleh pengawas sekolah.
4. Bagaimanakah peran bapak sebagai supervisor disekolah ini?
Jawaban : saya sebagai supevisor itu biasanya saya masuk ke kelas-
kelas, kegiatan ini sudah saya rancang dan memang sudah di rapatkan namun
karena jumlah guru begitu banyak maka saya harus dibantu oleh wakil-wakil
saya karena tidak mungkin saya melakukannya sendiri, yang sudah senior
untuk membantu menjadi supervisor ke kelas-kelas sesuai dengan bidang
studinya. Kepala sekolah meninjau ke semua guru bidang mata studi namun
kalau wakil saya sesuai dengan bidang studi yang serumpun. Kegiatan
supervisi ini di utamakan untuk guru-guru baru atau yang masih junior
supaya mereka ini tidak salah arah, sebab kalau guru baru tidak dibimbing
takutnya pada saat mengajar itu salah. Seperti pemilihan strateginya,
masalah penyampaian materi serta masalah administrasinya. Jadi kegiatan
supervisi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana guru dapat menjalankan
tugas dengan benar bukan untuk mencari kesalahan. Kegiatan kunjungan
kelas ini bukan hanya dilakukan secara intern namun secara ektern pengawas
sekolah juga melakukannya. Contohnya, ketika pengawas sekolah datang
untuk melakukan monitoring dengan sasarannya adalah Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, maka pada saat itulah pengawas sekolah melakukan
kunjungan kelas. Pengawas sekolah mengamati kegiatan guru dikelas, bukan
untuk mencari-cari kesalahan namun pengawas sekolah menilai dan
memantau sejauh mana kinerja guru dalam menjalankan tugasnya.
Selanjutnya pengawas sekolah dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan
guru dalam proses pembelajaran sehingga pengawas sekolah mendapatkan
data sebagai bahan untuk dilaksanakannya pembinaan.
5. Dapatkah bapak menjelaskan volume kehadiran pengawas sekolah
untuk melakukan pengawasan?
Jawaban : mengenai kehadiran pengawas itu tidak ditentukan kehadirannya
karena kehadiran pengawas sekolah itu disesuaikan dengan kebutuhannya
saja. Kira-kira dalam satu semester pengawas sekolah bisa berkunjung
sebanyak 2-3 kali.
6. Upaya apa saja yang dilakukan pengawas sekolah dalam
melaksanakan pembinaan terhadap guru disekolah ini?
Jawaban : Banyak upaya yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam
melaksanakan pembinaan. Contohnya saja pengawas hadir dalam berbagai
kegiatan workshop. Dalam kegiatan ini pengawas menjadi narasumber untuk
menginformasikan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan atau mengupdate kemampuan guru-guru, banyak kegiatan diskusi
juga yang dilakukan oleh pengawas sekolah. selain workshop, pengawas
sekolah juga melakukan berbagai pelatihan contohnya pelatihan
pembuatan karya guru yaitu RPP. Mengikuti perubahan kurikulum yang
terjadi, maka kepala sekolah beserta pengawas sekolah bekerjasama untuk
melatih guru-guru dalam pembuatan RPP, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam merancang RPP sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, sehingga
guru-guru terarah dalam mengimplementasikannya. Tidak hanya terfokus
dengan pembuatan RPP melalui pelatihan, guru pun jadi mampu merancang
PROMES maupun PROTA. Pengawas sekolah banyak memberikan arahan
dalam pembuatannya. Pengawas juga melakukan pembinaan terhadap guru-
guru baru yaitu dengan mengikuti program induksi. Dalam kegiatan ini guru-
guru baru di panggil khusus oleh pengawas sekolah untuk dibina, diarahkan
supaya guru tersebut setiap langkahnya sesuai dengan prosedur kewajiban
sebagai guru. selain kepala sekolah, pengawas sekolah juga
memiliki kewajiban untuk membina langsung guru-guru pemula. Biasanya
pada saat pelaksanaan ujian, pengawas sekolah juga berkunjung untuk
melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan maupun kelengkapan
administrasinya.
7. Kebijakan apa yang bapak berikan dalam kegiatan pembinaan terhadap
guru disekolah ini?
Jawaban : kebijakan yang saya lakukan sebagai kepala sekolah itu biasanya
kami adakan pembinaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maupun
pada waktu-waktu yang insidentil. Waktu yang ditentukan itu kami adakan
pembinaan wajib pada saat upacara hari senin setiap 2 minggu sekali
sekaligus kepada seluruh warga sekolah. kemudian pada saat senin yang tidak
dilakukan upacara saya beserta guru-guru dan karyawan melakukan rapat
disinilah saya akan memberikan pembinaan mengenai program, perilaku,
kinerja dan sebagainya. Sehingga dengan demikian dapat terkontrol.
8. Dukungan-dukungan seperti apa saja yang Bapak berikan dalam
kegiatan pembinaan terhadap guru disekolah ini?
Jawaban : alhamdulilah banyak dukungan untuk kegiatan pembinaan. Secara
materil ada beberapa dukungan yang kita dapatkan yaitu dari komite sekolah,
mereka mendukung kegiatan pembinaan ini karena setiap tahun ajaran baru
kami selalu membuat laporan. kemudian dukungan dari pihak swasta seperti
perbankan, organisasi-organisasi, perusahan swasta lainnya alhamdulilah
mereka juga memberikan dukungan karena kami memang adakan kerja sama
dengan mereka.
9. Bagaimanakah hubungan pihak sekolah (Kepala sekolah dan Guru)
dengan pengawas sekolah?
Jawaban : hubungan kami dengan pengawas sekolah itu baik-baik saja. Di
zaman sekarang itu adalah zamannya keterbukaan jadi berbeda dengan zaman
kolonial dulu, atasan bawahan itu tidak berbaur. Namun sekarang semuanya
tidak ada jarak jadi hubungan kami dengan pengawas sekolah itu sangat baik.
10. Hambatan dan tantangan apa yang Bapak rasakan selama menjalankan
tugas sebagai kepala sekolah?
Jawaban : ada beberapa hambatan yang terjadi pada saat pembinaan. Seperti
kehadiran guru yang tidak 100% hadir semua karena pada saat pembinaan
ada guru yang mengajar diluar karena adanya kewajiban guru mengajar 24
jam, sedangkan disini mereka hanya 15 jam mengajar sehingga mereka harus
mengajar diluar. Selain itu ada juga yang mengambil cuti karena ibadah atau
melahirkan sehingga kadang-kadang informasi yang diberikan tidak sampai
pada orang-orang yang bersangkutan.
Mengetahui
Interviewee Interview
Kepala Sekolah SMA 3 Tangerang Selatan Penulis
Drs. H. P. A. Sopandy, M.Pd Vidi Septiyani
Lampiran 7
Hasil Wawancara dengan Guru Biologi
SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Nama : Juriah, M.Pd
Tanggal : 25 Juli 2016
Tempat : Ruang Tunggu Tamu
1. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda?
Jawaban : untuk latar belakang pendidikan, saya lulusan S1 dan S2 dengan
mengambil jurusan Biologi. Sedangkan untuk pekerjaan saya sudah menjadi
guru sejak tahun 1985. Di sekolah ini saya menjadi Guru Biologi untuk kelas
XI dan XII Jurusan IPA.
2. Mengenai pengawas sekolah, dapatkah ibu menjelaskan volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan?
Jawaban : mengenai kehadiran pengawas sekolah, tidak menentu
kehadirannya. Dalam satu semester kemungkinan pengawas sekolah hanya
hadir 2x untuk melakukan kunjungan. Dalam kunjungannya pengawas
sekolah melakukan proses pengawasan dan pembinaan.
3. Pembinaan Seperti apakah yang dilakukan oleh pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik?
Jawaban : Saya pernah mendapat pembinaan berupa kunjungan kelas.
Kebetulan pengawas sekolah basicnya sama dengan saya yaitu guru
biologi. Pengawas sekolah masuk ke kelas pada saat saya mengajar, ia
memantau kegiatan saya mengajar selama di kelas. Dari kegiatan ini
pengawas sekolah bisa melihat apa saja kelebihan dan kekurangan saya
dalam mengajar sehingga pengawas dapat mengetahui apa saja yang perlu
dibina untuk guru. selain kunjungan kelas, biasanya pembinaan yang
dilakukan oleh pengawas sekolah yaitu dengan mengadakan workshop bagi
guru-guru. namun untuk pembinaan yang secara individu tidak bisa
dilakukan sebab pengawas sekolah tidak memiliki waktu untuk membina
guru-guru secara satu persatu, tetapi pernah pada saat saya mengalami
hambatan saya menghubungi pengawas sekolah via telepon untuk
menanyakan hal-hal yang tidak saya mengerti seperti implementasi
kurikulum 2013.
4. Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari
pengawas sekolah?
Jawaban : manfaat yang saya rasakan setelah mendapat pembinaan dari
pengawas sekolah yaitu ketika saya tidak memahami sesuatu akhirnya saya
jadi dapat memahami apa-apa yang kita rasakan masih kurang dimengerti.
5. Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti
pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah?
Jawaban : alhamdulilah belum pernah saya rasakan hambatan-hambatan
yang terjadi pada saat pembinaan. Karena secara IPTEK saya mampu
menguasai komputer dan internet, sarana dan prasarana di sekolah juga
memadai sehingga menunjang kegiatan pembinaan, kepala sekolah juga
selalu memberikan dukungan dalam setiap kegiatan pembinaan.
6. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai hubungan guru dengan
pengawas sekolah?
Jawaban : Guru-guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
mempunyai hubungan yang sangat baik dengan pengawas sekolah, karena
pengawas sekolah ini bukanlah orang lain bagi kami, beliau adalah guru di
SMA Negeri 3 Tangerang Selatan sebelum menjabat sebagai pengawas
sekolah. terutama bagi saya hubungan kami cukup dekat sebagai rekan
kerja, karena kami sama-sama menjadi guru Biologi.
7. Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata
pelajaran yang Ibu ampu?
Jawaban : Ya, tentu saja. Setiap semester guru-guru SMA Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan wajib untuk membuat RPP, paling tidak RPP yang
sebelumnya diperbarui atau di modifikasi. Dalam proses pembuatannya kami
juga sharing bersama guru-guru MGMP.
8. Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas?
Jawaban : Ya, pada saat mengajar RPP saya bawa ke kelas, namun
RPP tersebut dalam bentuk file yang saya simpan di laptop.
9. Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada
saat mengajar.
Jawaban : Dalam RPP biasanya unsur-unsur yang akan saya jelaskan
sebelum memulai proses pembelajaran yaitu mengenai KD, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan sumber belajar.
10. Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang
Ibu gunakan dalam mengajar?
Jawaban : sesuai dengan tuntutan KD, tidak terfokus dengan satu
metode saja. Oleh karena itu saat proses KBM ada beberapa metode
pengajaran yang saya gunakan sesuai kegiatan pembelajaran biologi. Ini
salah satu langkah pengembangakan proses KBM yang saya lakukan agar
siswa tidak mudah bosan pada saat belajar. biasanya saya menerapkan
metode diskusi selain itu juga ada metode eksperimen seperti pengamatan
lingkungan atau turun kelapangan untuk melihat ekosistem. Model
pembelajaran yang saya terapkan juga berbeda-beda, seperti Discovery
Lerning atau Project Based Learning
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM?
Jawaban : skenario manajemen kelas yang biasanya saya lakukan pada
proses pembelajaran yaitu menata tempat duduk siswa membentuk letter U
sehingga pada saat saya menjelaskan materi semua siswa dapat
memperhatikan, selain itu terkadang di buat tempat duduk berkelompok
karena pada pelajaran biologi siswa banyak bekerja secara berkelompok,
biasanya bangku di tata berbentuk O.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal karakteristik siswa?
Jawaban : Setelah terjadi pertemuan beberapa kali dalam proses KBM, saya
dapat membaca karakteristik anak-anak. Ada yang kalau kita sedang
menjelaskan materi mereka mendengarkan namun pura-pura diam itu
sudah terbaca berarti anak itu tidak suka kalau belajar dengan mendengar,
dia lebih senang kalau dengan mengamati langsung namun ada juga yang
suka dengan cara mendengar belajarnya, jadi karakteristik anak itu
bervariatif karakteristiknya. Oleh karena itu saya sebagai guru tidak boleh
menggunakan metode ceramah saja.
13. Adakah hambatan apa yang ibu rasakan dalam proses mengajar?
Jawaban : Alhamdulilah ya bagi saya selama mengajar tidak terlalu banyak
hambatan. Mengenai siswa-siswa yang saya ajarkan alhamdulilah tidak
terlalu sulit mengajarkannya, mereka anak-anak yang baik dan pintar karena
memang untuk masuk ke SMA Negeri 3 Tangerang Selatan ini kan ada
seleksi jadi tidak sembarangan siswa yang masuk kesini. Namun paling tidak
hambatan kerap saya rasakan ketika perubahan kurikulum terjadi maka
implementasi dalam mengajar itu akan berubah-ubah juga.
Mengetahui
Lampiran 8
Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Nama : Kamron Henilawati, S.Pd
Tanggal : 25 Juli 2016
Tempat : Ruang Tunggu Tamu
1. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda?
Jawaban : Mengenai latar belakang pendidikan saya, pendidikan terakhir
saya itu S1 Pendidikan Bahasa Indonesia dan saya menjadi guru itu sudah
sejak tahun 1981 hingga sekarang. Di sekolah ini saya mengajar sebagai
guru Bahasa Indonesia untuk kelas X.
2. Mengenai pengawas sekolah, dapatkah ibu menjelaskan volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan?
Jawaban : pengawas itu tidak rutin datang ke sekolah, tergantung
kepentingannya. Kalau kepentingannya dengan kepala sekolah atau wakil
kepala sekolah kita tidak tau berapa kali ia melakukan kunjungan karena
pertemuannya terjadi di ruangan kepala sekolah namun kalau
kepentingannya berhubungan dengan guru, kemungkinan dalam satu
semester paling banyak 2x. Dalam kunjungannya sebanyak 2x itu, pengawas
sekaligus melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap guru termasuk
apabila ada hal-hal yang ingin disampaikan.
3. Pembinaan Seperti apakah yang dilakukan oleh pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik?
Jawaban : ada beberapa kegiatan pembinaan bagi guru yang dilakukan
pengawas sekolah. biasanya seperti workshop, pelatihan ataupun kunjungan
kelas. Untuk kegiatan kunjungan kelas pernah dilakukan oleh pengawas
sekolah, namun untuk pelajaran bahasa indonesia terutama pada saat saya
mengajar, saya belum pernah mendapat kunjungan kelas. Selain kunjungan
kelas, kegiatan pembinaan yang paling sering dilakukan pengawas
yaitu dalam kegiatan workshop. Biasanya dalam kegiatan ini ditekankan
kalau guru itu harus bagaimana. Misalnya dalam perubahan kurikulum,
pengawas sekolah akan mengarahkan guru-guru bagaimana
mengimplemtasikan kurikulum yang baru disekolah. Dalam pembinaan,
pengawas sekolah tidak bisa satu persatu untuk dibina. Biasanya guru-guru
dikumpulkan untuk memaparkan apa saja kendalanya yang dihadapinya
kemudian kepala sekolah atau wakilnya akan menyampaikan hal tersebut
kepada pengawas sekolah sehingga ini akan menjadi acuan sebagai bahan
pembinaan, jadi sifatnya kolektif, guru-guru tidak bisa dibina satu persatu.
Namun jika ada yang mengalami kesulitan dan secara individu
mengkomunikasikan kepada pengawas via telephone atau sms itu diluar
sepengetahuan kita.
4. Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari
pengawas sekolah?
Jawaban : Pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah sangat banyak
memberikan manfaat. Pembinaan yang dilakukan ini sangat diharapkan oleh
guru-guru karena dalam pembinaan ini pengawas banyak memberikan
arahan sehingga apa yang guru tidak tahu menjadi tahu, apa yang guru
kurang mengerti jadi mengerti, apa yang guru tidak pahami jadi paham.
Selain harus memahami pada akhirnya kita akan berusaha mencoba apa yang
kurang kita pahami, maka dari itu kegiatan pembinaan ini membuat
guru menjadi tergerak untuk lebih maju. Yang terpenting juga, dalam
pembinaan ini pengawas sekolah banyak memberikan motivasi.
5. Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti
pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah?
Jawaban : pada saat pembinaan, hambatan yang saya rasakan itu adalah
dalam mengoperasikan komputer, karena saya tidak begitu paham tentang
teknologi terutama menyangkut penggunaan komputer.
6. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai hubungan guru dengan
pengawas sekolah?
Jawaban : pengawas sekolah SMA Negeri 3 Tangerang Selatan dulunya itu
merupakan Guru Biologi di SMA Negeri 3 Tangerang Selatan, jadi
hubungan guru-guru dengan pengawas sekolah itu cukup baik karena kami
sudah berteman sejak pengawas sekolah menjadi guru di sekolah ini.
7. Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata
pelajaran yang Ibu ampu?
Jawaban : Iya, setiap semester saya memang selalu membuat RPP yang
baru. Paling tidak RPP yang sebelumnya dirombak sedikit sesuai dengan
perubahan kurikulum yang terjadi.
8. Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas?
Jawaban : Ya, saya membawa RPP pada saat mengajar namun hanya
berbentuk file. Karena berhubung dengan penghematan, maka yang dicetak
hanya diberikan untuk bagian kurikulum jadi pada saat mengajar saya hanya
simpan di dalam falshdisk. Paling tidak saya sudah baca RPPnya jadi saya
tau apa yang harus saya sampaikan pada proses KBM.
9. Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada
saat mengajar.
Jawaban : Unsur-unsur penting dalam RPP yang saya selalu saya jelaskan
yaitu mengenai tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan
sumber belajar.
10 Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang
Ibu gunakan dalam mengajar?
Jawaban : untuk pelajaran bahasa indonesia menggali apa yang sudah ada
dibuku paket saja sudah cukup bagus, karena disana sudah cukup
jelas. Setelah itu biasanya lebih banyak diskusi dalam pelajaran. Misalnya,
setelah membaca suatu berita siswa akan mencoba untuk menyampaikan
pendapatnya setelah itu mereka membentuk kelompok lalu perawakilan
kelompok akan menyampaikan hasil temuan kelompok mereka, dan
yang lainnya mengamati hasil kelompok yang mempresentasikannya.
Selain itu bisa juga melakukan proses tanya jawab, pada kegiatan ini
siswa dapat mempertahankan argumentasinya. Jadi, untuk metode ceramah
jarang saya lakukan, lebih banyak diskusi dan tanya jawab.
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses
KBM?
Jawaban : untuk skenario manajemen kelas, siswa duduk dalam bentuk
barisan mengarah papan tulis, namun ketika harus bekerja secara kelompok
maka saya akan mengatur tempat duduk siswa menjadi beberapa
bagian sesuai dengan kelompok yang telah di tentukan.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal karakteristik siswa?
Jawaban : Sebagai guru, cara saya mengenali karakteristik siswa dapat dilihat
dari kemampuan awal siswa, latar belakang budaya siswa, gaya belajar siswa
dan sebagainya. Selain itu untuk mengenali potensinya, kita dapat melihatnya
pada proses pembelajaran, akan terlihat siswa-siswa yang aktif dan pasif.
Selain itu bisa juga dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
13. Adakah hambatan yang ibu rasakan dalam proses mengajar?
Jawaban : menyesuaikan dengan jam terbang mengajar yang sudah cukup
berpengalaman, karena saya sudah mengajar sejak tahun 1981 jadi
tidak begitu ada hambatan dalam mengajar. jadi hambatan dalam
pelaksanaan KBM itu hampir tidak ada, mungkin yang perlu disikapi itu
hanya untuk anak-anak yang khususlah, misalnya anak-anak yang sering
absen. Mengapa anak ini sering tidak masuk atau mungkin motivasi
belajarnya kurang itu saja mungkin perlu perhatian khusus. Selain itu paling
tidak ketika awal tahun ajaran baru kan latar belakang siswa berbeda-beda
mungkin pembinaan dari guru saja yang perlu ditingkatkan.
Mengetahui
Lampiran 9
Hasil Wawancara dengan Guru Ekonomi
SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Nama : Tri Wuriyantini,S.E
Tanggal : 25 Juli 2016
Tempat : Ruang Tunggu Tamu
1. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda?
Jawaban : Latar belakang pendidikan saya itu lulusan S1 Ekonomi. Untuk
pekerjaan saya sudah menjadi guru selama 16 tahun. Di SMA 3 saya
mengajar Ekonomi untuk kelas XI dan XII IPS.
2. Mengenai pengawas sekolah, dapatkah ibu menjelaskan volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan?
Jawaban : Pengawas itu sering datang ke sekolah, karena selain untuk
mengawasi guru juga mengawasi sekolahan, kalau ada kegiatan monitoring
dan evaluasi kita diberikan pengarahan, selanjutnya kalau awal tahun ajaran
baru pengawas datang untuk memonitoring keadaan sekolah, melihat
kehadiran guru pada hari pertama masuk sekolah serta mengecek
kelengkapan administrasi guru. namun kalau khusus pembinaan
guru biasanya hanya 2-3 kali dalam satu semester, sisanya datang karena ada
kepentingan dengan pimpinan sekolah.
3. Pembinaan Seperti apakah yang dilakukan oleh pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik?
Jawaban : Kalau pembinaan yang menyangkut kompetensi
pedagogik biasanya tuh pengawas sekolah sering melakukan workshop.
Sistemnya, di sekolah ini kan ada guru senior atau kita dalam MGMP tuh
nanti diskusi dulu apa saja hambatan atau keluh kesah yang kita rasakan
selanjutnya guru senior akan menyampaikan ke Wakasek kurikulum
setelah itu ke kepala sekolah, nah nanti kepala sekolah yang akan
mengubungi pengawas sekolah untuk mengundang pengawas sebagai
narasumber dari workshop itu, nah disitulah pengawas sekolah melakukan
pembinaan. Jadi biasanya pembinaan hanya dilakukan pada saat workshop
tidak bisa secara individu karena pengawas sekolah di SMA Negeri 3
Tangerang Selatan ini jadwalnya sibuk banget, dia juga berkecimpung di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sering jadi narasumber untuk
nasional, pergi-pergi keluar daerah.
4. Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari
pengawas sekolah?
Jawaban : banyak manfaat yang bisa diambil dari pembinaan ini yaitu jadi
dapat mengerti berbagai hal. Contohnya jadi mengerti Peraturan-peratuan
menteri, perubahan-perubahan kurikulum terutama ya dalam perubahan
pembuatan RPP, silabus, dllnya, pokoknya yang menyangkut administrasi
guru.
5. Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti
pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah?
Jawaban : Tidak terlalu banyak hambatan yang saya rasakan selama
mengikuti pembinaan. Mungkin secara psikologis itu ada namun hanya
sedikit. Terkadang ada sedikit perasaan sungkan, karena sebelumnya
pengawas sekolah ini dulunya rekan kerja yang sama yaitu dulu pengawas
sekolah itu guru biologi disekolah ini nah sekarang sudah menjadi pejabat,
levelnya lebih tinggi jadi kadang ada rasa sungkan.
6. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai hubungan guru dengan
pengawas sekolah?
Jawaban : mengenai hubungan, guru-guru SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
dengan pengawas sekolah ini mempunyai hubungan yang baik. Sebelum
pengawas diangkat menjadi pengawas sekolah, beliau menjabat sebagai guru
biologi disekolah ini, jadi dapat dikatakan hubungan kami semua sangat baik
walaupun sekarang beliau sudah tidak bekerja disekolah ini lagi, namun
kontribusinya untuk memajukan sekolah ini adalah wujud dari
hubungan yang baik ini.
7. Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata
pelajaran yang Ibu ampu?
Jawaban : iya setiap semester saya buat RPP baru, kadang juga dalam
pembuatannya saya berdiskusi dengan guru-guru MGMP Ekonomi.
Kemampuan guru dalam menguasai perencanaan dan pelaksaan
pembelajaran dapat dilihat dalam pembuatan RPP. Di dalam RPP guru
mampu menetapkan berbagai pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
yang mendidik secara kreatif dan efektif yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan dapat memotivasi mereka untuk belajar.
8. Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas?
Jawaban : terkadang saya bawa, terkadang tidak saya bawa
RPPnya.
9. Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada
saat mengajar.
Jawaban : unsur-unsur yang penting saya jelaskan yaitu pada tahap
pendahuluannya, materi pembelajarannya itu mengenai apa dan tujuannya
untuk apa materi ini dipelajari hingga ketercapaian apa yang ingin kita raih
dari pembelajaran ini. Kemudian inti pelajaran, mengenai sumber belajar dan
metode perlu saya jelaskan. Hingga penutup, saya akan mengevaluasi
pembelajaran ini dengan memberikan tugas atau tes dengan bentuk
seperti apa akan saya jelaskan pada saat pelaksanaan pembelajaran.
10 Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang
Ibu gunakan dalam mengajar?
Jawaban : mengikuti kurikulum 2013, siswa menjadi centre dalam
pembelajaran. anak lebih aktif untuk belajar sendiri, guru hanya
menerangkan sedikit kemudian siswa mencari tau sendiri. Dalam pelajaran
ekonomi tidak ada kegiatan praktik, kecuali pada materi hitungan. Jadi
metode ceramah masih saya gunakan, setelah itu siswa secara aktif
melakukan praktik secara mandiri untuk mengerjakan soal-soal hitungan.
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM?
Jawaban : pada saat proses KBM saya tidak terlalu sering mengubah posisi
tempat duduk siswa. posisinya masih menghadap ke arah depan namun
terkadang siswa merubahnya ketika mereka harus mengerjakan tugas secara
kelompok.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal potensi siswa?
Jawaban : cara saya untuk mengenali potensi siswa bisa dilihat ketika proses
pembelajaran berlangsung, ketika mereka dituntut untuk berkelompok maka
akan terlihat anak-anak yang akan menonjol, akan terlihat yang malas dan
rajin, akan terlihat anak-anak yang mempunyai jiwa kepemimpinan.
13. Adakah hambatan yang ibu rasakan dalam proses mengajar?
Jawaban : hambatan biasanya datang dari siswa, jika ada siswa yang malas
itu bisa menghambat proses pembelajaran. contohnya, apabila malas belajar
pasti akan sering tidak masuk sekolah, lalu ketika dituntut untuk
mengerjakan tugas secara berkelompok, kalau siswa tersebut malas maka
akan menggangu siswa yang lain.
Mengetahui
Lampiran 10
Hasil Wawancara dengan Guru Seni Budaya
SMA Negeri 3 Tangerang Selatan
Nama : Rusmanelly, S.Pd
Tanggal : 25 Juli 2016
Tempat : Ruang Guru
1. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai latar pendidikan dan pekerjaan anda?
Jawaban : Saya lulusan S1 Seni Budaya Universitas Negeri Jakarta.
Pekerjaan saya adalah seorang guru seni. Bekerja menjadi guru Seni Budaya
itu sudah sejak tahun 1996. Sekarang di SMA 3 Tangerang Selatan, saya
mengajar Seni Budaya untuk kelas XI dan XII.
2. Mengenai pengawas sekolah, dapatkah ibu menjelaskan volume
kehadiran pengawas sekolah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan?
Jawaban : kehadiran pengawas ke sekolah itu tidak menentu. Dalam satu
semester pengawas bisa melakukan kunjungan sekitar 3 kali,
namun terkadang bisa lebih. Tetapi kunjungannya itu tergantung
kepentingannya. Biasanya pengawas sekolah lebih sering datang karena ada
kepentingan dengan kepala sekolah, kalau tujuannya khusus guru sangat
jarang, mungkin sekitar 2 kali pengawas melakukan kunjungan untuk
melakukan pengawasan tentang kegiatan guru dalam proses pembelajaran,
pengawasan terhadap administrasi guru seperti RPP, sumber dan bahan ajar
serta melakukan pembinaan terhadap guru-guru.
3. Pembinaan Seperti apakah yang dilakukan oleh pengawas,
terutama menyangkut kompetensi pedagogik?
Jawaban : biasanya pada awal tahun ajaran baru itu sekolah suka
mengadakan kegiatan workshop, nah di kegiatan workshop ini pengawas
sekolah menjadi narasumber untuk memberikan arahan atau pembinaan bagi
guru-guru. pada saat workshop guru-guru banyak diberikan informasi
dan diajak diskusi apabila guru-guru mengalami kendala. Selain itu,
kalau untuk kunjungan kelas sangat jarang dilakukan pengawas sekolah,
apalagi untuk pembinaan individual secara tatap muka tidak pernah
dilakukan karena terlalu banyaknya guru yang harus dibina serta
keterbatasan waktu yang dimiliki pengawas sekolah tidak memungkinkan
pembinaan secara individual.
4. Manfaat apa yang Ibu rasakan setelah mendapat pembinaan dari
pengawas sekolah?
Jawaban : manfaat yang saya rasakan setelah mendapatkan pembinaan
itu, saya merasa lebih terarah dalam menjalankan pekerjaan. Pengawas
sekolah banyak memberikan bantuan berupa solusi dan motivasi untuk
memecahkan masalah yang guru-guru hadapi.
5. Hambatan dan tantangan apa yang ibu rasakan dalam mengikuti
pembinaan yang diberikan oleh pengawas sekolah?
Jawaban : alhamdulilah tidak ada hambatan yang begitu berarti yang saya
rasakan. Mungkin mengenai kondisi pada saat mengikuti workshop saja
yang terkadang konsentrasinya kurang. Karena biasanya pembinaan itu bisa
dilaksanakan seharian atau dilaksanakan siang hari setelah proses
pembelajaran, kegiatannya bisa dari siang-sore sehingga terkadang guru
sudah mulai lelah karena habis mengajar masih harus mengikuti workshop.
6. Dapatkah Ibu menjelaskan mengenai hubungan guru dengan
pengawas sekolah?
Jawaban : Guru-guru dengan pengawas sekolah menjalin hubungan yang
baik karena pengawas sekolah dulunya bekerja di sekolah ini sebagai guru
juga.
7. Setiap semester, apakah Ibu membuat RPP baru sesuai dengan mata
pelajaran yang Ibu ampu?
Jawaban : RPP merupakan hasil karya yang dibuat oleh guru, oleh karena
itu saya selalu membuat RPP.
8. Pada saat mengajar, apakah Ibu membawa RPP ke kelas?
Jawaban : Terkadang saya bawa ketika mengajar, tapi hanya dalam
berbentuk soft file. RPP ini tidak dicetak dikarenakan untuk menghemat
biaya, namun kami juga diwajibkan untuk mencetak RPP melainkan untuk
diserahkan ke bagian kurikulum.
9. Apa saja unsur-unsur penting yang Ibu jelaskan dalam RPP pada
saat mengajar.
Jawaban : unsur-unsur yang penting dijelaskan dalam RPP yaitu KD,
Materi Pembelajaran, Bahan ajar, kegiatan pembelajaran.
10. Bagaimana cara ibu mengembangkan proses KBM? Metode apa yang
Ibu gunakan dalam mengajar?
Jawaban : seni budaya itu bukanlah pelajaran yang harus dihafal atau
dihitung. Pelajaran seni budaya ini lebih banyak mengeksplor mengenai
potensi. Oleh karena itu metode yang digunakan lebih banyak berdiskusi
atau berkelompok serta tanya jawab. Kegiatan pembelajaran lebih banyak
dilakukan melalui praktik.
11. Bagaimana skenario manajemen kelas yang Ibu terapkan dalam proses KBM?
Jawaban : karena pelajaran seni budaya lebih banyak praktiknya, skenario
belajarnya saya buat tidak selalu harus dikelas. Biasanya kalau materinya
menggambar atau melukis, siswa akan belajar diluar kelas agar siswa
mendapatkan inspirasi. Sedangkan kalau materinya seni musik atau seni tari
pembelajarannya dilaksanakan di studio seni.
12. Bagaimana cara Ibu mengenal potensi siswa?
Jawaban : Karena saya guru seni dan saya mengajarnya seni budaya,
dalam hal ini saya paling mudah menemukan potensi anak. Karena dalam
setiap materi seni saya dapat melihat bakat-bakat siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dalam materi seni lukis, maka saya bisa melihat siswa mana
yang pandai melukis, begitu pula pada materi seni tari atau musik, dalam
proses pembelajarannya saya dapat mengenali potensi siswa yang memiliki
bakat menari dan bernyanyi.
13. Adakah hambatan yang ibu rasakan dalam proses mengajar?
Jawaban : saya rasa selama saya mengajar tidak ada hambatannya. Karena
menurut saya pelajaran seni budaya itu pelajaran yang sangat
mengasyikan dan tidak membuat siswa bosan seperti pelajaran-pelajaran
yang lainnya, karena dalam pelajaran ini siswa dapat mengeksplorasi
bakatnya sehingga dalam penyampaian materi tidak cukup sulit serta
mengatur siswa pun tidak ada masalah.
Mengetahui
Lampiran 11
Data Guru SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NO NAMA KATEGORI PENDIDIKAN
1 Dra. Aan Sri Analiah Guru S1
2 Abdul Aziz, S.Ag Guru S1
3 Adi Ruchyadi, S.Pd Guru S1
4 Affandy Kartawinata, S.Kom Guru S1
5 Ahmad Hasanudin, S.Pd Guru S1
6 Ahmad Syukron, S.Pd Guru S1
7 Ahmad Zikrullah, S.Pd Guru S1
8 Ai Kusmiati, S.Pd Guru S1
9 Arie Budiningsih, S.Pd Guru S1
10 Beni Tresnadi, S.T Guru S1
11 Dedi Suryaman, M.T Guru S2
12 Dewi Maehely Guru S1
13 Drs. Digi Susandi Guru S1
14 Dyah Katiyuwati, S.Pd Guru S1
15 Elly Aisah Sugiarti, S.Pd Guru S1
16 Emin Salimin, M.Ag Guru S2
17 Emma Rochminarti, S.Pd Guru S1
18 Eni Suryani, M.Pd Guru S2
19 Fuad Ahmad Jawari, A.Md Guru D3
20 Gerry Oktavia Nugraha Guru S1
21 H. P. A. Sopandy, A. Kepala Sekolah S2
22 Haposan Hutapea Guru S2
23 Dra. Harsining Guru S1
24 Hj. Dra Efi Rosita Guru S1
25 Hj. Elliah Doniati, S.Pd Guru S1
26 Hj. Hartati, S.Pd Guru S1
27 Hj. Laela Rochayati, M.M Guru S2
28 Hj. Mardiati, S.Pd Guru S1
29 Hj. Dra Sri Haryatmi Guru S1
30 Hj. Dra Suwarti Guru S1
31 Junaedi, S.Ag Guru S1
32 Juriah, M.Pd Guru S2
33 Kamron Henilawati, S.Pd Guru S1
34 Kiki Novianti, S.Pd Guru S1
35 Liman, M.Pd Guru S2
36 Lina Nurlina, M.Pd Guru S2
37 Masduki, S.Sos Guru S1
38 Mashudi Jaed, M.Pd Guru S2
39 Muhammad Muhyidin, S.Ag Guru S1
40 Muhardi, M.Pd Guru S2
41 Nawang Priyandani, S.Pd Guru S1
42 Nellyta Basri, S.Pd Guru S1
Lampiran 12
Data Tenaga Kependidikan SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan
NO NAMA KATEGORI PENDIDIKAN
1 Ade Yanti, S.Si Tenaga Administrasi Sekolah S1
2 Andri Tenaga Administrasi Sekolah SMA
3 Bagus Darmawan Tenaga Administrasi Sekolah SMA
4 Cimung Ramadhan Tenaga Administrasi Sekolah SMA
5 Dinar Purbasari Tenaga Administrasi Sekolah SMA
6 Dwi Tenaga Administrasi Sekolah SMA
7 Dwi Puspitasari Pustakawan S1
8 Erdi Bahrudin Tenaga Administrasi Sekolah SMA
9 Hermawan Tenaga Administrasi Sekolah SMP
10 Maman Suparman Tenaga Administrasi Sekolah S1
11 Misna Mirwahati Tenaga Administrasi Sekolah S1
12 Mulyati Tenaga Administrasi Sekolah SMA
13 Namin Enju Tenaga Administrasi Sekolah SD
14 Ono Suryono Tenaga Administrasi Sekolah SMA
15 Phutut Joko Pamungkas Tenaga Administrasi Sekolah SMP
16 Ria Rahmawati Tenaga Administrasi Sekolah SMA
17 Riza Asfahani Tenaga Administrasi Sekolah D2
18 Rodiah Tenaga Administrasi Sekolah S1
19 Rohmat Tenaga Administrasi Sekolah SMA
20 Sunarni Pustakawan S1
21 Suyati Tenaga Administrasi Sekolah S1
22 Syamlani Tenaga Administrasi Sekolah S1
23 Wahir Winata Tenaga Administrasi Sekolah SMP
24 Zaenal Abidin Tenaga Administrasi Sekolah SMA
Lampiran 13
Buku Tamu (Daftar Hadir Kunjungan Pengawas Sekolah)
Lampiran 14
Surat Permohonan Pembimbing
125
Lampiran 15
Daftar Ujian Referensi